contoh log book & ikjp

Upload: ben-bny-inebz

Post on 19-Jul-2015

948 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

1

A. JUDUL PROGRAM Penurunan Toksisitas Limbah Biji Karet dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Baku Pembuatan Minyak Goreng Berprotein Tinggi

B. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan perkebunan tanaman karet terluas dan terbesar di dunia (Andoko, 2005). Luas lahan karet yang dimiliki mencapai 2,7-3 juta hektar (Zuhra, 2006). Selama ini biji karet tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal satu pohon karet bisa menghasilkan seribu biji atau sekitar 3,5 kg, sementara 10 % yang dimanfaatkan sebagai benih. Biji karet yang tidak digunakan menjadi limbah dengan harga penjualan relatif murah (Muchtadi, 2005). Biji karet mengandung 40-50 % minyak, 2,71 % abu, 3,71 % air, 22,17 % protein dan 24,21 % karbohidrat menunjukkan bahwa biji karet berpotensi sebagai sumber minyak nabati. Di dalam biji karet mengandung beberapa jenis asam lemak, yaitu asam linoleat 35-38 %, asam linolenat 21-24 %, asam oleat 17-21 %, asam palmitat 9-12 %, asam stearat 5-12 % dan asam arakhidat 1 % yang dapat dimanfaatkan secara lebih maksimal menjadi bahan pangan, khususnya minyak goreng. Namun, kandungan sianida yang terdapat dalam biji karet menyebabkan toksisitas bila dikonsumsi. Senyawa sianida adalah racun yang paling cepat reaksinya dibandingkan dengan jenis racun lainnya, yaitu terjadi keracunan/kematian hanya dalam beberapa menit setelah mengkonsumsinya (Yuningsih, 2005). Senyawa sianida yang terdapat dalam biji karet dapat diminimalisasi melalui proses adsorpsi oleh arang aktif. Arang aktif yang digunakan berasal dari tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan hasil samping (limbah dari hasil pengolahan kopra) yang dalam pemanfaatannya belum optimal karena hanya sebagai bahan bakar. Pembuatan arang tempurung ini belum banyak yang melakukannya, padahal potensi bahan baku, penggunaan dan potensi pasar cukup besar.

2

Penelitian ini mencoba menurunkan toksisitas biji karet yang disebabkan adanya senyawa sianida dengan menggunakan arang aktif tempurung kelapa. Selanjutnya, biji karet hasil adsorpsi akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng berprotein tinggi. Produk yang dihasilkan dari limbah biji karet diharapkan memiliki harga jual lebih rendah dari minyak goreng lainnya.

C. PERUMUSAN PROGRAM Pemanfaatan biji karet di Indonesia kurang optimal karena dianggap sebagai limbah pertanian. Padahal biji karet memiliki kandungan protein tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Namun, biji karet memiliki toksisitas yang disebabkan oleh kandungan sianida. Oleh karena itu, mengkonsumsi biji karet mentah sangat berbahaya. Sifat tempurung kelapa yang mengandung unsur karbon, dapat dikembangkan dalam pembuatan arang aktif sebagai adsorben untuk menurunkan toksisitas biji karet sehingga layak di konsumsi. Metode ini diharapkan dapat memanfaatkan limbah tempurung kelapa sehingga menghasilkan minyak goreng yang memiliki kandungan nilai gizi yang tinggi dan murah. Pembuatan arang aktif melalui aktivasi kimia memerlukan kondisi optimum untuk menghasilkan adsorben dengan daya serap optimum terhadap sianida. Kondisi itu meliputi variasi aktivator dan konsentrasinya, yaitu CaCl2 0,4 M; 0,8 M; 1,2 M; 1,6 M; 2 M dan CH3COOH 0,4 M; 0,8 M; 1,2 M; 1,6 M; 2 M. Tetapi, informasi tersebut belum dijumpai pada literatur, maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum tersebut.

3

D. TUJUAN PROGRAM Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan toksisitas biji karet menggunakan arang aktif tempurung kelapa yang memiliki daya serap optimum. Biji karet yang telah diturunkan toksisitasnya akan diolah sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng berprotein tinggi. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menangani dua masalah limbah sekaligus, yaitu masalah limbah biji karet dan tempurung kelapa. Selain itu, dapat pula membantu masyarakat kelas ekonomi rendah dalam memperoleh minyak goreng dengan harga murah, namun berkualitas.

E. LUARAN PROGRAM Dari penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan arang aktif yang memiliki daya serap optimum sehingga toksisitas biji karet menurun. Kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng berprotein tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif bahan baku pangan yang berprotein tinggi dan murah.

F. KEGUNAAN PROGRAM 1. Menurunkan toksisitas biji karet menggunakan arang aktif tempurung kelapa. 2. Mensintesis arang aktif tempurung kelapa berdaya serap optimum. 3. Memanfaatkan limbah biji karet sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng berprotein tinggi dan murah.

4

G. TINJAUAN PUSTAKA G.1 Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) Karet adalah tanaman perkebunan atau industri tahunan berupa pohon batang lurus yang pertama kali ditemukan di Brazil dan mulai dibudidayakan tahun 1601. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: 1. dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, 2. mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, 3. dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan 4. memiliki prospek harga yang cukup baik. Biji karet terdiri dari 40-50 % kulit yang keras, berwarna coklat, 50-60 % kernel yang berwarna putih kekuningan. Kernel biji karet terdiri dari 40-50 % minyak, 2,71 % abu, 3,71 % air, 22,17 % protein dan 24,21 % karbohidrat. Ini menunjukkan bahwa biji karet berpotensi untuk dijadikan sumber minyak nabati. Tetapi kandungan air yang cukup besar dalam biji karet dapat memicu hidrolisis trigliserida menjadi FFA. Oleh karenanya, diperlukan pengeringan sebelum pengepresan. Biji karet merupakan limbah pertanian yang tidak mempunyai nilai ekonomi, tidak memerlukan lahan subur, pemeliharaan yang intensif dan ketersediaannya melimpah (Chhay,2001).

5

G. 2 Limbah Biji Karet Berdasarkan data dari Diknas perkebunan Kalimantan Barat, limbah biji karet tersedia sangat banyak di Indonesia karena Indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas didunia. Selama ini biji karet tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal satu pohon karet bisa menghasilkan seribu biji atau sekitar 3,5 kg. Dari jumlah itu, yang digunakan untuk pembenihan hanya 10 % saja, selebihnya tidak dimanfaatkan. Biji karet yang tidak digunakan inilah yang menyebabkan menjadi limbah dan tentunya harga penjualan yang relatif sangat murah. Berdasarkan penelitian, limbah biji karet mempunyai kandungan toksisitas berupa asam sianida sebesar 20 mg/kg. Kandungan toksisitas tersebut berasal dari hidrolisis glukosida menjadi asam sianida. Asam sianida dapat dihilangkan dengan proses perebusan (Andoko. 2005).

G. 3 Minyak Biji Karet (Rubber Seed Oil) Minyak biji karet merupakan minyak nabati yang berdasarkan sifat mengeringnya termasuk jenis minyak mengering, yaitu minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika mangalami oksidasi dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Minyak nabati adalah minyak yang bersumber dari tanaman, baik dari biji-bijian palawija (seperti jagung, biji kapas, wijen, kedelai dan bunga matahari), kulit buah tanaman tahunan (seperti zaitun dan kelapa sawit) maupun biji-bijian dari tanaman tahunan (seperti kelapa, coklat, inti sawit dan karet). Di Indonesia sendiri, sumber minyak nabati yang dapat dimanfaatkan sangat berlimpah, dimulai dari kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, biji kapok, kacang tanah, kemiri, kelor, nyamplung, jagung, labu merah, pepaya, sirsak, srikaya, karet dan lain-lain. Komposisi asam lemak tak-jenuh dalam minyak biji karet, yaitu asam oleat 17-21 %, asam linoleat 35-38 % dan asam linolenat 21-24 %. Sedangkan asam lemak jenuh yang terkandung, diantaranya asam palmitat 9-12 %, asam stearat 512 % dan asam arakhidat 1 % (Chhay, 2001).

6

G.4 Sianida Senyawa sianida adalah racun yang paling cepat reaksinya dibandingkan dengan jenis racun lainnya, yaitu terjadi keracunan atau kematian hanya dalam beberapa menit setelah mengkonsumsinya. Sebenarnya kasus keracunan sianida dalam air minum jarang ditemukan di lokasi peternakan, kecuali ada unsur kesengajaan (kriminal). Kasus keracunan ini sering terjadi karena mudahnya diperoleh racun sianida, biasanya banyak diperjualbelikan dalam bentuk blok kristal berwarna putih dan dikenal dengan sebutan potas. Salah satu contoh kasus kriminal dari keracunan sianida yaitu terjadi di suatu peternakan ayam potong di Tangerang (Jakarta), dengan angka kematian mencapai 50 % dalam 15 menit. Pemeriksaan sampel air dilakukan terhadap bahan toksik dan hasilnya menunjukkan bahwa sampel sisa air minum dari ayam yang menderita keracunan tersebut mengandung sianida lebih dari 500 ppm (200 kali letal dosis). Pemeriksaan sampel air terhadap cemaran racun sianida dapat dilakukan dengan cepat (secara kualitatif) dengan cara menyelipkan kertas pikrat (kertas saring yang direndam dalam larutan campuran 5 gram Na2CO3 dengan 0,5 gram asam pikrat dalam 100 ml air, kemudian dikeringkan) pada mulut wadah tertutup yang berisi sampel air yang telah ditambahkan enzim B glukosidasi dan beberapa tetes kloroform. Setelah beberapa menit kemudian, bila ada cemaran sianida akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata. Intensitas warna kertas pikrat menunjukkan tinggi rendahnya kandungan sianida dari sampel air tersebut. Kemudian intensitas warna kertas pikrat dari hasil pemeriksaan sampel air (kualitatif) dapat dilanjutkan ke pemeriksaan secara kuantitatif dengan cara membandingkan antara intensitas warna kertas pikrat dari sampel (kualitatif) dengan intensitas warna kertas pikrat dari larutan KCN/NaCN (konsentrasi yang berderet) (Yuningsih, 2005).

7

G. 5 Tempurung Kelapa Kelapa (Cocos nucifera) memiliki bagian yang berfungsi sebagai pelindung inti buah yang disebut tempurung kelapa. Tempurung kelapa terletak di bagian dalam kelapa setelah sabut dan merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan 3-5 mm. Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar 7,8 % (dihitung berdasarkan berat kering). Karakteristik tempurung kelapa berdasarkan parameter kadar air 7,8 %, kadar abu 0,4 %, kadar material yang menguap 80,80 % dan karbon 18,80 %. Karena termasuk golongan kayu keras, tempurung kelapa secara kimiawi memiliki komposisi kimiawi yang hampir mirip dengan kayu, yaitu tersusun dari lignin, cellulose dan hemicellulos (Anonim, 1999).

G. 6 Adsorbsi Adsorbsi secara umum adalah proses pengumpulan substansi terlarut yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap dimana terjadi suatu ikatan kimia fisik antara substansi dengan zat penyerap. Karena keduanya sering muncul bersamaan dalam suatu proses maka ada yang menyebut sorbsi, baik adsorbsi sebagai sorbsi yang terjadi pada karbon aktif maupun padatan lainnya. Namun unit operasinya dikenal sebagai adsorbsi. Adapun adsorbsi dapat dikelompokan menjadi dua: a. Adsorbsi fisik yaitu terutama terjadi adanya gaya van der walls dan berlangsung bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan teradsorbsi diatas permukaan adsorben. b. Adsorbsi kimia yaitu reaksi kimia yang terjadi antara zat padat dengan adsorbat larut dan reaksi ini tidak berlangsung bolak-balik (Sembiring, 2003).

8

G. 7 Karbon Aktif Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang dapat dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Struktur pori adalah faktor utama dalam proses adsorpsi. Distribusi ukuran pori menentukan distribusi molekul yang masuk dalam partikel karbon untuk diadsorp. Molekul yang berukuran besar dapat menutup jalan masuk ke dalam micropore sehingga membuat area permukaan yang tersedia untuk mengadsorp menjadi sia-sia. Karena bentuk molekul yang tidak beraturan dan pergerakan molekul yang konstan, pada umumnya molekul yang lebih dapat menembus kapiler yang ukurannya lebih kecil juga (Sembiring, 2003).

G.8 Minyak Goreng Struktur asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa sawit terdiri dari asam palmitat 42.5 %, asam stearat 4.0 %, asam oleat 43.0 % dan asam linoleat 9.5% (Astri, 2007).

G.9 Netralisasi Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu dengan menggunakan kaustik soda akan membantu mengurangi zat warna dan kotoran

9

dalam minyak. Reaksi antara asam lemak bebas dengan NaOH adalah sebagai berikut: sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran seperti fosfolida dan protein dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi (Ketaren, 1987).

G.10 Bleaching (pemucatan) Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida (Ketaren, 1987).

G.11 Deodorisasi Proses deodorisasi adalah suatu tahap pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Proses deodorisasi dilakukan dengan penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan untuk bahan pangan. Proses deodorisasi dilakukan di dalam tabung baja yang tertutup vertikal yaitu memompakan minyak ke dalam ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 210 oC pada tekanan atmosfer dan selanjutnya pada tekanan rendah (dibawah 1 kPa) sambil dialiri uap panas selama 1-2 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang akan digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air. Pada tangki deodorisasi (D-240) ini bekerja pada suhu 210 oC dan tekanan 0,03 atm (Ketaren, 1987).

10

G.12 Spektrofotometer Infra Merah Spektrofotometer infra merah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi gugus fungsional. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen mengalami getaran (vibrasi) atau osilasi, dengan cara serupa dengan dua bola yang terikat oleh suatu pegas. Bila molekul menyerap radiasi inframerah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan dalam amplitudo getaran atom-atom yang terikat itu. Jadi molekul ini berada pada keadaan vibrasi tereksitasi. Energi yang terserap ini akan dibuang dalam bentuk panas bila molekul itu kembali ke keadaan dasar. Keadaan vibrasi dari ikatan terjadi pada keadaan tetap atau terkuantisasi pada tingkat-tingkat energi. Panjang gelombang eksak dari absorbsi oleh suatu tipe ikatan tertentu, bergantung pada macam getaran dari ikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan (C-H, C-C, O-H dan sebagainya) menyerap radiasi inframerah pada panjang gelombang karakteristik yang berlainan (Fessenden, 1990). Daerah inframerah dasar dibagi dua bagian, yaitu daerah frekuensi gugus pada daerah panjang gelombang 4000-2000 cm-1 dan daerah sidik jari pada bilangan panjang gelombang 2000-650 cm-1. Daerah sidik jari spektra kebanyakan terdiri atas vibrasi ulur ikatan tunggal dan vibrasi tekuk dari sistem molekul dimana gerakan vibrasi atom atau ikatan kovalen yang membentuk kerangka molekul sangat peka saling mempengaruhi. Daerah tersebut dinamakan daerah sidik jari karena pada daerah itu setiap molekul mempunyai spektra yang berbeda dan spesifik. Pada daerah ini, dengan perbedaan kecil dalam kerapatan elektron, konstituten atau struktur molekul akan memberikan perbedaan spektra yang mencolok pada distribusi puncak-puncak serapannya. Oleh karena itu, bila spektra mempunyai penyesuaian yang tetap (close match) di daerah ini (serta daerah frekuensi gugus), maka hal ini merupakan bukti yang kuat bahwa senyawa yang memberikan kedua spektra ini adalah identik (Silvestein, 1986).

11

G.13 Kromatografi Gas- Spektroskopi Massa (GC-MS) Pengubah utama dalam kromatografi gas cair (GC) ialah sifat fasa diam dalam kolom dan suhu kerja. Keduanya diubah-ubah menurut kepolaran dan keatsirian senyawa yang dipisahkan. Hasil GC dapat dinyatakan dengan volume retensi VR, yaitu volume gas pembawa yang diperlukan untuk mengelusi suatu komponen dari kolom atau dinyatakan dalam waktu retensi tR, yaitu waktu yang digunakan untuk mengelusi komponen kolom. Alat GC dapat disusun sedemikian rupa sehingga komponen yang dipisahkan dapat dianalisis dengan cara spektroskopi atau cara lain. Yang paling sering dilakukan adalah menghubungkan GC dengan spektroskopi massa. Pada dasarnya spektroskopi massa adalah penguraian senyawa organik dan perekaman pola fragmentasi menurut massanya. Nilai cara ini terletak pada kecilnya jumlah bahan yang diperlukan (skala mikrogram), kemampuannya menentukan bobot molekul dengan tepat, kemampuannya menghasilkan pola fragmentasi rumit yang sering khas bagi senyawa yang bersangkutan sehingga dapat diidentifikasi (Djikman, 1951).

H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM Penelitian dilakukan dalam enam tahap. Isolasi, netralisasi minyak biji karet, sintesis arang aktif tempurung kelapa, bleaching dan adsorpsi sianida dan deodorisasi minyak biji karet. Selanjutnya, analisis protein minyak dengan titrasi formol.

H.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia Fisik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Diponegoro serta Laboratorium Operasi Jurusan Teknik kimia FT Universitas Diponegoro, untuk analisis dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gadjah Mada.

12

H.2. Alat dan Bahan H.2.1 Alat Peralatan gelas, drum atau bak pembakaran, oven atau (kompor dan wajan), ember, besi penumbuk, rak penirisan, ayakan 100 mesh, spektrofotometer IR Shimadzu 8210 PC, GC-MS Shimadzu untuk menentukan komposisi senyawa asam lemak penyusun trigliserida minyak biji karet, rotary evaporator merk Buchii untuk pemisahan minyak biji karet dari pelarut, timbangan Mettler AT 200, pemanas listrik, seperangkat alat soklet, seperangkat alat refluks dan separangkat alat ekstraksi, eksikator, spektrofotometer UV, tangki deodorisasi (D240). H.2.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah biji karet, tempurung kelapa, akuades, CH3COOH 1 M; 1,5 M; 2 M; 2,5 M; 3 M, dimetil eter, kertas saring biasa, kertas saring Whatman 42, Na2SO4 anhidrat, etanol 96 %, silika gel, larutan iod, KSCN, amilum, NaOH, AgNO3, KI, Na2S2O3, NH4OH, indikator pp, HCl, formaldehida, natrium oksalat.

H.3 Variabel Penelitian Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel yaitu: 1. Variabel tetap: meliputi lamanya reaksi (t), massa biji karet dan jumlah etanol, % berat katalis Ni yang digunakan pada proses hidrogenasi. 2. Variabel bebas: konsentrasi aktivator CH3COOH dan CaCl2 dengan variasi konsentrasi 0,4 M; 0,8M; 1,2 M; 1,6 M; 2 M. 3. Variabel yang dinilai: kandungan sianida dan protein dalam minyak biji karet.

H.4 Prosedur Penelitian H.4.1 Isolasi Minyak Biji Karet

13

Biji karet dikeringkan dibawah sinar matahari kemudian ditumbuk halus. Labu ekstraktor soklet diisi dengan 100 g biji karet kering dalam thimble. Labu alas bulat diisi dengan 200 mL dimetil eter kemudian dipanaskan dengan penangas air dan suhu dalam labu dipertahankan pada 69 oC. Sokletasi dihentikan setelah 1 jam dan minyak dipisahkan dari pelarut dimetil eter dengan rotary evaporator pada suhu 69 oC. Ekstrak dalam dimetil eter, diambil kemudian dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, sedangkan pelarutnya diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh minyak. Selanjutnya minyak yang diperoleh ditimbang untuk menentukan rendemen minyak biji karet yang diperoleh.

H.4.2 Netralisasi Minyak Biji Karet Minyak yang diperoleh dipanaskan pada suhu 60-80 oC selama 3 jam. Lalu didinginkan selama 4-5 jam sampai kotoran mengendap. Kotoran dipisahkan dengan cara dekantasi. Minyak kasar diekstraksi dengan etanol 96 % dengan rasio volume etanol terhadap minyak biji karet adalah 1 : 1. FFA pada lapisan atas dipisahkan dan etanol yang tersisa di lapisan minyak dipisahkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 80 oC. Hasil yang diperoleh dianalisis komposisi asam lemak menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS). H.4.3 Sintesis Arang Aktif Tempurung Kelapa Tempurung kelapa dibersihkan dari bahan-bahan lain (seperti sabut atau tanah) kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Drum pembakaran atau bak pembakaran diisi oleh tempurung kelapa kemudian dibakar dengan suhu 300-500 oC selama 3-5 jam. Arang hasil pembakaran direndam dalam variasi konsentrasi larutan CH3COOH 1 M; 1,5 M; 2 M; 2,5 M; 3 M selama 24 jam untuk menjadi arang aktif. Selanjutnya lakukan pencucian dengan akuades hingga kotoran dapat dipisahkan dan ditiriskan pada suhu kamar. Pengeringan di dalam oven pada suhu 110 oC selama 3 jam. Arang aktif selanjutnya dihomogenisasi dengan ukuran 125 mesh. H.4.4 Bleaching dan Adsorpsi Sianida Minyak Biji Karet

14

Arang aktif tempurung kelapa dipanaskan dalam oven dengan temperatur 110 oC selama 1 jam. Kemudian sampel didinginkan dalam eksikator dan ditimbang 5 g lalu dipindahkan ke dalam tempat berwarna gelap dan bertutup. Minyak biji karet sebanyak 25 mL ditambahkan ke dalam variasi arang aktif tersebut lalu diaduk selama 0,25 jam pada temperatur kamar dengan magnetic stirrer dan didiamkan selama 48 jam kemudian lakukan dua kali penyaringan dengan kertas saring Whatman 42. Minyak yang telah disaring kemudian dianalisis komposisi asam lemak menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) dan dibandingkan dengan kondisi sebelum di adsorpsi oleh arang aktif. Selanjutnya untuk menganalisis kandungan sianida secara kualitatif menggunakan spektrofotometer FTIR. Jika dari hasil analisis kualitatif positif mengandung sianida, maka dilanjutkan dengan analisis kuantitatif menggunakan titrasi argentometri. H.4.5 Deodorisasi Minyak Biji Karet Pengkondisian tangki deodorisasi (D-240) pada temperatur 210 oC dan tekanan 0,03 atm. Minyak 25 mL dimasukkan ke dalam tangki deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada temperatur 210 oC pada tekanan atmosfer dan selanjutnya pada tekanan rendah (dibawah 1 kPa) sambil dialiri uap panas selama 1-2 jam. Selanjutnya minyak yang diperoleh ditimbang untuk menentukan rendemennya. Minyak yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sebagai minyak goreng. Minyak goreng tersebut selanjutnya dianalisis kandungan proteinnya dengan metode titrasi formol.

H.5 Analisis Data H. 5.1 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan dalam dua cara, yaitu: 1. Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) Untuk menentukan komposisi asam lemak hasil sintesis. 2. FTIR Untuk mengidentifikasi gugus sianida.

15

H.5.2 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif terdiri atas dua cara, yaitu: 1. Titrasi Formol Untuk mengetahui kuantitas kandungan protein minyak. 2. Titrasi Argentometri Untuk mengetahui kuantitas kandungan sianida minyak biji karet.

16

I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM Tabel Jadwal Kegiatan PKMP Kegiatan 1. Penyiapan Alat dan Bahan 2.Percobaan Laboratorium 3.Analisis Laboratorium 4. Analisis Data 5. Studi Pustaka 6. Penyusunan Laporan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5

17

J. RANCANGAN BIAYA Rekapitulasi Biaya Penelitian: 1. Bahan habis pakai 2. Peralatan penunjang PKM 3. Biaya perjalanan 4. Biaya pengeluaran lain-lain Jumlah : Rp. 2.310.000,00 : Rp. 5.565.000,00 : Rp : Rp 725.000,00 700.000,00

: Rp 9.300.000,00

JENIS PENGELUARAN Bahan Habis Pakai - Biji karet - Akuades - Na2SO4 anhidrat - Dimetil eter - Etanol - H2SO4 - Silika gel - CaCl2 2 M - CH3COOH 2 M - Serbuk Ni - KSCN - Amilum - Larutan iod JUMLAH Peralatan Penunjang PKM - Kertas saring biasa - Kertas saring Whatman 42 - Water pump

Anggaran yang Diusulkan Rp. 20.000,00 Rp. 75.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 300.000,00 Rp. 265.000,00 Rp. 180.000,00 Rp. 250.000,00 Rp. 220.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 300.000,00 Rp. 175.000,00 Rp. 110.000,00 Rp. 165.000,00Rp.2.310.000,00

Rp. Rp. Rp.

35.000,00 150.000,00 165.000,00

18

- Tissue roll - Kain lap Peralatan untuk Analisis - GC-MS (12 kali) - FTIR (11 sampel) - Spektrofotometer UV

Rp. Rp.

20.000,00 20.000,00

Rp. 4.200.000,00 Rp. Rp. 825.000,00 150.000,00

JumlahBiaya Perjalanan - Transpotasi Semarang -Yogyakarta (PP) - Transportasi dalam kota

Rp.5.565.000,00

Rp. 450.000,00 Rp. 275.000,00 Rp. 725.000,00

JumlahBiaya Pengeluaran Lain-Lain - Sewa alat dan laboratorium - Pencarian jurnal dan referensi - Pembuatan proposal, laporan serta penggandaan

Rp. 250.000,00 Rp. 150.000,00

Rp. 300.000,00 Rp. 700.000,00 Rp.9.300.000,00

Jumlah Total

19

K. DAFTAR PUSTAKA 1999. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa. http://www.pdii.lipi.go.id[2 oktober 1988] Astri, N. 2007. Pengaruh Kondisi Operasi Transesterifikasi Minyak Kelapa terhadap Produk Metil Laurat Hasil sebagai Bahan Baku Surfaktan SLS. Skripsi, Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia. Chhay Ty and Chiev Phinny. 2001. Evaluation of Nutrients of Rubber Seed Meal in Mong Cai Pigs. San Fransisco. University of Tropical Agriculture Fondation. Djikman, MJ Hevea. 1951. Thirty Years of Research in The Rar East. University of Miami Press, Florida. 329p. Andoko, Agus dan Didit H.S. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Agromedia Pustaka. Fessenden, R.J., and Fessenden, J. S. 1990. Kimia Organik; a.b. Pudjaatmaka, A.H. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hlm 353-354, 407-409. Kateren. 1987. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi 1. Jakarta: Universitas Indonesia. Muchtadi, D. 2005. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Riyadi, Wahyu. 2009. Macam Spektrofotometri dan Perbedaannya (Vis, UV dan IR). Sembiring, Meilita Tryana. 2003. Arang Aktif. Medan: Universitas Sumatera Utara. Silvestain, R. M., Bassler, G. C., and Morill, T. C. 1986. Spectrometric Identification of Organic Compound. 5th edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Hlm 95-135. Yuningsih. 2005. Pengaruh Cemaran Beberapa Senyawa Toksik Dalam Air Minum Terhadap Ternak. Bogor: Balai Penelitian Veteriner. Zuhra, Cut Fatimah. 2006. Karet. Medan: Universitas Sumatera Utara. Anonim.

20

L. LAMPIRAN L.1. Nama Dan Biodata Ketua Serta Anggota 1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKM 2. Anggota Pelaksana Anggota 1 a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKM Anggota 2 a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKM Anggota 3 a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKM : Dwi Surya Atmaja : J2C008013 : MIPA / KIMIA : Universitas Diponegoro : 15 jam/minggu : Veronika Adelina : J2C007047 : MIPA / KIMIA : Universitas Diponegoro : 15 jam/minggu : Fitri Anawati : J2C007019 : MIPA / KIMIA : Universitas Diponegoro : 15 jam/minggu : Relita Florentika : J2C007034 : MIPA / KIMIA : Universitas Diponegoro : 15 jam/minggu

21

L.2. Nama Dan Biodata Dosen Pendamping 1. Nama Lengkap dan Gelar 2. Golongan Pangkat dan NIP 3. Jabatan Fungsional 4. Jabatan Struktural 5. Fakultas/Program Studi 6. Perguruan Tinggi 7. Bidang Keahlian 8. Waktu untuk kegiatan PKM : Drs. Suhartana, M. Si : IIIc/ Penata/ 196310131992021001 : Lektor :: MIPA / Kimia : Universitas Diponegoro : Kimia Anorganik/ Organologam : 8 jam/ minggu

22

L.3. Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Ketua Pelaksana Nama Tempat tanggal lahir Alamat Asal Alamat Semarang Asal Sekolah Pengalaman Organisasi : Relita Florentika : Cirebon, 16 Juni 1990 : Griya Bandung Indah C-15 no 12 Buahbatu Bandung : Tembalang Selatan II no.51 : SMA N 24 Bandung : (i) Sekretaris II BSO Riset (ii) Staf Dept Danus dan Kesma HM Kimia UNDIP (iii) Anggota Dewan Angkatan 2007 HM Kimia UNDIP Telepon Rumah HP Pendidikan : (022) 2035895 : 0899 6800 540 : (i) TK Shandy Putra Ambon (ii) SD N Merdeka 5/IV Bandung (iii) SLTP N 28 Bandung (iv) SMA N 24 Bandung Pelatihan yang pernah di ikuti : (i) LDO 2007 Jurusan Kimia Fakultas MIPA UNDIP (ii) Pelatihan Penulisan 100 Proposal PKM 2008 Fakultas MIPA UNDIP (iii) Pelatihan Metodologi Penelitian 2007 Fakultas MIPA UNDIP (iv) Pelatihan Chem Draw, Mathcad, dan Microsoft Excel 2007 Jurusan Kimia Fakultas MIPA UNDIP

23

Ketua Pelaksana

Relita Florentika

24

Peneliti 2 Nama Tempat tanggal lahir Alamat Asal Alamat Semarang Asal Sekolah Pengalaman Organisasi : Fitri Anawati : Demak, 21 November 1988 : Demak : Jl. Tembalang Selatan II/51 : SMA N 1 Semarang : (i) Bendahara BSO RISET FMIPA UNDIP (ii) Anggota Dewan Angkatan 2007 HM Kimia UNDIP Telepon Rumah HP Pendidikan : (024) 6725556 : 085 641 123 558 : (i) SD KRISTEN 1 YSKI (ii) SMP KRISTEN 1 YSKI (iii) SMA N 1 SEMARANG Pelatihan yang pernah di ikuti : -LDO 2007 Jurusan Kimia Fakultas MIPA Undip - Pelatihan Penulisan 100 Proposal PKM 2008 Fakultas MIPA Undip - Pelatihan Chem Draw, Mathcad, dan Microsoft Excel 2007 Jurusan Kimia FMIPA Undip

Anggota Pelaksana

Fitri Anawati

25

Peneliti 3 Nama Tempat tanggal lahir Alamat Asal Alamat Semarang Asal Sekolah Pengalaman Organisasi Telepon Rumah HP Pendidikan : Veronika Adelina : Banjarnegara, 9 Februari 1989 : Banjarnegara : Jl. Adipati Unus 37 Tembalang : SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan :Wakil Ketua Pelayanan Rohani Mahasiswa Katolik (PRMK) FMIPA UNDIP : (0286) 479320 : 085 647 827 935 : (i) SD KRISTEN Purwareja Klampok (ii) SMP Santo Borromeus Purbalingga (iii) SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Pelatihan yang pernah di ikuti : -LDO 2007 Jurusan Kimia Fakultas MIPA Undip - Pelatihan Penulisan 100 Proposal PKM 2008 Fakultas MIPA Undip - Pelatihan Chem Draw, Mathcad, dan Microsoft Excel 2007 Jurusan Kimia FMIPA Undip

Anggota Pelaksana

Veronika Adelina

26

Peneliti 4 Nama Tempat tanggal lahir Alamat Asal Alamat Semarang Asal Sekolah Pengalaman Organisasi Telepon Rumah HP Pendidikan : Dwi Surya Atmaja : Tatakalai, 21 Juni 1990 : Sulawesi Tengah : Jl. Sukun I No.24 Srondol Wetan, Banyumanik : MAN Insan Cendekia Gorontalo : Staf PSDM HM Kimia :: 085 727 881 381 : (i) SD N Impres I Sumber Mulya (ii) SMP N 2 Bunta (iii) MAN Insan Cendekia Gorontalo Pelatihan yang pernah di ikuti : -LDO 2008 Jurusan Kimia Fakultas MIPA Undip - Pelatihan Metodologi Penelitian 2008 Fakultas MIPA UNDIP - Pelatihan Chem Draw, Mathcad, dan Microsoft Excel 2008 Jurusan Kimia FMIPA Undip

Anggota Pelaksana

Dwi Surya Atmaja

27

L.4. Daftar Riwayat Dosen Pendamping Nama Lengkap dan Gelar Tempat dan Tanggal Lahir Jenis Kelamin Fakultas/ Jurusan Jabatan Fungsional Pangkat/ Golongan/ NIP Bidang Keahlian Alamat Kantor Alamat Rumah Telpon Kantor Rumah HP Email : Drs. Suhartana, M. Si : Bantul, 13 Oktober 1963 : Laki- laki : MIPA/ Kimia : Lektor : Penata/ III C/ 196310131992021 001 : Kimia Anorganik/ Organologam : Tembalang, Semarang : Jl.Bukit Cemara Indah IV/ CC 26 -27 Bukit Kencana Jaya, Tembalang, Semarang : (024) 7474754 : (024) 70786946 : 081 326 532 973 : [email protected]

A. No 1. 2. 3. 4. 5.

Pendidikan Nama Sekolah SD Kanisius Padokan I SMP N IV Yogyakarta STMA N Yogyakarta S1 F MIPA UGM S2 F MIPA UGM

Tahun Kelulusan 1975 1979 1982 1989 2000

28

B. Penelitian No J u d u l K e g i a t a n 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sintesis 8- etil xanthin Studi Pembentukan Kompleks Pb (II) Quanin dan Cd (II) Quanin. Pemanfaatan Ligan Quanin Untuk mereduksi Kadar Timbal dalam Medium Cair Pemanfaatan Ligan Quanin Untuk mereduksi Kadar Kadmium dalam Medium Cair Stokiometri Ligan Amoniak Dalam Kompleks Seng(II) tetraaminhidroksida, Pengujian Berdasarkan Metoda Titrasi Dekonsentrasi Cd(II) dan Pb(II) dalam air melalui pembentukan kompleks dengan ligan Quanin dalam kloroform Pengaruh waktu pemeraman terhadap kadar sianida dalam umbi gadung. Pemanfaatan Ligan Hipoxanthin Untuk mereduksi Kadar Kadmium dalam Medium Cair 9. 10 11 Pemanfaatan Ligan Hipoxanthin Untuk mereduksi Kadar Plumbum dalam Medium Cair Pemanfaatan Ligan Hipoxanthin Untuk mereduksi Kadar Krom dalam Medium Cair Dekonsentrasi Cd (II) Melalui Pembentukan Kompleks Dengan Memakai Ligan Quanin dan Hipoxanthin dalam Dalam sistem Air Kloroform. 12 13 14 Pemanfaatan besi bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna indigo) Studi pengaruh penambahan hidrogen peroksida terhadap kekuatan anti kabut pada rotan. Penambahan Hidrogen Peroksida Terhadap Elektrodekolorisasi Pewarna Indigo 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2002 2002 2001 2001 Tahun 2000 2001 2001

29

15 16 17 18

Pemanfaatan Seng bekas untuk dekolorisasi pewarna indigo Pemanfaatan Aluminium bekas untuk dekolorisasi pewarna indigo Penambahan Hidrogen Peroksida Terhadap Elektrodekolorisasi Pewarna Indigo Kaji banding Penggunaan Aluminium Sulfat, Ferro Sulfat dan Poli Aluminium klorida sebagai koagulan pada pengholahan air limbah tahu.

2004 2004 2004 2004

19 20 . 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Pengaruh Karbonisasi Pada Arang Sabut Kelapa dan Pengaruhnya terhadap Effektifitas Adsorbsi pada Pengolahan Air. Pemanfaatan Arang Sabut Kelapa Untuk Proses Penjernihan Air Limbah Pemanfaatan Ligan Hipoxanthin Untuk mereduksi Kadar Krom dalam Medium Cair Pemanfaatan Ligan Hipoxanthin Untuk mereduksi Kadar Kadmium dalam Medium Cair Pemanfaatan Ligan Hipoxanthin Untuk mereduksi Kadar Plumbum dalam Medium Cair Pemanfaatan Ligan Quanin Untuk mereduksi Kadar Kadmium dalam Medium Cair, fasa air kloroform Pemanfaatan Ligan Quanin Untuk mereduksi Kadar Plumbumm dalam Medium Cair Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Pada Pembuatan Hidrotalsit Cu/ Al Dan Aplikasinya Sebagai Adsorbent Asam Oksalat Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Pada Pembuatan Hidrotalsit Cu/ Al Dan Aplikasinya Sebagai Adsorbent Asam Oksalat Pemanfaatan besi bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna metanil yellow)

2004 2004 2005 2005 2005 20052005

2005

2005

2006

Pemanfaatan seng bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air 2006 limbah yang berwarna (pewarna metanil yellow) Pemanfaatan aluminium bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna metanil yellow )2006

30

31 32 33 34 35 36

Pemanfaatan baja bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna metanil yellow ) Pemanfaatan besi bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna beta naftol) Pemanfaatan aluminium bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna beta naftol)

2006

2007

2007

Pemanfaatan seng bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air 2007 limbah yang berwarna (pewarna beta naftol) Pemanfaatan baja bekas untuk dekolorisasi dan pengurangan kadar air limbah yang berwarna (pewarna beta naftol) Pemanfaatan besi bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik ( naftol) dengan variasi pH dan penambahan reduktor 2008 2007

37

Pemanfaatan seng bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik ( naftol) dengan variasi pH dan penambahan reduktor

2008

38

Pemanfaatan aluminium bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik (( naftol) dengan variasi pH dan penambahan reduktor

2008

39

Pemanfaatan besi bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik ( naftol) dengan variasi pH dan penambahan reduktor

2008

40

Pemanfaatan seng bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik ( naftol) dengan variasi pH dan penambahan reduktor

2008

41 42

Pemanfaatan besi bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik ( naftol) dengan variasi pH Pemanfaatan seng bekas dan karbon bekas untuk elektrodekolorisasi air limbah batik ( naftol) dengan variasi pH

2009 2009

31

C. Kerja sama Penelitian Dengan Industri/PEMDA/Pihak lain No 1. 2. Judul Penelitian Pemanfaatan Sabut Kelapa Untuk Proses Penjernihan Air Limbah Pemanfaatan Arang Tempurung Kelapa Untuk Proses Penjernihan Air Limbah 3. Pelunakan Dampak Toksisitas Krom (VI) Pada Industri Penyamakan Kulit dengan proses Reduksi- Oksidasi 4. 5. 6. Aprasial Revitalisasi dan efisiensi Pabrik kertas Blabak Aprasial Revitalisasi dan efisiensi PT LUXINDO NUSANTARA Pelunakan Dampak Toksisitas Krom (VI) Pada Industri Elektroplating di PT LUXINDO NUSANTARA dengan proses Reduksi- Oksidasi 8. 9. Aprasial Revitalisasi dan efisiensi Pabrik kertas Gula se PTP IX Pemanfaatan Limbah IPA Kudu Semarang dan PT INDOFOOD untuk Pupuk dan Medium Tanaman 2009 Ketua PT Tirta Moedal dan PT Indofood 2008 Anggota PT Sucofindo 2007 Ketua PT LUXINDO NUSANTARA 2007 Anggota PT Sucofindo 2006 Anggota PT Sucofindo 2005 Ketua CV.MEGAH PERKASA 2004 Ketua BAPPEDA Tahun 2003 Posisi Ketua Pihak Yang Bekerjasama BAPPEDA

32

D. Pengalaman Pelatihan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 Macam Pelatihan Dosen Wali PRA DAN MAPPING Penulisan Buku Ajar Proses Belajar Mengajar Penulisan Buku Ajar Berbasis WEB PEKERTI ENTERPRENEURSHIP SOSIALISASI PLTN Sosialisasi KKN PPM Sosialisasi KKN Tematik PBA Sosialisasi KKN PPM Penyelenggara UNDIP LPM UNDIP UNDIP UNDIP Jurusan Kimia F MIPA UNDIP UNDIP UNDIP MENRISTEK DIKTI DIKTI DIKTI 2003 2004 2007 2008 2008 2009 Tahun 1993 1993 1994 1995 2002

E. Pengalaman Instruktur Dengan Industri/PEMDA/Pihak lain No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Judul Pelatihan Yang Diberikan Safety of Laboratory, ISO 14001, ISO 14000 and ISO 9000 Analisis B3 dan Cara Untuk Penanggulangannya LK3 dan ISO 14001 Pre Hazard Analysis, ISO 14001 Bioremidiasi Lingkungan dan ISO 14000 CO2 Removal, ISO 14000 Apllication Pipeline Corrosion, and Inhibitor Corrosion Cathodic Protection in Bunker Safety of Laboratory, ISO 14001, ISO 14000 and ISO 9000 LK3 dan ISO 14001 Pipeline Corrosion, and Inhibitor Corrosion Cathodic Protection in Bunker Tahun 2003 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2004 2005 2005 2005 2005

33

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 36.

Pipeline Corrosion, and Inhibitor Corrosion Bioremidiasi Lingkungan dan ISO 14000 LK3 dan ISO 14001 Dust Collector Pre Hazard Analysis, ISO 14001 Analisis B3 dan Cara Untuk Penanggulangannya LK3 dan ISO 14001 LK3 and Fire Enviroment Accurate Analysis and Safety of Laboratory, ISO 14000, and ISO 14001 Accurate Analysis and Safety of Laboratory, ISO 14000, and ISO 14001 Pipeline Corrosion, and Inhibitor Corrosion Cathodic Protection in Bunker and Pipeline CO2 Removal, Mercury Treatment, and ISO 14000 Apllication CO2 Removal, Mercury Treatment, SO2 Removal, and ISO 14000 Apllication Sosialisasi Peraturan Pemerintah Tentang AMDAL, Dalam Kaitannya Dengan ISO14001. Accurate Analysis and Safety of Laboratory, ISO 14000, and ISO 14001 Cathodic Protection in Bunker and Pipeline Sistem Otomatisasi Penyaluran BBM Safety of Laboratory, ISO 14001, ISO 14000 and ISO 9000 Sistem Otomatisasi Penyaluran BBM Sistem Pengolahan Minyak Bumi dan Gas Sistem Otomatisasi Penyaluran BBM Sistem Pengolahan Minyak Bumi dan Gas Cathodic Protection and Pipeline Corrosion Cathodic Protection and Pipeline Corrosion

2005 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008

34

37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55.

Analisis B3 dan Cara Untuk Penanggulangannya Analisis B3 dan Cara Untuk Penanggulangannya Sistem Pengolahan Minyak Bumi dan Gas Sistem Otomatisasi Penyaluran BBM Cathodic Protection in Bunker and Pipeline Accurate Analysis and Safety of Laboratory, ISO 14000, and ISO 14001 Tank Gas Familirazation Kepabeaan Kepabeaan Chemical Handling Vibration Analysis Kompresor Reciprocating Vibration Analysis Kompresor Reciprocating Vibration Analysis Kompresor Reciprocating Kompresor Reciprocating Vibration Analysis Kompresor Reciprocating

2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009

F. Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat No 1. Judul Pelatihan Kunyit, temu lawak dan jahe tanaman multiguna yang sering dilupakan oleh orang yang kurang paham tentang kegunaannya. 2. Pengenalan tentang bumbu masak yang mengandung monosodiumglutamat 2004 2003 Tahun Khalayak Dsn Rejosari, Meteseh, Tembalang, Semarang Dsn Rejosari, Meteseh, 1 hari 1 hari Lama

35

(MSG), gambaran tentang kegunaan dan bahaya yang ditimbulkan. 3. Pengenalan sifat, kegunaan dan tingkat bahaya dari suatu bahan kimia dan usaha preventif untuk menghindarinya. 4. Penyuluhan bahan aditif (bahan pengembang, bahan pewarna dan bahan penyedap rasa) pada makanan. 5. Pengenalan sifat, kegunaan dan tingkat bahaya dari suatu bahan kimia dan usaha preventif untuk menghindarinya. 2007 2006 2005

Tembalang, Semarang DsnWonosari, Meteseh, Semarang Dsn Bulusan, Tembalang, Semarang Desa Kandangan, Kec. Bawen, Kab. Semarang 1 hari 1 minggu 1 minggu

6.

Pengenalan sifat, kegunaan dan tingkat bahaya dari suatu bahan kimia dan usaha preventif untuk menghindarinya.

2007

Desa Polosiri, Kec. Bawen, Kab. Semarang

1 hari

7.

Penyuluhan bahan aditif (bahan pengembang, bahan pewarna dan bahan penyedap rasa) pada makanan.

2008

Desa Kandangan, Kec. Bawen, Kab. Semarang

1 hari

8.

Penyuluhan bahan aditif (bahan pengembang, bahan pewarna dan bahan penyedap rasa) pada makanan.

2008

Desa Polosiri, Kec. Bawen, Kab. Semarang

1 hari

36

G. Lain- lain. No J u d u l K e g i a t a n 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Menjadi Ka Lab Kimia Anorganik di Jurusan Kimia F MIPA UNDIP periode tahun 2001 sd 2004. Menjadi Pemantau Pemilu Legislatif di kota Kendal Menjadi Pemantau Pemilu Presiden di kota Semarang Menjadi DPL KKN UNDIP 2000 2004 Menjadi Koordinator DPL untuk Kab. Grobogan 2004 2007 Menjadi Koordinator DPL untuk Kab. Semarang 2007 - sekarang Koordinator bidang Monitoring & Evaluasi LPM UNDIP Koordinator bidang Penghuni di RUSUNNAWA UNDIP Menjadi Koornitator Olahraga Korpri UNDIP Unit F MIPA Universitas Diponegoro Wakil Sekretaris LPM Propinsi Jateng untuk masa bakti 2008 - 2013 2003 2003 2000-2004 2004-2007 2007 sekarang 2006sekarang 2006 sekarang 2004sekarang 2008 sekarang Tahun 2001-2004

37

M. PELAKSANAAN KEGIATAN Adapun pelaksanaan kegiatan yang telah kami lakukan yaitu: Minggu ke- 1 (19-23 Januari 2010) Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu : Pembuatan surat ijin Laboratorium Kimia Anorganik : Pembelian Tempurung kelapa : Pengambilan sampel di perkebunan karet Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang : Pembuatan Arang tempurung kelapa (massa = 5kg) dengan metode Earth Pit Kiln : Pembuatan Arang tempurung kelapa (massa = 5kg) dengan metode Earth Pit Kiln

Minggu ke-2 (25-31 Januari 2010) Senin Selasa Rabu Kamis : Peminjaman alat di Laboratorium Kimia Anorganik : Pengambilan sampel di perkebunan karet Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang : Peminjaman alat di Laboratorium Teknik Kimia : Penumbukan Arang Pembelian reagen

Minggu ke-3 (1-7 Februari 2010) Senin Selasa : Penghomogenisasi arang dengan ukuran 125 mesh Pembelian reagen CH3COOH

: Pengaktifan arang (10 g arang + 50 mL CH3COOH) dengan 5 variasi (1M, 1.5M, 2M, 2.5M, dan 3M) Pendiaman arang selama 24 jam Pencucian dengan akuades hingga pH netral

Rabu Jumat

: - Peyaringan arang : Pengukuran larutan dengan pH-meter

38

Minggu ke- 4 (15-21 Februari 2010) Selasa Kamis : Sokletisasi (1 siklus) : - Sokletisasi (2 siklus) Jumat Sabtu Pengovenan arang aktif pada suhu 110 C selama 3 jam Pendinginan arang aktif dalam desikator Sokletisasi (5 siklus) : - Uji kadar air arang aktif : Sokletisasi (10 siklus)

Minggu ke- 5 (22-28 Februari 2010) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu : Sokletisasi (8 siklus) : Sokletisasi (7 siklus) : Sokletisasi (9 siklus) : Sokletisasi (6 siklus) : Sokletisasi (10 siklus) : Sokletisasi (12 siklus)

Minggu ke-6 (1-7 Maret 2010) Senin : - Sokletisasi Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu (5 siklus) Analisis arang aktif (FT-IR dan GC-MS) di Laboratorium Kimia Organik UGM : Sokletisasi (11 siklus) : Sokletisasi (9 siklus) :Sokletisasi (7 siklus) Uji Iod arang aktif

: Sokletisasi (8 siklus) : Sokletisasi (13 siklus)

39

Minggu ke-7 ( 8-14 Maret 2010) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu : Sokletisasi (11 siklus) : Sokletisasi (8 siklus) : Sokletisasi (7 siklus) : Sokletisasi (8 siklus) : Sokletisasi (11 siklus) : Pengambilan sampel di perkebunan karet Desa Wringin Putih, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang

Minggu ke- 8 ( 15-21 Maret 2010) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

: Sokletisasi (9 siklus) : Sokletisasi (10 siklus) : Sokletisasi (7 siklus) : Sokletisasi (7 siklus) : Sokletisasi (8 siklus) : Sokletisasi (12 siklus)

Minggu ke- 9 ( 22-28 Maret 2010) Senin Rabu Kamis Jumat Sabtu : Sokletisasi (6 siklus) : Sokletisasi (7 siklus) : Sokletisasi (8 siklus) : Sokletisasi (9 siklus) : Sokletisasi (12 siklus)

Minggu ke- 10 ( 29-31 Maret, 1-4 April 2010) Senin Selasa Rabu Kamis Sabtu : Ekstraksi minyak hasil sokletisasi dengan etanol : Ekstraksi minyak hasil sokletisasi dengan etanol : Pemisahan pelarut dengan rotary evaporator : Diperoleh hasil 300 mL minyak kasar : Uji Iod Arang aktif

40

Hasil: Konsentrasi Belum Aktif 1M 2M 3M 4M 5M V Titrasi I (mL) 0.2 0.05 0.1 0.15 0.15 0.4 Titrasi II (mL) 0.1 0.05 0.1 0.2 0.25 0.4 Bilangan Iod 12,69 % 19,04 % 6,35 % 6,35 % 12,69 %

Minggu ke- 11 ( 5- 11April 2010) Sabtu : - Bleaching arang aktif tempurung kelapa dan minyak biji karet (5 variasi konsentrasi) Pendiaman selama 24 jam

Minggu ke- 12 (12-18 April 2010) Senin Jumat : Penyaringan minyak hasil bleaching : Analisis FT-IR dan GC-MS minyak biji karet di Laboratotium Organik UGM

Minggu ke 13 (19-25 April 2010) Jumat Hasil: Konsentrasi Belum aktivasi 1M 1.5 M 2M 2.5 M 3M V Titrasi (mL) 0.3 0.2 0.15 0.2 0.25 0.15 Kandungan CN (%) 0.324 0.216 0.162 0.216 0.27 0.162 : Uji Sianida minyak biji karet

Minggu 14 (26-30 April, 1-2 Mei 2010) Rabu Senin Sabtu : Bleaching 2 : Titrasi 2 hasil Bleaching 2 : Uji Kuantitatif (Titrasi Formol)

41

Hasil: Konsentrasi Belum aktivasi 1M 1.5 M 2M 2.5 M 3M Minggu 15 (3-9 Mei 2010) Senin Jumat Sabtu : Bleaching ke-3 : Analisis FT-IR di ITB : Penyususnan Laporan Kemajuan V Titrasi (mL) 0.3 1,5 x 10-3 1,5 x 10-3 1,5 x 10-3 1,5 x 10-3 1 x 10-3 Kandungan CN (%) 0,162 0,00162 0,162 0,162 0,00108

42

INDIKATOR KEBERHASILAN JANGKA PENDEK

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator keberhasilan penelitian ini, diantaranya: 1. Arang aktif yang dihasilkan harus lulus uji mutu persyaratan mutu berdasarkan SII No.0258 -79. Persyaratan mutu arang aktif berdasarkan SII No.0258 -79 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Persyaratan Mutu Arang Aktif Berdasarkan SII No.0258 -79 Jenis Uji Kadar Air Kadar Abu Daya Serap Terhadap Larutan Iod Persyaratan Maksimum 10 % Maksimum 2,5 % Minimum 20 %

Apabila arang yang dihasilkan pada penelitian ini dinyatakan lulus uji, maka arang aktif tersebut layak untuk dijadikan sebagai adsorben. 2. Menurunnya kandungan sianida minyak biji karet yang ditandai dengan perubahan warna indikator dalam titrasi Argentometri. Perubahan warna yang terjadi adalah dari putih menjadi agak kekuningan. Reaksi yang terjadi selama titrasi, sebagai berikut: Ag+ + 2CN- Ag(CN)2Ag(CN)2- + Ag+ Ag[Ag(CN)2] (Underwood, 2002) Keberhasilan ini diperkuat dengan perhitungan kuantitatif terhadap senyawa sianida yang besarnya harus di bawah batas aman konsumsi sianida, yaitu dibawah 20 ppm atau 0,002 %. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dalam penelitian, yaitu minyak goreng biji karet layak untuk dikonsumsi.

43

3. Adanya kandungan protein dalam minyak biji karet. Kandungan tersebut dapat diketahui melalui titrasi formol. Kandungan protein yang terdapat dalam minyak biji karet minimal sama atau lebih besar dari kandungan protein dalam minyak goreng ber-merk yang ada di pasaran. Hal ini untuk membuktikan bahwa minyak goreng biji karet dari penelitian ini memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan minyak goreng lainnya.