chapter ii

28
 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Relativitas E instein Relativitas merupakan subjek yang penting yang berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana kejadian tersebut dianalisa atau diukur menurut suatu kerangka acuan yang bergerak relatif terhadap kerangka yang lain. Topik tentang teori relativitas dibagi ke dalam dua  bagian, yakni Teori Relativitas Khusus (Special Theory of Relativity ) dan Teori Relativitas Umum (General Theory of Relativity ). Dalam teori relativitas khusus, subjek yang menjadi fokus adalah kerangka acuan yang inersial, yaitu kerangka yang padanya hukum gerak Newton berlaku. Sedangkan teori relativitas umum berkaitan dengan situasi yang lebih rumit dimana kerangka acuannya mengalami percepatan gravitasi. Kedua teori tersebut dibuat untuk menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak sesuai dengan teori relativitas klasik yang didasari konsep Galileo Galilei dan didefenisikan kembali oleh Sir Isasc  Newton melalui teori relativitas geraknya. 2.1.1 Teori Relativitas Khusus (TRK) Pada tahun 1905, Albert Einstein mempublikasikan beberapa makalahnya yang salah satunya berjudul,“On the Electrodynamics of Moving Bodies  (Elektrodinamika Benda Bergerak)”. Makalah tersebut menyajikan teori relativitas khusus berdasarkan dua  postulatnya: Universitas Sumatera Utara

Upload: nyonk-benyalo-al-qoyim

Post on 15-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Relativitas Einstein

    Relativitas merupakan subjek yang penting yang berkaitan dengan pengukuran

    (pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana

    kejadian tersebut dianalisa atau diukur menurut suatu kerangka acuan yang bergerak

    relatif terhadap kerangka yang lain. Topik tentang teori relativitas dibagi ke dalam dua

    bagian, yakni Teori Relativitas Khusus (Special Theory of Relativity) dan Teori

    Relativitas Umum (General Theory of Relativity).

    Dalam teori relativitas khusus, subjek yang menjadi fokus adalah kerangka

    acuan yang inersial, yaitu kerangka yang padanya hukum gerak Newton berlaku.

    Sedangkan teori relativitas umum berkaitan dengan situasi yang lebih rumit dimana

    kerangka acuannya mengalami percepatan gravitasi. Kedua teori tersebut dibuat untuk

    menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak sesuai dengan teori relativitas

    klasik yang didasari konsep Galileo Galilei dan didefenisikan kembali oleh Sir Isasc

    Newton melalui teori relativitas geraknya.

    2.1.1 Teori Relativitas Khusus (TRK)

    Pada tahun 1905, Albert Einstein mempublikasikan beberapa makalahnya yang salah

    satunya berjudul,On the Electrodynamics of Moving Bodies (Elektrodinamika Benda

    Bergerak). Makalah tersebut menyajikan teori relativitas khusus berdasarkan dua

    postulatnya:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Postulat Relativitas: Hukum-hukum fisika berlaku sama untuk setiap pengamat di

    dalam kerangka acuan yang inersial.

    2. Postulat Kelajuan Cahaya: Kelajuan cahaya dinyatakan dengan c yang bernilai

    tetap pada semua kerangka acuan.

    Hadirnya kedua postulat tersebut memunculkan teori-teori baru. Seperti pada

    postulat pertamanya dikatakan bahwa jika hukum-hukum itu dibedakan, maka

    perbedaan tersebut dapat membedakan satu kerangka acuan inersial dari kerangka

    lainnnya. Disamping itu, yang tidak kalah baru adalah teori tentang ramalan mengenai

    laju radiasi elektromagnetik yang diturunkan dari persamaan Maxwell. Menurut

    analisis ini, cahaya dan semua gelombang elektromagnetik lain berjalan dalam ruang

    hampa dengan laju konstan yang sekarang didefenisikan secara eksak sebesar

    299.792.458 m/s atau biasa dituliskan dengan 3 x 108 m/s. Hal ini akan kita temukan

    dalam ruang hampa yang memiliki peranan penting dalam teori relativitas Einstein.

    Kehadiran kedua postulat tersebut juga sukses dalam memperluas cakupan

    hukum-hukum gerak oleh Galileo yang terbatas di mekanika ke hukum-hukum

    elektromagnetik dan optik. Hasil dari memperkenalkan teori relativitas khusus ini,

    diperkenalkannya transformasi koordinat baru yang dinamakan Transformasi Lorentz

    yang sesuai untuk laju tinggi.

    2.1.1.1 Transformasi Lorentz

    Transformasi Galileo mengenai koordinat, waktu dan kecepatan tidak taat

    dengan kedua postulat Einstein. Meskipun transformasi Galileo sesuai dengan akal

    sehat kita, ia tidak memberi hasil yang sesuai dengan berbagai percobaan pada laju

    tinggi. Oleh karena itu, kita memerlukan seperangkat persamaan transformasi baru

    yang dapat meramalkan berbagai efek relativistik seperti penyusutan panjang,

    pemuluran waktu dan efek Doffler relativistik. Karena kita juga mengetahui bahwa

    transformasi Galileo berlaku baik pada laju rendah, transformasi baru ini haruslah

    Universitas Sumatera Utara

  • memberikan hasil yang sama seperti transformasi Galileo apabila laju relatif antara

    dan adalah rendah. (Krane, Kenneth S., 2006)

    z

    y

    x

    SS

    z

    y

    x

    v

    Oo

    Gambar 2.1 Kerangka acuan inersial dari S dan S

    Transformasi yang memenuhi semua persyaratan ini dikenal dengan

    transformasi Lorentz dan seperti halnya transformasi Galileo, ia mengaitkan koordinat

    suatu peristiwa sebagaimana diamati dari kerangka dengan koordinat

    peristiwa yang sama yang diamati dari kerangka acuan yang sedang

    bergerak dengan kecepatan terhadap . Dengan menganggap bahwa gerak relatifnya

    adalah sepanjang arah positif. Bentuk transformasi Lorentz ini adalah sebagai

    berikut:

    (2.1)

    Persamaan (2.1) adalah transformasi koordinat Lorentz yang merupakan generalisasi

    dari transformasi Galileo terdahulu . Untuk

    nilai yang mendekati nol, akar-akar dalam penyebut . Namun, umumnya baik

    Universitas Sumatera Utara

  • koordinat ruang maupun waktu dari suatu peristiwa dalam suatu kerangka acuan

    bergantung pada koordinat waktunya dalam kerangka acuan lainnya. Sekarang ruang

    dan waktu telah menjadi saling jalin menjalin. Kita tidak dapat lagi mengatakan

    bahwa panjang dan waktu mempunyai arti mutlak yang tidak tergantung kerangka

    acuannya.

    Bentuk-bentuk transformasi Lorentz pada (2.1) dapat digunakan untuk

    menurunkan generalisasi relativitas sebagai efek penggunaan transformasi ini.

    Diantaranya:

    Pemuluran Waktu Relativistik yang mana waktu bergerak lebih lambat dari

    penanda waktu yang berada dalam keadaan diam.

    Kontraksi Panjang Lorentz,

    Transformasi Kecepatan,

    Bila untuk laju yang lebih kecil dari laju cahaya c dalam ruang hampa,

    transformasi kecepatannya memperlihatkan kepada kita bahwa sebuah benda yang

    bergerak dengan laju yang lebih kecil dari c dalam satu kerangka acuan selalu

    mempunyai laju yang lebih kecil dari c dalam tiap-tiap kerangka acuan yang lain. Ini

    merupakan alasan yang digunakan untuk menyimpulkan bahwa tidak ada benda yang

    berjalan dengan laju yang sama atau lebih besar dari c dalam ruang hampa relatif

    terhadap sembarang kerangka acuan inersial. (M. S. Longair, 1987)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.1.2 Kerangka Acuan Inersial

    Dengan adanya peta (atlas), setiap peristiwa mempunyai label berupa 4 bilangan real,

    misalnya atau . Arti fisis dari atlas adalah suatu kerangka acuan

    dengan sistem koordinat tertentu. Kerangka acuan terdiri atas partikel-partikel berlabel

    yang dilengkapi dengan penanda waktu. Sebuah kerangka acuan dicirikan dengan

    gerakan tertentu dari partikel-partikel penyusunnya, sedangkan cara pemberian label

    menunjukkan sistem koordinat yang digunakan dalam kerangka acuan itu. Jadi,

    kerangka acuan adalah suatu sarana untuk memberikan label pada setiap peristiwa.

    Salah satu label menunjukkan saat terjadinya peristiwa, dan dalam mekanika klasik

    Newtonian, label itu bersifat mutlak.

    Cara penentuan saat terjadinya peristiwa adalah dengan menyediakan penanda

    waktu yang sudah disinkronkan dan kemudian disebar ke dalam ruang. Saat dari suatu

    peristiwa ditunjukkan dengan penanda waktu yang berada di tempat peristiwa itu

    terjadi. Penunjukkan waktu bersifat mutlak, artinya tidak dipengaruhi oleh gerakan

    waktu ketika dibawa oleh partikel penyusun kerangka acuan. Karena saat dari

    peristiwa-peristiwa dalam ruang-waktu bersifat mutlak, maka ruang-waktu dapat

    dibagi menjadi sub ruang 3 dimensi, dimana setiap subruang (ruang spatial) terdiri

    atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat yang sama (simultan). Peristiwa dalam

    ruang spatial cukup diberi label berupa 3 bilangan real dan memberikan posisi dari

    peristiwa itu dalam ruang spatial. Mekanika klasik Newtonian menyatakan bahwa

    hanya ada satu cara pembagian ruang-waktu menjadi subruang yang simultan dan

    subruang berdimensi 3 itu berstruktur Euklidean.

    Sebuah partikel bebas yang bergerak merupakan serentetan peristiwa yang

    disebut sebagai garis sejarah (world line). Dalam ruang spatial, himpunan titik-titik

    yang merupakan posisi dari peristiwa-peristiwa dalam garis sejarah merupakan sebuah

    kurva (disebut sebagai lintasan) yang pada umumnya melengkung. Kurva lintasan

    partikel itu dapat dinyatakan sebagai dan kecepatannya adalah

    Universitas Sumatera Utara

  • Kita dapat menggunakan atlas yang lain dalam manifold ruang-waktu, misalnya

    menghasilkan label untuk peristiwa yang dinyatakan sebagai atau .

    Karena hanya ada satu cara pembagian ruang-waktu, maka itu berarti

    Hubungan antara dengan mempunyai dua kemungkinan, yaitu

    yang berarti kita berpindah kerangka acuan, atau

    yang berarti kita hanya berganti sistem koordinat.

    Jika dapat ditemukan suatu transformasi sehingga dalam ruang spatial

    kerangka acuan itu, kurva lintasan partikel bebas berupa garis lurus dan kecepatannya

    konstan, maka kerangka acuan itu disebut sebagai kerangka acuan yang inersial.

    (Arief Hermanto, 2003)

    2.1.2 Teori Relativitas Umum Einstein

    Teori relativitas umum merupakan perluasan dari teori relativitas khusus ke arah

    gravitasi dan menggantikan hukum gravitasi Newton. Teori ini menggunakan

    matematika geometri diferensial dan tensor untuk menjelaskan gravitasi. Bentuk teori

    ini sama untuk seluruh pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan inersial

    ataupun bagi pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan yang dipercepat. Dalam

    relativitas umum, gravitasi bukan lagi sebuah gaya seperti dalam hukum gravitasi

    Newton tetapi merupakan konsekuensi dari kelengkungan ruang-waktu. Dan melalui

    relativitas umum juga ditunjukkan bahwa kelengkungan ruang-waktu terjadi akibat

    kehadiran massa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.2.1 Prinsip Ekuivalensi

    Ketika Newton merumuskan hukum gerak dan hukum gravitasinya, ia mendefenisikan

    massa inersial dan massa gravitasi. Massa inersial diukur berdasarkan ukuran

    kelembaman suatu benda terhadap gaya dorong atau gaya tarik yang bekerja,

    sedangkan massa gravitasi diukur berdasarkan pengaruh gaya gravitasi pada benda

    tersebut. Para eksperimentalis sejak zaman Newton hingga pertengahan abad ke-20

    telah berusaha membuktikan kesetaraan antara kedua jenis massa tersebut. Salah satu

    percobaan yang paling terkenal adalah percoban Eotvos yang membuktikan bahwa

    kedua massa tersebut setara. Berdasarkan bukti eksperimen tersebut, akhirnya Einstein

    menyimpulkan dalam postulatnya yang terkenal dengan nama Prinsip Ekuivalensi

    Massa bahwa,Gaya gravitasi dan gaya inersial yang bekerja pada 1 benda adalah

    sama dan tidak terbedakan (indistinguisable) satu sama lain. Konsekuensinya adalah

    bahwa tidak ada lagi kerangka acuan inersial.

    2.1.2.2 Prinsip Kovariansi Umum

    Akibat prinsip ekuivalensi massa yang menyebabkan tidak adanya kerangka acuan

    inersial, maka prinsip relativitas khusus menyatakan bahwa hukum-hukum fisika

    berlaku sama pada kerangka acuan inersial tidaklah berlaku umum. Oleh karena itu,

    Einstein merumuskan postulat keduanya yang terkenal dengan nama Prinsip

    Kovariansi Umum yang menyatakan bahwa,Semua hukum-hukum fisika berlaku

    sama pada semua kerangka acuan tanpa kecuali. Konsekuensinya adalah setiap

    besaran fisika haruslah dinyatakan dalam bentuk umum dan tidak bergantung pada

    koordinat dimana ia didefenisikan. Artinya semua besaran fisika harus dinyatakan

    dalam bentuk tensor. Seperti telah dinyatakan sebelumnya dalam relativitas khusus,

    hukum-hukum gerak dinyatakan dalam bentuk yang invarian terhadap transformasi

    Lorentz dengan konsekuensi diperkenalkannya konsep ruang dan waktu dimensi 4

    dengan metrik Minkowski. Generalisasinya, teori relativitas umum menyatakan bahwa

    hukum-hukum fisika harus invarian terhadap transformasi umum dengan konsep

    ruang-waktu 4 dimensi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.2.3 Kelengkungan Ruang-Waktu

    Dari teori relativitas khusus, baik waktu atau ruang adalah bergerak relatif terhadap

    gerak pengamat dengan interval panjang dan waktu diukur oleh seorang pengamat

    secara umum tidak sama dengan interval panjang dan waktu yang diukur oleh

    pengamat yang berbeda. Karena panjang dan waktu relatif dan keduanya bergantung

    pada gerak relatif pada lintasan yang sama maka perlu untuk menyatakan kembali

    bahwa ruang berdimensi 3 dan 1 dimensi waktu tidak terpisah, dan lebih dari itu juga

    keduanya merupakan komponen yang setara dari suatu ruang-waktu 4 dimensi yang

    tunggal. Untuk menggambarkannya memang sulit tapi kita masih dapat

    merepresentasikannya secara matematis dengan menggunakan pertimbangan

    persamaan yang sesuai.

    Beberapa contoh penggambaran kelengkungan ruang-waktu ditunjukkan pada

    gambar 2.2 yang mengilustrasikan ruang datar berimensi 1 yang berupa garis lurus.

    Untuk melengkungkannya, harus dibengkokkan pada arah yang lain. Tapi,

    kelengkungan yang ditunjukkan dalam 1 dimensi tidak cukup dan memerlukan 2

    dimensi untuk mengilustrasikannya lebih lanjut. Gambar 2.3 menyajikan suatu ruang

    2 dimensi dan ilustrasi bagaimana ruang itu dilihat jika dibengkokkan.

    (a)

    (b)

    Gambar 2.2 Ruang 1 dimensi (a) yang datar (b) yang lengkung

    Universitas Sumatera Utara

  • (a) (b)

    Gambar 2.3 Ruang 2 dimensi (a) yang datar (b) yang lengkung

    Geometri dari sistem koordinat ruang datar adalah geometri Euklidean yang aturan

    penggunaanya diilustrasikan pada 2.4 dengan suatu garis lurus yang menjadi jarak

    terpendek antara dua titik dan total sudut segitiga dalam ruang datar adalah 180o, serta

    garis-garis sejajar yang tidak akan saling berpotongan. Untuk geometri lengkung yang

    dikenal dengan geometri non-Euklidean diberikan oleh 2.5, dimana aturan geometri

    euklidean tidak bisa digunakan, sehingga jarak terpendek antara dua titiknya

    merupakan busur lingkaran besarnya dengan jumlah sudut segitiga dalam ruang ini

    lebih dari 180o dan garis-garis sejajarnya dapat saling berpotongan.

    A

    B

    BA

    Gambar 2.4 Ruang Euklid dan Gambar 2.5 Ruang non-Euklid dan

    komponen-komponen geometrinya komponen-komponen geometrinya

    Lebih lanjut, kita dapat menentukan kapan suatu ruang dikatakan melengkung atau

    datar dengan mengukur derajat kelengkungannya. Caranya dengan menghitung rasio

    keliling bola terhadap diameternya. Dalam ruang datar, rasionya diberikan sebesar

    (Gambar 2.6.a), sedang dalam ruang lengkung rasionya akan menjadi lebih besar atau

    Universitas Sumatera Utara

  • kurang dari (Gambar 2.6.b). Sebagaimana yang akan dibahas berikutnya,

    kelengkungan ruang-waktu ditentukan oleh massa terdekat atau disekitar massa

    massifnya, dengan kelengkungan yang dapat bernilai cukup besar untuk memberikan

    efek yang tampak (2.7).

    (a)

    D

    C

    D

    C

    (b)

    Gambar 2.6 (a) Dalam ruang datar (b) Dalam ruang lengkung

    atau .

    Lintasan-lintasan sejajar

    Ruang Datar yang jauh dari massa

    bumi

    Ruang melengkung

    Bumi

    Gambar 2.7 Tampilan ruang-waktu yang melengkung oleh benda bermassa

    Sumber: Nggieng (2007)

    Pada gambar 2.7 tampak bahwa ketika jauh dari posisi bumi (dalam hal ini memiliki

    massa lebih besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lain disekitarnya), ruang

    berbentuk datar dan lintasan-lintasan sejajarnya tetap sejajar. Sebaliknya, ketika dekat

    dengan bumi, lintasan-intasan sejajar mulai konvergen karena ruang dilengkungkan

    oleh massa bumi tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Banyak prediksi akan peristiwa yang terjadi yang telah berhasil dibuktikan dan

    dikemukakan oleh teori relativitas umum yang tentunya berbeda dari fisika klasik.

    Prediksinya juga telah dikonfirmasikan dalam semua percobaan dan pengamatan

    fisika. Walaupun teori ini bukan satu-satunya teori tentang relativistik gravitasi, ia

    merupakan teori paling sederhana dan konsisten dengan data-data eksperimen. Salah

    satu prediksinya adalah peristiwa terbeloknya cahaya matahari di sekitar matahari.

    Teori relativitas umum memprakirakan bahwa titik-titik kerucut cahaya (bintang)

    yang berada di dekat matahari akan terbelokkan menuju matahari karena pengaruh

    massa matahari. Karenanya cahaya yang datang dari bintang-bintang jauh dan lewat

    dekat matahari akan mengalami defleksi yang menyebabkan bintang-bintang tersebut

    tampak berbeda di posisi yang berbeda bagi pengamat di bumi. Karena bumi bergerak

    dengan mengorbit pada matahari maka bintang-bintang yang berbeda akan berada di

    belakang matahari dan cahayanya terdefleksi sehingga posisinya berubah relatif

    terhadap bintang lain. (Kenneth S. Krane, 1983)

    2.2 Analisis Tensor

    Aljabar tensor adalah suatu disiplin matematik yang sangat penting peranannya dalam

    fisika karena hukum fisis tidak akan bergantung pada sistem koordinat yang

    digunakan untuk memberikan tafsiran yang tepat pada hukum tersebut. Jika di dalam

    sebuah sistem koordinat terdapat suatu persamaan tensor maka bentuk daripada

    persamaan tersebut akan tetap sama (kovarian) di dalam semua sistem koordinat lain.

    Sifat tersebut menyebabkan tensor sangat banyak sekali digunakan di dalam fisika.

    Khususnya dalam teori relativitas umum, maka semua perumusan fisis selalu

    dinyatakan dengan persamaan tensor seperti yang akan dibahas.

    Tensor pada dasarnya merupakan generalisasi daripada skalar dan vektor. Kita

    akan melihat vektor sebagai suatu tensor yang mempunyai rank 1 sedang skalar adalah

    suatu tensor yang mempunyai rank 0. Semua sifat-sifat vektor yang telah kita kenal

    akan dimiliki juga oleh tensor. Dikatakan juga bahwa penggunaan tensor di dalam

    fisika, umumnya akan membuat hukum-hukum fisis mempunyai bentuk yang lebih

    umum dan sederhana. (Pantur S, 1979)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.1 Transformasi Koordinat

    Misalkan koordinat-koordinat tegak lurus (x, y, z) dari sebarang titik dinyatakan

    sebagai fungsi-fungsi sehingga

    Andaikan bahwa bentuk di atas dapat dipecahkan untuk dalam , yakni

    Fungsi-fungsi dalam (2.5) dan (2.6) dianggap tunggal dan memiliki turunan-turunan

    yang kontiniu sehingga kaitan dengan adalah tunggal.

    Diketahui sebuah titik P dengan koordinat-koordinat tegak lurus maka

    dari (2.5) kita dapat mengasosiasikan suatu himpunan koordinat-koordinat

    yang tunggal yang disebut koordinat-koordinat kurvilinier dari P. Himpunan

    persamaan (2.5) dan (2.6) mendefenisikan suatu transformasi koordinat.

    x

    y

    z

    Gambar 2.8 Kurva-kurva dan garis koordinat

    Selanjutnya, akan didefenisikan transformasi koordinat menyangkut sistem koordinat

    lain dengan dimensi yang lebih tinggi. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu

    mengetahui ruang dengan sebarang dimensi dimana kita akan membahas sifat-sifat

    transformasi daripada ruang tersebut.

    P

    kurva

    kurva

    kurva

    Universitas Sumatera Utara

  • Sebuah ruang berdimensi n, dimana n adalah sembarang bilangan bulat positif,

    adalah merupakan himpunan daripada susunan yang teratur,

    dan yang memenuhi sifat-sifat daripada sebuah ruang vektor. Komponen sebuah

    vektor dalam ruang berdimensi n tersebut akan dinyatakan dengan indeks tertentu.

    Suatu kurva di dalam sebuah ruang berdimensi n adalah himpunan dari titik-titik x

    yang memenuhi n buah persamaan, yaitu , dimana t adalah parameter dan

    . Jika dianggap sebagai subruang dari (n < N) maka

    ditunjukkan oleh dimana menyatakan n buah

    parameter dan .

    Kemudian diberikan sistem koordinat mencakup ruang tersebut, yaitu

    yang membentuk sistem koordinat di . Setiap

    menyatakan titik pada ruang . Misalkan ada transformasi dari suatu sistem

    koordinat ke siatem yang lain maka bentuk perubahan koordinatnya dinyatakan sbb:

    . . .

    . . .

    . . .

    Dengan demikian, diferensial untuk dapat ditulis sebagai berikut:

    . . .

    . . .

    . . .

    Universitas Sumatera Utara

  • Atau dapat juga disederhanakan menjadi

    dimana

    2.2.2 Koordinat Kurvalinier

    2.2.2.1 Koordinat Kurvalinier Ortogonal

    Permukaan dimana adalah konstanta, disebut

    permukaan-permukaan koordinat, dan setiap pasangan permukaan-permukaan ini

    berpotongan melalui kurva-kurva yang disebut kurva-kurva atau garis-garis koordinat

    (gambar 2.8). Bila permukaan-permukaan koordinat ini berpotongan tegak lurus,

    maka sistem koordinatnya disebut ortogonal. Dengan menggunakan hubungan

    transformasi (2.5) dan (2.6), dimisalkan atau sebagai

    vektor posisi dari titik P. Maka berdasarkan persamaan tersebut dapat bentuk

    vektornya .

    2.2.2.2 Vektor Satuan dan Faktor Skala dalam Sistem Koordinat Kurvalinier

    Dengan demikian,

    masing-masing adalah vektor singgung terhadap kurva dengan koordinat: .

    Maka vektor-vektor satuan dalam masing-masing arah koordinat kurvalinier ini

    adalah:

    Universitas Sumatera Utara

  • dimana

    adalah panjang vektor-vektor singgung yang bersangkutan atau disebut juga sebagai

    faktor skala.

    Uraian di atas memberikan bentuk pernyataan untuk sistem koordinat

    ortogonal yang ditinjau dimana berlaku syarat:

    yang ketiga vektor satuan ini membentuk himpunan vektor satuan koordinat

    kurvalinier (gambar 2.9). Dalam hal seperti ini penggunaan sistem koordinat

    kurvalinier yang sesuai seperti koordinat bola ternyata mengalihkan persoalan menjadi

    sederhana untuk ditangani. (Hans J. Wospakrik, 1972)

    2.2.2.3 Koordinat Kurvalinier Umum

    z

    y

    x

    u1

    u2

    er

    e

    e

    r

    Gambar 2.9 Sistem koordinat kurvalinier umum bola

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari kita peroleh

    Maka diferensial dari panjang busur ditentukan dari Untuk sistem

    ortogonal,

    Untuk sistem-sistem kurvalinier yang tak ortogonal maka bentuk tidak akan

    memiliki bentuk yang sederhana seperti sebelumnya. Tapi secara umum dapat

    dituliskan sebagai berikut:

    dimana komponen pada persamaan merepresentasikan koefisien-koefisien yang

    muncul dalam perhitungan . Bentuk dapat juga disederhanakan

    menjadi

    Dalam bentuk matriks dapat dituliskan dengan

    Persamaan (2.14) adalah representasi lainnya yang dinyatakan oleh bentuk

    matriks. (M. L. Boas, 1983)

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.3 Kaidah Penjumlahan

    Dalam menuliskan suatu pernyataan seperti kita dapat

    mempergunakan notasi singkat

    atau notasi yang lebih singkat lagi , dimana menyetujui suatu kaidah (convention)

    bahwa setiap sebuah indeks (indeks atas atau bawah) diulangi dalam suatu suku

    tertentu maka ini berarti kita menjumlahkan terhadap indeks tersebut dari 1 sampai n

    kecuali bila ada pernyataan lain. Inilah yang disebut kaidah penjumlahan.

    2.2.4 Klasifikasi Tensor Berdasarkan Hukum Transformasi

    Skalar dan vektor dapat dikatakan sebagai kasus khusus dari tensor. Karena tensor

    adalah objek geometri yang memerlukan uraian lebih dari satu faktor seperti skalar

    atau tiga faktor seperti pada vektor. Secara umum tensor termasuk didalamnya skalar

    dan vektor dibedakan berdasarkan penempatan indeksnya. Namun demikian, tensor

    juga dapat dibedakan berdasarkan hukum transformasi yang dimilikinya.

    2.2.4.1 Vektor Kontravarian

    Fungsi dalam sistem koordinat disebut vektor kontravarian jika

    pada suatu transformasi koordinat , sehingga fungsi akan

    ditransformasikan menjadi

    dimana merupakan fungsi dalam sistem koordinat

    Universitas Sumatera Utara

  • disebut komponen vektor kontravarian atau tensor kontravarian rank satu.

    2.2.4.2 Vektor Kovarian

    Fungsi dalam sistem koordinat disebut vektor kovarian jika pada

    suatu transformasi koordinat , sehingga fungsi akan ditransformasikan

    menjadi

    dimana merupakan fungsi dalam sistem koordinat

    disebut komponen vektor kovarian atau tensor kovarian rank satu atau order satu.

    2.2.4.3 Invarian

    Suatu fungsi disebut invarian jika pada suatu transformasi

    koordinat , sehingga fungsi akan ditransformasikan menjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.4.4 Tensor Campuran

    Dalam konsep tensor, suatu tensor campuran adalah tensor yang bukan jenis kovarian

    kuat maupun kontravarian kuat. Fungsi dalam sistem koordinat

    disebut tensor campuran yang memiliki komponen kontravarian rank satu dan

    komponen kovarian rank satu. Jika pada suatu transformasi koordinat ,

    maka fungsi ditransformasikan menjadi

    dimana merupakan fungsi dalam sistem koordinat . Diperoleh

    yang menyatakan komponen tensor campuran.

    Dengan menggunakan defenisi dari tensor campuran di atas akan ditunjukkan

    bahwa juga merupakan suatu tensor campuran. Sekarang perhatikan persamaan

    transformasi berikut

    dimana dan . Jadi diketahui bahwa merupakan tensor

    campuran dengan kontravarian dan kovarian masing-masing ber-rank satu atau biasa

    dinamakan dengan delta kronecker.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.4.5 Tensor Simetri dan Antisimetri

    Misalkan sebarang tensor kontravarian, berlaku

    1. Jika maka disebut simetri terhadap pertukaran

    indeks dan .

    2. Jika maka disebut antisimetri terhadap

    pertukaran indeks dan .

    Sekarang perhatikan, jika adalah suatu tensor simetri dan adalah suatu

    tensor antisimetri, maka . Setiap tensor selalu dapat dinyatakan

    sebagai penjumlahan tensor simetri dengan tensor antisimetri.

    2.2.5 Operasi-Operasi Dasar Tensor

    Semua sifat-sifat yang berlaku pada vektor, akan berlaku pula pada tensor. Hal itu

    dikarenakan operator-operator yang berlaku dan digunakan pada tensor merupakan

    bentuk generalisasi dari operator-operator yang berlaku pada vektor. Berikut ini akan

    dijelaskan operasi-operasi dasar yang berlaku pada tensor.

    Penjumlahan

    Penjumlahan dari dua tensor atau lebih memiliki rank dan jenis yang sama (sebagai

    contoh: Misalkan tensor A dan B banyaknya indeks kontravarian dan indeks kovarian

    adalah sama) akan menghasilkan tensor yang memiliki rank dan jenis yang sama pula.

    Misalkan dan merupakan tensor dalam sistem koordinat ,

    maka

    (2.21)

    Pengurangan

    Selisih dari dua tensor atau lebih yang memiliki rank dan jenis yang sama adalah

    tensor dengan rank yang jenisnya sama pula. Misalkan dan merupakan

    tensor dalam sistem koordinat , maka

    Universitas Sumatera Utara

  • (2.22)

    merupakan tensor juga.

    Perkalian (Outer Multiplication)

    Hasil kali dua tensor adalah tensor dimana ranknya merupakan jumlah dari rank

    tensor-tensor tersebut. Komponen tensor ini disebut outer product. Sebagai contoh,

    (2.23)

    adalah outer product dari dan . Tetapi tidak semua bentuk tensor dapat

    dinyatakan sebagai hasil kali dari dua tensor yang ranknya lebih sederhana.

    Konstraksi

    Misalkan adalah suatu tensor campuran yang memiliki rank lima, dengan

    kontravarian rank dua dan kovarian rank tiga. Jika salah satu indeks kovarian

    samadengan salah satu indeks kontravarian, maka rank tensor tersebut akan berkurang

    sebanyak dua. Artinya, bentuk merupakan tensor yang memiliki rank tiga.

    Proses demikian lebih dikenal sebagai konstraksi tensor.

    Perkalian Dalam (Inner Multiplication)

    Misalkan dan merupakan tensor dalam sistem koordinat , maka

    (2.24)

    disebut outer product. Misalkan , sehingga diperoleh atau dengan

    memisahkan dan , sehingga diperoleh bentuk tensor . Dengan

    menggunakan proses outer multiplication dan konstraksi, dapat diperoleh tensor baru

    yang disebut inner product. Proses ini disebut inner multiplication. Pada inner maupun

    outer multiplication berlaku juga sifat komutatif dan assosiatif.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.6 Tensor Metrik

    A

    B

    Gambar 2.10 Jarak antara dua titik A dan B ditinjau dalam ruang berdimensi

    Pada bagian ini jika A dan B adalah dua titik dalam suatu ruang berdimensi n masing-

    masing dengan vektor kedudukan dengan titik , maka jarak di antara

    kedua titik tersebut dinyatakan oleh persamaan

    (2.25)

    dimana Susunan besaran-besaran dapat disusun menjadi

    (2.26)

    Tensor dinamai tensor metrik untuk ruang tersebut. Ruang dengan metrik , di

    mana

    (2.27)

    dikenal dengan sebutan ruang Riemann. Tensor dapat dianggap sebagai sebuah

    tensor simetri, karena:

    Universitas Sumatera Utara

  • Karena

    (

    Maka

    Yakni bahwa adalah sebuah tensor simetri. Jika , di mana t adalah

    sebuah parameter, maka

    atau

    Yang menyatakan jarak antara dua titik di dalam ruang Riemann tersebut. Sebuah

    kurva (t) dinamai kurva nol (null curve), jika

    di dalam sebuah ruang non-Euklidean maka jarak antara dua titik boleh sama dengan

    0, walaupun kedua titik tersebut tidak berimpit. Misalnya dalam teori relativitas

    khusus, setiap elemen jarak akan dinyatakan oleh persamaan

    (2.29)

    (2.30)

    Ruang yang bermetrik diatas, dinamai sebuah ruang Minkowski. Elemen garis atau

    kuadrat metrik jarak memiliki interval yang diklasifikasikan ke 3 kelompok yang

    berbeda berdasarkan bentuk kurva dan interval kurva itu sendiri.

    Universitas Sumatera Utara

  • Jika:

    Kurva Timelike

    Kurva Spacelike

    Kurva null

    (Lampiran A).

    2.2.7 Tensor Konjugat

    Misalkan merupakan tensor metrik dan dinotasikan sebagai

    determinan dengan elemen-elemen dari sebagai berikut

    (2.31)

    maka adalah kontravarian tensor simetri rank dua yang disebut konjugat atau

    reciprocal tensor dari .

    2.2.8 Differensiasi Tensor

    Proses differensiasi tensor adalah suatu generalisasi proses differensial yang biasa

    dikenal sebagai differensial fungsi. Pada analisis tensor dikenal dua jenis differensiasi

    yang biasa digunakan, yaitu

    1. Differensiasi Kovarian

    2. Differensiasi Intrinsik

    Selanjutnya akan dijabarkan differensiasi kovarian yang terkait dengan

    pembahasan masalah selanjutnya. Untuk itu maka tinjau persamaan transformasi.

    Dengan mendifferensiasikan terhadap , maka diperoleh persamaan yang berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • Kita telah perlihatkan bahwa bukanlah suatu tensor dan untuk

    membentuk tensor dari turunan parsial tersebut maka didefenisikan simbol-simbol

    Christoffel berikut:

    1. Simbol Christoffel yang pertama, yang biasanya dinyatakan dengan notasi

    yang didefenisikan menurut persamaan

    (2.32)

    2. Simbol Christoffel yang kedua, yang biasanya didefenisikan menurut persamaan

    dan dinyatakan dengan notasi di mana adalah tensor metrik

    untuk ruang yang bersangkutan (ruang Riemann). Jadi

    (2.33)

    Adapun hukum transformasi untuk Simbol Christoffel diatas adalah sebagai berikut:

    Tinjau suatu geodesik,

    untuk kedua sistem koordinat dalam ruang Riemann. Sekarang ditentukan

    hubungan antara dengan

    disubtitusi , kita peroleh

    Universitas Sumatera Utara

  • Selanjutnya, persamaan di atas dikalikan dengan dan dijumlahkan harga

    yang sama,

    Hasil di atas dibandingkan dengan bentuk geodesiknya, tampak bahwa

    Ini merupakan hukum transformasi untuk . bukan merupakan komponen tensor,

    sehingga memungkinkan harga bernilai nol pada suatu sistem koordinat tapi bukan

    pada semua sistem koordinat.

    2.2.9 Geodesik

    Pada bagian ini akan dibahas generalisasi pengertian jarak terpendek di antara dua

    titik dalam suatu ruang Riemann. Andaikan kurva menguhubungkan titik

    A dan B dengan koordinat A dan B masing-masing diberikan oleh dan

    . Maka persamaan geodesik diberikan oleh

    penjumlahan pada indeks-indeks , dimana s adalah panjang busur dan

    adalah simbol Christoffel dari jenis kedua. Untuk kasus bagaimana persamaan

    geodesik untuk koordinat kartesius di ruang Euklidean. Jika koefisien jaraknya

    konstan maka turunannya nol, dan simbol Christoffelnya juga nol. Akibatnya,

    persamaan geodesiknya berbentuk

    untuk solusi adalah berupa garis lurus. Sembarang sistem koordinat yang simbol-

    simbol Christoffelnya adalah sistem koordinat geodesik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Medan Gravitasi Einstein

    Disini akan ditentukan hukum suatu gerak, yang tidak tergantung pada sistem

    koordinat yang digunakan, yang menggambarkan medan gravitasi suatu partikel

    tunggal. Dalam teori relativitas khusus, elemen garis untuk koordinat ruang-waktunya

    adalah diberikan oleh

    Dalam ruang (x, y, z, t), adalah konstanta dan ruangnya adalah Euklidean,

    maka . Untuk partikel yang berada di bawah pengaruh gravitasi tensor

    Riccinya dihilangkan. Karena , suatu ruang 4 dimensi menghasilkan

    persamaan menyertakan dan turunannya. Karena , dimana

    , , dan untuk j = 1, 2, 3, 4, kesepuluh persamaan utama akan

    direduksi menjadi 6 persamaan.

    Kita andaikan elemen garis (dalam kaitan dengan Schwarzchild) berubah

    bentuk menjadi

    sehingga ruangnya menjadi non-Euklidean. Dari persamaan tersebut dapat kita susun

    , , ,

    dan

    , , , ,

    Sekarang , dan karena untuk , kita

    peroleh

    dengan i tidak dijumlahkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Jika i, j, k adalah berbeda, maka . Kita juga lihat bahwa

    Ketiga persamaan tersebut digunakan untuk mendapat harga-harga berikut: , ,

    , , , , , . Dan semua yang lain dihilangkan. Selanjutnya, harga-

    harga tersebut digunakan untuk hukum gravitasi Einstein yang dirumuskan dalam

    tensor Ricci yang diberikan sebagai berikut:

    Sedemikian sehingga,

    Dengan jalan yang sama dengan yang di atas, dapat ditentukan pula , , dan .

    (Harry Lass, 1950)

    Universitas Sumatera Utara