contoh makalah agama

17
MAKALAH TUGAS AGAMA PERAN AGAMA DALAM BERNEGARA OLEH VENTURA FENI KELAS XII SMA KATOLIK ST. YUSUP TANJUNG BALAI KARIMUN 2014

Upload: eman-sy

Post on 02-Jul-2015

13.752 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

ini merupakan salah satu contoh makalah agama dalam hubungannya dengan negara. sekiranya bermanfaat untuk kita semua.

TRANSCRIPT

Page 1: CONTOH MAKALAH AGAMA

MAKALAH

TUGAS AGAMA

PERAN AGAMA DALAM BERNEGARA

OLEH

VENTURA FENI

KELAS XII

SMA KATOLIK ST. YUSUP

TANJUNG BALAI KARIMUN

2014

Page 2: CONTOH MAKALAH AGAMA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agama bisa diartikan sebagai kepercayaan pada hal-hal yang spiritual. Agama dijadikan

sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan

kemampuanya karena memiliki sifat supranatural sehingga agama diharapkan dapat

mengatasi masalah nonempiris tersebut.

Dalam sebuah Negara agama sangat diperlukan guna membentuk setiap sendi kehidupan

bernegara yang memihak pada kesejahteraan warganegaranya. Tetapi hal tersebut harus

tetap sesuai dengan batasan toleransi agama. Karena jika tidak dikhawatirkan akan ada

kesalahpahaman kebijakan agama dan Negara yang saling tumpang tindih.

Fenomena yang disebut sebagai fundamentalisme agama tersebut memang tidak dapat

dilepaskan dari situasi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat kita. Kegagalan

pemerintah mengatasi kemiskinan dan masalah-masalah ekonomi selalu membuat

masyarakat tergoda untuk melakukan kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Di

samping itu, ketidaktegasan aparat juga turut memberi andil bagi kelangsungan hidup

organisasi yang identik dengan kekerasan dalam mengemukakan pendapatnya. Sehingga

dapat dikatakan bahwa selama tidak ada perubahan dari kondisi sosial, politik, dan

ekonomi masyarakat dan selama.

Banyak pihak memanfaatkan konsep agama dan Negara dengan cara yang salah untuk

menjatuhkan kesucian agama. Mereka menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan agama

sebagai hal yang penuh sifat ekstrem. Misalnya tentang jihad padahal sebenarnya Jihad

merupakan ibadah yang sangat mulia dan mempunyai potensi untuk menumbuhkan nilai

kecintaan kepada Allah. Jihad menjadi iman dan sekaligus tolak ukur keimanan

seseorang. Jihad adalah untuk mencurahkan segala usaha dan kemampuan dalam rangka

mencapai kecintaan Allah dan menentang apa yang dibencinya.

Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan

budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah

pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan

lainnya.

Page 3: CONTOH MAKALAH AGAMA

Sejarah Singkat Agama di Indonesia

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk

memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan

kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah,

bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan,

Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik

antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia

memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan.

Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di

wilayah timur Indonesia.

Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman

agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal,

Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan

telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.

Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh

penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu

(Confusius)”.

Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,

dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim

dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya

agama islam ke Indonesia melalui perdagangan.

Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi,

bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan

sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.

Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad

keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu.

Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian

pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat

Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa

Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.

Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial

Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham

Page 4: CONTOH MAKALAH AGAMA

Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di

Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh

kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di

wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.

Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para

pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang

Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu

lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual.

Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak

bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang

salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama sebagai hal

tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan

mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya. Pancasila khususnya

Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak diragukan

lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada.

Keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang berbeda kepercayaan merupakan

wujud nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam bentuk keharmonisan,

kebersamaan, ketentraman, dan sebagainya. Perbedaan keyakinan yang terdapat di dalam

masyarakat itu merupakan multikulturalisme bangsa Indonesia. Namun, tidak jarang hal

tersebut justru mendorong berbagai keributan/kerusuhan. Substansi kerusuhan tersebut

sangat sempit dan kecil, tapi bisa juga menjadi kerusuhan berskala besar dan sulit untuk

menemukan jalan tengahnya, dan bahkan bisa membawa nama masing-masing

kelompok tersebut dalam ranah konflik yang bersifat SARA (Suku, Agama, Ras, dan

Antar Golongan).

Agama yang bersifat kerusuhan tersebut tidak hanya terdapat pada masyarakat yang

berbeda keyakinan, bahkan tak jarang dari mereka yang mempunyai keyakinan dan

tujuan yang sama justru malah mengalami konflik internal.

Hal tersebut dikarenakan rendahnya jiwa nasionalisme bangsa, yaitu jiwa yang mengikat

kita pada satu rasa dan satu tujuan. Modal sosial terbentuk karena trust (kepercayaan)

masyarakat terhadap apa yang mereka dengar dan lihat. Pancasila berperan penting

dalam segala hal, begitu pula dalam keagamaan.

Page 5: CONTOH MAKALAH AGAMA

BAB II

PEMBAHASAN

Fungsi-Fungsi Agama

Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari

berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri

tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi

komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama

tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya.

Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya

religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan,

perkataan, keyakinan, dan sikap yang melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan

(=komitmen) pada ajaran agama. Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang

salah, serta apa yang baik dan yang buruk.

Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan oleh

seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia.

Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran.

Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang

tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung

pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara pada

keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan

oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama

ini akan menghasilkan kondisi ideal.

Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari.

Mereka yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal

tersebut? Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali

kehilangan petunjuk tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka

dibutakan oleh minimnya informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang

menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan Tuhan.

Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan

tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada

pemenuhan kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi

Page 6: CONTOH MAKALAH AGAMA

ajaran agama yang melarang mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi

kesenangan mereka, dan mereka merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu

dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial

memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera penangkap

informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan intelektualitas yang serba

terbatas.

Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki begitu

terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak mereka akui. Dan

hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus terukur dan

terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya fungsi

alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang

mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap secara inderawi.

Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan

membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang

selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan segala

potensinya.

Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan manusia

untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup. Semua-

apakah hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme

bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal,

mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak

mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi kuantitas maupun kualitas suatu

idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada manusia tentang bagaimana potensi

manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan sejarah telah membuktikan

hal tersebut.

Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita

ajaran ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol

mereka identikan sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran

agama. Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari

ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat agama-yang mengajarkan kemuliaan-

disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk mencapai tujuan yang terlepas dari

ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan keseluruhan dimensinya.

Page 7: CONTOH MAKALAH AGAMA

Fungsi Agama Terhadap Negara

Agama di Indonesia mempunyai arti, posisi dan peranan atau fungsi yang sangat penting

dalam pembangunan nasional, yaitu.

1. Sebagai faktor motivatif(dorongan akhlak)

2. Sebagai faktor kreatif dan innovative(dorongan semangat kerja )

3. Sebagai faktor integrative (keserasian aktivitas)

4. Sebagai sublimatif ( menjamin ketulusan)

5. Sebagai sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia

Sejarah manusia merupakan suatu interaksi dari pengulangan dan pembaharua

Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada

nilai-nilai luhurnyaserta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku ciri

dari kematangan beragama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan

seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama

yang dianutnya dalam kehidupan sehari-sehari. Ia menganut suatu agama karena

menurut keyakinannya itu yang terbaik. Karena itu, ia berusaha menjadi penganut yang

baik. Keyakinan itu ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang

mencerminkan ketaatan terhadap agamanya.

Beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan engan

kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agam yang dianutnya

dan ia memerlukan agama dalam hidupnya. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang

menyebabkan adanya hambatan; yaitu faktor diri sendiri, dan kapasitas diri dan

pengalaman.

Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua

fakta, nilai-nilai serta memberi arah pada kerangka hidup, baik secara teoritis maupun

praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama.

Dengan adanya individu lain mereka berpikir untuk berteman. Oleh mereka karena itu

mereka bergabung membentuk kelompok dengan manusia lain. Perkembangan

selanjutnnya, jumlah kelompok ini semakin banyak. Sehingga dibutuhkan pemimpin dan

aturan aturan yang disepakati bersama.

Aturan-aturan ini juga diperlukan untuk mengikat tujuan bersama kelompok-kelompok

tersebut. Dengan banyaknya keperluan yang terus meningkat peraturan yang digunakan

harus semakin kuat dan lebih mengikat. Disini kehadiran negara adalah yang paling

Page 8: CONTOH MAKALAH AGAMA

tepat. Negara membuat aturan yang mempermudah aktivitas manusia. Tidak hanya

membuat peraturan-peraturan, negara juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang

menunjang perkembangan kemajuan disemua bidang kehidupan.

Manusia tidak akan dapat hidup sendiri dengan teratur tanpa adanya negara. Tidak ada

yangg menjamin keamanan dan ketertiban mereka. Dari negara seseorang dapat hidup

bermasyarakat dengan ketertiban yang terjamin. Karena dalam Bhineka Tunggal Ika

terdapat suatu ungkapan yang mengekspresi suatu keinginan yang kuat, tiadak hanya

dikalangan politiktetapi juga diseluruhlapisan sosial untuk menncapai satu kesatuan

meskipun terdapat karakter yang heterogen didalamnya

Negara merupakan persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia

sebagai makhluk individu serta sebagai makhluk sosial. Manusia adalah pendiri negara

itu sendiri sehingga terdapat hubungan horizontal untuk mencapai tujuan bersama.

Negara juga berperan dalam mengatasi penderitaan penduduk akibat kemiskinan dan

ketidakadilan. Masalah-masalah masyarakat ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan dasar dan persoalan pengembangan diri serta peluang turut serta

dalam proses kemasyarakatan dan kenegaraan.

Hubungan negara dan agama diIndonesia lebih menganut pada asas keseimbangan yang

dinamis, jalan tengah antara sekularisme dan teoraksi. Keseimbangan dinamis ialah

tidakada pemisahan agama dan politik, namun masing-masing dapat saling mengisi

dengan segala peranannya. Agama tetap memiliki daya kritis terhadap negara dan negara

punya kewajiban-kewajiban ter hadap agama. Dengan kata lain pola hubungan agama

dan negara di Indonesia disebut dengan pola simbiotis-mutualisme.

Ada dua macam perjuangan : perjuangan untuk tatap hidup didunia dan perjuangan

untuk meraih kehidupan kekal diakhirat. Toleransi dan Perdamaian adalah harapan yang

harus diperjuangkan semua pihak. Bila tulisan ini harus diakhiri penulis sedikit mengutip

perkataan sang pujangga Inggris, Samuel Johnson (1709-1784 M): “Di mana tidak ada

harapan, disitu tidak ada usaha keras”.

Namun kita tidak boleh menyerah pada realita empiris dan terus memelihara harapan

akan terwujudnya perdamaian yang penuh toleransi. mana ada harapan, disitu harus ada

usaha keras. Dalam konsep ini, Institusi Agama dan Negara yang berada dalam satu

lokasi atau konteks kehidupan namun keduanya tidak saling mencampuri. Agama

diciptakan untuk menghantar manusia mencapai hidup dan kehidupan masa depan

eskhatologis, hidup setelah kehidupan sekarang, yang tidak lagi di batasi dimensi.

Sedangkan negara diciptakan agar ada kesejahteraan, keteraturan dalam hidup

Page 9: CONTOH MAKALAH AGAMA

bermasyarakat, sosialisasi, mengembangkan serta membangun sarana-sarana penunjang

hidup dan kehidupan sesuai dengan kemampuan.

Peranan agama dalam memperkuat toleransi jelas semakin penting di masa sekarang ini

dan ke depan. Era globalisasi sekarang selain medatangkan banyak masalah bagi umat

beragama, menghadirkan banyak tantangan termasuk masih berlanjutnya ketegangan ,

konflik dan kekerasan di antara umat manusia, juga sebagai tantangan kita untuk

membangun dunia yang lebih toleransi terutama toleransi antar umat beragama. Tugas

utama pemuka agama dan umat beragama adalah terus mensosialisasikan dan sekaligus

mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama tentang toleransi dan perdamaian tersebut ke

dalam kehidupan sehari-hari.

Sederhananya, saya ingin mengutip ujar-ujar klasik yang mengatakan ‘Berilah kepada

negara apa yang menjadi milik negara dan berilah kepada agama apa yang pantas

menjadi milik agama.’ Memilih dan dipilih sebagai pemimpin bangsa harus didasari

pada pemahaman bahwa kita memilih karena kita adalah warga negara. Bahwa kita

memilih not by religion but as citizen! Kita memilih bukan karena dan atas dasar agama,

melainkan karena kita adalah warga Negara yang tertib hukum.

Dilihat dari pendapat lain yaitu dari Syaidzali dalam islam terdapat bebeerapa aliran

yang menunjukan model hubungan negara dan agama, sebagai berikut :

1. Aliran yang menyatakan atau menganggap bahwa islam adalah agama paripurna

yang mampu mencakup segalanya, sehingga tidak dapat terpisahkan dari negara,

urusan negara bisa dihubungkan dengan agama dan diselesaikan oleh agama.

2. Aliran yang menganggap bahwa Islam dan negara dianggap tidak saling

berhubungan karena islam bukan agama yang memiliki misi menciptakan

terbentuknya negara.

3. Aliran yang terakhir adalah aliran yang menyatakan jika Islam tidak mencakup

segalanya tetapi tidak berarti sama sekali tidak ada hubungannya dengan negara.

Islam mencakup seperangkat prisip-prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan

bemasyarakat dan bernegara.

Peran Agama

Peran Perubahan. Artinya ajaran-ajaran agama dapat merubah umatnya kearah yang

lebih baik. Dampak dari perubahan tersebut diharapkan mampu dirasakan oleh

masyarakat luas. Agama harus membuka peluang agar umat dengan keputusan sendiri

Page 10: CONTOH MAKALAH AGAMA

melakukan perubahan sekaligus mengubah masyarakat. Walaupun demikian, agama

tidak boleh salah kaprah menilai bahwa semua hal dalam masyarakat [misalnya unsur-

unsur budaya, tatanan dan interaksi sosial, cara hidup warisan nenek moyang, dan lain-

lain] sebagai kebiasaan lama yang harus dirubah karena tidak sesuai dengan ajaran

agama. Jika agama menemukan hal-hal dalam masyarakat yang mungkin saja

bertantangan dengan ajaran keagamaan, maka tidak perlu melakukan pemaksaan agar

meninggalkannya. Agama hanya memberikan pertimbangan agar umat dengan suka rela

meninggalkan hal-hal tersebut.

1. Peran Perubahan Pribadi Manusia. Alasan-alasan positip seseorang menjadi

umat beragama, antara lain agar memperoleh kepastian keselamatan; mengingatkan

dirinya sendiri bahwa TUHAN yang menciptakan serta mengatur segala sesuatu

termasuk hidup dan kehidupan; kesadaran adanya TUHAN; ajaran-ajaran agama mampu

sebagai pagar pembatas agar tidak jatuh serta terjerumus ke dalam cara-cara hidup yang

buruk serta negatif; mampu mendorongnya agar berbuat kebajikan, membantu,

menolong, memperhatikan sesama manusia berdasarkan kasih; dan lain-lain. Dengan

keyakinan seperti itu, bisa dipastikan bahwa, seseorang yang beragama dan sekaligus

melaksanakan serta mengimani ajaran agama, maka akan mengalami perubahan pada

hidup dan kehidupannya. Semuanya itu berarti, umat beragama, harus membuktikan

bahwa hidup dan kehidupannya sesuai dengan ajaran agama. Pada hakekatnya,

perubahan diri seseorang ketika ia menjadi umat beragama yang setia dan taat,

menyangkut tiga hal penting, yaitu iman, pengharapan, dan [cinta] kasih.

Ajaran-ajaran agama, menjadikan seseorang [harus] mengalami perubahan iman

[Yunani, pistis; percaya, iman, setia]; dari tadinya tidak percaya berubah menjadi

percaya, yakin, setia kepada TUHAN. Jika menjadi umat beragama maka harus

mengalami perubahan iman; seandainya ia berganti atau berpindah agama, maka apa

yang diimani pun berubah [sesuai ajaran dalam agama barunya]. Perubahan iman

pada diri seseorang, memerlukan suatu proses mendengar dan belajar; isi

pembelajaran tersebut adalah ajaran-ajaran agama yang dibangun berdasarkan teks-

teks [ayat-ayat] kitab suci.

Melalui agama seseorang mendapat pengharapan baru; umat mendapat wawasan

dan kepastian masa depan [eskhatologis]. Pada sikon hidup dan kehidupan yang

tidak menentu, umumnya, manusia mudah mengalami ketidakpastian serta

Page 11: CONTOH MAKALAH AGAMA

kehilangan pengharapan. Dan jika, sikon tersebut terus menerus terjadi pada

seseorang, maka ia akan mengalami gangguan kejiwaan [penyakit jiwa] ringan

maupun parah. Di sini, agama berperan untuk merubah keadaannya.

Melalui ajaran dan bimbingan, [tokoh-tokoh] agama membuka peluang agar umatnya

meraih masa depan dengan baik. Manusia harus bisa mencapai masa depannya ketika

masih ada di dunia dan dalam dimensi waktu; serta masa depan setelah hidup dan

kehidupan kekinian. Semua umat beragama harus bisa mencapai kedua bentuk masa

depan tersebut.

Ketika umat beragama mau mencapai masa depan yang masih terbatas pada dimensi

waktu dan ruang, maka ia harus melakukan segala sesuatu pada masa kini dengan

baik dan benar.

Demikian juga dengan masa depan setelah hidup dan kehidupan sekarang. Agama

selalu mengajarkan adanya kehidupan sempurna serta kekal di Surga, dan hanya bisa

dicapai setelah manusia mati atau meninggalkan dunia ini. Untuk mencapai

kehidupan sempurna dan kekal itu, umat beragama harus melaksanakan kehendak

TUHAN sesuai yang diajarkan oleh agama-agama.

Melalui agama, seseorang dapat mengasihi sesamanya dengan tulus. Semua bahasa

bangsa, suku, sub-suku mempunyai kosa kata yang bermakna kasih ataupun

mengasihi [cinta dan mencintai]. Kasih merupakan tindakan yang mempunyai

kesamaan universal yaitu adanyan hubungan dan perhatian dari seseorang kepada

sesama; dari sekelompok masyarakat kepada komunitas lainnya; dan seterusnya.

Secara sosial-kultural, kasih membuat umat beragama mampu memperhatikan,

berbuat baik, dan menolong masyarakat yang berbeda agama dengannya. Secara

keagamaan, kasih menjadikan umat beragama membangun hubungan dengan

TUHAN secara sungguh-sungguh serta penuh kesetiaan dan ketaatan

2. Peran Edukasi. Edukasi dimaksud menyangkut pembinaan, pendidikan,

pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Memang agama lebih banyak berperan bimbingan

spiritual atau rohaniah, akan tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ. Agama juga bisa

berperan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang berguna untuk kesejahteraan

umat manusia. Peran edukasi pada agama-agama dapat menghasilkan umat taat dan

tunduk kepada TUHAN, ditandai dengan tampilan diri yang baik dalam hidup dan

kehidupan setiap hari. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan, melalui edukasi,

agama dapat berperan untuk membangun peradaban baru. Melalui peran edukasi tersebut

Page 12: CONTOH MAKALAH AGAMA

lah, agama-agama membangun atau mendirikan institusi pendidikan mulai tingkat

rendah sampai tinggi, dengan alasan utama yaitu membentuk sumber daya insani yang

berkualitas serta mampu berperan pada berbagai aspek hidup dan kehidupan.

3. Peran Perbaikan Keadaan Masyarakat. Kompleksitas permasalahan sosial

dalam masyarakat dapat menimbulkan penyimpangan, ketidakpedulian terhadap sesama

manusia, pelanggaran hukum, serta berbagai tindak kriminal lainnya. Hampir semua

bentuk-bentuk penyimpangan, pelanggaran, serta tindakan kriminal tersebut dilakukan

oleh manusia yang beragama. Ini berarti ada manusia yang beragama tetapi ia sekaligus

bertindak sebagai perusak hidup dan kehidupan masyarakat. Ia bertindak sebagai perusak

karena mungkin saja tidak mempunyai penghayatan serta ketidaksetiaannya menjalankan

ritus-ritus keagamaanya. Pada sikon seperti itu, agama harus bisa berperan untuk

merubah umatnya itu. Kehidupan masyarakat hanya bisa diperbaiki oleh pribadi-pribadi

yang mengalami perubahan karena mendapat tuntunan keagamaan. Memang agama

tidak mempunyai hak yudikatif terhadap pelanggar hukum-hukum sosial dan

masyarakat. Akan tetapi, agama tetap mempunyai hak dan banyak sekali kemampuan

untuk merubah manusia. Di sini terjadi, manusia yang berubah [karena peran agama]

sehingga perubahan itu berdampak luas pada masyarakat.

4. Peran Persatuan dalam Masyarakat. Hampir semua aspek yang membedakan

manusia, umumnya, sebagai akar perbedaan. Adanya perbedaan ajaran agama-agama

dapat menjadi [di sana-sini] konflik diam antar umat beragama; silent conflict, konflik

tertutup tapi dampaknya sangat terasa, maupun yang terbuka. Konflik yang diam, sangat

mudah meledak menjadi kerusuhan sosial-rasial. Secara langsung maupun tidak, konflik

telah menyebabkan permusuhan yang diam antar umat beragama di luar wilayah konflik.

Akibatnya, masyarakat menjadi terpecah walaupun mereka tidak terlibat secara langsung

dalam konflik umat beragama. Sikon seperti itu hanya bisa diperbaiki jika agama

berperan sebagi pelopor persatuan masyarakat. Ini berarti, agama harus berperan sebagai

alat untuk membangun hubungan baik antar manusia. Manusia yang berbeda agama

bukan merupakan ancaman melainkan saudara. Peran sebagai alat pemersatu

masyarakat harus dimulai dari pribadi-pribadi yang terbuka, toleran, berwawasan luas,

serta mempunyai kemampunan untuk melihat perbedaan sebagai kesejajaran dan

kesamaan untuk membangun dan menuju kemajuan.

Pada masyarakat yang sederhana dan pendidikannya kurang memadai, serta mempunyai

wawasan sempit, jika menerima khotbah-khotbah dan ajaran-ajaran yang selalu

menyatakan perbedaan, maka dengan sendirinya akan membangun pemisahan

Page 13: CONTOH MAKALAH AGAMA

berdasarkan agama. Oleh sebab itu, agama-agama, terutama para pemimpin atau tokoh-

tokoh keagamaan, perlu memperlihatkan serta menonjolkan peran persatuan dalam

masyarakat.

Dengan itu, mereka memperlihatkan kesamaan agama-agama sebagai institusi Ilahi,

yang datang dari TUHAN yang sama dan Esa. Jika, agama-agama datang dari TUHAN

yang sama, maka selayaknya juga membawa kepersatuan dalam masyarakat. Agama-

agama mengajarkan adanya TUHAN Allah yang Esa; TUHAN untuk semua umat

manusia; jadi manusia tidak layak melakukan perbedaan atau pemisahan terhadap

TUHAN yang Esa tersebut. Namun, sayangnya ada agama yang tidak melakukan hal-hal

tersebut.

Jangan sampai terjadi atau terlihat dalam masyarakat bahwa karena manusia mempunyai

ketaatan yang sungguh-sungguh, teguh, kokoh, baik, dan benar mengenai ajaran-ajaran

agamanya, maka mereka membuat perbedaan antar sesamanya. Jika hal seperti itu

terjadi, maka agama akan merupakan sesuatu yang tidak berguna serta bermanfaat untuk

hidup dan kehidupan manusia serta masyarakat. Dan bila pada diri seseorang [juga pada

masyarakat] mempunyai konsep seperti itu, maka akhirnya sinisme terhadap agama akan

terbukti; manusia tidak membutuhkan agama jika menjadikan dirinya terpecah ataupun

terasing dari sesamanya.

Pelembagaan Agama

Lembaga agama adalah suatu organisasi, yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan

menurut keyakinan yang dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada

umumnya telah menjadi penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui

pemerintah. Lembaga-lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun

nampaknya belum bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu

agama resmi itu banyak yang tidak murni.

Sejarah mencatat bahwa tidak jarang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan terjadi

melalui “perselingkuhan” antara lembaga agama dengan lembaga kekuasaan. Keduanya

mempunyai kepentingan. Pemerintah butuh ketentraman sedangkan lembaga agama

membutuhkan penganut atau pengikut. Kerjasama (atau lebih tepat disebut saling

memanfaatkan) itu terjadi sejak dahulu kala. Para penyiar agama sering membonceng

pada suatu kekuasaan (kebetulan menjadi penganut agama tersebut) yang mengadakan

invansi ke daerah lain. Penduduk daerah atau negara yang baru ditaklukkan itu dipaksa

(suka atau tidak suka) menjadi penganut agama penguasa baru.

Page 14: CONTOH MAKALAH AGAMA

Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di Indonesia atau Asia dan Afrika pada umumnya

tetapi juga terjadi di Eropa pada saat agama monoteis mulai diperkenalkan. Di Indonesia

“tradisi” saling memanfaatkan berlanjut pada zaman orde Baru.Pemerintah orde baru

tidak mengenal penganut di luar lima agama resmi. Inilah pemaksaan tahap kedua.

Penganut di luar lima agama resmi, termasuk penganut agama suku, terpaksa memilih

salah satu dari lima agama resmi versi pemerintah. Namun ternyata masalah belum

selesai. Kenyataannya banyak orang yang menjadi penganut suatu agama tetapi hanya

sebagai formalitas belaka. Dampak keadaan demikian terhadap kehidupan keberagaan di

Indonesia sangat besar. Para penganut yang formalitas itu, dalam kehidupan

kesehariannya lebih banyak mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut sebelumnya,

daripada agama barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai sikap

bersebrangan dengan prak keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku

umumnya telah dicap sebagai kekafiran. Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek

agama suku ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun

nampaknya tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya

semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di

desadesa.

Demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka

upacara-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di

daerah-daerah. Upacara-upacara agama sukuyang selama ini ditekan dan

dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman air

dan pupuk yang segar. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di

kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang

lama tinggal di kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-

kotapun sering ditemukan praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku.

Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk

melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya

merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau

pimpinan agama.

Fenomena hubungan Agama dan Negara

Agama idealnya menjaga jarak terhadap politik. Ia harus menjadi semacam ‘faktor X’ di

luar kekuasaan dan dunia politik. Bukan justru masuk, terlibat, dan menjadi sama bobrok

dan busuknya dengan para politisi tersebut. Coba Anda jujur pada diri sendiri, apakah

Page 15: CONTOH MAKALAH AGAMA

agama semakin dimuliakan di tangan para politisi dan di lingkungan kekuasaan? Kalau

jawaban Anda “ya” berarti Anda buta mata dan buta hati. Agama semakin diperkosa,

korupsi merajalela, hukum dimanipulasi, harta dan tahta di tempatkan lebih tinggi dari

apapun. Kekuasaan dicari dengan jalan tidak halal dan sangat sering melalui tindakan

penghalalan segala cara. Sekarang apa-apa diberhalakan. Uang dan harta menjadi

berhala.

Fundamentalisme seperti yang telah dikemukakan oleh Karen Armstrong, merupakan

salah satu fenomena yang sangat mengejutkan pada abad ke-20. Lantas kenapa terlihat

lumrah dan biasa saja? Karena mereka mampu menempatkan diri dan cara pandang

secara tepat, bahwa negara adalah negara, politik adalah politik, agama adalah agama.

Mereka juga paham betul bahwa politik dan agama adalah dua sisi yang berbeda laksana

kepala dan ekor pada uang logam. Tidak boleh terlalu rapat tapi jangan juga terlalu jauh.

Keduanya mempunyai fungsi dan tabiatnya masing-masing. Laiknya minyak dan air

yang tak boleh dicampuradukkan, tapi dua-duanya tetap dibutuhkan.

Begitu mengerikan ekspresi dari fundamentalisme saat ini, peristiwa paling

menghebohkan dunia yang terjadi pada Semtember 2001 silam yaitu penghancuran

gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, kejadian tersebut

dihubungkan dengan fundamentalisme. Sementara di Indonesia terjadi peristiwa bom

bunuh diri di berbagai tempat. tempat seperti Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Kedutaan

Besar Australia di Jakarta, dan lain sebagainya.

Motif dari berbagai peristiwa terorisme tadi mewujudkan betapa toleransi harus menjadi

pola komunikasi antar warga. Terlepas dari perbedaan agama, suku, etnis, budaya dan

Negara juga status sosial. Dengan sikap toleran inilah diharapkan terciptanya kerukunan

antar warga yang relasinya akan menciptakan dunia yang damai. Perdamaian dengan

tidak pertumpah darahan. Perdamaian dengan tidak adanya kelompok yang merasa di

marjinalkan. Untuk itu penulis rasa perlunya memahami toleransi sebagai sebuah jalan

menuju perdamaian yang diharapkan tadi. Meski perlu disadari benturan-benturan

peradaban memang tak dapat disangkal secara empiris. Peristiwa itu tidak jauh dari

fundamentalisme agama yaitu menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan dengan

dilandasi fanatisme agama yang berlebihan.

Perang Salib (1069-1291) merupakan perang antar umat Kristen Eropa dengan umat

Islam yang memperebutkan Yerussalem/Palestina. Perang Salib berlangsung hinggga

tujuh kali (Perang Salib VII tahun 1270-1291) status Yerusalem/Palestina tidak berubah,

yaitu tetap dikuasai umat Islam. Bahkan kedudukan Barat/Kristen di Syira dan Palestina

Page 16: CONTOH MAKALAH AGAMA

hilang. Keuntungan dari peperangan itu, Barat menjadi mengenal dan memanfaatkan

kebudayaan umat Islam yang sudah lebih tinggi daripada yang mereka miliki saati itu.

Selain itu, hubungan dagang Asia-Eropa menjadi lebuh hidup dan berkembang.

Sebenarnya kita harus benar-benar peka terhadap hubungan agama dan Negara ini

bahkan banyak kalangan tidak setuju terhadap partai-partai berbasis agama. Kenapa?

Karena justru saat ini agama dijadikan alat politik (dan sangat sering diperalat politisi)

untuk mencapai tujuan, bahkan bilapun itu harus dengan menghalalkan segala cara.

Makanya jangan heran kalau kemurnian dan kesucian agama ini justru semakin

menghilang dan tercemar. Agama seharusnya menawarkan apa yang tidak bisa diberikan

dunia, bukan justru ikut-ikutan dan bahkan diperalat. Secara dasariah agama itu baik

adanya, para pelakunya yang justru harus koreksi diri.

Untuk meminimalkan konflik antar umat beragama dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Tidak memperdebatkan segi perbedaan dalam agama

2. Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan agama berbeda

3. Membuat orientasi pendidikan pada pengembangan aspek pemahaman agama

yang bersifat universal

4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi

yang berbudi pekerti

5. Menghindari jauh-jauh sifat egoisme dalam beragama yang mengklaim mereka

paling benar

Page 17: CONTOH MAKALAH AGAMA

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak

bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang

salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama sebagai hal

tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan

mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya. Pancasila khususnya

Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak diragukan

lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada.

Manusia adalah makhluk beragama dan bernegara. Agama memberikan nilai-nilai moral,

norma pelajaran tentang tanggung jawab individu dan sosial serta memberi petunjuk

mencapai kebaikan setelah kematian. Sedangkan dari negara manusia mendapat jaminan

ketertiban dan kenyamanan dalam kehidupanya didunia.

Untuk mewujudkan pola hubungan yang dinamis antara agama dan negara diIndonesia,

kedua komponen Indonesia tersebut seyogyanya mengedepankan cara-cara diologis

manakala terjadi persisihan pandangan antara kelompok masyarakat sipil dengan negara.

Untuk menompang tumbuhnya budaya dialog tersebut negara bisa menyediakan

fasilitas-fasilitas demokrasi, kebebasan pers, kebebasan beroeganisasi, serta

meningkatkan fasilitas publik guna menampung opini warga.