chapter ii

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Bank Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dal am berbagai bentuk. Menurut Undang-Und ang RI  Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi di atas dapat dijelaskan lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan y ang b ergerak dalam bi dang keuangan. Artinya, aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bi dang keuangan. Sehingga  berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Bank secara sederhana menurut Kasmir (2004:11) didefinisikan sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.” Universitas Sumatera Utara

Upload: jeffry-or

Post on 09-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teoritis

    1. Pengertian Bank

    Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan

    kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali

    kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Menurut Undang-Undang RI

    Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November tentang perbankan, yang

    dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

    dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

    meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

    Dari definisi di atas dapat dijelaskan lebih luas lagi bahwa bank

    merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Artinya,

    aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga

    berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan.

    Bank secara sederhana menurut Kasmir (2004:11) didefinisikan sebagai

    lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

    masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta

    memberikan jasa bank lainnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Jenis-Jenis Bank

    Bank dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, fungsi, kepemilikan,

    transaksi, dan target pasarnya.

    a. Pengelompokan bank berdasarkan jenis

    Pengelompokan bank berdasarkan jenis terbagi atas dua, yaitu :

    1) Bank Umum

    Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

    secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

    kegiatannya dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

    BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

    konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dengan

    kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    b. Pengelompokan berdasarkan fungsi

    Pengelompokan bank berdasarkan fungsinya terbagi atas empat

    bagian, yaitu:

    1) Bank Sentral

    Sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 dan diatur dengan UU

    Nomor 13 Tahun 1968, Bank Indonesia memiliki tugas pokok

    Universitas Sumatera Utara

  • membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga dan memelihara

    stabilitas nilai rupiah, serta menjaga kelancaran produksi dan

    pembangunan, memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf

    kehidupan rakyat.

    2) Bank Umum

    Bank Umum yaitu bank yang menghimpun dananya dengan

    menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito, serta dalam

    usahanya memberikan kredit jangka panjang.

    3) Bank Tabungan

    Bank Tabungan yaitu bank yang menghimpun dananya terutama

    menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dalam usaha utamanya

    membungakan dananya dalam surat berharga. Contohnya Bank

    Tabungan Pensiunan Nasional.

    4) Bank Pembangunan

    Bank Pembangunan yaitu bank yang menghimpun dananya dari

    menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan

    surat berharga jangka panjang dan menengah dalam usahanya terutama

    memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang dibidang

    pembangunan. Contohnya Bank Pembangunan Daerah.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Pengelompokan berdasarkan kepemilikan

    Pengelompokan bedasarkan kepemilikan terbagi atas empat bagian,

    yaitu :

    1) Bank Pemerintah

    Bank Pemerintah yaitu bank yang bagian terbesar usahanya

    dimiliki oleh pemerintah atau negara. Contohnya BNI, BRI, Bank

    Mandiri, BTN, dan Bank Ekspor Indonesia.

    2) Bank Swasta Nasional

    Bank Swasta Nasional yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki

    oleh pihak swasta.

    3) Bank Asing

    Bank Asing yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing.

    Pihak asing hanya membuka kantor cabang di Indonesia dan kantor

    pusatnya berada di luar negeri. Contohnya Citibank, Bank of Tokyo,

    HSBC.

    4) Bank Campuran

    Bank campuran yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh

    pihak asing dan sebagian lagi dimiliki oleh pihak swasta nasional.

    Contohnya Niaga Bank, Mitsubishi Bank.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Pengelompokan berdasarkan transaksi

    Pengelompokan berdasarkan transaksi terbagi atas dua, yaitu :

    1) Bank Devisa

    Bank Devisa adalah bank yang mengadakan transaksi internasional

    atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, seperti

    transfer ke luar negeri, pemasukan dan pembayaran dengan letter of

    credit (L/C), ekspor dan impor, jual beli valuta asing.

    2) Bank Nondevisa

    Bank Nondevisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi

    internasional.

    e. Pengelompokan berdasarkan target pasar

    Pengelompokan bank berdasarkan target pasar ada tiga bagian, yaitu:

    1) Retail Bank

    Retail bank adalah bank yang memfokuskan pelayanan dan

    transaksi kepada nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain

    yang skalanya kecil.

    2) Corporate Bank

    Corporate Bank adalah bank yang memfokuskan pelayanan dan

    transaksi kepada nasabah yang berskala besar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Retail Corporate bank

    Retail Corporate Bank adalah bank yang tidak memfokuskan pada

    kedua pilihan jenis nasabah di atas. Bank ini memfokuskan pelayanan

    transaksi kepada nasabah retail dan nasabah korporasi.

    3. Laporan Keuangan Bank

    Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank akan memberikan berbagai

    manfaat kepada berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang memiliki

    kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah: Pemegang Saham,

    kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan

    bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Kemajuan yang

    dilihat adalah kemampuan dalam menciptakan laba dan pengembangan asset

    yang dimiliki.

    Bagi pemerintah, laporan keuangan bank-bank pemerintah ataupun bank

    swasta bermanfaat untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan.

    Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam

    melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Laporan keuangan

    bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam

    mencapai target-target yang telah ditetapkan. Dengan mengetahui kondisi

    keuangan bank yang sebenarnya, karyawan menjadi paham dengan

    kinerjanya, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan

    kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaiknya perlu

    melakukan perbaikan jika bank mengalami kerugian. Dan bagi masyarakat

    Universitas Sumatera Utara

  • luas, laporan keuangan merupakan suatu jaminan terhadap uang yang

    disimpan di bank. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana dapat

    mengetahui kondisi bank yang bersangkutan, sehingga masih tetap

    mempercayakan dananya disimpan di bank tersebut atau tidak.

    4. Tingkat Kesehatan Bank

    a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

    Menurut Santoso (2005:51) bahwa kesehatan bank mencakup

    kemampuan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha

    perbankannya, kegiatan tersebut meliputi:

    a. kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri,

    b. kemampuan mengolah dana, c. kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, d. kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

    pemilik modal, dan pihak lain, e. pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitas atas

    berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank

    melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen,

    rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar.

    Penilaian terhadap faktor tersebut dilakukan melalui penilaian

    kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement

    yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian

    serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan

    perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap

    Universitas Sumatera Utara

  • posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan perbankan.

    Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang

    mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan

    kepatuhan bank.

    b. Faktor-Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

    Pentingnya arti tingkat kesehatan bank bagi pembentukan kepercayaan

    dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehatia-hatian

    (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia perlu

    menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Di Indonesia, kinerja

    perbankan diukur sesuai dengan tata cara penilaian kesehatan bank yang

    mengacu pada Bank for International Settelment (BIS) yang dikeluarkan

    oleh Komisi Basic Swiss. Ada enam aspek yang dinilai yaitu capital,

    asset, management, earning, liquidity, dan sensitivity (CAMELS).

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April

    2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

    konvensioanl perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum

    mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:

    1) Permodalan (Capital), untuk rasio kecukupan modal a) kecukupan penmenuhan Kewajiban Penyediaan Modal

    Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku, b) komposisi permodalan, c) trend ke depan/proyeksi KPMM, d) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan

    modal bank, e) kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal

    yang berasal dari keuntungan (laba ditahan), f) rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbunhan

    usaha,

    Universitas Sumatera Utara

  • g) akses kepada sumber permodalan, dan h) kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan

    permodalan bank. 2) Asset (Asset), untuk rasio kualitas aktiva

    a) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif,

    b) debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit,

    c) perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing assets dibandingkan dengan aktiva produktif,

    d) tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP),

    e) kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif, f) sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif, g) dokumentasi aktiva produktif, dan h) kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

    3) Manajemen (Management), umtuk menilai kualitas manajemen a) manajemn umum, b) penerapan sistem manajemen risiko, c) kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta

    komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4) Rentabilitas (Earning), untuk rasio rentabilitas bank

    a) return on asssets (ROA), b) return on equity (ROE), c) net interest margin (NIM), d) biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional

    (BOPO), e) perkembangan laba operasional, f) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi

    pendapatan, g) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan

    biaya, h) prospek laba operasional.

    5) Likuiditas (Liquidity), untuk rasio likuiditas bank a) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan passiva

    likuid kurang dari 1 bulan, b) 1 month naturity mismatch ratio, c) loan to deposit ratio (LDR), d) proyeksi cash flow 3 bulan mendatang, e) ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti, f) kebijakan dan pengelolahan likuiditas (Assets and liabilities

    management/ALMA), g) kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,

    pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya, h) stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

    Universitas Sumatera Utara

  • 6) Sensitivitas terhadap resiko pasar a) modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi

    suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga,

    b) modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar,

    c) kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar.

    c. Aturan Kesehatan Bank

    Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

    Pembinaan dan Pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia,

    menciptakan bahwa:

    1) bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatia-hatian,

    2) dalam menerbitkan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank,

    3) bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,

    4) bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku, berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam rangka memeperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank tersebut,

    5) bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank,

    6) bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik,

    7) bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Metode CAMELS

    Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor 6/23/DPNP tanggal 31

    Mei 2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kuantitatif dan

    atau kualitatif terhadap faktor-faktor CAMELS, berarti selain melakukan

    penilaian secara kuantitatif, Bank Indonesia juga menetapkan penialaian

    secara kualitatif. Dalam penilaian kuntitatif tersebut, Bank Indonesia

    menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor-faktor CAMELS

    tersebut yang telah ditetapkan sebagai berikut :

    a. Permodalan (Capital)

    Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam

    mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian yang mungkin

    dihadapi. Dalam faktor permodalan, yang dinilai adalah permodalan

    yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan

    modal minimum bank. Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy

    Ratio (CAR), yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus

    selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari

    total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Perbandingan rasio

    CAR adalah rasio modal terhadap ATMR (Kasmir, 2008) yang dapat

    dirumuskan dengan :

    Universitas Sumatera Utara

  • Aktiva Tertimbang Menurut Risiko adalah nilai total masing-masing

    aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva

    tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva

    yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR

    menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal

    dalam jumlah yang cukup (Susilo, 2000:28). Menurut standar

    internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang

    berpusat di Jenewa minimum bobot Capital Adequacy Ratio adalah

    sebesar 8% dan dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan

    perkembangan perbankan yang terjadi. Semantara itu, Bank Indonesia

    telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum

    sebesar Rp 80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp

    100 Milyar pada akhir tahun 2010.

    b. Kualitas aktiva (Assets)

    Aset bertujuan untuk memastikan kualitas aset yang dimiliki bank dan

    nilai riil dari aset tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai aset merupakan

    sumber erosi terbesar bagi bank. Menurut Rivai (2008:713),

    Aktiva produktif adalah penanaman dana pada pihak-pihak terkait dan pihak tidak terkait, dengan rincian : 1) penempatan pada bank lain, 2) surat-surat berharga kepada pihak ketiga dan Bank Indonesia, 3) efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo), 4) kredit kepada pihak ketiga, 5) penyertaaan kepada pihak ketiga, 6) tagihan lain kepada pihak ketiga, 7) komitmen dan kontijensi kepada pihak ketiga.

    Universitas Sumatera Utara

  • Penilaian kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat

    kolektibilitasnya dilakukan dengan menghitung rasio NPL dan Aktiva

    Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) terhadap Aktiva Produktif (AP).

    Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola

    kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga semakin tinggi rasio

    ini maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah

    kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam

    kondisi bermasalah semakin besar. Rasio NPL dapat dirumuskan sebagai

    berikut :

    Menurut Rivai (2008:714), Aktiva produktif yang diklasifikasikan

    adalah semua aktiva yan dimiliki oleh bank karena suatu sebab terjadi

    gangguan sehingga usaha debitur mengalami kesulitan dalam cash flow

    yang dapat mengakibatkan kesulitan membayar bunga dan bahkan

    angsuran utang pokoknya. Rasio APYD terhadap AP dapat dirumuskan

    sebagai berikut :

    Sesuai lampiran dari Surat Edaran bank Indonesia Nomor

    6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004,

    Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan

    Universitas Sumatera Utara

  • penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut : 1) 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian

    khusus (DPK), 2) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar, 3) 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan, dan 4) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.

    c. Manajemen (Management)

    Secara kuantitatif faktor ini sebenarnya tidak dapat dijabarkan, namun

    secara teknis pengukuran keberhasilan manajemen dapat dilihat dari

    pencapaian operasional (realisasi) dibandingkan terhadap target atau

    sasaran yang ditetapkan di awal tahun buku. Kebijakan-kebijakan yang

    dibuat oleh manajemen harus dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap

    ketentuan yang berlaku maupun terhadap kelangsungan hidup bank itu

    sendiri. Penilaian terhadap keberhasilan manajemen dapat dilihat dari

    aplikasi manajemen umum dan manajemen risiko yang diterapkan oleh

    para manajer suatu bank. Dimana bank yang memiliki komposisi dan

    jumlah serta kualifikasi anggota komisaris yang sesuai dsengan ukuran,

    kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategi

    bank. Bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota

    direksi yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas (karakteristik),

    kemampuan keuangan, dan sasaran bank.

    d. Rentabilitas (Earning)

    Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus

    meningkat di atas standar yang telah ditetapkan (Kasmir, 2008:41). Faktor

    rentabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan

    Universitas Sumatera Utara

  • profitabilitas yang dicapai bank. Dalam penelitian ini, perhitungan

    rentabilitas dilakukan dengan menghitung tiga rasio yaitu Return On

    Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan beban ooperasional terhadap

    pendapatan operasional (BOPO). Semakin tinggi ROA, semakin baik

    produktivitas modal sendiri dalam meraih laba dan semakin besar ROE,

    semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga

    kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

    Kenaikan dalam ROE berarti terjadi keanikan laba bersih dari bank yang

    bersangkutan dan kenaikan nilai ROE akan menyebabkan kenaikan harga

    saham. Perhitungan atas ROA dan ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Bank Indonesia biasanya tidak memberlakukan ketentuan yang ketat

    terhadap rasio ini. Sepanjang suatu bank tidak mengalami kerugian atau

    tidak ada tanda-tanda atau kecendrungan untuk mengalami kerugian di

    masa yang akan datang.

    Rasio BOPO adalah perbandingsn antara biaya operasional dan

    pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan

    bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Artinya, semakin rendah

    BOPO berarti semakin efisiensi kinerja bank tersebut dalam

    mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka

    Universitas Sumatera Utara

  • keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Perhitungan atas

    rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut :

    e. Likuiditas (Liquidity)

    Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi

    semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan

    dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu

    memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Untuk

    mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to

    Deposit Ratio (LDR).

    Perhitungan atas rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut :

    LDR paling sering digunakan oleh analisis keuangan dalam menilai

    suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh

    bank dengan dana yang diterima oleh bank. Alasan memilih variabel ini

    adalah dengan pertimbangan bahwa semakin besar jumlah kredit yang

    diberikan oleh bank maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank

    yang bersangkutan, namun dilain pihak semakin besar jumalh kredit yang

    diberikan diharapkan bank akan mendapatkan return yang tinggi pula. Hal

    tersebut akan mempengaruhi penilaian investor dalam mengambil

    Universitas Sumatera Utara

  • keputusan investasinya secara bersamaan akan mempengaruhi permintaan

    dan penawaran saham di pasar modal yang pada akhirnya memepengaruhi

    haraga saham yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan tingkat return

    saham bank. Tidak ada angka pasti untuk menentukan besarnya rasio

    yang menggambarkan tingkat likuiditas bank. Tetapi dari besarnya rasio

    yang diperoleh dapat diketahui seberapa besar pinjaman yang dibiayai oleh

    dana masyarakat oleh bank yang bersangkutan (Santoso, 1995:104).

    f. Sensitivias (Sensitivity)

    Aspek ini mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei

    2004. Seperti kita ketahui dalam melepaskan kreditnya, perbankan harus

    memerhatikan dua unsur, yaitu: tingkat perolehan laba yang harus dicapai

    dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko yang harus

    diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas

    terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan

    pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang dihadapi terdiri

    dari risiko lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko

    keuangan.

    6. Peringkat Komposit

    Berdasarkan hasil penilaian peringkat masing-masing faktor ditetapkan

    lima peringkat komposit (composite rating) sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Peringkat komposit 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong

    sangat baik dam mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi

    perekonomian dan industri keuangan.

    b. Peringkat komposit 2 (PK-2), mencerminkan bahwa bank tergolong

    baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian

    dan industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan-

    kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.

    c. Peringkat komposit 3 (PK-3), mencerminkan bahwa bank tergolong

    cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat

    menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak

    segera melakukan tindakan korektif.

    d. Peringkat komposit 4 (PK-4), mencerminkan bahwa bank tergolong

    kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi

    perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan

    keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor

    yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif

    yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang menyebabkan

    kelangsungan usahanya.

    e. Peringkat komposit 5 (PK-5), mencerminkan bahwa bank tergolong

    tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi

    perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang

    membahayakan kelangsungan usahanya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.1 Kriteria penetapan peringkat komposit Camels

    No. Faktor Komponen Peringkat Komposit (PK)

    1 (sangat sehat) 2 (sehat) 3 (cukup sehat) 4 (kurang sehat) 5 (tidak sehat)

    1. Capital CAR KPMM > 10% 9% < KPMM 10% 8% KPMM 9% 7% KPMM 8% KPMM < 7% 2. Asset NPL 0% < rasio < 2% 2% rasio < 5% 5% rasio 8% 8% < rasio 11% Rasio > 11%

    APYD terhadap Aktiva

    Produktif

    Rasio sangat rendah atau sangat

    tidak signifikan

    Rasio rendah atau tidak signifikan

    3% rasio 6%

    Rasio relatif tinggi atau di atas rasio

    peringkat 3

    Rasio sangat tinggi

    3. Earning ROA 2% < ROA 1,25% < ROA 2% 0,5% ROA 1,25% 0% ROA < 0,5% ROA < 0% ROE 20% < ROE 12,5% ROE 20% 5% ROE 12,5% 0% ROE < 5% ROE < 0% NIM 2,5% < NIM 2% < NIM 2,5% 1,5% NIM 2% 1% NIM < 1,5% NIM < 1%

    BOPO BOPO < 92% 92% BOPO < 94% 94% BOPO 96% 96% < BOPO 98% BOPO >98% 4. Liquidity LDR 50% < rasio 75% 75% < rasio 85% 85% < rasio 100% 100% < rasio 120% rasio > 120%

    Sumber: Surat Edaran Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004

    Universitas Sumatera Utara

  • B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Tinjauan penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.2 sebagai berikut :

    Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

    No Peneliti Judul

    Penelitian Variabel

    Penelitian Hasil Penelitian

    1. Ade Syahputra Pane (2010)

    Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Melalui Analisis Rasio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

    Rasio Likuiditas (LDR), Rasio Solvabilitas (CAR), dan Rasio Profitabilitas (ROA dan BOPO)

    Tidak ada perbedaan tingkat kesehatan bank, baik bank pemerintah maupun bank swasta nasional, apabila dilihat dari rasio likuiditas dan rasio solvabilitas, tetapi dari rasio profitabilitas terdapat perbedaan.

    2. Chatrin C.M.Siregar (2008)

    Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisa CAMELS Studi Kasus PT. Bank Sumut

    Faktor Permodalan, Faktor Kualitas Aset, Faktor Rentabilitas, dan Faktor Likuiditas.

    Kesimpulan bahwa PT. Bank Sumut termasuk salah satu bank yang sehat

    3. Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas (2005)

    Analisis Rasio CAMELS Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002

    CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap AP, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR.

    Rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAP, ROA, NIM, BOPO, dimana CAR mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan, APB, ROA, dan NIM mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • signifikan, NPL dan PPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO berpengaruh signifikan dan positif.

    C. Kerangka Konseptual

    Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan

    sebelumnya maka analisis tingkat kesehatan Bank Pemerintah yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009 dapat digambarkan dalam

    kerangka sebagai berikut :

    Gambar 2.1

    Kerangka Konseptual

    Dalam penelitian ini akan dibahas masalah penilaian tingkat kesehatan

    perbankan menggunakan metode CAMELS. Rasio yang digunakan dalam

    penelitian ini meliputi rasio capital (CAR), assets (NPL dan APYD), earning

    (ROA, ROE, dan BOPO), dan liquidity (LDR).

    Laporan Keuangan

    Rasio Capital (CAR), Assets (NPL dan APYD), Earning (ROA, ROE, dan

    BOPO), dan Liquidity (LDR)

    Kesehatan Perbankan

    Universitas Sumatera Utara