cia laporan lapangan struktur ji

52
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bumi tempat berpijaknya manusia ini memiliki sifat yang dinamis dimana seringkali terjadinya pergerakan yang disebabkan oleh trejadinya pergerakan yang disebabkan oleh adanya gaya-gaya yang dating dari luar maupun dalam bumi itu sendiri, dan pergerakan-pergerakan bumi yang terjadi itu seringkali mengakibatkan adanya perubahan pada bentuk muka bumi ini baik dalam skala yang besar maupun dalam skala yang relative kecil, yang pada akhirnya membentuk struktur-struktur geologi. Semua perubahan itu akan tertampak di atas permukaan bumi, dimana skalanya akan tergantung pada factor gaya yang menyebabkannya. Keberadaan ilmu geologi khususnya geologi struktur sebagai ilmu semakin di rasakan peranannya dalam perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dalam hal ini 1

Upload: ibnu-ansorullah-almansani

Post on 07-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PAGE 27

BAB I

PENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Bumi tempat berpijaknya manusia ini memiliki sifat yang dinamis dimana seringkali terjadinya pergerakan yang disebabkan oleh trejadinya pergerakan yang disebabkan oleh adanya gaya-gaya yang dating dari luar maupun dalam bumi itu sendiri, dan pergerakan-pergerakan bumi yang terjadi itu seringkali mengakibatkan adanya perubahan pada bentuk muka bumi ini baik dalam skala yang besar maupun dalam skala yang relative kecil, yang pada akhirnya membentuk struktur-struktur geologi. Semua perubahan itu akan tertampak di atas permukaan bumi, dimana skalanya akan tergantung pada factor gaya yang menyebabkannya.

Keberadaan ilmu geologi khususnya geologi struktur sebagai ilmu semakin di rasakan peranannya dalam perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dalam hal ini geologi sebagai sains dan teknologi sangat di perlukan sebagai dasar untuk mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam.

Kondisi geologi Sulawesi umumnya sulawesi selaatan khusunya di kenal cukup rumit, disebabkan karena Sulawesi merupakan daerah pertemuan antara lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik Barat. Hal tersebut merupakan daya tarik untuk diteliti oleh para ahli, antara lain oleh Rab Sukamto,1982 yang meneliti perkembangan tektonik pulau Sulawesi. Penelitian lanjutan mengenai struktur geologi sangat penting karena data-data hasil penelitian geologi masih terbatas.

Sehingga informasi yang didapatkan dari hasil penelitian geologi khususnya geologi struktur ini diharapkan dapat menambah kemampuan penulis dalkam bidang geologi.

I.2 Maksud dan Tujuan

Praktek lapangan atau field trip Geologi Struktur ini diadakan dengan maksud sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Geologi Struktur pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Adapun tujuan dari praktek lapangan Geologi Struktur ini yaitu untuk membedakan secara jelas di lapangan jenis-jenis dari struktur geologi yang ada baik itu lipatan, kekar, dan sesar. I.3 Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah

Praktek lapangan Geologi Struktur ini yang berlokasi di daerah Batukalasi dan sekitarnya, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan pada hari Sabtu tanggal 2 Desember 2006 Minggu tanggal 3 Desember 2006, diawali berangkat dari kampus pukul 14.00 WITA dengan menggunakan kendaraan bus yang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

Lokasi Field trip geologi struktur secara administrative terletak pada daerah Pulau Batukalasi Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan. yaitu pada 0406'23,3" LS dan 11936'33,9" BT yang terdapat dalam peta rupa bumi nomor 2010-64 lembar Pangkajene.

Daerah Field Trip ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat dan sebagian hanya dapat dicapai dengan jalan kaki. Daerah ini berjarak sekitar 50 km dari Makassar ke arah Barru

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian.

I.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan di gunakan dalam praktek lapangan Geologi Struktur ini yaitu :

Palu dan Kompas geologi

Buku lapangan

Pensil warna

Penghapus

Spidol permanen

Kapur tulis

Kertas A4 Pensil HB dan 2B

Clipboard

Kantong sampel

Busur derajat

Literatur/penuntun praktikum Geologi Struktur

Meteran

Rool meter

Peta lokasi

Mistar

I.5 Metode dan Tahapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian di Pulau Batukalasi dilakukan dengan metode penelitian observasi langsung yang meliputi pengamatan langsung dan pengukuran.

Sedang dalam penelitian ini sendiri terdapat tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut :

a. Tahapan persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan adminisrasi berupa surat perizinan baik dari pihak Universitas maupun pemerintah daerah serta persiapan teknis menyangkut perlengkapan dan alat-alat serta bahan yang digunakan selama penelitian seperti pea dengan skala 1 : 25000, kompas geologi, dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam kegiatan penelitian tersebut.

Dalam tahap ini juga dilakukan studi literature untuk memperoleh gambaran umum mengenai daerah penelitian yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan.

b. Tahap Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan merupakan ahapan pengambilan data-data geologi pada lokasi penelitian melalui pencatatan data-data geologi permukaan berupa pencatatan data lapangan pada buku lpanagan dan pengambilan contoh batuan.

c. Tahap Pengolohan Data

Pada tahap ini, semua data yang telah diamati di lapangan diolah dalam bentuk kolom litologi unuk dianalisa dan diinterpretasikan

d. Tahap Penyusunan Laporan

Setelah data-data terolah dan terinterpretasikan, maka hasil peneitian disusun dalam suatu laporan ilmiah. Laporan ini memuat semua data lapangan, hasil analisis dan interpretasi secara sistematik berupa uraian deskriptif.

I.6 Peneliti Terdahulu

Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian pada daerah tersebut adalah:

J. D Obradovich (1975), meneliti tentang geokronologi vulkanisme lengan selatan pulau Sulawesi.

Van Leuwen (1979) meneliti Geologi Daerah Biru bagian Barat dari Sulawesi Selatan.

Warren Hamilton (1979), meneliti tentang perkembangan tektonik pulau Sulawesi

Sartono & Astadiredja (1981), Meneliti Tentang Geologi Kwarter Sulawesi Selatan dan Tenggara

Rab. Sukamto (1982), Penelitian geologi yang dilakukan menghasilkan peta geologi lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat Sulawesi Selatan dengan skala 1 : 25.000

Sukamto dan Simandjuntak (1983), dalam Pembagian Mandala pulau Sulawesi. Kustomo Hasan (1987), meneliti tentang endapan Flis Kapur Atas pada daerah Balangbaru, Sulawesi Baratdaya.

BAB II

GEOLOGI REGIONALII.1 Geomorfologi Regional

Di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-baratlaut dan terpisah oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentukannya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat tofografi kras, pencerminan adanya batugamping. Di antara topografi kras di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang di bentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkajene Maros yang luas sebagai dataran di selatannya.

Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan ini sebagian besar berbatuan gunung api. Bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara menyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini bertopografi kras yang permukaannya berkerucut. Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian timur.

Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut di bagian utara selebar 35 km, tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah terdapat Sungai Walanae yang mengalir ke utara. Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan di bagian utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas mengelilingi D. Tempe.

II.2 Stratigrafi Regional

Pulau Sulawesi dibagi atas tiga mandala atau provinsi geologi yang didasarkan pada perbedaan litologi, stratigrafi, struktur dan sejarahnya. Ketiga mandala ini adalah mandala geologi Sulawesi Barat, Mandala Geologi Sulawesi Timur, dan mandala Geologi Banggai Sula (Rab Sukamto, 1982).

Seluruh daerah lengan selatan pulau Sulawesi termasuk mandala geologi Sulawesi Barat yang termasuk dalam lokasi penelitian. Tatanan stratigrafi daerah penelitian menurut Rab. Sukamto, 1982 yaitu Pangkajene, Watampone bagian barat Sulawesi, sebagai berikut :

Batuan alas terdiri dari batuan kompleks tektonik yang diperkirakan berumur Trias Kapur. Kelompok batuan ini terdiri dari kompleks tektonik yang diperkirakan berumur Trias Kapur. Kelompok batuan ini terdiri dari mulai yang paling tua berturut-turut batuan ultrabasa yang beranggotakan peridotit dan dunite, selanjutnya batuan metamorf yang beranggotakan sekis mika, sekis garnet dan eklogit. Kemudian yang paling atas adalah kelompok Melange yang terbentuk dari batuan campur aduk antara batuan-batuan pada zona tumbukan lempeng. Kelompok batuan tektonik (kompleks) ini dikenal sebagai kompleks tektonik Bantimala. Formasi batuan yang ada diatasnya yaitu batuan sedimen flysch yang bersimbol Km/Kb, merupakan batuan sedimen laut dalam yang terdiri dari rijang, serpih, lempung, lanau, dan greywacke. Batuan ini terkenal sebagai formasi balangbaru yang berumur Kapur.

Di atas formasi Balangbaru secara tidak selaras ditindih oleh formasi Mallawa. Formasi ini terdiri dari batupasir, batulanau dan sisipan batubara. Formasi ini berumur Paleosen dan terendapkan pada lingkungan transisi yaitulingkungan antara laut dengan daratan.

Selanjutnya di atas Formasi Mallawa ditindis selaras oleh Formasi Tonasa (temt) yang terdiri dari gampingan koral dan gamping boklastik, selingan napal globigerina, napal, batugamping klastik dan batupasir dan banyak mengandung kerang. Formasi ini berumur Eosen Atas sampai Miosen Awal yang terendapkan pada lingkungan laut dangkal.Secara tidak selaras Formasi Camba (Tmc) menindih Formasi Walanae yang berada dibawahnya. Formasi ini terdiri dati batupasir, tufagampingan, breksi vulkanik, lava, aglomerat dan batugamping. Formasi ini diendapkan pada Kala Miosen Akhir sampai Pliosen dan terendapkan di laut dangkal.Pada kala Pliosen terjadi kegiatan vulkanik dengan hasil berupa lava, lahar dan breksi yang masuk dalam Formasi Cindako (tpbv). Selanjutnya diakhiri oleh endapan alluvium danau, rawa dan akhirnya pantai.II.3 Struktur Geologi Regional

Struktur yang ada pada pulau Sulawesi memperlihatkan keadaan yang kompleks. Hal ini disebabkan Sulawesi merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari pertemuan beberapa lempeng benua. Sebagai pencirinya adalah terdapatnya berbagai macam batuan dan bentuk pulaunya menyerupai huruf K.

Struktur geologi merupakan lengan yang mencari terhadap busur kepulauan Banda yang melengkung di sebelah timur yang memberi kesan tektonik kuat yang terjadi pada masa Mesozoikum.

Pada zaman Kapur terjadi penunjaman yang merupakan tempat pencampuran secara tektonik sebelumnya, terjadi pada Trias hingga Kapur Awal. Evolusi Sulawesi pada Miosen ditandai dengan munculnya busur Sulawesi yang memanjang dari utara ke selatan, terletak di sebelah timur Kalimantan. Selat Makassar merupakan cekungan tepi benua yang diduga terjadi akibat pemekaran lantai samudera antara Kalimantan dan Sulawesi.

Sesar yang membentuk depresi Walanae disebut sesar Walanae, di bagian Timur disebut sesar Walanae Timur dan di bagian barat disebut sesar Walanae barat. Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir Pliosen.Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-Kapur Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan dan penyesaran yang relatif lebih kecil di bagian timur lembah Walanae dan di bagian barat pegunungan barat, yang berarah baratlaut tenggara dan merencong, kemudian besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar. BAB III

TINJAUAN PUSTAKAIII.1 Lipatan

Lipatan adalah merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya, unsur yang terlibat dalam lipatan adalah bidang perlipatan, foliasi dan liniasi.

Berdasarkan proses lipatan dan jenis batuan yang terlipat dapat dibedakan menjadi 4 macam lipatan, yaitu:

Flexure/competent folding termasuk di dalamnya parallel fold.

Flow/incompetent folding termasuk di dalamnya similar fold.

Shear folding.

Flexure and flow folding.

Unsur-unsur Lipatan

1. Antiklin adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk convex ke atas dengan urutan lapisan batuan yang tua di bawah dan yang muda di atas.

2. Sinklin adalah unsur lipatan dengan bentuk concave ke atas dengan urutan lapisan batuan yang tua di bawah dan yang muda di atas.

3. Antiform adalah unsur struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan yang tua di atas dan yang muda di bawah.

4. Sinform adalah unsur struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan yang tua di atas dan yang muda di bawah.

5. Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan, sedangkan inflection adalah pertengahan antara dua pelengkungan maksimum.

6. Axial line (hinge line) adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan maksimum pada setiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan.

7. Axial surface (hinge surface) adalah bidang khayal di mana terdapat semua axial line dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, bidang ini dapat merupakan suatu bidang planar dan dinamakan axial plane.

8. Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan, dan crest adalah puncak tertinggi dari lipatan.

9. Crestal surface adalah suatu bidang khayal di mana terdapat semua crestal line dari suatu antiklin.

10. Trough surface adalah suatu bidang khayal di mana terdapat semua trough line dari semua antiklin.

11. Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur pada bidang vertikal.

12. Crestal line adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lipatan suatu antiklin.

13. Trough line adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada suatu sinklin.

Klasifikasi lipatan

Untuk menamakan suatu lipatan harus sesuai dengan klasifikasi yang sudah ada , yang mana klasifikasi tersebut ada bermacam-macam tergantung dari dasar yang digunakan.

1. Menurut Fleuty, 1964

a. Berdasarkan kisaran besarnya interlimb angle

b. Berdasarkan besarnya sudut kemiringan hinge-surface dan sudut penunjaman hinge line.

2. Menurut Rickard, 1971

Dalam klasifikasinya ini digunakan diagram segitiga. Klasifikasi ini berdasarkan pada dua hal diantaranya dari kemiringan hinge-surface, penunjaman hinge line dan pict/rake hinge-surface

III. 2 Kekar

Kekar merupakan suatu rekahan yang relatif tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Penyebab terjadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala tektonik maupun gejala non tektonik. Dalam analisa struktur geologi, yang diperlukan adalah kekar yang disebabkan oleh gejala tektonik. Panjang setiap rekahan itu berkisar dari beberapa kaki hingga ratusan kaki. Jarak antar kekar berkisar dari beberapa kaki hingga puluhan kaki. Untuk rekahan rekahan yang jaraknya sangat dekat, hanya satu per beberapa inci atau beberapa inci biasanya dipakai peristilahan khusus.

Pada umumnya kekar merupakan bidang datar, tetapi tidak terjadi beberapa di antaranya ada juga yang merupakan bidang kurva. Di sepanjang bidang tersebut relatif tidak terjadi pergerakan. Hal itulah yang digunakan sebagai ciri pembeda kekar dengan sesar. Meski secara teoritis dikatakan demikian, tetapi dalam kenyataannya seringkali dalam suatu kelompok kekar ditemukan adanya sedikit pergerakan. Tetapi secara praktis hal itu tidak terlalu berpengaruh karena meski ada kekar yang memperlihatkan adanya pergerakan tetapi kekar-kekar lain yang sehimpunan dengannya tidak memperlihatkan adanya pergerakan.

Kebanyakan kekar, paling tidak pada awalnya, merupakan rekahan yang rapat. Tetapi kemudian, karena adanya pelapukan, rekahan itu dapat membesar menjadi rekahan terbuka, khususnya di daerah Batugamping. Sebagian besar kekar merupakan bidang yang licin, meski sebagian ada juga yang memperlihatkan plumose marking yang merupakan tonjolan-tonjolan dan depresi-depresi setinggi 1 mm atau sekitar itu. cermin sesar (Slicken slide) seringkali mengidentifikasikan adanya pergerakan yang sejajar dengan kekar.

Klasifikasi kekar ada beberapa macam, tergantung dasar klasifikasi yang digunakan, di antaranya :

a. Berdasarkan bentuknya

b. Berdasarkan ukurannya

c. Berdasarkan kerapatannya

d. Berdasarkan cara terjadinya (genesanya)

Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya :

1. Shear joint (kekar gerus), terjadi akibat adanya tegasan tekanan(compressive stess).

2. Tension joint (tension stess) dibedakan atas :

a. Extension joint, terjadi akibat pemekaran/tarikan

b. Release joint, terjadi akibat berhentinya gaya yang bekerja.

Kekar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan geometri maupun genetiknya. Klasifikasi geometrik merupakan cara yang mudah diterapkan , tetapi tidak mengindikasikan mula terjadinya. Klasifikasi genetik penting artinya, tetapi sukar diterapkan pada kondisi-kondisi tertentu.

Dalam klasifikasi geometrik, kekar dibedakan berdasarkan kedudukan relatifnya terhadap perlapisan atau berbagai corak struktur lain, yang terpotong olehnya.

Sedangkan genetiknya sebagai rekahan geser atau rekahan tensi (termasuk di dalamnya rekahan ekstensi). Penyebab-penyebab terbentuknya adalah :

1. Tegasan-tegasan tektonik, yang menyebabkan perekahan temporer sejalan denan aktivitas tektoniksnya

2. Tegasan-tegasan sisa (residual stesses) yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi aktivitas tektonik.

III. 3 Sesar

Sesar merupakan suatu bidang rekahan atau zona rekahan yang telah mengalami pergeseran. Berdasarkan tipe gerakannya secara umum dibedakan atas : Sesar translasi, yaitu jenis sesar yang pergeserannya sepanjang garis lurus dan sesar rotasi, yaitu jenis sesar yang pergeserannya mengalami perputaran/terputar.

Unsur-unsur/ istilah dalam sesar :

Bidang sesar yaitu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan.

Dip sesar yaitu sudut antar bidang sesar dengan bidang horizontal dan tegak lurus jurus sesar.

Hade, yaitu sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar, dan merupakan penyiku dari dip sesar.

Heave yaitu komponen horizontal dari slip/separation, dan diukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.

Throw yaitu komponen vertikal dari slip/separation, diukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.

Hanging wall dan foot wall, ysitu blok yang terletak di atas bidang sesar dan di bawah bidang sesar.

Klasifikasi sesar :

Penamaan dari suatu sesar adalah tergantung dari dasar klasifikasi yang ddigunakan, diantaranya sebagai berikut :

1. Berdasarkan orientasi pola tegasan utama yang menyebabkannya

a. Thurt fault, jika tegasan utama maksimum dan intermediate adalah horizontal

b. Normal fault, jika tegasan utama maksimum adalah vertikal

c. Wrench fault (strike slip fault), jika pola tegasan utama maksimum dan minimum adalah horizontal.

2. Berdasarkan separation dan slip

a. Separation :

Dip separation

1. Normal separation fault

2. Reverse separation fault

3. Thrust separation fault

Strike separation

1. Left lateral separation fault

2. Right lateral separation fault

Combined dip and strike separation

b. Slip

Dip slip : Normal slip fault, reverse slip fault, dan thrust slip fault

Srike slip : right lateral slip fault, dan left lateral slip faulth

Oblique slip : Normal right lateral slip fault, reverse left lateral slip fault dan variasi lainnya.

3. Berdasarkan besar rake dari net slip

a. Strike slip fault, jika net slip sejajar dengan strike sesar tidak ada komponen dip slip. Besar rake net slip 00b. Dip slip fault, jika net slip adalah 900 sehingga tidak ada komponen strike slip

c. Diagonal slip fault, jika rake net slip lebih besar 00 dan lebih kecil 900. sehingga di sini mempunyai komponen strike slip dan komponen dip slip.BAB IV

STUKTUR GEOLOGI PULAU BATUKALSIIV.1 Lipatan

Dari data yang telah didapat dalam field trip terdapat data-data dari struktur bidang berupa strike dip atau kedudukan batuan yang mana telah diolah dan dicoba untuk dilakukan rekonstruksi sehingga terbentuklah suatu lipatan. Pada daerah penelitian ini setelah dilakukan 8 pengukuran kedudukan batuan yaitu sebagai berikut:1. N 175o E / 17o2. N 175o E / 25o3. N 175o E / 19o4. N 175o E / 26o5. N 175o E / 28o6. N 175o E / 24o7. N 175o E / 28o8. N 175o E / 30oDari data kedudukan diketahui bahwa pada lapisan batuan terjadi penunjaman. Sehingga dapat diketahui bahwa jenis lipatannya yaitu lipatan monoklin dimana dijumpai lapisan lapisan batuan dengan arah perlapisan yang relatif sama dengan besar kemiringan yang berbeda beda. Lipatan merupakan struktur yang terbentuk akibat adanya gaya compressive yang menekan suatu lapisan batuan dengan arah yang berlawanan dalam batas elastisitas batuan sehingga batuan akan mengalami pelengkungan atau perlipatan

Foto.1 Pada gambar terlihat adanya struktur perlipatan

Pada daerah penelitian kedudukan umum dari batuan yang meyusun Pulau Batukalasi relative berlawanan dengan kedudukan batuan dengan litologi yang sama di pulau induk (Pulau Sulawesi), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa litologi yang menyusun Pulau Batukalasi ini yaitu litologi tufa, merupakan kelanjutan dari litologi yang sama yang terdapat pada pulau induk dimana dilihat dari kedudukan batuannya yang berlawanan mencirikan adanya lipatan yang telah terjadi pada lapisan ini, dimana secara makro dengan melihat kedudukan batuan di Pulau Batukalasi dan di pulau induk, maka lipatan yang terjadi dapat diinterpretasikan sebagai lipatan antiklin, sebab kedudukan dip batuan berarah saling berlawanan dimana jika direkontruksi dengan menggunakan inerpolasi Higgins, maka akan didapatkan lipatan antiklin.

Lipatan yang terjadi pada daerah penelitian ini telah mengalami pelapukan dan erosi, sehingga tidak terihat adanya pelengkungan dari struktur lipatan yang telah terjadi. Namun dari data kedudukan batuan hal ini dapat diinterpretasikan.

Secara khusus lipatan yang terjadi pada daerah penelitian, merupakan lipatan dengan satu sayap lipatan yang terdapat pada daerah penelitian, sedangkan sayap lipatan yang lainnya terdapa pada pulau induk, sehingga lipatan yang terjadi adalah lipatan homoklin yang hanya memiliki satu sayap lipatan pada daerah yang diamati.IV.1.1 KekarKenampakan kekar bisa dijumpai pada seluruh daerah penelitian ini. Pada daerah penelitian ini dijumpai litologi tufa yang mengalami kekar yang cukup kuat atau frekuensinya tinggi. Hal ini dapat dilihat dari spasinya yang berukuran besar yaitu sekitar 1 30 cm dan bukaan 1 4 cm.Dari hasil pengolahan data kekar pada diagram kipas dan diagram kontur maka dapat kita tentukan jenis kekar yang terjadi pada daerah penelitian. Berdasarkan ganesanya, kekar pada daerah penelitian termasuk dalam jenis kekar gerus (shear joint) yang terjadi akibat adanya tegasan tekanan (compressive joint). Gaya yang bekerja merupakan gaya-gaya endogen yaitu gaya yang bekerja dari dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau pembalikan pada suatu batuan. Pada umumnya kekar merupakan bidang datar dan beberapa diantaranya ada juga yang berupa bidang kurvatur. Disepanjang bidang tersebut relative tidak terjadi pergerakan. Hal ini lah yang digunakan pada ciri pembeda kekar dengan sesar. Meski secara teoritis dikatakan demikian, tetapi dalam kenyataannya sering kali dalam suatu kelompok kekar yan ditemukan adanya sedikit pergerakan. Tetapi secara praktis hal ini tidak terlalu berpengaruh, karena meski ada kekar yang memperlihatkan adanya gerakan/pergeseran, tetapi kekar yang lain sehimpunan dengannya tidak memperlihatkan adanya pergerakan.

Kekar dapat diartikan sebagai suatu rekahan pada batuan yang tidak mengalami atau sedikit sekali mengaami pergeseran atau sebagian besar batuan terpecahkan oleh rekahan-rekahan licin. Panjang setiap rekahan itu berkisar satu kaki. Jarak antara kekar berkisar dari beberapa kaki hingga puluhan kaki. Untuk rekahan-rekahan yang jaraknya sangat dekat, hanya satu per beberapa inchi atau beberapa inci. Pengetahuan tentang kekar ini dalam ilmu geologi khususnya untuk mendapatkan blok batuan dengan dimensi dan ukuran tertentu, sangat memerlukan pengetahuan tentang kekar dan juga penting dalam bidang keteknikan.

Pada daerah penelitian terdapat banyak kelar, dimana kenampakan kekar-kekar tersebut umumnya menunjukkan adanya gaya yang bekerja pada daerah tersebut. Secara genetic kekar yang terjadi pada daerah penelitian umumnya adalah kekar tektonik yang diakibatkan oleh adanya gaya akibat pergerakan lempeng tektonik. Kekar tektonik yang terdapat pada daerah penelitian meliputi shear joint dan extension joint. Kenampakan shear joint di lapangan berupa kekar sistematis yang berpasangan dimana sudut diantara dua kekar tersebut sekitar 600 . Sedangkan kenampakan dari extension joint adalah kekar non sistematis dan tidak berpasangan dengan kekar lainnya. Kekar ini termasuk dalam kekar sistematik dimana dicirikan oeh arah kedudukan umum setiap kekar adalah relative sejajar, sudut yang dibentuk antara dua kekar yan saling bersilangan adalah kurang dari 900, permukaan kekar umumnya berpermukaan licin/halus, dan kekarnya umumnya tertutup. Pada daerah penelitian, pengambilan data kekar dilakukan dengan mendata kekar yang yan terdapat pada lokasi yang telah dipetak dengan ukuran 2 kali 2 meter. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui arah umum dari kekar dan arah tegasan utama yang bekerja pada daerah tersebut.

Foto.2 Kenampakan sruktur kekar IV.1.2 Sesar

Setelah dilakukan pengukuran diperoleh data sebagai berikut:

Arah pergerakan sesar N 2840E.

Panjang net slip 10,56 meter.

Ciri ciri sesar yang dijumpai :

Adanya zona hancuran.

Adanya kesamaan litologi pada blok batuan yang tersesarkan.

Adanya lipatan seret ( drag fold ).Dari pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa jenis sesarnya yaitu sesar geser yang arahnya bersifat sinistral.Sesar merupakan rekahan pada batuan yan telah mengalami pergeseran. Sesar terjadi akibat adanya gaya yang melampaui batas elastisitas suatu lapisan batuan, sehingga batuan mengalami patahan dan kemudian patahan tersebut bergeser karena gaya yang dialaminya secara terus menerus sesuai dengan arah gaya tersebut.

Pada daerah penelitian terdapat sesar geser yang dicirikan oleh adanya ciri-ciri primer sesar, seperti adanya breksiasi (breksi sesar) dan gouge yang terjadi di daerah bidang sesar akibat adanya penggerusan dari lempeng batuan yang saling bergesekan, pada daerah tersebut terlihat adanya zona lemah yang ditandai dari adanya tumbuhan dimana akar dari tumbuhan berjenis bakau tersebut dapat menembus lapisan batuan, selain itu juga terdapatnya zona hancuran yang ditandai dari perubahan ukuran material dari batuan yang tersesarkan. Dilihat dari arah sesarnya yang memotong secara diagonal terhadap strike dan dip batuan, maka sesar ini dapat digolongkan sebagai diagonal slip fault berdasarkan atas arah perpindahan net slipnya.

Foto.3 Kenampakan adanya zona breksiasi diantara batuan yang tersesarkan

IV.2 Mekanisme Struktur Geologi Daerah Batukalasi

Analisa dengan menggunakan teori Harding di mana kita ketahui bahwa gaya yang bekerja searah dengan tegasan utama maksimum (1 ) maka akan menyebabkan terbentuknya lipatan apabila kemudian gaya tersebut terus bekerja dan lapisan batuan yang menerima gaya itu telah melampaui batas elastisitasnya maka akan menimbulkan kekar-kekar pada batuan tersebut. gaya yang bekerja pada masa batuan tersebut merupakan gaya couple kemudian gaya tersebut menghasilkan gaya compression yang selanjutnya gaya tension (gaya tarik), karena lapisan batuan tersebut melebihi batas elastisitasnya sehingga dapat menimbulkan sesar normal atau sesar turun yang searah dengan arah tegasan utama minimum Pada daerah penelitian gaya terus bekerja setelah terbentuknya kekar-kekar tadi. Akibatnya batuan tersebut akan mengalami pergeseran atau sesar pada zona lemah. Pada daerah dimana gaya compressive bekerja (yaitu pada daerah dimana tegasan utama maksimum dominant) akan mengalami sesar naik akibat tekanan pada lapisan batuan tersebut secara terus menerus, sedang pada daerah yang sejajar dengan tegasan utama menegah dimana gaya extension dominant bekerja akan terbentuk sesar turun sebagai akibat dari gaya yang cenderung saling memisah.

Sesar geser akan terbentuk pada daerah yang sejajar dengan arah tegasan utama maksimum dimana arah net slipnya juga sejajar dengan arah tegasan uatama.

Secara genetic struktur yang terdapat di daerah penelitian yaitu Pulau Batukalasi dapa dijelaskan, dimana adanya struktur yang beragaram seperti lipatan, sesar, dan kekar diakibatkan oleh gaya tektonik yang bekerja pada pulau tersebut.

Permulaan terbentuknya struktur geologi di daerah ini adalah adanya gaya tektonik yang menekan lapisan batuan yang menyusun daerah tersebut (gaya compressive) dengan arah yang saling berlawanan. Menurut Metode Harding, dengan adanya gaya yang menekan suatu lapisan batuan maka akan membentuk lipatan antiklin, dimana gaya tersebut belum melampaui batas elastisitas batuan. Lipatan yang terjadi berarah tegak lurus dengan arah tegasan utama yang bekerja pada daerah tersebut.

Setelah terbentuk lipatan pada daerah penelitian, gaya yang bekerja pada daerah ini terus bekerja dan menekan batuan tersebut, sehingga melampaui batas elastisitas dari batuan, sehingga lapisan batuan akan mengalami kekar atau rekahan pada batuan yang belum pergeseran. Kekar yang terjadi adalah shear joint yan diakibatkan oleh gaya compressive, sehingga arah dari kekar ini relatif memotong arah tegasan utama maksimum secara berpasangan, secara teoritis sudu antara kekar yang berpasangan ini kurang dari 900.

Perlu diketahui pula bahwa tegasan utama maksimum yang menekan suatu daerah, akan menghasilkan pula tegasan utama menengah yang bersifat cenderung memisah (gaya extension) dimana gaya ini berarah tegak lurus dengan arah tegasan utama.

BAB VPENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data hasil penelitian dan hasil analisa geologi struktur yang telah dibahas pada bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Unsur-unsur struktur yang dijumpai pada daerah penelitian adalah : Lipatan, kekar dan sesar

2. Struktur penyerta disekitar jalur sesar yang dijumpai yaitu drag fold atau struktur drag (seretan) adalah gejala penyerta pada bidang sesar yang menunjukkan mekanisme gerak relatifnya.3. Mekanisme pembentukannya adalah akibat adanya gaya tektonik berupa gaya tekan atau gaya compressive yang menyebabkan terjadinya struktur-strukur tersebut.

V.2 Saran

Kalau bisa daerah Batukalasi dapat lebih dikembangkan unuk penelitian unsur-unsur struktur yang berupa sruktur pembentuk batuan yang tersingkap didaerah tersebut dan daerah tersebut sebaiknya dijadikan sebagai daerah penelitian yang terkukus pada mata kuliah struktur.

DAFTAR PUSTAKA

Ragan, Donald, M., 1973, Struktural Geology, An introduction to Geometrical techniques, John Wyey and Sons, New York.

Pratisto, Bambang, MSc., 1993, Penuntun Praktikum Geologi Struktur, Yogyakarta.Budgley, P. C., 1959, Struktural Problem for Exploration Geologist, Smiths Publishers, Nederland.

Tim Asisten, 1998, Penuntun Praktikum Geologi Struktur, ITB, Bandung.

Tim Asisten, 1993, Penuntun Praktikum Geologi Struktur, UPN, Yogyakarta.

Billing, Marland P., 1968, Stuctural Geology, Prentice hall of India private limited, New Delhi.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan lapangan Geologi sruktur ini sebagai salah satu syarat kelulusan dari maa kuliah Geologi Struktur.Dalam menyusun laporan lapangan ini penyusun telah mendapa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir.H. Djamaluddin dan bapak Ir. Djamal Rauf Husain sebagai dosen pembimbing, para asisten yang selalu memberikan arahan dan petunjuk kepada kami sera semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan lapangan ini.

Akan tetapi, Penulis menyadari bahwa dirinya selaku manusia biasa yang memiliki banyak kesalahan maupun kekurangan sehingga apabila di dalam laporan ini nantinya ditemukan kesalahan maupun kekurangan maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan selanjutnya memohon kiranya ada masukan berupa saran ataupun kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian agar dalam penulisan laporan selanjutnya kesalahan tersebut dapat dihindari. Selanjutnya penulis hanya dapat mengharapkan agar laporan ini dapat membawa manfaat bagi pembaca.

Makassar, Januari 2007Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN TUJUAN

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

KATA PENGANTAR

ivDAFTAR ISI

viDAFTAR GAMBAR

viiiDAFTAR FOTO

ixDAFTAR TABEL

xBAB I PENDAHULUAN

I.2 Latar Belakang

1I.3 Maksud dan Tujuan

2I.4 Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah

2I.5 Alat dan Bahan

3I.6 Metode dan Tahapan Penelitian

4I.7 Peneliti Terdahulu

5BAB II GEOLOGI REGIONAL

II.1 Geomorfologi Regional

6II.2 Stratigrafi Regional

7II.3 Stuktur Geologi Regional

10BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

III.1 Lipatan

12III.2 Kekar

19III.3 Sesar

28BAB IVPEMBAHASANIV.1 Kondisi Struktur

IV.1.1 Lipatan

IV.1.2 Kekar

IV.1.3 Sesar

IV.2 Mekanisme struktur daerah penelitian

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

Peta Lintasan Peta Kerangka Struktur Geologi

Laporan Sementara Anlisa data lipatan

Analisa data kekar

Analisa data sesar

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peta lokasi daerah penelitian

32. Pembagian daerah Mandala Sulawesi

6

3. Peta Struktur Geologi Sulawesi Selatan

Lampiran

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 1.1Kenampakan struktur geologi di foto ke arah Timur

21

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kolom korelasi stratigrafi daerah penelitian (Rab. Sukamto, 1982)

312. Kolom Stratigrafi Regional

43. Tabel Pengukuran Kekar

lampiran

100 km

0

Daerah Penelitian

PROP. SULAWESI UTARA

PROP. SULAWESI TENGGARA

PROP. SULAWESI SELATAN

PROP. SULAWESI TENGAH

MANADO

GORONTALO

TOLI-TOLI

KENDARI

MAKASSAR

PALU

P U L A U SULAWESI

Palopo

Makale

29PAGE