chapter ii
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Cokelat (Theobroma cacao)
Theobroma cacao adalah nama biologi yang diberikan pada pohon kakao
oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat alamiah dari genus Theobroma adalah di
bagian hutan tropis dengan banyak curah hujan, tingkat kelembaban tinggi, dan
teduh. Dalam kondisi seperti ini Theobroma cacao jarang berbuah dan hanya
sedikit menghasilkan biji (Spillane, 1995).
Berdasarkan daerah asalnya kakao tumbuh di bawah naungan pohon-
pohon yang tinggi. Habitat seperti itu masih dipertahankan dalam budi daya kakao
dengan menanam pohon pelindung. Kakao mutlak membutuhkan naungan sejak
tanam sampai umur 2 - 3 tahun. Tanaman muda yang kurang naungan
pertumbuhannya akan terlambat. Tanaman ini juga tidak tahan angin kencang
sehingga tanaman pelindung (penaung) dapat berfungsi sebagai penahan angin
(Poedjiwidodo, 1996).
Penaung kakao sangat diperlukan dalam mengatur intensitas penyinaran
sinar matahari, tinggi suhu, kelembaban udara, menahan angin, menambah unsur
hara dan organik, menekan tumbuhan gulma, dan memperbaiki struktur tanah.
Intensitas sinar matahari untuk tanaman muda yang berumur 12 - 18 bulan sekitar
30 – 60 %. Sedangkan untuk tanaman yang sudah produktif, intensitas
penyinaran adalah 50 – 75 % (Susanto, 1994).
5
Kakao (Theobroma cacao) merupakan satu-satunya spesies diantara
22 jenis dalam genus Theobroma yang diusahakan secara komersial. Tanaman ini
diperkirakan berasal dari lembah Amazon di Benua Amerika yang mempunyai
iklim tropis. Colombus dalam pengembaraan dan petualangannya di benua
menemukan dan membawanya ke Spanyol (Poedjiwidodo, 1996).
Tanaman kakao terdiri dari 2 (dua) tipe yang dibedakan berdasarkan atas
warna bijinya, warna putih termasuk ke dalam grup Criollo, sedangkan biji
tanaman ungu termasuk grup Forastero. Walaupun spesies tanaman yang ada
cukup banyak, pada umumnya kakao dibagi 2 (dua) tipe antara lain:
a. Criollo : 1. Criollo Amerika Tengah
2. Criollo Amerika Selatan
b. Forastero : 1. Forastero Amazone
2. Trinitario (merupakan hibrid Criollo dan Forastero)
(Nasution, 1976).
Kakao dibawa oleh orang Spanyol ke Indonesia sekitar tahun 1560 melalui
Filipina ke daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Di daerah itu kakao ditanam sebagai
tanaman campuran di pekarangan, dan baru dikembangkan secara luas pada tahun
1820. Pada tahun 1845 tanaman ini terserang penggerek buah kakao (PBK) dan
karena ditanam tanpa naungan maka umur tanaman hanya mencapai 12 tahun
(Poedjiwidodo, 1996).
Wood, (1987) menyatakan bahwa varietas dari hasil persilangan secara
alamiah Criollo dan Trinitario dijumpai di Jawa, Sumatera, Suriname, Costa
Rica, Panama, Venezuela, Timur, dan Granada. Dari tipe Trinitario inilah maka
dikembangkan sebagai klon, sehingga lahirlah klon-klon DR ( Djati Runggo).
Dengan penemuan klon-klon DR ini, maka perkebunan di Jawa Tengah kini
berkembang sampai ke Jawa Timur, Sumatera dan daerah lainnya.
Jenis Criollo dan Trinitario serta persilangan keduanya dikenal sebagai
penghasil kakao mulia (fine cacao). Pada biji kakao jenis ini tidak ditemukan
pigmen ungu, setelah difermentasi dan dikeringkan, biji berwarna cokelat muda,
dan bila disangrai memberi aroma yang kuat. Jenis Forastero dikenal sebagai
penghasil biji kakao lindak (bulk cacao) atau kakao curah. Biji buah segar
berwarna ungu, setelah mengalami proses fermentasi dan pengeringan biji
berwarna cokelat tua dan bila disangrai aromanya kurang kuat bila dibandingkan
dengan kakao mulia (Hudayah, 1985).
Biji kakao sangat diperlukan dalam berbagai macam industri karena
sifatnya yang khas, yaitu : (1) biji kakao mengandung lemak yang cukup tinggi
(55 %), dimana lemaknya mempunyai sifat yang unik yaitu membeku pada suhu
kamar, akan tetapi mencair pada suhu tubuh, (2) bagian padatan biji kakao
mengandung komponen flavor dan pewarna yang sangat dibutuhkan dalam
industri makanan (Djatmiko dan Wahyudi, 1986).
Produk-produk industri cokelat dibuat berdasarkan pemanfaatan kedua
sifat biji cokelat tersebut, yang umumnya berupa bubuk cokelat (cocoa powder)
atau lemak cokelat (cocoa butter). Kedua produk ini terutama lemak cokelat
adalah bahan yang sangat diperlukan pada industri makanan, farmasi, dan
kosmetika (Viskil, 1980).
Penggunaan biji kakao dalam industri makanan juga mempunyai
keuntungan-keuntungan karena flavor khas kakao sangat digemari konsumen dan
flavor kakao dapat dikombinasikan dengan flavor lain yang kurang enak
(De Zaan, 1975).
Cokelat mempunyai alkoloid seperti theobromin dan phenethylamin yang
memiliki efek fisiologi tubuh manusia yaitu aphrodisial (rasa senang). Selain itu
juga mengandung flavanoids dan asam galat yang dapat mencegah penyakit
jantung dan memiliki aktivitas anti oksidan sehingga dapat mencegah oksidasi
LDL, sebagai anti karsinogen kandungan asam palmitat yang diserap sangat
lambat, asam stearat dan asam oleat dibuktikan tidak dapat meninggikan level
LDL kolesterol.
Tepung Cokelat (Cocoa Powder)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 45/2009 disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan tepung cokelat adalah produk dari tanaman cokelat
berbentuk bubuk yang diperoleh dari kakao massa setelah dihilangkan sebagian
lemaknya dengan atau tanpa perlakuan alkalisasi. Alkalisasi adalah proses
penambahan suatu bahan alkalis yang sesuai dengan biji cokelat dengan tujuan
untuk mengatur keasaman agar mencapai tingkat yang diinginkan
(Nasution, et al., 1985).
Fermentasi dan penyangraian biji mengakibatkan sifat-sifat citarasa bubuk
cokelat berbeda-beda misalnya intensitas cocoa flavor, rasa pahit, astringent dan
keasaman. Acidifikasi biji cokelat oleh asam asetat selama fermentasi berlangsung
sangat penting untuk pengembangan flavor/citarasa. Perubahan-perubahan ini
termasuk peptida-peptida dan asam-asam amino. Fermentasi juga menyebabkan
berkurangnya polifenol terlarut dan pada tahap ini juga terjadi pengurangan/
pengeluaran theobromin dan kafein serta komponen-komponen volatil (alkohol,
ester dan aldehid). Penyangraian menyebabkan pengembangan aroma spesifik
cokelat dengan adanya reaksi Maillard, karamelisasi gula, degradasi protein dan
pembentukan komponen volatil seperti pyrazin yang merupakan salah satu
komponen flavor yang diinginkan (Anonimousa, 2008).
Biji kakao baik yang difermentasi maupun tidak difermentasi dan
dikeringkan kemudian disangrai dan selanjutnya digiling untuk menghasilkan
pasta cokelat dan pasta cokelat dipres untuk membuat lemak dan bungkil kakao.
Kemudian bungkil kakao digiling dan diayak sehingga dihasilkan bubuk cokelat.
Proses penyangraian biji cokelat yang difermentasi maupun yang tidak
difermentasi diduga mempengaruhi mutu dan citarasa tepung cokelat
(Anonimousb, 2008).
Tepung cokelat dari biji yang difermentasi termasuk tepung natural yang
memberikan warna cenderung lebih terang daripada tepung cokelat dari biji non
fermentasi. Tepung cokelat natural cocok digunakan dalam industri roti dan
pembuatan selai; sementara bubuk dengan pH di atas 6,0 biasanya digunakan
untuk pembuatan minuman, puding, dan es krim (Anonimousc, 2005).
Syarat mutu tepung cokelat (cocoa powder) sebagai berikut :
Parameter Uji Satuan Syarat Mutu
Keadaan : a. Bau - khas cokelat, bebas dari
bau asing b. Rasa - khas cokelat, bebas dari
bau asing c. Warna - cokelat atau warna lain
akibat alkalisasi Kadar air (b/b) % maks 5,0 Kadar lemak (b/b) % min 10,0 Cemaran mikroba : a. Angka Lempeng Total koloni/g maks 5 x 103 b. Bakteri bentuk coli APM/g < 3 c. Escheria coli per g negatif d. Salmonella per 25 g negatif d. Kapang koloni/g maks 50 e. Khamir koloni/g maks 50 Sumber : (Badan Standarisasi Nasional, 2004).
Komponen dan Manfaat Minyak Jagung
Minyak jagung mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi yaitu sekitar
25.000 kilo kalori/gram. Selain itu juga minyak jagung lebih disenangi konsumen
karena selain harganya yang murah juga mengandung sitosterol sehingga para
konsumen dapat terhindar dari gejala atherosclerosis (endapan pada pembuluh
darah) yaitu terjadinya pembentukan kompleks antara sitosterol dan Ca++ dalam
darah. Dalam minyak jagung terdapat banyak asam lemak esensial yang
dibutuhkan pada pertumbuhan sel (Ketaren, 1986).
Salah satu mutu minyak jagung tergantung pada kadar bilangan iodine
yang dikandungnya, sehingga kadarnya harus dianalisa. Bilangan iodine
ditentukan untuk menunjukkan besarnya tingkat ketidakjenuhan suatu minyak
atau lemak dimana asam lemak tidak jenuh yang terkandung pada minyak jagung
sangat tinggi yaitu sekitar 86%. Mutu minyak juga dipengaruhi oleh kadar asam
lemak bebas, karena jika kadar asam lemak bebasnya tinggi, maka akan timbul
bau tengik disamping itu juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan
timbulnya korosi. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan naiknya asam
lemak bebas dalam minyak antara lain adalah kadar air yang terkandung dan
enzim yang terdapat dalam minyak tersebut (Iskandar dan Ismail, 1983).
Spesifikasi Minyak Jagung
Spesifikasi merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak apakah
minyak itu bermutu baik atau tidak, adapun spesifikasi pada minyak jagung antara
lain adalah sebagai berikut :
Spesifikasi Kandungan
Berat jenis 25oC 0,914-0,921 gr/cc
Bilangan iodine 102-130 mg/gr
Bilangan saponifikasi 187-193
Asam Lemak Bebas < 2,0 %
Bilangan Peroksida 5 meq/kg
Bahan yang tidak tersabunkan < 1,5 %
(Ketaren, 1986).
Deskripsi Selai Coklat
Di Amerika Serikat selai didefenisikan sebagai suatu bahan pangan
setengah padat yang dibuang kurang dari 45% dari bagian berat zat penyusun sari
buah dan 55% dari bagian berat gula. Campuran ini dikentalkan sampai mencapai
kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65%. Zat warna dan cita rasa dapat
ditambahkan (Desrosier, 1988).
Selai atau jam adalah makanan setengah padat yang dibuat dari
buah-buahan ataupun produk olahan lain seperti lemak kacang untuk selai kacang,
mentega cokelat dan tepung cokelat untuk pembuatan selai cokelat, campuran ini
yang akan ditambahkan dengan gula pasir, yang menghasilkan kandungan total
padatan minimal 65%. Syarat selai yang baik adalah mudah dioleskan dan
mempunyai aroma dan rasa buah asli, pada pembuatan selai cokelat menggunakan
penambahan tepung cokelat sebagai pengganti bahan utama dari buah kakao
untuk memberikan rasa dan aroma dari buah kakao yang asli
(Margono, et al., 2007).
Selai cokelat adalah pasta rasa cokelat yang digunakan sebagai olesan di
roti kue kering mirip seperti muffin. Produk selai cokelat yang disukai terutama
oleh anak-anak dan berfungsi sebagai olesan yang sering digunakan pada roti
tawar. Meskipun rasa, bau, dan penampakan seperti cokelat namun tidak
menggunakan cokelat atau kakao murni. Selai cokelat biasanya mengandung
kakao dan minyak, dan juga mungkin mengandung komponen susu dan tambahan
rasa dan bau (Wikipedia, 2008).
Selai cokelat dibuat dengan mencampurkan minyak nabati, gula, tepung
cokelat, whey powder, susu full cream, lesitin, dan antioksidan. Jenis minyak
yang biasa digunakan dalam pembuatan selai cokelat adalah minyak sawit. Selai
cokelat berbahan baku minyak sawit dapat mengalami beberapa kerusakan fisik
yang menurunkan mutu produk, seperti terjadinya pemisahan minyak, fat bloom
dan pengerasan selai. Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang menyebabkan
penurunan mutu pada selai cokelat maka salah satu usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah mengganti minyak nabati yang digunakan dengan
yaitu minyak sawit dengan minyak jagung (Rhamadan, 2007).
Bahan Yang Ditambahkan dalam Pembuatan Selai Cokelat
Gula pasir
Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis
meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi gula bersifat untuk menyempurnakan
rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula,
memiliki kemampuan mengurangi kelembapan relatif (ERH) dan daya mengikat
air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan
(Buckle, et al., 1987).
Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena
hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula, sebagai bahan penambah
rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan untuk memperbaiki susunan
dalam jaringan (Rahayu, 2008).
Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering
digunakan adalah krisal sukrosa padat. Gula digunakan untuk merubah rasa dan
keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti glukosa
(yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim hidrolisis asam) menyimpan energi
yang akan digunakan oleh sel. Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan
yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis
(Syarief dan Irawati, 1988).
Garam
Garam dapur terkandung unsur sodium dan chlor dengan rumus kimia
NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas laut dan
cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler. Sebagai komponen
utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan
pengawet makanan. Unsur sodium ini penting untuk mengatur keseimbangan
cairan di dalam tubuh (Widayanto, 2009).
Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu untuk
menetralkan rasa pahit dan rasa asam, membangkitkan selera dan mempertajam
rasa manis, selain itu garam mempunyai tekanan osmotic yang tinggi, higroskopik
dan dapat terurai menjadi Na+ dan Cl- yang meracuni sel mikroba dan mengurangi
kelarutan oksigen (Purba dan Rusmarilin, 1985).
Penambahan garam pada produk tertentu dapat berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai
pemantap cita rasa sebanyak beberapa dari yang dibutuhkan untuk memberikan
peningkatan cita rasa dari produk, karena jika diberikan pada kadar yang
berlebihan maka akan mengubah cita rasa dari produk tersebut (Muchtadi, 1997).
Natrium Benzoat
Natrium benzoat merupakan butiran atau serbuk putih, tidak berbau dan
bahan ini dapat ditambahkan langsung ke dalam bahan makanan atau dilarutkan di
dalam air atau pelarut-pelarut lainnya (Winarno, et al., 1980).
Turunan pH medium akan menaikkan proporsi asam yang tidak
terdisosiasi. Karena asam yang tidak terdisosiasi penentu utama peranan
pengawet. Asam benzoat sangat efektif dalam menghambat bahan makanan
dengan pH rendah (Tranggono, et al., 1990).
Benzoat umumnya digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan
bakteri dengan konsentrasi 0,05-0,10 %. Efektifitas atau daya menghambat
natrium benzoat adalah dengan mengganggu cairan nutrisi sel atau sel mikroba
dan mengganggu keaktifan enzim yang ada pada sel (Buckle, et al., 1987).
Penambahan bahan pengawet natrium benzoat pada bahan pangan tidak
dilarang Pemerintah. Namun, produsen hendaknya tidak menambahkan jenis
bahan pengawet ini sesuka hati, karena bahan pengawet ini akan merugikan
kesehatan jika dipakai secara berlebihan. Pada penderita asma dan urticaria sangat
sensitif terhadap asam benzoat dan jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan
mengiritasi lambung (Muchtadi, 1997).
Susu Bubuk
Susu adalah cairan kolostrum bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh
kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum
mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah
menjadi berbagai produk seperti mentega, yoghurt, es krim, keju, susu kental
manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia (Wikipedia, 2008a).
Susu bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu
bubuk mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu
disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah. Susu bubuk
banyak sekali ditemukan di negara-negara berkembang karena biaya transportasi
dan penyimpanannya sangat murah (karena tidak membutuhkan pendingin).
Susu bubuk dianggap tidak mudah rusak dikarenakan sedikitnya kandungan air
(bakteri sangat cepat berkembangbiak pada makanan yang basah atau minuman).
Susu bubuk dalam pembuatan selai cokelat digunakan untuk memberikan aroma
serta meningkatkan nilai gizi dari produk selai cokelat yang dihasilkan
(Wikipedia, 2008b).
Jenis susu bubuk yang banyak dikenal di masyarakat antara lain susu
bubuk full cream. Susu bubuk full cream merupakan susu yang paling mudah
dalam hal penyimpanan dan mudah bercampur ke dalam air hangat
(suam-suam kuku). Kandungan susu bubuk full cream merupakan sumber protein
yang baik bagi badan kita. Susu bubuk full cream dapat diaplikasikan dalam
minuman kopi atau teh sebagai ganti krimer. Adapun aplikasi yang lain dapat
dicampur untuk pembuatan coklat, selai roti, kue kering, permen, ice cream dan
segala jenis makanan yang membutuhkan rasa krim (Tokocsc, 2007).
Lesitin
Emulsi merupakan suatu campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang
pada dasarnya tidak saling bercampur, pada umumnya untuk membuat kedua
cairan tersebut dapat bercampur diperlukan zat pengemulsi (emulsifying agent)
sehingga sediaan emulsi dapat stabil. Zat pengemulsi diantaranya adalah lesitin
(Ansel,1989).
Lesitin adalah phospolipid yang merupakan komponen essensial dari
membran sel dan pada prinsipnya terdapat pada berbagai varietas makhluk hidup.
Pada kenyataannya, lesitin banyak ditemukan dalam tanaman-tanaman seperti
kedelai, kacang tanah, biji kapas, bunga matahari, dan jagung. Lesitin banyak
digunakan dalam industri pangan sebagai zat pendispersi, pengemulsi dan
penstabil (stabilizing agent) (Wade, 1994).
Lesitin (phospatidil kolin) dengan komponen utamanya kolin, adalah zat
gizi penting yang ditemukan secara luas pada berbagai pangan dan tersedia
sebagai suplemen. Kolin telah lama dikenal sebagai zat gizi esensial bagi
sejumlah spesies hewan dan akhir-akhir ini terbukti esensial juga pada manusia
(Swarbrick, 1995).
Lesitin mengandung sekitar 13 % kolin berdasar berat. Lesitin juga zwiter
ion, mempunyai muatan positif pada atom N kolin dan muatan negatif pada atom
O dari grup phospat. Lesitin dapat bersifat polar (bagian kolin) dan non polar
(bagian asam lemak) sehingga sangat efektif sebagai emulsifier
(Swarbrick, 1995).
Lesitin dan phospolipid lain mengandung komponen hidrofobik dan
hidrofilik yang digunakan sebagai sifat fungsional dalam pengolahan pangan.
Lesitin dapat digunakan sebagai emulsifier, fat replacer, mixing/blending aid,
release agent.