contoh desain pengkajian program-paud

44
DESAIN PENGKAJIAN PROGRAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SECARA KREATIF OLEH PENDIDIK PAUD SKB PEMALANG Oleh : NAMA : DIAN SUSANTI, S. Pd NIM : 19821020 201001 2 015 JABATAN : ANGGOTA i

Upload: sujud-marwoto

Post on 21-Nov-2015

538 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Desain Pengkajian program PAUD

TRANSCRIPT

DESAINPENGKAJIAN PROGRAM

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN SECARA KREATIF

OLEH PENDIDIK PAUD SKB PEMALANG

Oleh :

NAMA : DIAN SUSANTI, S. Pd NIM : 19821020 201001 2 015

JABATAN: ANGGOTAPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SANGGAR KEGIATAN BELAJAR PEMALANG

Jl. Raya Sidorejo Comal Telp (0285) 5772342014KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat berhasil menyelesaikan Desain pengkajian program dengan judul Desain pengkajian program Pemanfaatan media pembelajaran secara kreatif Oleh pendidik PAUD di SKB PemalangDesain ini disusun untuk untuk mendeskripsikan kreatifitas Pendidik dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui buku cerita bergambar, adapun pengkajian yang akan diperoleh adalah sejauh mana media ini mampu meningkatkan kreatifitas anak didik PAUD di SKB PemalangPenulis menyadari bahwa tanpa bantuan baik moral maupun material dari berbagai pihak, Desain ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs. Zubaedi, M.Pd sebagai Kepala SKB Pemalang dan semua pihak yang telah membantu saya hingga dapat menyelesaikan Desain ini. Semoga amal sholeh mereka semua mendapat imbalan pahala dari Allah Subhanahu Wataala aminn.

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan Desain ini dimasa yang akan datang.

Pemalang, 16 April 2014Mengetahui

Kepala SKB PemalangPenyusun,

Drs. ZUBAEDI, M. PdDIAN SUSANTI, S. Pd

NIP. 19630518 198501 1 002NIP. 19821001 201001 2 015

DAFTAR ISIHalaman

HALAMAN JUDUL

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iiiBAB I PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Rumusan Masalah

3

1.3. Tujuan Pengkajian

3

1.4. Manfaat Pengkajian

3BABIIKAJIAN TEORI

5

2.1. Media Pembelajaran

5

2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran

5

2.1.2. Ciri-ciri Media Pembelajaran

5

2.1.3. Pemilihan Media Pembelajaran

6

2.1.4. Jenis-jenis Media Pembelajaran

8

2.1.5. Fungsi Media Pembelajaran

9

2.1.6. Manfaat Media Pembelajaran

10

2.2. Kreativitas

102.2.1. Pengertian Kreativitas

102.2.2. Ciri-Ciri Guru yang kreatif

112.2.3. Pengertian Anak Kreatif

142.2.4. Karakteristik Anak Kreatif

152.2.5. Bentuk-bentuk Kreativitas

15

2.2.6. Faktor yang Dapat Menghambat dan Meningkatkan

Kreativitas

16

2.3. Anak Usia Dini

172.3.1. Pengertian Anak Usia Dini

172.3.2. Karakteristik Anak Usia Dini

182.3.3. Perkembangan Anak Usia Dini

19BABIIIMETODE PENGKAJIAN

213.1. Pendekatan Pengkajian

213.2. Fokus Pengkajian

213.3. Sumber Data Pengkajian

213.4. Subjek Pengkajian

223.5. Teknik Pengumpulan Data

22 3.6. Teknik Keabsahan Data

233.7. Teknik Analisis Data

23 3.8. Rencana dan Jadwal Kegiatan

253.9. Organisasi Pelaksana

254.0. Rencana Anggaran

26BABIV PENUTUP

27DAFTAR PUSTAKA

28BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diera globalisasi seperti ini terjadi pergeseran paradigma (pandangan/keyakinan yang cukup besar) mengenai konsep pendidikan anak usia dini mengandung makna tempat yang nyaman untuk bermain. Berdasarkan makna tersebut, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman. Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang, suka rela, dan tanpa paksaan atau tekanan dari luar serta lebih mementingkan proses dari pada hasil. (Hibana.S. Rahman, 2002:85)

Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran ditingkat-tingkat berikutnya. (Depdikbud, 1999:3).

Dalam proses perkembangan anak melalui bermain terutama pada anak usia dini dan alat permainan merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, kreativitas, perasaan, perhatian dan kemampuan anak sehingga mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar. Anak sebaiknya dapat berkembang secara wajar tanpa hambatan dan mampu membangun kreativitasnya. Salah satu hal yang dapat meningkatkan kreativitas pada anak adalah menggunakan media pembelajaran yang tepat yang dapat memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada anak.

Pendidik dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Peran ini menandakan Pendidik sebagai pelaku dalam penyelenggaraan pendidikan memikul tanggung jawab utama dalam transformasi orientasi peserta didik dari ketidak tahuan menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil manjadi terampil, dari orientasi ke-aku-an menjadi orientasi ke-kita-an. Sehingga Pendidik dituntut untuk membangun dirinya dan pemikiran yang berkaitan dengan strategi pembelajaran, yang sesuai dengan karakteristik peserta didik maupun materi pembelajaran. Melalui strategi pembelajaran yang tepat diharapkan hasil belajar dapat memadai dan sesuai dengan tujuan institusional yang telah ditetapkan

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukuan penulis di PAUD SKB Pemalang didapatkan hasil wawancara dengan Pendidik sebagai berikut :

1. Pembelajaran yang berlangsung kurang aktif. Hal ini terlihat dari sedikitnya anak cenderung kurang aktif dalam merespon pertanyaan dan tugas yang diberikan Pendidik.

2. Media pembelajaran yang digunakan Pendidik kurang melibatkan partisipasi anak sehingga anak kurang termotivasi dalam pembelajaran dikelas.

Dengan kondisi lapangan seperti tampak di atas menyebabkan pembelajaran yang berlangsung di kelas kurang efektif dan kurang membangun kreativitas anak. Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas anak.

Media pembelajaran yaitu alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan (bahan pengajaran) yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Fungsi utama media pembelajaran ialah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh Pendidik. Pemanfaatan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dari pembelajaran pada saat itu. Hal ini sesuai dengan pernyataan H. Malik (1986) yaitu pamakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat anak, membangkitkan motivasi anak, serta merangsang kreativitas dalam kegiatan belajar.

PAUD SKB Pemalang yang terletak di Jl. Sidorejo Comal memiliki profil yang kurang mendukung dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berdasarkan pengamatan Pengkaji terhadap keadaan lingkungan PAUD SKB Pemalang. PAUD ini memiliki 4 tenaga pengajar dan 25 anak didik, jumlah anak didik tersebut belajar dalam ruang kelas yang berbeda. Satu ruang untuk kelompok A dengan jumlah 6 anak dan satu ruang untuk kelompok B dengan jumlah 19 anak. Keadaan dalam kelompok B dengan jumlah anak tersebut menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif karena pembelajaran akan terlalu gaduh. Selain itu media pembelajaran yang digunakan dalam kelas terlalu monoton karena Pendidik hanya menggunakan media televisi (audio-visual) tanpa menggunakan media lain seperti halnya media audio atau visual. Keadaan ini kurang melatih kemampuan melihat dan mendengar anak didik. Dengan kurang terlatihnya kemampuan melihat atau mendengar akan kurang memacu kreativitas anak.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka secara umum rumusan yang akan diteliti adalah Pemanfaatan Media Pembelajaran Secara Kreatif Oleh Pendidik PAUD SKB Pemalang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam Pengkajian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan secara kreatif oleh Pendidik agar dapat meningkatkan kreativitas Pendidik di PAUD SKB Pemalang?

1.2.2 Bagaimana peningkatan kreativitas anak PAUD SKB Pemalang setelah penerapan media pembelajaran secara kreatif oleh Pendidik ?

1.3. Tujuan PengkajianTujuan dari Pengkajian ini adalah :

1.3.1 Mendeskripsikan pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan secara kreatif oleh Pendidik agar dapat meningkatkan kreativitas Pendidik di PAUD SKB Pemalang.

1.3.2 Mendeskripsikan peningkatan kreativitas anak PAUD SKB Pemalang setelah penerapan media pembelajaran secara kreatif oleh Pendidik1.4. Manfaat Pengkajian1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Pengkajian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan khususnya tentang media pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas pada anak usia dini, serta dapat digunakan sebagai referensi bagi khalayak yang akan membahas atau meneliti tentang media pembelajaran dan kreativitas anak usia dini.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat Pengkajian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini. Bagi para pendidik dapat dijadikan sebagai masukan mengenai pentingnya alat bermain dalam proses pembelajaran dalam rangka mengupayakan tingkat kreativitas, prestasi dan keberhasilan dikelompok bermain secara optimal.BAB IIKAJIAN TEORI2.1 Media Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu usaha Pendidik/ pengajar untuk membantu anak didiknya agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya sedangkan media merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Media pembelajaran menurut beberapa ahli yaitu:

1. H. Malik (1994: 6) mengartikan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

2. Heinick (dalam Kustandi, 2011: 9) mengemukakan istilah media pembelajaran sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

3. Gagne (dalam Sadiman, 1993: 11) mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar.

Berdasarkan pendapat di atas media pembelajaran yang dimaksud dalam Pengkajian ini adalah suatu wahana untuk membantu anak dalam kegiatan bermain, media pembelajaran dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara teratur, lancar, efektif dan efisien. Untuk media alamiah merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan alam sekitar yang bersifat alami untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di PAUD SKB Pemalang.

Berdasarkan uraian beberapa pengertian media pembelajaran diatas, berikut dikemukakan ciri-ciri media pembelajaran.

2.1.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran

Media pembelajaran identik artinya dengan keperagaan yaitu suatu bentuk yang dapat dilihat, diraba, didengar dan diamati melalui panca indera. Tekanan utama media terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat, diraba, dan didengar. Dalam pengertian lain media pembelajaran merupakan suatu perantara dan digunakan dalam rangka pendidikan dan pengajaran.

Ciri-ciri media pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut:

1. Gerlach dan Erly (dalam Kustandi, 2011: 14) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki ciri manipulatif, distributif, fiksatif.

2. Sanaky (2011: 40) mengatakan media pembelajaran memiliki ciri-ciri adanya unsur alat (media), metode menyampaikan media dan tehnik penggunaan media.

3. Bovee (dalam Sanaky, 2011: 3) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki suatu bentuk atau hal-hal yang dilihat, didengar dan diraba yang digunakan dalam proses pembelajaran antara pengajar dan pembelajar.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Media pembelajaran harus mampu merekam suatu objek agar objek tersebut dapat dimunculkan kembali pada waktu tertentu.

2. Media pembelajaran memiliki kemampuan memanipulasi objek.

3. Media pembelajaran dapat diterima penyebarannya pada beberapa tempat.

4. Media pembelajaran memiliki alat peraga untuk menyampaikan pesan.

5. Media pembelajaran memiliki tehnik dan metode tertentu dalam penggunaannya.2.1.3 Pemilihan Media Pembelajaran

Usia dini merupakan masa bermain (time play), jadi biarkan anak menikmatinya. Anak perlu bermain sebagai sarana untuk tumbuh kembang dalam lingkungan budaya dan persiapan dalam belajar norma. Dalam kegiatan bermainnya anak membutuhkan beberapa media pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahamannya. Selain itu dalam pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Media pembelajaran tidak berbahaya.

2. Bukan pilihan orang tua tetapi berdasarkan minat anak terhadap permainan tersebut.

3. Media dan sumber belajar sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainan.

4. Tingkat kesulitan media sebaiknya disesuaikan pada rentang usia dini.

5. Media yang digunakan tidak perlu rapuh (Sujiono, 2005: 142-143).

Ada empat hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran, yakni:

a) Alasan Memilih Media Pembelajaran

Pemilihan media yang akan dipergunakan dalam proses belajar mengajar hendaknya dilakukan, sebab ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat dipakai dalam proses belajar mengajar, ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tertentu, ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan.

b) Waktu yang Tepat untuk Memilih Media Pembelajaran

Penggunaan media mempunyai tujuan dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional, maka pemilihan media dilakukan setelah mengetahui tujuan instruksional dan sudah tentu dilakukan setelah mengajar (melaksanakan program pengajaran). Pemilihan media tersebut hendaknya dilakukan pada waktu merencanakan program pembelajaran.

c) Pemilihan Media Pembelajaran

Pada umumnya pemilihan media dilakukan oleh Pendidik, sebab pada umumnya Pendidik juga yang menyusun desain instruksional. Akan tetapi tidak selamanya demikian. Apabila desain instruksional disusun oleh seorang professional dalam pemediaan (bukan seorang Pendidik) maka orang tersebut yang memilih media. Dengan demikian akan lebih tepat apabila diakatakan bahwa yang hendak memilih media atau berhak memilih media itu ialah si penyusun desain instruksional baik sebagai seorang Pendidik atau bukan.

d) Cara Memilih Media Pembelajaran

Dalam memilih media hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Memilih media yang sesuai dengan tujuan yang hendaknya dicapai saat akan melakukan pengajaran.

2. Memilih media yang sesuai dengan materi yang akan dipergunakan.

3. Memilih media yang sesuai dengan materi yang akan dikomunikasikan.

4. Memilih media yang sesuai situasi dan kondisi lingkungan tempat itu dipergunakan.

2.1.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran sangat banyak jenisnya. Maka, untuk menggunakan suatu media pembelajaran secara baik, efektif, dan efisien dalam proses pembelajaran diperlukan kemampuan, pengetahuan dalam memilih, dan menggunakan media pembelajaran tersebut.

Jenis-jenis media pembelajaran menurut beberapa ahli antara lain :

1. Rudy Bretz (1971: 17) mengemukakan jenis media pembelajaran yaitu: media visual, media audio, media audio visual, media alam.

2. Schramm (1977: 15) mengatakan bahwa jenis media pembelajaran yakni: media massal, media kelompok, media individual.

3. Briggs (1973: 19) mengatakan jenis media pembelajaran yaitu: media cetak, media trasparansi, suara langsung, obyek, model, papan tulis.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan jenis-jenis media pembelajaran yaitu:

1. Media visual (media grafis) : media yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual (gambar/foto).

2. Media audio (radio, kaset-audio) : merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus, kaset audio sering digunakan di sekolah untuk memberikan kegiatan pada anak-anak.

3. Media audio visual (media video) : merupakan salah satu jenis media udio visual selain film, yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran biasanya dikemas dalam bentuk VCD.

4. Media alam (bermain keluar ruangan kelas atau memanfaatkan lingkungan) untuk belajar.

Berdasarkan jenis-jenis media pembelajaran tersebut diatas maka media pembelajaran yang akan digunakan Pengkaji yaitu:

a. Media visual (gambar dan foto)

b. Media audio (radio atau tape)

c. Media audio visual (televisi - VCD )

d. Media alam (memanfaatkan lingkungan)

Kelemahan dan kelebihan jenis media yang digunakan:

a. Media Visual

Kelemahan: Hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya sangat terbatas, kurang bisa membantu daya ingat.

Kelebihan :Sifatnya konkret, dapat mengatasi batasan pengamatan, dapat memperjelas suatu masalah.

b. Media Audio

Kelemahan: Komunikasi satu arah, membutuhkan konsentrasi dalam mendengarkan, bisa terhapus dan tidak bisa disimpan lama.

Kelebihan : Individual, relatif lebih murah, mengatasi batas waktu dan ruang

c. Media Audio Visual

Kelemahan:Kurang bisa membantu daya ingat, membutuhkan konsentrasi dalam mendengarkan, tidak bisa disimpan dalam waktu lama.

Kelebihan : Sangat tepat untuk materi musik dan bahasa, relatif lebih murah, mengatasi batas ruang dan waktu

d. Media Alam

Kelemahan:Membutuhkan waktu lama, membutuhkan persiapan terlebih dahulu

Kelebihan : Menambah pengetahuan tentang lingkungan, bermain alam bebas.

2.1.5 Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran hendaknya melibatkan peserta didik, baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Menurut Keemp dan Dayton (1985: 28), media pembelajaran di atas memiliki fungsi utama yaitu:

1. Memotivasi minat atau tindakan, untuk memenuhi fungsi motivasi media.

2. Menyajikan informasi untuk fungsi informasi media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa.

3. Memberi instruksi didalam informasi yang terdapat dalam media itu hendaknya melibatkan anak baik dalm bentuk mental maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama (main peran). Sedangkan untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok peserta didik.

2.1.6 Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.

Berikut merupakan manfaat media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985 : 3-4):

1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, Pendidik menafsirkan isi pembelajaran dengan cara-cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media yang beragam hasil tafsiran itu dapat menginformasikan yang sama disampaikan pada anak.

2. Pembelajaran lebih menarik, media sebagai penarik perhatian dan membuat anak tetap terjaga serta memperhatikan.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar yang diterima dalam hal partisipasi anak, umpan balik dan pengetahuan.

4. Sikap positif terhadap apa yang siswa pelajari dan proses belajar dapat ditingkatkan.

5. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau diperlukan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan media merupakan alat permainan yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Semua kegiatan bermain dapat menggunakan media atau alat permainan tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Hal yang terpenting dalam pelaksanaan dan pemilihan media pembelajaran yang menyenangkan dan menarik perhatian hendaknya disesuaikan dengan usia khususnya anak usia dini, sehingga dapat melakukan kegiatan belajar dengan minat dan perasaan senang tanpa ada paksaan.

2.2 Kreativitas

2.2.1 Pengertian Kreativitas

Kreatif merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru atau yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu jika kreativitas ini dapat berkembang dengan baik maka anak akan memiliki kemampuan keterampilan yang baik jika diberi lingkungan yang mendukung.

Pengertian kreativitas menurut beberapa ahli:

1. Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010).2. Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian dalam Basuki, 2010).3. Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir (Munandar dalam Basuki, 2010).Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kreativitas dalam Pengkajian ini adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun gabungan dengan hal-hal yang sudah ada dan yang belum pernah ada sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk memecahkan atau menjawab masalah dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif di PAUD SKB Pemalang.

2.2.2 Ciri-Ciri Pendidik yang Kreatif

Sebagaimana termaktub UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 pada pasal 40 ayat 2 dinyatakan kewajiban-kewajiban Pendidik, (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya

Berdasarkan hal tersebut, peran Pendidik dalam pembelajaran memegang peran strategis terutama membangun budaya kreatif pada anak didiknya. Melalui bimbingan dan arahan Pendidik yang kreatif akan memberikan kemudahan kepada anak didik mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Sebelum dijelaskan tentang ciri-ciri Pendidik yang kreatif dalam pembelajaran khususnya dalam memanfaatkan media pemberlajaran, berikut dikemukakan ciri-ciri kreativitas.

Ciri-ciri kreativitas menurut beberapa ahli yaitu:

1. Guilford (dalam Munandar 2009) mengatakan ciri-ciri kreativitas adalah fluency (kelancaran), flexibility (fleksibilitas), originality (keaslian), elaboration (keterperincian atau pengurangan).

2. (David Campbell, 2011: 46) menyatakan ciri-ciri kreativitas yaitu sifat yang secara umum yang ada diantara individu, adanya kemauan untuk bekerja keras, menghargai pendapat orang lain, mengembangkan bakat yang ada dalam diri.

3. Rogers (dalam Munandar 2009) menyatakan seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan sesuatu dari dirinya sendiri selain didukung oleh perhatian, dorongan dan pelatihan lingkungan merupakan bagian dari ciri-ciri kreativitas seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka disimpulkan bahwa ciri-ciri kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru walaupun sesungguhnya yang diciptakan itu tidak perlu berupa hal-hal yang baru tetapi merupakan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ciri-ciri kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk memperbanyak, mengembangkan suatu gagasan dan melengkapi gagasan tersebut.

Selanjutnya terkait dengan pemanfaatan media secara kreatif oleh Pendidik sebagaimana di nyatakan oleh Torrance (1981) dalam Creativity Research Journal the purpose of creative teaching is to create a responsible environment through high teacher enthusiasm, appreciation of individual differences, and so on (www.creativeeducation.co.uk/-diunduh, tgl 15-12-2011) Pernyataan tersebut dalam terjemahan bebas diartikan bahwa tujuan pengajaran kreatif untuk menciptakan sebuah lingkungan yang bertanggungjawab, melalui antusiasme Pendidik yang tinggi, menghargai perbedaan individu dan sebagainya. Lebih jauh ditegaskan oleh Treffinger (1980) dan Davis (1991) bagaimana Pendidik menciptakan iklim kreatif adalah penting terutama untuk merangsang berfikir kreatif.

Demikian pula dalam jurnal lain sebagaimana pada Mendeley dinyatakan bahwa :

Analisis ini berfokus pada pengalaman Pendidik siswa 'terlibat dalam kegiatan kreatif untuk mempersiapkan, mengajar dan mengevaluasi proyek berbasis sekolah, dan tema diidentifikasi pemahaman mereka dan pengalaman pribadi dari kreativitas, kontribusi ICT, dan refleksi mereka pada pengembangan professional http://www.mendeley.com/research/developing-conceptual-frameworks-creativity-ict-teacher-education-1/ diunduh, tgl 15-12-2011)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dinyatakan betapa pentingnya seorang Pendidik memanfaatkan media pembelajaran agar tercipta iklim kreatif pada proses pembelajaran.

Beberapa ciri Pendidik yang kreatif dalam memanfaatkan media pembelajaran direkomendasikan sebagaimana dimuat pada Creativity Research Journal Copyright 20002001 by Lawrence Erlbaum Associates, Inc.20002001, Vol. 13, Nos. 3 & 4, 317327 antara lain sebagai berikut:

1. Support and reinforce unusual ideas and responses of students.

2. Use failure as a positive to help students realize errors and meet acceptable standards in a supportive atmosphere.

3. Adapt to student interests and ideas in the classroom whenever possible.

4. Allow time for students to think about and develop their creative ideas. Not all creativity occurs immediately and spontaneously.

5. Create a climate of mutual respect and acceptance between students and between students and teachers, so that students can share develop, and learn together and from one another as well as independently.

6. Be aware of the many facets of creativity besides arts and crafts: verbal responses, written responses both in prose and poetic style, fiction and nonfiction form. Creativity enters all curricular areas and disciplines.

7. Encourage divergent learning activities. Be a resource provider and director.

8. Listen and laugh with students. A warm, supportive atmosphere provides freedom and security in exploratory thinking.

9. Allow students to have choices and be a part of the decision-making process. Let them have a part in the control of their education and learning experiences.

10. Let everyone get involved, and demonstrate the value of involvement by supporting student ideas and solutions to problems and projects (www.creativeeducation.co.uk/-diunduh, tgl 15-12-2011)Rekomendasi tersebut dalam terjemahan bebasnya berarti :

1. Dukungan danmemperkuatide-ideyang tidak biasadan tanggapansiswa.

2.Gunakankegagalan sebagaiupayauntuk membantu siswa menyadarikesalahan danmemenuhi standaryang dapat diterima dalamsuasana yang mendukung.3.Beradaptasi terhadapminat dan ide siswa.

4.Luangkan waktubagi siswa untukberpikir dan mengembangkanide-ide kreatif mereka.

5.Menciptakan iklimsaling menghormatiAntara siswadansiswa serta pendidik.

6.Jadilahmenyadaribanyak aspekselainkreativitassenidan kerajinan tanggapan secara lisan,tanggapantertulisbaikdalam bentuk prosadan gayapuitis,fiksi dan nonfiksibentuk.Kreativitasmemasukisemua bidangkurikuler dandisiplin.

7.Mendorongkegiatan belajaryang berbeda.Menjadi penyediasumber dayadan direktur.

8.Dengarkandantertawadengansiswa.Suasanayanghangatmendukung memberikan kebebasandan keamanandalam berpikireksplorasi.

9.Memungkinkan siswa untukmemiliki pilihandan menjadi bagiandari proses pengambilan keputusan.Biarkan merekamemilikibagian dalamkontroldari pendidikan danpengalaman belajar.

10.Biarkan semua orangterlibat,dan menunjukkannilai dariketerlibatan mahasiswamendukung ide-idedan solusi untukmasalah danproyek-proyek

2.2.3 Pengertian Anak Kreatif

Kemampuan yang dimiliki anak dalam menemukan ide, gagasan dari gagasan dan ide tersebut maka anak dapat mengembangkannnya sendiri sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.

Anak kreatif menurut beberapa ahli yaitu:

1. Suratno (2005: 10) mengatakan bahwa:

anak kreataif adalah anak yang mampu memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, maka dapat dikatakan bahwa anak itu adalah anak yang kreatif.

2. Amabile (dalam Suratno, 1990: 10) menyatakan anak kreatif adalah Individu kreatif dengan sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau motivasi intrinsik yang kuat untuk menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar. 3. Campbell (1986: 11) menyatakan bahwa anak kreatif mampu menemukan ide, gagasan-gagasan, dan dapat mengambil keputusan sesuai dengan kemampuannya.Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan anak kreatif yaitu:

a. Motivasi dalam diri anak atau intrinsik tercipta dengan sendirinya yang akan mendorong timbulnya kreativitas.

b. Suatu hal yang dapat membantu anak untuk hidup secara efektif dan produktif.

c. Anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mampu mengembangkan sikap mental positif mampu mengembangkan kreativitasnya.

2.2.4 Karakteristik Anak Kreatif

Paul Torrance (dalam Suratno, 2005:11) menyebutkan karakteristik tindakan kreatif anak adalah sebagai berikut :

1. Anak kreatif belajar dengan cara-cara yang kreatif

2. Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang membutuhkan usaha kreatif

3. Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan

4. Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda

5. Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya

6. Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alami.

2.2.5 Bentuk-bentuk Kreativitas

Bentuk-bentuk kreativitas anak usia dini dikemukakan oleh Ratih (2009) terdiri dari:

1. Gagasan

Gagasan adalah pemikiran yang menghasilkan timbulnya konsep dan berbagai macam pengetahuan.

2. Sikap

Sikap adalah perilaku yang dihasilkan oleh sesorang. Rasa ingin tahu, kesediaan untuk menjawab, keterbukaan, berani mengambil resiko, percaya diri, merupakan bagian dari sikap.

3. Karya

Karya adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang. Karangan anak, permainan, mampu menggambar merupakan bagian dari karya.

Dari bentuk-bentuk kreativitas seperti tampak diatas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kreativitas yaitu:

a. Mampu menyusun berbagai bentuk permainan

b. Mampu menyusun karangan berupa tulisan maupun gambaran

c. Mampu menggambar sesuatu yang baru

d. Mampu mengungkapkan ide dan pendapat yang dimiliki

e. Mampu menjawab dan melakukan sesuatu yang dianggap menantang untuk diselesaikan

f. Senang bertanya dan mencoba hal-hal yang baru serta tidak canggung dengan situasi yang baru.

2.2.6 Faktor yang Dapat Menghambat dan Mendukung Peningkatkan Kreativitas

Menurut Imam Musbikin (2007: 7) menyatakan ada lima penghambat kreativitas anak diantaranya sebagai berikut:

1. Tidak ada dorongan bereksplorasi2. Jadwal yang terlalu ketat3. Terlalu menekankan kebersamaan keluarga4. Orang tua over protektif5. Orang tua disiplin otoriterSelain faktor yang menghambat kreativitas tersebut di atas, Hurlock (1978: 11) menyatakan bahwa faktor yang dapat mendukung meningkatkan kreativitas anak adalah:1. Waktu

Anak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan ide atau gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau original.

2. Kesempatan Menyendiri

Anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya.

3. Dorongan

Terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang dewasa, anak memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif dan bebas dari ejekan yang sering kali dilontarkan pada anak kreatif.

4. Sarana (lengkap)

Sarana untuk bermain disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksploitasi yang penting untuk mengembangkan kreativitas. Cerita merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kreativitas anak, karena dengan mendengarkan cerita imajinasi dan fantasi anak dapat terasah. Selain itu cerita dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak, menambah perbendaharaan kata serta meningkatkan rentang perhatian anak. Apabila imajinasi dan rasa ingin tahu anak berkembang maka secara otomatis kreativitas anak akan meningkat.

Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa ada banyak kondisi yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak diantaranya dengan menyediakan waktu, memberi kesempatan untuk menyendiri, dorongan atau motivasi dan sarana. Sarana yang dimaksud dalam Pengkajian ini adalah buku cerita bergambar.

2.3 Anak Usia Dini

2.3.1 Pengertian Anak Usia Dini

Usia dini merupakan awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini adalah anak mulai lahir sampai umur delapan tahun yang mengalami perkembangan pesat. Anak usia dini berhak mendapatkan pembinaan untuk peningkatan kesejahteraan dan kesehatan fisik dan mental yang kemudian akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar.

Berdasarkan pengertian di atas terdapat beberapa definisi mengenai anak usia dini yaitu:

1. Hibana S Rahman (2002: 32) mengemukakan anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia kurang lebih delapan tahun (0-8) yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.

2. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 14 yang menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

3. Prof. Marjory Ebbeck (1991) seorang pakar anak usia dini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai sejak lahir sampai umur delapan tahun.

Yang dimaksud dengan anak usia dini dalam Pengkajian ini adalah anak yang berusia 2- 4 tahun yang menempuh pendidikan di PAUD SKB Pemalang.

2.3.2 Karakteristik Anak Usia Dini

Kartini Kartono dalam Saring Marsudi (2006: 6) mendeskripsikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :

1. Bersifat Egoisantris Naif

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri kedalam kehidupan orang lain.

2. Relasi Sosial yang Primitif

Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egoisantris naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri.

3. Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir Tidak Terpisahkan

Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau membiasakan anak untuk tidak jujur.4. Sikap Hidup yang Fisiognomis

Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.

2.3.3 Perkembangan Anak Usia Dini

Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir sampai usia 4 tahun) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku) dan psikososial serta diikuti oleh perubahan-perubahan yang lain. Perkembangan anak usia dini dapat dipaparkan sebagai berikut :

a. Perkembangan Fisik dan Motorik

Pertumbuhan fisik pada masa ini (kurang lebih usia 4 tahun) lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Pada masa ini anak bersifat spontan dan selalu aktif. Anak mulai menyukai alat-alat tulis dan anak sudah mampu membuat desain maupun tulisan dalam gambarnya. Anak juga sudah mampu menggunakan alat manipulasi dan konstruktif.

b. Perkembangan Kognitif

Pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur pada periode ini. Daya pikir anak yang masih bersifat imajinatif dan egosentris pada masa sebelumnya maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang kearah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingat anak menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.

c. Perkembangan Bahasa

Hal yang penting dalam perkembangan bahasa adalah persepsi, pengertian adaptasi, imitasi dan ekspresi. Anak harus belajar mengerti semua proses ini, berusaha meniru dan kemudian baru mencoba mengekspresikan keinginan dan perasaannya. Perkembangan bahasa pada anak meliputi perkembangan fonologis, perkembangan kosakata, perkembangan makna kata, perkembangan penyusunan kalimat dan perkembangan pragmatik.

d. Perkembangan Sosial

Anak-anak mulai mendekatkan diri pada orang lain disamping anggota keluarganya. Meluasnya lingkungan sosial anak menyebabkan anak berhadapan dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Anak juga akan menemukan Pendidik sebagai sosok yang berpengaruh.

e. Perkembangan Moral

Perkembangan moral berlangsung secara berangsur-angsur, tahap demi tahap. Terdapat tiga tahap utama dalam pertumbuhan ini, tahap amoral (tidak mempunyai rasa benar atau salah), tahap konvesional (anak menerima nilai dan moral dari orang tua dan masyarakat), tahap otonomi (anak membuat pilihan sendiri secara bebas) (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 6).

BAB IIIMETODE PENGKAJIAN

3.1. Pendekatan Penilitian

Pendekatan Pengkajian yang digunakan adalah Pengkajian kualitatif yang bersifat deskripsi yaitu pemaparan tentang data-data empiris yang ada di lapangan. Pemilihan metode ini karena dalam mengolah data, Pengkaji menganalisis data yang berbentuk kata-kata dan bukan data yang berbentuk angka (Moleong, 2002: 11). Metode kualitatif dengan pendekatan ini digunakan karena dirasa sesuai apabila digunakan untuk Pengkajian pemanfaatan media pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas anak, motivasi yang melatarbelakangi anak dan faktor pendukung serta penghambat proses tersebut.

3.2. Fokus PengkajianFokus dalam Pengkajian adalah pemanfataan media pembelajaran oleh Pendidik secara kreatif pada PAUD SKB Pemalang. Adapun pemanfaatan media pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas yang akan diteliti berdasarkan indikator sebagai berikut:

1. Jenis media pembelajaran di sekolah.

2. Motivasi pemanfaatan media pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas di sekolah.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan kreativitas melalui pemanfaatan media pembelajaran anak di sekolah.

3.3. Sumber Data PengkajianDalam pengumpulan data ini Pengkaji mengambil dari dua sumber data terdiri dari:

1. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam hal ini data merupakan hasil wawancara mendalam dan pengamatan langsung terhadap PAUD SKB Pemalang(observasi)

2. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, dalam Pengkajian ini data diperoleh dari catatan tentang ketersediaan media pembelajaran, rekaman, gambar atau foto serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan Pengkajian.

3.4. Subyek PengkajianSubyek Pengkajian berkaitan langsung dan menjadi pelaku dari suatu kegiatan yang diharapkan dapat memberi informasi secara jelas dan tepat. Dengan demikian yang menjadi subyek dalam Pengkajian adalah Pendidik PAUD SKB Pemalang dalam pemanfaatan media pembelajaran secara kreatif. Sedangkan pengelola, kepala sekolah dan orang tua dijadikan sebagai informan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data Pengkaji merupakan instrumen yang utama, karena kehadiran Pengkaji senantiasa akan menilai keadaan dan mengmbil keputusan menentukan tolok ukur keberhasilan. Sehingga instrumen bersifat mendukung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Pengkajian ini yaitu:

3.5.1. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam ini dilakukan agar Pengkaji mendapatkan informasi yang lebih detail dari obyek wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pengelola PAUD, pengajar dan orang tua. Kedudukan orang tua dalam wawancara yang dilakukan Pengkaji adalah sebagai obyek wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung tentang pemanfaatan media pembelajaran di kelas serta kesesuaian antara prosedur dan teknik pemanfaatan media pembelajaran.

3.5.2. Observasi

Beberapa hal yang menjadi obyek observasi dalam Pengkajian ini di antaranya adalah ketersediaan media pembelajaran di kelas, pemanfaatan media pembelajaran serta interaksi antara Pendidik dengan anak dengan melibatkan media pembelajaran. Observasi merupakan pengamatan secara langsung di lapangan, untuk mendapatkan suatu data dari hasil pengamatan tersebut.3.5.3. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek Pengkajian. Dalam Pengkajian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data terkait dengan buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, dokumen media pembelajaran, catatan kasus dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan Pengkajian ini.

Pertimbangan Pengkaji menggunakan teknik dokumentasi adalah : karena dokumentasi merupakan sumber data yang stabil, menunjukkan suatu fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan. Data dari dokumentasi memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi akan kebenaran atau keabsahan. Dan dokumentasi sebagai sumber data yang kaya untuk memperjelas keadaan atau identitas subyek Pengkajian, sehingga dapat mempercepat proses Pengkajian. Data yang diperoleh dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai pemanfaatan media pembelajaran sebagai sarana untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini di lokasi Pengkajian PAUD SKB Pemalang Jl. Raya Sidorejo Comal Pemalang.

3.6. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan temuan hasil Pengkajian dengan kenyataan yang diteliti di lapangan. Pemeriksaan keabsahan data ini, didasarkan atas kriteria tertentu, yaitu: derajat kepercayaan, ketergantungan dan kepastian.

Dalam Pengkajian ini Pengkaji menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan anak didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan (3) membandingkan apa yang dikatakan anak-anak tentang situasi Pengkajian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

Dengan teknik trianggulasi, Pengkaji membandingkan hasil wawancara yang telah diperoleh dari kepala sekolah dengan Pendidik, Pendidik dengan orang tua anak. Di samping itu, Pengkaji mengecek kebenaran data hasil wawancara dengan teori yang terkait dengan Pengkajian.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data bukan hanya merupakan tindak lanjut logis dari pengumpulan data tetapi juga merupakan proses yang tidak terpisahkan dengan pengumpulan data. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber, yaitu dari wawancara, dari hasil pengamatan (observasi) yang tercatat dalam berkas lapangan.

Analisis data yang digunakan dalam Pengkajian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Cara ini dipilih karena sesuai dengan sasaran Pengkajian yang intinya adalah untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran sebagai sarana peningkatan kreativitas anak usia dini.

Pelaksanaan analisis data dalam Pengkajian ini ditempuh dengan melakukan kegiatan-kegiatan : reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang terkumpul.

Aspek yang direduksi yaitu peningkatan kreativitas anak usia dini melalui media pembelajaran. Proses reduksi dilakukan dengan cara : (1) mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi, kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data, dan (2) data yang telah dikategorikan tersebut diorganisir sebagai bahan penyajian data. Setelah dilakukan reduksi data, langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan secara perspektif yang didasarkan pada aspek yang diteliti.

Dengan demikian, memungkinkan dapat mempermudah gambaran seluruhnya atau bagian tertentu dari aspek yang diteliti. Langkah yang terakhir yang ditempuh dalam menganalisis data adalah melakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan ini dibuat dalam berdasarkan pada pemahaman data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti.

3.8. Rencana Dan Jadwal Kegiatan

3.8.1. Rencana dan Jadwal Pengkajian

Jadwal kegiatan pengkajian dapat dilihat pada tabel berikut:

NoKegiatanMingguIMingguIIMingguIIIMingguIVMingguVMingguVI

1.Identifikasi Masalah x

2.Desain Pengkajian dan koordinasix

3.Penyusunan instrument x

4.Uji coba instrumen dan analisa xx

5.Pengumpulan datax

6.Verifikasi, datax

7.Analisis datax

8.Pelaporanx

Pengkajian akan dilaksanakan pada tanggal 10 16 April 2012

3.9. Organisasi Pelaksana

1) Ketua Pelaksana :

a. Nama lengkap

: Drs. Patris Herotab. Golongan, Pangkat: IVa/Pembinac. Jabatan Fungsional : Pamong Belajar Madyad. Bidang keahlian : Pendidikan Luar Sekolah

e. Waktu pengkajian : 15 jam/minggu2) Anggota Pelaksana

a. Nama lengkap

: Dian Susanti, S. Pd

b. Golongan, Pangkat : IIIa/Penata Mudac. Jabatan Fungsional

: Pamong Berlajar Pertamad. Bidang keahlian

: Pendidikan Luar Sekolah

e. Waktu pengkajian

: 10 jam/minggu

3) Anggota Pelaksana

:

a. Nama lengkap: Suwarningsih, S. Pdb. Golongan, Pangkat : IIIa/Penata Mudac. Jabatan Fungsional : Pamong Belajar Pertamad. Bidang keahlian : Pendidikan Luar Sekolahe. Waktu pengkajian : 10 jam/minggu

A. RENCANA ANGGARAN

NoJenis KeperluanBesarnya (Rupiah)

1Honorarium1.000.000,-

2Bahan dan peralatan pengkajian 500.000,-

3Studi Pendahuluan 750.000,-

4Pengoalahan data dan Analisis data 750.000,-

5Seminar/Publikasi1.000.000,-

6Laporan Pengkajian500.000,-

7Jumlah4.500.000,-

BAB IVP E N U T U P

Media pembelajaran belum sepenuhnya menjadi bagian yang integral dari metode mengajar para pendidik PAUD. Kebanyakan pendidik belum terbiasa menggunakan media pembelajaran dalam mengajarnya. Mereka mengajar hanya bermodalkan tangan kosong dan bersifat verbalisme, sehingga yang berlangsung di kelas kurang efektif dan kurang membangun kreativitas anak. Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas anak.Semoga desain ini mampu mengantarkan para pendidik PAUD di SKB Pemalang secara kreatif memanfaatkan media pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Campbell, David. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.

Diknas. 2006. Pedoman Pembuatan Cerita Anak Untuk Taman Kanak-Kanak.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.Lawrence Erlbaum Associates, Inc.20002001, Creativity Research Journal Copyright 20002001,Vol. 13,Nos.3 & 4, 317327Marsudi, Saring. 2006. Permasalahan Dan Bimbingan Di Taman Kanak-Kanak.

Surakarta: UMS. Tidak diterbitkan.Megawangi, Ratna dkk. 2005. Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan. Depok: Indonesia Heritage Foundation.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Moleong J. lexy. 2007. Metode Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nisak, Raisatun. 2011. Game Kreatif untuk Aktivitas Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press.

Rahman S Hibana. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press.

Santoso, Soegeng. 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia (CPI).

Sujiono, Bambang. 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.

Suratno, 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Torrance, www.creativeeducation.co.uk/-diunduh, tgl 15-12-2011ii