contoh makalah kedudukan hubungan-hubungan industri pancasila terhadap pekerja bumn dan swasta

23
6 IF@FJFA @BKRKR@FM ARORMCFM-ARORMCFM GMKRT[_G UFMDFTGJF [B_AFKFU UB@B_NF ORIM kfm TSFT[F IF[F @RJGFA AR@RI @BUBCFSFGFM KLTBM A. WRTRH FTWGK, T.A,. I.A. Kgfnu`fm umtu` ibibmuag sfjfa sftu tucfs iftf `ujgfa Au`ui @bpbcfwfgfm Kgsusum Ljba > _bstu Frkayf Sfayu Mgmcsga  MUI 6356546?5576 Nurusfm Fkigmgstrfsg @bpbcfwfgfm U_LC_FI KGUJLIF GGG NR_RTFM FKIGMGT[_FTG HF@RJ[FT GJIR TLTGFJ kfm GJIR ULJG[G@ RMGXB_TG[FT UFKNFKNF_FM Njm. Ou`gt Kfcl Rtfrf ml. ?2 Ofmkumc ?56;

Upload: restuardhyaa

Post on 19-Oct-2015

549 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hubungan-Hubungan Industri Pancasila dengan pegawai BUMN dan Swasta

TRANSCRIPT

  • 1

    MAKALAH

    KEDUDUKAN HUBUNGAN-HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA

    TERHADAP PEKERJA BUMN dan SWASTA

    MATA KULIAH

    HUKUM KEPEGAWAIAN

    DOSEN

    H. YUSUF ASYID, S.H,. M.H.

    Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Kepegawaian

    Disusun Oleh :

    Restu Ardhya Wahyu Ningsih

    NPM 170103120091

    Jurusan Administrasi Kepegawaian

    PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN ADMINISTRASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    Jln. Bukit Dago Utara no. 25

    Bandung 2014

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karna berkat

    rahmat dan hidayah-Nya penulis sebagai mahasiswa dapat menyelesaikan tugas perkuliahan

    pembuatan makalah yang berjudul Kedudukan Hubungan-hubungan Industri Pancasila

    terhadap Pekerja BUMN dan Swasta dengan lancar.

    Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari bapak H. Yusuf Asyid

    S.H,. M.H, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada Bapak H. Yusuf Asyid S.H,. M.H, selaku Dosen mata kuliah Hukum

    Kepegawaian yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah

    ini dapat selesai dengan lancar, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.

    Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, serta penulis

    menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis

    menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.

    Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

    Penulis

    Bandung, 12 Maret 2014

    Restu Ardhya Wahyu Ningsih

  • 3

    DAFTAR ISI

    Contents KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3

    BAB I ...................................................................................................................................................... 4

    PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4

    1.1 Pemilihan Judul ....................................................................................................................... 4

    1.2 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 4

    1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5

    BAB II ..................................................................................................................................................... 6

    KEDUDUKAN HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA BUMN dan

    SWASTA ................................................................................................................................................ 6

    2.1 Peranan Pancasila .................................................................................................................... 6

    2.2 Kedudukan Hubungan Industri Pancasila ............................................................................... 9

    2.3 Peranan Pekerja BUMN dan Swasta ..................................................................................... 11

    2.4 Pandangan Hukum tentang Ketenagakerjaan........................................................................ 13

    2.5 Peranan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) ....................................................... 15

    2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan ................................................... 17

    BAB III ................................................................................................................................................. 21

    PENUTUP ............................................................................................................................................ 21

    3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 21

    3.2 Saran ..................................................................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 23

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Pemilihan Judul

    Kedudukan Hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja BUMN dan

    Swasta. Penulis membahas judul tersebut karna adanya keterkaitan antara Pancasila

    dengan Kepegawaian terhadap pekerja BUMN dan Swasta yang menimbulkan

    masalah.

    1.2 Latar Belakang Masalah

    Pancasila adalah pedoman hidup bernegara, rakyat Indonesia bernegara

    dengan berpedoman pada Pancasila. Begitu juga kita sebagai rakyat Indonesia wajib

    menuntut hak-hak kita sebagaimana tertulis di sila ke-5 yang berbunyi Keadilan

    sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagian besar rakyat kita adalah pekerja, ada

    yang menjadi Pegawai Pemerintah, BUMN maupun Swasta. Itu semua tidak terlepas

    terhadap ruang lingkup pancasila.

    Membahas perselisihan identik dengan membahas konflik. Secara sosologis

    perselisihan dapat terjadi di mana-mana. Secara psikologis perselisihan merupakan

    luapan emosi yang mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Jadi,

    masalah perselisihan merupakan hal yang lumrah karena telah terjadi kodrat manusia

    itu sendiri.

    Demikian pula mengenai perselisihan hubungan industrial (dahulu disebut

    perselisihan perburuhan) terkadang tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, semua pihak

    yang terlibat dalam perselisihan harus bersifat dan bersikap lapang dada serta berjiwa

    besar untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi tersebut.

    Yang dimaksud (Pasal 1 ayat (1) huruf c Undang-Undang nomor 22 tahun

    1957) perselisihan perburuhan adalah pertentangan antara majikan atau perkumpulan

    majikan dengan serikat buruh atau gabungan serikat buruh berhubung dengan tidak

    adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau

    keadaan perburuhan. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

    Nomor KEP-15.A/MEN/1994, istilah perselisihan perburuhan diganti menjadi

    perselisihan Hubungan Industrial.

    Sedangkan menurut Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003,

    perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan

  • 5

    pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau

    serikat pekerja/serikat buruhkarena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan

    kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antara

    serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

    Prinsip penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilakukan oleh

    pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah

    untk mufakat (Pasal 136 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).

    1.3 Rumusan Masalah

    Judul Kedudukan Hubungan-hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja

    BUMN dan Swasta ini saya pilih karena pada dasarnya pekerjaan baik itu pegawai

    negri, BUMN dan swasta akan berdasar pada Pancasila. Makadari itu, antara industri

    pancasila dan pekerja akan saling berhubungan dan muncul-muncul masalah yang

    akan saya bahas dalam makalah ini.

  • 6

    BAB II

    KEDUDUKAN HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA

    BUMN dan SWASTA

    2.1 Peranan Pancasila

    Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia, Nama ini terdiri dari dua kata

    dari Sanskerta : panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan

    rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Pancasila dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan bernegara di negara

    Indonesia, termasuk dalam hal pekerjaan, karena pegawai adalah mereka yang secara

    langsung digerakan oleh Negara, Pemerintah, atau Pejabat Penguasa karena telah ada

    undang-undang yang mengatur dan mengikat untuk dapat melaksanakan dan

    menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang terbaik untuk Negara

    atau untuk tempat pegawai/pekerja tersebut bekerja, sehingga Negara mempunyai kewajiban

    mencipta dan menyusun undang-undang dalam melindungi hak-hak para pegawai dan pekerja

    tersebut. Maka dengan demikian dasar diberlakunya Hukum Kepegawaian di Indonesia

    berdasar pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan tiap-tiap warga Negara berhak

    atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Dari penjelasan Undang-

    Undang diatas telah ada Hukum yang mengatur Pekerja yaitu pekerja Non-Departemen

    adalah pekerjaan BUMN atau Swasta lainnya.

    Pancasila sebagai Filsafat dasar Negara Republik Indonesia, oleh karena itu terdapat

    banyak Rakyat Indonesia yang belum memahami makna dari ke 5 Arti Pancasila, ternyata ke

    5 Pancasila adalah merupakan Dasar Hukum dari pemberlakuan Hukum Perburuhan,

    sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal II Pengaturan Peralihan Undang-Undang Dasar

    1945 yang menyatakan segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung

    berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang ini

    Bahwa dikarenakan buruh disebut Pekerja dan berkedudukan sebagai manusia yang

    membutuhkan kehidupan sehingga melakukan pekerjaan, bekerja pada perusahaan yang

    menampung buruh, pekerja tersebut untuk dipekerjakan dan perlu diketahui buruh, pekerja

    mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dengan majikan, pemilik perusahaan

    demikian PASAL 27 ayat 1 dan PASAL 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang

    selengkapnya menyatakan :

    PASAL 27

  • 7

    (1) Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya didalam Hukum dan Pemerintahan

    Wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada terkecualinya.

    PASAL 30

    (1) Tiap-tiap Warga Negara dan wajib ikut serta dalam Usaha Pembelaan Negara

    Dan didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan melindungi segenap

    bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

    umum dengan demikian Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan adalah tepat

    karena buruh, pekerja memiliki hak yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa maupun

    dihadapan Hukum yang berlaku, mengingat Pembangunan Nasional bertujuan untuk

    mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan

    pancasila sebagai wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu serta

    berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang mengandung 4 asas yaitu :

    1. Asas Penegakkan Hukum (The Rule of Law)

    2. Asas Demokrasi

    3. Asas Kesadaran Hukum

    4. Asas Kesejahteraan

    Dengan demikian dari ke-4 asas tersebut mempunyai kaitan dengan Peranan Pancasila

    sebagai Dasar Hukum Perburuhan, demikian menurut T Hadisoemarto, SH yang menyatakan

    yaitu mengenai hubungan perburuhan dan Pancasila dirumuskan sebagai berikut :

    1. Pada Sila Pertama yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, hubungan perburuhan dan

    pengusaha adalah tanggung jawab bersama yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa

    kepada buruh dan pengusaha untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga

    dengan demikian tujuan duniawi juga mempunyai tujuan akhirat, dengan demikian

    maka hubungan perburuhan dilandasi Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)

    adalah merupakan pelaksanaan pengabdian buruh dan pengusaha kepada Tuhan Yang

    Maha Esa

    2. Sila Kedua yaitu Ke-Manusiaan yang Adil dan Beradab, pada hubungan perburuhan

    harus dinilai dari segi Norma Kemanusiaan oleh karena itu hubungan kerja antara

    buruh dan pengusaha secara timbal balik harus menjamin kegunaan bagi buruh dan

    pengusaha sebagai indovodu, dan bagi semua buruh serta pengusaha sesuai dengan

    martabat manusia.

    3. Sila Ketiga yaitu Persatuan Indonesia, harus diciptakan pengaturan yang dapat

    menjamin kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia, oleh karena itu maka hubungan

    perburuhan harus mengandung prinsip tidak mengenal perbedaan perlakuan, karena

  • 8

    daerah/suku, agama maupun kedudukan sosial, harus dapat memupuk dan memelihara

    kerjasama yang erat diantara kelompok-kelompok jenis kerja/ lingkungan kerja dalam

    satu kondisi yang tepat disatu pihak dan pengusaha dilain pihak, kedua belah pihak

    (buruh dan pengusaha) saling menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, mereka

    adalah interdependen satu sama lain, sehingga dengan sendirinya memberikan

    kemanfaatan bagi bangsa dan Negara Republik Indonesia.

    4. Sila keempat yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan dalam

    Permusyawaratan Perwakilan dan Sila Kelima yaitu Kemanusiaan yang Adil dan

    Beradab, maka sudah selayaknya hubungan perburuhan harus diatur melalui/dengan

    jalan musyawarah untuk mufakat, setiap pertentangan yang mungkin timbul antara

    buruh pengusaha tidak boleh diselesaikan secara paksaan sepihak, oleh karena itu

    dapat membawa konsekwensi tidak hanya merugikan hubungan kedua belah pihak,

    tetapi akan membuat timbulnya hambatan bagi terselenggaranya kesejahteraan umum

    rakyat banyak, dalam hal sebaliknya suatu penyelesaian yang berat sebelah adalah

    tidak selaras dengan rasa keadilan, bahkan bertentangan dengan usaha kesejahteraan

    umum yang justru menjadi sasaran dari pada program pembangunan.

    Pekerja, buruh adalah manuasia yang berkedudukan mulia dan beragama

    sebagaimana dijelaskan pada Pancasila yaitu sila Ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa,

    dengan demikian hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara, Pemerintah Negara Republik

    Indonesia. Yang dimaksud Pekerja, Pegawai, Buruh, Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai

    Negeri Sipil Daerah disebut Tenaga Kerja, Pekerja, Pegawai, Buruh adalah orang atau

    sekelompok orang yang bekerja pada instansi Non-Departemen yaitu BUMN dan Swasta

    lainnya yang disebut TENAGA KERJA.

    Dari uraian sebagaimana diatas menunjukkan kepada kita yaitu buruh adalah mesin

    penggerak maju atau mundurnya suatu perusahaan yang telah ditentukan oleh pengusaha

    sesuai program perusahaan, sehingga asas-asas Pancasila adalah satu patokan menghindarkan

    terjadinya perselisihan antara buruh dang pengusaha. Maka diperlukan satu kesadaran yang

    tinggi dan merasa bertanggung jawab dalam menempatkan diri sebagai buruh, pekerja, begitu

    pula pengusaha dengan memperhatikan hak-hak para buruh, para pekerja, dan meningkatkan

    hak-hak buruh dan pekerja sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-Undang dan perlu

    memberikan kebijakan dari pengusaha dengan memberi hadiah sesuai prestasi kerja setiap

    beberapa bulan atau dalam setiap tahunserta disertai dengan memberi Piagam Kerja dan

    disertai hadiah berupa uang adalah salah satu cara memotivasi pekerja agar lebih giat dalam

  • 9

    bekerja sehingga akan muncul rasa tanggung jawab dari para buruh/pekerja. Mengingat

    kepatutan terhadap ketentuan perusahaan lebih besar dan menghindar adanya perbuatan

    sewenang-wenang yang menumbulkan kerugian peusahaan.

    2.2 Kedudukan Hubungan Industri Pancasila

    Pancasila mengatur hak asasi dan pekerja, khususnya landasan perjanjian kerja.

    Segala sumber hukum tentang Ketenagakerjaan pasti akan berlandaskan pada pancasila.

    Sebagaimana disebutkan dalam pancasil sila ke 5 Kesejahteraan Sosial Bagi Seluruh Rakyat

    Indonesia sila tersebut menggambarkan bahwa seluruh rakyat indonesia harus makmur dan

    sejahtera. Begitu juga para pekerja Indonesia pemerintah harus bisa melindungi hak-hak

    pekerja dan mensejahterakan para pekerja. Sebagaimana telah diatur di peraturan perundang-

    undangan tentang ketenagakerjaan, yaitu memperjelas segala hal tentang nasib pegawai dari

    mulai upah/kompensasi, hak majikan/atasan, hak pegawai, pengaturan jam kerja, jaminan

    sosial tenaga kerja dan lain sebagainya.

    Mengapa aturan itu ada? Karna kita berpacu pada pancasila yang mewajibkan

    pemerintah bertanggungjawab atas kesejahteraan pekerja.

    Sistem Hukum Nasional kita pada garis besarnya mengenal tiga bidang hukum, yaitu

    Hukum Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Tata Negara. Sedangkan Hukum Tata Negara

    dalam arti luas dapat dibagi lagi atas Hukum Tata Negara dalam arti sempit dan Hukum

    Administrasi Negara.

    Prof. Oppenheim mengartikan Hukum Tata Negara sebagai hukum yang memberi

    gambaran tentang negara dalam keadaan yang tidak bergerak (staat in rust), sedangkan

    Hukum Administrasi Negara mempertunjukkan kepada kita negara dalam keadaan bergerak

    (staat in beweging).

    Sedangkan Dr. E. Utrecht, SH mengatakan Hukum Administrasi Negara menguji

    hubungan hukum istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat (Administrasi

    negara) melakukan tugas mereka yang khusus.

    Dari apa yang dikemukakan oleh Prof. Oppenheim dan Dr. E. Utrecht. SH diatas

    dapat ditarik kesimpulan, bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang

    menggambarkan negara dalam keadaan bergerak, dengan para pejabatnya melakukan

    hubungan hukum istimewa di dalam rangka melakukan tugas-tugas mereka yang bersifat

    khusus.

    Dari apa yang telah dikemukakan diatas jelaslah bagi kita bahwa Hukum

    Kepegawaian itu termasuk dalam lapangan Hukum Administrasi Negara, oleh karena itu

  • 10

    dapatlah dirumuskan bahwa Hukum Kepegawaian merupakan bagian dari Hukum

    Administrasi Negara, yang khusus mengatur tentang kedudukan, kewajiban, dan hak serta

    pembinaan pegawai.

    Berdasarkan literatur Hukum Ketenagakerjaan perselisihan hubungan industrial

    dibedakan menjadi dua macam yaitu :

    1. Perselisihan hak, ialah perselisihan yang timbul karena salah satu pihak tidak

    memenuhi isi perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian perburuhan atau

    ketentuan perundangan ketenagakerjaan.

    2. Perselisihan kepentingan, yaitu perselisihan yang terjadi akibat dari perubahan syarat-

    syarat perburuhan atau yang timbul karena tidak ada persesuaian paham mengenai

    syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan.

    Sedangkan menurut Widodo dan Juliantoro (1992: 25-26) berdasarkan sifatnya

    perselisihan dibagi menjadi dua macam yaitu :

    1. Perselisihan perburuhan kolektif, yakni perselisihan yang terjadi antara

    pengusaha/majikandengan serikat pekerja/serikat buruh, karena tidak adanya

    persesuaian paham mengenai hubungan kerja dan/atau keadaan perburuhan.

    2. Perselisihan perburuhan perseorangan, yaitu perselisihan antara pekerja/buruh yang

    tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau majikan.

    Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

    Secara teoritis ada 3 kemungkinan untuk menyelesaikan perselisihan hubungan

    industrial, yaitu melalui peundingan, menyerahkan kepada juru/dewan pemisah, dan

    menyerahkan kepada Pegawai Perburuhan untuk diperantai.

    Yang dimaksud juri.dewan pemisah adalah arbiter, yaitu pihak-pihak lain yang

    berdasarkan pihak-pihak yang berselisih ditunjuk untuk membantu penyelesaian perselisihan.

    Sedangkan yang dimaksud pegawai perburuhan adalah Pegawai Perantara, yaitu oegawai

    disnaker atau instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memiliki

    wewenang untuk memberikan perantaraan dalam penyelesaian Perselisihan Hubungan

    Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

    Prinsip penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah :

    1. Wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat

    Buruh secara musyawarah untuk mufakat (Pasal 136 ayat 1 UU Nomor 13 tahun 2003

    Tentang Ketenagakerjaan)

  • 11

    2. Bila upaya musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan

    pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan

    industrial melalui prosedur yang diatur Undang-Undang (pasal 136 ayat 2 UU Nomor

    13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan)

    Menurut pasal 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor KEP-15A/MEN/1994 penyelesaian

    Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ditempuh

    dalam 4 tahap yaitu :

    1. Tingkat Perusahaan

    2. Tingkat pemerantaraan

    3. Tingkat panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daeran

    4. Tingkat panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pussat

    2.3 Peranan Pekerja BUMN dan Swasta

    Pada zaman kapitalisme Modern, Hukum yang diberlakukan kepada Pekerja Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN) atau Pekerja Swasta lainnya diatur Dalam Kitab Undang-

    Undang Hukum Perdara dimana syarat-syarat kerja berada pada tangan pemilik, jadi Dirut

    yang mengatur para pekerja, itu terjadi sebelum Indonesia merdeka setelah Indonesia

    merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 adalah patokan dari sumber Hukum

    Negara Indonesia Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan : ...Tiap-tiap Warga Negara berhak atas

    pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.. kemudian mulai berkembang

    atas hak sebagai pekerja demikianlah diberlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1986

    Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, menyatakan

    PASAL 1

    Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun

    diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat

    PASAL 2

    Dalam menjalankan Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya, tidak boleh ada

    diskriminasi.

    Dan pada instansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta lainnya terlihat

    masih memberlakukan beberapa Pasal yang ada dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata

    (KUH PERDATA, BW) sebagai dasar Perjanjian Kerja yaitu Pasal 1601 a yang menyatakan :

    perjanjian perburuhan adalah perjanjian dengan mana pihak yang lain (majikan) untuk satu

    waktu tertentu,melakukan pekerjaan dengan menerima upah

  • 12

    Setelah Negara Indonesia dinyatakan Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945

    Pemerintah Negara Republik Indonesia membentuk beberapa Undang-Undang sebagai dasar

    hukum yang berlaku kepada Pegawai BUMN atau swasta lainnya, yaitu :

    1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 Tentang Undang-Undnag Kerja

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1950 Mengenai Waktu Kerja Dan Waktu

    Istrahat

    3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 03/MEN/87 Tentang Upah bagi Pekerja

    pada Hari Libur Resmi

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1954 Tentang Istirahat Tahunan Bagi Buruh

    5. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) BW (Burgerlijk Wetboek)

    6. Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

    7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Tenaga Kerja

    Dari uraian diatas Undang-Undang tersebut berkedudukan sebagai sumber Hukum yang

    melindungi Pekerja BUMN atau swasta lainnya, namun demikian ada terdapat makna inti

    Hukum yang berlaku kepada pegawai BUMN dan swasta lainnya yaitu berada didalam

    pemberlakuan Undang-Undang nomor 14 tahun 1969 Undang-Undang Tenaga Kerja ada 2

    hal penting diantaranya :

    1. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam

    maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

    kebutuhan masyarakat.

    2. Menghindari diadakan diskriminasi dengan memberi jaminan hidup yang layak dan

    memperoleh kepuasan atas tugasnya dan adanya jasa penghargaan

    Hukum yang berlaku kepada pegawai BUMN atau pekerja swasta adalah

    bersumber kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, olej karena itu Pekerja

    yang disebut buruh adalah laki-laki, perempuan serendahnya berusia 14 tahun keata dan

    pekerja/buruh yag berada dibawah usia 14 tahun dapat dipekerjakan dengan Peraturan

    Menteri Tenaga Kerja Nomor PER01/MEN.1987 Tentang Perlindungan Bagi Anak

    Yang Terpaksa Bekeja,. Sedangkan pengangkatan seorang untuk menjadi pegawai negeri

    yaitu batas usia 18 tahun atau setinggi-tingginya 35 tahun, Demikian Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia nomor 98 tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Pasal 6

    Sub c tersebut.

    Yang menunjuk Hukum memiliki peranan yaitu Hukum sebagai alat untuk

    memberlakukan asas penghapusan pengangguran dan pembukaan lapangan kerja serta

  • 13

    menjalankan amat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2) tersebut, maka dengan

    berlakunya Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor PER01/MEN/1987 Tentang Perlindungan

    Bagi Anak yang Terpaksa Bekerja adalah Tepat

    2.4 Pandangan Hukum tentang Ketenagakerjaan

    Tata Hukum Indonesia memiliki Peranan yang sangat besar karena tujuannya Hukum

    itu harus berlaku secara efektif di masyarakat, mengingat Tata Hukum Indonesia berlaku, dan

    sesuai dari Ajaran Hukum Kepegawaian, menyatakan Hukum Kepegawaian mencakup,

    meliputi beberapa ajaran Hukum Murni yaitu :

    1. Hukum Tata Pemerintahan

    2. Hukum Administrasi Negara

    3. Hukum Tata Usaha Negara

    Dengan demikian peranan Hukum Kepegawaian sebagai alat Pengaturan dari BUMN dan

    Perusahaan serta Ketenagakerjaan sesuai Hukum Positif yang berlaku yaitu :

    1. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 19 Tahun 2003 Tentang

    Badan Usaha Milik Negara.

    2. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 8 Tahun 1997 Tentang

    Dokumen Perusahaan

    3. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 1997 Tentang

    Ketenagakerjaan

    Dari ketentuan ke 3 Undang-Undang diatas menampakkan dan merupakan bagian dari

    Hukum Kepegawaian yang mengatur Peranan Badan Usaha Milik Negara serta Dokumen

    Perusahaan serta Ketenagakerjaan yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan

    yang lain untuk menjamin tidak terjadinya tumpang tindih dalam pelaksaannya dan pada

    umumnya didukung oleh beberapa Peraturan Pemerintah sebagai pelengkapnya dari pada

    diberlakunya Undang-Undang tersebut untuk berlaku secara efektif.

    Ketenagakerjaan adalah suatu hal yang berhubungan dengan tenaga kerja. Tenaga

    kerja sangatlah dibutuhkan dalam berbagai organisasi yang membutuhkan Sumber Daya

    Manusia. Tenaga kerja wajib dilindungi hak-haknya karna tenaga kerja diwajibkan bekerja

    untuk mengabdi pada tujuan perusahaan, dalam hal ini maka wajib bagi kita sebagai

    atasan/majikan untuk memperhatikan hak-hak yang harus diberikan kepada para tenaga kerja.

    Karna tanpa mereka perusahaan/organisasi/instansi tidak akan berjalan sesuai tujuan yang

    telah direncanakan awal sebagai tujuan pencapaian.

  • 14

    Melihat pada UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGAKERJAAN, bahwa

    Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

    sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau

    wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar

    hubungan kerja guna menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan

    menerima upah.

    Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan

    (Pasal 3;UU tentang Ketenagakerjaan). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk :

    (pasal 4;UU tentang Ketenagakerjaan)

    a. Memberdayakan dan mendayagunakan pekerja secara optimal

    b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai

    dengan kebutuhan pembangunan nasional

    c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan

    d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya

    Pengusaha, pekerja, dan atau serikat pekerja harus melakukan upaya untuk

    menghindari terjadinya pemutusan kerja (pasal 85)

    PASAL 110

    1. Dalam hal perudahaan bangkrut atau likuidasi secara hukum, upah pekerja merupakan

    utang yang didahulukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku

    2. Pengusaha menyusun skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,

    senioritas, produktivitas, dan prestasi kerja.

    3. Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala.

    PASAL 111

    1. Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat 3 diarahkan

    untuk mencapai kebutuhan hidup layak bagi pekerja dan keluarganya.

    2. Penetapan upah minimum dilaksanakan untuk tingkat daerah

    3. Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 2, untuk daerah tertentu

    dapat dilakukan menurut sektor dan sub-sektor

    4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari pada upah minimum

    sebagimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3

  • 15

    2.5 Peranan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

    Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 36 tahun 1995 tentang

    Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Presiden Republik

    Indonesia yang penulis kutip dari buku Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan

    Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara pengarang Yusuf Asyid, SH.,MH. Berbunyi :

    Menimbang :

    a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 25 Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 tentang

    Jaminan Sosial Tenaga Kerja, program Jaminan Sosial Tenaga Kerja diselenggarakan

    oleh Badan Penyelenggara yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

    berbentuk Perusahaan Perseroan (PERSERO)

    b. bahwa Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang

    berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan

    Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah menyelenggarakan Program Jaminan

    Sosial Tenaga Kerja, sudah saatnya ditetapkan sebagai Badan Penyelenggara

    c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan

    Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja sebagai Badan

    Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN BADAN

    PENYELENGGARA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

    Pasal 1

    1) perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang didirikan

    berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1990, ditetapkan sebagai Badan

    Penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam

    Undang-Undang nomor 3 tahun 1992

    2) perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) diubah namanya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)

    PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

    Pasal 2

    Maksud dan tujuan Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pasal 1 adalah untuk

    menyelenggarakan :

    a. Jaminan Kecelakaan Kerja

    b. Jaminan Kematian

  • 16

    c. Jaminan Hari Tua

    d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

    Pasal 3

    (1) Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, Badan Usaha Milik Negara yang

    selama ini telah menyelenggarakan sebagian atau seluruh program Asuransi Sosial

    Tenaga Kerja berdasarkan seluruk Hak dan Kewajibannya yang berkaitan dengan

    penyelenggaraan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja dimaksud kepada Badan

    Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.

    (2) Penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan selambat-lambatnya 1

    (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemeritah ini,

    Pasal 4

    (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program Jaminan Sosial

    Tenaga oleh Badan Penyelenggara dilakukan Mentri yang bertanggung jawab dalam

    bidang ketenagakerjaan

    (2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

    Mentri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat melakukan

    pemeriksaan langsung setiap waktu.

    Badan usaha milik negara yang usahanya menyelenggarakann program Jaminan

    Sosial Tenaga Kerja disebut Badan Penyeleggara. Dana program ajminan sosial tenaga kerja

    dikelola oleh Badan Penyelenggara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang yang

    berlaku. Pengelolaan dana jaminan sosial tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara dilakukan

    semata-mata untuk kepentingan peserta dengan mempertimbangkan penimbangan yang

    memadai antara kekayaan dan kewajiban Badan Penyelenggara. Kekayaan Badan

    Penyelenggara yang dimaksud terdiri dari:

    a. Investasi

    b. Kas dan Rekening Bank

    c. Piutang Iuran.

    Investasi kekayaan Badan Penyelenggara yang dimaksud dapat berupa :

    a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito

    b. Sertifikan Bank Indonesia (SBI)

    c. Saham dan obligasi yang tercatat di bursa efek Indonesia

    d. Unit Penyertaan Reksadana

    e. Penyertaan langsung ; dan atau

  • 17

    f. Tanah dengan bangunan

    Penempatan kekayaan Badan Penyelenggara ada aturannya yaitu terletak pada

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 Tahun 1996 tentang Pengelolaan

    dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja BAB III

    Kewajiban Badan Penyelenggara adalah sebagai berikut dimana jenis jaminan

    tersebut merupakan hak peserta :

    a. Cadangan Jaminan Hari Tua

    Pembentukan cadangan jaminan hari tua didasarkan pada akumulasi dari hak masing-

    masing peserta atas Jaminan Hari Tua, jumlah iuran peserta harus sama ditabah

    dengan hasil pengembangannya. Hasil pengembangannya tidak boleh kurang dari

    jumlah yang ditetapkan menteri keuangan

    b. Cadangan Jaminan Kecelakaan Kerja, Cadangan Jaminan Kematian, Cadangan

    Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

    Cadangan jaminan kecelakaan kerja, cadangan jaminan kematian dan cadangan

    pemeliharaan kesehatan harus memperhitungkan, kewajiban pembayaran jaminan

    yang timbul dari suatu peristiwa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, atau

    peristiwa yang sudah terjadi tetapi belum dibayar atau belum diselesaikan, atau yang

    sudah terjadi tetapi belum dilaporkan.

    2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan

    Pekerja, buruh adalah manuasia yang berkedudukan mulia dan beragama

    sebagaimana dijelaskan pada Pancasila yaitu sila Ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa,

    dengan demikian hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara, Pemerintah Negara Republik

    Indonesia. Yang dimaksud Pekerja, Pegawai, Buruh, Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai

    Negeri Sipil Daerah disebut Tenaga Kerja, Pekerja, Pegawai, Buruh adalah orang atau

    sekelompok orang yang bekerja pada instansi Non-Departemen yaitu BUMN dan Swasta

    lainnya yang disebut TENAGA KERJA untuk itu menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun

    1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja Pasal 1, menyatakan :

    Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun

    diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat

    Demikianlah didukung oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan :

    Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan

  • 18

    Dari penjelasan Undang-Undang diatas telah ada Hukum yang mengatur Pekerja

    yaitu pekerja Non-Departemen adalah pekerjaan BUMN atau Swasta lainnya, ada terdapat

    beberapa ketentuan yang mengatur atas kesepakatan antara perusahaan dengan buruh, Pekerja

    yang disebut Perjanjian Kerja diantaranya yaitu :

    Adanya pembuatan Perjanjian Kerja antara pekerja/buruh dengan pemilik

    perusahaan/direktur/kepala kepegawaian sesuai dan berdasarkan diberlakunya Kitab Undang-

    Undang Hukum Perdata yang menyatakan :

    Pasal 1601, a KUH Perdata

    Perjanjian kerja adalah surat perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan

    diri untuk bekerja padapihak yang lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan

    menerima upah.

    Pasal 1338 KUH Perdata

    Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undnag-Undang bagi mereka

    yang membuatnya, suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat

    kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang cukup untuk

    itu.

    Perjanjian untuk melakukan pekerjaan tertulis di kitab undang-undang hukum perdata

    buku ketiga bab 7A menjelaskan di pasal 1601 bahwa penjanjian kerja yaitu suatu perjanjian

    di mana pihak yang satu, buruh mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak lain (majikan)

    selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah. Catatan, seharusnya pasal ini berbunyi

    perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan diri

    untuk bekerja pada pihak lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah

    dan dimana pihak yang lain (majikan) mengikatkan diri untuk memperkerjakan pihak yang

    satu (buruh) dengan membayar upah.

    Jadi perjanjian kerja intinya adalah suatu pengikatan dalam bentuk tertulis yang

    biasanya dilakukan sebelum melakukan pekerjaan. Dilakukannya perjanjian kerja ini agar ada

    tanda pengikatan yang tidak bisa membuat pekerja maupun majikan menyeleweng dan

    diwajibkan mereka untuk memenuhi hak dan kewajiban yang seharusnya terlaksana.

    Menurut undang-undang tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan bagian ketiga,

    pasal 1602 bahwa majikan wajib membayar upah kepada buruh pada waktu yang ditentukan.

    Pasal 1602a unpah yang ditetapkan menurut jangka waktu, harus dibayar sejak saat buruh

    mulai bekerja sampai saat berakhirnya hubungan kerja.

    Majikan atau pimpinan wajib membayar upah sesuai perjanjian dengan hitungan

    jangka waktu dari mulai dia bekerja sampai saat berakhirnya hubungan kerja. Karna

  • 19

    membayar upah sudah menjadi kewajiban bagi pimpinan sebagai kompensasi atas kerja

    bawahan/majikan kepada perusahaan untuk memajukan perusahaan.

    Buruh/bawahan juga wajib melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut

    kemampuannya yang sebaik-baiknya. Buruh/bawahan juga wajib mentaati peraturan

    mengenai hal melakukan pekerjaan dan aturan yang ditunjukan pada peningkatan tata tertib

    dalam perusahaan majikan, hal tersebut tertera pada undang-undang tentang perjanjian untuk

    melakukan pekerjaan bagian keempat tentang kewajiban buruh.

    Hubungan kerja akan terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan

    pekerja. Perjajian kerja bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan, perjanjian kerja secara

    tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Menurut pasal 12 tentang Ketenagakerjaan, ayat 1 bahwa perjanjian kerja dibuat atas

    dasar kemauan bebas kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak,

    adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dan yang terakhr pekerjaan yang diperjanjikan tidak

    bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    Dengan adanya Perjanjian Kerja sebagaimana menurut [enjelasan dari Pasal-Pasal

    diatas selalu disertai dengan Perjanjian Upah yang dimasukkan kedalam Kesepakatan Kerja,

    Perjanjian Kerja atau dapat berdiri sendiri yaitu dibuat terpisah, yang kebiasaan telah

    ditentukan oleh Pihak Pengusaha, Pihak Perusahaan, hal tersebut yang diuraikan diatas

    dibenarkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah

    Pasal 1 (sub a.b.c.d) yang menyatakan :

    a. Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk

    sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai

    dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan kerja antara

    pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun

    keluarganya.

    b. Pengusaha ialah :

    1. Orang yang persekutuan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik

    sendiri.

    2. Orang persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan

    Perusahaan bukan miliknya

    3. Orang persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili

    perusahaan termasuk pada angka 1 dan 2 diatas, yang berkedudukan diluar

    Indonesia.

    c. Buruh adalah Tenaga Kerja yang bekerja pada pengusaha dengan menerima upah.

  • 20

    Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan

    pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada pasal 88 ayat 1 UU nomor 13 tahun

    2003, bahwa setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

    penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang layak, dimana

    jumlah pendapatan pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan dan

    minuman, sandang, oerumahan, kesehatan dan jaminan hari tua

    Prinsip Pengupahan :

    a. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pad saat

    hubungan kerja putus

    b. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/ buruh laki-laki

    dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama.

    c. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan

    d. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, dengan formulasi upah

    pokok minimal 75%

    e. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari

    hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak

    timbulnya hak.

  • 21

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Tata Hukum Indonesia memiliki peranan yang sangat besar karena tujuannya Hukum

    itu harus berlaku secara efektif di masyarakat. Dengan demikian peranan Hukum

    Kepegawaian sebagai alat pengaturan dari BUMN dan swasta serta ketenagakerjaan sesuai

    hukum positif.

    Dan didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan melindungi segenap

    bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

    umum dengan demikian Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan adalah tepat

    karena buruh, pekerja memiliki hak yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa maupun

    dihadapan Hukum yang berlaku, mengingat Pembangunan Nasional bertujuan untuk

    mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan

    pancasila sebagai wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu serta

    berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang mengandung 4 asas yaitu :

    1. Asas Penegakkan Hukum (The Rule of Law)

    2. Asas Demokrasi

    3. Asas Kesadaran Hukum

    4. Asas Kesejahteraan

    Dengan demikian dari ke-4 asas tersebut mempunyai kaitan dengan Peranan Pancasila

    sebagai Dasar Hukum Perburuhan

    Dengan demikian dasar diberlakunya hukum kepegawaian yaitu Undang-undang

    maupun berupa Peraturan Pemerintah dan Kepres serta Keputusan Menteri, Keputusan

    Pejabat Negara, dengan tujuan untuk melindungi hak-hak dari Pegawai, pekerja untuk

    sekarang dan siakan datang, serta melindungi hak dan kewajiban adalah satu usaha dari

    negara, Pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai tujuan Nasional dalam mewujudkan

    masyarakat madani yang taat hukum untuk tercapainya kemakmuran sebagai mana dijelaskan

    dalam UUD 1945. Maka keterkaitan hubungan antara Pancasila dan Hubungan Industrial

    yang berlaku di pegawai BUMN dan Swasta lainnya sangatlah erat.

  • 22

    3.2 Saran

    Pekerja BUMN dan Swasta adalah warga Negara Indonesia yang wajib menerima

    perlindungan Hukum, oleh sebab itu para Direktur atau Pimpinan perusahaan wajib

    memperhatikan hak-hak mereka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan tidak keluar

    dari jalur Pancasila sebagai pedoman bernegara.

    Para Direktur Utama atau Pimpinan Perusahaan dalam mempekerjakan para

    pegawainya harus berpedoman pada Undang-Undang yang berlaku dan Pancasila sebagai

    pedomannya. Dari mulai rekrutmen pegawai, perjanjian kerja ketika akan dilangsungkannya

    hubungan kerja, jaminan sosial atau perlindungan terhadap tenaga kerja, serta kompensasi

    dan tunjangannya. Itu semua diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25

    tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.

    Hukum Kepegawaian mengatur Peranan Badan Usaha Milik Negara serta Dokumen

    Perusahaan serta Ketenagakerjaan yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan

    yang lain untuk menjamin tidak terjadinya tumpangtindih dalam pelaksanaan.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    H. Yusuf Asyid, S.H., M.H, Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, Tahun 2013

    Rozali Abdullah, S.H, Hukum Kepegawaian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

    Abdul Khakim S,H, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2003