chapter ii

15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Anestesi Lokal Istilah anestesi diperkenalkan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran dan anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Tindakan anestesi digunakan untuk mempermudah tindakan operasi maupun memberikan rasa nyaman pada pasien selama operasi. 11 Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer. Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran yang menyebabkan anestesi lokal berbeda secara dramatis dari anestesi umum. 11,12 2.2 Anestetikum Lokal Yang Ideal Anestetikum lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, harus efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa dan memiliki toksisitas sistemik yang rendah. Mula kerja bahan anestetikum lokal harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga operator memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi lokal juga harus larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, serta tahan pemanasan bila disterilkan tanpa mengalami perubahan. 11,12,13 2.3 Fisiologi Konduksi Saraf Universitas Sumatera Utara

Upload: syafrina-iin

Post on 27-Sep-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

anestesika

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Anestesi Lokal

    Istilah anestesi diperkenalkan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak

    ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi

    umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran dan

    anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Tindakan anestesi

    digunakan untuk mempermudah tindakan operasi maupun memberikan rasa nyaman

    pada pasien selama operasi.11

    Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya

    sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya depresi

    eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer. Anestesi

    lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran yang menyebabkan

    anestesi lokal berbeda secara dramatis dari anestesi umum.11,12

    2.2 Anestetikum Lokal Yang Ideal

    Anestetikum lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf

    secara permanen, harus efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan

    setempat pada membran mukosa dan memiliki toksisitas sistemik yang rendah. Mula

    kerja bahan anestetikum lokal harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus

    cukup lama sehingga operator memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan

    operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat

    anestesi lokal juga harus larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, serta

    tahan pemanasan bila disterilkan tanpa mengalami perubahan.11,12,13

    2.3 Fisiologi Konduksi Saraf

    Universitas Sumatera Utara

  • Mekanisme kerja anestetikum lokal dapat dipelajari melalui fisiologi konduksi

    saraf. Hodgkin dan Huxley (1952) telah memperkenalkan teori elektrofisiologi untuk

    menjelaskan proses fisiologi konduksi saraf. Menurut teori ini, sel saraf berada pada

    cairan tubuh dan sebagian besar pada kation ekstraseluler adalah natrium.

    Sebagian kation pada intraseluler adalah kalium. Pada saat istirahat, rasio ion

    kalium di dalam sel saraf dibandingkan di luar sel saraf sekitar 30:1. Berdasarkan rasio

    ini, potensi pada membran sel saraf adalah -50 sampai-70millivolts. Ini disebut sebagai

    membran potensial istirahat. Sebagai hasil dari distribusi ion, bagian luar membran sel

    saraf memiliki muatan positif dan pada bagian dalam membran sel saraf bermuatan

    negatif.

    Membran sel saraf memiliki struktur berpori dengan ion kalsium berperan sebagai

    'gerbang' dalam pori-pori tersebut. Pada membran potensial istirahat 'gerbang' ditutup,

    ion natrium dan kalium tidak dapat melewati gerbang tersebut.

    Ketika terjadi eksitasi saraf dan potensial ambang tercapai, ion kalsium akan

    digantikan dari pori-pori ini, 'gerbang' akan terbuka, dan ion natrium segera masuk ke

    dalam sel saraf mengubah potensial transmembran. Bagian dalam membran sel saraf

    akan menjadi relatif positif perubahan polaritas. Perubahan polaritas ini disebut sebagai

    depolarisasi dan peningkatan aksi potential terbentuk yang disebarkan di sepanjang

    membran sel saraf.

    Saat depolarisasi maksimum terjadi, maka permeabilitas ion natrium akan menurun,

    ion kalsium kembali ke pori-pori di membran sel saraf, dan 'gerbang' menutup serta

    proses repolarisasi terjadi. Repolarisasi membawa potential transmembran serta

    membran potensial yang istirahat kembali ke tingkat aslinya. Repolarisasi menyebabkan

    penurunan gerakan ion natrium ke dalam sel saraf dan peningkatan permeabilitas ion

    kalium dengan difusi resultan dari ion kalium ke luar. Oleh karena itu, peristiwa ionik

    akan mengembalikan potensial transmembran ke tingkat istirahat pada -70 milivolts.

    Akhirnya, natrium secara aktif dibawa keluar dari sel saraf, dan kalium secara aktif

    ditransportasi ke dalam sel untuk mengembalikan konsentrasi ion.29

    2.4 Mekanisme Anestetikum Lokal

    Mekanisme anestetikum lokal yaitu dengan menghambat hantaran saraf bila

    dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Bahan ini bekerja pada

    Universitas Sumatera Utara

  • tiap bagian susunan saraf. Anestetikum lokal mencegah terjadi pembentukan dan

    konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada

    aksoplasma hanya sedikit saja.

    Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas

    membran terhadap ion natrium (Na+) akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses

    inilah yang dihambat oleh anestetikum lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi

    langsung antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya

    perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di

    dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap,

    kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor

    pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan

    penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi, dan dengan demikian

    mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.

    Anestetikum lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi (kalium) K+ dan

    Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak

    perubahan pada potensial istirahat. Menurut Sunaryo, bahwa anestesi lokal menghambat

    hantaran saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi

    ringan. Pengurangan permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot

    rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.

    Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan kemampuannya untuk

    meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali

    anestesi lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan

    membran sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga

    menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan

    permeabilitas membran dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi peningkatan

    permeabilitas Na+. Dapat disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan anestetikum lokal

    adalah dengan bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na,

    sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan

    mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.11,13,14,20

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5 Klasifikasi Anestetikum Lokal

    Anestetikum lokal diklasifikasikan menjadi dua kategori umum sesuai dengan

    ikatan, yaitu ikatan golongan amida (-NHCO-) dan ikatan golongan ester (-COO-).

    Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam alergenitas dan

    metabolisme antara dua kategori bahan anestetikum lokal.

    Secara kimiawi bahan anestetikum lokal dapat diklasifikasikan menjadi dua

    golongan, yaitu : 12,13,15,16

    A. Golongan Ester (-COO-)

    1. Prokain

    2. Tetrakain

    3. Kokain

    4. Benzokain

    5. Kloroprokain

    B. Golongan Amida (-NHCO-)

    1. Lidokain

    2. Mepivakain

    3. Bupivacaine

    4. Prilokain

    5. Artikain

    6. Dibukain

    7. Ropivakain

    8. Etidokain

    9. Levobupivakain

    Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida

    adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi

    golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat

    disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena

    itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan

    ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan ester dapat memproduksi para-

    aminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan

    Universitas Sumatera Utara

  • ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan

    anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan ester.11,12,13,17

    Tabel 1. Mula dan masa kerja penggunaan anestetikum lokal dengan dan tanpa

    vasokonstriktor3,13,20,21

    2.5.1 Klasifikasi Mula Kerja Anestetikum Lokal

    Klasifikasi anestetikum lokal berdasarkan mula kerjanya, dibagi menjadi mula

    kerja yang cepat seperti kloroprokain, lidokain, mepivakain, prilokain dan etidokain.

    Mula kerja menengah seperti bupivakain. Mula kerja lambat seperti prokain dan

    tetrakain.4,13,22

    Anestetikum

    Lokal

    %

    Vasokonstriktor

    Mula kerja,

    menit

    Masa kerja, menit

    pulpa Jaringan

    lunak

    Artikain 4 1:200.000

    1:100.000

    2-3

    2-3

    60

    60

    180-300

    180-300

    Bupivakain 0.5 1:200.000 6-10 90-180 180-720

    Lidokain 2 -

    1:50.000 /

    1:100.000

    3-5

    3-5

    10

    60

    60-120

    180-300

    Prilokain 4 -

    1:200.000

    3-5

    3-5

    5-10

    (infiltrasi)

    40-60

    (blok saraf)

    60-90

    120-180

    180-480

    Mepivakain 3

    2

    -

    1:100.000

    3-5

    3-5

    20-40

    60

    120-180

    180-300

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5.2 Klasifikasi Potensi Dan Masa Kerja Anestetikum Lokal

    Klasifikasi anestetikum lokal berdasarkan potensi dan masa kerja dibagi menjadi

    tiga kelompok yaitu kelompok I yang memiliki potensi lemah dengan masa kerja singkat

    (30menit) seperti prokain dan kloroprokain. Kelompok II adalah kelompok yang

    memiliki potensi dan masa kerja menengah (60menit) seperti lidokain, mepivakain dan

    prilokain. Kelompok III merupakan kelompok yang memiliki potensi kuat dengan masa

    kerja panjang (>90menit). Contohnya tetrakain, bupivakain, etidokain dan

    ropivakain.4,13,20

    2.6 Jenis-Jenis Anestetikum Lokal

    1. Lidokain

    Lidokain disintesis pada tahun 1943 dan pada tahun 1948, anestetikum lokal

    golongan amida pertama telah dipasarkan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, dan

    lebih ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang

    sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetikum

    lokal golongan amida. Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi

    sampai 2% memberikan efek anestesi yang pendek pada jaringan lunak. Formulasi

    tersebut tidak memberikan efek anestesi yang cocok pada pulpa gigi. Ketika

    vasokonstriktor ditambahkan ke 2% lidokain, maka efek anestesi bertambah pada gigi

    yang di anestesi. Vasokonstriktor yang paling umum digunakan adalah epinefrin

    (adrenalin) biasanya sekitar konsentrasi 1:200.000 ke 1:80.000. Oleh karena itu, lidokain

    cocok untuk anestesi infiltrasi, blok dan topikal. Selain itu, lidokain memiliki

    keuntungan dari mula kerja yang lebih cepat, penambahan epinefrin menyebabkan

    vasokonstriktor dari arteri mengurangi perdarahan dan juga penundaan resorpsi lidokain

    sehingga memperpanjang masa lama kerja hampir dua kali lipat.11,13,18

    2. Mepivakain

    Mepivakain merupakan anestetikum lokal golongan amida yang bersifat

    farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain memiliki mula kerja yang lebih cepat

    daripada prokain dan masa lama kerja yang menengah. Mepivakain menghasilkan

    vasodilatasi yang lebih sedikit dari lidokain. Mepivakain ketika disuntik dengan

    konsentrasi 2% dikombinasikan dengan 1:100 000 epinefrin, memberikan efek anestesi

    yang mirip seperti lidokain 2% dengan epinefrin. Larutan mepivakain 3% tanpa

    Universitas Sumatera Utara

  • vasokonstriktor akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dari lidokain 2% .

    Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf regional dan anestesi

    spinal.11,13,18

    3. Prilokain

    Anestetikum lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain,

    tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil

    daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap

    sistem saraf pusat (SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman.

    Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal

    ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin

    yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat

    dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4% dengan dan tanpa

    1:200.000 epinefrin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain.

    Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok.11,13,15

    4. Artikain

    Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi

    struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin benzena.

    Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam

    darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu

    artikain 4% dengan epinefrin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran,

    bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat

    meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan kerja anestesia menjadi lama,

    parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok regional. Ada beberapa bukti

    bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain 4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior

    dengan lidokain 2% pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk

    anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang

    lebih lama.13,18,19

    5. Bupivakain

    Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam golongan amida

    amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang. Ketika digunakan sebagai injeksi

    intraoral, bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang dibutuhkan untuk

    mengontrol rasa nyeri pasca operasi setelah pembedahan. Formulasi bupivakain sekitar

    Universitas Sumatera Utara

  • 0,25-0,75% dengan dan tanpa epinefrin (biasanya 1:200 000). Mula kerjanya lambat tapi

    masa kerjanya panjang. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural dan

    anestesi intratekal.13,18

    6. Etidokain

    Etidokain dalam konsentrasi 1,5% dengan 1:200.000 epinefrin telah digunakan

    dalam prosedur bedah mulut. Ia memiliki masa kerja yang lebih lama dari lidokain 2%

    dengan epinefrin 1:100.000 bila digunakan sebagai anestesi blok tetapi tidak seefektif

    lidokain dengan epinefrin saat digunakan untuk anestesi infiltrasi.4,13,18

    7. Ropivakain

    Ropivakain dikembangkan setelah bupivakain tercatat dikaitkan dengan serangan

    jantung, terutama pada wanita hamil. Ropivakain ditemukan memiliki kardiotoksisitas

    kurang dari bupivakain. Ropivakain diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk

    infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal pada orang dewasa dan anak di atas

    12 tahun. Karakteristiknya, yaitu memiliki mula kerja dan masa lama kerja yang sama

    dengan bupivakain, dengan potensinya yang lebih rendah sedikit.18,22

    8. Kokain

    Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam dunia

    kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan ester asam benzoat

    dengan basa yang mengandungi nitrogen (N). Efek kokain yang paling penting bila

    digunakan secara lokal yaitu menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling

    mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat (SSP). Berdasarkan efek ini, kokain

    pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini

    dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang

    sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas

    atas.11,23

    9. Prokain

    Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama dagang

    novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan terpilih untuk anestesi

    lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh anestetikum lain, lidokain yang ternyata

    lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. Larutan polos 2% prokain tidak

    memberikan efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan lunak 15 sampai

    30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam. Prokain menghasilkan

    Universitas Sumatera Utara

  • efek vasodilatasi terbesar dibandingkan dengan anestetikum lokal lain. Maka lebih sulit

    untuk mempertahankan prokain karena meningkatnya perdarahan sewaktu pembedahan.

    Prokain secara klinis mempunyai masa kerja yang lambat karena daya penetrasinya yang

    kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi infilrasi, blok saraf, epidural, kaudal, dan

    spinal.11,13

    10. Tetrakain

    Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa

    kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum lokal

    ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia

    dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang

    paling umum dipasarkan dalam 2% garam hidroklorida berkombinasi dengan 14%

    benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan salep. Tetrakain

    menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain mempunyai mula kerja

    yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah

    anestesi topikal.13,22

    11. Levobupivakain

    Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki keuntungan

    hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa bahan ini seefektif bupivakain

    dan anestetikum lain. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi umum

    dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan mulut.

    Levobupivakain ini tersedia dalam konsentrasi antara 0,25-0,75%.18,22

    2.7 Dosis Maksimum Anestetikum Lokal

    Dosis anestetikum lokal dihitung berdasarkan miligram per unit berat badan yaitu

    miligram per kilogram (mg / kg) atau miligram per pon (mg / lb). Pemberian dosis

    maksimum tergantung pada usia, berat badan, jenis anestetikum yang digunakan dan

    apakah menggunakan vasokonstriktor atau tidak. Disarankan agar dokter mengevaluasi

    kebutuhan perawatan gigi setiap pasien dan menyusun rencana perawatan yang

    memperhitungkan dosis yang minimal dari anestesi lokal pada setiap pasien.13

    Pemberian dosis anestetikum lokal berdasarkan jenis anestetikumnya:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Lidokain

    Dosis maksimum dewasa yang aman adalah 4x2,2 ml ampul atau 3 mg/kg.

    Penambahan 1:80 000 epinefrin memperpanjang efektivitasnya lebih dari 90 menit dan

    meningkatkan dosis maksimum dewasa yang aman sampai 10x2,2 ml ampul atau 7

    mg/kg.25

    Menurut Malamed SF, dosis maksimum lidokain yang disarankan oleh FDA

    dengan atau tanpa epinefrin adalah 3,2 mg / lb atau 7,0 mg / kg berat badan untuk

    dewasa dan anak-anak pasien, tidak melebihi dosis maksimum absolut yaitu 500 mg.13

    2. Mepivakain

    Menurut Malamed SF, dosis maksimum mepivakain adalah 6,6 mg / kg atau 3,0

    mg / lb berat badan dan tidak melebihi 400 mg. Satu ampul mepivakain biasanya sudah

    cukup untuk anestesi infiltrasi atau blok regional.13,26

    3. Artikain

    Untuk orang dewasa sehat, dosis maksimum artikain HCl diadministrasikan pada

    submukosa atau blok saraf tidak boleh melebihi 7mg/kg (0,175 mL / kg) atau 3,2 mg / lb

    (0,0795 mL / lb) berat badan untuk pasien 150 pon.13,25,27

    Untuk anak-anak di bawah 10 tahun yang memiliki massa tubuh normal, dosis

    maksimum tidak boleh melebihi setara dengan 7 mg / kg (0,175 mL / kg) atau 3,2 mg /

    lb (0,0795 mL / lb) berat badan. Pasien yang berumur antara 65-75 tahun, dosis

    maksimumnya sekitar 0,43-4,76 mg / kg (0,9-11,9 mL) untuk prosedur sederhana, dan

    dosis sekitar 1,05-4,27 mg / kg (1,3-6,8 mL) diberikan kepada pasien untuk prosedur

    yang kompleks. Di antara pasien 75 tahun atau lebih tua, dosis 0,78-4,76 mg / kg (1,3-

    11,9 mL) diberikan kepada pasien untuk prosedur sederhana, dan dosis 1,12-2,17 mg /

    kg yang aman diberikan kepada pasien untuk prosedur yang kompleks.27

    4. Bupivakain

    Dosis maksimum bupivakain yang direkomendasikan adalah 90 mg. Tidak ada

    dosis yang disarankan untuk bupivakain berdasarkan berat badan di Amerika Serikat tapi

    di Kanada, dosis maksimum adalah berdasarkan 2,0 mg / kg (0,9 mg / lb). Bupivakain

    tidak dianjurkan pada pasien yang berusia muda atau mereka yang berisiko mencedera

    Universitas Sumatera Utara

  • jaringan lunak pasca operasi akibat dari melukai diri sendiri, seperti fisik dan mental

    penyandang cacat. Bupivakain jarang diindikasikan pada anak-anak karena prosedur gigi

    pediatrik biasanya berlangsung singkat.13

    Bupivakain larutan polos yang berkonsentrasi antara 0.25-0.5% digunakan untuk

    anestesi blok dan infiltrasi dimana efek anestesi sampai 8 jam diperlukan. Dosis

    maksimum yang aman adalah 2 mg/kg.25

    5. Prilokain

    Dosis maksimum yang direkomendasikan untuk prilokain adalah 8,0 mg / kg atau

    3,6 mg / lb berat badan untuk pasien dewasa dan maksimum dosis yang

    direkomendasikan adalah 600 mg. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang

    dibandingkan lidokain tapi efek anestesinya kurang kuat.13

    6. Etidokain

    Menurut Malamad, dosis maksimum yang direkomendasikan untuk pasien

    dewasa adalah 3,6 mg/lb atau 8,0 mg/kg berat badan, dengan dosis maksimum absolut

    tidak melebihi 400 mg.4

    Tabel 2. Dosis maksimum anestetikum lokal yang direkomendasikan13,25,28

    Anestetikum Lokal Dosis Maksimum

    Lidokain 7,0 mg/kgBB ( 3,2 mg/lb BB )

    Mepivakain 6,6 mg/kgBB ( 3,0 mg/lb BB)

    Artikain 7,0 mg/kgBB ( 3,2 mg/lb BB )

    Bupivakain 2,0 mg/kgBB ( 0,9 mg/lb BB)

    Prilokain 8,0 mg/kgBB (3,6 mg/lb BB)

    Etidokain 8,0 mg/kgBB (3,6 mg/lb BB)

    2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mula dan Masa Kerja Anestetikum

    Lokal

    1. Nilai pH Jaringan

    Universitas Sumatera Utara

  • Faktor yang paling penting mempengaruhi mula kerja anestetikum lokal adalah

    pH jaringan dan pKa bahan anestetikum lokal. Nilai pH mungkin menurun pada suasana

    infeksi, yang menyebabkan efek anestesi menjadi lambat atau bahkan tidak terjadi

    langsung.17

    Anestetikum lokal dipasarkan dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air,

    biasanya garam hidroklorid dan merupakan basa lemah. Larutan garam bahan ini

    bersifat agak asam, hal ini menguntungkan karena menambah stabilitas bahan

    anestetikum lokal tersebut. Bahan anestetikum lokal yang biasa digunakan mempunyai

    pKa antara 8-9, sehingga pada pH jaringan hanya didapati 5-20% dalam bentuk basa

    bebas. Bagian ini walaupun kecil sangat penting, karena untuk mencapai tempat

    kerjanya bahan harus berdifusi melalui jaringan penyambung dan membran sel lain, dan

    hal ini hanya mungkin terjadi dengan bentuk amin yang tidak bermuatan listrik.11

    2. Morfologi Saraf

    Mula kerja berhubungan dengan kecepatan difusi anestetikum lokal melalui

    perineurium. Urutan lapisan pembungkus serabut saraf dari dalam keluar adalah

    endoneurium, perineurium, dan epineurium. Lapisan ini terdiri dari jaringan pengikat

    kolagen dan elastis. Bahan anestetikum lokal harus menembus jaringan pengikat yang

    bukan jaringan saraf. Ada perbedaan kecepatan menembus jaringan yang bukan saraf.

    Sebagai contoh, prokain dan kloroprokain mempunyai pKa yang sama dan mula kerja

    yang sama pada saraf yang diisolasi, tetapi mula kerja kloroprokain lebih pendek

    daripada prokain, ini menunjukkan bahwa kloroprokain lebih cepat menembus jaringan

    yang bukan jaringan saraf.13,17

    3. Lipid solubility

    Kelarutan dalam lemak menggambarkan potensi intrinsik anestetikum lokal

    tersebut. Makin tinggi kelarutannya dalam lemak, semakin poten bahan tersebut. Lipid

    solubility prokain kurang dari satu, dan bahan ini paling kecil potensinya. Sebaliknya

    koefisien partisi/kelarutan bupivakain, tetrakain dan etidokain bervariasi dari 30-140,

    menunjukkan lipid solubility yang tinggi. Bahan ini menunjukkan blokade konduksi

    pada konsentrasi yang sangat rendah karena potensi intrinsik anestesinya 30 kali lebih

    besar dari prokain. Hubungan antara lipid solubility dan potensi intrinsik anestesi selalu

    konsisten dengan komposisi lipoprotein dari membran saraf (ada 3 lapisan membran

    Universitas Sumatera Utara

  • saraf terdiri dari protein-lipid-protein). Kira-kira 90% axolemma terdiri dari lemak.

    Karena itu anestetikum lokal yang kelarutan lemaknya tinggi dapat menembus membran

    saraf dengan lebih mudah, yang direfleksikan sebagai peningkatan potensi.13,22,24

    4. pKa Anestetikum Lokal

    Secara klinis, tidak ada perbedaan yang signifikan pada pKa antara amida, kecuali

    bupivakain, yang memiliki pKa sedikit lebih tinggi yang menyebabkan mula kerjanya

    lebih lambat. pKa komponen kimia didefinisikan sebagai pH dimana bentuk ion dan

    non-ion ada dalam keseimbangan.17

    Anestetikum lokal yang tidak berubah bentuk, diperlukan untuk berdifusi

    menembus selubung saraf. Mula kerja secara langsung berhubungan dengan kecepatan

    menembus epineurium, yang berkolerasi dengan jumlah bahan dalam bentuk dasar.

    Persentase dari bahan anestetikum lokal dalam bentuk dasar bila disuntikkan ke dalam

    jaringan yang mempunyai pH 7,4, maka pKa bahan tersebut akan terjadi sebaliknya.

    Sebagai contoh, lidokain yang mempunyai pKa 7,9 adalah 75% dalam bentuk ion

    dan 25% dalam bentuk non-ion pada pH jaringan 7,4. Hasilnya bahan tersebut

    mempunyai pKa hampir mendekati pH jaringan akan mempunyai mula kerja yang lebih

    cepat daripada anestetikum lokal dengan pKa yang tinggi.14,22,24

    Tabel 3. pKa bahan anestetikum lokal9,13,22

    Anestetikum Lokal pKa AMIDA

    Bupivakain 8.1 Ropivakain 8.1 Lidokain 7.7 Prilokain 7.7

    Mepivakain 7.7 Artikain 7.8

    Etidokain 7.9 Levobupivakain 8.1

    ESTER Prokain 9.1

    Kloroprokain 9.3 Kokain 8.6

    Tetrakain 8.6

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Efek Vasokonstriktor

    Masa kerja anestetikum lokal berbanding langsung dengan waktu kontak aktifnya

    dengan saraf. Akibatnya, tindakan yang dapat melokalisasi bahan pada saraf akan

    memperpanjang waktu anestesi. Dalam klinis, larutan injeksi anestetikum lokal biasanya

    mengandungi epinefrin (1 dalam 200.000 bagian), norepinefrin (1 dalam 100.000bagian)

    atau fenilefrin. Pada umumnya zat vasokonstriktor ini harus diberikan dalam kadar

    efektif minimal. Epinefrin mengurangi kecepatan absorpsi anestetikum lokal sehingga

    akan mengurangi juga toksisitas sistemiknya. Sebagian vasokonstriktor mungkin akan

    diserap dan bila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan efek samping misalnya

    gelisah, takikardi, palpitasi dan nyeri di dada. Untuk mengurangi perangsangan

    adrenergik yang berlebihan dan yang diinginkan tersebut, perlu dipertimbangkan

    penggunaan obat penghambat alfa atau beta adrenergik.11,13,22

    Universitas Sumatera Utara

  • Kerangka Konsep

    Gambaran pengetahuan mahasiswa

    kepaniteraan klinik Bedah Mulut

    RSGMP FKG USU

    1. Definisi anestesi dan

    anestetikum lokal

    2. Anestetikum lokal yang

    ideal

    3. Mekanisme anestetikum

    lokal

    4. Klasifikasi anestetikum

    lokal

    5. Jenis anestetikum lokal

    6. Dosis maksimum anestetikum

    . lokal

    . 7. Faktor-faktor yang

    . mempengaruhi mula dan masa

    . kerja anestetikum lokal

    Mahasiswa kepaniteraan klinik

    Bedah Mulut RSGMP FKG

    USU

    Universitas Sumatera Utara