chapter ii

17
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Indeks Massa Tubuh 2.1.1 Definisi Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Menurut rumus metrik: Berat badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------- [Tinggi badan (m)] 2 Atau menurut rumus Inggeris: IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)] 2 x 703 2.1.2 Kategori Indeks Massa Tubuh Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009). Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obes. Standar baru untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di Universitas Sumatera Utara

Upload: nhana-siibobob-lemood

Post on 29-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PDF

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks Massa Tubuh

2.1.1 Definisi Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan

antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat

menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang.

IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan

bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti

underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn

LM et al., 2002). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak

tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah

dilakukan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Menurut rumus metrik:

Berat badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------- [Tinggi badan (m)]

2

Atau menurut rumus Inggeris:

IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)]2

x 703

2.1.2 Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi

menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur

bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah

spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).

Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obes. Standar baru

untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

bawah 18,5 sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai

berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT

yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas

dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat

III (>40) (CDC, 2002).

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan

pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada

akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1: Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT KATEGORI

< 18,5 Berat badan kurang

18,5 – 22,9 Berat badan normal

≥ 23,0 Kelebihan berat badan

23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obes

25,0 – 29.9 Obes I

≥ 30,0 Obes II

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

2.1.3 Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat

dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa

kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran

lemak tubuh.

Kekurangan indeks massa tubuh adalah:

1. Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina)

yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan

mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase

lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam

pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT

adalah disebabkan oleh lemak tubuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

2. Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah

seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang.

Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama

pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat

badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan

usia.

3. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu

karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai

contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan

berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas

pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CORE, 2007).

Kelebihan indeks massa tubuh adalah:

1. Biaya yang diperlukan tidak mahal

2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan

tinggi badan seseorang.

3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah

dinyatakan pada table IMT.

2.2 Obesitas

2.2.1 Definisi

Obesitas merupakan kelainan dari sistem pengaturan berat badan

yang ditandai oleh akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Dalam

masyarakat primitif, dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas

fisik yang tinggi dan makanan hanya tersedia sesekali, kecenderungan genetik

akan berperan dalam penyimpan kalori sebagai lemak karena makanan yang

dikonsumsi tidak melebihi kebutuhan (Richard Harvey et al., 2005).

Obesitas didefinisikan sebagai keadaan di mana adanya

peningkatan yang sangat berlebihan pada massa jaringan adiposa (lemak).

Obesitas bisa disalahartikan sebagai peningkatan berat badan yang sangat

berlebihan bagi kebanyakan masyarakat. Namun, konsep ini tidak begitu

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

relevan karena konsep obesitas tidak bisa diambil akibat peningkatan berat

badan semata-mata melainkan adanya peningkatan massa jaringan adiposa

(Gabriel Uwaifo, 2009).

Obesitas dan kegemukan merupakan faktor resiko utama untuk

sejumlah penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker.

Obesitas dianggap merupakan masalah hanya di negara berpenghasilan tinggi,

tetapi sekarang jumlah pederita obesitas dan kegemukan semakin meningkat

di negara berpenghasilan rendah dan menengah khususnya di perkotaan

(WHO, 2010).

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Penambahan berat badan terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh. Jika makanan

yang dimakan memberikan kalori lebih dari kebutuhan tubuh, maka kalori

tersebut akan ditukar atau disimpan sebagai lemak. Pada awalnya, hanya ukuran

sel-sel lemak yang akan meningkat. Tetapi apabila ukuran sel-sel tersebut tidak

bisa lagi mengalami peningkatan, maka sel-sel akan menjadi bertambah banyak.

Apabila tubuh mengalami pengurangan berat badan, yang akan berkurang

hanyalah ukuran sel-sel lemak, bukan jumlahnya yang berkurang mengakibatkan

lemak akan mudah terbentuk semula.

Terdapat banyak penyebab obesitas. Ketidakseimbangan asupan kalori dan

konsumsi bervariasi bagi tiap individu. Turut memainkan peranan dan

berkontribusi adalah usia, jenis kelamin, genetik, psikososial, dan faktor

lingkungan (Gayle Galletta, 2005).

A. Faktor Genetik

Obesitas cenderung berlaku dalam keluarga. Ini disebabkan oleh

faktor genetik, pola makan keluarga, dan kebiasaan gaya hidup.

Walaupun begitu, mempunyai anggota keluarga yang obesitas tidak

menjamin sesorang itu juga akan mengalami obesitas (Gayle Galletta,

2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

B. Faktor Emosional

Sebagian masyarakat mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang

banyak karena depresi, putus asa, marah, bosan, dan banyak alasan lain

yang tidak ada hubungannya dengan rasa lapar. Ini tidak berarti bahwa

penderita obesitas mengalami lebih banyak masalah emosional daripada

orang normal yang lain. Tetapi hanya berarti bahwa perasaan seseorang

mempengaruhi kebiasaan makan dan membuat seseorang makan terlalu

banyak. Dalam kasus yang jarang, obesitas dapat digunakan sebagai

mekanisme pertahanan akibat tekanan sosial yang dihadapi terutama pada

dewasa putri. Dalam kasus seperti ini ditambah dengan masalah

emosional yang lain, intervensi psikologis mungkin menberikan manfaat

(Gayle Galletta, 2005).

C. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah gaya

hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang dipengaruhi

oleh masyarakat sekitarnya. Makan terlalu banyak dan aktivitas yang

pasif (tidak aktif) merupakan faktor resiko utama terjadinya obesitas

(Gayle Galletta, 2005).

D. Faktor Jenis Kelamin

Secara rata-rata, lelaki mempunyai massa otot yang lebih banyak

dari wanita. Lelaki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan

saat istirahat karena otot membakar kalori lebih banyak berbanding tipe-

tipe jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah

bertambah berat badan berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama

(Gayle Galletta, 2005).

E. Faktor Usia

Semakin bertambah usia seseorang, mereka cenderung kehilangan

massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Kadar metabolisme

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

juga akan menurun menyebabkan kebutuhan kalori yang diperlukan lebih

rendah (Gayle Galletta, 2005).

F. Kehamilan

Pada wanita, berat badannya cenderung bertambah 4 – 6 kilogram

setelah kehamilan dibandingkan dengan berat sebelum kehamilan. Hal ini

bisa terjadi setiap dari kehamilan dan kenaikan berat badan ini mungkin

akan menyebabkan obesitas pada wanita (Gayle Galletta, 2005).

2.2.3 Obesitas Tipe Android dan Tipe Ginekoid

Terdapat beberapa tipe obesitas. Tipe obesitas pada lelaki (android)

menunjukkan distribusi dan akumulasi dominan jaringan adiposa pada bagian

visceral dan upper thoracic menunjukkan gambaran seperti buah apel. Sedangkan

tipe obesitas pada wanita (ginekoid) menunjukkan akumulasi jaringan adiposa

dijumpai secara dominan pada bagian bawah tubuh yaitu di daerah panggul dan

paha yang mempunyai gambaran seperti buah pir. Obesitas tipe android adalah

merupakan salah satu resiko penyebab penyakit kardiovaskular dan lebih banyak

jikan dibandingkan dengan obesitas tipe ginekoid.

Faktor keturunan atau genetik memberikan kontribusi yang penting

terhadap insidensi penyakit ini dalam keluarga, meskipun faktor lingkungan

memainkan peran dalam perkembangannya. Obesitas android berhubungan

dengan kelainan metabolik yang juga merupakan ciri sindrom X: resistensi

insulin, hipertensi arterial, dan dislipidemia. Kecenderungan seseorang dengan

obesitas android menjadi diabetes adalah terletak pada faktor keturunan dan faktor

lingkungan.

Hiperinsulinemia dan jumlah asam lemak bebas tinggi yang betindak pada

hati dan pankreas untuk meningkatkan resistensi insulin dan munurunkan sekresi

insulin merupakan 2 faktor terjadinya diabetes tipe II. Kelainan fungsional lain

yang terjadi menyebabkan obesitas android adalah disregulasi steroid

adrenokortikal dan stress. Namun tidak ada bukti yang signifikan untuk

membuktikan hipotesa diatas (D. Janjic, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

2.3 Penyakit Jantung Koroner

2.3.1 Definisi

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai

manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung akibat dari penyempitan

atau pnyumbatan aliran darah arteri koronaria yang manifestasi kliniknya

tergantung pada berat ringannya penyumbatan arteri koronaria (Perki, 2004).

Selain itu, penyakit jantung koroner juga membawa arti penyakit

kompleks yang disebabkan oleh menurun atau terhambatnya aliran darah pada

satu atau lebih arteri yang mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung (Justin

Pearlman, 2009).

Penyakit jantung koroner (PJK) juga boleh diartikan sebagai kelainan pada

satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam

pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit

lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung

sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung (Budiono &

Bambang, 2006).

2.3.2 Sindrom Koroner Akut (Acute Coronary Syndrome)

Penyempitan pembuluh darah akan menghasilkan neovaskularivasi

(pembentukan pembuluh darah baru) yang akan mengeliling pembuluh darah

yang tersumbat untuk tetap mensuplai darah dan oksigen ke jantung. Namun, pada

saat olahraga atau stress, neovaskularisasi tidak dapat mensuplai darah kaya

oksigen sesuai dengan kebutuhan otot jantung.

Pada kasus lain, bekuan darah akan sepenuhnya menghalangi suplai darah

ke otot jantung, menyebabkan sindroma yang disebut sebagai sindroma koroner

akut (acute coronary syndrome). Sindroma ini adalah sindroma yang diberikan

untuk tiga kondisi serius yaitu:

A. Unstable angina

Nyeri dada yang dapat dikurangi dengan obat oral, tidak stabil, dan

dapat berkembang menjadi serangan jantung. Biasanya pengobatan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

prosebur yang lebih intens diperlukan untuk mengobati sindroma koroner

akut ini.

B. Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarct or “non-Q-wave MI”

Serangan jantung atau infark miokard ini tidak menyebabkan

perubahan khas pada elektrokardiogram (EKG). Tetapi, terdapat penanda

kimia (chemical markers) dalam darah yang menunjukkan kerusakan yang

telah terjadi pada otot jantung.

C. ST Segment Elevation Myocardial Infarction or “Q-wave MI”

Serangan jantung atau infark miokard ini disebabkan oleh periode

sumbatan pembuluh darah yang lanjut. Ini mempengaruhi atau

merusakkan area besar dari otot jantung, dan menyebabkan perubahan

EKG serta penanda kimia dalam darah.

Pada sesetengah orang, terdapat beberapa gejala yang menunjukkan bahwa

mereka akan segera mengalami sindroma koroner akut. Namun begitu, ada juga

yang tidak menunjukkan gejala sehingga terjadi sesuatu dan ada juga yang sama

sekali tidak memiliki gejala sindroma koroner akut (Robert Bryg, 2009).

2.3.3 Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner

A. Faktor Utama

1. Hipertensi

Salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya PJK

adalah hipertensi. Perubahan struktur arteri dan arterial sistemik,

terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati biasanya

mengakibatkan komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial.

Terjadi hipertropi dari tunika media pada permulaan diikuti dengan

hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima

kemudian akan terjadi penyempitan pembuluh darah pada akhirnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai

miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner, arteri serebral

serta pembuluh darah ginjal. Kegagalan ventrikel kiri, PJK seperti

angina pektoris dan miokard infark adalah merupakan komplikasi

yang paling sering terjadi akibat penyakit hipertensi. Dari penelitian

yang telah dilakukan, 50% daripada penderita miokard infark dan 75%

kegagalan ventrikel kiri adalah diakibatkan oleh hipertensi.

Perubahan hipertensi terutamanya pada jantung diakiatkan oleh:

a) Meningkatnya tekanan darah yang merupakan beban yang

berat pada jantung.

b) Mempercepatkan terjadinya arterosklerosis karena trauma

langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria

yang diakibatkan oleh tekanan darah yang tinggi dan menetap

2. Hiperkolesterolemia

Hiperkolestrolemia juga masalah yang harus diperkirakan

karena merupakan salah salu faktor resiko utama PJK. Asupan makan

atau diet yang diambil sehari-hari oleh seseorang mempengaruhi kadar

kolestrol darah. Selain dari asupan makanan, faktor lain yang juga

mempengaruhi kadar kolestrol darah adalah keturunan, umum, jenis

kelamin, obesitas, stress, alkohol, dan olahraga.

Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui hubungan kadar

kolesterol darah dengan adanya resiko PJK adalah:

a) Kadar kolesterol total melebihi kadar normal yaitu 200mg/dl.

b) Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol merupakan

kolesterol yang bersifal merugikan. Jumlah LDL kolesterol

yang meninggi akan menebalkan dinding pembuluh darah.

Sebagai petunjuk yang lebih tepat untuk resiko PJK

berbanding kolesterol total.

c) High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol merupakan

kolesterol yang bersifat menguntungkan. HDL mencegah

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya

arterosclerosis.

d) Rasio kolesterol total : HDL kolesterol.

e) Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor resiko

terjadinya PJK

3. Merokok

Selain dari hipertensi dan hiperkolesterolemia, merokok

juga merupakan salah satu faktor resiko utama PJK. Hipertensi dan

hiperkolesterolemia juga akan bertambah kuat efeknya jika seseorang

itu merokok lebih dari 20 batang sehari. Hasil dari penelitian yang

telah dijalankan, ternyata bahwa kematian mendadak akibat PJK

adalah 10 kali lebih besar pada lelaki perokok manakala 4.5 kli lebih

besar pada wanita perokok berbanding pada seseorang yang tidak

merokok.

Beban miokard akan bertambah dengan merokok karena

rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat

inhalasi CO2

yang juga akan menyebabkan tahikardi, vasokonstriksi

pembuluh darah, permeabilitas dinding pembuluh darah berubah serta

5 – 10% dari haemoglobin akan berubah menjadi

carboksihaemoglobin. Disamping itu, dengan merokok juga akan

menyebabkan kadar HDL kolesterol menurun tetapi mekanismenye

masih belum jelas. Dengan kata lain semakin banyak jumlah rokok

yang dihisap, semakin menurun kadar HDL kolesterolnya. Penurunan

HDL kolesterol akibat merokok pada wanita adalah lebih besar

berbanding lelaki (T. Bahri Anwar, 2004).

B. Faktor Resiko Lainnya

1. Umur

Hubungan antara umur dan kematian akibat PJK telak

dibuktikan. Kasus kematian sebagian besarnya terjadi pada lelaki

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

umur antara 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur.

Namun begitu, sekarang telah terjadi pergeseran umur dimana orang

dewasa muda juga boleh pengidap PJK. Mulai umur 20 tahun, kadar

kolesterol pada lelaki dan wanita akan meningkat. Pada lelaki

kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Kadar kolesterol pada

wanita sebelum menopause adalah lebih rendah daripada lelaki tetapi

selepas menopause kadarnya akan meningkat serta menjadi lebih

tinggi dari lelaki.

2. Jenis Kelamin

Lelaki mempunyai resiko mengidap PJK 2 hingga 3 kali

lebih tinggi daripada wanita.

3. Diet

Diet atau jumlah lemak yang terdapat dalam asupan

makanan sehari-hari dapat dihubungkan dengan kadar kolesterol

dalam darah. Sebagai contoh yang dapat dilihat adalah pada rakyat

Amerika, kadar lemar dan kolesterol yang terdapat dalam makanan

mereka adalah sangat tinggi sehingga kadar kolesterol dalam darah

mereka cenderung tinggi. Manakala kadar kolesterol rakyat Jepang

lebih rendah karena asupan makanan mereka sehari-hari berupa nasi,

sayur-sayuran, dan ikan. Resiko rakyat Jepang untuk menderita PJK

adalah rendah dibandingkan dengan Amerika.

4. Obesitas

Obesitas sering ditemukan bersama-sama dengan

hipertensi, Diabetes Mellitus, dan hipertrigliseridemia. Kadar

kolesterol dan LDL kolesterol juga dapat meningkat jika seseorang itu

obesitas. Resiko seseorang itu menderita PJK adalah sgt tinggi apabila

berat badannya mulai melebihi 20% dari berat badan ideal.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

Obesitas berperan dalam pembentukan aterogenesis dan

meningkatkan frekuensi hipertensi, hiperlipidemia, intoleransi glukosa

dan PJK. Dampak obesitas terhadap PJK lebih besar pada pria

daripada wanita. Telah banyak bukti-bukti yang diperoleh dari

penelitian eksperimental, epidemiologis dan klinis tentang peran

dislipidemia pada penyakit kardiovaskuler aterosklerosis yang intinya

adalah Dislipidermia merupakan faktor resiko yang utama penyebab

PJK. Perubahan gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan

peningkatan kadar lipid. Penurunan kadar kolestrol sebesar 1 % akan

menurunkan resiko PJK sebesar 2%. Upaya mengubah gaya hidup (

berhenti merokok, memelihara berat badan ideal, membatasi asupan

makan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh) akan

menurunkan resiko PJK dan dapat menyebabkan perlambatan bahkan

regresi aterosklerosis. Pengendalian kadar lipid sampai batas yang

dianjurkan harus merupakan bagian integral dari pencegahan primer

dan terapi penderita penyakit kardiovaskuler. Kolestrol merupakan

senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dan dapat juga

berasal dari makanan yang kita makan. Sejauh masukan seimbang

dengan kebutuhan, maka kita akan tetap sehat. Namun seringkali

karena kolestrol mempunyai kadar yang tinggi dalam masakan

berlemak (dan biasanya enak) maka kadar kolestrol akan meningkat

sampai diatas nilai normal tolerir tubuh kita. Kelebihan itu akan

mengendap dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan

penyempitan dan pengerasan yaitu aterosklerosis.

5. Diabetes

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, resiko PJK pada

lelaki yang menderita Diabetes Mellitus adalah 50% jika

dibandingkan dengan orang normal manakala pada wanita resikonya

menjadi 2 kali lipat. Ini karena intoleransi glukosa merupakan

predisposisi kepada penyakit pembuluh darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

6. Olahraga

Olahraga dapat mengurangi resiko PJK dengan

meningkatkan kadar HDL kolesterol. Olahraga juga sgt bermanfaat

karena dapat memperbaiki fungsi paru dan miokard, menurukan berat

badan sehingga dapat mengurangkan kadar LDL kolesterol, serta

menurunkan tekanan darah. (T. Bahri Anwar, 2004).

2.3.4 Gejala Klinis Penyakit Jantung Koroner

Gejala yang paling umum pada PJK adalah angina atau angina pectoris

dan juga lebih dikenali secara ringkas yaitu nyeri dada. Angina dapat

digambarkan dengan ketidaknyamanan, nyeri, rasa seperti ditekan, rasa seperti

terbakar serta diremas. Hal ini dapat disalah tafsir gangguan pencernaan atau

heartburn. Angina biasanya dirasakan di bagian dada tetapi bisa juga menjalar ke

bahu dan lengan kiri, leher, punggung serta pada rahang. Gejala lain yang dapat

terlihat adalah nafas yang pendek, palpitasi, denyut jantung yang pantas, mudah

capek, berkeringat, dan terasa mual (Robert Bryg, 2009).

Jika arteri koroner menyempit, suplai darah beroksigen ke jantung tidak

mencukupi sesuai kebutuhan terutamanya apabila jantung berdegup kencang

semasa seseorang itu melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Pada mulanya,

penyempitan aliran pembuluh darah mungkin tidak menyebabkan sebarang gejala

pada PJK. Tetapi apabila deposit lemak terus berakumulasi pada arteri koroner,

akan menimbulkan gejala-gejala pada PJK seperti nyeri dada atau angina, nafas

cepat dan dangkal, dan serangan jantung (Mayoclinic Staff, 2008).

2.3.5 Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner

Penatalaksanaan bagi PJK adalah berdasarkan gejala klinis yang terdapat

pada pasien dan hasil pemeriksaan diagnostik. Pada sesetengah orang, perubahan

gaya hidup secara berhati-hati dan pengambilan ubat sahaja dapat mengontrol

penyakit. Tetapi pada kasus yang lebih parah, pembedahan atau terapi invasif

mungkin diperlukan. Namun kesemua kasus PJK memerlukan manajemen seumur

hidup (Mayoclinic Staff, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

Menurunkan faktor resiko, pengambilan obat yang teratur, terapi invasif

atau prosedur bedah, dan berjumpa dengan dokter untuk kunjungan tindak lanjut

perawatan kesehatan teratur adalah merupakan penatalaksanaan PJK (Robert

Bryg, 2009).

A. Pengobatan

Pengobatan diperlukan untuk mambantu jantung bekerja dengan

lebih efisien dan menerima lebih banyak darah kaya dengan oksigen

(darah beroksigen). Obat yang digunakan tergantung masalah jantung

yang spesifik dan kebutuhan pasien (Robert Bryg, 2009).

Pengobatan dapat membantu mencegah perkembangan PJK. Jika

penyakit tersebut timbul, beberapa obat yang diresepkan dapat

meningkatkan aliran darah ke jantung (Mayoclinic Staff, 2008). Beberapa

obat yang umum digunakan adalah:

1. Cholesterol – Lowering Medications

Obat ini mengurangi bahan utama yang menumpuk dalam

arteri koroner dengan engurangkan kadar kolesterol dalam darah

terutamanya LDL kolesterol. Contoh obat antara lain adalah statin,

niacin, fibrates, dan bile acid sequestrants.

2. Aspirin

Obat umum yang dirokemendasikan sebagai anti platelet,

mengencerkan darah, dan sebagai anti koagulasi yang mengurangi

kecenderungan darah membeku serta memblok arteri koroner.

Selain aspirin, obat anti platelet dan anti koagulasi juga boleh

diberikan kepada pasien.

3. Beta – Blocker

Obat inin membuatkan membuat pekerjaan jantung untuk

memompa darah menjadi lebih mudah dengan merelaksasi jantung,

meperlambatkan ritmenya, menurunkan tekanan darah, serta

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

menurunkan permintaan oksigen oleh jantung. Contoh obat antara

lain adalah metroprolol, atenolol, dan propanolol.

4. Nitroglyserin

Obat ini bisa didapati dengan pelbagai bentuk seperti tablet,

semprot, dan ditempel di kulit. Membantu ringankan gejala nyeri

dada (angina) dengan vasodilatasi pembuluh darah yang

menyempit serta meningkatkan lairan darah ke otot jantung.

5. Calcium Channel Blocker

Obat ini berkerja dengan vasodilatasi atau membuka arteri koroner

meningkatkan aliran darah ke otot jantung. Obat ini juga

menurunkan tekanan darah tinggi.

6. ACE Inhibitor (angiotensin converting enzyme inhibitor)

Cara kerja obat hampir sama dengan beta – blocker dengan

menurunkan tekanan darah dan membuatkan jantung memopa

darah dengan lebih mudah. Sebagai tambahan, ACE inhibitors

telah menunjukkan manfaat yang penting bagi pasien dalam

pemulihan dari serangan jantung. Contoh obat antara lain adalah

ramipril, lisinopril, enalapril, dan kaptopril.

7. Vitamin

Asam folat, B-6, dan B-12 adalah vitamin yang membantu

untuk mengurangkan homosistein di dalam darah. Homosistein

dikaitkan telah dikaitkan dengan mempercepatkan penyumbahan

pembuluh darah (aterosklerosis).

B. Terapi Bedah dan Prosedur Invasif

Prosedur bedah dan invasif yang umum untuk mengobati PJK

adalah angioplasty balon (precutaneous transluminal coronary

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

angioplasty atau PTCA), penempatan stent, dan pembedahan bypass arteri

koroner. Semua procedur ini meningkatkan pasokan darah ke jantung.

Tetapi mereka tidak menyembuhkan PJK dan pasien masih perlu

mengurangi faktor resiko unutk mencegah penyakit di masa depan (Robert

Bryg, 2009).

Apabila obat-obatan dan penyesuaian gaya hidup tidak bisa

meringankan gejala nyeri dada pada PJK, operasi mungkin diperlukan

untuk mengembalikan fungsi jantung yang adekuat (Mayoclinic Staff,

2008). Pasien mungkin memanfaatkan satu atau lebih pilihan terapi bedah:

1. Catheter-Assisted Procedures

Kateter yang nipis dan fleksibel dimasukkan ke arteri

pasien yang secara kebiasaannya dimasukkan di kaki dan

kemudiannya melalui arteri untuk ke jantung. Lebih di kenali

sebagai kateterisasi jantung.

2. Coronary Angioplasty and Stents

Angioplasty membuka ateri koroner yang diblokir untuk

membuatkan darah mengalir bebas ke jantung. Ketika kateter

mencapai ujung arteri yang tersumbat, balon kecil akan

mengembang untuk membuka pembuluh darah. Unutk mencegah

arteri kembali menutup, ahli bedah jantung biasanya akan

memasukkan stents (kawat tabung kecil) dalam arteri koroner

unutk membantu arteri supaya tetap terbuka.

3. Radiation Brachytherapy

Dalam kasus di mana penyumbatan arteri koroner kembali

terjadi, pasien dapat melakukan brachitherapy. Dengan prosedur

ini, segmen arteri koroner kembali terbuka semasa angioplasti dan

terdedah kepada radiasi. Prosedur ini dilakukan di laboratorium

kateterisasi dengan kerjasama ahli radiasi onkologi dan ahli radiasi

fisika.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

4. Atherectomy

Sebuah kateter dimasukkan ke dalam arteri yang tersumbat

dan salah satu dari beberapa tipe alat kecil untuk memhilangkan

plak yang sedang membesar.

5. Coronary Artery Bypass Surgery

Operasi bypass yang juga disebut sebagai coronary artery

bypass grafting (CABG) membuat pembuluh darah baru atau graft

yang memutar di sekitar arteri koroner yang tersumbat. Sebuah

bagian singkat dari pembuluh darah (graft) diambil dari lokasi lain

dalam tubuh dan ditempatkan ke otot jantung membuatkan darah

akan mengalir melalui graft baru ke jantung. Jika lebih dari satu

arteri yang tersumbat, masing-masing dapat dilakukan bypass.

C. Program Gaya Hidup Sehat

Hal ini melibatkan membuat perubahan gaya hidup. Jika seseorang

itu merokok, mereka harus berhenti merokok. Diet atau asupan makanan

sehari-hari juga mungkin akan perlu dimodifikasi unutk mengurangi kadar

kolesterol, sentiasa memeriksa dan menjaga tekanan darah, serta menjaga

gula darah supaya terkawal jika seseorang itu menghidap diabetes.

Makanan yang rendah lemak, rendah garam, dan rendah kolesterol juga

dianjurkan. Seseorang itu juga perlu melakukan olahraga yang lebih untuk

menjaga berat badan agar sentiasa ideal tetapi periksa terlebih dahulu

dengan dokter sebelum memulai program olahraga (Robert Bryg, 2009).

Mengamalkan gaya hidup sehat merupakan salah satu pengobatan

terbaik untuk penderita PJK. PJK dapat dicegah dan diperlambatkan baik

oleh diri sendiri ataupun dalam kombinasi dengan perawatan medis.

Semua pasien dengan PJK akan mendapatkan manfaat dari gaya hidup

sehat (Mayoclinic Staff, 2008).

Universitas Sumatera Utara