chapter ii

44
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Terapeutik 2.1.1. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani 2005). Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati, dalam Siti Fatmawati, (2010). Menurut (Stuart 1998) komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hal ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Menurut (Potter-Perry 2000), proses dimana perawat menggunakan pendekatan terencana dalam mempelajari klien. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu Universitas Sumatera Utara

Upload: rental-mega

Post on 19-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Komunikasi Terapeutik

    2.1.1. Pengertian

    Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang

    untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi

    masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani 2005). Menurut Purwanto

    yang dikutip oleh (Mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

    direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan

    pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional

    yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien, (Siti Fatmawati 2010).

    Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

    bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Indrawati, dalam

    Siti Fatmawati, (2010).

    Menurut (Stuart 1998) komunikasi terapeutik adalah merupakan hubungan

    interpersonal antara perawat dan klien, dalam hal ini perawat dan klien memperoleh

    pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional

    klien. Menurut (Potter-Perry 2000), proses dimana perawat menggunakan

    pendekatan terencana dalam mempelajari klien.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik

    adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik-teknik tertentu

    Universitas Sumatera Utara

  • yang mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu

    cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian

    informasi yang akurat kepada pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak pada

    perubahan yang lebih baik pada pasien dalam menjalanakan terapi dan membantu

    pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan.

    2.1.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik

    Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah

    yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:

    Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri.

    Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien

    yang tadinya tidak biasa menerima apa adanya atau merasa rendah diri, setelah

    berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.

    Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal dan saling bergantung

    dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima

    dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien

    apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina

    hubungan saling percaya .

    Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan

    serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau

    tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.

    Keempat, rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

    Identitas personal disini termasuk status, peran, dan jenis kelamin. Klien yang

    Universitas Sumatera Utara

  • mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri

    dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat

    dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

    Dalam hal ini perawat berusaha menggali semua aspek kehidupan klien di masa

    sekarang dan masa lalu. Kemudian perawat membantu meningkatkan integritas diri

    klien melalui komunikasinya dengan klien, (Suryani 2005).

    2.1.3. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

    Menurut (Suryani 2000), ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami

    dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik:

    Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang

    saling menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip humanity of nurse

    and clients. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat

    mendefinisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya

    sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya tetapi lebih dari itu, hubungan

    antar manusia yang bermartabat.

    Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai

    karakter yang berbeda-beda, karena itu perawat perlu memahami perasaan dan

    perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan

    keunikan tiap individu.

    Ketiga, semua komuikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri

    pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga

    dirinya dan harga diri klien.

    Universitas Sumatera Utara

  • Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya

    harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan

    alternative pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien

    adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

    2.1.4. Komunikasi Terapeutik sebagai Tanggung Jawab Moral Perawat

    Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian terbesar

    pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan. Perawat bekerja dan selalu

    bertemu dengan pasien selama 24 jam penuh dalam satu siklus shift, karena itu

    perawat menjadi ujung tombak bagi suatu Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan

    kesehatan kepada pasien. Dalam memberikan intervensi keperawatan diperlukan

    suatu komunikasi terapeutik, dengan demikian diharapkan seorang perawat memiliki

    kemampuan khusus mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal dan

    penuh kasih sayang dalam melakukan komunikasi dengan pasien. Perawat harus

    memiliki tanggung jawab moral tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh

    kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk kesembuhan pasien.

    Menurut Addalati, dalam Abdul Nasir (2009) menambahkan bahwa seorang

    beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak peduli terhadap orang lain dan adalah

    seorang pendosa apabila perawat mementingkan dirinya sendiri.

    2.1.5. Teknik Komunikasi Terapeutik

    Teknik komunikasi terapeutik dengan menggunakan referensi dari Stuart dan

    Sundeen, dalam Ernawati (2009) yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Mendengarkan (lestening)

    Mendengar ( listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (

    Keliat 1992). Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta

    penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima , Hubson, S dalam

    Suryani, (2005). Untuk member kesempatan lebih banyak pada klien untuk

    berbicara, maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif. Selama

    mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibicarakan klien dengan

    penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak

    memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai

    waktu untuk mendengarkan.

    Ketrampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan:

    a. Pandang klien ketika sedang bicara

    b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan

    c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau

    tangan

    d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu

    e. Angkat kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan

    balik

    f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara (pasien).

    2. Bertanya

    Bertanya (question) merupakan teknik yang dapat mendorong klien untuk

    mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Teknik berikut sering digunakan pada tahap orientasi:

    a. Pertanyaan fasilitatif (fasilitatif question)

    Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya

    perawat sensitive terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung

    berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan non fasilitatif (non

    facilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan

    pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat

    mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien Gerald, D dalam

    Suryani,(2005).

    b. Pertanyaan terbuka atau tertutup

    Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan

    jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu

    mendorong klien mengekspresikan dirinya Antai-Otong dalam Suryani,

    (2005).

    Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan

    jawaban yang singkat.

    3. Penerimaan

    Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang

    menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti

    persetujuan. Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa

    menunjukan keraguan atau tidak setuju. Perawat sebaiknya menghindarkan

    Universitas Sumatera Utara

  • ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti

    mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

    4. Mengulangi (restating)

    Mengulangi (restating) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien

    maksudnya adalah mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan klien dengan

    menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan

    member indikasi perawat mengikuti pembicaraan atau memperhatikan klien dan

    mengharapkan komunikasi berlanjut klien (Keliat, Budi Anna, 1992 ).

    5. Klarifikasi (clarification)

    Klasifikasi (clarification) adalah penjelasan kembali ke ide atau pikiran klien

    yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya

    Gerald,d dan Suryani, (2005). Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak

    mendengar atau klien malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh

    tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Pada saat klarifikasi

    perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak

    boleh menambahkan informasi Gerald, D dalam Suryani, (2005). Fokus utama

    klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien

    sangat penting dalam memahami klien.

    6. Refleksi ( reflection )

    Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan

    isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian

    Universitas Sumatera Utara

  • perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan

    penghargaan terhadap klien Antai-Otong dalam Suryani, (2005).

    Refleksi menganjurkan klien untuk mengungkapkan dan menerima ide dan

    perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang

    harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab;

    bagaimana menurutmu? Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa

    pendapat klien adalah berharga dank lien mempunyai hak untuk mampu

    melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia

    yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi

    dan bukan sebagai bagian dari orang lain.

    7. Memfokuskan (focusing)

    Memfokuskan (focusing) adalah bertujuan memberikan kesempatan kepada klien

    untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada

    pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani, (2005). Metode ini dilakukan

    dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga pembahasan masalah

    lebih spesifik dan dimengerti dan mengarahkan komunikasi klien pada

    pencapaian tujuan.

    8. Diam ( silence )

    Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum

    menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada

    perawat dan klien untuk Mengorganisasi pikiran masing-masing Stuart dan

    Sundeen, dalam Suryani, (2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 9. Memberikan Informasi ( informing )

    Memberikan informasi tambahan merupakan tindakan penyuluhan kesehatan

    untuk klien. Teknik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau

    pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri

    dan penyembuhan klien. Informasi tambahan yang diberikan pada klien harus

    dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah

    yang dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternative pemecahan

    masalah, (Suryani 2005).

    10. Menyimpulkan (summerizing)

    Menyimpulkan adalah teknik komunikasi yang membantu klien mengeksporasi

    point penting dari interaksi perawat-klien. Teknik ini membantu perawat dank

    lien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan.

    11. Mengubah Cara Pandang (reframing)

    Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak

    melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja Gerald,D dalam

    Suryani, (2005 ) sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan

    yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

    12. Eksplorasi

    Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang

    dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut bias

    diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran

    yang detail tentang masalah yang dialami klien.

    Universitas Sumatera Utara

  • 13. Membagi Persepsi (Sharing perception)

    Stuart G.W. dalam Suryani, (2005), menyatakan membagi persepsi (sharing

    perception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan

    atau pikirkan. Teknik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada

    perbedaan antara respons verbal atau respons nonverbal dari klien.

    14. Identifikasi tema

    Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu

    menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya untuk

    meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. (Stuart dan Sundeen,

    dalam Suryani, 2005).teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk

    memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

    15. Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan

    Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan

    yang mengidentifikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang dibicarakan

    dan tertarik dengan apa yang dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha

    untuk menaksirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.

    16. Humor

    Sullivan dan Deane dalam Suryani,( 2005), melaporkan bahwa humor

    merangsang produksi catecholamine dan hormone yang menimbulkan perasaan

    sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,

    memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan humor untuk menutupi

    Universitas Sumatera Utara

  • rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk

    berkomunikasi dengan klien.

    17. Memberikan Pujian

    Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang

    didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna

    untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien Gerald, D dalam

    Suryani, (2005). Reinforcement bias diungkapkan dengan kata-kata ataupun

    melalui inyarat nonverbal.

    18. Menawarkan Diri

    Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara verbal

    dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.

    Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat atau respons yang diharapkan.

    19. Memberikan Penghargaan

    Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya, menunjukan

    kesadaran tentang perubahan yang terjadi, untuk menghargai klien dan keluarga

    sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas

    dirinya sendiri sebagai individu.

    20. Asertif

    Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman untuk

    mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.6. Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik

    Elsa Roselina, 2009 mengidentifikasikan lima sikap atau cara untuk dapat

    menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik:

    1. Berhadapan

    Posisi ini memiliki arti bahwa saya siap untuk anda

    2. Mempertahankan kontak mata

    Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan

    keinginan untuk tetap berkomunikasi

    3. Membungkuk kearah klien

    Pada posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan

    sesuatu

    4. Memperlihatkan sikap terbuka

    Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan

    atau mendengarkan sesuatu

    5. Tetap rileks

    Tetap dapat mengendalikan keseimbangan, antara ketegangan dan relaksasi

    dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang

    menyenangkan.

    2.1.7. Memberikan Umpan Balik

    Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat dalam

    melakukan umpan balik sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Pelajari hasil kerjanya dengan teliti. Beri tanda pada hal-hal yang perlu

    diperbaiki

    2. Ketika menyampaikan umpan balik perhatikan contoh-contoh dari kesalahan

    yang telah dibuat

    3. Kembangkan argument mengenai dampak negative yang biasa muncul dari

    kesalahan yang dibuat

    4. Pastikan penerima umpan balik menyadari kekeliruan, kekurangan, atau

    kesalahan

    5. Gali lebih dalam lagi mengenai hambatan yang ditemui

    6. Dorong penerima umpan balik untuk menemukan jalan keluar dan langkah-

    langkah untuk memperbaiki tugasnya atau cara kerjanya

    7. Buat kesepakatan mengenai perbaikan yang akan dilakukan.

    2.1.8. Sikap Perawat dalam Memberikan Umpan Balik

    1. Jangan bersikap seperti hakim yang mengadili

    2. Mulai dengan hal-hal yang positif

    3. Jangan mengungkapkan kebaikan dan kelemahan secara bersamaan

    4. Sampaikan fakta, tunjukkan dimana letak kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan

    5. Berikan pujian dengan tulus

    6. Jangan memanipulasi fakta

    7. Jangan memberikan komentar, tetapi langsung berikan saran.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.9. Isi Pesan

    Pesan adalah segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa

    ide, pendapat, pikiran dan saran. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang

    disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya

    menjadi pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku

    komunikan, (Ernawati Dalami, 2009). Menurut Arita Murwani, isi pesan harus dirasa

    penting dan berguna bagi sasaran. Bila seorang pasien diberi nasihat atau informasi

    berupa pesan-pesan yang kurang bermanfaat dan tidak jelas, maka pasien akan

    enggan melakukannya. Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan,

    tatap muka, dan dapat pula melalui media atau saluran. Pesan yang disampaikan

    memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

    a. Pesan harus direncanakan dengan baik sesuai kebutuhan

    b. Penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah

    dimengerti oleh kedua belah pihak

    c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan

    kepuasan, ( Mundakir 2006).

    2. 2. Kepatuhan Menjalankan Kemoterapi

    2.2. 1. Pengertian

    Menurut Sackett dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauhmana perilaku

    pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sedangkan menurut (Kozier 2010), kepatuhan adalah tingkat perilaku individu

    (misalnya minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup),

    sesuai anjuran terapi atau kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari

    mengindahkan setiap aspek anjuran hingga mematuhi semua rencana terapi.

    Menurut (Perry dan Potter 2009), kepatuhan adalah ketaatan klien pada

    terapi yang ditetapkan. Tetapi tidak semua orang ingin mempertahankan

    kesehatannya. Banyak orang yang tidak mau mengadobsi prilaku sehat atau

    mengubah prilaku yang tidak sehat. Berbeda dengan orang-orang yang menganggap

    penyakit sebagai ancaman, biasanya mereka akan mengatasi keterbatasan dalam

    praktik kesehatan yang berubah dan melihat keuntungan dalam mengadobsi perilaku

    yang baru. Sebagai contoh penderita diabetes mellitus terus mengikuti pola makan

    seperti biasa. Terapi tidak akan berpengaruh kecuali penderita diabetes mellitus

    menganggap kesehatan sebagai hal penting. Petugas kesehatan harus mengkaji

    motivasi belajar dan kebutuhan pengetahuan penderita agar dapat membentuk

    kepatuhan.

    Berdasarkan pendapat Lukman dalam Suprayanto (2010) dapat disimpulkan

    bahwa kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdidisiplin melakukan

    perintah/nasehat atau aturan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

    setelah memahami betul apa yang dianjurkan/disarankan. Seseorang dikatakan patuh

    menjalankan kemoterapi apabila mau menjalankan pola hidup sehat dan mengontrol

    atau pemeriksaan sel kanker, pemeriksaan fungsi hati, haimoglobin, Leukosit paling

    Universitas Sumatera Utara

  • lama setiap 2 bulan sekali sesuai dengan ketentuan, sehingga terhindar dari mestastasi

    atau penyulit .

    Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah

    pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan memiliki nada yang cenderung

    memanipulasi atau otoriter dimana penyelenggaraan perawatan kesehatan atau

    pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap

    patuh. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat

    diobservasi. Menurut Eraker dan Levanthal serta Cameron dalam Niven,( 2002)

    mengatakan kepatuhan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai

    perspektif teoritis: Teori perilaku/ pembelajaran sosial, yang menggunakan

    pendekatan behavioristik dalam hal reward , petunjuk, kontrak, dan dukungan sosial.

    Teori keyakinan rasional, yang menimbang manfaat pengobatan dan resiko penyakin

    melalui penggunaan logika cost benefit. Sistem mengatur diri, pasien dilihat sebagai

    pemecahan masalah yang mengatur perilakunya berdasarkan persepsi atas penyakit.

    Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo,(2005), menjelaskan bahwa perilaku

    seseorang dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor

    predisposisi (predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling factor) dan

    faktor yang memperkuat atau mendorong ( reinforcing factor). Jadi ada hubungan

    antara perilaku seseorang dengan kepatuhan dalam menjalanakan kemoterapi

    Berdasarkan penelitian Direktorat Bina farmasi Klinik Direktorat Jenderal

    Bina Kefarmasian dan alat kesehatan Depkes RI, (2005) mengemukan salah satu

    faktor kegagalan menjalankan terapi adalah ketidakpatuhan terhadap terapi yang

    Universitas Sumatera Utara

  • disebabkan oleh kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau kerabat. Hal ini

    didukung oleh penelitian (Cahyadi 2006) di Ruang Cendana I RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta tentang hubungan antara support system keluarga dengan kepatuhan

    pengobatan pada pasien yang mendapat kemoterapi membuktikan ada hubungan yang

    bermakna antara support system keluarga dengan kepatuhan berobat jalan. Menurut

    penelitian Yulian (2008) di Rumah Sakit Umum Jiwa Daerah Surakarta tentang

    hubungan support system keluarga terhadap kepatuhan klien berobat jalan

    menunjukkan ada hubungan antara support system keluarga terhadap kepatuhan klien

    berobat jalan. Penelitian di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangat

    penting untuk kepatuhan menjalankan kemoterapi.

    Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan

    kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin, Kamus Besar Bahasa

    Indonesia 1988.

    Menurut Sacket dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

    pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Salah

    satu pengobatan yang berkembang dengan cepat saat ini adalah kemoterapi yaitu

    penggunaan preparat anti neoplasma, sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor

    dengan mengganggu fungsi reproduksi seluler. Biasanya kemoterapi dilakukan pada

    beberapa penyakit kanker yang spesifik seperti kanker payudara, kanker rahim,

    kanker paru, leukemia tetapi selalu ada laporan baru tentang neoplasma yang

    sebelumnya tidak dapat diatasi sekarang sensitif terhadap kemoterapi. Obat

    Universitas Sumatera Utara

  • kemoterapi digunakan untuk membunuh dan menghambat perkembangan sel kanker

    payudara.

    2.2.2. Penyebab Terjadinya Kepatuhan

    Kepatuhan yang terjadi dalam menjalankan sesuatu dalam kehidupan apakah

    dalam mengatasi masalah kesehatan atau penyakit dapat disebabkan banyak hal

    yaitu: (1) kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman

    tentang pentingnya perilaku yang baru itu, (2) kepatuhan demi menjaga hubungan

    baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut, (3)

    kepatuhan timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas

    kesehatan atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau

    diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut,

    tahap ini disebut proses identifikasi. Motivasi untuk mengubah perilaku individu

    dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini

    belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat

    menghubungkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga

    jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu

    melanjutkan perilaku tersebut.

    2.2. 3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepatuhan

    Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2000) ada 5 faktor yang mendukung

    kepatuhan pasien, yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi, faktor lingkungan dan

    sosial, perubahan model terapi dan meningkatnya interaksi profesional kesehatan

    dengan pasien.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pendidikan, tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan

    sepanjang pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif, yang diperoleh

    secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu mulai dari tingkat dasar sampai

    perguruan tinggi. Pendidikan ini dapat juga diperoleh secara mandiri dengan

    menggunakan buku-buku dan kaset sebagai alat penuntun bejajar.

    Berdasarkan pendapat Feuer Stein et.al. dalam Niven, (2002), dapat

    disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pasien/penderita dapat meningkatkan

    kepatuhan menjalankan kemoterapi , sepanjang pendidikan tersebut merupakan

    pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu

    sesuai dengan kemampuan belajar yang dimiliki oleh pasien/penderita. Pendidikan

    yang diperoleh akan mendasari kepatuhan dalam menjalankan kemoterapi , sehingga

    penderita tidak asal ikut-ikutan saja tetapi tindakan yang dilakukan sudah berdasarkan

    pertimbangan tentang baik buruknya atau untung ruginya mematuhi instruksi petugas

    kesehatan dalam menjalankan kemoterapi.

    Akomodasi, suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

    pasien yang dapat memengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh pasien yang lebih

    mandiri, harus merasakan bahwa dia dilibatkan secara aktif dalam program

    pengobatan, sementara pasien yang mengalami ansietas menghadapi sesuatu, harus

    diturunkan terlebih dahulu tingkat ansietasnya dengan cara menyakinkan dia atau

    dengan teknik-teknik lain sehingga dia termotivasi untuk mengikuti anjuran

    pengobatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Modifikasi faktor lingkungan dan sosial, hal ini berarti membangun dukungan

    sosial dari keluarga dan teman-teman sangat penting. Kelompok-kelompok

    pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program-program

    pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan

    konsumsi alkohol.

    Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

    keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program

    pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt dalam Niven (2002) telah

    memperhatikan bahwa peran yang dimainkan keluarga dalam pengembangan

    kebiasaan kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka. Keluarga juga

    memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota

    keluarga yang sakit.

    Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga

    yang lain, teman, waktu, dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan

    terhadap programprogram medis. Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh,

    transportasi tidak ada, dan ada anggota keluarga yang sakit, dapat mengurangi

    kepatuhan pasien. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas, yang

    disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan

    ketidaktaatan, dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk

    mencapai kepatuhan, (Niven 2002).

    Keyakinan, sikap dan kepribadian Becker et al dalam Niven (2002),

    melakukan penelitian pada 50 orang pasien hemodialisa yang harus mematuhi

    Universitas Sumatera Utara

  • program pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan cairan dan

    pengobatan. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa keyakinan, sikap dan

    kepribadian akan kesehatan pasien berguna memperkirakan adanya ketidakpatuhan.

    tentang terapi yang harus dijalankannya bisa saja dipengaruhi oleh bagaimana cara

    keluarga memberi memotivasi untuk pasien bisa bangkit dari keterpurukan akan

    penyakit dan menjalankan terapi kemoterapi.

    Perubahan model terapi, program-program pengobatan dapat dibuat

    sesederhana mungkin, dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

    Dengan cara ini komponen-komponen sederhana dalam program pengobatan dapat

    diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen yang lebih

    kompleks.

    Anderson dalam Niven (2002) dalam penelitiannya tentang komunikasi

    dokter, perawat dan pasien di Hongkong, mendapatkan bahwa pasien yang rata-rata

    diberi 18 jenis informasi untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu

    mengingat 31 % saja. Dari penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan

    bahwa komunikasi yang efektif sangat diperlukan . Tenaga kesehatan harus

    memberikan informasi yang lengkap guna meningkatkan pemahaman penderita

    sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mnjalankan terapi.

    Kualitas interaksi juga merupakan hal yang penting dalam menentukan

    derajat kepatuhan. Korsch dan Negrete dalam Niven (2002) telah mengamati 800

    kunjungan orangtua dan anak-anaknya ke rumah sakit anak di Los Angeles. Selama

    14 hari mereka mewawancarai untuk memastikan ibu-ibu tersebut melaksanakan

    Universitas Sumatera Utara

  • nasehat-nasehat yang diberikan oleh dokter, mereka menemukan ada hubungan yang

    erat antara kepuasan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa jauh mereka mematuhi

    nasehat dokter, tidak ada kaitan antara lamanya konsultasi dengan kepuasan ibu. Jadi

    konsultasi yang pendek tidak akan tidak produktif. Jika diberikan perhatian untuk

    meningkatkan kualitas interaksi.

    Beberapa keluhan yang specifik adalah kurangnya minat yang diperlihatkan

    oleh dokter, pengguaan istilah medis yang berlebihan, kurangnya empati dan hampir

    setengah dari ibu-ibu tersebut tidak memperoleh kejelasan tentang penyebab penyakit

    anaknya, yang sering kali menimbulkan kecemasan. Dari penelitian ini, dapat dilihat

    bahwa kesalahan seperti ini dengan mudah diatasi dengan ketrampilan komunikasi

    terapeutik yang dibina antara pasien dan pasien dengan tenaga kesehatan.

    Menurut Ley dan Spelman dalam Niven (2002), menemukan bahwa lebih

    dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah

    mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini

    disebabkan oleh kegagalan/ kesalahan profesional dalam memberikan informasi

    lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang

    harus diingat oleh penderita.

    Pemahaman tentang instruksi petugas kesehatan sangat perlu, jika seseorang

    tidak memahami instruksi maka konsekwensi yang akan didapat adalah

    ketidakpatuhan. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien, adalah

    suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh

    informasi diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa

    Universitas Sumatera Utara

  • penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Suatu

    penjelasan tentang penyebab penyakit dan bagaimana pengobatannya, dapat

    membantu meningkatkan kepercayaan pasien. Untuk melakukan konsultasi dan

    selanjutnya meningkatkan kepatuhan.

    Kozier dkk. (2010) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi

    kepatuhan yaitu motivasi klien untuk sembuh, dan durasi terapi yang dianjurkan

    yakni tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan, persepsi keparahan masalah

    kesehatan, nilai upaya mengurangi ancaman kesehatan, kesulitan memahami dan

    melakukan perilaku yang dianjurkan, tingkat gangguan penyakit atau rangkaian

    terapi, keyakinan bahwa terapi atau rejimen yang diprogramkan akan membantu,

    kerumitan, efek samping, warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi

    sulit dilakukan, tingkat kepuasan, kualitas dan jenis hubungan dengan penyedia

    pelayanan kesehatan serta seluruh terapi yang diprogramkan.

    2.2.4. Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan

    Menurut Smet dalam Niven (2002) berbagai strategi untuk meningkatkan

    kepatuhan adalah dukungan profesional kesehatan, profesional kesehatan sangat

    diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contohnya adalah meningkatkan

    komunikasi, karena komunikasi memegang peranan penting maka komunikasi

    diberikan oleh dokter/perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.

    Strategi lain dukungan social, dukungan social yang dimaksud adalah

    keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk

    menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

    Universitas Sumatera Utara

  • Modifikasi perilaku sehat juga sangat diperlukan. Modifikasi gaya hidup dengan

    mengatur makanan, melakukan aktivitas/olahraga dan control secara teratur

    melakukan pengontrolan dengan pemeriksaan darah rutin, USG, kolonoscopy dan

    gastroscopy yang perlu untuk penderita kanker payudara.

    Strategi terakhir pemberian informasi, pemberian informasi yang jelas

    pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara

    pengobatannya. Dalam hal ini pemberian informasi yang jelas tentang perencanaan

    makan, aktivitas dan kontrol darah lengkap, serta pemeriksaan endoscopy yang

    teratur pada penderita kanker payudara sehingga penderita paham dan akhirnya

    patuh menjalankannya.

    Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah

    pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan memiliki nada yang cenderung

    memanipulasi atau otoriter dimana penyelenggaraan perawatan kesehatan atau

    pendidik dianggap sebagai tokoh yang berwenang, peserta didik anggap bersikap

    patuh. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat

    diobservasi dan dengan begitu dapat diukur.

    2.2.5. Langkah-langkah Mengidentifikasi Adanya Ketidakpatuhan

    Menurut Kozier dkk. (2010) untuk meningkatkan kepatuhan, perawat perlu

    memastikan bahwa klien mampu melakukan terapi yang diprogramkan, memahami

    instruksi yang penting, menjadi partisipan yang mau berusaha mencapai tujuan

    terapi, dan menghargai hasil perilaku yang direncanakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Anderson dalam Niven (2002) dalam penelitiannya tentang

    komunikasi dokter dan pasien di Hongkong, mendapatkan bahwa pasen yang rata-

    rata diberi 18 jenis informasi untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu

    mengingat 31 % saja. Dari penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan

    bahwa komunikasi yang efektif sangat diperlukan . Tenaga kesehatan harus

    memberikan informasi yang lengkap guna meningkatkan pemahaman penderita

    sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mnjalankan

    terapi.

    Langkah-langkah mengidentifikasi adanya ketidakpatuhan adalah:

    1. Memastikan alasan klien tidak mematuhi program. Berdasarkan alasan klien,

    perawat dapat memberikan informasi,mengoreksi kesalahpahaman, menganjukan

    konseling bila masalah psikologis menghambat kepatuhan. Perawat juga perlu

    mengevaluasi kembali kesesuaian anjuuran yang diberikan. Jika kepercayaan,

    budaya dan usia bertentangan dengan rencana terapi yang diberikan.

    2. Menunjukan kepedulian. Perlihatkan perhatian yang tulus terhadap masalah dan

    keputusan klien serta pada saat yang sama mengakui hak-hak klien terhadap

    rangkaian tindakan, misalnya perawat memberi tahu agar jangan lupa minum

    obat untuk kemoterapi.

    3. Memotivasi klien untuk berperilaku sehat. Apabila penderita kanker payudara

    melakukan latihan fisik setiap pagi, perawat dapat memberi pujian untuk

    memanbah semangat klien.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Menggunakan brosur, gambar untuk memberikan penyuluhan. Contoh, perawat

    dapat meninggalkan brosur atau gambar untuk dibaca klien setelah penyuluhan,

    juga membuat jadwal pemberian obat kemoterapi pada selembar kertas dengann

    arah jarum jam dan tanggal pemberian.

    5. Memberi hubungan terapeutik yang tidak kaku, saling mengerti dan tanggung

    jawab bersama dengan klien dan keluarga sebagai pemberi dukungan kepada

    klien.

    2.2.6. Proses Perubahan Sikap dan Perilaku

    Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap

    kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi Mula-mula individu

    mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan

    tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika tidak patuh

    atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap

    ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat

    sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan

    petugas. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun

    ditinggalkan.

    Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter,

    melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu

    tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok

    sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas

    kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia

    Universitas Sumatera Utara

  • keluar dari kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi

    perilakunya sendiri.

    Kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang

    pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda,

    yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh

    yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Biasanya kepatuhan ini

    timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut,

    sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami

    sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses

    identifikasi. Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini

    lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat

    menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat menghubungkan

    perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia

    ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan

    perilaku tersebut Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika

    perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu

    dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain

    dari hidupnya.

    Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan

    seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat individu

    memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti

    akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri. Memang proses

    Universitas Sumatera Utara

  • internalisasi ini tidaklah mudah dicapai sebab diperlukan kesediaan individu untuk

    mengubah nilai dan kepercayaan mereka agar menyesuaikan diri dengan nilai atau

    perilaku yang baru.Teori The Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).

    2.3. Kemoterapi

    2.3.1. Pengertian

    Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk

    pil, cair atau kapsul atau melalui infus, (Wenny Artanty Nisman 2011) Kemoterapi

    adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul

    yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi

    juga di seluruh tubuh, Denton, 1996 dalam Wenny Artanty Nisman, (2011).

    Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan zat atau obat yang berkhasiat

    untuk membunuh sel kanker. Prinsipnya adalah membunuh/ menghanbat sel tumor

    induk dan anak sebar secara sistemik.

    Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.kemoterapi

    merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat

    mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain, (Imam

    Rasjidi 2007).

    Pengobatan ini biasanya diberikan sebagai kombinasi obat-obatan anti-kanker,

    seringkali sekaligus tiga kali. Target utama obat-obatan semacam ini dimaksudkan

    untuk mengidentifiksdi dan membunuh sel-sel yang bertambah dan membelah secara

    cepat. Sayangnya, obat-obat anti-kanker tidak dapat mengenali sel-sel kanker secara

    Universitas Sumatera Utara

  • spesifik, dan akan membunuh sel-sel lain yang membelah secara aktif seperti sel-sel

    darah atau sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan yang sangat penting

    dalam tubuh sebab memproduksi sel-sel darah dan sistem kekebalan untuk melawat

    infeksi, (Dixon Michael J.MR. dan MR.Robert C.F Leonarh 2002 ).

    2.3.2. Tujuan Kemoterapi

    Tujuan dari kemoterapi yaitu membunuh atau menekan pertumbuhan sel-sel

    kanker yang ada dalam tubuh, (Wenny Artanty Nisman 2011).

    2.3.3. Manfaat Kemoterapi

    1. Penderita dapat sembuh atau hidup lama

    2. Kanker dapat dikendalikan cukup lama, kadang sembuh

    3. Bermanfaat untuk paliatif (dapat mengurangi gejala)

    2.3.4. Cara Pemberian Kemoterapi

    1. Secara oral

    2. Sukkutan dan Intramuskuler

    3. Parienteral

    4. Intravena (Imam Rasjidi, 2007).

    2.3.5. Persiapan Kemoterapi

    1. Sebelum melaksanakan kemoterapi penderita menjalani pemeriksaan awal

    2. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi efek samping

    3. Ditetepkan oleh dokter onkologi medic

    4. Pemeriksaan antara lain: darah lengkap, test fungsi ginajl, Fungsi lever,

    pemeriksaan organ tubuh lain

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.6. Akibat Kemoterapi

    1. Ringan,berat tergantung dosis dan regimen

    2. karena diberikan sistemik, semus sel sedang tumbuh terkena

    3. Sel kanker lebih banyak terkena akibatnya

    2.3.7. Akibat Kemoterapi yang Perlu Diperhatikan

    1. Sel darah (memerangi infeksi, membawa oksigen, membantu pembekuan darah)

    2. Saluran cerna (muntah, kadang susah buang air besar)

    3. Kulit dan rambut (rambut rontok sementara, kuku dan kulit tampak hitam)

    4. Sistem reproduksi laki-laki dan perempuan (tidak haid sementara dan sperma

    kosong).

    2.3.8. Efek Samping Kemoterapi

    1. Efek jangka pendek (jam- hari), muntah, mual, pusing

    2. Efek jangka menengah (hari-minggu), sariawan, diare, letih, lesu, nafsu makan

    menurun

    3. Efek jangka panjang (minggu-bulan), mudah terkena infeksi

    4. Dapat puluh kembali kira-kira 1-2 minggu

    2.3.9. Syarat-syarat Seseorang Mendapat Kemoterapi

    1. Fungsi organ baik

    2. Jenis sel darah merah dan darah putih cukup

    3. Tidak demam

    4. Tidak perdarahan

    5. Dapat melakukan kegiatan sehara-hari sendiri

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4. Konsep Kanker Payudara

    2.4.1. Pengertian

    Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara karena adanya

    pertumbuhan yang tak terkendali dari sel-sel kelenjar dan salurannya, (Wenny

    Artanty Nisman 2011).

    Kanker payudara adalah tyumor ganas yang menyerang jaringan payudara,

    merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan

    penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena kanker payudara, walaupun masih

    jarang terjadi, (Endang 2008).

    Kanker Payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara karena adanya

    pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel-sel kelenjar dan salurannya. Sampai saat

    ini penyebab kanker kanker payudara belum diketahui dengan pasti, Wenny Artanty

    Nisman, (2011).

    2.4.2. Klasifikasi Kanker

    Menurut lamanya, pertumbuhan kanker dibedakan menjadi dua, yaitu: (1)

    Stadium dini, dimana kanker mulai timbul dan belum menyusup jauh ke dalam

    jaringan sekitarnya dan belum mengadakan anak sebar; dan (2) Stadium lanjut, yaitu

    jika kanker sudah menjadi besar dan sudah menyusup jauh ke dalam jaringan

    sekitarnya, masuk ke dalam pembuluh darah dan getah bening.

    Sampai saat ini kurang lebih 120 jenis kanker diketahui dan dikelompokkan

    dalam 12 bagian besar, yaitu: (1) Kanker kandungan, yang terdiri dari cervix dan

    corpus, kanker ari-ari dan ovarium; (2) Kanker payudara yang saat ini makin banyak

    Universitas Sumatera Utara

  • ditemui pada kehidupan modern; (3) Kanker sistem pernafasan, terutama karena

    risiko merokok dan polusi antara lain paru dan tenggorokan; (4) Kanker organ cerna

    seperti hati dan pankreas; (5) Kanker tulang dan otot; (6) Kanker traktus urinarius

    antara lain ginjal, prostat dan testis; (7) Kanker kulit, seperti melanoma dan

    basalioma; (8) Kanker getah bening, seperti limfoma hodgkin dan non hodgkin; (9)

    Kanker darah, seperti leukemia; (10) Kanker mata, seperti retino blastoma, sebagian

    besar tidak dapat diterapi lagi; (11) Kanker saluran cerna mulai dari oesophagus,

    lambung, usus kecil dan kolorektal; (12) Kanker sistem saraf antara lain otak, sum-

    sum tulang belakang dan saraf perifer (Lydion Saputra,dkk. 2000).

    2.4.3. Distribusi Umur Pasien Kanker

    Struktur umur pada suatu populasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

    insidens kanker. Pada daerah yang penduduknya tidak banyak terdapat orang tua

    diatas 55 tahun maka insidens kanker rendah. Beberapa jenis kanker tertentu hanya

    atau lebih banyak terdapat pada anak-anak, seperti nephroblastoma, retino blastoma,

    teratoma. Sebagian besar kanker yang terdapat pada orang dewasa atau tua di atas 35-

    40 tahun adalah seperti kanker kulit, prostat, dan sebagainya. Bila jumlah orang tua

    banyak maka insidens kanker tinggi. Karena pada umumnya makin lanjut umurnya

    maka besar kemungkinan terkena kanker.

    Distribusi umur untuk berbagai jenis kanker tidak sama, seperti untuk kanker

    mamma tidak sama dengan kanker kulit, darah, dsb. Pada umumnya untuk jenis

    kanker tertentu (age spesific) insidensnya naik bersama dengan kenaikan umur.

    Frekuensi kanker pada anak-anak jarang, di bawah umur 5 tahun 3%, dibawah 15

    Universitas Sumatera Utara

  • tahun 8%. Setelah umur 5 tahun frekuensinya turun sampai 2-3%, dan ini

    dipertahankan lama sampai kurang lebih umur 25-30 tahun, lalu mulai naik dengan

    pelan-pelan dan setelah mencapai umur 35-40 tahun naik dengan cepat. Pada umur 55

    tahun frekuensinya turun lagi, karena jumlah penduduk pada usia lanjut sedikit,

    walaupun insidens pada golongan umur lanjut tetap naik (Sukardja,

    2000).

    2.4.4. Etiologi Kanker

    Kategori agens atau faktor-faktor tertentu telah memberikan implikasi dalam

    proses karsinogenik. Agens atau faktor-faktor tersebut termasuk virus, agens fisik,

    agens kimia, faktor-faktor genetik atau keturunan, faktor-faktor makanan dan agens

    hormonal (Brunner & Suddarth dalam Smeltzer, 2001).

    1. Virus

    Virus sebagai penyebab kanker pada manusia adalah sulit untuk dipastikan

    karena virus sulit untuk diisolasi. Bila tampak kanker spesifik pada kluster maka

    diduga atau dicurigai adanya penyebab infeksius. Virus dianggap dapat

    menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi

    mendatang dari populasi sel tersebut dan barangkali akan mengarah pada kanker.

    Seperti virus hepatitis B telah menunjukkan implikasi dalam karsinoma

    hepatoseluler, virus Epstein-Barr sangat dicurigai sebagai agens penyebab pada

    limfoma Burkitt dan kanker nasofaring.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Agens Fisik

    Faktor-faktor fisik yang berkaitan dengan karsinogenesis mencakup pemajanan

    terhadap sinar matahari atau pada radiasi, iritasi kronis atau inflamasi dan

    penggunaan tembakau. Pemajanan berlebih terhadap radiasi ultraviolet

    meningkatkan risiko kanker kulit. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat

    terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan

    untuk mengobati penyakit. Pemajanan terhadap medan elektromagnetik (EMF)

    dari kabel listrik. Mikrowave, dan telepon seluler dapat juga meningkatkan risiko

    kanker.

    3. Agens Kimia

    Banyak substansi kimiawi yang ditemukan dalam lingkungan kerja terbukti

    menjadi karsinogen atau ko-karsinogen dalam proses kanker. Karsinogen kimia

    mencakup zat warna amino aromatik anilin; arsenik, jelaga dan tar; asbestos;

    benzen; pinang dan kapur sirih; kadmium; senyawaan kromium, nikel dan seng,

    debu kayu; senyawaan berilium; dan polivinil klorida.

    Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan

    mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh pajanan zat

    kimia.

    4. Faktor-faktor Genetik dan Keturunan

    Faktor-faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker.

    Jika kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat

    terbentuk sel-sel mutan. Beberapa kanker pada masa anak-anak dan dewasa

    Universitas Sumatera Utara

  • menunjukkan predisposisi keturunan. Kanker ini cenderung untuk terjadi pada

    usia muda dan pada berbagai tempat dalam satu organ atau sepasang organ. Pada

    kanker dengan predisposisi herediter, umumnya saudara dekat (sedarah)

    mempunyai tipe kanker yang sama.

    5. Faktor-faktor Makanan

    Faktor-faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua

    kanker lingkungan. Substansi makanan dapat proaktif, karsinogenik, atau ko-

    karsinogenik. Risiko kanker meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang

    karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak adanya sustansi proaktif dalam diet.

    Substansi diet berkaitan dengan peningkatan risiko kanker mencakup lemak,

    alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau

    nitrit, dan masukan makanan dengan kalori tinggi

    6. Agens Hormonal

    Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam

    keseimbangan hormon baik oleh pembentukan hormon sendiri (endogenus) atau

    pemberian hormon eksogenus.

    7. Kegagalan Sistem Imun

    Normalnya, sistem imun yang utuh mampu untuk melawan sel-sel kanker dengan

    berbagai cara. Antigen pada membran sel dari sel-sel kanker dikenal sebagai

    antigen tumor-associated, biasanya dikenali oleh sistem imun sebagai benda

    asing. Pada manusia, sel-sel maligna mampu berkembang secara teratur.

    Terdapat bukti bahwa fungsi surveilens dari sistem imun sering lebih mampu

    Universitas Sumatera Utara

  • mendeteksi perkembangan sel-sel maligna dan merusak sel-sel tersebut sebelum

    pertumbuhannya menjadi terkontrol. Apabila sistem imun gagal mengidentifikasi

    dan menghentikan pertumbuhan sel-sel maligna, terjadilah kanker secara klinis.

    2.4.5. Diagnosis dan Deteksi Dini Kanker

    Diagnosis kanker didasarkan pada pengkajian fisiologis dan perubahan fungsi

    serta hasil dari evaluasi diagnostik. Pasien yang diduga kanker menjalani

    pemeriksaan diagnostik luas untuk menentukan adanya tumor dan keluasan penyakit,

    mengidentifikasi kemungkinan penyebaran (metastasis) atau invasi ke jaringan tubuh

    lainnya, mengevalusi fungsi baik pada sistem dan organ pada tubuh yang sakit dan

    tidak sakit, dan mendapatkan jaringan dan sel-sel untuk analisis kanker, termasuk

    tahap dan derajatnya. Pemeriksaan yang luas paling sering mencakup riwayat

    kesehatan yang lengkap dan pemeriksaan fisik serta radiologi, serologi, dan

    diagnostik lainnya serta prosedur bedah. Deteksi dini kanker merupakan usaha

    untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang

    belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan

    yang berarti pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu. Deteksi dini

    pada umumnya dilakukan pada orang-orang yang kelihatannya sehat, yang

    asimptomatik atau pada orang-oarang yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker

    (Sukardja, 2000).

    Deteksi kanker didasarkan atas kenyataan-kenyataan berikut, yaitu: perjalanan

    penyakit kanker umumnya mulai dari kanker in situ atau kanker lokal dalam taraf

    seluler atau organ, banyak kasus kanker yang timbul dari tumor jinak atau lesi pra

    Universitas Sumatera Utara

  • kanker yang telah lama ada, lebih dari 75% kasus kanker terdapat pada organ atau

    tempat-tempat yang mudah diperiksa sehingga mudah dapat diketemukan, penderita

    kanker pada umumnya baru datang ke dokter sesudah penyakitnya dalam stadium

    lanjut (Sukardja, 2000).

    Ada beberapa faktor kelambatan dalam pengelolaan kanker yang terdiri dari

    kelambatan penderita, kelambatan dokter dan kelambatan rumah sakit. Kelambatan

    pada penderita disebabkan karena: (1) Penderita kanker stadium dini umumnya

    merasa sehat, tidak sakit, tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan

    saja beberapa lama, bulan atau tahun, sampai penyakitnya itu tidak tertahan lagi; (2)

    Kurang memperhatikan diri sendiri dimana penderita baru mengetahui adanya tumor

    di dalam tubuhnya sesudah tumor itu besar atau sesudah menimbulkan keluhan; (3)

    Tidak mengerti atau kurang menyadari akan bahaya kanker; (4) Ada rasa takut (takut

    diketahui bahwa dirinya menderita kanker, takut ke dokter, takut sakit, dsb); (5)

    Tidak mempunyai biaya; (6) Keluarga tidak mengijinkan ke dokter; dan (7)

    Rumahnya jauh dari dokter. (Sukardja, 2000).

    2.4.6. Dampak Penyakit Kanker terhadap Psikologi Pasien

    Masalah psikologi timbul akibat dari konsekuensi kanker, karena ini

    merupakan penyakit yang menakutkan dan mecemaskan dari semua penyakit yang

    lain. Kanker terkait dengan masalah fisik: nyeri, sengsara, kematian, dan biaya;

    masalah psikososial: ansietas, citra tubuh dan kehilangan (Keliat, 1998).

    Penataan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan

    tetapi walaupun demikian angka kematian (mortality rate) dan angka kejadian

    Universitas Sumatera Utara

  • (incidence rate) kanker payudara masih tetap tinggi, desebabkan penderita ditemukan

    pada stadium lanjut, Hawari Dadang (2009). Dadang Hawani menjelaskan ada tiga

    reaksi emosional penderita kanker manakala diberitahu bahwa penyakit yang diderita

    adalah kanker yang sudah lanjut, yaitu: Phase pertama; penderita akan merasakan

    shock mental. Phase kedua: penderita diliputi oleh rasa takut (fear), dan depresi. Pase

    ketiga; muncul reaksi penolakan (denial) dan kemurungan.

    Meskipun banyak bentuk kanker yang dapat disembuhkan dan banyak bentuk

    lainnya mencapai status sembuh jika diatasi secara dini tetapi faktanya banyak pasien

    dan keluarganya tetap memandang kanker sebagai penyakit fatal yang tidak dapat

    dihindari yang disertai rasa nyeri, penderitaan, kelemahan dan menguruskan. Setelah

    dokter menginformasikan tentang diagnosa kanker seringkali pasien berespon dengan

    syok, bengong, dan tidak percaya. Kekhawatiran pasien terhadap penyakit kanker

    akan dapat terus berlanjut sampai pada akhir hidupnya jika tidak diberi suatu support

    serta peningkatkan koping yang adaptif yang dapat meningkatkan kualitas hidup

    mereka.

    2.4.7. Perawatan Pasien dengan Kanker Payudara yang Kemoterapi

    a. Pesonal higiene yang baik harus ditekankan dengan menghindari orang-orang

    yang mengalami infeksi, misalnya penderita TB paru, hepatitis. Dijelaskan juga

    kepada pasien untuk mengenal sumber-sumber infeksi seperti; tusukan jarum

    infus, kateter uretra, drain. Perlu juga pasien dan keluarga mengerti alasan

    perlunya pemeriksaan tanda vital, darah lengkap, dan pemeriksaan kimia secara

    teratur.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Pertahankan keseimbangan cairan, saluran pencernaan adalah sistem tubuh yang

    sangat peka terhadap kemoterapi. Sebab itu pasien mengalami anoreksia, mual,

    muntah, dan diare. Semuanya mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan

    elektrolit. Selain itu juga berat badab juga menurun.

    c. Peningkatan nutrisi, anoreksia dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri atau

    melalui kemoterapi. Dianjurkan agar pasien makan sedikit-sedikit, tetapi sering.

    Istirahat sebelum makan dapat menghemat tenaga yang diperlukan untuk makan.

    Berat badan dipantau setiap hari atau setiap minggu. Jika pasien mengalami

    malnutrisi berat, nutrisi parenteral total harus diberikan.

    d. Peningkatan citra tubuh positif, obat-obat kemoterapeutik sangat efektif terhadap

    sel-sel tubuh yang mempunyai siklus mitosis yang cepat, seperti sel-sel

    integumen. Kemoterapi juga dapat mengakibatkan kebotakan, maka perlu

    penjelasan dari perawat kepada pasien agar bisa menerima keadaannya. Untuk itu

    kalau perlu pasien memakai wig, topi atau penutup kepala lainnya (Saryono,

    2009).

    2.4.8. Pengobatan Pasien Kanker Payudara yang Kemoterapi;

    Ada empat cara pengobatan kanker, yaitu pembedahan, bioterapi, kemoterapi,

    terapi radiasi :

    a. Pembedahan, adalah untuk menetapkan stadium kanker, sebagai prosedur paliatif

    (meringankan) biasa dipakai untuk mengurangi besarnya tumor. Pembedahan

    juga untuk menangani kedaruratan onkologi, misalnya untuk meringatkan

    tekanan tumor yang menyebabkan nyeri atau obstruksi.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Bioterapi, melalui penelitian, maka ditemukan fakta-fakta dari perkembangan

    tumot dari benigna kemaligna dengan cepat sperti: insiden kanker meningkat

    pada individu yang sistem imunnya menurun, kadang-kadang terdapat pengecilan

    tumor metastatik tumor diangkat melalui pembedahan.

    c. Kemoterapi, tujuan yang diharapkan dari kemoterapi (pengobatan, palistif) perlu

    diketahui oleh dokter,mperawat dan keluarga pasien, untuk mengetahui akan efek

    samping dari kemoterapi, jadwal pemberian kemoterapi. Maksud dari pemberian

    obat kemoterapi ini dapat menghalangi atau menghentikan pertumbuhan dan

    replikasi sel-sel kanker.kemoterapi menjadi lebih efektif jika tumor masih kecil.

    d. Terapi radiasi, digunakan sebagai pengobatan kanker sejak ditemukan sinar-X

    pada tahun 1895. Sinar-X terdiri dari radiasi elektromagnetik yang dihasilkan

    oleh gelombang energi listrik yang bergerak dalam kecepatan yang sangat tinggi.

    ( Ermawati Dalami,dkk. 2009).

    2.5. Landasan Teoritis

    Sackett (1976) mendefenisikan kepatuhan pasien sebagai sejauhmana

    perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan

    (Niven, 2002).

    Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2002), ada lima factor yang

    mendukung kepatuhan pasien, yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi factor

    lingkungan dan social, perubahan model terapi dan peningkatan interaksi professional

    kesehatan dengan pasien.

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku seseorang

    dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni faktor predisposisi

    (predisposing factor), faktor yang mendukung (enabling factor) dan faktor yang

    memperkuat atau mendorong (reinforcing factor). Jadi ada hubungan antara perilaku

    seseorang dengan kepatuhan dalam menjalanakan kemoterapi. Skinner (1938)

    mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsangan

    (stimulus) dan tanggapan dan respon. Kosa dan Robertson mengatakan bahwa

    perilaku kesehatan seseorang cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang

    bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan, dan kurang mendasarkan

    pada pengetahuan biologi.

    Meningkatnya interaksi tenaga kesehatan dengan pasien, adalah suatu hal

    yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh

    informasi tentang diagnosis. Klien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat

    ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.

    Suatu penjelasan tentang penyebab penyakit dan bagaimana pengobatannya, dapat

    membantu meningkatkan kepercayaan pasien, diperlukan suatu komunikasi yang baik

    oleh tenaga kesehatan. Dengan komunikasi, seorang tenaga kesehatan dapat

    memberikan informasi yang lengkap guna meningkatkan pemahaman pasien dalam

    menjalankan terapi (Niven, 2002). Dalam dunia keperawatan, komunikasi perawat

    yang diarahkan pada pencapaian tujuan untuk menyembuhkan pasien dikenal dengan

    komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994).

    Universitas Sumatera Utara

  • Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan mempunyai

    peran yang besar terhadap kemajuan kesehatan klien. Komunikasi terapeutik

    meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien sehingga akan tercipta suasana

    yang kondusif dimana klien dapat mengungkapkan perasaan dan harapan-harapannya.

    Kondisi saling percaya yang telah dibangun diantara perawat dan pasien tersebut akan

    mempermudah pelaksanaan dan keberhasilan program pengobatan (Stuart G.W.,

    et.al., 1998).

    Berbagai aspek kominikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan

    memengaruhi tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi dengan pengawasan yang

    kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter dan

    ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan. Salah satu strategi untuk

    meningkatkan ketaatan adalah memperbaiki komunikasi antara dokter maupun

    perawat dengan pasien, (Niven 2002).

    Merujuk pada teori dan penelitianh di atas dan berdasarkan survey

    pendahuluan yang penulis lakukan, terkait dengan kepatuhan pasien menjalanakan

    kemoterapi, meningkatkan interaksi personal kesehatan dengan pasien sangatlah

    penting,khususnya membina hubungan interpersonal antara perawat dank lien dengan

    melakukan komunikasi terapeutik.

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun skema teori Feurstein dalam Niven (2002), dan Friedman (1998)

    dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori sebagai berikut:

    Gambar 2.1. Skema Komunikasi Interpersonal Teori Feurstein dalam Niven (2002)

    Pendidikan

    Meningkatkan Interaksi (komunikasi terapeutik Profesional) Kesehatan dengan pasien:

    - Sikap Perawat - Teknik Komunikasi - Isi Pesan

    Perubahan Model Terapi

    Kepatuhan

    Akomodasi

    Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6. Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

    Komunikasi Terapeutik ;

    - Sikap Perawat - Teknik Komunikasi - Isi Pesan

    Kepatuhan Penderita Kanker Payudara dalam Menjalankan Kemoterapi

    Universitas Sumatera Utara