chapter iii-v.pdf

40
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini merupakan salah satu desa di Kecamatan Percut Sei Tuan yang menerapkan program PTT dan termasuk salah satu sentra produksi padi sawah terbesar ketiga seperti dijelaskan pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Desa/Kelurahan Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produktivitas (kw/ha) 1. Tanjung Rejo 2.249 15.967 70 2. Cinta Damai 2.032 16.052 79 3. Kolam 1.440 9.936 69 4. Pematang Lalang 1.330 9.842 74 5. Percut 1.226 9.072 74 6. Tanjung Selamat 860 6.060 70 7. Amplas 530 3.604 68 8. Saentis 420 3.528 84 9. Sei Rotan 400 2.720 68 10. Sumber Rejo Timur 250 1.700 68 11. Cinta Rakyat 90 648 72 12. Bandar Setia 40 264 66 13. Bandar Khalipah 20 134 67 14. Tembung 20 134 67 15. Sampali 10 66 66 Jumlah 10.917 76.419 1062 Sumber: BPS SUMUT, 201I Universitas Sumatera Utara

Upload: trinaga

Post on 20-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian

    Penelitian dilakukan di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

    Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara

    sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa

    berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini merupakan salah satu desa di

    Kecamatan Percut Sei Tuan yang menerapkan program PTT dan termasuk salah satu

    sentra produksi padi sawah terbesar ketiga seperti dijelaskan pada Tabel 1 berikut :

    Tabel 1. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2010

    No. Desa/Kelurahan Luas Panen (ha)

    Produksi (ton)

    Rata-rata Produktivitas

    (kw/ha) 1. Tanjung Rejo 2.249 15.967 70 2. Cinta Damai 2.032 16.052 79 3. Kolam 1.440 9.936 69 4. Pematang Lalang 1.330 9.842 74 5. Percut 1.226 9.072 74 6. Tanjung Selamat 860 6.060 70 7. Amplas 530 3.604 68 8. Saentis 420 3.528 84 9. Sei Rotan 400 2.720 68 10. Sumber Rejo Timur 250 1.700 68 11. Cinta Rakyat 90 648 72 12. Bandar Setia 40 264 66 13. Bandar Khalipah 20 134 67 14. Tembung 20 134 67 15. Sampali 10 66 66

    Jumlah 10.917 76.419 1062 Sumber: BPS SUMUT, 201I

    Universitas Sumatera Utara

  • Metode Penentuan Sampel

    Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah para petani di Desa

    Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang melaksanakan

    program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Di Desa Kolam memiliki jumlah

    populasi penduduk sebesar 13.985 jiwa yang tersebar pada 13 dusun dimana terdapat

    3.108 KK dari jumlah populasi penduduk di Desa Kolam sebanyak 53% penduduk

    bermatapencaharian sebagai petani.

    Namun populasi petani yang melakukan usahatani padi sawah sebanyak 791

    KK yang terbagi atas 102 KK yang memiliki lahan 1 ha dan 689 KK yang memiliki

    lahan < 1 ha. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penentuan sampel

    dilakukan secara Proportional Stratified Random Sampling yaitu pemilihan sampel

    secara acak berstrata dari keseluruhan populasi yang dimana setiap strata diwakili

    oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proposional. Strata dalam hal ini

    adalah luas lahan. dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel di

    Desa Kolam. Menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan

    pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal 30 sampel.

    Tabel 2. Populasi dan Sampel No. Kelas Interval Berdasarkan Luas

    Lahan (ha) Populasi

    (KK) Sampel (KK)

    1. 1 ha 102 102/791 x 30 = 3,8 ~ 4 2. < 1 ha 689 689/791 x 30 = 26,1~26

    Jumlah 791 = 30 Sumber : BPP Percut Seituan, 2011

    Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi petani yang memiliki luas

    lahan 1 ha sebanyak 102 KK dan petani sampel yang dapat diambil sebanyak 4 KK

    Universitas Sumatera Utara

  • sedangkan populasi petani yang memiliki luas lahan < 1 ha sebanyak 689 KK dan

    petani sampel yang dapat diambil sebanyak 16 KK.

    Metode Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri data primer dan

    data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil

    pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan menggunakan

    kuesioner serta pengamatan dan diskusi di lapangan. Data sekunder yaitu data

    diperoleh dari buku atau yang dijadikan sebagai referensi, literatur, lembaga instansi

    atau dinas terkait dengan penelitian ini.

    Metode Analisis Data

    Untuk identifikasi masalah, bagaimana pelaksanaan Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) di daerah penelitian? Dianalisis secara dekriptif dengan

    menjumlahkan dan menskor data yang diperoleh.

    Tabel 3. Parameter Teknik Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) No. Parameter Pernyataan Skor 1. Penggunaan varietas

    unggul

    1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    2. Penggunaan benih bermutu

    1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    3. Perlakuan benih

    1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    Universitas Sumatera Utara

  • Lanjutan Tabel 3. Parameter Teknik Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) No. Parameter Pernyataan Skor 4. Penanaman bibit umur

    muda 1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    5. Penanaman bibit umur perumpun

    1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    6. Penggunaan pupuk organik

    1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    7. Penggunaan urea/ZA 1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    8. Penggunaan fosfat dan kalium

    1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    9. Penanganan panen 1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    10.

    Penanganan pascapanen 1. Selalu dilakukan. 3 2. Kadang-kadang. 2 3. Tidak pernah dilakukan. 1

    Jumlah 30

    Menurut Irianto (2004), mengukur range dari dua variabel digunakan rumus:

    Range kriteriaJumlah

    terkecilDataterbesarData =

    Range 3

    1030 =

    = 6,67

    = 7

    Universitas Sumatera Utara

  • Jumlah skor teknik pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) adalah antara 10-30 dengan range 7, sehingga dapat dikategorikan sebagai

    berikut:

    10 - 16 = Pelaksanaan program tidak berhasil

    17 23 = Pelaksanaan program berhasil

    24 30 = Pelaksanaan program sangat berhasil

    Untuk identifikasi masalah bagaimana hubungan faktor-faktor sosial ekonomi

    petani dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah

    penelitian? Dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman ( sr ) dengan

    bantuan SPSS 17. Adapun rumus Korelasi Rank Spearman ( sr ) adalah:

    )1(6

    1 22

    1

    = =nn

    dr ini

    s

    Dimana:

    sr = Koefisien Korelasi Rank Spearman.

    id = Perbedaan atau selisih faktor-faktor sosial ekonomi dengan teknik pelaksanaan

    PTT.

    n = Jumlah petani sampel.

    Untuk melihat nyata tidaknya pengaruh terhadap variabel diuji dengan

    menggunakan uji t dengan rumus:

    212

    ssh r

    nrt

    =

    Universitas Sumatera Utara

  • H0 diterima apabila -t/2; n-2 t t/2; n-2

    H1 tidak diterima apabila t > t/2; n-2 atau t < t/2; n-2

    Kriteria pengambilan keputusan adalah:

    Jika tth ( /2 = 2,5%), berarti H0 diterima (Tidak ada hubungan faktor sosial ekonomi

    petani dengan pelaksanaan program PTT).

    Jika tth > ( /2 = 2,5%), berarti H1 diterima (Ada hubungan faktor sosial ekonomi

    petani dengan pelaksanaan program PTT).

    (Supriana dan Lily, 2010).

    Untuk identifikasi masalah, apa saja masalah yang dihadapi dalam

    pelaksanaan program PTT di daerah penelitian. Dianalisis dengan menggunakan

    analisis deskriptif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi oleh petani yang

    melaksanakan program PTT di daerah penelitian.

    Untuk identifikasi masalah, bagaimana upaya yang dilakukan untuk

    menanggulangi masalah dalam pelaksanaan program PTT di daerah penelitian.

    Dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati masalah

    yang dihadapi oleh petani yang melaksanakan program PTT, sehingga dapat

    diketahui upaya penanggulangan atas masalah yang dihadapi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Defenisi dan Batasan Operasional

    Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran dalam

    penelitian ini, digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

    Defenisi

    1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah penerapan teknologi secara terpadu

    dan tepat pada seluruh rangkaian usahatani mulai dari pengolahan lahan,

    pembibitan, sampai pada rangkaian pengolahan hasil yang bertujuan untuk

    mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman dari

    gangguan organisme pengganggu tanaman serta memanfaatkan sumberdaya alam

    dengan menerapkan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi daerah,

    kebutuhan petani, dan ramah lingkungan.

    2. Faktor-faktor sosial ekonomi petani dalam melaksanakan program PTT antara

    lain tingkat partisipasi, tingkat gotong royong, frekuensi mengikuti penyuluhan,

    modal, penggunaan kredit, dan harga.

    3. Penerapan teknologi mendukung pembangunan pertanian Indonesia adalah

    teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi

    produk olahan di sektor hilir, baik untuk skala kecil, menengah, maupun besar.

    4. Tingkat partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam suatu

    kegiatan atau program, bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan.

    5. Tingkat gotong royong adalah bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu

    dengan azas timbal balik yang mewujudkan adanya keteraturan sosial di dalam

    masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. Frekuensi mengikuti penyuluhan adalah banyaknya atau rutinitas petani

    pelaksana program PTT dalam mengikuti penyuluhan.

    7. Modal adalah barang ekonomi yang berupa uang dapat dipergunakan untuk

    memproduksi kembali dan dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau

    meningkatkan pendapatan petani.

    8. Penggunaan kredit adalah kredit yang digunakan berupa saprodi dan alsintan dari

    KUD yang dapat memudahkan petani dalam menjalankan usahatani padi

    sawahnya.

    9. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan

    dalam satuan moneter dan sebagai salah satu penentu keberhasilan suatu

    perusahaan karena harga menentukan besar keuntungan dari penjualan

    produknya.

    Batasan Operasional

    1. Lokasi penelitian adalah di Desa Kolam Kecamatan Percut Seituan Kabupaten

    Deli Serdang.

    2. Sampel penelitian adalah petani yang melaksanakan program Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (PTT) Desa Kolam Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli

    Serdang.

    3. Waktu penelitian adalah bulan September-Oktober tahun 2011.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kondisi Geografis

    Desa Kolam adalah merupakan salah satu kampung tertua di Kecamatan

    Percut Sei Tuan, yang didirikan pada tahun 1886 oleh Datuk Tengku Ulung. Letak

    Desa Kolam adalah di pinggir Sungai Percut, wilayah meliputi Desa Bandar Setia

    sampai ke Desa Bandar Klippa sekarang, masuk ke dalam wilayah kejuruan percut.

    Desa Kolam memiliki waktu tempuh ke kecamatan 20 menit, waktu tempuh

    ke ibukota kecamatan 0,5 jam, waktu tempuh ke kabupaten 1 jam, waktu tempuh

    ke provinsi 1,5 jam dan waktu tempuh ke pusat fasilitas terdekat baik dalam bidang

    ekonomi, kesehatan dan pemerintahan 0,5 jam.

    Desa Kolam mempunyai luas wilayah sebesar 599 ha. Dengan rincian sebagai

    berikut:

    Tabel 4. Pembagian Luas Wilayah Desa Kolam No. Keterangan Luas Wilayah

    (ha) 1. Luas Pemukiman 232 2. Luas Persawahan 357 3. Luas Kuburan 1 4. Luas Lapangan Olahraga 2 5. Luas Rumah Ibadah 1 6. Luas Prasarana Umum Lainnya 6 Jumlah 599

    Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2011

    Tabel 4 menunjukkan bahwa di Desa Kolam luas wilayah yang terbesar

    terdapat pada luas persawahan yaitu sebesar 357 ha dan yang terkecil terdapat pada

    Universitas Sumatera Utara

  • luas kuburan yaitu sebesar 1 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Kolam adalah

    dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

    Tabel 5. Batas-Batas Wilayah Desa Kolam No. Keterangan Berbatasan 1. Sebelah Utara Desa PTP IX Desa Saentis 2. Sebelah Selatan Desa Bandar Klippa 3. Sebelah Timur Kecamatan Batang Kuis 4. Sebelah Barat Desa Bandar Setia

    Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2011

    Kondisi Demografis

    Penduduk di Desa Kolam berjumlah sebesar 13.985 jiwa dengan jumlah

    kepala keluarga sebesar 3.108 KK yang terdiri dari 13 dusun. Penduduk Desa Kolam

    mayoritas beragama Islam dengan jumlah 13.350 jiwa (90%), beragama Kristen

    dengan jumlah 547 jiwa (3,6%), beragama Budha 73 jiwa (0,49%) dan beragama

    Hindu 15 jiwa (0,10%).

    Penduduk Desa Kolam memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda, hal ini

    terlihat dari rincian pada Tabel 6 sebagai berikut:

    Tabel 6. Rincian Mata Pencaharian Penduduk Desa Kolam No. Mata Pencaharian Jumlah

    (Orang) 1. Petani 6.993 2. Buruh Bangunan 4.195 3. Buruh Pabrik 1.398 4. PNS 699 5. Pedagang 418 6. Karyawan 139 7. TNI 120 8. Peternak 23 Jumlah 13.985

    Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2011

    Universitas Sumatera Utara

  • Potensi Alam

    Desa Kolam memiliki keadaan alam yang baik dan sangat berpotensi. Adapun

    keadaan potensi alam di Desa Kolam dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

    Tabel 7. Potensi Alam Desa Kolam No. Keterangan Luas

    (ha) 1. Sawah Irigasi 257 2. Pemukiman 232 3. Sawah Tadah Hujan 74 4. Ladang/Tegalan 70 5. Lahan Kering/Pekarangan 30 6. Sawah Setengah Kering 26 7. Lapangan Olahraga 2 Jumlah 691

    Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2011

    Sarana dan Prasarana

    Desa Kolam memiliki sarana dan prasarana yang memadai yang dapat

    berfungsi membantu keadaan penduduk yang lebih baik. Adapun sarana dan

    prasarana yang terdapat di Desa Kolam dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

    Tabel 8. Jumlah Sarana dan Prasarana Desa Kolam No. Sarana dan Prasarana Jumlah

    (Unit) 1. Angkutan Desa 250 2. Usaha Perdagangan (Kios/Grosir) 120 3. Warung Kelontong 75 4. Jembatan 20 5. Musholla 14 6. Pos Kamling 13 7. Posyandu 12 8. Usaha Peternakan 10 9. Sekolah Dasar (SD) 10 10. Taman Kanak-Kanak (TK) 3 11. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2 12. Mesjid 5 13. Gereja 3 14. Klinik 5

    Universitas Sumatera Utara

  • Lanjutan Tabel 8. Jumlah Sarana dan Prasarana Desa Kolam No. Sarana dan Prasarana Jumlah 15. Kilang Padi 2 16. Madrasah Tsanawiyah (MTS) 1 17. Vihara 1 18. Kuil 1 19. Gapoktan 1 20. Kios Saprodi 1

    Jumlah 549 Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2011

    Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang

    dibutuhkan oleh penduduk Desa Kolam cukup memadai baik dibidang pertanian,

    ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosialnya.

    Faktor Sosial Ekonomi Petani Sampel

    Faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi faktor sosial yang terdiri

    dari tingkat partisipasi, tingkat gotong royong, frekuensi mengikuti penyuluhan, dan

    factor ekonomi yang terdiri dari modal, penggunaan kredit, dan harga gabah.

    Untuk melihat persentase tingkat partisipasi para petani di daerah penelitian,

    dapat dilihat pada Tabel 9 :

    Tabel 9. Distribusi Petani Padi Sawah di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Tingkat Partisipasi Tahun 2011

    Tingkat Partisipasi (Kategori)

    Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase (%)

    Strata I (

  • Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dengan kategori tinggi

    memiliki persentase 80% sebanyak 24 orang merupakan data yang terbesar, kategori

    sedang memiliki persentase 13,33% sebanyak 4 orang dan kategori rendah dengan

    persentase 6,67% sebanyak 2 orang merupakan data terendah. Dikatakan kategori

    tinggi karena para petani sampel mampu memberikan sumbangan pemikiran,

    sumbangan tenaga, sumbangan uang, sumbangan waktu, sumbangan keterampilan,

    serta terlibat dalam partisipasi dan program, memiliki kewajiban dalam program PTT,

    dikatakan kategori sedang karena para petani sampel hanya memberikan sumbangan

    pemikiran, sumbangan tenaga, sumbangan uang, sedangkan kategori rendah karena

    para petani sampel hanya memberikan sumbangan waktu dan keterampilan.

    Untuk melihat persentase tingkat gotong royong para petani di daerah

    penelitian, dapat pada Tabel 10 :

    Tabel 10. Distribusi Petani Padi Sawah di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Tingkat Gotong Royong Tahun 2011 Tingkat Gotong Royong

    (Kategori) Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase

    (%) Strata I (

  • Untuk melihat persentase frekuensi mengikuti penyuluhan para petani di

    daerah penelitian, dapat pada Tabel 11 :

    Tabel 11. Distribusi Petani Padi Sawah di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Tahun 2011

    Frekuensi Mengikuti Penyuluhan (Kategori)

    Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase (%)

    Strata I (

  • terendah, sedangkan Rp 1.500.000-2.500.000 dengan persentase 66,67% sebanyak 20

    orang merupakan data terbesar dan modal awal Rp 2.600.000 dengan persentase

    26,67% sebanyak 8 orang.

    Untuk melihat persentase harga gabah padi sawah di daerah penelitian, dapat

    pada Tabel 13 :

    Tabel 13. Distribusi Petani Padi Sawah di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Harga Gabah Tahun 2011

    Harga Gabah (Rp/Kg)

    Jumlah Petani (Orang) Jumlah Persentase (%)

    Strata I (

  • Tabel 14 menunjukkan bahwa kegiatan penggunaan kredit untuk saprodi para

    petani sampel yang menggunakan kredit dengan persentase 46,67% sebanyak 14

    orang, sedangkan para petani yang tidak menggunakan dengan persentase 53,33%

    sebanyak 16 orang.

    Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Dalam pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) diperlukan

    cara dan teknik dalam melaksanakannya. Adapun cara dan teknik pelaksanaannya

    dapat diuraikan sebagai berikut.

    Penggunaan Varietas Unggul

    Penggunaan varietas unggul baru yang telah dilepas, berdaya hasil tinggi,

    tahan terhadap hama dan penyakit serta sesuai dengan keinginan petani seperti

    varietas Ciherang, Way Apoburu dan Widas, Sinta Nur (aromatik).

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan penggunaan varietas unggul dapat dilihat pada Tabel 15 :

    Tabel 15. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penggunaan Varietas Unggul Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penggunaan Varietas Unggul) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 0 30 30

    Persentase (%) 0% 0% 100% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 15 menunjukkan bahwa semua petani sampel melaksanakan kegiatan

    penggunaan varietas unggul pada pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    dengan persentase 100% sebanyak 30 orang, hal ini disebabkan karena kegiatan

    penggunaan varietas unggul merupakan anjuran dari para penyuluh agar hasil

    produksi dihasilkan baik serta para petani diberi kemudahan adanya varietas unggul

    merupakan subsidi dari pemerintah.

    Penggunaan Benih Bermutu

    Penggunaan benih bermutu di daerah penelitian yaitu penggunaan benih

    berlabel biru, dengan perlakuan benih yang direndam dalam larutan air garam 3% lalu

    yang mengapung dibuang.

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan penggunaan benih bermutu dapat dilihat pada Tabel 16 :

    Tabel 16. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penggunaan Benih Bermutu Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penggunaan Benih Bermutu) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 0 30 30

    Persentase (%) 0% 0% 100% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 16 menunjukkan bahwa semua petani sampel melaksanakan kegiatan

    penggunaan benih bermutu pada pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    dengan persentase 100% sebanyak 30 orang. Kegiatan penggunaan benih bermutu

    dilaksanakan oleh semua petani sampel dengan baik karena kegiatan tersebut anjuran

    Universitas Sumatera Utara

  • dari penyuluh dan benih yang diperoleh merupakan subsidi dari pemerintah yang

    diberikan melalui penyuluh pertanian.

    Perlakuan Benih

    Petani melaksanakan perlakuan benih dengan cara benih dijemur di bawah

    sinar matahari antara 2-3 jam agar benih lebih mudah menyerap air, petani merendam

    benih di dalam air yang bersih sehari semalam dan benih yang sudah direndam,

    dianginkan dan dihamparkan pada karung goni yang telah disiapkan oleh petani. Pada

    saat sebelumnya petani telah membasahi karung goni dengan air sampai benar-benar

    basah. Karung goni yang sudah dibuka dilipat ujungnya, sehingga benih dapat

    terbungkus dengan baik. Kemudian petani menyimpan bungkusan karung goni di

    tempat yang teduh. Pemeraman dilakukan antara 36-48 jam. Untuk menjaga agar

    tetap lembab, sewaktu-waktu petani memercikan air. Setelah benih diperam, petani

    siap untuk menabur benih pada lubang tanam.

    Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal

    perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko kehilangan

    hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih. Luas persemaian adalah 4% dari

    luas pertanaman. Petani memupuk lahan persemaian dengan urea sebanyak 1% dari

    total urea yang digunakan untuk pertanaman. Persemaian tidak boleh tergenang tetapi

    cukup basah dan diberi sekam sebanyak 2 kg/m2 untuk memudahkan petani

    mencabut bibit, terutama untuk penggunaan bibit muda.

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan perlakuan benih dapat dilihat pada Tabel 17 :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 17. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Perlakuan Benih Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Perlakuan Benih) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 1 5 24 30

    Persentase (%) 3,33% 16,67% 80% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 17 menunjukkan bahwa petani sampel yang selalu melaksanakan

    kegiatan perlakuan benih pada pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    dengan persentase 80% sebanyak 24 orang, petani sampel yang kadang-kadang

    melaksanakan perlakuan benih dengan persentase 16,67% sebanyak 5 orang dan 1

    orang petani sampel yang tidak pernah melaksanakan perlakuan benih dengan

    persentase 3,33%.

    Penanaman Bibit Umur Muda

    Petani melaksanakan penanaman bibit umur muda yaitu 10-15 hari setelah

    sebar (HSS) apabila hama keong mas dapat dikendalikan, manfaatnya yaitu bibit

    waktu pindah tanam tidak mengalami stress dan umur panen akan lebih cepat 5-7 hari

    daripada tanam bibit tua.

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan penanaman bibit umur muda dapat dilihat pada Tabel 18 :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 18. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penanaman Bibit Umur Muda Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penanaman Bibit Umur Muda) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 4 26 30

    Persentase (%) 0% 13,33% 86,67% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 18 menunjukkan bahwa petani sampel yang selalu melaksanakan

    kegiatan penanaman bibit umur muda dengan persentase 86,67% sebanyak 26 orang

    dan petani sampel yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan penanaman bibit

    umur muda dengan persentase 13,33% sebanyak 4 orang.

    Penanaman Bibit Perumpun

    Penanaman bibit (10-15 HSS) perumpun, teknologi ini akan memperlihatkan

    potensi genetik tanaman, yaitu bibit muda akan tumbuh dan berkembang dengan

    lebih baik, sistem perakaran lebih intensif, anakan lebih banyak dan lebih mampu

    beradaptasi dengan lingkungan dibanding dengan bibit tua.

    Penamaan bibit muda 2-3 perumpun di daerah penelitian tumbuh dan

    berkembang lebih baik, sistem perakaran lebih intensif, anakan lebih banyak lebih

    beradaptasi dengan lingkungan dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Pada

    daerah penelitian ini terdapat banyak keong, sehingga para petani menggunakan umur

    yang lebih tua dengan cara melakukan persemaian dengan cara sebagai berikut:

    - Petani menyiapkan benih.

    Universitas Sumatera Utara

  • - Petani menyiapkan lahan persemaian basah dengan membuat bendengan

    tanah yang telah diolah, dengan lebar 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan,

    saluran ( 20cm ) antar bendengan, adalah luas persemaian kira-kira 4 %

    dari luas tanam, kerapatan penyebaran benih adalah 50 gr benih/m

    (kisaran 1-1,5 genggam ).

    - Pada saat petani membuat tempat persemaian, petani menambahkan

    campuran sekam atau bahan organik sekitar 2 kg/m. Hal ini dilakukan

    antara lain untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memudahkan

    pencabutan bibit di persemaian.

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan penanaman bibit perumpun dapat dilihat pada Tabel 19 :

    Tabel 19. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penanaman Bibit Perumpun Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penanaman Bibit Perumpun) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 3 27 30

    Persentase (%) 0% 10% 90% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 19 menunjukkan bahwa petani sampel yang selalu melaksanakan

    kegiatan penanaman bibit perumpun dengan persentase 90% sebanyak 27 orang dan

    petani sampel yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan penanaman bibit

    perumpun dengan persentase 10% sebanyak 3 orang.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penggunaan Pupuk Organik

    Petani menggunakan pupuk organik pada lahan sawah rata-rata 2

    ton/ha/musim dari hasil sistem integrasi padi. Petani memperoleh pupuk organik

    untuk lahan sawah dari hewan ternak sebanyak 1,4-1,8 ton. Seekor sapi dapat

    menghasilkan kotoran sebanyak 8-10 kg setiap hari. Melalui satu pemerosesan

    kotoran sapi ini dapat menghasilkan 4-5 kg pupuk organik/hari. Dengan demikian

    setiap seekor sapi mampu menghasilkan 1,4-1,8 ton pupuk organik/tahun.

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan penggunaan pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 20 :

    Tabel 20. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penggunaan Pupuk Organik Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penggunaan Pupuk Organik) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 5 25 30

    Persentase (%) 0% 16,67% 83,33% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 20 menunjukkan bahwa petani sampel yang selalu melaksanakan

    kegiatan penggunaan pupuk organik dengan persentase 83,33% sebanyak 25 orang

    dan petani sampel yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan penggunaan pupuk

    organik dengan persentase 16,67% sebanyak 5 orang.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penggunaan Pupuk Urea

    Para petani memperhatikan warna daun dengan menggunakan Bagan Warna

    Daun (BWD), karena optimalisasi penggunaan N (urea) dalam PTT dilakukan antara

    lain dengan menggunakan BWD. Bagan warna daun adalah alat sederhana (bagan)

    untuk mengukur warna daun padi dengan skala 1-6, masing-masing skala

    mempunyai warna yang mencerminkan tingkat kehijauan daun atau status hara N,

    sedangkan skala 6 (hijau) menggambarkan tanaman sangat kelebihan N. Dengan

    menggunakan BWD dapat diketahui kapan tanaman padi harus diberi pupuk N dan

    jumlah yang diberikan.

    Petani mengambil dari setiap rumpun tanaman yang diukur dari helaian daun

    yang paling tinggi dan sudah terbuka penuh, karena daun ini berhubungan erat

    dengan ketersediaan N tanaman padi. Petani mendapatkan seluruh daun (mulai dari

    pertengahan batang) dengan sebelah tangan sampai ke daun yang paling tinggi,

    kemudian petani membandingkan warna daunnya dengan menempelkan bagian

    tengah daun dengan alat BWD. Lalu petani mencatat nilai skor dan rata-rata skor di

    bawah 4 maka petani memupuk dengan urea. Untuk mengetahui petani yang

    melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada kegiatan penggunaan

    pupuk urea dapat dilihat pada Tabel 21 :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 21. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penggunaan Pupuk Urea Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penggunaan Pupuk Urea) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 1 29 30

    Persentase (%) 0% 3,33% 96,67% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 21 menunjukkan bahwa petani sampel yang selalu melaksanakan

    kegiatan penggunaan pupuk urea dengan persentase 96,67% sebanyak 29 orang dan

    1 orang petani sampel yang kadang-kadang melaksanakan kegiatan penggunaan

    pupuk organik dengan persentase 3,33%.

    Penggunaan Pupuk Fosfat dan Kalium

    Analisa tanah menggunakan pupuk fosfat dan kalium dengan takaran pupuk P

    dan K ditetapkan berdasarkan hasil analisa tanah. Takaran pupuk P ditetapkan dengan

    metode HCl 25%. Hara P yang diperlukan tanaman padi relatif yaitu sekitar 10% dari

    jumlah hara N dan K. Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (PTT) pada kegiatan penggunaan pupuk fosfat dan kalium dapat

    dilihat pada Tabel 22 :

    Tabel 22. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penggunaan Pupuk Fosfat Dan Kalium Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011

    Kegiatan (Penggunaan Pupuk Fosfat Dan Kalium)

    Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 0 30 30

    Persentase (%) 0% 0% 100% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 22 menunjukkan bahwa semua petani sampel melaksanakan kegiatan

    penggunaan pupuk fosfat dan kalium pada pelaksanaan Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) dengan persentase 100% sebanyak 30 orang.

    Penanganan Panen

    Tanaman dipanen pada masa fisiologi berdasarkan umur tanaman sesuai

    dengan deskripsi, dipanen dengan sabit bergerigi, dan dipanen secara berkelompok.

    Dalam menjaga kualitas dan kuantitas hasil ini yang perlu menjadi perhatian di dalam

    penanganan panen.

    Petani melakukan proses panen dengan mengamati sebagian besar daun

    sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit lalu gugur, buah

    mulai berwarna hijau kecoklatan, batang berwarna kuning agak coklat, butir gabah

    menguning mencapai sekitar 80-85% dan tangkainya sudah menunduk, pemanenan

    dilakukan pada 110-115 hari. Untuk mengetahui petani yang melaksanakan

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada kegiatan penanganan panen dapat dilihat

    pada Tabel 23 :

    Tabel 23. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penanganan Panen Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penanganan Panen) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 0 30 30

    Persentase (%) 0% 0% 100% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 23 menunjukkan bahwa semua petani sampel melaksanakan kegiatan

    penanganan panen pada pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan

    persentase 100% sebanyak 30 orang.

    Penanganan Pasca Panen

    Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sampel di daerah penelitian

    bahwa sebanyak 50-75% hasil panen dijual melalui agen dan sisanya mereka

    konsumsi sendiri bersama keluarga. Petani melakukan penanganan pasca panen

    dengan pengeringan di bawah sinar matahari sekitar 2-3 hari agar gabah tahan lama

    disimpan, dilakukan penggilingan sebanyak 2 kali dengan alat mesin penggiling.

    Petani sampel memperoleh beras giling dengan mutu dan rendemen yang

    tinggi karena petani memperhatikan beberapa hal berikut, antara lain gabah harus

    bersih dari kotoran dengan kadar air sekitar 14%, setelah gabah kering, lalu petani

    mengangin-anginkan untuk menghindari butir beras yang pecah dan sebelum petani

    menggiling, petani menyimpan gabah di lumbung atau di gudang perlu dikeringkan

    untuk menurunkan kadar air sampai 14%. Setelah petani menggiling gabah, lalu

    petani menyimpan beras pada kemasan dalam karung beras.

    Untuk mengetahui petani yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) pada kegiatan penanganan pasca panen dapat dilihat pada Tabel 24 :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 24. Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Kegiatan Penanganan Pasca Panen Terhadap Budidaya Padi Di Desa Kolam Tahun 2011 Kegiatan

    (Penanganan Pasca Panen) Skor Penerapan Jumlah

    1 2 3 Jumlah Petani (Orang) 0 0 30 30

    Persentase (%) 0% 0% 100% 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Tabel 24 menunjukkan bahwa semua petani sampel melaksanakan kegiatan

    penanganan pasca panen pada pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    dengan persentase 100% sebanyak 30 orang.

    Dari uraian di atas dapat dikemukan secara ringkas tentang petani padi sawah

    yang melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan baik,

    dapat dilihat pada Tabel 25 :

    Tabel 25. Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Pada Padi Sawah Berdasarkan Jumlah Petani Yang Melaksanakan Sesuai Anjuran

    Kegiatan PTT Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) Penggunaan Varietas Unggul 30 100% Penggunaan Benih Bermutu 30 100% Perlakuan Benih 24 80% Penanaman Bibit Umur Muda 26 86,67% Penanaman Bibit Umur Perumpun 27 90% Penggunaan Pupuk Organik 25 83,33% Penggunaan Urea 29 96,67% Penggunaan Fosfat dan Kalium 30 100% Penanganan Panen 30 100% Penanganan Pasca Panen 30 100% Sumber: Diolah dari lampiran 2 Pada Tabel 25 dapat dikemukakan bahwa keberhasilan pencapaian

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang dilakukan oleh

    petani padi sawah yang paling tinggi adalah pada kegiatan penggunaan varietas

    Universitas Sumatera Utara

  • unggul, penggunaan benih bermutu, penggunaan fosfat dan kalium, penanganan

    panen dan penanganan pasca panen yaitu 100% (30 orang), sedangkan pada kegiatan

    penggunaan pupuk urea 96,67%(29 orang), kegiatan penanaman bibit umur

    perumpun 90% (27 orang), kegiatan penanaman bibit umur muda 86,67% (26 orang),

    kegiatan penggunaan pupuk organik 83,33% (25 orang) dan kegiatan perlakuan benih

    80% (24 orang).

    Untuk melihat jumlah sampel yang melaksanakan program Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (PTT) dengan melakukan kegiatan-kegiatan dalam program PTT

    di daerah penelitian, dapat dilihat pada Tabel 30 di bawah ini:

    Tabel 26. Kriteria Penilaian Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Petani Padi Sawah Berdasarkan Skor Dan Jumlah Sampel Yang Melaksanakan

    Jumlah Skor Kategori Jumlah Petani Persentase (%) 10-16 Tidak Berhasil 0 0% 17-23 Berhasil 0 0% 24-30 Sangat Berhasil 30 100%

    Sumber: Diolah dari lampiran 2

    Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa seluruh petani sampel melaksanakan

    program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan pelaksanaan program yang

    baik yaitu 100% (30 orang). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pelaksanaan

    program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) oleh petani padi sawah yang

    dianjurkan penyuluh pertanian bekerjasama dengan dinas pertanian terkait adalah

    sangat berhasil.

    .

    Universitas Sumatera Utara

  • Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) 1. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Dengan Pelaksanaan Program

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini berarti semakin

    tinggi tingkat partisipasi maka pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) akan sangat berhasil.

    Untuk melihat adanya hubungan yang nyata antara tingkat partisipasi dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian dapat

    dilihat pada Tabel 27 :

    Tabel 27. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Partisipasi Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

    Tk.Partisipasi Pelaksanaan Prog. PTT

    Spearman's rho

    Tk.Partisipasi Correlation Coefficient 1.000 .347

    Sig. (2-tailed) . .061 N 30 30 Pelaksanaan Prog.

    PTT Correlation Coefficient .347 1.000

    Sig. (2-tailed) .041 . N 30 30

    Dari hasil output yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17, diketahui

    bahwa koefisien Korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,347. Untuk mengetahui

    apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat dari signfikansinya. Dari hasil

    diperoleh signifikansi sebesar 0,041. Nilai ini < 0,05. Dengan kriteria ini dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • disimpulkan bahwa H diterima, H ditolak. Artinya terdapat hubungan yang nyata

    antara tingkat partisipasi petani dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Hal ini dikarenakan tingkat partisipasi para petani sampel terlihat dari mereka

    selalu memberikan sumbangan tenaga, pemikiran, waktu, keterampilan serta memiliki

    kewajiban dan terlibat langsung dalam pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman

    Terpadu di daerah penelitian.

    2. Hubungan Antara Tingkat Gotong Royong Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat gotong royong dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini berarti semakin

    tinggi tingkat gotong royong maka pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) akan sangat berhasil.

    Untuk melihat adanya hubungan yang nyata antara tingkat gotong royong

    dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah

    penelitian dapat dilihat pada Tabel 28 :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 28. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Gotong Royong Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

    Tk.Gotong

    Royong Pelaksanaan

    Prog.PTT Spearman's rho

    Tk.Gotong Royong Correlation Coefficient 1.000 .206

    Sig. (2-tailed) . .276 N 30 30 Pelaksanaan

    Prog.PTT Correlation Coefficient .380 1.000

    Sig. (2-tailed) .038 . N 30 30

    Dari hasil output yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17, diketahui

    bahwa koefisien Korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,380. Untuk mengetahui

    apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat dari signfikansinya. Dari hasil

    diperoleh signifikansi sebesar 0,038. Nilai ini < 0,05. Dengan kriteria ini dapat

    disimpulkan bahwa H diterima, H ditolak. Artinya terdapat hubungan yang nyata

    antara tingkat gotong royong petani dengan pelaksanaan program Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Hal ini dikarenakan tingkat gotong royong yang dilakukan petani sampel

    terlihat dari kegiatan membersihkan lahan dan saluran irigasi yang sangat mendukung

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Hubungan Antara Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara frekuensi mengikuti

    penyuluhan dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal

    ini berarti semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan maka pelaksanaan program

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) akan sangat berhasil.

    Untuk melihat adanya hubungan yang nyata antara frekuensi mengikuti

    penyuluhan dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di

    daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 29 :

    Tabel 29. Korelasi Rank Spearman Antara Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

    Frekuensi Mengikuti

    Peny Pelaksanaan

    Prog.PTT Spearman's rho

    Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

    Correlation Coefficient 1.000 -.172

    Sig. (2-tailed) . .363 N 30 30 Pelaksanaan

    Prog.PTT Correlation Coefficient -.230 1.000

    Sig. (2-tailed) .222 . N 30 30

    Dari hasil output yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17, diketahui

    bahwa koefisien Korelasi Rank Spearman adalah sebesar -0,230. Untuk mengetahui

    apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat dari signfikansinya. Dari hasil

    diperoleh signifikansi sebesar 0,222. Nilai ini > 0,05. Dengan kriteria ini dapat

    disimpulkan bahwa H diterima, H ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • nyata antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan pelaksanaan program

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Hal ini dikarenakan petani sampel yang tidak mengikuti penyuluhan dengan

    rutin tetap mendapatkan informasi dari petani sampel lainnya sehingga mereka dapat

    melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    4. Hubungan Antara Modal Awal Usahatani Dengan Pelaksanaan Program

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara modal awal usahatani dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini berarti semakin

    tinggi modal awal usahatani maka pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) akan sangat berhasil.

    Untuk melihat adanya hubungan yang nyata antara modal awal usahatani

    dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah

    penelitian dapat dilihat pada Tabel 30 :

    Tabel 30. Korelasi Rank Spearman Antara Modal Awal Usahatani Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

    Modal Awal Pelaksanaan

    Prog.PTT Spearman's rho

    Modal Awal Correlation Coefficient 1.000 -.062

    Sig. (2-tailed) . .745 N 30 30 Pelaksanaan

    Prog.PTT Correlation Coefficient -.062 1.000

    Sig. (2-tailed) .745 . N 30 30

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari hasil output yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17, diketahui

    bahwa koefisien Korelasi Rank Spearman adalah sebesar -0,062. Untuk mengetahui

    apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat dari signfikansinya. Dari hasil

    diperoleh signifikansi sebesar 0,745. Nilai ini > 0,05. Dengan kriteria ini dapat

    disimpulkan bahwa H diterima, H ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang

    nyata antara modal awal usahatani dengan pelaksanaan program Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Hal ini dikarenakan banyak petani sampel memiliki luas lahan < 1 ha

    sehingga modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan masih terjangkau untuk

    melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    5. Hubungan Antara Harga Gabah Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan

    Tanaman Terpadu (PTT)

    Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara harga gabah dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini berarti semakin

    tinggi harga gabah maka pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    akan sangat berhasil.

    Untuk melihat adanya hubungan yang nyata antara harga gabah dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian dapat

    dilihat pada Tabel 31 :

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 31. Korelasi Rank Spearman Antara Harga Gabah Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

    Harga Gabah

    Pelaksanaan Prog.PTT

    Spearman's rho

    Harga Gabah Correlation Coefficient 1.000 .238

    Sig. (2-tailed) . .206 N 30 30 Pelaksanaan

    Prog.PTT Correlation Coefficient .238 1.000

    Sig. (2-tailed) .206 . N 30 30

    Dari hasil output yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17, diketahui

    bahwa koefisien Korelasi Rank Spearman adalah sebesar 0,238. Untuk mengetahui

    apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat dari signfikansinya. Dari hasil

    diperoleh signifikansi sebesar 0,206. Nilai ini > 0,05. Dengan kriteria ini dapat

    disimpulkan bahwa H diterima, H ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang

    nyata antara harga gabah dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Hal ini dikarenakan petani sampel yang menjual gabah dengan harga terendah

    yaitu Rp 3.000 tetap mendapatkan keuntungan dan masih mencukupi untuk dapat

    melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. Hubungan Antara Penggunaan Kredit Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara penggunaan kredit dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini berarti semakin

    tinggi penggunaan kredit maka pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu

    (PTT) akan sangat berhasil.

    Untuk melihat adanya hubungan yang nyata antara penggunaan kredit dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian dapat

    dilihat pada Tabel 32 di bawah ini:

    Tabel 32. Korelasi Rank Spearman Antara Penggunaan Kredit Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

    Penggunaan

    Kredit Pelaksanaan

    Prog.PTT Spearman's rho

    Penggunaan Kredit Correlation Coefficient 1.000 -.107

    Sig. (2-tailed) . .575 N 30 30 Pelaksanaan

    Prog.PTT Correlation Coefficient -.107 1.000

    Sig. (2-tailed) .575 . N 30 30

    Dari hasil output yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17, diketahui

    bahwa koefisien Korelasi Rank Spearman adalah sebesar -0,107. Untuk mengetahui

    apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat dari signfikansinya. Dari hasil

    diperoleh signifikansi sebesar 0,575. Nilai ini > 0,05. Dengan kriteria ini dapat

    disimpulkan bahwa H diterima, H ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • nyata antara penggunaan kredit dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman

    Terpadu (PTT) di daerah penelitian.

    Hal ini dikarenakan banyak petani sampel memiliki luas lahan < 1 ha

    sehingga modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan tanpa penggunaan kredit

    mereka masih mampu melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    di daerah penelitian.

    Masalah-masalah Yang Dihadapi Petani Sampel Dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Berdasarkan hasil wawancara di daerah penelitian ada beberapa masalah

    yang dihadapi petani sampel dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dari pelaksanaan

    program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada usahatani padi sawah, antara

    lain, yaitu:

    1. Hama Tanaman

    Ada beberapa hama tanaman yang ditemukan di lahan usahatani petani padi

    sawah antara lain, walang sangit merupakan hama yang memiliki stadia tumbuh pada

    saat matang susu, dimana 10 ekor hama dapat menyerang 20 rumpun padi. Lebing

    hitam merupakan hama yang menghisap batang dengan jumlah 5 ekor setiap rumpun.

    Sundep merupakan hama penggerek batang yang tumbuh secara vegetatif atau

    generatif.

    2. Cuaca Buruk

    Cuaca buruk sangat mempengaruhi pada usahatani padi sawah karena dapat

    menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman padi sawah para petani sampel. Cuaca

    Universitas Sumatera Utara

  • buruk yang terjadi di daerah penelitian seperti hujan deras yang mengakibatkan

    banjir.

    Upaya Mengatasi Masalah Yang Dihadapi Petani Sampel Dalam Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani

    sampel dalam pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) antara lain

    penggunaan insektisida untuk memberantas hama yang menyerang tanaman padi

    sawah di daerah penelitian. Adapun insektisida yang digunakan untuk memberantas

    hama tanaman padi sawah, yaitu:

    1. Pada hama walang sangit, petani di daerah penelitian menggunakan insektisida

    supermax dengan dosis 250 ml/0.5ha.

    2. Pada hama lebing hitam, petani di daerah penelitian menggunakan insektisida

    mitindo sp dengan dosis 250 ml/0.5ha.

    3. Pada hama sundep, petani di daerah penelitian menggunakan insektisida desis dan

    serpa dengan dosis 250 ml/0.5ha.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    5. Pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman (PTT) Di Desa Kolam

    Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang memliki teknik

    pelaksanaan yang tinggi.

    6. Ada hubungan yang nyata antara tingkat partisipasi dan tingkat gotong royong

    dengan pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT),

    sedangkan frekuensi mengikuti penyuluhan, modal awal usahatani, harga

    gabah dan penggunaan kredit tidak memiliki hubungan yang nyata dengan

    pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

    7. Adapun masalah yang dihadapi para petani sampel yaitu gangguan hama

    tanaman dan cuaca buruk yang sangat mempengaruhi pada usahatani padi

    sawah karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman padi sawah

    para petani sampel.

    8. Upaya yang dilakukan para petani sampel dalam menghadapi masalah yaitu

    penggunaan insektisida untuk memberantas hama yang menyerang tanaman

    padi sawah di daerah penelitian. Adapun insektisida yang digunakan pada

    hama walang sangit petani menggunakan insektisida supermax, pada hama

    lebing hitam petani menggunakan insektisida mitindo sp dan pada hama

    sundep petani menggunakan insektisida desis dan serpa.

    Universitas Sumatera Utara

  • Saran

    1. Saran kepada petani adalah:

    Petani sebaiknya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian

    sehingga para petani mampu mengembangkan usahatani mereka dengan bantuan

    program penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh pertanian.

    2. Saran kepada pemerintah adalah:

    Pemerintah lebih aktif membantu para penyuluh pertanian dalam

    memperkenalkan program penyuluhan yang baru kepada petani.

    Universitas Sumatera Utara