chapter ii

25
xxi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Beton merupakan material yang lemah menahan gaya tarik tetapi kuat menahan gaya tekan (Edward G Nawi 2001). Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 8 sampai 14 persen dari kuat tekannya. Rendah nya kapasitas tarik beton menimbulkan terjadinya retak. Faktor utama yang menyebabkan retak adalah tegangan yang terjadi, terutama tegangan tarik. Wang dan Salmon (1986) menyatakan retak beton biasanya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: - Perubahan volume, termasuk akibat susut rangkak akibat beban tetap, tegangan akibat suhu dan perbedaan unsur kimia antara bagian beton. - Tegangan lansung dalam dan luar akibat penerusan, beban bertukar arah, lendutan jangka panjang, lendutan awal didalam beton prategang, atau perbedaan penurunan di dalam struktur. - Tegangan akibat lentur Pembatasan retak dapat dicapai dengan membatasi tegangan yaitu dengan pemberian gaya konsentris atau eksentris dalam arah longitudinal elemen struktur (Visi & Kusuma, 1993 dalam jurnal Umi Khoiroh dkk 2009). Pemberian gaya konsentris atau eksentris yaitu dengan cara menguranngi tegangan tarik pada tumpuan dan daerah kritis pada saat kondisi beban bekerja, sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang struktur tersebut. Universitas Sumatera Utara

Upload: andre-bachtiar

Post on 17-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ynjnjrwncjnlrnvlnrounuwnuconuoencouncouenuowanvuibnriruvnuiavuinruionui uiviniuvnrunvuneruiv uenvuinreiuvnuwincuojwncosnucvalnvinje

TRANSCRIPT

  • xxi

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pendahuluan

    Beton merupakan material yang lemah menahan gaya tarik tetapi kuat menahan gaya

    tekan (Edward G Nawi 2001). Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 8 sampai 14

    persen dari kuat tekannya. Rendah nya kapasitas tarik beton menimbulkan terjadinya

    retak. Faktor utama yang menyebabkan retak adalah tegangan yang terjadi, terutama

    tegangan tarik. Wang dan Salmon (1986) menyatakan retak beton biasanya

    disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

    - Perubahan volume, termasuk akibat susut rangkak akibat beban tetap,

    tegangan akibat suhu dan perbedaan unsur kimia antara bagian beton.

    - Tegangan lansung dalam dan luar akibat penerusan, beban bertukar arah,

    lendutan jangka panjang, lendutan awal didalam beton prategang, atau

    perbedaan penurunan di dalam struktur.

    - Tegangan akibat lentur

    Pembatasan retak dapat dicapai dengan membatasi tegangan yaitu dengan

    pemberian gaya konsentris atau eksentris dalam arah longitudinal elemen struktur

    (Visi & Kusuma, 1993 dalam jurnal Umi Khoiroh dkk 2009). Pemberian gaya

    konsentris atau eksentris yaitu dengan cara menguranngi tegangan tarik pada

    tumpuan dan daerah kritis pada saat kondisi beban bekerja, sehingga dapat

    meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang struktur tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • xxii

    Gaya longitudinal tersebut disebut gaya prategang, yaitu gaya tekan yang

    memberikan prategang pada penampang di sepanjang bentang suatu elemen struktur

    sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup transversal atau beban hidup

    horizontal transien. Gaya prategang ini berupa tendon yang diberikan tegangan awal

    sebelum memikul beban kerjanya yang berfungsi mengurangi atau menghilangkan

    tegangan tarik pada saat beton mengalami beban kerja, menggantikan tulangan tarik

    pada struktur beton bertulang biasa.

    Besar dan jenis pemberian gaya prategang, ditentukan berdasarkan :

    1. Jenis sistem yang dilaksanakan

    2. Panjang bentang

    3. Kelangsingan yang dikehendaki

    2.2 Sejarah Beton Prategang

    Pada struktur dengan bentang yang panjang, struktur beton bertulang biasa tidak

    cukup untuk menahan tegangan lentur sehingga terjadi retak-retak didaerah yang

    mempunyai tegangan lentur, geser dan puntir yang tinggi. Timbulnya retak-retak

    awal pada beton bertulang disebabkan oleh ketidakcocokan (non compatibility)

    dalam tegangan-regangan baja dan beton, hal ini yang merupakan titik awal

    dikembangkannya suatu material baru seperti beton prategang.

    Beton prategang adalah material yang banyak digunakan dalam konstruksi.

    Beton prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan-tegangan internal

    dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga

    tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai tingkat

    Universitas Sumatera Utara

  • xxiii

    yang diinginkan (N Khrisna Raju,1988). Dengan kata lain Beton prategang

    merupakan penerapan gaya pratekan pada balok sedemikian rupa sebelum dikerjakan

    beban luar guna meniadakan tegangan tarik serat beton yang terjadi saat beban luar

    bekerja (Nasution, 2009 dalam jurnal Hardwiyono Sentot dkk 2013).

    2.3 Karakteristik Material

    Setiap material mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Agar bisa mendesain

    struktur beton prategang dengan optimal kita harus mengenal terlebih dahulu

    perilaku dari setiap materaial yang biasa digunakan dalam balok prategang adalah

    beton mutu tinggi, tendon baja prategang, dan tulangan baja biasa.

    2.4 Mekanika Material

    Dari semua properti yang menjadi ciri khas dari setiap material kurva tegangan-

    regangan adalah kurva yang paling menarik. Kurva tegangan-regangan dari sebuah

    material memuat banyak informasi yang dapat kita tangkap (tegangan maksimum,

    regangan maksimum, kuat tarik, kuat tekan, modulus elastis, elongnasi, dll).

    2.4.1 Tegangan

    Sebuah gaya dan momen yang bekerja pada sebuah titik dari potongan penampang

    menghasilkan distribusi tegangan yang bekerja pada penampang tersebut. Tegangan

    dapat dipisahkan berdasarkan sumbu mana yang tegangan tersebut bekerja. Secara

    umum tegangan dapat dibagi antar tegangan normal dan tegangan geser.

    Universitas Sumatera Utara

  • xxiv

    Tegangan normal adalah tegangan yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada

    sumbu normal penampang dimana

    = lim 02

    ........................................................................................................(a)

    Dimana jika gaya yang bekerja menyebabkan pertambahan panjang maka disebut

    gaya tarik, sedangkan bila gaya yang bekerja menyebabkan perpendekan batang

    maka disebut gaya tekan.

    Tegangan geser adalah tegangan ayang diakibatkan gaya yang bekerja pada sumbu

    tangensial penampang dimana

    = lim 0

    ......................................................................................................(b)

    = lim 0

    .....................................................................................................(c)

    2.4.2 Regangan

    Ketika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda, gaya tersebut akan cenderung

    mengubah bentuk dan ukuran dari benda tersebut. Akan tetapi perubahan yang

    terjadi tidak pada volume benda tersebut. Pada gaya tarik benda akan memanjang

    dan luas penampang akan mengecil, sedangkan pada gaya tekan benda akan

    memendek dan penampang akan membesar sehingga total volume benda tersebut

    akan tetap sama.

    Regangan menggambarkan deformasi yang terjadi pada panjang dan sudut

    antara dua titik. Regangan normal adalah pertambahan panjang per satuan panjang

    dimana

    Universitas Sumatera Utara

  • xxv

    = lim

    ...........................................................................................(d)

    dan regangan geser adalah perubahan sudut antara dua garis yang awalnya saling

    tegak lurus sebelum terjadinya deformasi.

    = 2 - lim .

    .........................................................................................(e)

    2.4.3 Tegangan Regangan

    Berdasarkan rumus tegangan regangan normal diatas kita dapat membuat grafik

    tegangan regangan. Grafik tegangan regangan untuk setiap material adalah unik.

    Dibawah akan dibahas grafik tegangan regangan untuk baja.

    Gambar 2.1.Grafik tegangan regangan baja

    Universitas Sumatera Utara

  • xxvi

    Beberapa karekteristik material dapat dilihat dari grafik diatas :

    1. Perilakau elastis : perilaku elastis terjadi apabila tegangan yang terjadi masih

    dalam area elastis. Dimana pada daerah elastis ini kurva yang terbentuk

    adalah garis linear. Jadi pada daerah ini tegangan yang terjadi proporsional

    terhadap regangan yang terjadi. Titik akhir dari garis linear ini disebut dengan

    batas elastis.

    2. Leleh : tegangan yang terjadi sedikt diatas area elastis akan menyebabkan

    material berdeformasi secara permanaen. Perilaku ini disebut dengan leleh

    peristiwa leleh ini terjadi pada dua titik antara tegangan leleh bawah dimana

    tegangan tidak berubah tetapi regangan terus meningkat hingga titik leleh

    atas

    3. Strain hardening : ketika material telah mencapai titik leleh atas tegangan

    dapat ditingkatkan dan menghasilkan kurva yang terus meningkat tetapi

    semakin datar sehingga mencapai tegangan ultimate. Kurva tersebut disebut

    dengan strain hardening.

    4. Necking : setelah melewati tegangan ultimate kurva menurun hingga

    mencapai tegangan patah. Pada area kurva ini tegangan turun kemudian

    regangan bertambah tetapi luas permukaan berkurang pada sebuah titik. Hal

    ini yang disebut dengan necking.

    Hubungan antara tegangan regangan dideskripsikan oleh robert hooke pada tahun

    1676 yang dikenal dengan hukum hooke. Hukum hooke dapat diekspresikan dengan

    persamaan matematis

    = E ........................................................................................................................(f)

    Universitas Sumatera Utara

  • xxvii

    Dimana E adalah modulus young yang proportional pada daerah elastis. Pertama

    tegangan regangan akan bersifat elastis hingga titik leleh bila tegangan tidak

    mencapai tegangan leleh ( titik A)maka regangan akan kembali ke titik awal (titik

    O). Pada daerah plastis persamaan (f) tidak lagi berlaku

    Untuk menggambarkan tegangan regangan pada daerah plastis kita dapat

    mempelajari fenomena strain hardening. Ketika material yang bersifat ductile

    dikenai pembebanan berulang (loading unloading). Apabila tegangan melewati titik

    leleh maka regangan akan bersifat inelastis. Pada saat unloading (titik A) maka

    regangan akan kembali secara sejajar dengan garis elastis tetap tidak kembali ke titik

    O tetapi titik O, perbedaan antara titik O dan titik O disebut regangan tetap

    (permanent set). Bila beban diberikan lagi maka regangan akan melalui garis O

    menuju A dan disini titik A menjadi tegangan leleh baru. Bila beban melewati

    tegangan leleh yang baru maka regangan akan masuk kedalam daerah plastis,

    demikian pula seterusnya.

    Gambar 2.2 Grafik tegangan regangan untuk reserve loading

    Universitas Sumatera Utara

  • xxviii

    2.5. Material Prategang (beton)

    Beton adalah campuran dari semen, air, dan agregat serta suatu bahan tambahan.

    Setelah beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebut akan langsung mengeras

    sesuai dengan bentuk waktu basahnya. Beton yang digunakan dalam beton prategang

    adalah beton yang mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi dengan nila fc min 42

    Mpa, modulus elastis yang tinggi dan mengalami rangkak ultimate yang lebih kecil

    yang menghasilkan kehilangan prategangan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan

    yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan,

    pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan. Tipikal diagram tegangan-

    regangan beton dapat dilihat pada gambar 2.3

    Gambar 2.3 Diagram Tegangan-Regangan pada Beton

    Universitas Sumatera Utara

  • xxix

    Kekuatan dan daya tahan beton adalah dua kualitas yang utama yang paling penting

    distruktur beton prategang. Efek-efek dalam jangka panjang dapat dengan cepat

    mengurangi gaya-gaya prategang dan menyebabkan kegagalan yang tidak

    diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk menjamin dan

    mengontrol kualitas pada berbagai tahap produksi dan konstruksi serta perawatan.

    Gambar 2.4 menunjukan berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas beton.

    Gambar 2.4 sifat utama beton yang baik

    Secara umum besaran-besaran mekanis beton dapat dikelompokan menjadi dua

    kategori, yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • xxx

    1. Besaran sesaat atau jangka pendek, yaitu kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur,

    geser dan kekakuan yang diukur dengan modulus elastisitas

    2. Besaran jangka panjang, yaitu rangkak dan susut

    Pemakain beton berkekuatan tinggi dapat memperkecil dimensi penampang

    melintang unsur-unsur struktural beton prategang. Dengan berkurangnya berat mati

    material, maka secara teknis maupun ekonomis bentang yang lebih panjang dapat

    dilakukan. Perubahan bentuk pada beton adalah langsung dan tergantung pada

    waktu. Pada beban tetap, peubahan bentuk bertambah dengan waktu dan jauh lebih

    besar dibandingkan harga langsungnya. Susut tidak disebabkan oleh tegangan, tetapi

    merupakan akibat dari hilangnya air dalam proses pengeringan beton, sementara

    rangkak oleh bekerjanya tegangan. Susut dan rangkak menyebabkan perubahan

    bentuk aksial, kelengkungan pada penampang, kehilangan tegangan lokal antara

    beton dan baja, redistribusi aksi internal pada struktur statis tertentu.

    2.5.1. Kuat Tekan

    Berdasarkan ACI 363R-92, State Of The Art Report On High Strength Concrete

    karakteristik beton dibedakan menjadi dua, yaitu :

    1. Beton mutu normal (kuat tekan

  • xxxi

    Besarnya kuat tekan dapat dihitung dengan menggunakan rumus

    =

    ..................................................................................................................... (g)

    Dimana : fc : kuat tekan beton umur tertentu (Mpa)

    P : beban tekan maksimum

    As : luas penampang benda uji (mm2)

    2.5.2. Kuat Tarik Dan Kuat Lentur

    secara umum, nilai kuat tarik beton relatif kecil dan pendekatan yang digunakan

    untuk menentukan nilai kuat tarik ( fct ) adalah 0.10 fc

  • xxxii

    - Modulus elastisitas

    Beton pada dasarnya bersifat non linear sehingga nilai modulus elastisitasnya

    hanyalah pendekatan. Gambar 2.5 menunjukan modulus tangent dan secant pada

    beton.

    Gambar 2.5 Modulus tangent dan secant pada beton

    Nilai modulus elastis beton selalu berubah tergantung pada kuat tekan lentur dan

    umur beton. Umumnya yang diambil cukup mewakili nilai modulus elastisitas beton

    adalah modulus secant untuk 0.45 fc.

    Standard SNI-03 menetapkan rumus berikut untuk menghitung modulus elastisitas

    beton Ec :

    Ec = 0.043 Wc 1.5 untuk 1500 < Wc < =2500 kg/m3....................................... (h)

    Dimana : Wc adalah densitas beton dalam kg/m3

    fc adalah kuat tekan silinder dalam Mpa

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxiii

    dan untuk beton normal ( Wc 2400 kg/m3 ), niali modulus elastisitas nya :

    Ec = 4700 Mpa

    Sedangkan nilai regangan pada saat tegangan maksimum (0) bervariasi antara

    0.0015-0.0030. untuk beton dengan berat normal, nilai 0 ~0.0020

    2.5.3. Hubungan Tegangan Regangan

    Pengetahuan mengenai hubungan tegangan regangan beton merupakan hal penting

    dalam mengembangkan analisis desain serta prosedur-prosedur dalam struktur beton.

    Pada gambar 2.6 menunjukan kurva tegangan regangan yang diperoleh dari

    pengujian yang menggunakan benda uji beton silinder yang dibebani tekan uniaksial

    Gambar 2.6 kurva tegangan regangan tipikal untuk beton

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxiv

    Berdasarkan gambar 2.6 dapat terlihat bahwa :

    1. Semakin rendah kekuatan beton, semakin tinggi regangan gagalnya.

    2. Panjang bagian yang semula relatif linear akan bertambah untuk kuat tekan

    beton yang semakin besar

    3. Ada reduksi yang sangat nyata pada daktilitas untuk kekuatan yang meningkat

    2.5.4. Susut

    susut adalah kontraksi akibat pengeringan dan perubahan kimiawi yang tergantung

    pada waktu dan keadaan kelembaban tetapi tidak pada tegangan.

    Pada dasarnya ada dua jenis susut, yaitu :

    1. Susut plastis, yang terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran

    beton segar di cetakan

    2. Susut pengeringan, terjadi sesudah beton mengering dan sebagian besar

    proses hidrasi kimiawi di pasta semen telah terjadi. Adapun faktor-faktor

    yang mempengaruhi besarnya susut pengeringan adalah :

    a. Agregat

    Agregat beraksi menahan susut pasta semen, sehingga beton yang lebih kecil

    banyak kandungan agregat akan lebih sedikit mengalami susut.

    b. Rasio air semen

    Semakin tinggi rasio air semen, semakin tinggi pula efek susut

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxv

    c. Ukuran elemen beton

    Semakin besar volume elemen beton , semakin berkurang laju dan besar totall

    susut. Akan tetapi, durasi waktu susut akan lebih lama karena membutuhkan

    waktu yang lebih banyakdalam pengeringan untuk mencapai daerah dalam.

    d. Kondisi kelembaban sekitar

    Semakin tinggi kelembaban , semakin kecil laju penyusutan

    e. Penulangan

    Beton bertulang mengalami penyusutan lebih sedikit dibandingkan dengan

    beton polos (tidak bertulangan).

    f. Bahan tambahan

    Efek ini bervariasi tergantung pada jenisnya, misal akselarator seperti

    kalsium klorida yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan

    beton, akan memperbesar susut.

    g. Jenis semen

    Semen yang cepat kering akan susut lebih banyak dibandingkan dengan jeni-

    jenis lainnya, sedangkan semen pengkompensasi susut akan mengurangi retak

    susut apabila dugunakan bersama tulangan pengekang.

    h. Karbonasi

    Susut karbonasi disebabkan oleh reaksi antara karbondioksida yang ada di

    atsmosfir (udara) dengan yang ada di pasta semen. Banyak nya susut

    gabungan bergantung pada urutan proses karbonasi dan pengeringan. Apabila

    kedua fenomena tersebut bekerja secara simultan, maka susut yang terjadi

    akan lebih kecil.

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxvi

    2.5.5. Rangkak

    Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap waktu

    akibat beban yang terus menerus bekerja. Deformasi awal akibat beban adalah

    regangan elastis, sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus

    menerus bekerja disebut regangan rangkak.

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah

    a. Sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan dan

    kandungan mineral dalam agregat

    b. Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air

    c. Suhu pada proses pengerasan

    d. Kelembaban selama penggunaan

    e. Umur beton pada saat beban bekerja

    f. Lama pembebanan

    g. Nilai tegangan

    h. Nilai perbandingan luas permukaaan dan volume komponen struktur

    i. Nilai slump

    2.6 Material Prategang (Baja)

    Untuk penggunaan pada beban layan yang tinggi, pengggunaan baja tulangan

    (tendon) dan beton mutu tinggi akan lebih efesien. Hanya baja dengan tegangan

    elastis tinggi yang cocok digunakan pada beton prategang. Penggunaan baja tulangan

    mutu tinggi bukan saja merupakan suatu keuntungan, tetapi merupakan suatu

    keharusan. Prategang akan menghasilkan elemen yang lebih ringan, bentang yang

    lebih besar dan lebih ekonomis jika ditinjau dari segi pemasangan dibandingkan

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxvii

    dengan beton bertulang biasa. Prategang pada dasarnya merupakan suatu beban

    yang menimbulkan tegangan dalam awal sebelum pembebanan luar dengan besar

    dan distribusi tertentu bekerja sehingga tegangan yang dihasilkan dari beban luar

    dilawan sampai tingkat yang diinginkan. Gaya pratekan dihasilkan dengan menarik

    kabel tendon yang ditempatkan pada beton dengan alat penarik. Setelah penarikan

    kabel tendon mencapai gaya/tekanan yang direncanakan, tendon ditahan dengan

    angkur agar gaya tarik yang tadi dikerjakan tidak hilang. Penarikan kabel tendon

    dapat dilakukan baik sebelum beton dicor atau setelah beton mengeras.

    Baja (tendon) yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya ada tiga

    macam, yaitu :

    a. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton

    prategang dengan sistem pratarik (pretension)

    b. Kawat untaian (strand), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton

    prategang dengan sistem pasca tarik(post-tension)

    c. Kawat batangan (bar), biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton

    prategangdengan sistem pratarik (pretension)

    a. Kawat tunggal (wires)

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxviii

    b. untaian kawat (strand)

    c. kawat batangan (bars)

    Gambar 2.7 jenis-jenis baja yang dipakai untuk beton prategang: (a) kawat

    tunggal (wires). (b) untaian kawat (strand). (c) kawat batangan (bars)

    (sumber : prestressed concrete design, M.K. Hurst)

    Pada tabel 1 di bawah akan ditunjukkan tipikal baja yang biasa digunakan

    Universitas Sumatera Utara

  • xxxix

    Tabel 1 Tipikal Baja Prategang

    Jenis Material

    Diameter

    (mm)

    Luas

    (mm)

    Beban

    Putus (kN)

    Tegangan

    Tarik (Mpa)

    Kawat tunggal

    (Wire)

    3 7,1 13,5 1900

    4 12,6 22,1 1750

    5 19,6 31,4 1600

    7 38,5 57,8 1500

    8 50,3 70,4 1400

    Untaian Kawat

    (Strand)

    9,3 54,7 102 1860

    12,7 100 184 1840

    15,2 143 250 1750

    Kawat Batangan

    (Bar)

    23 415 450 1080

    26 530 570 1080

    29 660 710 1080

    32 804 870 1080

    38 1140 1230 1080

    (Sumber:Andri Budiadi 2008)

    Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai dengan

    spesifikasi seperti ASTM A 421 : stress-relieved strands mengikuti standard ASTM

    A 416. Strands terbuat dari tujuh kawat dengan memuntir enam diantaranya pada

    pich sebesar 12 sampai 16 kali diameter disekeliling kawat lurus yang sedikit lebih

    besar.

    Menurut standard DIN 18 800 dalam jurnal Harja Syahputra Hariyanto semua kabel

    yang digunakan dalam struktur bangunan dikategorikan sebagai high tensile

    members. Secara umum kabel-kabel tersebut mempunyai kekuatan rencana yang

    lebih tinggi dari pada batang tarik baja. Sehingga dengan luas dan penampang yang

    Universitas Sumatera Utara

  • xl

    sama dapat memikul beban yang lebih besar.

    Tipikal diagram tegangan-regangan dari ketiga jenis tendon tersebut dapat dilihat

    pada gambar 2.8, gambar 2.9, dan gambar 2.10.

    Gambar 2.8 Diagram Tegangan-Regangan Pada Kawat Tunggal

    (sumber : desain praktis beton prategang, Andri Budiadi)

    Gambar 2.9 Diagram Tegangan-Regangan Pada Untaian Kawat

    (sumber : desain praktis beton prategang. Andri budiadi)

    Universitas Sumatera Utara

  • xli

    Gambar 2.10 diagram tegangan-regangan pada baja batangan

    (sumber : desain praktis beton prategang. Andri budiadi)

    2.7 Pembebanan

    Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Pada umumnya

    penentuan besarnya beban hanya merupakan perkiraan. Meskipun beban yang

    bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapa diketahui secara pasti, namun distribusi

    beban dari elemen ke elemen lainnya umumnya memerlukan asusmsi dan

    pendekatan. Jenis beban yang biasa diperhitungkan pada perencanaan sruktur

    bangunan antara lain sebagai berikut :

    2.7.1 beban mati

    Menurut (peraturan pembebanan indonesia,1983), beban mati merupakan

    berat dari semuia bagian dari suatu struktur yang bersifat tetap selama masa

    layannya, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin

    serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur

    Universitas Sumatera Utara

  • xlii

    tersebut. Yang termasuk beban mati adalah berat struktur sendiri dan juga semua

    bendanyang tetap pada posisinya selama struktur berdiri. Beban mati tetap berada

    pada struktur dan tidak berubah sesuai dengan sistem struktur dan material yang

    digunakan.

    No Bahan / Komponen Struktur Berat

    1 Baja 7850 kg/m3

    2 Beton 2200 kg/m3

    3 Beton Bertulang 2400 kg/m3

    4 Kayu (Kelas 1) 1000 kg/m3

    5 Pasir (Kering Udara) 1600 kg/m3

    6 Pasir Jenuh Air 1800 kg/m3

    7 Spesi dari Semen per cm Tebal 21 kg/m2

    8 Dinding Bata Batu 250 kg/m2

    9 Dinding Bata 1 Batu 450 kg/m2

    10 Penutup Atap Genting 50 kg/m2

    11 Penutup Lantai Ubin Semen per cm Tebal 24 kg/m2

    Tabel 2 berat bangunan berdasarkan SNI 03-1727-1989-F

    2.7.2 beban hidup

    Menurut (peaturan pembebanan indonesia,1983), beban hidup adalah semua

    beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu struktur termasuk

    beban-beban pada lantai yang berasal dari berat manusia, barang-barang yang dapat

    berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak

    terpisahkan dari struktur dan dapat diganti selama masa layan dari struktur tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • xliii

    sehingga menyebabkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

    Khusus untuk atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan ,

    baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh butiran air.

    No Komponen Bangunan Berat (Kg/m2)

    1 Atap (tanpa difungsikan untuk fungsi struktural lain) 100

    2 Lantai dan Tangga Rumah Tinggal 200

    3 Lantai Sekolah, Ruang Kuliah, Kantor, Toko, Toserba,

    Restoran, Hotel, Asrama dan Rumah Sakit

    250

    4 Balkon yang Menjorok Keluar, Tangga, Bordes 300

    5 Lantai Ruang Olahraga, Masjid, Gereja, Bioskop, Pabrik,

    Bengkel, Gudang, Perpustakaan

    400

    6 Lantai Ruang Dansa, Panggung Penonton 500

    7 Beban Pekerja 100

    Tabel 3 beban hidup menurut kegunaan berdasarkan SNI 03-1727-1989F

    2.7.3 beban gempa

    Menurut (Peraturan Pembebanan Indonesia,1983), beban gempa adalah

    semua beban akibat statik ekivalen yang bekerja pada struktur yang dipengaruhi oleh

    gerakan tanah akibat gempa tersebut. Dalam hala ini pengaruh gempa pada struktur

    ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik. Maka dapat disimpulkan beban gempa

    disini adalah gaya-gaya yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa pada struktur

    tersebut. Besarnya beban gempa dasar nominal horizontal akibat gempa menurut

    standard perencanaan ketahanan gempa untuk struktur rumah dan gedung (SNI-

    1726-1998), dinyatakan sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • xliv

    V =

    W

    Dimana :

    V = beban gempa dasar nominal (beban gempa rencana)

    Wt= kombinasi dari beban mati dan beban hidup vertikal yang direduksi

    C= spektrum respon nominal gempa rencana, yang besarnya tergantung dari jenis

    tanah dasar dan waktu getar struktur. Untuk mengetahui nilai C harus diketahui

    terlebih dahulu jenis tanah tempat struktur berdiri.

    I =faktor keutamaan struktur

    R = faktor reduksi gempa

    2.7.4 beban angin

    Menurut (Peraturan Pembebanan Indonesia,1983), beban angin adalah semua

    beban yang bekerja pada struktur atau bagian struktur yang disebabkan oleh selisih

    dalam tekanan udara. Tekanan angin di indonesia adalah 80kg/m2 padabidang tegak

    sampai setinggi 20 m. Beban angin yang bekerja terhadap struktur adalah menekan

    dan menghisap struktur dan sulit diprediksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya

    tekan dan hisap angin terhadap struktur adalah kecepatan angin, kepadatan udara,

    permukaan bidanng dan bentuk dari struktur. Beban angin sangat bergantung dari

    lokasi dan ketinggian dari struktur. Besarnya tekana tiup hartus diambil minimum

    sebesar 25kg/m2, kecuali untuk bangunan-bangunan berikut :

    Pinggir laut hingga 5km dari pantai minimumtekanan tiup 40kg/m

    Bangunan didaerah yang tekanan tiiupnya lebih dari 40kg/m, haruis diambil

    sebesar P= -v2/16 Kg/m. V adalah kecepatan angin dalam m/s

    Universitas Sumatera Utara

  • xlv

    Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m harus ditentukan dengan rumus

    (42,4+0,6h) dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya.

    Koefisien angin yang diambil untuk struktur tertutup dengan sudut pangkal

    atap dinyatakan dengan adalah sebagai berikut :

    o 22 untuk bidang lengkung dibelakang angin

    - pada seperempat busur pertama -0,4

    - pada seperempat busur kedua -0,2

    Universitas Sumatera Utara