chapter ii

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya bahan tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman. Kondisi lingkungan perkebunan kopi di Indonesia sangat beragam dan setiap lingkungan tersebut memerlukan adaptabilitas spesifik dari bahan tanam yang dianjurkan. Pada tanaman kopi, iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi, pertumbuhan dan daya hasil. Kopi hanya dapat menghasilkan dengan baik apabila ditanam pada tanah yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm), gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama kalium (K), harus cukup tersedia bahan organik (> 3 %). Derajat kemasaman (pH) yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi berkisar antara 5,3 – 6,5. Persyaratan kondisi iklim dan tanah optimal untuk tanaman kopi selengkapnya tercantum pada Tabel 3. Syarat Tumbuh Kopi Robusta Kopi Arabika Iklim Tinggi Tempat (m dpl) 300 – 600 700 – 1.400 Suhu Udara Harian ( o C) 24 – 30 15 – 24 Curah Hujan Rata-rata (mm/th) 1.500 – 3.000 2.000 – 4.000 Jumlah Bulan Kering (bl/th) 1 – 3 1 – 3 Tanah Derajat Kemasaman (pH) 5,5 – 6,5 5,3 – 6,0 Kandungan B.O (%) > 3 > 3 Kedalaman Efektif (cm) > 100 > 100 Kemiringan Maksimum (%) 40 40 Universitas Sumatera Utara

Upload: luthfi-indra-r

Post on 16-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

materi kuliah

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya

    Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya bahan

    tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman. Kondisi

    lingkungan perkebunan kopi di Indonesia sangat beragam dan setiap lingkungan

    tersebut memerlukan adaptabilitas spesifik dari bahan tanam yang dianjurkan.

    Pada tanaman kopi, iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan

    morfologi, pertumbuhan dan daya hasil.

    Kopi hanya dapat menghasilkan dengan baik apabila ditanam pada tanah

    yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm),

    gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama kalium

    (K), harus cukup tersedia bahan organik (> 3 %). Derajat kemasaman (pH) yang

    ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi berkisar antara 5,3 6,5. Persyaratan

    kondisi iklim dan tanah optimal untuk tanaman kopi selengkapnya tercantum pada

    Tabel 3.

    Syarat Tumbuh Kopi Robusta Kopi Arabika

    Iklim Tinggi Tempat (m dpl) 300 600 700 1.400 Suhu Udara Harian (o C) 24 30 15 24 Curah Hujan Rata-rata (mm/th) 1.500 3.000 2.000 4.000 Jumlah Bulan Kering (bl/th) 1 3 1 3 Tanah Derajat Kemasaman (pH) 5,5 6,5 5,3 6,0 Kandungan B.O (%) > 3 > 3 Kedalaman Efektif (cm) > 100 > 100 Kemiringan Maksimum (%) 40 40

    Universitas Sumatera Utara

  • Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di

    antara 20 LU dan 20 LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara

    5 LU dan 10 LS. Hal ini berarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan

    tanaman kopi.

    Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis,

    yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis

    menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki

    lahan dataran lebih tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada

    lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan

    lebih rentan penyakit karat daun.

    Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama perpugenus coffea dari

    famili rubiceae yang umumnya berasal dari benua Afrika. Diseluruh dunia kini

    terdapat sekitar 4.500 jenis kopi yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar

    yaitu;

    Cofffe canefora, salah satu jenis varietasnya yang menghasilkan kopi

    dagang robusta.

    Coffea arabica, yang menghasilkan kopi dagang arabica.

    Coffea exelca yang menghasilkan kopi dagang exelca.

    Coffea liberica yang menghasilkan kopi dagang liberica.

    Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas

    adalah jenis arabica, yang memberikan kontribusi pada pasokan kopi dunia sekitar

    70%, kemudian jenis kopi robusta yang mutunya berada dibawah kopi arabica,

    hanya memberikan kontribusi sekitar 24% produksi kopi dunia (Spillane, 1991).

    Universitas Sumatera Utara

  • Kopi merupakan salah satu bahan minuman rakyat di seluruh dunia, baik di

    negara produsen apalagi di negara pengimpor (konsumen). Kopi merupakan suatu

    komoditi penting dalam ekonomi dunia, dan mencapai nilai perdagangan sebesar

    US dolar 10.3 millyar (Spillane, 1991), antara negara yang sedang berkembang

    dengan negara-negara maju. Sehingga komoditi kopi menjadi salah satu komoditi

    ekspor yang menjanjikan, disamping itu juga memiliki peranan penting sebagai

    sumber penghidupan bagi berjuta-juta petani kopi diseluruh dunia.

    2.2. Teori Permintaan

    Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan

    pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari,

    permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang

    dibutuhkan, sedangkan dari sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti

    apabila didukung oleh daya beli konsumen yang disebut dengan permintaan

    efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai

    permintaan absolut (Nicholson, 1995).

    Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu,

    pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila

    jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah

    barang yang diminta juga akan berubah. Demikian juga halnya apabila harga

    barang yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan

    berubah (Sudarsono, 1990).

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :

    Gambar 1. Kurva Permintaan

    Dimana :

    P : Harga

    Q : Jumlah yang diminta

    Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan

    harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap kurva ini memiliki slope

    negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity demanded)

    naik dengan turunnya harga (Kadariah, 1994).

    Terdapat dua model dasar permintaan yang berkaitan dengan harga,

    pertama adalah kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain

    yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami

    kenaikan harga (substitusi atau komplementer). Bila kenaikan harga suatu barang

    menyebabkan permintaan barang lain meningkat (hubungan positif), disebut

    barang substitusi (Nicholson, 1995). Apabila harga turun maka orang mengurangi

    pembelian terhadap barang lain dengan menambah pembelian terhadap barang

    yang mengalami penurunan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan

    P

    P2

    P1

    Q Q1 Q2

    Universitas Sumatera Utara

  • penurunan permintaaan barang-barang substitusinya, dimana barang substitusi

    adalah barang yang dapat berfungsi sebagai pengganti barang lain (Nicholson,

    1995). Dan bila dua jenis barang saling melengkapi, penurunan harga salah

    satunya mengakibatkan kenaikan permintaan akan yang lainnya dan sebaliknya

    jika terjadi kenaikan harga salah satunya akan mengakibatkan penurunan

    permintaan terhadap barang yang lainnya. Bila kenaikan harga suatu barang

    menyebabkan permintaan barang lain menurun (hubungan negatif), maka disebut

    barang komplementer (Nicholson, 1995). Kedua adalah kenaikan harga

    menyebabkan pendapatan real para pembeli berkurang (Sukirno, 2002).

    Dalam analisis ekonomi diasumsikan bahwa permintaan suatu barang

    sangat dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri (ceteris paribus). Permintaan

    seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor,

    antara lain; harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempunyai kaitan

    erat dengan barang tersebut, pendapatan masyarakat, cita rasa masyarakat dan

    jumlah penduduk maka dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang

    dipengaruhi oleh banyak variabel (Nicholson, 1991).

    Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai

    kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh

    anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan,

    yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang

    yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris

    paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil

    bila mana hanya jumlah yang lebih kecil itu yang dapat diperolehnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Permintaan terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi

    karena konsumen bersedia membelinya. Komoditi yang dikonsumsi mempunyai

    sifat yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor produksi. Dan semakin

    banyak komoditi tersebut dikonsumsi maka kegunaan komoditi tersebut akan

    semakin berkurang dengan demikian pembeli akan lebih banyak membeli

    komoditi tersebut jika harga satuanya menjadi lebih rendah (Sugiarto, 2000).

    Sudarsono (1990), mengelompokkan kerangka pemikiran Marshall bersifat

    parsial karena berdasarkan konsep ceteris paribus dimana permintaan dianggap

    sebagai kurva. Sementara itu Leon Walras lebih bersifat general karena

    memasukkan semua variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta,

    dan secara matematis dapat digambarkan dalam bentuk umum sebagai berikut :

    Qd = f (Pd, Ps, Pk, ., Y, e), ...................................................................(1)

    dimana :

    Qd : jumlah barang yang diminta

    Pd : harga barang yang diminta.

    Ps : harga barang substitusi.

    Pk : harga barang komplementer.

    Y : pendapatan konsumen yang tersedia untuk dibelanjakan.

    e : faktor lain yang tidak dibahas.

    Sejalan dengan pemikiran Walras, beberapa ahli mengemukakan

    pendapatnya. Lipsey, Steiner dan Purvis (1993) mengemukakan bahwa faktor-

    faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan (determinant of demand) adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • Harga komoditi itu sendiri.

    Rata-rata penghasilan rumah tangga.

    Harga komoditi yang berkaitan.

    Selera (taste).

    Distribusi pendapatan diantara rumah tangga.

    Besarnya populasi.

    Sudarsono (1980), mengatakan bahwa tujuan dari teori permintaan adalah

    mempelajari dan menentukan berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan.

    Faktor-faktor yang dimaksud adalah harga barang itu sendiri, harga barang

    lainnya (bersifat substitusi atau komplementer), pendapatan dan selera konsumen.

    Disamping variabel-variabel yang disebutkan diatas, maka distribusi pendapatan,

    jumlah penduduk, tingkat preferensi konsumen, kebijaksanaan pemerintah, tingkat

    permintaan dan pendapatan sebelumnya turut juga mempengaruhi permintaan

    terhadap suatu barang.

    Sukirno (2002), menyampaikan bahwa permintaan suatu barang

    fluktuasinya akan sangat tergantung kepada beberapa faktor antara lain :

    Perkembangan dan perubahan tingkat kehidupan penduduk. Ketika terjadi

    perkembangan tingkat kehidupan yang lebih baik, maka permintaan akan

    suatu barang akan meningkat, khususnya barang-barang yang berkualitas.

    Perkembangan dan peningkatan pendapatan perkapita penduduk. Ketika

    pendapatan seseorang naik, akan meningkatkan jumlah konsumsi yang

    berarti juga akan meningkatkan permintaan terhadap suatu jenis barang.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pergeseran dan kebiasaan, selera dan kesukaan penduduk. Pergeseran

    selera masyarakat terjadi karena adanya perubahan dalam faktor-faktor

    yang mendasari permintaan tersebut, seperti kenaikan pendapatan.

    Kegagalan produksi yang menyebabkan langkanya suatu produk di

    pasaran. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan barang

    tersebut hingga waktu tertentu. Dan apabila sampai dengan waktu yang

    ditentukan produk juga belum ada, maka konsumen akan mencari produk

    penggantinya.

    Bencana alam dan peperangan. Terjadinya bencana alam dan peperangan

    dapat mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap satu jenis

    produk, karena terhambatnya saluran distribusi atau aktivitas usaha,

    misalnya disebabkan oleh tidak adanya kepastian keamanan ataupun

    kondisi geografis yang tidak mendukung.

    Faktor peningkatan penduduk. Adanya peningkatan jumlah penduduk akan

    menyebabkan peningkatan permintaan akan kebutuhan-kebutuhan

    masyarakat, yang meliputi sandang, pangan dan papan.

    Maka secara sederhana hukum permintaan dapat dirumuskan sebagai

    berikut; bahwa jumlah barang yang akan dibeli per unit waktu akan menjadi

    semakin besar, jika harga semakin rendah dimana faktor lain tetap (ceteris

    paribus). Apabila harga (P) suatu komoditi naik (ceteris paribus), pembeli

    cenderung membeli lebih sedikit komoditi itu (Q). Demikian juga jika harga (P)

    turun (ceteris paribus) maka kuantitas yang diminta akan meningkat. Namun

    demikian terdapat pengecualian untuk beberapa jenis barang tertentu yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • Barang inferior (inferior goods), adalah barang-barang yang

    permintaannya menurun jika pendapatan naik.

    Barang prestise (prestige goods), yakni jika harga barang-barang

    mengalami kenaikan maka permintaannya bertambah.

    Pengaruh harapan yang dinamis (dynamic expectational effects), adalah

    barang-barang yang jika harganya turun maka jumlah permintaannya

    turun, apabila orang mengharapkan bahwa harga akan terus menerus

    mengalami penurunan.

    Kaidah permintaan dapat dinyatakan dalam cara yang paling sederhana

    sebagai berikut; 1) Pada harga tinggi, lebih sedikit barang yang akan diminta jika

    dibandingkan dengan harga rendah (ceteris paribus), 2) Pada saat harga komoditi

    rendah, maka lebih banyak yang akan diminta jika dibandingkan dengan saat

    harga tinggi (ceteris paribus). Jadi kaidah permintaan mengatakan bahwa

    kuantitas yang diminta untuk suatu barang berhubungan terbalik dengan harga

    barang tersebut (ceteris paribus) pada setiap tingkat harga (Miler dan Meiners,

    2000). Dan apabila pendapatan bertambah, maka bagian yang akan dibelanjakan

    oleh konsumen juga akan bertambah, sehingga jumlah barang yang bisa dibeli

    oleh konsumen akan meningkat.

    Selanjutnya Reksoprayitno (2000), memilah perkembangan teori

    permintaan konsumen atas dua bagian yaitu; teori permintaan statis dan teori

    permintaan dinamis. Teori permintaan statis dinamakan juga sebagai teori

    permintaan tradisional, yang memusatkan perhatiannya pada prilaku konsumen

    serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaannya. Faktor-faktor ini

    antara lain adalah; harga barang yang diminta, harga barang lainnya, tingkat

    Universitas Sumatera Utara

  • pendapatan dan selera. Teori permintaan statis ini didasarkan pada beberapa

    asumsi yaitu; permintaan pasar merupakan total permintaan perseorangan

    (individu), konsumen berperilaku rasional, sementara harga dan pendapatan

    dianggap tetap dan yang termasuk dalam teori permintaan statis ini adalah teori

    utilitas ordinal (ordinal utility theory) dan teori kardinal utilitas (cardinal utility

    theory).

    2.3. Teori Konsumen

    Teori konsumen merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen

    dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas

    kebutuhan, berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Reksoprayitno (2000),

    menyampaikan bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen

    dalam kesediaannya untuk membeli sesuatu barang akan berubah jika jumlah

    pendapatan konsumen dan harga barang yang bersangkutan juga berubah. Fungsi

    utama barang dan jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung

    pemakainya, dengan terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan

    menimbulkan kepuasan (satisfaction) bagi konsumen itu sendiri.

    Teori konsumen juga mengenal asumsi rasionalitas, dimana konsumen berusaha

    untuk menggunakan pendapatannya walaupun jumlahnya terbatas untuk

    memperoleh kombinasi barang atau jasa dengan kepuasan maksimum. Teori

    konsumen mengenal dua macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal

    (cardinal utility approach) dan pendekatan guna ordinal (ordinal utility

    approach).

    Universitas Sumatera Utara

  • Teori permintaan statis atau tradisional secara umum didasarkan pada daya

    guna dan skala preferensi dari konsumen sedangkan teori permintaan yang

    dinamis dan pragmatis didasarkan pada prilaku konsumen yang nyata terhadap

    permintaan yang berlaku di pasar. Atas dasar ini maka dirumuskanlah permintaan

    sebagai hubungan fungsi yang memiliki variabel banyak. Pendekatan ordinal dan

    kardinal diatas dengan menggunakan konsep daya guna (utility) sebagai dasar

    analisis untuk menyusun permintaan konsumen. Dengan demikian utilitas harus

    diketahui lebih dahulu untuk dapat menyusun permintaan konsumen (Bilas, 1984).

    Berdasarkan teori yang ada dalam menyusun fungsi permintaan dapat

    ditempuh dengan dua cara yaitu cara tidak langsung yang dilakukan oleh Marshall

    (marshalian demand function) yang lazim disebut dengan fungsi permintaan biasa

    (ordinary demand function). Kemudian ada cara langsung yang disebut dengan

    cara pragmatis seperti yang dilakukan oleh Samuelson melalui preferensi nyata

    yang diungkapkan (revealed preference) (Sudarsono, 1990).

    Dalam membahas permintaan, Marshall menggunakan asumsi bahwa

    pendapatan konsumen sifatnya tetap dengan anggapan masih berusaha mencari

    pengaruh dari harga terhadap jumlah barang yang diminta. Menurutnya

    permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat

    harga, secara matematis dituliskan;

    Qx = f (Px)

    dengan anggapan bahwa pendapatan tetap, bukan berarti pendapatan tidak

    berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta dengan asumsi bahwa faktor

    lain tetap (ceteris paribus).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4. Time Series

    Time series adalah suatu himpunan pengamatan yang dibangun secara

    berurutan dalam waktu. Waktu atau periode yang dibutuhkan untuk melakukan

    suatu peramalan itu biasanya disebut lead time yang bervariasi pada tiap

    persoalan.

    Berdasarkan himpunan pengamatan yang tersedia maka time series

    dikatakan kontinu jika himpunan pengamatan tersebut adalah kontinu dan

    dikatakan diskrit bila himpunan pengamatan tersebut juga diskrit.

    2.5. Penelitian Sebelumnya.

    Edison (1971), melakukan penelitian mengenai permintaan atau konsumsi

    kopi di Indonesia, dia membedakan permintaan kopi biji dan permintaan bubuk

    kopi. Sasaran penelitiannya adalah permintaan bubuk kopi secara Nasional dan

    regional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 52,3% sampel (dari 10

    propinsi), tidak meminum kopi dengan alasan kesehatan dan tingkat kemurnian

    kopi yang dikonsumsi responden sangat bervariasi. Tidak terdapat konsumsi kopi

    murni, dan selanjutnya dikatakan bahwa rata-rata kemurnian kopi yang

    dikonsumsi adalah 64% untuk daerah perkotaan dan 73 % untuk daerah pedesaan

    (Ilyas, 1991).

    Venkatram dan Deodhar, (1999), melakukan penelitian mengenai

    permintaan kopi di pasar domestik India. Konsumsi kopi diwilayah itu adalah 80

    gr/ kapita tahun 1960- 1961 dan menurun menjadi 60 gr/ kapita tahun 1996-1997.

    Sementara itu konsumsi teh sebagai barang substitusi kopi mengalami

    peningkatan dari 296 gr/ kapita menjadi 657 gr/ kapita untuk tahun 1997 1998.

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun variabel yang diamati dalam penelitian tersebut adalah produksi kopi itu

    sendiri, harga kopi, pendapatan perkapita dan harga teh. Berdasarkan hasil

    penelitian diperoleh kesimpulan bahwa harga kopi memiliki hubungan yang

    negatif terhadap permintaan kopi, pendapatan perkapita memiliki hubungan yang

    positif terhadap permintaan kopi. Dan ternyata harga teh memiliki hubungan yang

    positif terhadap permintaan kopi di wilayah itu artinya adanya peningkatan harga

    disebabkan oleh jumlah permintaan yang semakin meningkat. Dan selanjutnya

    beliau mengatakan permintaan kopi in-elastis dalam jangka panjang dan memiliki

    nilai in-elastisitas yang sangat tinggi dalam jangka pendek, tetapi elastisitas harga

    terhadap permintaan kopi adalah rendah.

    Hutabarat (2004), melakukan penelitian mengenai Kondisi pasar dunia dan

    dampaknya terhadap kinerja industri perkopian Nasional. Hasil penelitiannya

    menunjukkan bahwa perkembangan industri dan ekonomi kopi nasional tidak

    terlepas dari prilaku dan perkembangan pasar kopi dunia. Berdasarkan penelitian

    tersebut ditemukan bahwa elastisitas permintaan kopi terhadap pendapatan negara

    pengimpor (Jepang, Jerman dan Belanda) menunjukkan nilai positif dan sangat

    elastis. Selanjutnya dikemukakan bahwa elastisitas permintaan pengimpor kopi

    terhadap perubahan nilai tukar US dolar bernilai positif (untuk Jepang dan

    Amerika), artinya jika rupiah semakin terkoreksi (terdepresiasi) terhadap US

    dollar, maka kopi Indonesia relatif lebih murah sehingga volume kopi yang di

    impor oleh negara pengimpor akan meningkat.

    Dureval (2005), melakuan penelitian dengan maksud untuk mengevaluasi

    keuntungan potensial dari pertumbuhan produksi kopi yang dilihat dari harga

    yang di inginkan oleh konsumen. Variabel yang diteliti adalah; harga kopi relatif,

    Universitas Sumatera Utara

  • pendapatan masyarakat dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa harga kopi berhubungan negatif dengan

    permintaan kopi itu sendiri sementara pendapatan masyarakat memiliki hubungan

    yang positif dengan permintaan kopi secara signifikan.

    Deodhar dan Pandey (2006), melakukan penelitian untuk mengetahui

    keadaan tingkat persaingan dalam pasar domestik dalam konteks pasar kopi

    instan. Beliau menyampaikan bahwa perdagangan bebas ternyata memberikan

    kontribusi dalam persaingan dipasar domestik yang memungkinkan terjadinya

    persaingan sempurna (perfect competition). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    pendapatan perkapita masyarakat memiliki hubungan yang positif terhadap

    permintaan kopi di pasaran dalam kondisi pasar persaingan sempurna, dan harga

    memiliki hubungan yang negatif terhadap pola konsumsi kopi instan diwilayah

    dimana penelitian itu dilakukan.

    Wahyudian, dkk (2003), melakukan penelitian tentang Analisis faktor-

    faktor yang mempengaruhi konsumsi kopi di Jakarta. Hasil regresi logistik

    menunjukkan bahwa konsumen berusia muda (18-25 tahun) berpeluang

    mengkonsumsi kopi lebih besar daripada konsumen yang berusia 45 tahun.

    Peningkatan rasio anggota rumah tangga yang mengkonsumsi kopi terhadap total

    rumah tangga sebagai pengaruh lingkungan konsumen semakin mendorong

    peluang seseorang untuk mengkonsumsi kopi. Penelitian tersebut menyimpulkan

    bahwa permintaan kopi masyarakat Jakarta mengalami peningkatan dengan

    tingkat perubahan yang sedang, hal ini disebabkan karena rata-rata konsumsi kopi

    perkapita masyarakat Jakarta antara 0,75 1,13 kg/ kapita/ tahun, lebih tinggi

    Universitas Sumatera Utara

  • daripada konsumsi masyarakat Indonesia secara umum yaitu sebesar 0,64 Kg/

    kapita/ tahun.

    2.6. Kerangka Pemikiran.

    Permintaan terhadap suatu komoditi pertanian merupakan banyaknya

    komoditi pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar

    kecilnya permintaan terhadap komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh

    harga, harga substitusi atau harga komplementernya, selera dan keinginan jumlah

    konsumen dan pendapatan konsumen yang bersangkutan (Soekartawi, 2002).

    Dilain pihak Wanardi (1976), menyatakan bahwa pengertian permintaan

    adalah jumlah barang yang sanggub dibeli oleh para pembeli pada tempat dan

    waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Sedangkan menurut

    Bishop dan Toussaint (1958), pengertian permintaan dipergunakan untuk

    mengetahui hubungan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga

    alternatif untuk membeli barang yang bersangkutan dengan anggapan bahwa

    harga barang lainnya tetap. Hal ini dapat dijelaskan dengan kurva permintaan,

    yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang

    yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu.

    Menurut Bishop dan Toussaint (1958), adapun faktor-faktor yang

    mempengaruhi permintaan adalah jumlah penduduk, pendapatan, harga barang,

    harga barang lainnya, selera dan pereferensi konsumen. Namun karena jumlah

    penduduk dan penyebaran pendapatan berpengaruh teradap permintaan barang

    dipasaran, maka fungsi permintaan ini juga dipengaruhi oleh variabel ini. Jumlah

    penduduk yang semakin bertambah akan menggeser kurva permintaan ke sebelah

    Universitas Sumatera Utara

  • kanan yang berarti bahwa pada harga yang sama jumlah barang yang diminta

    bertambah besar, ceteris paribus tetapi untuk permintaan perkapita, kurva

    permintaan dapat bergerak ke kanan atau kekiri atau bahkan tidak bergeser sama

    sekali (Soekartawi, 2002).

    Perubahan keseimbangan antara permintaan dan penawaran akan

    menetukan perubahan harga. Jika dilihat dari perubahan harga maka pengaruh

    harga komoditi substitusi atau komoditi komplementernya adalah penting sekali.

    Dengan demikian besar kecilnya elastisitas harga terhadap besarnya permintaan

    atau penawaran bagi komoditi pertanian juga akan terpengaruh oleh adanya

    perubahan harga komoditi substitusi atau komplementernya. Harga beberapa

    komoditi pertanian sering naik atau turun secara tidak terkendali (berfluktuasi),

    yang lazim terjadi adalah turunnya harga pada saat panen dan adanya kenaikan

    harga pada saat paceklik. Fluktuasi harga ini pada akhirnya juga mempengaruhi

    ramai tidaknya pemasaran komoditi pertanian tersebut, dan sesekali kenaikan

    harga yang terjadi dapat menguntungkan petani sehingga merangsang mereka

    untuk tetap berproduksi (Soekartawi, 2002).

    Sementara itu Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa

    permintaan adalah sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama

    periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Menurut Papas dan Mark

    Hirshey (1995), terdapat dua (2) model dasar dalam permintaan, yang pertama

    adalah permintaan langsung yang dikenal sebagai teori konsumen, dan yang kedua

    adalah permintaan turunan yaitu permintaan atas bahan baku sebagai input

    didalam pembuatan suatu barang atau jasa yang diminta untuk didistribusikan

    Universitas Sumatera Utara

  • menjadi produk lainnya. Dan secara skematis kerangka pemikiran dalam

    penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2. Kerangka pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Komoditi Kopi di Sumatera Utara.

    HARGA KOPI ARABIKA

    PENDAPATAN PERKAPITA

    HARGA TEH

    HARGA GULA

    PERMINTAAN KOMODITI

    KOPI

    HARGA KOPI ROBUSTA

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.7. Hipotesis Penelitian.

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan

    hipotesis sebagai berikut :

    Harga kopi arabika berpengaruh negatif terhadap permintaan komoditi

    kopi di Sumatera Utara, ceteris paribus.

    Harga kopi robusta berpengaruh negatif terhadap permintaan komoditi

    kopi di Sumatera Utara, ceteris paribus

    Harga teh berpengaruh positif terhadap permintaan komoditi kopi di

    Sumatera Utara, ceteris paribus.

    Harga gula berpengaruh negatif terhadap permintaan komoditi kopi di

    Sumatera Utara, ceteris paribus.

    Pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh positif terhadap permintaan

    komoditi kopi di Sumatera Utara, ceteris paribus.

    Universitas Sumatera Utara