citra yesus dalam novel house karya frank peretti dan ted

39
CITRA YESUS DALAM NOVEL HOUSE KARYA FRANK PERETTI DAN TED DEKKER (Suatu Kajian Kristologi Feminis Terhadap Citra Yesus dalam Novel House) Oleh Puspita Sandra Dewi 712010010 JURNAL Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si, Teol) Program Studi Teologi Fakultas Teologi UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

CITRA YESUS DALAM NOVEL HOUSE KARYA FRANK PERETTI DAN TED

DEKKER

(Suatu Kajian Kristologi Feminis Terhadap Citra Yesus dalam Novel House)

Oleh

Puspita Sandra Dewi

712010010

JURNAL

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi

disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si, Teol)

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted
Page 3: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted
Page 4: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted
Page 5: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted
Page 6: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

CITRA YESUS DALAM NOVEL HOUSE KARYA FRANK PERETTI DAN TED

DEKKER

(Suatu Kajian Kristologi Feminis Terhadap Citra Yesus dalam Novel House)

Puspita Sandra Dewi (712010010)

Abstrak

Kristologi merupakan suatu pemikiran, tafsiran, dan sasaran iman

kepercayaan komunitas Kristen terhadap Yesus Kristus yang bertujuan

untuk menyelidiki, merenungkan, dan mengutarakan segala hal yang

berkaitan erat dengan kehidupan Yesus Kristus, dengan didasarkan pada

pengalaman iman, indrawi, serta akal budi yang tidak terlepas dari

pengaruh konteks kebudayaan, tempat, dan waktu di mana komunitas

tersebut berada. Penyelidikan, perenungan, serta pemikiran-permikiran

terhadap citra Yesus Kristus ternyata tidak hanya dipaparkan di dalam

buku-buku ilmiah tetapi dihadirkan pula dalam karya-karya sastra seperti

puisi, cerita pendek, dan khususnya novel seperti karangan Frank Peretti

dan Ted Dekker berjudul, House. Novel ini mengkisahkan tentang

seorang anak perempuan yang masuk ke dalam sebuah rumah dengan

membawa satu misi yakni penyelamatan. Tujuan dari penulisan tugas ini

adalah untuk mengetahui citra Yesus yang digambarkan di dalam novel

House, serta mengkajinya dengan menggunakan kristologi feminis.

Setelah melakukan studi terhadap novel ini serta membandingkannya

dengan pendapat para ahli, maka saya menemukan bahwa di dalam novel

House, Yesus dicitrakan sebagai Sofia Allah melalui tokoh Susan. Selain

itu pula melalui studi terhadap novel House saya menemukan citra dari

Sofia yakni sebagai guru yang membimbing, terang yang menuntun, serta

jalan keselamatan.

Kata kunci: Yesus, Kristologi Feminis, Novel

Page 7: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

1

CITRA YESUS DALAM NOVEL HOUSE KARYA FRANK PERETTI DAN TED

DEKKER

(Suatu Kajian Kristologi Feminis Terhadap Citra Yesus dalam Novel House)

Puspita Sandra Dewi

(712010010)

1. Pendahuluan

Dalam sejarah kekristenan, Yesus adalah salah satu tokoh yang paling berpengaruh terhadap

perkembangan spiritual manusia. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus direpresentasikan sebagai

manusia yang utuh secara fisik, psikologis, moral dan spiritual.1 Ahli lain mengungkapkan,

bahwa fakta yang paling hakiki tentang Yesus adalah, Ia merupakan seorang “manusia roh”,

dan seorang “perantara dari yang kudus”.2

Menurut para teolog, Yesus merupakan seorang Yahudi asli dan seorang pengajar yang

dipenuhi Roh Kudus. Pada masanya, Yesus mengajarkan hal-hal yang tidak jauh berbeda

dengan yang diajarkan para rabi Yahudi, namun yang membedakan adalah, pokok ajaran

Yesus sepenuhnya merupakan hal yang baru dan revolusioner. Ia sangat cakap dalam

menyampaikan pengajaranNya, terbukti dengan metode pengajaran-Nya yang menyesuaikan

dengan keadaan-keadaan tertentu. Misalnya, Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk

membuat orang lain berpikir, seperti ketika Ia menyampaikan perumpamaan mengenai orang

Samaria yang murah hati versi Lukas, Yesus bertanya lebih dahulu; “Apa yang tertulis dalam

hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?” Selain mengajukan pertanyaan, Yesus juga

mengemukakan paradoks-paradoks dan ucapan-ucapan singkat yang tajam untuk

menanamkan kebenaran-kebenaran luhur tertentu dalam hati para murid-Nya, seperti ketika

Ia menyampaikan khotbah di bukit mengenai ucapan bahagia dalam kitab Matius;

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”3

Kepopuleran Yesus yang tidak pernah pudar, terus mendorong para pemikir-pemikir

untuk mengungkap tabir-Nya dan berusaha menggali jati diri-Nya, baik dari sisi kemanusiaan

maupun sisi keilahian-Nya. Upaya perenungan telah dilakukan untuk dapat memahami siapa

Yesus Kristus. Dan usaha-usaha itu tidak pernah berhenti hingga saat ini.

Pemahaman-pemahaman tentang Yesus Kristus dilakukan dalam berbagai cara oleh

para cendekiawan Kristen. Ada banyak buku yang telah muncul di tengah masyarakat sebagai

1 Yusak B. Setyawan, Basic Christology: A Draft, (Salatiga, 2012), 12.

2 Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 39.

3 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 584.

Page 8: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

2

hasil dari perenungan, diskusi, dan penelitian ilmiah para cendekiawan atas sosok Yesus yang

fenomenal. Tidak berhenti hanya melalui buku-buku tersebut, kini pencitraan Yesus telah

merambat masuk ke dunia sastra dan bahasa, dipaparkan secara eksplisit maupun implisit

oleh para sastrawan melalui karya-karya tulis seperti puisi dan novel khususnya.

Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya

berbentuk sebuah cerita. Kata novel sendiri terbentuk dari bahasa latin, novella, merupakan

karya fiksi prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseoarang dengan orang di

sekitarnya dengan menonjolkan watak dan sifat para tokoh.4 Belakangan, penulisan novel

semakin mengalami perkembangan. Novel bukan hanya dijadikan sarana untuk menceritakan

sebuah kisah, tetapi juga digunakan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang

disajikan dalam bentuk cerita.5

Sadar atau tidak novel memiliki pengaruh terhadap pemahaman seseorang. Informasi

yang dikemas dengan menarik dan disajikan dalam bentuk cerita dapat mendorong minat

seseorang untuk membaca karena lebih mudah untuk dipahami, dibanding harus membaca

buku ilmiah yang tanpa gambar, tanpa ilustrasi, dan terkadang monoton.

Frank Peretti dan Ted Dekker adalah dua di antara para sastrawan novel. Keduanya

merupakan penulis novel fiksi Kristen yang telah menerima penghargaan dari CBA (Cristian

Booksellers Assosiation) sebagai penulis fiksi terbaik. Peretti sendiri telah banyak

menerbitkan bukunya, baik itu fiksi, seperti; This Present Darkness, Prophet, The Oath, The

Visitation, Monster, Illusion, maupun non fiksi, seperti; No More Victims, No More Bullies.6

Begitu pula dengan Dekker, yang juga telah banyak mempublikasikan bukunya, baik

fiksi; Blink, Thr3e, Black, Adam, Skin, dan juga non fiksi; The Slumber of Christianity:

Awakening a Passion for Heaven on Earth, Tea with Hezbollah (bersama Carl Medearis).7

Pada tahun 2006, keduanya menggabungkan ide dan pemikiran untuk menyampaikan

sebuah idiologi tentang Yesus dalam satu novel berjudul, House. Novel ini diterbitkan oleh

WestBow Press, Amerika Serikat, pada tahun 2006, dan meraih banyak pujian. Pada bulan

4 KBBI, “Novel,” KBBI online, http://kbbi.web.id/novel, (diunduh tanggal 21 Mei 2015).

5 Seperti novel karangan Joshtein Gardeer, Dunia Sophie, yang merangkum perjalanan panjang dunia

filsafat dalam bentuk cerita. 6 This Present Darkness, diterbitkan oleh Crossway Books, Amerika Serikat, 1986; Prophet,

diterbitkan oleh Crossway Books, Amerika Serikat, 1992; The Oath, diterbitkan oleh WestBow Press, Amerika

Serikat,1995; The Visitation, terbit pada tahun 1999; Monster diterbitkan oleh WestBow Press, Amerika Serikat,

2005; Illusion, diterbitkan oleh Simon and Schuster, 2011; No More Victims, terbit pada tahun 200; No More

Bullies, terbit pada tahun 2003. 7 Blink, diterbitkan oleh Thomas Nelson, Amerika Serikat, 2003; Thr3e diterbitkan oleh WestBow

Press, Amerika Serikat, 2003; Black, diterbitkan oleh Thomas Nelson, Amerika Serikat, 2004; Adam diterbitkan

oleh Thomas Nelson, Amerika Serikat, 2008; Skin, diterbitkan oleh Thomas Nelson, Amerika Serikat, 2007; The

Slumber of Christianity: Awakening a Passion for Heaven on Earth, terbit pada tahun 2005; Tea with Hezbollah

(bersama Carl Medearis), terbit pada tahun 2010.

Page 9: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

3

November tahun 2008, novel ini diangkat ke layar lebar perfilman dengan judul yang sama,

House. Novel ini mencoba menghadirkan citra Yesus melalui diri seorang anak perempuan

dalam alur cerita yang tidak biasa, penuh teka-teki, misteri, dan menjadikan anak tersebut

sebagai tokoh penting dalam cerita ini. Pada tahun 2011, novel ini diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia.8

Saat ini, belum ada jurnal maupun artikel ilmiah yang membahas dan meneliti novel

tersebut khususnya dalam bidang kristologi. Maka tugas akhir ini memiliki maksud untuk

memahami bagaimana Frank Peretti dan Ted Dekker mencitrakan Yesus dalam novel House,

yang diuraikan dalam judul: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan

Ted Dekker (Suatu Kajian Kristologi Feminis terhadap Citra Yesus dalam Novel

House).

1.1. Batasan, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan pendahuluan dan judul yang telah disebutkan di atas, maka penelitian akan

dibatasi pada citra Yesus dalam novel House yang akan dikaji dengan menggunakan

kristologi feminis.

Fokus permasalahan yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut; pertama,

bagaimana citra Yesus berdasarkan novel House karangan Frank Peretti dan Ted Dekker?

Kedua, apa tinjauan kritis dari segi kristologi feminis terhadap pandangan tersebut?

Dengan pembatasan masalah dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: pertama, melakukan deskripsi

analitis terhadap citra Yesus berdasarkan novel House karangan Frank Peretti dan Ted

Dekker; kedua, melakukan kajian kristologi feminis terhadap pandangan tersebut. Kajian

kristologi feminis digunakan karena penelitian tugas ini berkaitan erat dengan feminisme dan

mengingat juga bahwa tokoh utama yang merupakan perwujudan dari Kristus dalam novel ini

merupakan seorang anak perempuan.

1.2. Metode Penelitian

Untuk dapat mencapai tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya,

maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan, yang

memanfaatkan literatur-literatur seperti buku, dokumen, dan jurnal-jurnal yang terkait dengan

penelitian, yang bertujuan untuk membantu memperoleh, menganalis, dan mengolah

informasi dalam menyelesaikan rumusan masalah yang diteliti. Penelitian kepustakaan atau

8 Diterbitkan oleh penerbit Inspirasi yang masih berada dalam naungan penerbit PT. BPK Gunung

Mulia.

Page 10: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

4

studi pustaka, merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah bahan penelitian tanpa

memerlukan riset lapangan. 9

1.3. Signifikansi Penulisan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan berkenaan dengan pencitraan Kristus, serta

membuka pemahaman bahwa nilai-nilai Kristen dapat ditemukan dan disampaikan melalui

karya sastra, seperti Novel. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi kepada mayarakat mengenai citra Kristus yang dihadirkan dalam

novel House, karya Frank Peretti dan Ted Dekker.

1.4. Sistematika Penulisan

Dalam menyelesaikan karya tulis, maka berikut ini adalah sistematika penulisan yang

digunakan sebagai pedoman dalam menyusun karya tulis, yakni: bagian pertama,

pendahuluan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan; bagian kedua, berisi landasan teori

mengenai citra Kristus di mata kaum feminis; bagian ketiga, memaparkan analisa penelitian

mengenai citra Kristus dalam novel House karangan Frank Peretti dan Ted Dekker; bagian

keempat, berisi kajian kristologi feminis dan tinjauan kristis terhadap hasil penelitian; bagian

kelima, berisi penutup dan saran. Untuk selanjutnya dalam penulisan tugas ini, saya akan

menggunakan kata „penulis‟ untuk menyatakan diri, dan „pengarang‟ untuk menyatakan

novelis Frank Peretti dan Ted Dekker selaku penulis novel.

2. Kristologi Feminis dan Pandangan Kaum Feminis Terhadap Yesus

2.1. Kristologi Pada Umumnya

Dalam hubungannya terhadap judul yang disajikan, penting untuk memahami kristologi

terlebih dahulu karena pokok pembahasan utama adalah mengenai sosok Yesus Kristus.

Kristologi merupakan ilmu interdisipliner yang di dalamnya tercakup pula ilmu dogmatik

serta hermeneutik. Secara garis besar, kristologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas

dua kata, kristos dan logos, yang berarti ilmu tentang Kristus. Dalam Kamus Teologi,

Kristologi diartikan sebagai suatu studi terhadap Yesus Kristus yang bertujuan untuk

9 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 5.

Page 11: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

5

menyelidiki secara sistematis siapa Yesus di dalam diri-Nya dan arti diri-Nya bagi orang-

orang yang percaya kepada-Nya.10

Kristologi muncul karena adanya keinginan untuk lebih mengenal dan memahami

Kristus dari sudut pandang iman, aspek kehidupan, serta pengalaman hidup. Karena itu

Groenen menjelaskan, kristologi merupakan suatu kabar serta pemikiran mengenai Yesus

Kristus dengan melihat zaman, tempat, dan budaya di mana manusia itu hidup di dalamnya.

Dengan demikian, umat dapat mengkonseptualkan dan membahasakan iman percayanya

terhadap Yesus Kristus. Maka dari sini, muncullah berbagai pemaham iman terhadap Yesus

di antaranya, Yesus sebagai Mesias, Anak Manusia, Juru Selamat, Alfa dan Omega,

Kebijaksaaan, Cahaya, dan lainnya.11

Pemikiran Dister juga menarik karena ia mencoba memahami kristologi melalui sudut

pandang yang berbeda. Dijelaskan bahwa kristologi merupakan cabang dari ilmu yang lebih

luas yaitu teologi, yang mana teologi sendiri adalah ilmu ke-Tuhanan yang menjadikan

pengalaman indrawi, akal budi, serta iman, sebagai alat dalam memahami Tuhan. Karena itu

Dister mengemukakan bahwa kristologi dapat juga disebut sebagai teologi tentang Kristus

yang didasarkan pada iman serta pengalaman indrawi dan akal budi manusia.12

Dia

menyebutkan pula bahwa kristologi memiliki tugas untuk menyelidiki, merenungkan, dan

mengutarakan iman keyakinan terhadap Yesus sebagai Kristus dan Tuhan.13

Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa Kristologi sebagai cabang ilmu teologi, memiliki tugas

untuk menyelidiki, merenungkan, mengutarakan seluk beluk kehidupan Yesus Kristus

dengan didasarkan pada pengalaman iman, indrawi, serta akal budi manusia.

Berikutnya adalah Eckardt yang menjelaskan bahwa gelar-gelar kristologis14

terhadap

Yesus bukan hanya merupakan definisi-definisi melainkan tafsiran-tafsiran tentang diri Yesus

Kristus.15

Hal ini berkaitan dengan pemikiran Dister dalam hal memahami Yesus, karena

tafsiran merupakan sebuah penyelidikan, perenungan, pencarian, dan penemuan yang tak

lepas dari sumber-sumber tulisan dan lisan, serta pengalaman-pengalaman individu yang

melibatkan indrawi, akal budi, dan iman.

Maka dari seluruh definisi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kristologi

merupakan suatu pemikiran, tafsiran, dan sasaran iman kepercayaan komunitas Kristen

10

Gerald O‟Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 170. 11

Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 11-13. 12

Nico Dister, Kristologi: Sebuah Sketsa, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 21. 13

Dister, Kristologi: Sebuah Sketsa, 23. 14

Beberapa di antaranya yang dipaparkan Eckardt adalah, gelar sebagai Nabi, Tuhan, Mesias, Anak

Allah. Menggali Ulang Yesus Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 25-35. 15

Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 332.

Page 12: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

6

terhadap Yesus Kristus yang bertujuan untuk menyelidiki, merenungkan, dan mengutarakan

segala hal yang berkaitan erat dengan kehidupan Yesus Kristus, dengan didasarkan pada

pengalaman iman, indrawi, serta akal budi yang tidak terlepas dari pengaruh konteks

kebudayaan, tempat, dan waktu di mana komunitas tersebut berada.

Dengan definisi-definisi kristologi tersebut, lahirlah berbagai pemahaman dan

gambaran terhadap sosok Yesus yang akan dipaparkan pada bagian berikutnya.

2.1.1. Pandangan beberapa Ahli terhadap Sosok Yesus

Banyak ahli mencoba untuk memahami siapa Yesus Kristus baik berdasarkan pengalaman

umat pada waktu lampau dan waktu sekarang, maupun berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh para ahli tersebut terhadap literatur-literatur yang mencatat sejarah kehidupan Kristus.

Beberapa diantaranya adalah Borg, yang memandang Yesus Kristus dalam dua masa. Yang

pertama, masa pra-Paskah atau masa kehidupan Yesus sebelum peristiwa salib; kedua, masa

paska-Paskah atau masa kehidupan Yesus setelah peristiwa salib. Yesus pra-Paskah adalah

seorang manusia roh yang memiliki kesadaran penuh dan pengalaman terhadap realitas

Allah; Ia adalah seorang pengajar hikmat yang mengajar dengan menggunakan perumpamaan

dan aforisme; Ia merupakan seorang nabi sosial yang berani mengkritik para kaum elit seperti

politisi, ahli ekonomi, bahkan para imam; dan Yesus merupakan seorang reformator yang

membawa pembaharuan. Yesus paska-Paskah dipandang sebagai terang dunia yang

membawa umat keluar dari kegelapan; roti hidup yang merupakan santapan rohani yang

memilihara umat di tengah perjalanan; serta jalan, kebenaran, dan hidup, yang membawa

umat keluar dari kematian menuju kehidupan.16

Berikutnya adalah Anton Wessels yang memberi beberapa gambaran terkait citra Yesus

Kristus yakni: Yesus sebagai orang Yahudi; Yesus sebagai Yin dan Yang; Yesus sebagai

Mesias kulit hitam; Yesus sebagai Isa Al-Masîh.

Pertama, Yesus sebagai orang Yahudi. Yesus bukanlah orang Kristen atau penganut

agama Kristen, melainkan seorang Yahudi sejati yang mempelajari ajaran agama,

kebudayaan, serta aturan-aturan Yahudi. Bagi kaum Yahudi, Yesus adalah seorang guru

moral terkemuka yang banyak mengajarkan kode etika. Pengajaran-Nya mampu memberi

harapan bagi umat yang dimarginalkan tentang akan datangnya hari-hari Mesias yang akan

membawa mereka keluar dari masa-masa kesuraman.17

16

Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali: Yesus sejarah dan hakikat iman Kristen masa

kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 21-37. 17

Anton Wessels, Memandang Yesus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 24-25.

Page 13: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

7

Kedua, Yesus sebagai Yin (gelap) dan Yang (terang). Citra Yesus sebagai Yin dan Yang

dicetuskan oleh seorang teolog Korea bernama Lee Jung Young. Lee mencoba

menghubungankan Yesus dengan ciri khas ajaran dari Cina yakni, Yin dan Yang. Yesus

adalah Yang yang masuk ke dalam Yin untuk menunjukkan apa dan bagaimana wujud dari

terang tersebut. Yesus sebagai terang (Yang) tidak dapat memisahkan diri sepenuhnya dari

gelap (Yin), karena terang tidak akan ada artinya jika ia memisahkan diri dari gelap. Yesus

sebagai Yang yang masuk ke dalam Yin juga merupakan gambaran dari proses pembebasan

yang menjadi bagian dari karya penciptaan-Nya.18

Ketiga, Yesus yang dipandang sebagai Mesias kulit hitam oleh bangsa Afrika.

Pemahaman ini lahir dari pengalaman bangsa Afrika yang mengalami diskriminasi dan

penjajahan dari kulit putih karena perbedaan warna kulit, di mana orang dengan kulit hitam

dipandang lebih rendah oleh orang kulit putih. Mesias kulit hitam merupakan Allah yang

ditindas, dibunuh, dan kemudian bangkit serta memberi harapan dan kehidupan bagi orang-

orang yang tertindas.19

Gambaran Mesias kulit hitam memberi sebuah harapan baru bagi

bangsa Afrika tentang datangnya hari kemerdekaan di mana setiap orang setara di hadapan

Mesias tanpa dibedakan oleh ras dan warna kulit.

Keempat, Yesus sebagai Isa Al-Masîh. Umat Muslim mengenal dan menyebuat Yesus

dengan nama „Isa Al-Masîh‟. Dalam kitab Al-Quran, Yesus dikisahkan sebagai seorang yang

terkemuka baik di dunia maupun di akhirat, dan merupakan salah seorang dari antara orang-

orang yang didekatkan kepada Allah dan diberkati.20

Dalam Al-Quran kisah-kisah kehidupan

Yesus dituliskan dengan berfokus pada kemampuan-Nya dalam melakukan mujizat. Namun

bukan hanya pelaku mujizat, Yesus adalah mujizat atau suatu tanda dari Allah.21

Masih berkaitan dengan pribadi Yesus menurut Al-Quran, seorang teolog lain bernama

Louay Fatohi menjelaskan bahwa kata Masîh dalam Al-Quran berarti „jujur‟. Dalam Al-

Quran sendiri tercatat ada 11 kali Yesus disebut sebagai Al-Masîh (Mesias).22

Kata Masîh ini

sendiri berakar dari kata mash yang memiliki beberapa makna dalam konteks yang berbeda-

beda.23

Fatohi menjelaskan bahwa gelar al-Masîh hanya diberikan Al-Quran terhadap Yesus

18

Wessels, Memandang Yesus, 141-143. 19

Wessels, Memandang Yesus, 83. 20

Al-Quran dalam Surah Âli „Imrân 3:45. 21

Wessels, Memandang Yesus, 37. 22

Louay Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al-Quran, Alkitab, dan

Sumber-sumber Sejarah (Bandung: Mizan Media Utama, 2013), 388. 23

Pengelana: dia adalah pengelana yang tidak pernah menetap di satu tempat. ; Usap: setiap kali dia

mengusap seseorang yang lumpuh, kelumpuhannya terobati. ; Urap: dia diurapi dengan minyak pemberkatan

yang wangi, yang dengannya nabi-nabi diurapi. Ini merujuk pada perkataan Yesus tentang dirinya sendiri: “Dia

menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” (QS Maryam [19]: 31). ; Datar: dia memiliki

Page 14: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

8

dan tidak ada nabi lain baik di waktu lampu dan waktu sekarang yang menerima gelar

tersebut. Itu artinya Al-Quran hanya mengakui satu Al-Masîh (Mesias) yaitu, Yesus.24

2.2. Kristologi Feminis

Secara garis besar, feminisme merupakan suatu gagasan terhadap pembebasan kaum

perempuan karena adanya ketidakadilan terhadap kaum perempuan disebabkan oleh jenis

kelaminnya.25

Gerakan feminis sendiri merupakan gerakan pembebasan terhadap dan oleh

kaum perempuan yang kerap dipandang sebagai harta benda milik laki-laki dan warga nomor

dua.26

Kaum perempuan kerap mengalami diskriminiasi karena adanya budaya yang tercipta

di dalam masyarakat yang menjadikan dan menganggap laki-laki sebagai pusat perhatian dan

pemegang kendali.27

Hal ini dimulai dengan munculnya pemahaman akan gambaran maskulin terhadap

Tuhan yang menjadikan laki-laki menganggap dirinya lebih istimewa. Karena itu hampir

seluruh elemen dalam masyarakat mulai dari politik, budaya, pendidikan, dan agama,

didominasi oleh pemikiran laki-laki. Dalam memperjuangkan hak-haknya, muncullah tiga

gelombang besar feminisme yang masing-masing memiliki pemikir-pemikirnya. Namun

dalam penulisan tugas ini, yang menjadi fokus adalah pergerakan feminis di dalam gereja,

khususnya dalam memperjuangkan haknya untuk dapat mengambil bagian dalam memahami

Kristus.

Dalam hubungan dengan pembahasan kristologi feminis, ada baiknya jika terlebih

dahulu memahami apa yang dimaksud dengan teologi feminis, karena seperti yang sudah

dikemukakan pada bagian sebelumnya bawah kristologi merupakan bagian dari ilmu yang

lebih luas yakni teologi.

Anne Clifford menjelaskan feminisme sebagai sebuah gerakan sosial yang

dilatarbelakangi oleh marjinalisasi, diskriminasi, pelabelan terhadap kaum perempuan oleh

karena jender, dan merupakan gerakan yang memperjuangkan kebebasan kaum perempuan

dari seksisme atau dominasi oleh jender tertentu baik dalam bidang politik, masyarakat, dan

gereja.28

Sedangkan teologi feminis merupakan iman Kristen dari sudut pandang dan

kaki yang datar. ; Bersih: dia bersih dari dosa dan disucikan. ; Diberi rupa yang bagus: dia diberi rupa yang

bagus. Louay Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al-Quran, Alkitab, dan Sumber-

sumber Sejarah (Bandung: Mizan Media Utama, 2013), 388-399. 24

Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus, 389. 25

Maggie Humm, Ensiklopedia Feminisme, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2007), 158. 26

Marie Claire Barth-Frommel, Hati Allah bagaikan Hati Seorang Ibu (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2003), 3. 27

Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2003), 129. 28

Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, (Maumere: Ledalero, 2002), 28.

Page 15: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

9

pengalaman kaum perempuan terhadap Allah yang hidup dalam diri Yesus, dan menafsirkan

iman tersebut dengan cara-cara yang dapat diterima dan dipahami pada waktu dan

tempatnya.29

Elizabeth Johnson juga mengemukakan pendapat yang tidak jauh berbeda

dengan Anne mengenai teologi feminis yakni, teologi feminis merupakan refleksi keyakinan

iman yang ditinjau dari sudut pandang, pemahaman, dan pengalaman kaum perempuan.30

Ada pula Marie Claire Barth-Frommel yang berpendapat bahwa teologi feminis adalah

refleksi atas peran perempuan menurut iman Kristen.31

Menurut beliau teologi feminis bukan

hanya dibangun oleh kaum feminis tetapi juga merupakan teologi oleh kaum feminis yang

tidak setuju dipahami dan memahami dirinya sebagai objek oleh masyarakat, tetapi

merupakan subjek yang sedang mencari sejarah dan jati dirinya dan tidak bersedia disamakan

dengan laki-laki.

Dari ketiga pemahaman para ahli tersebut, Clifford, Johnson, dan Barth-Frommel, dapat

dikatakan bahwa teologi feminis adalah refleksi iman Kristen terhadap Allah yang dilihat dari

sudut pandang, pemahaman, pengalaman hidup dan spiritual kaum perempuan. Maka melalui

penjelasan pada bagian sebelumnya mengenai arti krsitologi serta mengetahui pula arti dari

teologi feminis, dapat disimpulkan bahwa kristologi merupakan suatu pemikiran,

pemahaman, tafsiran terhadap seluk beluk kehidupan Yesus Kristus yang ditinjau dari sudut

pandang, refleksi iman, dan pengalaman hidup kaum perempuan.

2.2.1. Yesus sebagai Sofia di Mata Kaum Feminis

2.2.1.1 Pendahuluan

Yesus sebagai Sofia merupakan sebuah ide atau konsep pemahaman yang didalami dan

dikemukakan oleh para teolog khususnya teolog feminis. Sofia yang dikenal dalam bahasa

Ibrani sebagai hm'k.x' = khokhma dan Yunani sebagai sofi,a = sophia merupakan kata

benda bersifat feminim yang berarti hikmat dalam penerjemahan bahasa Indonesia. Pada

Perjanjian Lama Sofia merupakan sebuah aliran sastra yang mengandung nilai-nilai serta

ajaran-ajaran yang menjadi pedoman hidup. Sofia berisi tentang pepatah-pepatah singkat,

makna kehidupan, dan menegaskan kaidah-kaidah hidup sejahtera dan bahagia serta

hubungan antara manusia dengan yang transenden.32

Sastra Sofia ini sangat jelas terlihat pada

kitab Amsal dan Sofia (hikmat) dalam kitab tersebut mendapat personifikasi sebagai seorang

29

Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, 50. 30

Elizabeth A. Johnson, Kristologi di Mata Kaum Feminis, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 120. 31

Marie Claire Barth-Frommel, Hati Allah bagaikan Hati Seorang Ibu, 12. 32

Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 393.

Page 16: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

10

perempuan yang dapat juga disebut sebagai Dewi Hikmat, dan Putri Hikmat.33

Pada

Perjanjian Baru, hikmat merupakan suatu karunia yang dibutuhkan untuk memahami

maksud-maksud Tuhan, menyatakan kebenaran, dan hidup sesuai kehendak Tuhan. Hikmat

tersebut sepenuhnya milik Tuhan yang kemudian hadir secara penuh dan utuh dalam diri

Yesus Kristus.34

Gaarder menuliskan hal yang menarik mengenai Yesus sebagai Sofia berdasarkan kisah

penginjilan rasul Paulus di Athena. Paulus mengemukakan suatu hal baru yaitu, Tuhan telah

menggungkapkan diri-Nya kepada manusia dan mencoba meraih manusia. Pengungkapan

diri-Nya tersebut disempurnakan melalui kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus

Kristus. Dia tidak tinggal di dalam kuil-kuil penyembahan maupun di dalam patung-patung

batu dan emas buatan manusia. Karena itu Dia bukan lagi “Tuhan filosof” yang dapat

didekati manusia dengan pemikiran dan pemahaman mereka.35

Dia lebih dari itu karena Ia

adalah Sofia itu sendiri. Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Leo D. Lefebure

yang menyebutkan bahwa Yesus merupakan perwujudan dari Logos yang bersifat maskulin

dan Sofia yang bersifat feminim yang tinggal di dalam diri Allah sebagai kekuatan yang

bekerja aktif.36

Allah mengkolaborasikan Sofia dan Logos ketika menciptakan dan

menjadikan segala sesuatu, kemudian menyempurnakannya di dalam kelahiran Yesus Kristus

ketika menjalankan misi penyelamatan.

Selain sebagai Sofia (hikmat) Illahi, Yesus juga merupakan seorang guru hikmat atau

pengajar hikmat yang menyampaikan nilai-nilai hikmat dalam setiap pengajaran-Nya. Marcus

J. Borg menjelaskan bahwa Yesus mengajar dengan menggunakan aforisme atau peribahasa

dalam ucapan-ucapan singkat, dan perumpamaan yang maknanya lebih tinggi dan dapat

mengundang pendengar untuk melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang yang

baru.37

Aforisme misalnya; “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan”, “Dapatkah orang

memetik buah anggur dari semak duri ...”, “Dapatkah orang buta menuntun orang buta?”38

Perumpaan seperti; “Hal kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan

dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”, “Hal Kerajaan

Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu

33

Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama, dan Kekerasan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 63-

66. 34

Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, 392. 35

Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Bandung: Mizan, 2014), 256. 36

Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 51. 37

Marcus J. Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 78-86. 38

Luk. 16:13; Mat. 7:16; Luk. 6:39.

Page 17: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

11

dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu

membeli ladang itu.”39

2.2.1.2 Pandangan Kaum Feminis Terhadap Yesus-Sofia

Seorang teologi feminis Elizabeth Schüssier Fiorenza mencoba memahami lebih mendalam

tentang ide yang mencitrakan Yesus sebagai Sofia Allah. Schüssier Fiorenza

memperkenalkan dan memahami Allah yang penuh dengan rahmad dalam Gestalt atau

gambaran seorang perempuan yang dikenal sebagai Sofia (hikmat) ilahi. Sofia adalah roh

pengasih, pengetahuan Allah, rekan sekerja Allah, pancaran cahaya Allah, dan gambaran

akan kebaikan Allah yang dapat pula dipanggil sebagai saudari, istri, ibu, kekasih, dan guru

di mana Sofia menawarkan kehidupan, pengetahuan, dan keselamatan bagi siapa saja yang

mau menerimanya.40

Yesus sebagai Sofia merupakan pembela kaum miskin, mengajarkan

kebenaran, memberikan kehidupan, dan melindungi.

Schüssier Fiorenza juga menegaskan bahwa Yesus-Sofia muncul di dalam dunia lama

yang penuh dengan keterasingan untuk membentuk sebuah umat baru yang merangkul anak

laki-laki dan anak perempuan untuk menjadi bagian dalam rumah tangga Allah dan di

dalamnya tercipta kesederajatan, kesetaraan.41

Maka melalui pandangan dan pemahaman

Fiorenza, tidak ada pengecualian terlebih bagi kaum perempuan untuk ikut terlibat dalam

memahami, mengimani, dan menyuarakan pandangannya terhadap Yesus-Sofia.

Selain Schüssier Fiorenza, teolog feminis berikutnya yang membahas perihal Yesus-

Sofia adalah Marie Claire Barth-Frommel yang menggunakan istilah yang sama yaitu

Hikmat. Barth-Frommel menggambarkan Hikmat dalam Perjanjian Lama sebagai seorang

pembawa berita yang mengabarkan hal-hal yang baik untuk didengar yaitu hal-hal pengajaran

dan menegur orang yang tidak memiliki pengetahuan. Hikmat juga dapat diibaratkan sebagai

nyonya rumah yang menjamu para tamunya dengan hidangan yang terbaik dan mereka yang

memakan hidangan itu akan memperoleh kehidupan.42

Pada Perjanjian Baru, Yesus dipandang sebagai Anak Hikmat yang mengundang setiap

orang untuk datang padaNya dan menerima kehidupan dalam bentuk kesembuhan dan

panggilan kepada hidup yang lebih bermakna. Barth-Frommel mengambil Lukas untuk

memperkuat identitas Yesus sebagai hikmat: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat,

39

Mat. 13:33; 14:44. 40

Elizabeth Schüssler Fiorenza, Untuk Mengenang Perempuan Itu, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1995), 184. 41

Schüssler Fiorenza, Untuk Mengenang Perempuan Itu, 265. 42

Barth-Frommel, “Hikmat dalam Perjanjian Lama dari Sudut Pandang Perempuan,” dalam buku

Ketika Perempuan Berteologi: Berteologi Feminis Kontekstual, ed. Asnath Niwa Natar (Yogyakarta: Taman

Pustaka Perempuan, 2012), 3-4.

Page 18: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

12

penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” Ia juga menambahkan bahwa hikmat

memiliki peranan yang tidak jauh dari Roh yaitu menolak kekerasan, ketidakadilan,

penindasan, dan mencari jalan damai yang penuh dengan kerendahan hati, serta taat kepada

Allah.43

Bagi perempuan Korea, Yesus sebagai Sofia yang berciri feminim digambarkan sebagai

seorang Ibu dan Shaman seperti yang diungkapkan oleh Chung Hyun Kyung,44

seorang

teolog feminis asal Korea. Bagi perempuan asia khususnya Korea, Yesus dipandang sebagai

seorang Ibu yang turut menanggung derita karena belas kasih-Nya, yang turut meratapi

kematian anaknya seperti yang dialami para ibu di Korea yang berduka atas gugurnya putra

mereka dalam medan perang Indocina45

.

Para perempun Korea juga memandang Yesus sebagai seorang Shaman. Kepercayaan

tradisional asli mayarakat Korea adalah shamanisme (pedukunan) yang pada umumnya atau

kebanyakan diperankan oleh perempuan. Seorang Shaman umumnya bertugas sebagai

penyembuh orang sakit dan kerasukan, penghibur hati yang terluka, pengusir roh jahat, dan

penasehat bagi perempuan Korea, maka Yesus Kristus yang diberitakan dalam Injil dengan

seluruh perbuatan-Nya dipandang sebagai seorang Shaman oleh perempuan Korea karena

tindakan-Nya sebagai penyembuh, pengusir roh jahat, penasehat yang bijaksana, dan

pengajar kebenaran.

2.3. Kesimpulan

Kristologi merupakan suatu pemikiran, tafsiran, dan sasaran iman kepercayaan komunitas

Kristen terhadap Yesus Kristus yang bertujuan untuk menyelidiki, merenungkan, dan

mengutarakan segala hal yang berkaitan erat dengan kehidupan Yesus Kristus, dengan

didasarkan pada pengalaman iman, indrawi, serta akal budi yang tidak terlepas dari pengaruh

konteks kebudayaan, tempat, dan waktu di mana komunitas tersebut berada. Melalui

Kristologi, pencitraan yang beragam terhadap Yesus mulai muncul seperti, Manusia Roh,

Pengajar Hikmat, Terang Dunia, Jalan Kebenaran, Yin dan Yang, Mesias kulit hitam, dan lain

sebagainya. Kemudian muncul pula Kristologi Feminis yang merupakan suatu pemikiran,

43

Barth-Frommel, “Hikmat dalam Perjanjian Lama dari Sudut Pandang Perempuan,” 24. 44

Chun Hyun Kyung, “Siapakah Yesus bagi Perempuan-perempuan Asia,” dalam buku Wajah Yesus

di Asia, ed. R.S. Sugirtharajah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 373-384. 45

Perang Vietnam yang juga disebut Perang Indocina Kedua adalah perang yang terjadi pada tahun

1957 di Vietnam dan merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu idiologi yakni, Komunis dan

Liberal. Dua kubu tersebut adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam

(Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru, dan Filipina bersekutu

dengan Vietnam Selatan, sementara Uni Soviet dan Tiongkok bersekutu dengan Vietnam Utara yang beridiologi

komunis.

Page 19: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

13

pemahaman, tafsiran terhadap seluk beluk kehidupan Yesus Kristus yang ditinjau dari sudut

pandang, refleksi iman, dan pengalaman hidup kaum perempuan. Beberapa teolog Feminis

mencitrakan Yesus dalam gambaran seorang perempuan yang dikenal sebagai Sofia (hikmat).

Sofia adalah citra feminim dari Allah dan bersama dengan Logos sebagai citra maskulin,

Allah memulai karya penciptaan dan Ia menyempurnakannya di dalam diri Yesus Kristus

ketika menjalankan misi penyelamatan.

3. Citra Yesus dalam Novel Houses

3.1. Tentang Pengarang

Frank Peretti merupakan novelis fiksi Kristen yang sudah menerbitkan puluhan novel dan

menjual karyanya lebih dari duabelas juta eksemplar. Menurut Peretti, cerita memiliki

kekuatan serta pengaruh yang besar. Baginya cara terbaik untuk menyampaikan sebuah

kebenaran rohani atau suatu pengajaran adalah dengan menuturkan sebuah cerita.46

Karena

itu pada masa mudanya di Seattle, Peretti banyak menghabiskan waktu untuk mendongeng

pada anak-anak dan bercerita di kamp muda-mudi SMA.

Awalnya Peretti hanya seorang musisi pemain banjo. Setelah menikah dengan Barbara

tahun 1972, Peretti melakukan tur dengan band pop dan kemudian menjadi pelayan musik

rohani. Berikutnya, selama lima tahun Peretti membantu ayahnya yang seorang Penginjil

untuk melayani di Jemaat Allah di Seattle. Dan selama lima tahun, setiap ada waktu di akhir

pekan, ia menulis novel pertamanya This Present Darkness. Awalnya novel ini ditolak

banyak penerbit dan tidak laku di pasaran. Dua tahun berikutnya, novel tersebut menjadi

buku terlaris selama delapan tahun. Dari sanalah Peretti akhirnya berangkat menjadi penulis

fiksi Kristen yang fenomenal. Saat ini Peretti mengisi pelayanannya sebagai pemimpin

ibadah di gereja mereka, sedang istrinya mengisi waktu luang dengan melukis.

Ted Dekker lahir di Indonesia, tahun 1962. Ia seorang novelis thriller yang

mengagumkan. Ini mungkin dikarenakan kisah hidupnya yang sedikit sulit. Ia lahir di desa

kecil Kanggime (Tolikara-Papua, Indonesia) dan bertumbuh di antara suku Dani Papua Barat

yang terkenal sebagai suku primitif dengan kebiasaan yang tidak jauh dari kanibalisme dan

penganut aliran animisme. Kedua orangtuanya adalah misionaris yang sering bepergian jauh

dalam waktu yang lama. Dekker tinggal di pedalaman hutan yang memaksanya untuk

mengandalkan imajinasi dan menciptakan dunianya sendiri untuk mengisi kesepian yang dia

46

Frank Paretti, Monster (Edisi terjemahan, Jakarta: Penerbit Inspirasi Indonesia, 2011), 498.

Page 20: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

14

alami. Ia mengalami tragedi yang luar biasa ketika mendengar kabar bahwa rekan kerja orang

tuanya dibunuh dan dimakan oleh penduduk pedalaman di hutan itu.

Setelah meninggalkan Indonesia, Dekker lulus dari sebuah sekolah tinggi dan menetap

di AS untuk belajar Agama dan Filsafat di Evangel University, Springfield, MO. Setelah

meraih gelar sarjana, ia memasuki dunia usaha dan meraih sukses. Pada awal tahun 90-an ia

bertemu dengan seorang teman yang baru saja menulis buku, Dekker teringat pada keinginan

lamanya sebagai novelis yang ingin menggambarkan karakter Allah melalui cerita. Dari

sanalah Dekker akhirnya beranjak menjadi novelis fiksi thriller yang ternama.

Peretti dan Dekker, keduanya berasal dari keluarga penginjil namun memiliki latar

belakang yang berbeda ketika menulis cerita. Keduanya hidup lekat dengan ajaran-ajaran

kekristenan. Peretti banyak menghabiskan waktunya untuk membantu pelayanan ayahnya di

gereja bahkan sekarang ia aktif memimpin ibadah di gereja. Sedangkan Dekker mengisi masa

kuliahnya dengan belajar Agama dan Filsafat. Namun, Peretti menulis cerita dengan sebuah

dorongan dan harapan agar setiap orang yang membaca ceritanya dapat mengubah hidup

mereka dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara baru. Karya-karya Peretti

kebanyakan mengeksplorasi sisi gelap seperti, roh-roh jahat, dosa, dan penindasan.

Menurutnya hal itu menyenangkan dan dapat memacu adrenalin pembaca serta memicu rasa

ingin tahu mereka. Sedangkan Dekker begitu terinspirasi dengan kisah-kisah misteri yang

menegangkan karena pengaruh kenangan serta imajinasi-imajinasi masa kecilnya. Dekker

sangat mampu membawa pembaca pada dunia fantasinya. Meski demikian, karangan-

karangan Dekker tidak pernah lepas dari unsur-unsur kekristenan.

3.2. Kilas Kisah House

Novel House mengkisahkan tentang sebuah rumah yang difungsikan sebagai penginapan

bernama Penginapan Wayside. Rumah ini terletak di salah satu daerah terpencil Alabama.47

Sekilas rumah tersebut amatlah menawan dan memikat hati dengan seni arsitektur abad

pertengahan dan perabotan bergaya klasik. Tetapi, tidak seorang pun mengetahui bahwa

rumah tersebut menyimpan sebuah misteri yang siap menjebak siapa saja yang masuk ke

dalamnya. Rumah ini dikuasai oleh satu kekuatan jahat dan dalang kejahatan itu adalah

seorang iblis yang menjelma menjadi manusia bernama Barsidiouse White. White tidak akan

membebaskan siapa pun yang masuk ke rumah itu. Ia bersama tiga abdinya Betty, Steward,

47

Bdk. “Rumah itu tidak seperti yang diharapkan Stephanie. Tidak seperti yang ia harapkan ada di

daerah terpencil Alabama yang sepi ini.”, House, 25. Alabama merupakan negara bagian Amerika Serikat.

Tidak disebutkan secara detail di mana letak Penginapan Wayside tersebut, namun penulis berasumsi bahwa

penginapan itu berada di pinggir jalan, sekitar enam puluh lima kilometer di daerah Jalan Raya 5. Jack dan

Stephanie tersesat di jalan itu, seharusnya mereka berada di Jalan Raya 82 menuju kota Montgomery.

Page 21: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

15

dan Pete, akan menahan, menyiksa, dan mendesak setiap manusia yang terjebak di rumah itu

untuk saling membunuh. Dan pada akhirnya, ia akan membunuh manusia yang tersisa.48

Tetapi White menghadapi kesulitan ketika seorang anak perempuan bernama Susan

masuk ke rumah itu dengan sengaja49

dan melarikan diri ke ruang bawah tanah. Ruang bawah

tanah adalah bagian yang paling menjebak dari seluruh bagian di rumah itu. Tidak seorang

pun dapat keluar dari sana dalam keadaan hidup-hidup, namun Susan sudah berada tiga hari

di ruang bawah tanah rumah itu dan masih hidup. Bukan hanya itu, Susan datang sebagai

rival White. Hadirnya Susan mengacaukan segala permainan maut yang telah di rancang

White. Susan datang bukan tanpa tujuan, ia sedang menunggu kedatangan beberapa orang ke

rumah itu dan berencana untuk menyelamatkan mereka. Bukan hanya untuk menyelamatkan,

tetapi untuk memusnahkan kegelapan di rumah itu yang dibawa oleh White. Susan adalah

tokoh utama dan tokoh kunci dari kisah ini.

Satu malam, Jack, Stephanie, Randy, dan Leslie bertemu di rumah itu. Mobil mereka

mengalami kerusakan parah setelah melindas alas karet tebal yang ditebari paku. Jack dan

Stephanie adalah sepasang suami istri yang sedang mengalami permasalahan rumah tangga.

Mereka akan pergi ke Montgomery untuk menghadiri sidang perceraian mereka. Awalnya

kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja, hingga keduanya melakukan kecerobohan

dan kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya putri kecil mereka, Melissa. Sejak itu,

komukasi mereka kian hari semakin buruk dan puncaknya adalah sidang perceraian.

Randy dan Leslie adalah teman dekat dan juga tunangan. Mereka juga akan pergi ke

Montgomery untuk urusan bisnis. Randy adalah seorang pengusaha yang cukup sukses,

sementara Leslie seorang ahli psikologi. Tetapi keduanya memiliki masa lalu yang tak begitu

baik. Ketika Randy masih remaja dini, ia meresa tertekan dengan sikap ayahnya yang agak

kasar. Ketika mereka sedang berburu, ayahnya membentak Randy karena gagal menembak

buruan. Akhirnya Randy hilang kesabaran dan menembak ayahnya dengan senapan berburu.

Sedangkan Leslie, pernah jatuh dalam jalan yang tidak baik ketika ia masih remaja. Saat kecil

Leslie dilecehkan oleh pamannya, tetapi ketika dewasa ia menerima pelecehan ini dengan

menjadi peserta aktif atau sebutan lainnya adalah „wanita penghibur‟.50

48

Berdasarkan perkataan Susan, “... dia (merujuk pada White dan para abdinya) akan membunuh

kalian semua,” House, 366, dan White, “Kalian harus menghargai banyaknya hal yang sudah aku berikan

dalam mencencanakan kematian kalian.”, 422. 49

Berdasarkan pengakuan Susan, “Meskipun aku akui bahwa aku datang dengan sukarela.”, House,

499. Pernyataan itu dapat berati bahwa ia memang berniat untuk masuk ke dalam rumah itu tanpa ada paksaan

dan beban apa pun. 50

Bdk. dialog Rendy terhadap Leslie, “Seluruh dunia mengira paman mereka mengganggu mereka. Itu

memberi kita semua alasan untuk hidup seperti korban.”, House, 254; pernyataan Leslie sendiri, “Aku adalah

Page 22: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

16

Penantian Susan di ruang bawah tanah akhirnya terbayar ketika ia bertemu dengan Jack

di salah satu lorong di bawah sana.51

Susan membantu Jack untuk menemukan teman-

temannya, Leslie, Randy, dan Stephanie. Selama bersama dengan mereka berempat, Susan

berkali-kali mencoba menyampaikan sesuatu. Tetapi suaranya selalu terputus-putus, tidak

terdengar jelas, karena rumah itu mengalangi mereka berempat untuk mendengarkan suara

Susan. Susan mencoba untuk menolong mereka dan membantu mereka keluar dari rumah

tersebut. Tetapi dosa masa lalu menutupi hati keempat orang tersebut dan menjadikan hati

mereka dipenuhi dengan kecurigaan, kebimbangan, serta keegoisan.

Randy dan Leslie harus mati di rumah itu karena keraguan hati mereka. Randy

termakan oleh tawaran keselamatan dari White jika mereka membunuh Susan. Tetapi niatnya

berhasil digagalkan oleh Jack.52

Leslie kehilangan keberaniannya untuk mengikuti Susan

ketika jalan keluar yang ingin ditunjukkan Susan ternyata harus menyusuri kembali ke ruang

bawah tanah yang mengerikan itu. Randy yang tidak dapat membunuh Susan, mencari

keselamatannya dengan menusuk dada Leslie dengan sebuah pisau. Tetapi setelah melakukan

pembunuhan itu, Randy kehilangan kewarasannya sebagai manusia. Ia merasa senang melihat

mayat kaku Leslie dan akhirnya ia memilih untuk mengikuti Steward yang berdiri di sana

menyaksikan pembunuhan itu. Itulah akhir dari kisah Randy dalam cerita ini, pada bagian

akhir disebutkan bahwa polisi menemukan mayat Leslie, White, dan Randy di ruang bawah

tanah.

Jack dan Stephanie berhasil selamat karena kepercayaan dan keyakinan mereka kepada

Susan sebagai sosok penyelamat. Mereka menolak perintah White untuk membunuh Susan

dan Susan membayar keselamatan Jack dan Stephanie dengan nyawa dan darahnya. Ia harus

mati setelah sebutir peluru yang ditembakkan White menembus perutnya. Tetapi darah tak

berdosa yang mengalir dari tubuh Susan membawa terang yang memusnahkan kegelapan di

rumah itu dan menyingkirkan Barsidious White. Jack dan Stephanie berhasil keluar dari

rumah itu dengan keadaan selamat. Ketika keluar, Polisi setempat sudah berada di sana

setelah menemukan mobil mereka yang terperosok di pinggir jalan.

pelacur, Jack.”, 388; Ia dilecehkan ketika masih kecil, tapi ketika dewasa ia menerima pelecehan itu dengan

menjadi peserta aktif. ... Ia suka menggoda dan berganti-ganti pasangan tidur ..., 440. 51

Jack dan Randy turun ke ruang bawah tanah untuk menghindar dari kejaran Steward dan Betty,

tetapi mereka berdua terpisah di sana. 52

Sebuah tangan terulur dari luar kusen pintu dan menarik rambut Susan. Ia (Susan) menjerit. Randy

melangkah masuk ... “Mundur, Jack. Ini adalah satu-satunya jalan keluar kita ...” ... Jack menghambur ke arah

Randy, menerjangnya tak terduga. Pria itu terdorong ke dinding, sambil mengumpat pedas. Susan berlari dari

lemari dinding dan cepat-cepat menjauh dari jangkauan Randy, bersembunyi di belakang Stephanie. House,

404-416.

Page 23: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

17

Terakhir, Susan menampakkan kembali dirinya kepada Jack dan Stephanie dengan

masih menggunakan pakaian yang sama dan bernoda darah, tetapi wajahnya tampak bersinar

dan terang. Mereka sempat berbincang-bincang sebentar, sampai akhirnya Susan menghilang

secara tiba-tiba saat mereka berdua sedang melihat sejenak rumah itu. Itulah akhir dari

seluruh kejadian dan cerita panjang House.

3.3. Susan, suatu Metamorfosa Terhadap Citra Yesus sebagai Sofia

Dalam novel House, dikatakan bahwa Susan adalah seorang anak perempuan berusia sekitar

tiga belas tahun. Ia gadis misterius yang datang dengan sengaja ke rumah itu tanpa diduga

oleh White dan turun ke ruang bawah tanah serta bersembunyi di sana. Namun fakta

terpenting mengenai Susan adalah ia merupakan kunci keselamatan dalam cerita ini. Ketika

muncul, Susan tampak tidak berbeda jauh dengan anak perempuan pada umumnya, hanya

saja dia terlihat berantakan karena penampilan dan keadaanya cukup memrihatikan dan lagi

ia sudah berada di ruang bawah tanah itu selama tiga hari.53

Ia seorang gadis polos yang juga

cerdik. Jika melihat keadaannya, sangat tidak memungkinkan baginya untuk menolong, tetapi

ia malah menunjukkan jalan pada Jack untuk dapat menemukan teman-temannya.

Selain berperan sebagai tokoh penyelamat, disebutkan pula bahwa Susan adalah

Kristus.54

Tidak seperti cerita Kristen pada umumnya, di mana sosok Yesus cenderung

diperankan oleh laki-laki, dalam novel ini, Peretti dan Dekker membawa sosok Yesus dalam

diri seorang anak perempuan. Kalimat yang menyatakan Susan sebagai Kristus muncul

setelah Susan mencoba melindungi Jack dan Stephanie dari jerat maut Barsidiouse White.

Awalnya White memberi peraturan55

yang bertujuan untuk membuat keempat orang itu

saling membunuh. Tetapi pada akhirnya, peraturan itu ia buat agar mereka membunuh Susan.

Ia tidak dapat membunuh Susan karena Susan tidak berdosa.56

Tetapi Jack dan Stephanie

53

Berdasarkan pernyataan Susan, “Aku sudah ada di bawah sini selama tiga hari...”, House, 229. 54

“Tapi Susan adalah Kristus, yang telah mati.” House, 490. 55

“Tuhan datang ke rumahku dan aku membunuh-Nya. Aku akan membunuh siapa pun yang datang ke

rumahku seperti aku membunuh Tuhan. Berikan aku satu mayat, maka aku akan mengabaikan kedua peraturan

sebelumnya.” House, 83-84. 56

“Ia berpaling kepada Susan. Anak perempuan misterius yang muncul tanpa diduga-duga tiga hari

yang lalu di penginapan itu. Mangsa yang kelihatannya mudah, tetapi kemudian ia menghilang ke ruang bawah

tanah seakan-akan itulah niatnya selama ini. Awalnya ia berusaha membunuh anak itu, tetapi kemudian ia

menemukan sesuatu yang cukup menggelisahkan tentang anak ini. Anak ini punya kepribadian yang baik.

Bukan seseorang yang hanya melakukan hal-hal baik ..., tetapi orang yang berar-benar baik. Tidak berdosa. ...

Untuk pertama kalinya ia bertemu seorang peserta yang profilnya tidak cocok dan karenanya menimbulkan

kekacauan yang cukup berarti pada permainannya. Maka ia menjadikan anak itu bagian dari permainan itu.

Sekarang permainan ini bukan sekedar saling membunuh, kalian semua yang bersalah dan berdosa. Sekarang

permainan ini adalah membunuh anak yang tidak berdosa, menghilangkan dari antara kalian sisa-sisa terakhir

dari kebaikan, kalian semua yang bersalah dan berdosa.” House, 420.

Page 24: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

18

menolak perintah Barsidious White untuk membunuh Susan57

dan sebagai gantinya Susanlah

yang menerima tembakan dari Barsiduous White dan ia harus mati. Pengorbanan yang

dilakukan Susan menjadikannya seorang penyelamat atau Kristus.

Gelar Kristus merupakan gelar yang diberikan kepada Yesus setelah peristiwa salib.

Dan setelah itu tidak seorang pun lagi menerima gelar tersebut hingga saat ini. Maka tidak

diragukan lagi, kalimat yang menyatakan bahwa Susan adalah Kristus, merujuk pada diri

Tuhan Yesus sendiri yang sedang bertransformasi di dalam diri Susan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Susan merupakan perwujudan dari citra

Yesus sebagai Sofia. Karena itu pula, penulis memilih kata „metamorfosa‟58

untuk mewakili

perwujudan Yesus-Sofia dalam diri Susan. Metamorfosa berasal dari kata baku, metamorfosis

yang berarti perubahan bentuk atau susunan; peralihan bentuk atau wujud. Dapat

disimpulkan, Susan merupakan peralihan bentuk dari gambaran Kristus yang berperan

sebagai penyelamat dan gambaran Yesus-Sofia.

Hal ini lebih meyakinkan lagi ketika akhirnya Susan menampakkan kembali dirinya

kepada Jack dan Stephanie dengan masih mengenakan pakaian yang sama dengan noda darah

yang terlihat jelas, tetapi wajahnya berubah cerah dibanding ketika Jack bertemu dirinya

pertama kali.59

Dan lagi, Susan tidak membenarkan ketika Jack dan Stephanie mengira

dirinya adalah Malaikat. Ia menyatakan diri sebagai penunjuk jalan.60

Hal tersebut akan lebih

dibahas pada bagian berikutnya. Kembalinya Susan dari kematian sama halnya dengan

peristiwa bangkitnya Yesus dari kematian. Tanpa kebangkitan tersebut Yesus tidak akan

pernah diakui sebagai Kristus, dan tanpa kembalinya Susan dari kematian, ia tidak akan

pernah dianggap sebagai metamorfosa dari Yesus Kristus.

Selain kalimat yang menyatakan Susan sebagai Kristus, beberapa kalimat lainnya juga

dapat memperkuat gagasan bahwa Susan adalah metamofosa dari Yesus Kristus. Pertama,

dalam dialog Susan yang mengatakan, “... Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu.

57

Manusia Kaleng mengarahkan lagi senapannya ke arah Jack. “Bunuh dia.” Ia (Jack) mengatakannya

lagi, untuk memastikan kepada dirinya sendiri bahwa ia sungguh-sungguh mengatakannya. “Tidak.”, House,

483. 58

KBBI, “Metamorfosis,” KBBI, http://kbbi.web.id/metamorfosis (diunduh 16 Pebruari, 2015). 59

“Seorang anak perempuan keluar dari balik pepohonan dan berjalan ke arah mereka. Susan ... Anak

perempuan itu masih mengenakan roh putih compang-camping yang sama, yang sekarang merah kena noda

darah. Susan berhenti di depan mereka. Senyuman lembut memperlembut wajahnya.” House, 498-499. 60

“Jadi ... kau adalah ...” Stephanie langsung menghentikan pertanyannya. “Malaikat?” kata Jack.

“Malaikat? Maksudmu malaikat sesungguhnya yang berjalan-jalan di bumi dan terlihat seperti orang biasa?

Anggaplah aku sebagai seorang yang menunjukkan jalan kepadamu dengan memberi sedikit penerangan dalam

sebuah situasi.” House, 499-500.

Page 25: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

19

Pandanglah Anak Manusia.”61

Kedua, dalam dialog Jack dan Stephanie yang ditujukan

untuk Susan, “Anak Manusia, kasihanilah aku, orang berdosa!”62

Dalam Perjanjian Baru istilah „Anak Manusia‟ merupakan sebutan yang sering

digunakan oleh Yesus untuk menggantikan kata „Aku‟ pada diri-Nya. Melihat hal tersebut,

maka istilah „Anak Manusia‟ yang disebutkan oleh Susan sesungguhnya secara tidak

langsung merujuk kepada dirinya sendiri. Pernyataan dari Jack dan Stephanie terhadap Susan

dengan mengatakan “Anak Manusia, kasihanilah aku, orang berdosa!” semakin memperkuat

gagasan bahwa Susan adalah Yesus yang sedang menjelma. Pernyataan ini muncul setelah

Susan menerima tembakan White dan ia harus mati. Setelah itu sebuah kebenaran muncul

dalam diri Jack dan Stephanie tentang siapa Susan sesungguhnya. Kematian yang diterima

Susan merupakan kematian kudus yang bertujuan untuk menyelamatkan mereka, karena

Susan adalah Anak Manusia itu sendiri.63

Selaku tokoh yang berperan sebagai pahlawan, boleh dikatakan penampilan Susan jauh

di bawah standart. Ketika ia muncul, penampilannya terlihat cukup memrihatinkan.

Digambarkan bahwa wajahnya pucat dan kotor, matanya yang cokelat jernih terlihat lelah,

rambutnya cokelat gelap dan agak kusut, bajunya jelek dan sobek-sobek. Ia sudah terkurung

di ruang bawah tanah selama tiga hari dan kemungkinan ia tidak makan selama itu.

Ketidakberdayaan Susan menandakan kalau ia hanyalah manusia dan gadis biasa, sama

halnya ketika Kristus menjadi manusia, Ia tidak lahir di kamar bersalin yang indah dan tidak

pula mengenakan mahkota tanda Ia adalah Raja. Mahkota duri yang dikenakan pada-Nya,

melambangkan penderitaan yang harus Ia pikul demi menjalakan misi penyelamatan.

Demikian pulalah Susan berpenampilan selaku tokoh yang menjadi kunci keselamatan bagi

tokoh lainnya, ia datang sebagai manusia biasa yang penuh kesedehanaan dan

menyelamatkan dengan pengorbanan.

3.3.A. Revolusi Tiga Hari

Telah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa Susan sudah tiga hari berada di ruang

bawah tanah rumah itu, dan tiga hari keberadaan Susan di rumah tersebut mengubah

segalanya. Jika disimak dari penuturan Susan juga pemikiran White,64

Susan sepertinya

61

House, 484. 62

House, 490. 63

Anak Manusia. Kebenaran langsung menerpa diri Jack. Susan telah menerima kematian mereka

sebagai kematian kudus. House, 490. 64

Perkataan Susan, “Meskipun aku akui bahwa aku datang dengan sukarela.”, House, 499; Pemikiran

White, “Ia berpaling kepada Susan. Anak perempuan misterius yang muncul tanpa diduga-duga tiga hari yang

lalu di penginapan itu. Mangsa yang kelihatannya mudah, tetapi kemudian ia menghilang ke ruang bawah tanah

seakan-akan itulah niatnya selama ini.”, House, 420.

Page 26: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

20

sengaja datang ke rumah itu, kemudian melarikan diri ke ruang bawah tanah dan

bersembunyi di sana. Peraturan yang diciptakan oleh White tidak berlaku terhadap Susan,

karena peraturan itu hanya diciptakan untuk manusia yang berdosa, tetapi Susan sama sekali

tidak berdosa. Kehadiran Susan merusak sistem permainan yang selama ini dimainkan oleh

White terhadap orang-orang yang masuk ke rumah itu. Ia tidak dapat membunuh seseorang

yang tidak berdosa seperti Susan, tetapi ia tidak ingin Susan berada terus di rumahnya.

Karena itu, ia menunggu orang lain datang ke rumah itu, dan menjadikan Susan bagian dari

permainannya, yakni membuat orang-orang itu saling mencurigai dan saling membunuh,

hingga tiba saatnya mereka juga akan membunuh Susan. Tetapi White tidak pernah

mengetahui, Susan datang dengan sebuah tujuan, yakni penyelamatan.

Pada hari ketiga, akhirnya empat orang masuk ke rumah tersebut tanpa menyadari teror

di dalamnya, Jack, Stephanie, Randy, dan Leslie. Maka, White memulai permainan mautnya,

dan Susan memulai aksi penyelamatannya. Susan bertemu pertama sekali dengan Jack,

kemudian Leslie, Randy, dan terakhir Stephanie. Mereka berlima bertemu di ruang bawah

tanah. Ruang bawah tanah itu tidak seperti ruang bawah tanah pada umumnya. Ruangan itu

memiliki banyak pintu dan ruang menyesatkan seperti labirin. Sejak bertemu dengan empat

orang itu, Susan selalu mencoba memberitahu sesuatu kepada mereka, yakni cara untuk

keluar dari rumah itu. Tetapi setiap kali ia ingin mengatakannya, rumah itu selalu

mengeluarkan suara berisik dan mengahalangi mereka berempat mendengar perkataan Susan,

ditambah hati mereka yang juga masih dibayangi oleh dosa membuat mereka tidak dapat

mendengar suara Susan. Tetapi Susan tak pernah menyerah dan terus mencoba untuk

memberitahu mereka setiap kali ada kesempatan. Dari keempat orang itu, hanya Jack dan

Stephanie yang berhasil keluar dengan selamat kerena keteguhan hati mereka terhadap Susan.

Jalan keselamatan yang diberikan Susan untuk menolong kedua orang itu ternyata

dibayar dengan harga yang sangat mahal yakni dengan mengorbankan nyawanya sendiri.

Namun ternyata, pengorbanan Susan bukan hanya menyelamatkan Jack dan Stephanie, tetapi

menyingkirkan seluruh kegelapan di rumah itu yang dibawa oleh White dan tiga abdinya.

Setelah Jack dan Stephanie keluar dari rumah itu, mereka kembali bertemu dengan

Susan. Hal ini semakin mempertegas identitas Susan sebagai Kristus yang bukan hanya

menyelamatkan dengan memberi nyawanya tetapi juga mengalahkan kematian. Itulah tiga

hari yang mengubah seluruhnya.

3.3.B. Susan dan Barsidiouse White: Misteri di balik Nama

Page 27: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

21

Satu pertanyaan tersirat ketika selesai membaca novel House dan merenungkannya

yakni, kenapa Susan dinamai dengan nama yang tidak langsung menunjukkan jati dirinya.

Mengapa Barsidious White selaku dalang kejahatan dinamai dengan nama yang

menunjukkan kebaikan yakni, White yang berarti putih. Hal ini cukup menarik untuk

dipahami lebih mendalam, tentang nama yang sarat makna dari kedua tokoh putih dan hitam

tersebut.

Setelah penulis meninjau lebih mendalam, ternyata Susan merupakan kata yang berasal

dari bahasa Ibrani (syosyan) dan berarti „bunga lili‟. Meski memiliki berbagai jenis dan

warna, namum pada umumnya bunga lili identik dengan warna putih bersih. Di Indonesia

bunga lili dikenal dengan nama bunga bakung. Bunga bakung sering di sebut di dalam kitab

Perjanjian Lama juga Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, kata bunga bakung sering

terlihat dalam Mazmur Daud; dan dalam Kidung Agung Salomo bunga bakung digunakan

untuk mengungkapkan suatu keindahan. Dalam Pernjajian Baru, Yesus sangat memuji

keindahan bunga bakung bahkan mengatakan bahwa kemegahan jubah Salomo tidak dapat

mengalahkan keindahan bunga tersebut.65

Selain itu bunga lili sering dikaitkan dengan

kejujuran, ketulusan, dan hal baik lainnya. Tetapi tidak sesuai namanya, ketika muncul,

Susan bahkan tampak tidak layak disebut sebagai pahlawan karena penampilannya yang

kacau dengan baju koto dan wajah lusuh.

Berbeda halnya dengan Barsidious White yang terang-terangan menggunakan nama

White yang secara jelas mengartikan kebaikan, tetapi bertimbal balik dengan watak

peranannya yang jahat. Bahkan dalam satu kisah, saat White menyamar menjadi Opsir Polisi

Morton Lawdele, dia seakan-akan rela memberikan nyawanya sebagai bayaran atas tuntutan

satu nyawa dalam peraturan maut di rumah itu. Susan mencoba memperingatkan mereka

berempat bahwa Lawdale adalah White yang selama ini ingin membunuhnya, 66

tetapi mereka

terperdaya oleh ucapan Lawdale yang terkesan sangat tulus untuk memberi nyawanya.67

Ketika Jack menembak Lawdele, saat itulah ia mulai berubah menjadi Barsidioues White

65 Bdk. Luk. 12: 7: “Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun

Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari

bunga itu.” 66

“Lawdale. Si sedang mencoba membunuhku,” kata Susan. “Lawdale. Si Manusia Kaleng (nama lain

dari Barsidious White), orang yang mengeluarkan asap hitam sampai ke atas sini. Ia mau kau (Jack) mem-

bunuhku, Itulah permainan yang sesungguhnya.” House, 404. 67

“Aku mau kau membunuhku,” kata Lawdale. “Seseorang harus mati agar yang lain bisa hidup, dan

aku rela.” House, 407, 409.

Page 28: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

22

dengan mata hitam yang mengerikan.68

Ketika menjelaskan siapa dirinya, White dengan jelas

menyebutkan bahwa dia bukanlah White (White), tetapi Black (Hitam).

Hal ini sangat mengejutkan karena nama dari dua tokoh tersebut ternyata tidak sejalan

dengan karakter mereka. Susan ternyata tidak membutuhkan penampilan luar biasa untuk

menunjukkan bahwa ia adalah penyelamat, sedangkan White terlihat sangat meyakinkan

dengan pengorbanan dirinya yang ternyata bertujuan untuk menjerat keempat orang tersebut.

Dari hal ini penulis melihat bahwa, tak selamanya sesuatu yang terdengar baik berkesan baik

seperti nama White, dan tak selamanya hal yang terlihat buruk terkesak buruk, seperti

penampilan luar Susan. Hal yang luar biasa nyatanya datang dari sesuatu yang sangat biasa.

3.3.1. Citra Sofia dalam Diri Susan sebagai Metamorfosa Yesus

3.3.1.1 Sofia, Guru yang Membimbing

Susan selaku metamofosa dari Yesus-Sofia, memberikan gambaran bahwa Sofia memiliki

peran sebagai guru. Hal ini dapat dilihat melalui usaha Susan dalam membimbing tokoh

lainnya untuk melihat pada kebenaran yang sejati. Susan beberapa kali menggunakan

ungkapan yang mengarahkan tokoh lain untuk berpikir. Ketika mengajar, Yesus tidak

langsung memberitahu maksud dari pengajaran-Nya secara terang-terangan, sama halnya

dengan Susan, ia tidak langsung memberitahu maksud dari perkataannya secara gamblang,

tetapi disisipkan secara tersirat dalam sebuah perumpaan dan pepatah. Berikut beberapa

dialog dan kalimat yang menampilkan peranan Susan sebagai guru: “... ini adalah rumah

kalian, masing-masing.”69

; “... ini tentang diri kalian. Kalian harus mengubah diri kalian.

Begitulah cara kalian mengubah rumah ini.”70

; “Apa pun yang terjadi,” ... “Ingatlah ...

bahwa terang selalu menembus kegelapan.”71

.

68

Asap hitam keluar dari luka Lawdale, ... hitam, hitam pekat. ... Kemudian matanya tiba-tiba terbuka,

dan Jack menatap mata hitam tanpa pupil yang membuatnya merinding. House, 412. 69

Dalam dialog ini Susan mencoba menjelaskan sesuatu kepada Jack dan Stephanie ketika mereka

melihat lukisan-lukisan yang melayang di dekat dinding dan berisi potret diri mereka sendiri. Hanya diri mereka

sendiri yang mereka lihat di dalam lukisan itu. Jack melihat gambar dirinya tanpa mata dengan senyum licik.

Kemudian sebuah pintu di sisi lain terbuka dan mereka berdua melihat sosok yang mirip diri mereka di sana.

Jack melihat sosok itu sebagai dirinya, sosok itu menarik lukisan-lukisan beriga gambar Stephanie yang

merobeknya. Begitu pula dengan Stephanie yang melihat sosok itu sebagai dirinya, dan sosok itu merobek-

robek lukisan bergambar Jack. House, 442-444. 70

Dialog ini terjadi setelah Jack membaca sebuah pepatah pada plakat kayu tua yang tergantung di

dinding, “Rumah adalah tempat di mana hati berada,” dan ia menyadari bahwa rumah itu mencerminkan hati

mereka. “Rumah ini sama dengan hati kita. ... rumah ini menggambarkan kuasa kejahatan dalam diri kita!”

Maka Susan berkata, “Itulah yang selama ini aku katakan.” Setelah itu ia memberitahu cara agar Jack dan

Stephanie dalam keluar dari rumah itu yakni, dengan mengubah diri mereka. House, 445, 461. 71

Perkataan ini muncul saat Steward, Betty, dan Pete telah mengepung mereka di salah satu ruang.

Steward menahan Susan dan Stephanie, dan memaksa Jack untuk berlutut dan menyerah. Tetapi Jack tidak mau

menyerah tanpa perlawanan. Ia menghambur ke arah Steward dan mendorongnya dengan segenap kekuatan.

Page 29: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

23

Dapat dikatakan bahwa sebenarnya mudah saja bagi Susan untuk memberitahu mereka

apa yang ia maksudkan dengan, „ini adalah rumah kalian masing-masing‟. Namun, jika suatu

hal terlalu mudah untuk diraih, maka ia akan lekas kehilangan artinya. Susan ingin mengajak

Jack dan Stephanie melihat ke dalam hati dan diri mereka serta merefleksikan keadaan yang

dialami mereka di rumah tersebut.

Rumah itu memang bermasalah sejak pertama mereka masuk ke dalamnya, namun

setiap orang mendapatkan fantasi dan tantangan berbeda yang secara tidak langsung

mencerminkan hati mereka dan dosa mereka di waktu lampau. Pertarungan Randy dan

Steward, merupakan gambaran dosa yang dilakukan Randy di waktu lampau atas kejadian

pembunuhan yang dilakukannya kepada ayahnya.72

Pete yang menyekap Leslie dan

menjadikannya seperti boneka mainan, merupakan gambaran dosa Leslie di waktu lampau

yang memberikan dirinya untuk menjadi gadis mainan pamannya.73

Sedangkan perjumpaan

Jack dan Stephanie dengan Susan mengingatkan mereka akan kecerobohan dan kelalaian

mereka di waktu yang lalu dalam menjaga dan melindungi putri kecil mereka, Melissa.74

Pepatah lama yang terukir di sebuah kayu tua yang berbunyi, Rumah Adalah Tempat Di

Mana Hati Berada, akhirnya membuat Jack mengerti maksud Susan. Rumah tersebut

mencerminkan hati mereka masing-masing. Setelah Jack dan Stephanie memahami apa yang

dimaksud oleh Susan75

, barulah Susan menjelaskan dan mempertegas maksud ucapannya,

“Kalian harus mengubah diri kalian. Bagitulah cara kalian mengubah rumah ini.”

Kemudian ia memberikan solusi jalan keluar bagi mereka, “Hatimu gelap. Jadi kau harus

memandang terang,”. Dengan kata lain, satu-satu cara agar mereka dapat keluar dari rumah

tersebut adalah dengan mengubah pandangan mereka serta mengarahkan hati mereka kepada

terang yang sesungguhnya yakni, terang Kristus.

3.3.1.2 Sofia, Terang yang Menuntun

Susan bergegas mengambil senapan Steward dan menjauh dari mereka. Pete mencoba menolong Steward tetap

Stephanie merobohkannya dengan satu tendangan ke selangkangan Pete, sementara Betty berteriak tak karuan.

Susan menghentikan kegaduhan itu dengan satu tembakan ke langit-langit kemudian mengumpulkan mereka

bertiga di sudut ruangan. Susan meminta Jack untuk mengunci semua pintu. Tetapi beberapa detik kemudian

terdengar suara ketukan pintu dan Susan mengetahui White ada di balik pintu itu. Saat itu juga ia memberitahu

dan mengingatkan Jack dan Stephanie bahwa, terang selalu menembuh kegelapan. Susan juga menambahkan,

“Pandanglah terang. Hanya terang yang dapat menyelamatkan kalian ...” House, 472-475. 72

House, 205. 73

Bdk. dialog Randy terhadap Leslie, “Aku punya kabar unutkmu. Seluruh dunia mengira paman

mereka mengganggu mereka. Itu memberi kita semua alasan untuk hidup seperti korban.” House, 254-255. 74

House, 252. 75

Dan saat itulah dia (Jack) tahu apa yang berusaha Susan tunjukkan kepada mereka. “Rumah ini sama

dengan hati kita.” ... “Rumah ini menggambarkan kuasa kejahatan dalam diri kita!” House, 445.

Page 30: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

24

Citra lainnya dari Sofia yang berhasil ditunjukkan oleh Susan adalah sebagai terang. Citra

Yesus sebagai terang, bukan lagi hal yang baru didengar. Bahkan Yesus dengan terang-

terangan mengklaim bahwa diri-Nya adalah terang,“... Akulah terang dunia; barangsiapa

mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang

hidup.”76

Dalam arti fisik, cahaya merupakan sesuatu yang dapat dilihat, seperti cahaya

matahari di waktu pagi. Sedangkan secara spiritual, cahaya merupakan sesuatu yang hanya

dapat dilihat oleh jiwa. Cahaya memberi kehidupan dan menerangi jalan di tengah

kegelapan,77

begitulah peran Yesus sebagai terang.

Terang yang ada di dalam diri Yesus memiliki beberapa peranan yaitu, terang yang

mengusir kekacau-balauan, terang yang mengungkap hal-hal yang tidak kelihatan, dan terang

yang membimbing. Pertama, terang yang mengusir kekacau-balauan; menyatakan bahwa

Yesus merupakan satu-satunya jalan keluar yang dapat menolong manusia keluar dari

kekacauan dunia, menerobos kekosongan serta gelap yang ada di dalam diri manusia. Kedua,

Terang yang mengungkap hal-hal yang tidak kelihatan; menyatakan bahwa Yesus adalah

terang yang memperlihatkan apa yang benar dan pantas dalam segala sesuatu.

Berlatarbelakang dari sikap manusia yang memiliki kecenderungan untuk mengikuti nafsu

duniawinya dan yang menyimpan berbagai kedok kejahatan, karena itu Yesus hadir untuk

menelanjangi setiap manusia dari bungkusan duniawinya, membongkar segala tingkah yang

tak pantas, mendorong manusia untuk mengintrospeksi diri, kemudian menyerahkan diri serta

memandang Allah lebih dekat. Ketiga, terang yang membimbing; hal yang menggambarkan

bahwa Yesus adalah jalan yang akan membawa semua orang keluar dari masa keraguan,

masa menduga-duga, dan kebimbangan. Yesus adalah jalan yang dipenuhi dengan terang dan

siapa pun yang berjalan bersamaNya tidak akan tersesat. 78

Dalam misi penyelamatannya, Susan juga mengatakan hal yang tak jauh berbeda dari

Kristus mengenai terang, yakni: “Hatimu gelap. Jadi kau harus memandang terang, ...

Pandanglah terang, dan kau akan mengerti. Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu.

...”79

Kalimat tersebut merupakan sebuah pernyataan bahwa Susan ingin agar Jack dan

Stephanie menyadari bahwa terang itu telah ada bersama dengan mereka, dan ia ingin agar

mereka berdua mengikutinya. Sesungguhnya, jalan keselamatan telah ada di dekat mereka

berdua, hanya saja mereka belum menyadari hal tersebut. Susan dapat saja langsung

76

Lihat Yoh. 8:12. 77

Deepak Chopra, The Third Jesus (Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer, 2011), 21. 78

William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Yohanes Psl 8-21, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2008), Resensi buku oleh penulis. 79

House, 481, 484.

Page 31: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

25

memberitahu mereka bahwa ia adalah terang itu, yang datang dengan sukarela, bersedia

menahan dinginnya ruang bawah tanah untuk menyelamatkan mereka dari rumah itu. Namun,

ia tidak melakukannya, bukan untuk membiarkan mereka tersiksa semakin lama, tetapi untuk

membuat mata rohani mereka terbuka.

Dan ketika darah yang mengalir dari tubuh Susan memancarkan cahaya, barulah

mereka benar-benar paham apa yang dimaksud Susan dengan, pandanglah terang, karena

Susan adalah terang itu sendiri. Hal ini diperkuat pula dengan pengakuan Jack dan Stephanie,

“Dia adalah terang itu! Dialah terang itu!”; “Engkaulah terang itu!; “Engkaulah terang

itu.”80

Saat kesadaran itu muncul, pengharapan besar timbul di dalam hati mereka masing-

masing, kebenaran sudah nyata di depan mata mereka. Cahaya dari tubuh Susan memiliki

kekuatan luar biasa yang mampu menggetarkan rumah itu, menerangi ruang bawah tanah

bahkan seluruh sudut rumah tersebut, dan terakhir memusnakan seluruh zombie yang

menjelma menjadi Jack dan menyingkirkan Barsidious White, sang dalang kejahatan.81

Maka

dari itu, peran Susan sebagai terang tak berbeda jauh dengan peran „terang‟ dalam diri Yesus

yakni sebagai, pengusir kekacau-balauan yang menolong manusia keluar dari kekacauan

dunia, serta terang yang membimbing manusia keluar dari jalan yang menyesatkan.

Begitulah halnya terang yang berkerja dalam diri Susan, mengusir kejahatan dan menerangi

jalan Jack dan Stepahie menuju kebebasan dan keselamatan.

3.3.1.3 Sofia, Jalan Keselamatan

Melanjutkan pembahasan sebelumnya mengenai pernyataan diri Susan sebagai „penunjuk

jalan‟. Susan menolak „dugaan‟ bahwa dirinya adalah Malaikat, ia menyatakan diri sebagai

“penunjuk jalan” yang memberi penerangan kepada Jack dan Stephanie; “... Anggaplah aku

sebagai seorang yang menunjukkan jalan kepadamu dengan memberikan sedikit penerangan

dalam sebuah situasi.”82

Hal ini juga didukung dengan ucapan Susan sebelumnya yang

berbunyi, “Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu...”

Pernyataan diri dari Susan tersebut mirip dengan ucapan Yesus Kristus: “Akulah jalan

dan kebenaran dan hidup.” Elisa Surbakti menjelaskan bahwa Yesus sebagai „jalan‟ telah

memberi harapan bagi umat yang tersisihkan dan memberi jalan yang membawa umat keluar

dari lorong-lorong gelap yang menyesatkan.83

Kehadiran Yesus merupakan sarana menuju

hidup yang kekal, dan kehadiran-Nya memberi harapan akan datangnya keselamatan dan

80

House, 489-490. 81

House, 491-494. 82

House, 499-500. 83

Elisa B. Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 53.

Page 32: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

26

pembebasan bagi umat yang sekian lama telah dibelenggu oleh kesuraman. Meski banyak pro

dan kontrak akan pernyataan diri dari Yesus sebagai satu-satunya jalan kehidupan di tengah

masyarakat plural, namun dalam konteks dan waktu kekristenan, tidak ada yang dapat

menyanggah bawah Yesus benar satu-satunya jalan keselamatan yang menghubungkan antara

Allah dan manusia.

Penjelasan di atas sangat mendukung pernyataan diri Susan mengenai „penunjuk jalan‟.

Dalam peranannya, Susan memberikan clue kepada para tokoh agar mereka dapat keluar dari

rumah tersebut. Susan tidak pernah beranjak jauh dari mereka, meski sesekali ia menghilang,

tapi pasti ia akan muncul kembali saat keadaan mulai tak keruan, seperti ketika Jack dan

Randy hampir beradu tembak di ruang bawah tanah. Dan bukan hanya memberi petunjuk

jalan keluar, tetapi Susan adalah jalan keselamatan itu sendiri. Karena melalui kematiannya,

Jack dan Stephanie dapat bebas dari petaka yang menghimpit mereka.

3.3.2. Kesimpulan

Dalam novel House Susan berperan sebagai tokoh penyelamat yang menuntun tokoh lainnya

untuk menemukan jalan keluar dari ruang bawah tanah yang menjerat mereka. Pengorbanan

yang dilakukan Susan dengan memberikan nyawanya sebagai ganti keselamatan Jack dan

Stephanie memberinya gambaran sebagai Kristus. Hal ini mempertegas bahwa Susan

sesungguhnya merupakan metamorfosa dari Yesus Kristus yang berciri Sofia. Dalam misi

penyelamatannya, Susan berperan sebagai guru yang membimbing, yang mengarahkan Jack,

Stephanie, Randy, dan Leslie untuk memahami kebenaran yang dibawa Susan bagi mereka;

terang yang menuntun orang-orang tersebut keluar dari lorong-lorong yang menyesarkan,

menyingkirkan kegelapan serta kejahatan di hati mereka dan di dalam rumah tersebut; jalan

keselamatan yang melalui kematiannya ia membebaskan Jack dan Stephanie dari jerat maut

White.

4. Tinjauan Kristologi

Setelah mendeskripsikan bagaimana citra Yesus dalam novel House pada bagian tiga, maka

pada bagian empat penulis akan melakukan tinjauan kristologi terhadap citra tersebut.

Tinjuan ini bertujuan untuk mempertemukan antara citra Yesus dalam kristologi umum dan

khususnya kristologi feminis dengan citra Yesus dalam novel House.

4.1. Susan sebagai metamorfosa dari citra Yesus-Sofia

Pada bagian dua telah dekemukakan beberapa pandangan teolog feminis mengenai arti dari

teologi feminis. Seperti Clifford yang menjelaskan bahwa teologi feminis merupakan iman

Page 33: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

27

Kristen dari sudut pandang dan pengalaman kaum perempuan terhadap Allah yang hidup

dalam diri Yesus; dan Elizabeth Johnson yang menjelaskan teologi feminis sebagai refleksi

keyakinan iman yang ditinjau dari sudut pandang, pemahaman, dan pengalaman kaum

perempuan. Maka dari itu mulailah muncul berbagai pendapat, ulasan, dan pandangan kaum

perempuan mengenai sosok Ilahi khususnya Yesus Kristus, yang mana pandangan-pandangan

tersebut dikenal sebagai kristologi feminis. Salah satu pemikiran kaum feminis terhadap

Yesus yang cukup menarik perhatian dan berkaitan erat dengan penulisan tugas ini adalah

citra Yesus dari sisi feminim yang dikenal sebagai Sofia (Hikmat).

Salah seorang pencetus ide Sofia adalah Schüssier Fiorenza, yang memandang Yesus-

Sofia sebagai roh pengasih, pengetahuan Allah, rekan sekerja Allah, pancaran cahaya Allah,

dan gambaran akan kebaikan Allah yang dapat pula dipanggil sebagai saudari, istri, ibu,

kekasih, dan guru di mana Sofia menawarkan kehidupan, pengetahuan, dan keselamatan bagi

siapa saja yang mau menerimanya. Teolog feminis lainnya yang mendalami ide Sofia adalah

Barth-Frommel yang menggambarkan Yesus sebagai Anak Hikmat, yang mengundang setiap

orang untuk datang pada-Nya dan menerima kehidupan dalam bentuk kesembuhan dan

panggilan kepada hidup yang lebih bermakna.

Citra Yesus sebagai Sofia tidak hanya dipaparkan dalam buku-buku ilmiah, namun

beberapa sastrawan juga memaparkan ide ini dalam bentuk cerita seperti yang dilakukan oleh

dua pengarang fiksi Kristen, Frank Peretti dan Ted Dekker dalam novel karya mereka yang

berjudul House. Melalui kisah fiksi thriller tersebut, Peretti dan Dekker membebaskan Yesus

dari cangkang maskulin-Nya kemudian membawa diri-Nya masuk dan menjelma dalam

tokoh seorang anak perempuan berusia tigabelas tahun bernama Susan. Profil Susan yang

dirancang oleh Peretti dan Dekker sebagai karakter penolong merupakan sebuah perwujudan

dari pemahaman kedua pengarang mengenai citra Yesus sebagai Sofia.

Ada beberapa kalimat dan dialog di dalam novel tersebut yang dapat digunakan untuk

memperkuat gagasan bahwa Susan merupakan metamorfosa dari Yesus yang bercitra diri

sebagai Sofia, seperti: “Pandanglah terang .... Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu.

Pandanglah Anak Manusia.” ; “Anak Manusia, kasihanilah aku, orang berdosa!” ; Tapi

Susan adalah Kristus, yang telah mati.

4.1.1. Tapi Susan adalah Kristus

Dijelaskan pada bagian dua, Wessels mengemukakan bahwa Yesus dipandang sebagai

Mesias atau Kristus berkulit hitam oleh bangsa Afrika. Fatohi juga menjelaskan dalam

bukunya bahwa dalam Al-Quran gelar Al-Masîh atau Mesias hanya diberikan kepada Yesus

Page 34: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

28

dan Al-Quran hanya mengakui satu Al-Masîh yaitu Yesus. Melengkapi penjelasan dari kedua

ahli tersebut, di dalam keempat injil sinoptik; Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, dengan

jelas menyebutkan bahwa Yesus adalah Kristus.84

Tercatat ada sebanyak 7 kali istilah Kristus

muncul di dalam kitab Markus, 16 kali dalam kitab Matius, 11 kali dalam Lukas, dan 20 kali

dalam kitab Yohanes.85

Gelar „Kristus‟ atau „Mesias‟ (Mashiah, dalam bahasa Ibrani yang berarti “yang

diurapi”) merupakan warisan dari Perjanjian Lama yang diberikan kepada orang-orang yang

diurapi seperti, imam, nabi, dan raja dengan menggunakan minyak sebagai tanda yang

menegaskan bahwa pertolongan Allah hadir atas orang tersebut.86

Dalam bahasa Yunani, kata

Kristus (christos) merupakan kata yang terbentuk dari kata kerja partisipel pasif, chriein,

yang artinya mengurapi, maka christos dapat diartikan dengan „diurapi‟ atau „dia yang

diurapi‟.87

Pada masa Perjanjian Baru gelar tersebut diberikan kepada Yesus oleh para

penulis berdasarkan perjalanan kehidupan, kematian, dan yang paling utama adalah

kebangkitan Yesus. Tanpa peristiwa kebangkitan, para jemaat akan kesulitan untuk

menjelaskan iman percaya mereka terhadap Yesus sebagai Kristus,88

dan tanpa peristiwa

salib dan kebangkitan, Yesus tidak akan pernah menjadi Kristus.

Sepanjang sejarah kitab suci, khususnya Perjanjian Baru, gelar Kristus hanya diberikan

kepada Yesus dan setelah itu tidak seorang pun di muka bumi yang menerima gelar tersebut.

Dengan kata lain, kalimat “Susan adalah Kristus” merujuk kepada diri Yesus yang sedang

menjelma menjadi dan di dalam diri seorang anak perempuan bernama Susan.

4.1.2. Pandanglah Anak Manusia

Dalam Perjanjian Baru istilah „Anak Manusia‟ merupakan sebutan yang sering digunakan

oleh Yesus untuk menggantikan kata „Aku‟ pada diri-Nya. Dalam bahasa Ibrani, “anak

manusia” diterjemahkan dengan „ben „adam‟ yang berarti pula “anak Adam”. Dalam kitab

Perjanjian Lama, istilah tersebut ditemukan sebanyak satu kali dalam Ayub, dua kali dalam

Daniel, dan ada lebih dari 90 kali dalam Yehezkiel. Sedangkan dalam Perjanjian Baru

ditemukan sebanyak 14 kali dalam kitab Markus, 30 kali dalam Matius, 25 kali dalam Lukas,

dan 13 kali dalam kitab Yohanes.89

Selain itu istilah „anak manusia‟ juga merupakan

pernyataan bahwa di samping kesadaran Yesus akan sisi keilahian-Nya, Ia tidak pernah

84

Eko Riyadi, Yesus Kristus, Tuhan Kita, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 104. 85

Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus, 364. 86

Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus, 358. 87

Riyadi, Yesus Kristus, Tuhan Kita, 105. 88

Riyadi, Yesus Kristus, Tuhan Kita, 104. 89

Fatoohi, The Mystery of Historical Jesus, 427.

Page 35: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

29

membantah bahwa Ia juga seutuhnya seorang manusia biasa90

baik secara fisik, psikis, moral,

dan spiritual.91

Dengan demikian, perkataan Susan yang berbunyi, Pandanglah Anak Manusia,

sesungguhnya merupakan sebuah pernyataan yang ditujukan pada dirinya sendiri atas

kesadaran akan eksistensinya sebagai Kristus yang tengah menjelma dalam rupa insan.

4.2. Citra Sofia

Pada bagian tiga, telah dipaparkan bagaimana dan seperti apa citra dari Sofia yang

ditunjukkan oleh Susan selaku metamorfosa dari Yesus-Sofia, yakni sebagai guru yang

membimbing, terang yang menuntun, dan jalan keselamatan.

Pertama, sebagai guru yang membimbing. Pada bagian dua, telah disampaikan

beberapa pandangan para ahli mengenai citra Yesus sebagai guru, seperti Borg, Anton

Wessels, juga Schüssier Fiorenza. Borg menyebutkan bahwa Yesus merupakan seorang

pengajar yang mengajar dengan menggunakan perumpamaan dan aforisme. Aforisme dan

perumpamaan yang digunakan Yesus sering sekali membuat audience mengalami shock

effect, takjub, tertantang untuk berpikir, menemukan jawaban, dan menarik kesimpulan.92

Anton Wessels berpendapat bahwa Yesus merupakan seorang guru moral terkemuka yang

mengajarkan kode etik; dan Schüssier Fiorenza yang menyebutkan Yesus sebagai seorang

guru yang menawarkan pengetahuan dan keselamatan. Menambahkan penjelasan dari para

ahli tersebut, seorang ahli lain bernama Robert R. Boehlke93

menegaskan bahwa Yesus tidak

pernah menyampaikan hal yang sembarangan ketika mengajar. Ia mengajar dengan berangkat

dari apa yang telah dipelajari-Nya dari guru-guru Agama Yahudi. Tetapi ada hal yang

membedakan Yesus dengan para guru lainnya, selain pengajaran-Nya yang revolusiner,

Yesus memiliki pengikut dari kalangan perempuan, memperhatikan anak-anak, bersosialisai

dengan pengumut cukai, perempuan sundal, penderita kusta, dan sebagainya, yang mana hal-

hal tersebut sangat jarang terjadi bahkan dinajiskan di kalangan rabi/guru.

Kedua, sebagai terang yang menuntun. Citra Yesus sebagai terang, bukan lagi hal yang baru

didengar. Pada bagian kedua, Schüssier Fiorenza sudah dengan jelas menyebutkan bahwa Yesus

sebagai Sofia Ilahi merupakan pancaran cahaya Allah yang menawarkan kehidupan dan

keselamatan bagi siapa saja yang mau menerima-Nya. Lee Jung Young juga menggambarkan

Yesus sebagai Yang (terang) yang masuk ke dalam kegelapan (Yin) untuk membebaskan

90

C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 266. 91

Setyawan, Basic Christology: A Draft, 12. 92

Setyawan, Basic Christology: A Draft, 23. 93

Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: dari

Plato sampai Ignatius Loyola, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), Resensi buku oleh penulis.

Page 36: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

30

manusia. Demikian pula dengan Barclay yang menjelaskan bahwa terang yang ada pada diri

Yesus berperan sebagai pengusir kekacau-balauan, menerangi dan mengungkapkan hal-hal

yang tidak terlihat, serta terang yang membimbing.

Ketiga, sebagai jalan keselamatan. Kitab Yohanes mencatat bahwa Yesus dengan jelas

menyatakan diri-Nya sebagai jalan, kebenaran, dan hidup. Pada bagian dua terdapat

penjelasan Borg yang menyebutkan bahwa Yesus adalah terang dunia, roti kehidupan, serta

jalan, kebenaran, dan hidup. Borg menjelaskan, umat perdana dalam Injil Yohanes

memandang terang yang ada pada Yesus sebagai terang yang akan membawa umat keluar

dari kegelapan; Yesus sebagai roti kehidupan mengartikan bahwa Yesus merupakan santapan

rohani yang memelihara umat di tengah perjalanan; dan Yesus sebagai jalan menandakan

bahwa Yesus adalah jalan yang telah membawa umat keluar dari kematian menuju

kehidupan.94

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah seluruh pembahasan maka penulis sampai pada kesimpulan yakni berdasarkan novel

House karya Frank Peretti dan Ted Dekker, Yesus yang dihadirkan dalam diri seorang anak

perempuan bernama Susan merupakan gambaran atau citra Yesus sebagai Sofia Illahi.

Berdasarkan penelusuran lebih mendalam, penulis menemukan citra Yesus-Sofia melalui

karakter Susan yakni Sofia sebagai sebagai guru yang membimbing, terang yang menuntun,

dan jalan keselamatan. Setelah melakukan kajian kristologi terhadap penemuan ini, citra

Yesus sebagai tersebut sesuai dengan teori dan penjelasan para ahli khususnya teolog feminis

yang menyebutkan di dalam diri Yesus Kristus hadir hikmat Allah yang dikenal sebagai Sofia

dan mendapat personafikasi feminim. Berkat karakter feminim ini, kaum perempuan

memiliki kesempatan untuk tampil di publik serta mengambil bagian dalam perkembangan

ilmu teologi khusunya kristologi feminis dan menyuarakan pandangannya terhadap citra

Yesus Kristus.

Ketika melakukan penelitian, penulis mencoba merenungkan dan menemukan sendiri

jawaban mengapa Yesus harus terlahir sebagai laki-laki. Pada masa ketika Ia lahir, budaya

patriarkal yang melekat pada masyarakat menjadikan dan menempatkan perempuan sebagai

masyarakat kelas dua yang tidak punya hak untuk bicara, apalagi mengajar di bait Allah. Jika

pada waktu itu Yesus lahir sebagai perempuan, maka kemungkinan besar Ia akan mati

94

Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, 21.

Page 37: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

31

dirajam kerikil tanpa pernah menyelesaikan misi penyelamatan-Nya, dan perempuan akan

selalu menjadi warga kelas dua. Tetapi kelahiran-Nya sebagai laki-laki memberi-Nya ruang

gerak yang lebih luas dalam menyampaikan kebenaran, mengajar, membela orang lemah, dan

melindungi kaum perempuan dari tindak diskriminasi seperti yang pernah Ia lakukan pada

seorang perempuan yang akan dilempari dengan batu karena tertangkap sedang berbuat tak

pantas.

Tindakan-tindakan Yesus dalam melindungi kaum yang terdiskriminasi menjadi

teladan bagi banyak orang, karena ternyata Yesus tidak datang untuk mereka yang kuat,

tetapi Ia datang untuk menopang yang lemah dan yang tersisihkan, tanpa memandang ia laki-

laki atau perempuan, dan kasih-Nya akan tetap sama dan adil bagi semua orang.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Gereja

Dalam masyarakat khususnya komunitas Kristen, masih sering terdengar adanya kasus

diskriminasi terhadap kaum perempuan, karena di Indonesia sendiri budaya patriarkal masih

jelas terlihat. Gereja sebagai lembaga sekaligus perpanjangan tangan Allah dalam

memberitakan dan mengajarkan kasih harus mampu mewujudkan lebih dahulu pengajaran

tersebut. Sebagaimana dahulu Yesus Kristus memandang dan memperlakukan perempuan,

demikian pulalah gereja seharusnya memandang perempuan, bukan sekedar warga kelas dua,

melainkan anggota kerajaan Allah yang sama hak dan tanggungjawabnya sebagai seorang

umat, karena laki-laki dan perempuan merupakan gambar dan rupa sekaligus rekan sekerja

Allah.

5.2.2. Bagi Fakultas Teologi

Setelah mengetahui betapa pentingnya citra Sofia dalam diri Yesus sebagai pendorong

bangkitnya kaum perempuan, fakultas Teologi perlu mempertimbangkan adanya MK khusus

Kristologi Feminis sebagai pendamping dari MK Studi Gender. Agar mahasiswa selanjutnya

semakin memahami bahwa Yesus tidak hanya terdiri dari Logos Allah melainkan pula Sofia

Allah. Dengan demikian, mahasiswa Teologi dapat menjadi penggerak terciptanya

keseimbangan antara kaum maskulin dan feminim, serta menyadari tanggungjawabnya

sebagai rekan sekerja Allah, pekabar injil, dan pelaku kasih.

Page 38: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

32

DAFTAR PUSTAKA

Arivia, Gadis. (2003). Filsafat Berperspektif Feminis, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Banawiratma, JB. (1986). Kristologi dan Allah Tritunggal, Yogyakarta: Kanisius,

Barclay, William. (2008). Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Yohanes Psl 8-21, Jakarta:

BPK Gunung Mulia.

Barth-Frommel, Marie Claire. (2003). Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu, Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Barth-Frommel, Marie Claire. (2012). “Hikmat dalam Perjanjian Lama dari Sudut Pandang

Perempuan,” dalam buku Ketika Perempuan Berteologi: Berteologi Feminis

Kontekstual, diedit oleh Asnath Niwa Natar, Yogyakarta: Taman Pustakan Perempuan.

Boehlke, Robert R. (2006). Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama

Kristen: dari Plato sampai Ignatius Loyola, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Borg, Marcus J. (2003). Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali: Yesus Sejarah dan Hakikat

Iman Kristen Masa Kini, Jakarta: Gunung Mulia.

Bruggen, Van Jacob. (2001). Kristus di Bumi: Penuturan Kehidupan-Nya oleh Murid-murid

dan oleh Penulis-penulis Sezaman, Jakarta: Gunung Mulia.

Clifford, Anne M. (2002). Memperkenalkan Teologi Feminis, Maumere: Ledalero,

Chopra, Deepak. (2011). The Third Jesus, Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer.

Daalen, David H. van. (1999). Pedoman ke Dalam Kitab Wahyu Yohanes, Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Dister, Nico. (1990). Kristologi: Sebuah Sketsa, Yogyakarta: Kanisius.

Eckardt, Roy A. (2006). Menggali Ulang Yesus Sejarah, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

(2011). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 2 M-Z, Jakarta: Yayasan Komunikasi

Bina Kasih,

Fiorenza, Elizabeth Schüssler. (1983). In Memory of Her: A Feminist Theological

Reconstruction, New York: The Crossroad Publishing Company.

Fiorenza, Elizabeth Schüssler. (1995). Untuk Mengenang Perempuan Itu: Rekonstruksi

Teologi Feminis tentang Asal-usul Kekristenan, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Fatoohi, Louay. (2013). The Mystery of Historical Jesus: Sang Mesias Menurut Al-Quran,

Alkitab, dan Sumber-sumber Sejarah, Bandung: Mizan Media Utama.

Fountain, Daniel E. (2004). Yesus? Siapa Dia?, Bandung: Lembaga Literatur Baptis,

Gaarder, Jostein. (2014). Dunia Sophie, Bandung: Mizan.

Groenen. (1988). Sejarah Dogma Kristologi, Yogyakarta: Kanisius.

Page 39: Citra Yesus dalam Novel House Karya Frank Peretti dan Ted

33

Humm, Maggie. (2007). Ensiklopedia Feminisme, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Johnson, Elizabeth A. (2003). Kristologi di Mata Kaum Feminis, Yogyakarta: Kanisius.

Keene, Michael. (2007). Yesus, Yogyakarta: Kanisius.

Kyung, Chun Hyun. (2007). “Siapakah Yesus bagi Perempuan Asia,” dalam buku Wajah

Yesus di Asia, diedit oleh R.S. Sugirtharajah, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lefebure, Leo D. (2003). Penyataan Allah, Agama, dan Kekerasan, Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Napel, Henk ten. (2006). Jalan yang Lebih Utama Lagi: Etika Perjanjian Baru, Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Milne, Bruce. (1993). The Message of John, Here is Your King!, England: InterVarsity Press.

O‟Collins, Gerald dan Edward G. Farrugia. (2006). Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius.

Paretti, Frank dan Ted Dekker. (2011). House, Jakarta: Penerbit Inspirasi Indonesia.

Paretti, Frank. (2011). Monster, Jakarta: Penerbit Inspirasi Indonesia.

Riyadi, Eko. (2011). Yesus Kristus, Tuhan Kita, Yogyakarta: Kanisius,

Setyawan, Yusak B. (2012). Basic Christology, A Draft, Salatiga: Fakultas Teologi,

Universitas Kristen Satya Wacana.

Sugirtharajah, R.S. (2007). Wajah Yesus di Asia, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Surbakti, Elisa B. (2008). Benarkah Yesus Juruselamat Universal?, Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Suryabrata, Sumadi. (1983). Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali.

Tong, Stephen. (2004). Yesus Kristus Juruselamat Dunia, Surabaya: Momentum.

Urban, Linwood. (2009). Sejarah Pemikiran Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Veldhuis, Henri. (2010). Kutahu yang Kupercaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Wangerin, Walter. (2014). Yesus: Sebuah Novel, Yogyakarta: Kanisius.

Wessels, Anton. (2010). Memandang Yesus: Gambar Yesus dalam Berbagai Budaya, Jakarta:

Gunung Mulia.

Zed, Mestika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lainnya:

Al-Quran.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi online).