contoh makalah kedudukan hubungan-hubungan industri pancasila terhadap pekerja bumn dan swasta
DESCRIPTION
Hubungan-Hubungan Industri Pancasila dengan pegawai BUMN dan SwastaTRANSCRIPT
-
1
MAKALAH
KEDUDUKAN HUBUNGAN-HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA
TERHADAP PEKERJA BUMN dan SWASTA
MATA KULIAH
HUKUM KEPEGAWAIAN
DOSEN
H. YUSUF ASYID, S.H,. M.H.
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Kepegawaian
Disusun Oleh :
Restu Ardhya Wahyu Ningsih
NPM 170103120091
Jurusan Administrasi Kepegawaian
PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jln. Bukit Dago Utara no. 25
Bandung 2014
-
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karna berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis sebagai mahasiswa dapat menyelesaikan tugas perkuliahan
pembuatan makalah yang berjudul Kedudukan Hubungan-hubungan Industri Pancasila
terhadap Pekerja BUMN dan Swasta dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari bapak H. Yusuf Asyid
S.H,. M.H, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak H. Yusuf Asyid S.H,. M.H, selaku Dosen mata kuliah Hukum
Kepegawaian yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah
ini dapat selesai dengan lancar, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, serta penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
Bandung, 12 Maret 2014
Restu Ardhya Wahyu Ningsih
-
3
DAFTAR ISI
Contents KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Pemilihan Judul ....................................................................................................................... 4
1.2 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................................................... 6
KEDUDUKAN HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA BUMN dan
SWASTA ................................................................................................................................................ 6
2.1 Peranan Pancasila .................................................................................................................... 6
2.2 Kedudukan Hubungan Industri Pancasila ............................................................................... 9
2.3 Peranan Pekerja BUMN dan Swasta ..................................................................................... 11
2.4 Pandangan Hukum tentang Ketenagakerjaan........................................................................ 13
2.5 Peranan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) ....................................................... 15
2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan ................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 21
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 23
-
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemilihan Judul
Kedudukan Hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja BUMN dan
Swasta. Penulis membahas judul tersebut karna adanya keterkaitan antara Pancasila
dengan Kepegawaian terhadap pekerja BUMN dan Swasta yang menimbulkan
masalah.
1.2 Latar Belakang Masalah
Pancasila adalah pedoman hidup bernegara, rakyat Indonesia bernegara
dengan berpedoman pada Pancasila. Begitu juga kita sebagai rakyat Indonesia wajib
menuntut hak-hak kita sebagaimana tertulis di sila ke-5 yang berbunyi Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagian besar rakyat kita adalah pekerja, ada
yang menjadi Pegawai Pemerintah, BUMN maupun Swasta. Itu semua tidak terlepas
terhadap ruang lingkup pancasila.
Membahas perselisihan identik dengan membahas konflik. Secara sosologis
perselisihan dapat terjadi di mana-mana. Secara psikologis perselisihan merupakan
luapan emosi yang mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Jadi,
masalah perselisihan merupakan hal yang lumrah karena telah terjadi kodrat manusia
itu sendiri.
Demikian pula mengenai perselisihan hubungan industrial (dahulu disebut
perselisihan perburuhan) terkadang tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, semua pihak
yang terlibat dalam perselisihan harus bersifat dan bersikap lapang dada serta berjiwa
besar untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi tersebut.
Yang dimaksud (Pasal 1 ayat (1) huruf c Undang-Undang nomor 22 tahun
1957) perselisihan perburuhan adalah pertentangan antara majikan atau perkumpulan
majikan dengan serikat buruh atau gabungan serikat buruh berhubung dengan tidak
adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau
keadaan perburuhan. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor KEP-15.A/MEN/1994, istilah perselisihan perburuhan diganti menjadi
perselisihan Hubungan Industrial.
Sedangkan menurut Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003,
perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan
-
5
pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruhkarena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antara
serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
Prinsip penyelesaian perselisihan hubungan industrial dilakukan oleh
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah
untk mufakat (Pasal 136 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
1.3 Rumusan Masalah
Judul Kedudukan Hubungan-hubungan Industri Pancasila terhadap Pekerja
BUMN dan Swasta ini saya pilih karena pada dasarnya pekerjaan baik itu pegawai
negri, BUMN dan swasta akan berdasar pada Pancasila. Makadari itu, antara industri
pancasila dan pekerja akan saling berhubungan dan muncul-muncul masalah yang
akan saya bahas dalam makalah ini.
-
6
BAB II
KEDUDUKAN HUBUNGAN INDUSTRI PANCASILA TERHADAP PEKERJA
BUMN dan SWASTA
2.1 Peranan Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia, Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta : panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan bernegara di negara
Indonesia, termasuk dalam hal pekerjaan, karena pegawai adalah mereka yang secara
langsung digerakan oleh Negara, Pemerintah, atau Pejabat Penguasa karena telah ada
undang-undang yang mengatur dan mengikat untuk dapat melaksanakan dan
menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang terbaik untuk Negara
atau untuk tempat pegawai/pekerja tersebut bekerja, sehingga Negara mempunyai kewajiban
mencipta dan menyusun undang-undang dalam melindungi hak-hak para pegawai dan pekerja
tersebut. Maka dengan demikian dasar diberlakunya Hukum Kepegawaian di Indonesia
berdasar pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan tiap-tiap warga Negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Dari penjelasan Undang-
Undang diatas telah ada Hukum yang mengatur Pekerja yaitu pekerja Non-Departemen
adalah pekerjaan BUMN atau Swasta lainnya.
Pancasila sebagai Filsafat dasar Negara Republik Indonesia, oleh karena itu terdapat
banyak Rakyat Indonesia yang belum memahami makna dari ke 5 Arti Pancasila, ternyata ke
5 Pancasila adalah merupakan Dasar Hukum dari pemberlakuan Hukum Perburuhan,
sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal II Pengaturan Peralihan Undang-Undang Dasar
1945 yang menyatakan segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung
berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang ini
Bahwa dikarenakan buruh disebut Pekerja dan berkedudukan sebagai manusia yang
membutuhkan kehidupan sehingga melakukan pekerjaan, bekerja pada perusahaan yang
menampung buruh, pekerja tersebut untuk dipekerjakan dan perlu diketahui buruh, pekerja
mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dengan majikan, pemilik perusahaan
demikian PASAL 27 ayat 1 dan PASAL 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang
selengkapnya menyatakan :
PASAL 27
-
7
(1) Segala Warga Negara bersamaan kedudukannya didalam Hukum dan Pemerintahan
Wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada terkecualinya.
PASAL 30
(1) Tiap-tiap Warga Negara dan wajib ikut serta dalam Usaha Pembelaan Negara
Dan didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum dengan demikian Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan adalah tepat
karena buruh, pekerja memiliki hak yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa maupun
dihadapan Hukum yang berlaku, mengingat Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan
pancasila sebagai wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu serta
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang mengandung 4 asas yaitu :
1. Asas Penegakkan Hukum (The Rule of Law)
2. Asas Demokrasi
3. Asas Kesadaran Hukum
4. Asas Kesejahteraan
Dengan demikian dari ke-4 asas tersebut mempunyai kaitan dengan Peranan Pancasila
sebagai Dasar Hukum Perburuhan, demikian menurut T Hadisoemarto, SH yang menyatakan
yaitu mengenai hubungan perburuhan dan Pancasila dirumuskan sebagai berikut :
1. Pada Sila Pertama yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, hubungan perburuhan dan
pengusaha adalah tanggung jawab bersama yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa
kepada buruh dan pengusaha untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga
dengan demikian tujuan duniawi juga mempunyai tujuan akhirat, dengan demikian
maka hubungan perburuhan dilandasi Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
adalah merupakan pelaksanaan pengabdian buruh dan pengusaha kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Sila Kedua yaitu Ke-Manusiaan yang Adil dan Beradab, pada hubungan perburuhan
harus dinilai dari segi Norma Kemanusiaan oleh karena itu hubungan kerja antara
buruh dan pengusaha secara timbal balik harus menjamin kegunaan bagi buruh dan
pengusaha sebagai indovodu, dan bagi semua buruh serta pengusaha sesuai dengan
martabat manusia.
3. Sila Ketiga yaitu Persatuan Indonesia, harus diciptakan pengaturan yang dapat
menjamin kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia, oleh karena itu maka hubungan
perburuhan harus mengandung prinsip tidak mengenal perbedaan perlakuan, karena
-
8
daerah/suku, agama maupun kedudukan sosial, harus dapat memupuk dan memelihara
kerjasama yang erat diantara kelompok-kelompok jenis kerja/ lingkungan kerja dalam
satu kondisi yang tepat disatu pihak dan pengusaha dilain pihak, kedua belah pihak
(buruh dan pengusaha) saling menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, mereka
adalah interdependen satu sama lain, sehingga dengan sendirinya memberikan
kemanfaatan bagi bangsa dan Negara Republik Indonesia.
4. Sila keempat yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan dan Sila Kelima yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, maka sudah selayaknya hubungan perburuhan harus diatur melalui/dengan
jalan musyawarah untuk mufakat, setiap pertentangan yang mungkin timbul antara
buruh pengusaha tidak boleh diselesaikan secara paksaan sepihak, oleh karena itu
dapat membawa konsekwensi tidak hanya merugikan hubungan kedua belah pihak,
tetapi akan membuat timbulnya hambatan bagi terselenggaranya kesejahteraan umum
rakyat banyak, dalam hal sebaliknya suatu penyelesaian yang berat sebelah adalah
tidak selaras dengan rasa keadilan, bahkan bertentangan dengan usaha kesejahteraan
umum yang justru menjadi sasaran dari pada program pembangunan.
Pekerja, buruh adalah manuasia yang berkedudukan mulia dan beragama
sebagaimana dijelaskan pada Pancasila yaitu sila Ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa,
dengan demikian hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara, Pemerintah Negara Republik
Indonesia. Yang dimaksud Pekerja, Pegawai, Buruh, Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai
Negeri Sipil Daerah disebut Tenaga Kerja, Pekerja, Pegawai, Buruh adalah orang atau
sekelompok orang yang bekerja pada instansi Non-Departemen yaitu BUMN dan Swasta
lainnya yang disebut TENAGA KERJA.
Dari uraian sebagaimana diatas menunjukkan kepada kita yaitu buruh adalah mesin
penggerak maju atau mundurnya suatu perusahaan yang telah ditentukan oleh pengusaha
sesuai program perusahaan, sehingga asas-asas Pancasila adalah satu patokan menghindarkan
terjadinya perselisihan antara buruh dang pengusaha. Maka diperlukan satu kesadaran yang
tinggi dan merasa bertanggung jawab dalam menempatkan diri sebagai buruh, pekerja, begitu
pula pengusaha dengan memperhatikan hak-hak para buruh, para pekerja, dan meningkatkan
hak-hak buruh dan pekerja sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-Undang dan perlu
memberikan kebijakan dari pengusaha dengan memberi hadiah sesuai prestasi kerja setiap
beberapa bulan atau dalam setiap tahunserta disertai dengan memberi Piagam Kerja dan
disertai hadiah berupa uang adalah salah satu cara memotivasi pekerja agar lebih giat dalam
-
9
bekerja sehingga akan muncul rasa tanggung jawab dari para buruh/pekerja. Mengingat
kepatutan terhadap ketentuan perusahaan lebih besar dan menghindar adanya perbuatan
sewenang-wenang yang menumbulkan kerugian peusahaan.
2.2 Kedudukan Hubungan Industri Pancasila
Pancasila mengatur hak asasi dan pekerja, khususnya landasan perjanjian kerja.
Segala sumber hukum tentang Ketenagakerjaan pasti akan berlandaskan pada pancasila.
Sebagaimana disebutkan dalam pancasil sila ke 5 Kesejahteraan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia sila tersebut menggambarkan bahwa seluruh rakyat indonesia harus makmur dan
sejahtera. Begitu juga para pekerja Indonesia pemerintah harus bisa melindungi hak-hak
pekerja dan mensejahterakan para pekerja. Sebagaimana telah diatur di peraturan perundang-
undangan tentang ketenagakerjaan, yaitu memperjelas segala hal tentang nasib pegawai dari
mulai upah/kompensasi, hak majikan/atasan, hak pegawai, pengaturan jam kerja, jaminan
sosial tenaga kerja dan lain sebagainya.
Mengapa aturan itu ada? Karna kita berpacu pada pancasila yang mewajibkan
pemerintah bertanggungjawab atas kesejahteraan pekerja.
Sistem Hukum Nasional kita pada garis besarnya mengenal tiga bidang hukum, yaitu
Hukum Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Tata Negara. Sedangkan Hukum Tata Negara
dalam arti luas dapat dibagi lagi atas Hukum Tata Negara dalam arti sempit dan Hukum
Administrasi Negara.
Prof. Oppenheim mengartikan Hukum Tata Negara sebagai hukum yang memberi
gambaran tentang negara dalam keadaan yang tidak bergerak (staat in rust), sedangkan
Hukum Administrasi Negara mempertunjukkan kepada kita negara dalam keadaan bergerak
(staat in beweging).
Sedangkan Dr. E. Utrecht, SH mengatakan Hukum Administrasi Negara menguji
hubungan hukum istimewa yang diadakan untuk memungkinkan para pejabat (Administrasi
negara) melakukan tugas mereka yang khusus.
Dari apa yang dikemukakan oleh Prof. Oppenheim dan Dr. E. Utrecht. SH diatas
dapat ditarik kesimpulan, bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang
menggambarkan negara dalam keadaan bergerak, dengan para pejabatnya melakukan
hubungan hukum istimewa di dalam rangka melakukan tugas-tugas mereka yang bersifat
khusus.
Dari apa yang telah dikemukakan diatas jelaslah bagi kita bahwa Hukum
Kepegawaian itu termasuk dalam lapangan Hukum Administrasi Negara, oleh karena itu
-
10
dapatlah dirumuskan bahwa Hukum Kepegawaian merupakan bagian dari Hukum
Administrasi Negara, yang khusus mengatur tentang kedudukan, kewajiban, dan hak serta
pembinaan pegawai.
Berdasarkan literatur Hukum Ketenagakerjaan perselisihan hubungan industrial
dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Perselisihan hak, ialah perselisihan yang timbul karena salah satu pihak tidak
memenuhi isi perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian perburuhan atau
ketentuan perundangan ketenagakerjaan.
2. Perselisihan kepentingan, yaitu perselisihan yang terjadi akibat dari perubahan syarat-
syarat perburuhan atau yang timbul karena tidak ada persesuaian paham mengenai
syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan.
Sedangkan menurut Widodo dan Juliantoro (1992: 25-26) berdasarkan sifatnya
perselisihan dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Perselisihan perburuhan kolektif, yakni perselisihan yang terjadi antara
pengusaha/majikandengan serikat pekerja/serikat buruh, karena tidak adanya
persesuaian paham mengenai hubungan kerja dan/atau keadaan perburuhan.
2. Perselisihan perburuhan perseorangan, yaitu perselisihan antara pekerja/buruh yang
tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau majikan.
Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Secara teoritis ada 3 kemungkinan untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial, yaitu melalui peundingan, menyerahkan kepada juru/dewan pemisah, dan
menyerahkan kepada Pegawai Perburuhan untuk diperantai.
Yang dimaksud juri.dewan pemisah adalah arbiter, yaitu pihak-pihak lain yang
berdasarkan pihak-pihak yang berselisih ditunjuk untuk membantu penyelesaian perselisihan.
Sedangkan yang dimaksud pegawai perburuhan adalah Pegawai Perantara, yaitu oegawai
disnaker atau instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memiliki
wewenang untuk memberikan perantaraan dalam penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Prinsip penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah :
1. Wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
Buruh secara musyawarah untuk mufakat (Pasal 136 ayat 1 UU Nomor 13 tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan)
-
11
2. Bila upaya musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial melalui prosedur yang diatur Undang-Undang (pasal 136 ayat 2 UU Nomor
13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan)
Menurut pasal 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor KEP-15A/MEN/1994 penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ditempuh
dalam 4 tahap yaitu :
1. Tingkat Perusahaan
2. Tingkat pemerantaraan
3. Tingkat panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daeran
4. Tingkat panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pussat
2.3 Peranan Pekerja BUMN dan Swasta
Pada zaman kapitalisme Modern, Hukum yang diberlakukan kepada Pekerja Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) atau Pekerja Swasta lainnya diatur Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdara dimana syarat-syarat kerja berada pada tangan pemilik, jadi Dirut
yang mengatur para pekerja, itu terjadi sebelum Indonesia merdeka setelah Indonesia
merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 adalah patokan dari sumber Hukum
Negara Indonesia Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan : ...Tiap-tiap Warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.. kemudian mulai berkembang
atas hak sebagai pekerja demikianlah diberlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1986
Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, menyatakan
PASAL 1
Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun
diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat
PASAL 2
Dalam menjalankan Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya, tidak boleh ada
diskriminasi.
Dan pada instansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta lainnya terlihat
masih memberlakukan beberapa Pasal yang ada dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH PERDATA, BW) sebagai dasar Perjanjian Kerja yaitu Pasal 1601 a yang menyatakan :
perjanjian perburuhan adalah perjanjian dengan mana pihak yang lain (majikan) untuk satu
waktu tertentu,melakukan pekerjaan dengan menerima upah
-
12
Setelah Negara Indonesia dinyatakan Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945
Pemerintah Negara Republik Indonesia membentuk beberapa Undang-Undang sebagai dasar
hukum yang berlaku kepada Pegawai BUMN atau swasta lainnya, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 Tentang Undang-Undnag Kerja
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1950 Mengenai Waktu Kerja Dan Waktu
Istrahat
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 03/MEN/87 Tentang Upah bagi Pekerja
pada Hari Libur Resmi
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1954 Tentang Istirahat Tahunan Bagi Buruh
5. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) BW (Burgerlijk Wetboek)
6. Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Tenaga Kerja
Dari uraian diatas Undang-Undang tersebut berkedudukan sebagai sumber Hukum yang
melindungi Pekerja BUMN atau swasta lainnya, namun demikian ada terdapat makna inti
Hukum yang berlaku kepada pegawai BUMN dan swasta lainnya yaitu berada didalam
pemberlakuan Undang-Undang nomor 14 tahun 1969 Undang-Undang Tenaga Kerja ada 2
hal penting diantaranya :
1. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Menghindari diadakan diskriminasi dengan memberi jaminan hidup yang layak dan
memperoleh kepuasan atas tugasnya dan adanya jasa penghargaan
Hukum yang berlaku kepada pegawai BUMN atau pekerja swasta adalah
bersumber kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, olej karena itu Pekerja
yang disebut buruh adalah laki-laki, perempuan serendahnya berusia 14 tahun keata dan
pekerja/buruh yag berada dibawah usia 14 tahun dapat dipekerjakan dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor PER01/MEN.1987 Tentang Perlindungan Bagi Anak
Yang Terpaksa Bekeja,. Sedangkan pengangkatan seorang untuk menjadi pegawai negeri
yaitu batas usia 18 tahun atau setinggi-tingginya 35 tahun, Demikian Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 98 tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil Pasal 6
Sub c tersebut.
Yang menunjuk Hukum memiliki peranan yaitu Hukum sebagai alat untuk
memberlakukan asas penghapusan pengangguran dan pembukaan lapangan kerja serta
-
13
menjalankan amat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2) tersebut, maka dengan
berlakunya Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor PER01/MEN/1987 Tentang Perlindungan
Bagi Anak yang Terpaksa Bekerja adalah Tepat
2.4 Pandangan Hukum tentang Ketenagakerjaan
Tata Hukum Indonesia memiliki Peranan yang sangat besar karena tujuannya Hukum
itu harus berlaku secara efektif di masyarakat, mengingat Tata Hukum Indonesia berlaku, dan
sesuai dari Ajaran Hukum Kepegawaian, menyatakan Hukum Kepegawaian mencakup,
meliputi beberapa ajaran Hukum Murni yaitu :
1. Hukum Tata Pemerintahan
2. Hukum Administrasi Negara
3. Hukum Tata Usaha Negara
Dengan demikian peranan Hukum Kepegawaian sebagai alat Pengaturan dari BUMN dan
Perusahaan serta Ketenagakerjaan sesuai Hukum Positif yang berlaku yaitu :
1. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 19 Tahun 2003 Tentang
Badan Usaha Milik Negara.
2. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 8 Tahun 1997 Tentang
Dokumen Perusahaan
3. Diberlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 1997 Tentang
Ketenagakerjaan
Dari ketentuan ke 3 Undang-Undang diatas menampakkan dan merupakan bagian dari
Hukum Kepegawaian yang mengatur Peranan Badan Usaha Milik Negara serta Dokumen
Perusahaan serta Ketenagakerjaan yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan
yang lain untuk menjamin tidak terjadinya tumpang tindih dalam pelaksaannya dan pada
umumnya didukung oleh beberapa Peraturan Pemerintah sebagai pelengkapnya dari pada
diberlakunya Undang-Undang tersebut untuk berlaku secara efektif.
Ketenagakerjaan adalah suatu hal yang berhubungan dengan tenaga kerja. Tenaga
kerja sangatlah dibutuhkan dalam berbagai organisasi yang membutuhkan Sumber Daya
Manusia. Tenaga kerja wajib dilindungi hak-haknya karna tenaga kerja diwajibkan bekerja
untuk mengabdi pada tujuan perusahaan, dalam hal ini maka wajib bagi kita sebagai
atasan/majikan untuk memperhatikan hak-hak yang harus diberikan kepada para tenaga kerja.
Karna tanpa mereka perusahaan/organisasi/instansi tidak akan berjalan sesuai tujuan yang
telah direncanakan awal sebagai tujuan pencapaian.
-
14
Melihat pada UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGAKERJAAN, bahwa
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki atau
wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan
menerima upah.
Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan
(Pasal 3;UU tentang Ketenagakerjaan). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk :
(pasal 4;UU tentang Ketenagakerjaan)
a. Memberdayakan dan mendayagunakan pekerja secara optimal
b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan nasional
c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan
d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
Pengusaha, pekerja, dan atau serikat pekerja harus melakukan upaya untuk
menghindari terjadinya pemutusan kerja (pasal 85)
PASAL 110
1. Dalam hal perudahaan bangkrut atau likuidasi secara hukum, upah pekerja merupakan
utang yang didahulukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
2. Pengusaha menyusun skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,
senioritas, produktivitas, dan prestasi kerja.
3. Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala.
PASAL 111
1. Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat 3 diarahkan
untuk mencapai kebutuhan hidup layak bagi pekerja dan keluarganya.
2. Penetapan upah minimum dilaksanakan untuk tingkat daerah
3. Penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat 2, untuk daerah tertentu
dapat dilakukan menurut sektor dan sub-sektor
4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari pada upah minimum
sebagimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3
-
15
2.5 Peranan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 36 tahun 1995 tentang
Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Presiden Republik
Indonesia yang penulis kutip dari buku Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan
Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara pengarang Yusuf Asyid, SH.,MH. Berbunyi :
Menimbang :
a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 25 Undang-Undang nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, program Jaminan Sosial Tenaga Kerja diselenggarakan
oleh Badan Penyelenggara yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
berbentuk Perusahaan Perseroan (PERSERO)
b. bahwa Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah menyelenggarakan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, sudah saatnya ditetapkan sebagai Badan Penyelenggara
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan
Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja sebagai Badan
Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN BADAN
PENYELENGGARA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Pasal 1
1) perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang didirikan
berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1990, ditetapkan sebagai Badan
Penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang nomor 3 tahun 1992
2) perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diubah namanya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)
PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pasal 2
Maksud dan tujuan Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud pasal 1 adalah untuk
menyelenggarakan :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
b. Jaminan Kematian
-
16
c. Jaminan Hari Tua
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pasal 3
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, Badan Usaha Milik Negara yang
selama ini telah menyelenggarakan sebagian atau seluruh program Asuransi Sosial
Tenaga Kerja berdasarkan seluruk Hak dan Kewajibannya yang berkaitan dengan
penyelenggaraan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja dimaksud kepada Badan
Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
(2) Penyerahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemeritah ini,
Pasal 4
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program Jaminan Sosial
Tenaga oleh Badan Penyelenggara dilakukan Mentri yang bertanggung jawab dalam
bidang ketenagakerjaan
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Mentri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dapat melakukan
pemeriksaan langsung setiap waktu.
Badan usaha milik negara yang usahanya menyelenggarakann program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja disebut Badan Penyeleggara. Dana program ajminan sosial tenaga kerja
dikelola oleh Badan Penyelenggara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang yang
berlaku. Pengelolaan dana jaminan sosial tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara dilakukan
semata-mata untuk kepentingan peserta dengan mempertimbangkan penimbangan yang
memadai antara kekayaan dan kewajiban Badan Penyelenggara. Kekayaan Badan
Penyelenggara yang dimaksud terdiri dari:
a. Investasi
b. Kas dan Rekening Bank
c. Piutang Iuran.
Investasi kekayaan Badan Penyelenggara yang dimaksud dapat berupa :
a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito
b. Sertifikan Bank Indonesia (SBI)
c. Saham dan obligasi yang tercatat di bursa efek Indonesia
d. Unit Penyertaan Reksadana
e. Penyertaan langsung ; dan atau
-
17
f. Tanah dengan bangunan
Penempatan kekayaan Badan Penyelenggara ada aturannya yaitu terletak pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 Tahun 1996 tentang Pengelolaan
dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja BAB III
Kewajiban Badan Penyelenggara adalah sebagai berikut dimana jenis jaminan
tersebut merupakan hak peserta :
a. Cadangan Jaminan Hari Tua
Pembentukan cadangan jaminan hari tua didasarkan pada akumulasi dari hak masing-
masing peserta atas Jaminan Hari Tua, jumlah iuran peserta harus sama ditabah
dengan hasil pengembangannya. Hasil pengembangannya tidak boleh kurang dari
jumlah yang ditetapkan menteri keuangan
b. Cadangan Jaminan Kecelakaan Kerja, Cadangan Jaminan Kematian, Cadangan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Cadangan jaminan kecelakaan kerja, cadangan jaminan kematian dan cadangan
pemeliharaan kesehatan harus memperhitungkan, kewajiban pembayaran jaminan
yang timbul dari suatu peristiwa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, atau
peristiwa yang sudah terjadi tetapi belum dibayar atau belum diselesaikan, atau yang
sudah terjadi tetapi belum dilaporkan.
2.6 Perjanjian Kerja Sumber Hukum Pekerja dan Perusahaan
Pekerja, buruh adalah manuasia yang berkedudukan mulia dan beragama
sebagaimana dijelaskan pada Pancasila yaitu sila Ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa,
dengan demikian hak-haknya perlu dilindungi oleh Negara, Pemerintah Negara Republik
Indonesia. Yang dimaksud Pekerja, Pegawai, Buruh, Pegawai Negeri Sipil Pusat, Pegawai
Negeri Sipil Daerah disebut Tenaga Kerja, Pekerja, Pegawai, Buruh adalah orang atau
sekelompok orang yang bekerja pada instansi Non-Departemen yaitu BUMN dan Swasta
lainnya yang disebut TENAGA KERJA untuk itu menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun
1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja Pasal 1, menyatakan :
Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun
diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat
Demikianlah didukung oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan :
Tiap-tiap Warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
-
18
Dari penjelasan Undang-Undang diatas telah ada Hukum yang mengatur Pekerja
yaitu pekerja Non-Departemen adalah pekerjaan BUMN atau Swasta lainnya, ada terdapat
beberapa ketentuan yang mengatur atas kesepakatan antara perusahaan dengan buruh, Pekerja
yang disebut Perjanjian Kerja diantaranya yaitu :
Adanya pembuatan Perjanjian Kerja antara pekerja/buruh dengan pemilik
perusahaan/direktur/kepala kepegawaian sesuai dan berdasarkan diberlakunya Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang menyatakan :
Pasal 1601, a KUH Perdata
Perjanjian kerja adalah surat perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan
diri untuk bekerja padapihak yang lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan
menerima upah.
Pasal 1338 KUH Perdata
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undnag-Undang bagi mereka
yang membuatnya, suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat
kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang cukup untuk
itu.
Perjanjian untuk melakukan pekerjaan tertulis di kitab undang-undang hukum perdata
buku ketiga bab 7A menjelaskan di pasal 1601 bahwa penjanjian kerja yaitu suatu perjanjian
di mana pihak yang satu, buruh mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak lain (majikan)
selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah. Catatan, seharusnya pasal ini berbunyi
perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu (buruh) mengikatkan diri
untuk bekerja pada pihak lain (majikan) selama suatu waktu tertentu dengan menerima upah
dan dimana pihak yang lain (majikan) mengikatkan diri untuk memperkerjakan pihak yang
satu (buruh) dengan membayar upah.
Jadi perjanjian kerja intinya adalah suatu pengikatan dalam bentuk tertulis yang
biasanya dilakukan sebelum melakukan pekerjaan. Dilakukannya perjanjian kerja ini agar ada
tanda pengikatan yang tidak bisa membuat pekerja maupun majikan menyeleweng dan
diwajibkan mereka untuk memenuhi hak dan kewajiban yang seharusnya terlaksana.
Menurut undang-undang tentang perjanjian untuk melakukan pekerjaan bagian ketiga,
pasal 1602 bahwa majikan wajib membayar upah kepada buruh pada waktu yang ditentukan.
Pasal 1602a unpah yang ditetapkan menurut jangka waktu, harus dibayar sejak saat buruh
mulai bekerja sampai saat berakhirnya hubungan kerja.
Majikan atau pimpinan wajib membayar upah sesuai perjanjian dengan hitungan
jangka waktu dari mulai dia bekerja sampai saat berakhirnya hubungan kerja. Karna
-
19
membayar upah sudah menjadi kewajiban bagi pimpinan sebagai kompensasi atas kerja
bawahan/majikan kepada perusahaan untuk memajukan perusahaan.
Buruh/bawahan juga wajib melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut
kemampuannya yang sebaik-baiknya. Buruh/bawahan juga wajib mentaati peraturan
mengenai hal melakukan pekerjaan dan aturan yang ditunjukan pada peningkatan tata tertib
dalam perusahaan majikan, hal tersebut tertera pada undang-undang tentang perjanjian untuk
melakukan pekerjaan bagian keempat tentang kewajiban buruh.
Hubungan kerja akan terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja. Perjajian kerja bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan, perjanjian kerja secara
tertulis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut pasal 12 tentang Ketenagakerjaan, ayat 1 bahwa perjanjian kerja dibuat atas
dasar kemauan bebas kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak,
adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dan yang terakhr pekerjaan yang diperjanjikan tidak
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan adanya Perjanjian Kerja sebagaimana menurut [enjelasan dari Pasal-Pasal
diatas selalu disertai dengan Perjanjian Upah yang dimasukkan kedalam Kesepakatan Kerja,
Perjanjian Kerja atau dapat berdiri sendiri yaitu dibuat terpisah, yang kebiasaan telah
ditentukan oleh Pihak Pengusaha, Pihak Perusahaan, hal tersebut yang diuraikan diatas
dibenarkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor : 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah
Pasal 1 (sub a.b.c.d) yang menyatakan :
a. Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk
sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan kerja antara
pengusaha dengan buruh termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun
keluarganya.
b. Pengusaha ialah :
1. Orang yang persekutuan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik
sendiri.
2. Orang persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
Perusahaan bukan miliknya
3. Orang persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan termasuk pada angka 1 dan 2 diatas, yang berkedudukan diluar
Indonesia.
c. Buruh adalah Tenaga Kerja yang bekerja pada pengusaha dengan menerima upah.
-
20
Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan
pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada pasal 88 ayat 1 UU nomor 13 tahun
2003, bahwa setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang layak, dimana
jumlah pendapatan pekerja/buruh dan keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan dan
minuman, sandang, oerumahan, kesehatan dan jaminan hari tua
Prinsip Pengupahan :
a. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan berakhir pad saat
hubungan kerja putus
b. Pengusaha tidak boleh mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja/ buruh laki-laki
dan wanita untuk jenis pekerjaan yang sama.
c. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan
d. Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, dengan formulasi upah
pokok minimal 75%
e. Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 tahun sejak
timbulnya hak.
-
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tata Hukum Indonesia memiliki peranan yang sangat besar karena tujuannya Hukum
itu harus berlaku secara efektif di masyarakat. Dengan demikian peranan Hukum
Kepegawaian sebagai alat pengaturan dari BUMN dan swasta serta ketenagakerjaan sesuai
hukum positif.
Dan didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum dengan demikian Peranan Pancasila sebagai Dasar Hukum Perburuhan adalah tepat
karena buruh, pekerja memiliki hak yang mulia di hadapan Tuhan Yang Maha Esa maupun
dihadapan Hukum yang berlaku, mengingat Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan
pancasila sebagai wadah Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu serta
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang mengandung 4 asas yaitu :
1. Asas Penegakkan Hukum (The Rule of Law)
2. Asas Demokrasi
3. Asas Kesadaran Hukum
4. Asas Kesejahteraan
Dengan demikian dari ke-4 asas tersebut mempunyai kaitan dengan Peranan Pancasila
sebagai Dasar Hukum Perburuhan
Dengan demikian dasar diberlakunya hukum kepegawaian yaitu Undang-undang
maupun berupa Peraturan Pemerintah dan Kepres serta Keputusan Menteri, Keputusan
Pejabat Negara, dengan tujuan untuk melindungi hak-hak dari Pegawai, pekerja untuk
sekarang dan siakan datang, serta melindungi hak dan kewajiban adalah satu usaha dari
negara, Pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai tujuan Nasional dalam mewujudkan
masyarakat madani yang taat hukum untuk tercapainya kemakmuran sebagai mana dijelaskan
dalam UUD 1945. Maka keterkaitan hubungan antara Pancasila dan Hubungan Industrial
yang berlaku di pegawai BUMN dan Swasta lainnya sangatlah erat.
-
22
3.2 Saran
Pekerja BUMN dan Swasta adalah warga Negara Indonesia yang wajib menerima
perlindungan Hukum, oleh sebab itu para Direktur atau Pimpinan perusahaan wajib
memperhatikan hak-hak mereka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan tidak keluar
dari jalur Pancasila sebagai pedoman bernegara.
Para Direktur Utama atau Pimpinan Perusahaan dalam mempekerjakan para
pegawainya harus berpedoman pada Undang-Undang yang berlaku dan Pancasila sebagai
pedomannya. Dari mulai rekrutmen pegawai, perjanjian kerja ketika akan dilangsungkannya
hubungan kerja, jaminan sosial atau perlindungan terhadap tenaga kerja, serta kompensasi
dan tunjangannya. Itu semua diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25
tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.
Hukum Kepegawaian mengatur Peranan Badan Usaha Milik Negara serta Dokumen
Perusahaan serta Ketenagakerjaan yang memiliki hubungan yang erat antara satu dengan
yang lain untuk menjamin tidak terjadinya tumpangtindih dalam pelaksanaan.
-
23
DAFTAR PUSTAKA
H. Yusuf Asyid, S.H., M.H, Memahami Pemberlakuan Hukum Kepegawaian dan Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara, Tahun 2013
Rozali Abdullah, S.H, Hukum Kepegawaian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Abdul Khakim S,H, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2003