chapter ii
DESCRIPTION
sipilTRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Tipe-tipe struktur
Struktur dapat dibagi menjadi tiga kategori umum: (a) struktur rangka (framed
structure), dimana elemen-elemennya kemungkinan terdiri dari batang-batang tarik,
tekan, balok, dan batang-batang yang mendapatkan beban lentur kombinasi dan
beban aksial; (b) struktur tipe cangkang (shell-type structure), dimana tegangan aksial
lebih dominan; dan (c) struktur tipe suspensi (suspension-type structure), dimana
tarikan aksial lebih mendominasi sistem pendukung utamanya.
II.1.1 Struktur rangka
Kebanyakan konstruksi bangunan tipikal termasuk di dalam kategori ini.
Bangunan banyak lantai biasanya terdiri dari balok dan kolom, baik yang
terhubungkan secara rigid atau hanya terhubung sederhana dengan penopang
sederhana dengan penopangan diagonal untuk menjaga stabilitas. Meskipun suatu
bangunan banyak lantai bersifat tiga dimensional, namun biasanya bangunan tersebut
didesain sedemikian rupa sehingga lebih kaku pada salah satu arah ketimbang arah
lainnya. Dengan demikian, bangunan tersebut akan diperlakukan sebagai serangkaian
rangka (frame) bidang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1: Gambar berbagai bentuk rangka portal
II.1.2 Struktur Tipe Cangkang
Dalam tipe struktur ini, selain melayani fungsi bangunan, kubah juga
bertindak sebagai penahan beban. Salah satu tipe yang umum dimana tegangan
utamanya berupa tarikan adalah bejana yang digunakan untuk menyimpan cairan
(baik untuk temperatur rendah maupun tinggi), diantaranya yang paling terkenal
adalah tangki air. Bejana penyimpan, tangki, dan badan kapal merupakan contoh
lainnya. Pada banyak struktur dengan tipe cangkang, dapat digunakan pula suatu
struktur rangka yang dikombinasikan dengan cangkang tersebut.
II.1.3 Struktur Tipe Suspensi
Pada struktur dengan tipe suspensi, kabel tarik merupakan elemen-elemen
utama. Contoh struktur yang paling popular dari jenis ini adalah jembatan gantung.
Biasanya subsistem ini dari struktur ini terdiri dari struktur kerangka, seperti misalnya
rangka pengaku pada jembatan gantung. Karena elemen tarik ini terbukti paling
Universitas Sumatera Utara
efisien dalam menahan beban, struktur dengan konsep ini semakin banyak
dipergunakan.
Telah dibangun pula banyak struktur khusus dengan berbagai kombinasi dari
tipe rangka, cangkang dan suspensi. Meskipun demikian, seorang desainer spesialis
dalam tipe struktur cangkang ini pun pada dasarnya harus juga memahami desain dan
perilaku struktur rangka.
II.2 Perilaku Elemen Struktur
Telah kita ketahui bahwa fungsi struktur merupakan faktor utama dalam
penentuan konfigurasi struktural. Komponen-komponen individual dipilih
sedemikian rupa sehingga dapat mendukung dan menyalurkan beban-beban ke
seluruh struktur dengan tepat berdasarkan konfigurasi struktural serta beban-beban
desain.
Selain itu juga terjadi perilaku terhadap batang-batang struktur tersebut antara
lain :
II.2.1 Batang Tarik
Batang tarik pada umumnya berwujud penahan tarik pada kerangka, silangan
diagonal (diagonal bracing) pada berbagai tipe struktur, penumpu langsung pada
balkon, kabel pada sistem atap gantung, dan sebagai kabel utama pada jembatan
gantung serta penggantung yang mendukung jalan rayanya.
Universitas Sumatera Utara
II.2.2 Batang Tekan
Karena kekuatan batang tekan merupakan fungsi dari bentuk penampang
lintangnya (radius girasi), pada umumnya luas penampangnya disebarkan sepraktis
mungkin. Contoh-contoh batang yang mungkin akan mendapat gaya tekan aksial
antara lain adalah batang penarik pada kerangka serta kolom-kolom interior dalam
bangunan. Kendatipun kondisinya begitu ideal, gaya tekan aksial murni tak akan
tercapai; dengan demikian, desain untuk pembebanan aksial berdasar asumsi bahwa
efek dari suatu lentur (bending) yang kecil dan terjadi bersamaan dapat diabaikan.
II.2.3 Balok
Balok merupakan batang-batang yang mendapat beban tranversal. Balok
paling efisien bila luasannya didistribusikan sedemikian rupa sehingga berada pada
suatu jarak praktis terjauh dari sumbu netralnya.
Untuk bentangan sedang yang menanggung beban ringan, sering digunakan balok
lintang badan terbuka. Batang ini merupakan batang kerangka tipe tarik (chord)
sejajar yang digunakan untuk mendukung lantai dan atap.
II.2.4 Beban Lentur dan Aksial
Bila terjadi tarikan atau tekanan bersama-sama dengan lenturan, muncullah
permasalahan tegangan kombinasi, dan tipe batang yang digunakan akan bergantung
pada tipe tegangan yang lebih dominan. Suatu batang yang mendapatkan tekanan dan
lenturan aksial biasanya disebut sebagai balok-kolom.
Universitas Sumatera Utara
II.3 Teori kestabilan
Kolom-kolom ramping/langsing memiliki tipe pokok perilaku yang biasanya
dikenal dengan tekuk. Selama pembebanan yang diberikan relatif kecil, peningkatan
dalam pembebanan hanya akan menghasilkan penyusutan aksial. Namun, kadangkala
saat beban kritis dicapai, bagian dari struktur akan tiba-tiba tertekuk ke arah samping.
Tekuk ini memberikan kenaikan terhadap deformasi yang cukup besar, yang pada
selanjutnya dapat menyebabkan keruntuhan struktur. Beban pada saat terjadinya
tekuk merupakan kriteria desain untuk bagian yang mengalami tekan.
Bagian tekan, seperti kolom akan mengalami kegagalan ketika tegangan yang
terjadi mencapai batasan kekuatan material tertentu. Saat batas kekuatan suatu
material diketahui, akan menjadi suatu persoalan yang relatif sederhana untuk
menentukan kapasitas beban yang dapat ditahan. Tekuk, tidaklah selalu terjadi
sebagai hasil dari tegangan teraplikasi yang mencapai suatu kekuatan material
tertentu yang diperkirakan. Justru, tegangan pada saat terjadinya tekuk tergantung
atas beberapa faktor, termasuk dimensi struktur, perletakan, dan sifat material.
Teori-teori kestabilan dirumuskan dengan tujuan menentukan berbagai
kondisi yang dapat terjadi pada suatu sistem struktural, yang berada pada suatu
keadaan seimbang, tetap dalam keadaan stabil.
Ketidakstabilan merupakan sifat dasar dari struktur dari bentuk ekstrim yang
dapat terjadi; sebagai contoh, batang-batang langsing panjang, pelat datar tipis, atau
cangkang-cangkang silindris tipis. Secara normal, berhubungan dengan sistem dan
mempunyai satu variabel N, yang pada umumnya menunjukkan beban luar tetapi juga
Universitas Sumatera Utara
dapat berhubungan dengan temperatur (tekuk yang berkenaan dengan suhu) atau
gejala lainnya.
Di dalam permasalahan tekuk klasik, sistem dalam keadaan stabil jika N
adalah cukup kecil dan menjadi tidak stabil jika N adalah besar. Nilai dari N dimana
suatu sistem struktur mulai tidak stabil disebut dengan nilai kritis Ncr. Secara umum,
hal yang tersebut di bawah ini haruslah ditentukan terlebih dahulu:
- Konfigurasi keseimbangan dari struktur dengan pembebanan tertentu.
- Berada pada konfigurasi stabil.
- Nilai kritis pembebanan serta konsekuensi perilaku yang dapat terjadi.
II.3.1 Metode Keseimbangan Netral
Pada keadaan umum, kestabilan dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu
sistem fisik untuk dapat kembali ke keadaan seimbang apabila diberikan sedikit
gangguan.
Untuk suatu sistem mekanik, kita dapat mengambil batasan seperti yang
diberikan oleh Dirichlet: “keseimbangan dari suatu sistem mekanik adalah stabil
apabila, di dalam perpindahan titik dari sebuah sistem dari posisi keseimbangan oleh
suatu jumlah yang sangat kecil dan memberikan masing-masing suatu kecepatan awal
kecil, perpindahan titik yang berbeda dari sistem, sepanjang keadaan gerakan, berada
di bawah batas-batas yang telah ditentukan”.
Batasan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa kestabilan adalah suatu
solusi keseimbangan sistem, dan permasalahan untuk memastikan kestabilan adalah
suatu pemecahan dan mempunyai kaitan dengan yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Apabila kita menggambarkan suatu sistem konservatik elastik yang pada
awalnya dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya-gaya, maka sistem akan
berubah menjadi keadaan tidak seimbang dengan adanya sedikit gangguan yang
diberikan terhadapnya. Jika gaya yang bekerja adalah sebesar W, kemudian:
W = T + V = konstan
Dengan mengingat asas dari kekekalan energi.
Dalam hubungan ini, T adalah energi kinetik sistem dan V adalah energi
potensial. Suatu peningkatan kecil pada T, disertai dengan penurunan kecil pada V,
atau sebaliknya. Jika sistem pada awalnya berada pada konfigurasi keseimbangan dari
energi potensial minimum, kemudian energi kinetik T sepanjang dalam pergerakan
bebas mengalami penurunan karena V haruslah meningkat. Sehingga perpindahan
dari keadaan awal akan tersisa lebih kecil dan menjadi keadaan yang stabil.
Konsep kestabilan dapat digambarkan oleh contoh terkenal dari sebuah bola
yang diletakkan pada suatu bidang yang dilengkungkan serta berada pada berbagai
posisi. Dari beberapa posisi dan perilaku yang diberikan oleh ilustrasi bola di bawah
ini, kita dapat mengambil kesimpulan dan gambaran mengenai beberapa tipe
keseimbangan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Tiga keadaan keseimbangan
Meskipun bola berada pada keadaan seimbang untuk setiap posisi yang
ditunjukkan, sebuah pengujian menyimpulkan keberadaan perbedaan-perbedaan yang
penting dari ketiga situasi di atas.
Apabila bola pada bagian (a) dipindahkan sedikit dari posisi awal
keseimbangan, maka bola tersebut akan kembali pada posisi awal tersebut akibat
perpindahan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan. Kondisi yang terlihat dalam
keadaan ini dapat disebut dengan keseimbangan stabil. Sebagai perbandingan, bola
pada bagian (b), apabila dipindahkan sedikit dari posisi akhir, maka bola tersebut
tidak akan kembali ke posisi awal, tetapi selanjutnya akan bergerak lebih jauh dari
posisi keseimbangan awal. Keseimbangan bola pada bagian (b) merupakan sangat
tidak stabil dan genting. Ini disebut dengan keseimbangan tidak stabil. Untuk bagian
(c) dapat menggambarkan sebuah keseimbangan lainnya yang mungkin. Setelah bola
dipindahkan sedikit, maka bola tidak kembali pada posisi keseimbangan awal tetapi
Universitas Sumatera Utara
tidak juga bergerak menjauh dari posisi keseimbangan. Perilaku ini disebut dengan
keseimbangan netral.
Ilustrasi bola di atas dapat juga digambarkan seperti gambar (2.3) di bawah, dimana
memiliki keseimbangan pada setiap titik sepanjang garis ABC.
Gambar 2.3 Permukaan stabilitas
Pada daerah antara A dan B maka keseimbangan adalah stabil, dan daerah
antara B dan C merupakan keseimbangan tak stabil. Pada titik B, dimana merupakan
titik perubahan antara dua daerah baik keseimbangan stabil maupun tak stabil, disini
bola berada pada keseimbangan netral.
Pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa sebuah kolom akan
mengalami tekuk pada beban tertentu dikarenakan konfigurasi yang terus menerus
menjadikan tak stabil terhadap beban. Perilaku kolom ini identik dengan ilustrasi bola
pada gambar (2.3). Konfigurasi terus menerus pada kolom akan menjadi stabil pada
pembebanan yang relatif kecil, tetapi menjadi tidak stabil pada pembebanan besar.
Jika hal ini diasumsikan bahwa keadaan dari keseimbangan netral berada pada
peralihan dari kondisi keseimbangan stabil ke tak stabil pada kolom, sama seperti
yang dilukiskan pada gambar (2.3), kemudian beban pada konfigurasi terus menerus
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan pada kolom menjadi tidak stabil adalah beban dimana keseimbangan
netral adalah mungkin. Beban ini biasanya disebut dengan beban kritis.
Untuk menentukan beban kritis pada kolom, haruslah mencari besaran beban
dimana bagian struktur berada pada keseimbangan baik pada konfigurasi tekuk penuh
maupun sebahagian. Teknik yang digunakan dalam kriteria ini untuk menghitung
beban kritis disebut dengan metode keseimbangan netral.
II.3.2 Energi Potensial Minimum
Berdasarkan contoh mengenai percobaan bola di atas yang memenuhi hukum
energi potensial minimum dari sebuah sistem: “Sebuah sistem elastik konservatif
adalah berada dalam keadaan keseimbangan jika, dan hanya jika, nilai dari energi
potensial adalah relatif minimum”.
Pemakaian kata “relatif minimum” karena mungkin masih didapatnya harga
terkecil yang terdekat dari energi potensial seperti tergambar di bawah yang mana
dipisahkan oleh sebuah rintangan tetapi bergerak dari suatu yang minimum dan
perlunya suatu gangguan yang lebih besar.
Keberadaan dari relatif minimum energi potensial dalam konfigurasi
keseimbangan, secara pasti, hanya untuk kondisi yang cukup memungkinkan
terhadap stabilitas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Karakter relatif dari keseimbangan
II.3.3 Tekuk Bifurkasi
Telah diterangkan bahwa konsep stabilitas berhubungan dengan energi
potensial dari sebuah sistem, namun stabilitas dari sebuah sistem elastik statik, atau
struktur, mungkin juga dijelaskan dengan pertimbangan kekakuan.
Berdasarkan gambar (2.4), kita dapat melihat bahwa penurunan dari energi
potensial yang berkenaan dengan perpindahan dan memberikan kekakuan (pada
gambar, kemiringan dari permukaan) dari sebuah sistem.
Jadi, kekakuan yang positif menunjukkan sebuah keadaan stabil, dimana pada
suatu batas kestabilan maka kekakuan akan hilang. Untuk sebuah struktur, kekakuan
diberikan dalam bentuk matriks, dimana apabila berada pada kondisi positif dan
tertentu, menjamin keadaan stabil terhadap struktur. Titik dimana keadaan sebuah
sistem berubah dari keseimbangan stabil ke keseimbangan netral disebut batas
stabilitas.
Sistem dari sebuah bola pada permukaan lengkung (dimana stabilitas hanya
tergantung pada bentuk permukaan) dapat dibandingkan terhadap sebuah struktur
Universitas Sumatera Utara
seperti kolom yang tertekan. Dalam hal ini, kolom dapat berada pada keadaan stabil
maupun tak stabil, tergantung pada jarak pemberian beban aksial, sebagai parameter
kontrol dari sistem gambar (2.5). Karena kolom mula-mula lurus dan pembebanan
secara aksial, struktur akan berada pada keseimbangan stabil untuk nilai yang kecil
dari N; apabila sebuah gaya pengganggu menghasilkan defleksi, maka kolom akan
kembali ke posisi semula. Ketika beban mencapai level tertentu, yang disebut “beban
kritis”, keseimbangan stabil mencapai sebuah batasan. Ketika beban ini Ncr, berada
pada posisi keseimbangan lainnya dalam sebuah konfigurasi defleksi kecil dari
kolom; jika, pada beban ini, struktur berpindah oleh karena beberapa gangguan kecil,
maka tidak akan kembali lagi terhadap konfigurasi awal.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Stabilitas dari kolom yang tertekan
Sumber: Jurnal ESDEP Lecturer Note, 2007
Apabila beban yang diberikan melebihi nilai kritis, dimana posisi awal tak
stabil dan sedikit gangguan menyebabkan perpindahan yang cukup besar, dan pada
akhirnya terjadi keruntuhan pada kolom dikarenakan tekuk. Titik kritis, dimana
terjadi setelah defleksi struktur menjadi sangat besar, disebut dengan “titik bifurkasi”
dari sistem gambar (2.5). Apabila pada awalnya tidaklah lurus sempurna, defleksi
Universitas Sumatera Utara
akan mulai dari permulaan pembebanan dan di sini tidak akan ada tekuk yang terjadi
secara tiba-tiba oleh bifurkasi, tetapi selanjutnya akan meningkatkan perpindahan
gambar (2.6). Keadaan ini disebut dengan “penyimpangan keseimbangan” dan tidak
ada batasan stabilitas yang jelas. Apabila material tetap elastis, kekakuan dari kolom
(disini diberikan oleh kemiringan N. Kurva δ) akan selalu positif tetapi dengan sedikit
gangguan dapat menimbulkan perpindahan yang sangat besar.
Gambar 2.6 Stabilitas kolom tertekan tak sempurna
Sumber: Jurnal ESDEP Lecturer Note, 2007
Pengurangan kekakuan pada bagian struktur, pada umumnya, yang
disebabkan oleh perubahan baik secara geometri maupun sifat-sifat mekanikal.
Pengurangan kekakuan yang disebabkan oleh perubahan geometri tidaklah secara
umum menyebabkan kehilangan stabilitas tetapi terlebih akan menimbulkan defleksi
Universitas Sumatera Utara
yang besar. Di sisi lain, sebahagian besar pengurangan kekakuan dapat dihasilkan
dari perubahan pada sifat-sifat mekanikal (leleh atau keruntuhan dari material) dan,
dalam konsekuensinya, dapat menimbulkan keruntuhan pada struktur. Tetapi dalam
tulisan ini, hal ini tidaklah dibahas.
II.4 Tekuk Pada Rangka Portal
Karena setiap bagian dari struktur rangka dengan sambungan kaku berada
dalam kondisi dimana setiap batang dengan ujung terkekang secara elastis, maka
metode yang akan dibahas selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan tekuk
pada portal.
II.4.1 Konsep Dasar
Di dalam pengembangan persamaan interaksi balok-kolom, banyak dilakukan
pembahasan mengenai kebenaran panjang efektif kolom yang digunakan pada
persamaan tersebut. Meskipun ada usaha yang dilakukan untuk merumuskan
persamaan interaksi tanpa menggunakan faktor K, dapat dikatakan bahwa hal tersebut
hampir tidak mungkin. Pada gambar (2.7). Dapat dilihat perbandingan hasil antara
persamaan interaksi AISC-LRFD penyelesaian eksak dilakukan oleh Kanchanalai (
1977 ) pada Chen dan Toma (1994 : 9) untuk portal sederhana. Persamaan interaksi
AISC-LRFD ( K = 1 ) memberikan hasil kurang teliti , tetapi untuk K = 2 persamaan
interaksi AISC-LRFD memberikan hasil yang mendekati penyelesaian eksak oleh
sebab itu penggunaan faktor K masih tetap dipertahankan di dalam persamaan
interaksi balok-kolom.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Perbandingan kurva kekuatan balok-kolom dengan dan tanpa
menggunakan faktor-K dengan kurva Kanchanalai (1977)
Pada tabel 1 pada AISC manual ( 1978 bagian 5-124 ), Salmon dan Johnson (
1987 : 278 ) dapat dilihat nilai K untuk berbagai kondisi ujung kolom, tetapi nilai K
ini hanya berlaku untuk kolom yang berdiri sendiri ( Isolated Column ). Sedangkan
kolom pada portal, nilai K yang diberikan pada tabel 1 tidak berlaku lagi. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menentukan faktor K pada portal berdasarkan
pendekatan fungsi stabilitas dengan melakukan analisis tekuk portal secara
keseluruhan ( system buckling analysis ). Metode lain yang cukup teliti adalah
berdasarkan analisis tekuk kolom pada tingkat yang sama. ( story buckling
analisis ) yang dikembangkan oleh Lemessurier ( 1977 ) pada Chen dan Toma ( 1994
: 9 ). Disamping kedua metode tersebut, nilai K dapat ditentukan berdasarkan
pendekatan persamaan kemiringan – lendutan , dan yang dapat disederhanakan dalam
bentuk nomogram ( Alignment Chart ).
L/r = 40
A
0-6
0-2
0-00-20-0 0-4
I
B
I
0-8 1-0
LRFD (K=2-0)
0-6
0-4 PH I =
P
1-0
0-8 LRFD (K=1-0)
Strong AxisWeak Axis
Kanchanalai, adjusted
8
cc
b
L c
Lb
c p
y
Universitas Sumatera Utara
II.4.2 Komponen Struktur yang Dibebani Secara Aksial
Dalam perencanaan struktur kolom yang mengalami gaya tekan aksial akibat
beban terfaktor, Nu, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Nu ≤ n Nn (2.1)
Keterangan:
n adalah faktor reduksi kekuatan, n : 0.85
Nn adalah kuat tekan nominal komponen struktur.
Ditentukan berdasarkan penampang yang mempunyai perbandingan lebar terhadap
tebalnya lebih kecil dari nilai λr,
Keterangan:
fr adalah tegangan residual pada pelat sayap
= 70 MPa untuk penampang dirol
= 115 MPa untuk penampang dilas
fy adalah tegangan leleh material
λr adalah batas perbandingan lebar terhadap tebal untuk penampang tidak
kompak
Gaya tekuk elastis komponen struktur (Ncr) ditentukan sebagai berikut:
dengan parameter kelangsingan kolom λc ditetapkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Keterangan,
λc adalah parameter kelangsingan kolom
r adalah jari-jari inersia
fy adalah tegangan leleh material
E adalah modulus elastisitas material
Lk adalah kc L
Dalam hal ini, kc adalah faktor panjang tekuk. Nilai faktor panjang tekuk kc besarnya
bergantung kepada kekangan rotasi dan translasi pada ujung-ujung komponen
struktur. Pada gambar (2.8) untuk komponen struktur tak bergoyang, kekangan
translasi ujungnya dianggap tak hingga. Pada gambar (2.9) untuk komponen struktur
bergoyang, kekangan translasi ujungnya dianggap nol.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8 Nomogram untuk komponen struktur tak bergoyangSumber: Alexander
Chajes, Principle of Structural Stabity
Theory
Gambar 2.9 Nomogram untuk komponen struktur bergoyang
Sumber: Alexander Chajes, Principle of Structural Stabity Theory
Secara matematis, faktor panjang efektif atau faktor K elastis dapat
didefinisikan sebagai :
Universitas Sumatera Utara
(2.5)
dimana, Pe adalah beban Euller; Pcr adalah beban tekuk elastis dari kolom rangka
ujung terkekang; E adalah modulus elastisitas; I adalah momen inersia penampang;
dan L adalah panjang kolom.
Untuk komponen struktur yang kondisi ujung-ujungnya ideal, nilai kc ditentukan
berdasarkan tabel (2.1) di bawah ini:
Tabel 2.1 Nilai k untuk berbagai kondisi perletakan ideal
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Alexander Chajes, Principle of Structural Stabity Theory
Untuk komponen struktur tekan yang merupakan bagian dari suatu rangka
bersambungan kaku, nilai faktor panjang tekuk kc ditetapkan berdasarkan tabel (2.1).
Pada gambar tersebut, Ga dan Gb adalah perbandingan antara kekakuan komponen
struktur dengan tekan dominan terhadap kekakuan komponen struktur relatif bebas
tekan, masing-masing pada ujung A dan B. Nilai G ditentukan sebagai berikut:
Kecuali bahwa:
Bentuk kolom yang tertekuk ditunjukkan oleh garis terputus
Harga K teoritis 0,5 0,7 1,0 1,0 2,0 2,0
Harga perencanaan yang disarankan bila kondisi ideal hanya merupakan pendekatan 0,65 0,80 1,0 1,2 2,10 2,0
Tanda kondisi ujung
( a ) ( b ) ( c ) ( d ) ( e ) ( f )
Rotasi tak mungkin, Translasi tak mungkin
Rotasi bebas, Translasi tak mungkin
Rotasi tek munfkin, Translasi bebas
Rotasi bebas, Translasi bebas
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya tidak terhubungkan secara
kaku pada fondasi, nilai G tidak boleh diambil kurang dari 10, kecuali
dilakukan analisis khusus untuk menetapkan nilai G tersebut.
b. Untuk komponen struktur tekan yang dasarnya terhubungkan secara kaku
pada fondasi, nilai G tidak boleh diambil kurang dari 1, kecuali bila dilakukan
analisis khusus untuk menetapkan nilai G tersebut.
Menurut teori, nilai G sama dengan nol bila kolom dihubungkan ke pondasi
oleh perletakan jepit. Namun untuk perencanaan praktis, nilai G diambil sama dengan
satu. Bila kolom dihubungkan ke pondasi oleh perletakan sendi, nilai G teoritis
adalah tak terhingga, tetapi untuk perencanaan praktis, nilai G diambil sama dengan
10. Penggunaan nilai G = 1. Untuk perletakan jepit dan G=10 untuk perletakan sendi
menunjukkan bahwa kondisi jepit sempurna atau sendi ideal hampir tidak pernah
dijumpai pada struktur sebenarnya.
Besarnya dihitung dengan menjumlahkan kekakuan semua komponen struktur
tekan, dengan bidang lentur sama, yang terhubung secara kaku pada ujung komponen
struktur yang sedang ditinjau, termasuk komponen struktur itu sendiri.
Besarnya dihitung dengan menjumlahkan kekakuan semua komponen struktur
lentur, dengan bidang lentur sama, yang terhubungkan secara kaku pada ujung
komponen struktur yang sedang ditinjau.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan metode slope-deflection dan fungsi stabilitas,
penentuan faktor panjang efektif dapat ditentukan dengan rumus di bawah.
Untuk portal tidak bergoyang:
(2.7)
Dan untuk portal bergoyang:
(2.8)
Batas kelangsingan untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan,
angka perbandingan kelangsingan dibatasi sebesar 200. Untuk batang-batang
yang direncanakan terhadap tarik, angka perbandingan kelangsingan dibatasi
sebesar 300 untuk batang sekunder dan 240 untuk batang primer.
Daya dukung nominal komponen struktur tekan dihitung sebagai berikut:
Untuk λc ≤ 0.25 maka ω = 1
Untuk 0.25 < λc < 1.2 maka ω =
Untuk λc ≥ 1.2 maka ω = 1.25
Keterangan,
Ag adalah luas penampang bruto, mm2
fcr adalah tegangan kritis penampang, MPa
Universitas Sumatera Utara
fy tegangan leleh material, MPa
ω koefisien tekuk
II.4.3 Mode Tekuk
Mode tekuk merupakan ilustrasi dimana bentuk dari struktur setelah
terjadinya tekuk dapat diperkirakan. Disini kita dapat mengasumsikan berbagai mode
tekuk yang paling mungkin terjadi. Ada beberapa mode tekuk yang sesuai baik untuk
struktur portal persegi maupun struktur gable frame. Beberapa diantaranya seperti
yang tergambar di bawah ini. Dalam pembahasan ini diambil mode tekuk 1 yang
merupakan pembebanan secara statik ekivalen.
Universitas Sumatera Utara
Mode 1 Mode 2 Mode 3 Mode 4
Mode 5 Mode 6
Gambar 2.13 Jenis mode shape pada frame portal akibat tekuk
Universitas Sumatera Utara