combutio

36
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Arlin Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 29 tahun Alamat : Jl. Bromo, Lumbang Kuning Suku : Jawa Agama : Islam Status perkawinan : Kawin Pekerjaan : - No CM : 475777 Ruangan : ICU V Tanggal Pemeriksaan : 1 Juli 2013 II. SUBJEKTIF Anamnesis : 1. Keluhan Utama : Nyeri dan panas di seluruh badan. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh nyeri di seluruh tubuh dan luka di kepala, leher, badan, kedua tangan dan kaki yang melepuh setelah terkena ledakan kompor gas pagi hari pukul 11.55 WIB Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi (-) Diabetes Mellitus (-) Gastritis (+) Riwayat Alergi Alergi obat (-) alergi makanan (-) III. OBJEKTIF 1. Status Generalis 1

Upload: berastia-anis-savitri-tjerita

Post on 02-Jan-2016

172 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: combutio

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Arlin

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 29 tahun

Alamat : Jl. Bromo, Lumbang Kuning

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : -

No CM : 475777

Ruangan : ICU V

Tanggal Pemeriksaan : 1 Juli 2013

II. SUBJEKTIF

Anamnesis :

1. Keluhan Utama : Nyeri dan panas di seluruh badan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh nyeri di seluruh tubuh dan luka di kepala, leher, badan, kedua tangan

dan kaki yang melepuh setelah terkena ledakan kompor gas pagi hari pukul 11.55 WIB

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (-) Diabetes Mellitus (-) Gastritis (+)

Riwayat Alergi

Alergi obat (-) alergi makanan (-)

III. OBJEKTIF

1. Status Generalis

Airway : Clear

Breath : Simetris, Spontan, RR 28x/mnt

Circulation : Nadi 88x/menit, Tensi 120/60 mmHg, Cap refill 2detik

Disability : GCS 4-5-6

Exsposure : 36, 0C

1

Page 2: combutio

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Kompos Mentis

Kepala : Simetris, Oedema

Mata : A (-/-) I (-/-)

Palpebra : Oedema

Alis : Hilang karena terbakar

Hidung : Bulu hidung: Terbakar

Mulut : Bibir : Oedema

Thorax : Simetris, terdapat luka bakar pada dinding thorax depan

dan belakang

Paru

Inspeksi : Tidak ada retraksi, pengembangan dada

simetris

Palpasi : Fremitus raba simetris

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), tidak ada

suara napas tambahan (ronkhi/wheezing)

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : tidak ada trill

Perkusi : batas jantung terkesan normal

Auskultasi : Suara S1/S2 Tunggal tanpa suara

tambahan

Abdomen

Inspeksi : tidak ada distensi, terdapat luka bakar

pada daerah perut dan pinggang

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak

ada defans muskler

Perkusi : Tympani

Auskultasi : bising usus normal

2

Page 3: combutio

2. Status Lokalis

Capitis et coli

Look : Terdapat rambut yang sedikit terbakar dan luka bakar hampir di

seluruh kepala dan leher dengan luka terlihat jaringan dermis yang

mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial partial thickness burn).

Terdapatnya luka bakar pada wajah, bulu hidung yang tampak ikut

terbakar, liur atau sputum berwarna hitam atau mengandung jelaga

mengindikasikan bahwa pasien mengalami trauma inhalasi.

Feel : terdapat nyeri tekan pada luka dan gatal pada wajah dan leher

Movement : Gerakan otot wajah dan leher terbatas oleh rasa nyeri

Thorax

3

Page 4: combutio

Look: terdapat luka bakar di daerah dada dan punggung dengan luka yang

pada epidermis yang mengindikasikan luka bakar grade 1 (superficial

thickness) dan pada punggung juga terdapat luka yang terlihat jaringan

dermis yang mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial partial

thickness burn)

Feel: terdapat nyeri tekan pada luka

Movement: gerakan terbatas oleh karena nyeri

Abdomen

Look : terlihat luka bakar dengan luka terlihat jaringan dermis pada perut dan

pinggang belakang mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial partial

thickness burn).

Feel : terasa nyeri pada saat palpasi

Movement : gerak terbatas oleh karena nyeri

Extremitas

Atas:

4

Page 5: combutio

Look : terdapat luka bakar dengan dasar luka dermis dan tampak adanya

bula pada telapak tangan mengindikasikan luka bakar tingkat 2 (superficial

partial thickness burn). Luka terdapat mulai dari bagian proksimal

humerus sampai dengan distal radius atau ulnar dan sedikit daerah palmar

dan falang.

Palpasi : nyeri pada saat palpasi.

Movement : terasa nyeri bila digerakkan

Bawah:

5

Page 6: combutio

Look : terdapat luka bakar dengan dasar luka dermis mengindikasikan

luka bakar tingkat 2 (superficial partial thickness burn). Luka terdapat

mulai dari bagian proksimal femur sampai dengan distal cruris dan sedikit

daerah pedis

Palpasi : nyeri pada saat palpasi.

Movement : terbatas oleh karena nyeri

3. Evaluasi Luas Luka bakar

6

Page 7: combutio

Luka bakar diperkirakan seluas 90% dari tubuh.

IV. P EMERIKSAAN PENUNJANG

EKG

7

Page 8: combutio

Foto Thorax

Dari hasil foto thorax AP didapat:

1. Cor: bentuk dan ukuran normal

2. Pulmo: tidak ada konsolidasi

3. Sinus costophrenicus tajam

Kesimpulan: NORMAL

Lab

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Haemoglobin 17,9 P: 12-16 g/dl

Leukosit 28500 4000-11000 cmm

Diff. Count 2/-/7/74/15/2 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%

Hematokrit 48 P: 35-47

Trombosit 386000 150000-450000 cmm

Gula darah acak sewaktu 101 <140 mg/dl

8

Page 9: combutio

SGOT 44 P: <41

SGPT 49 P: <41

Alkali fosfatase 110 60-240 U/l

Bilirubin direct 0,23 < 0,25 mg/dl

Bilirubin total 0,51 < 1,1 mg/dl

Creatinine 0,8 0,5-1,1 mg/dl

BUN 9,5 10-20 mg/dl

Uric Acid 3,6 P: 2-6 mg/dl

Natrium 134,7 135-155 mmol/l

Kalium 4,33 3,6-5,5 mmol/l

Clorida 100,5

V. ASSESMENT & PLANNING

Diagnosa: Combustio termis 90% grade I-IIA

Penatalakasaan:

Physical Status: ASA 1 (pasien normal dan sehat fisik dan mental)

Tatalaksana bedah: resusitasi cairan, debridement, rawat luka

Tatalaksana anestesi: anastesi umum (GA) dengan Total Intravenous Anasthaesi

(TIVA).

Premedikasi: atropine, midazolam, phetidin HCl

Induksi: ketamin

Antimual: cedantron

Analgetik post operasi: ketopain

VI. PEMBAHASAN

DEFINISI

Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai

kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu

tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak

langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

9

Page 10: combutio

ANATOMI KULIT

Kulit berperan sebagai suatu pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

lingkungan luar. Kulit merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari

berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75m2, rata-rata tebal kulit 1-2mm, paling tebal 6mm pada telapak

tangan dan kaki dan 0,5 mm pada penis.

Gambar: anatomi kulit manusia

Kulit manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Epidermis

Epidermis terbagi atas 4 lapisan, yaitu:

1) stratum germinativum atau lapisan basal

2) stratum spinosum atau lapisan malphigi

3) stratum granulosum atau lapisan granular

4) stratum korneum atau lapisan tanduk

10

Page 11: combutio

Epidermis mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, mengandung rambut

dan kuku.

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari

jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah

terjalin lebih longgar (pars retikularis). Lapisan pars retikularis mengandung pembuluh darah,

syaraf, rambut, kelenjar keringat dan sebaseus.

3. Jaringan subkutan atau hypodermis

Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan

subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan

banyak lemak. Jaringan ini mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi dari jaringan

ini adalah penyekat panas, pelindung trauma dan tempat penumpukan energy.

PATOFISIOLOGI

1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang

terkena suhu tinggi akan merusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi

animea.

2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta

elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan

cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kult akibat luka

bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible

water loss meningkat).

3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu :

gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi

urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).

4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau

uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan

dahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain.

CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi. Tanda

11

Page 12: combutio

keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat

terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, dan penderita akan meninggal.

5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka

bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang

sama dengan gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan “Tukak Curling” yang

dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematemesis

melena.

FASE LUKA BAKAR

Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3

fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga tersebuttidaklah

berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka

berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi.

Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.

1. Fase akut / fase syok / fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD /Unit luka bakar. Pada

fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan

gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan circulation

(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi

trauma , inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian

utama penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi

cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat

hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem

instabilitas sirkulasi.

2. Fase Subakut

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat

menyebabkan beberapa masalah yaitu :

a. Proses inflamasi atau infeksi.

b. Problem penutupan luka

12

Page 13: combutio

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase Lanjut

Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem yang

muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi,

deformitas dan timbulnya kontraktur.

PENYEBAB LUKA BAKAR

Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain :

1. Luka bakar karena api

2. Luka bakar karena air panas

3. Luka bakar karena bahan kimia

4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi

5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.

6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas

7. Luka bakar karena ledakan bom.

DIAGNOSA

Diagnose dari luka bakar atau combustio ditegakkan berdasarkan:

1. DERAJAT KEDALAMAN

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab

dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang

lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:

Klasifikasi baru klasifikasi

tradisional

kedalaman luka bakar bentuk klinis

Superficial

thickness

Derajat 1 Lapisan Epidermis Erythema(kemerahan),

Rasa sakit seperti

tersengat,

13

Page 14: combutio

blisters(Gelembung

cairan)

Partial

thickness —

superficial

Derajat 2 Epidermis Superficial

(Lapisan papillary) dermis

Blisters (Gelembung

cairan), Cairan bening

ketika gelembung

dipecah, dan rasa sakit

nyeri

Partial

thickness —

deep

Deep (reticular)

dermis

Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit

seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full

thickness

Full thickness Derajat 3 Dermis dan struktuir tubuh

dibawah dermis Fascia,

Tulang, or Otot

Berat, adanya eschar

seperti kulit yang meleleh,

cairan berwarna , tidak

didapatkan sensasi rasa

sakit

1. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak

dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara

spontan tanpa pengobatan khusus.

14

Page 15: combutio

Gambar: anatomi kulit manusia. Luka bakar derajat I

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.

Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

1) Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ – organ kulit

seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.

2) Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel tinggal sedikit.

Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.

Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam

waktu lebih dari satu bulan.

Gambar: anatomi kulit manusia. Luka bakar derajat II

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan

subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak

dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam

kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak

15

Page 16: combutio

dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi

lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Gambar: anatomi kulit manusia. Luka bakar derajat III

2. LUAS LUKA BAKAR

Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama Rule of

Nine atau Rule of Wallace.

16

Page 17: combutio

Gambar: skema pembagian luas luka bakar dengan Rule of Nine

Kepala dan leher 9 %

Lengan 18 %

Badan Depan 18 %

Badan Belakang 18 %

Tungkai 36 %

Genitalia/perineum 1 %

Total 100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 %

dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and

Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

Gambar: skema pembagian luas luka bakar dengan modifikasi Rule of Nine

KRITERIA BERAT RINGANNYA

(American Burn Association)

1. Luka Bakar Ringan.

- Luka bakar derajat II <15 %

- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak

- Luka bakar derajat III < 2 %

2. Luka bakar sedang17

Page 18: combutio

- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa

- Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak

- Luka bakar derajat III < 10 %

3. Luka bakar berat

- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa

- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.

- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih

- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.

- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Indikasi rawat inap:

1. Penderita syok/ terancam syok bila luas luka bakar >10% pada anak atau >15% pada

dewasa.

2. Terancam edema laring akibat terhirup asap atau udara hangat.

3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat seperti pada wajah, mata,

tangan, kaki, perineum.

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR

Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi,

mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan pembatasan

pembentukan jaringan parut. Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada

penderita trauma -trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.

I. Evaluasi

A. Airway, sirkulasi, ventilasi

Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi

dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan

infuse untuk mempertahankan volume sirkulasi

B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.

Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan

penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain,

18

Page 19: combutio

misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau

mengalami patah tulang punggung / spine.

C. Anamnesis

Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang

tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan

napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah di alami

sebelumnya.

D. Pemeriksaan luka bakar

Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.

1) Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka

bakarnya.

2) Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

II. Penanganan

1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.

2. Bebaskan pakaian yang terbakar.

3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma lain

yang menyertai.

4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang

endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.

5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasanga scalp

vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30

cc/jam untuk anak-anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun. Pada

kasus ini diberikan Nacl, Aminofluid dan Futrolit (mineral sorbitol) yang mana cairan ini

kaya akan elektrolit yang mampu menutupi semua kekurangan elektrolit yang hilang akibat

luka bakar ini.

6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah

urine/jam.

7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten

pengisapan.

8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara

intramuskuler.

19

Page 20: combutio

9. Timbang berat badan

10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita

tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.

11. Antibiotika diindikasikan bila didapatkan tanda-tanda infeksi dari hasil laboratorium dengan

adanya peningkatan dari jumlah leukosit di dalam darah (leukositosis).

12. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement

dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi

dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang

tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 :

30

13. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar) dengan teknik

eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan

permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan

tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.

14. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan

dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat

menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka

bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu

split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive

penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh

dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

III. Anasthaesi pada operasi debridement luka bakar

Debridement dilakukan di kamar OK dengan menggunakan anastesi umum dengan Total

Intravenous Anasthaesi (TIVA).

obat-obat premedikasi yang digunakan antara lain:

1. Atropin

Atropin adalah alkaloid alami dari "Atropa Belladonna", merupakan antagonis kompetitif

reseptor kolinergik muskarinik. Obat ini diserap dari saluran gastro-intestinal, dan

20

Page 21: combutio

diekskresikan dalam urin. Atropin mengalami metabolisme hati dan memiliki waktu

paruh plasma 2-3 jam. Ampul atropin harus disimpan jauh dari cahaya dan tidak boleh

dibekukan.

Kerja: atropin bekerja menurunkan sekresi bronkial dan saliva, menghambat bradikardia

terkait dengan beberapa obat yang digunakan dalam anestesi seperti halotan,

suksametonium dan neostigmine, dan juga membantu mencegah bradikardi dari stimulasi

vagal berlebihan.

Dosis dan Administrasi: Sekitar 0,25 mg digunakan sebagai premedikasi pada orang

dewasa yang diinjeksikan secara intravenous atau intramuskular 30-60 menit sebelum

operasi.

2. Midazolam

Midazolam atau dikenal dengan merek Milos adalah obat golongan benzodiazepine yang

digunakan untuk menimbulkan efek sedasi. Dapat digunakan pada penderita gangguan

jantung. Juga berefek hypnosis bila digunakan pada dosis besar, pengurangan rangsangan

ansietas, relaksasi otot yang sedang. Dosis iv 2 mg.

3. Petidine HCL

Adalah salah satu obat analgesik golongan narkotik (analgesik sentral). Petidine telah

digunakan untuk mengatasi otot yang kaku (spasme). Tidak sama seperti morfin yang

memang sudah diciptakan oleh alam, petidin diciptakan melalui sintentis. Petidin

termasuk dalam golongan obat yang hampir sama struktur kimianya dengan metadon dan

fentanil yang merupakan dua jenis penghilang nyeri yang sudah cukup dikenal. Sediaan

yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75

mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Akan tetapi sebagian besar pasien tertolong

dengan dosis parenteral 100 mg.

Kerja: Petidin merupakan obat golongan opioid yang memiliki mekanisme kerja yang

hampir sama dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan menghambat kerja asetilkolin

(senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor,

21

Page 22: combutio

tertama pada reseptor mu, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan

asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak

dirasakan oleh pasien. Onset petidin termasuk cepat dimana efek dapat dirasakan setelah

15 menit obat dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam.

obat induksi yang diberikan adalah:

Ketamin

merupakan sediaan anestesi yang memiliki efek analgesik (penghilang nyeri), hipnotik

dan amnesia (hilangnya memori jangka pendek). Bila digunakan dengan benar, obat ini

sangat berguna dan juga serbaguna. Ketamin tersedia dalam tiga konsentrasi yang

berbeda 10mg/ml, 50mg/ml dan 100mg/ml. 50mg/ml paling sering digunakan karena

dapat digunakan untuk im atau diencerkan untuk i.v.

Efek-efek ketamine pada :

1. Pernapasan Sistem

Menggunakan ketamin jalan napas biasanya terpelihara dengan baik. Bila ketamin

diberikan perlahan respirasi biasanya terawat dengan baik, sebaliknya bila injeksi i.v

diberikan secara cepat pernapasan dapat berhenti untuk sementara waktu tetapi

biasanya mulai lagi dalam waktu satu menit. Ketamin adalah bronkodilator yang

efektif.

2. Kardiovaskular Sistem

Menggunakan ketamin dapat terjadi peningkatan baik dalam tekanan darah dan detak

jantung. Kenaikan ini biasanya mencapai maksimalnya sekitar 2 menit setelah injeksi

dan mengendap lebih dari 15 - 20 menit. Ada variasi yang luas dalam respon individu

dan kadang-kadang bisa ada kenaikan besar dalam tekanan darah. Risiko ini tidak

terkait dengan sejarah preoperatif hipertensi.

Hal ini meningkatkan beban kerja jantung yang berarti bahwa ketamin harus

dihindari, jika mungkin, pada pasien dengan penyakit jantung iskemik. Pasien dengan

22

Page 23: combutio

diabetes harus memiliki data EKG, untuk menyingkirkan "silent" iskemia (iskemia

tanpa nyeri dada), karena ini adalah gejala umum dari diabetes tidak terkontrol.

3. CNS

Ketamin menghasilkan anestesi disosiatif. Hal ini berarti, tidak seperti dengan agen

anestesi lainnya ketamin dapat membuat mata pasien terbuka dan pasien dapat

membuat gerakan refleks selama operasi berjalan. Ketamin memiliki onset lebih

lambat setelah i.v. bolus (1-5 menit). Durasi aksi tergantung pada rute jalan masuk

(20-30 menit untuk im dan 10-15 menit untuk iv).

Ketamin memberikan analgesia yang sangat baik dan dapat digunakan tanpa

analgesik lainnya.

Dalam pemulihan pasien dapat mengalami gelisah, halusinasi. Halusinasi dapat

dikurangi dengan premedikasi dengan benzodiazepin (diazepam biasanya 0.15mg/kg

oral 1 jam sebelum operasi atau 0.1mg/kg).

Ketamin meningkatkan tekanan intrakranial dan untuk alasan ini harus dihindari

sedapat mungkin pada pasien dengan cedera kepala akut.

4. GIT

Ketamin meningkat Salivasi. Hal ini dapat menyebabkan masalah saluran napas

karena spasme laring atau obstruksi. Untuk mengurangi salivasi ini atropin biasanya

diberikan baik sebagai premed 30 menit sebelum operasi, atau pada saat induksi iv.

5. Otot Rangka

Ketamin meningkatkan tonus otot rangka. Paling menonjol setelah bolus iv awal dan

secara bertahap menurun. Efek ini meningkat dengan pemberian benzodiazepin.

Dosis dan Administrasi: Ketamin dapat diberikan secara intravena (induksi 1-2mg/kg,

0.5mg/kg pemeliharaan) atau intramuskular (induksi 5-10mg/kg, 3-5mg/kg

pemeliharaan) untuk anestesi atau oral (15mg/kg bagi seorang anak untuk maksimum

dari 500mg untuk orang dewasa) untuk sedasi.23

Page 24: combutio

Obat Analgesik Post operasi yang diberikan adalah:

Ketorolac atau Ketopain (Soho)

Ketorolac tromethamine ((±)-5-benzoyl-2,3-dihydro-1H-pyrrolizine-1-carboxylic acid, 2-

amino-2-(hydroxymethyl)-1,3-propanediol) adalah senyawa Anti Inflamasi Non Steroid

(AINS) yang bekerja pada jalur siklooksigenase, menghambat biosintesis prostaglandin

dengan aktivitas analgesik kuat, antiinflamasi dan antipiretika. Ketorolac dapat mengatasi

nyeri ringan sampai berat pada kasus-kasus emergensi, nyeri musculoskeletal, pasca

operasi minor dan mayor, kolik ginjal dan nyeri pada kanker.

Ketorolac memiliki afikasi analgesik yang setara dengan morfin atau petidin. Terapi

kombinasi dengan golongan opioid dapat mengurangi kebutuhan opioid sebanyak 25-

50%, dan untuk beberapa pasien hal tersebut dapat menurunkan efek samping yang

disebabkan karena induksi opioid serta dapat mempercepat normalisasi fungsi saluran

Obat antimual yang diberikan adalah:

Ondansetron atau Cedantron

Ondancetron termasuk kelompok obat Antagonis serotonin 5-HT3, yang bekerja dengan

menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT3) berikatan pada

reseptornya yang ada di CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) dan di saluran cerna yang

sangat efektif mengatasi mual dan muntah.

Dosis: ondansetron dalam bentuk sediaan injeksi 4 mg/2 ml dan 8 mg/4 ml yang dalam

pemakaian sehari-hari biasanya dipakai adalah dalam dosis 4 mg/2 ml yang diberikan secara

intravenous atau intramuscular.

Follow up pasien post operasi (1/7/2013)

24

Page 25: combutio

Pasien saat dianamnesa dalam kondisi sadar, GCS 4-5-6 dan tampak lemah dengan

keluhan utama masih sakit di seluruh badan, gatal di daerah wajah dan leher, pasien juga

mengeluh pusing, mual serta muntah. Nafas bebas dan spontan dengan Tensi 120/60, Suhu 360C,

Nadi 88x/menit, Frekuensi napas 28 x/menit

Terapi:

Infus Futrolit 1000cc/24jam

Infuse aminofuid 500cc/24jam

Infuse Nacl 1000cc/24jam

Injeksi Ondancetron 4 mg 3x1

Injeksi Ranitidin 1 ampul 3x1

Injeksi Ceftriaxone 1 g 2x1

Injeksi Ketorolac 30mg 3x1

Injeksi dexamethason 1 ampul 1x1

2/7/2013

Pasien dalam kondisi sadar, GCS 4-5-6 masih tampak lemah dengan keluhan utama masih sakit

di seluruh badan, gatal di daerah wajah dan leher juga masih, mual serta muntah juga masih.

Nafas bebas dan spontan dengan Tensi 110/70, Suhu 360C, Nadi 86x/menit, Frekuensi napas 26

x/menit

Terapi:

Infus Futrolit 1000cc/24jam

Infuse aminofuid 500cc/24jam

Infuse Nacl 1000cc/24jam

Injeksi Ondancetron 4 mg 3x1

Injeksi Ranitidin 1 ampul 3x1

Injeksi Ceftriaxone 1 g 2x1

Injeksi Ketorolac 30mg 3x1

Injeksi dexamethason 1 ampul 1x1

3/7/2013

25

Page 26: combutio

Pasien saat dianamnesa dalam kondisi sadar, GCS 4-5-6 dan masih tampak lemah dengan

keluhan utama masih sakit di seluruh badan, gatal pada wajah dan leher juga masih, mual serta

muntah sudah berkurang. Nafas bebas dan spontan dengan Tensi 100/60, Suhu 36,30C, Nadi

89x/menit, Frekuensi napas 24 x/menit

Terapi:

Infus Futrolit 1000cc/24jam

Infuse aminofuid 500cc/24jam

Infuse Nacl 1000cc/24jam

Injeksi Ondancetron 4 mg 3x1

Injeksi Ranitidin 1 ampul 3x1

Injeksi Ceftriaxone 1 g 2x1

Injeksi Ketorolac 30mg 3x1

Injeksi dexamethason 1 ampul 1x1

DAFTAR PUSTAKA

26

Page 27: combutio

1. M Sjaifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, 2006

2. David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University Press, 2006

3. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya. 2006

4. Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005

5. Sabiston. Buku Ajar Bedah. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1995

6. Anatomi kulit manusia. [internet] 2013 available form:

http://www.slideshare.net/guest36f60b/anatomi-kulit-presentation

7. Fakultas kedokteran UI. Kapita Selekta Kedoktean. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. 2000

8. Atropine. [internet] 2013 available form: http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u06/u06_017.htm

9. Ketamine in anasthaesi practice. [internet] 2013 available form: http://www.frca.co.uk/article.aspx?

articleid=100644

27