chapter ii

15

Click here to load reader

Upload: deni-saputra

Post on 05-Aug-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Fungi

Fungi Pelapuk Kayu

Dekomposisi kayu/tanaman adalah bagian terpenting dalam siklus karbon

di alam. Proses dekomposisi disebabkan oleh fungi, insekta yang menggunakan

kayu sebagai makanan atau shelter. Kandungan Lignin dalam kayu menjadi bahan

utama untuk proses dekomposisi enzim dari selulosa dan hemiselulosa. Pada

prinsipnya, kayu mengandung bahan organik tertinggi, dan kayu tidak dapat

dipisahkan dari tanaman yang selalu mengikuti siklus dan proses fotosintesis

alam. Ketika kayu sudah mati, maka fungi dan organisme pengurai lainnya

berperan dalam penguraian bahan kayu tersebut melalui proses biosintetik dan

biodekomposisi. Istilah dekomposisi dan degradasi disini digunakan lebih

menekankan pada proses konversi satu atau lebih struktur polimer dari kayu

menjadi partikel atau struktur yang lebih sederhana (Murtihapsari, 2008).

Pelapukan oleh Fungi Pembusuk Cokelat

Pelapukan yang disebabkan oleh fungi ini mengakibatkan terjadinya

degradasi polisakarida yang agak selektif dan juga lignin menjadi sasaran

utamanya. Dalam kayu yang mengalami pembusukan cokelat berat, kerangka

lignin tetap utuh. Penembusan kayu oleh hifa terjadi melalui jari-jari, kemudian

menyebar ke noktah kayu kemudian menembus dinding-dinding sel dengan cara

melubangi atau melalui mikrohifa. Hifa yang tumbuh dalam lumina sel sangat

berdekatan dengan dinding tersier. Meskipun diketahui terdapat berbagai gejala

yang memberikan indikasi degradasi dinding sel yang dimulai pada lumen,

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

mungkin saja kantong-kantong pelapukan mendapatkan lisis karbohidrat di dalam

dinding-dinding sekunder (Murtihapsari, 2008).

Pelapukan oleh Fungi Pembusuk Putih

Fungi pembusuk putih menyerang kayu lunak dan terutama kayu keras

dengan pilihan pada lignin. Ada beberapa enzim-enzim pendegradasi lignin

berkembang biak dan enzim-enzim untuk mendegradasi pectin, poliosa dan

bahkan selulosa. Hifa fungi-fungi mesuk ke dalam jaringan kayu melalui selaput

noktah dan melalui dinding-dinding sel dengan membentuk lubanglubang

pengeboran. Dalam kayu akar spruce dapat dilihat bahwa hifa Heterobasidion

annosum cenderung tumbuh dari jari-jari floem masuk ke dalam jari-jari kayu dan

dari sini kearah lateral masuk ke dalam trakeid di dekatnya (Peek dkk, 1972)

dalam (Murtihapsari, 2008).

Pelapukan oleh Fungi Pembusuk Lunak

Fungi pembusuk lunak mengandung enzim-enzim yang mendegradasi

semua komponen dinding sel. Fungi ini berbeda dari fungi pembusuk coklat dan

pembusuk putih karena tumbuh terutama di dalam dinding-dinding sel. Kayu

diserang oleh hifa yang tumbuh melalui jari-jari dan pembuluh, dapat menembus

ke dalam lumina trakeid atau serabut-serabut. Sedikit pembusuk lunak yang dapat

menyerang dinding tersier trakeid kayu lunak, sedangkan pada umumnya dinding-

dinding tersier mudah diserang. Degradasi bahan dinding dapat dilihat dengan

kenampakan zona lisis pada kedua sisi hifa. Penyerangan dinding-dinding

sekunder, terutama pada trakeid kayu lunak, lubang-lubang kecil atau lubang hifa

dibentuk yang melubangi dinding-dinding sel dalam lateral. Di dalam dinding-

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

dinding sel pertumbuhanpertumbuhan hifa mengikuti arah fibril-fibril dan

memproduksi lubang besar yang khas (Murtihapsari, 2008).

Secara umum pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh substrat, kelembaban,

suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia di

lingkungannya.

1. Substrat, merupakan sumber unsur hara utama bagi fungi, substart

ini baru dapat dimanfaatkan oleh fungi setelah fungi

mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler, enzim ini dapat

menguraikan senyawa-senyawa yang lebih sederhana.

2. Kelembaban, faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi,

fungi dapat hidup dalam kisaran kelembaban udara 70-90%.

3. Suhu, kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan fungi

tergantung dari masing-masing jenis fungi, karena setiap fungi

memiliki kriteria suhu sendiri yang baik bagi perkembangan spora.

4. Derajat keasaman lingkungan, pH substrat sangat penting untuk

pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanyan akan

menguraikan suatu substrat sesuai dengan aktifitasnya pada pH

tertentu yaitu umumnya berada pada pH di bawah 7.

5. Bahan kimia, banyak bahan kimia yang terbukti dapat mencegah

pertumbuhan fungi, sehingga banyak digunakan oleh manusia

sebagai pembasmi fungi (Sutedjo dkk,1991).

Deskripsi Jenis Fungi Dekomposer Ada beberapa jenis fungi yang tergolong ke dalam jenis fungi dekomposer

antara lain adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

1. Curvularia sp.

Kingdom : Fungi

Divisio : Ascomycota

Sub-divisio : Deuteromycotina

Clas : Euascomycetes

Ordo : Pleosporales

Famili : Pleosporaceae

Genus : Curvularia (Doctorfungus, 2007)

Curvularia adalah fungi dematiaceous yang berserabut. Di daerah tropis

atau subtropis, kebanyakan spesies Curvularia adalah patogen fakultatif yang

banyak terdapat di tanah, tumbuhan sereal, dan di daerah yang beriklim sedang

hanya sedikit yang ditemukan. Selain menjadi kontaminan, Curvularia dapat

menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan (Doctorfungus, 2007).

Bentuk Makroskopik Curvularia sp.

Curvularia berkembang cepat pada media Potato Dekstrose Agar (PDA)

pada suhu 25° C, dan menghasilkan koloni berupa wol. Pada awalnya warna

permukaan koloni fungi, adalah putih ke abu-abu sampai kemerah-merahan dan

beralih ke cokelat atau hitam setelah koloni dewasa. Dan warna belakang pada

medianya adalah bewarna coklat gelap hingga hitam (Doctorfungus, 2007).

2. Aspergillus sp.

Kingdom : Fungi

Divisio : Eumycota

Sub-divisio : Ascomycotina

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

Clas : Plectomycetes

Ordo : Eurotiales

Famili : Eurotiaceae

Genus : Aspergillus (Doctorfungus, 2007).

Aspergillus adalah fungi yang berserabut, kosmopolitan dan dapat

temukan dimana-mana, antara lain dari isolasi tanah, sisa-sisa tanaman, dan

lingkungan udara serta di dalam ruangan. Sementara di beberapa negara hanya

beberapa fungi Aspergillus spp yang telah di golongkan ke dalam teleomorphic

dan yang lain-lainnya di golongkan menjadi mitosporic, dan tanpa diketahui

produksi spora seksualnya (Doctorfungus, 2007).

Bentuk Makroskopik Aspergillus sp.

Bentuk makroskopik adalah bentuk yang dapat dilihat dengan kasat mata

yang merupakan hal utama dalam identifikasi suatu spesies, antara lain adalah

tingkat pertumbuhan, warna koloni, dan ketahanan terhadap suhu. Bentuk koloni

Aspergillus memiliki ciri berupa berbulu halus yang menyerupai serbuk di atas

permukaannya. Warna permukaan dapat bervariasi, tergantung pada spesies, dan

sebagian besar isolat memiliki warna kuning pucat dan kuing tua pada bagian

belakang atau bagian bawah dari cawan Petri. Namun, pada jenis Aspergillus

nidulans terdapat warna ungu pada daerah di sekitar warna kuning lansat, dan

pada Aspergillus versicolor terdapat warna oranye pada daerah di sekitar warna

ungu. Aspergillus memiliki suatu koloni yang unik yaitu koloni Aspergillus

fumigatus yang merupakan fungi sangat toleran terhadap suhu dan dapat tumbuh

baik pada suhu di atas 40 ° C (Doctorfungus, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

3. Penicillium sp.

Kingdom : Fungi

Divisio : Eumycota

Sub-divisio : Ascomycotina

Clas : Plectomycetes

Ordo : Eurotiales

Famili : Euroticeae

Genus : Penicillium (Doctorfungus, 2007).

Bentuk Makroskopik Penicillium sp.

Koloni Penicillium adalah koloni yang cepat tumbuh dengan stekstur,

datar, berserabut, dan beludru, berupa wol, atau kapas. Pada awalnya warna

koloni-koloni bewarna putih kemudian berubah warna menjadi berwarna biru dan

hijau, abu-abu hijau, abu-abu kuninglansat, kuning atau merah muda. Dapat

tumbuh pada suhu 250 - 370 C (Doctorfungus, 2007).

4. Trichoderma sp.

Kingdom : Fungi

Divisio : Amastigomycota

Sub-divisio : Deuteromycotina

Clas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Trichoderma (Doctorfungus, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

Trichoderma adalah fungi berserat yang penyebarannya terdapat secara

luas di dalam tanah, vegetasi yang membusuk, dan kayu. Fungi ini dapat

berkembang dengan baik pada suhu 25-30° C, tapi tidak akan dapat tumbuh pada

suhu di atas 35° C. Pada awalnya koloni berbentuk transparan terutama pada

media seperti agar-agar tepung jagung atau lebih putih pada media agar-agar

kentang (PDA). Miselium biasanya tidak jelas pada agar-agar tepung jagung,

bentuk konidia biasanya dalam satu minggu sudah terbentuk dan berkumpul

seperti gumpalan yang padat dengan warna hijau atau kuning (Wikipedia, 2009)

Deskripsi Perombakan Bahan Organik

Bahan organik tersusun dari atas bahan-bahan yang sangat beraneka

berupa zat yang berada dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Penyusun organik

jaringan tumbuhan menjadi 6 kategori besar:

1. Selulosa yang merupakan penyusun kimiawi terbanyak dengan jumlah

15-60% berat kering.

2. Hemiselulosa 10-30%.

3. Lignin 5-30%

4. Fraksi yang larut air sebanyak 5-30% mencakup gula, asam amino, dan

asam alifatik.

5. Fraksi yang larut dalam larutan eter dan alkohol dalam jumlah yang

sedikit, terdiri atas lemak, lilin, damar, dan sejumlah pigmen.

6. Protein dalam jumlah terbatas tempat N dan S tumbuhan banyak berada di

dalam strukturnya (Alexander, (1961) dalam (Notohadiprawiro, 1998).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

Fase Perombakan Bahan Organik

Perombakan bahan organik dibedakan menjadi tiga fase, yaitu:

1. Fase biokimia awal yang terjadi di sekitar jaringan makhluk yang

mati. Proses biokimia berlangsung dengan hidrolisis dan oksidasi.

Hidrolisis memecahkan secara parsial senyawa amilum menjadi

gula dan protein menjadi peptida dan asam amino. Oksidasi

menguraikan senyawa cincin fenol menjadi senyawa yang

memiliki warna (daun dan jerami berubah warna).

2. Pemecahan mekanik menjadi bagian-bagian kecil oleh meso-dan

makrofauna dengan gigitan, kunyahan, dan cernaan.

3. Penguraian mikrobiologi oleh semua organisme heterotrofik dan

saprofik, baik flora maupun fauna. Proses yang terlibat adalah

enzimatik dan oksidasi. Penguraian enzimatik senyawa rumit

menjadi yang lebih sederhana sebagian digunakan organisme untuk

membangun tubuh, akan tetapi terutama digunakan sebagai sumber

energi (Schroeder, 1984) dalam (Bastoni, 1999).

Kecepatan bahan-bahan tanaman didekomposisi dipengaruhi oleh:

1. Kandungan lignin dan lilin yang rendah

2. Kehadiran sejumlah supply nitrogen yang tersedia

3. Keadaan pH

4. Kelembaban

5. Temperatur 30-350 C pada kondisi aerob (Budianta, 1988).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

Manfaat Mikroba Bagi Kesuburan Tanah

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan

maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman,

yaitu Nitrogen (N), Fosfat (P), dan Kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas

mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74%

kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh

tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N langsung dari udara.

N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi

tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan

tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba

penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja,

sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis

tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara

tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Hara P sedikit/tidak

tersedia bagi tanaman, karena terikat pada bahan organik yang sukar larut. Di

sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari

bahan organik dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang

mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia

lipolitika, Pseudomonas sp, Bacillus megatherium var. Phosphaticum. Mikroba

yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi

dalam melarutkan K. Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon

tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan

oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih

cepat atau lebih besar. (Sutedjo dkk,1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

Manfaat Mikroba Fungi bagi Tanaman

Fungi yang bermanfaat bagi tanaman disebut dengan Mikoriza. Istilah

mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti fungi (mykos =

miko) dan akar (rhiza). Fungi ini membentuk simbiosa mutualisme antara fungi

dan akar tumbuhan. Fungi memperoleh karbohidrat dalam bentuk gula sederhana

(glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya, fungi menyalurkan air dan hara tanah untuk

tumbuhan. Mikoriza merupakan fungi yang hidup secara bersimbiosis dengan

sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis

dengan rizoid (akar semu) fungi. Asosiasi antara akar tanaman dengan fungi ini

memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang

merupakan tempat fungi tersebut tumbuh dan berkembang biak. Fungi mikoriza

berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit dan

meningkatkan pertumbuhan (Hesti & Tata, 2009) dalam (Novriani & Madjid,

2009).

Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat

dikelompokkam ke dalam tiga tipe :

1. Ektomikoriza

Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi

membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan

berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak

masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel

jaringan korteks membentuk struktur pada jaringan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

2. Ektendomikoriza

Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza

yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa

jaringan, hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya.

Penyebarannya terbatas dalam tanah-tanah hutan.

3. Endomikoriza

Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi

tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam

individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang

disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuscules

(arbuskul) (Brundrett, 2004).

Mikoriza dikenal dengan fungi tanah karena habitatnya berada di dalam

tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai

fungi tanah juga biasa dikatakan sebagai fungi akar. Keistimewaan fungi ini

adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara

terutama Phosphates (P). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis

mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun

tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Infeksi ini antara

lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain

pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan

keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Syib’li, 2008) dalam (Novriani &

Madjid, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

Mikoriza berpengaruh terhadap:

1. Adanya peningkatan absorpsi hara, sehingga waktu yang

diperlukan untuk mencapai akar lebih cepat.

2. Meningkatkan toleransi terhadap erosi, pemadatan, keasaman,

salinitas.

3. Melindungi dari herbisida.

4. Memperbaiki agregasi partikel tanah (Rao, 1994).

Deskkripsi Tanah Gambut

Tanah gambut terbentuk dari bahan organik dari tanaman-tanaman yang

tergenang air yang terurai secara lambat. Gambut yang terbentuk terdiri atas

berbagai bahan organik tanaman yang membusuk dan terdekomposisi pada

berbagai tingkatan. Ciri-ciri khas dari lahan gambut adalah mempunyai

kandungan bahan organik yang sangat tinggi lebih dari 65%. Gambut yang terjadi

di daerah-daerah hutan rawa kandungan haranya rendah, pH rendah sekali atau

asam sekali (gambut oligotrop), gambut akan mengkerut apabila keadaannya

menjadi kering, permukaannya akan turun, ketebalan berkurang, dan mudah

terbakar. Kedalaman lahan gambut dapat mencapai lebih dari 15 m. Umumnya,

kawasan gambut berbentuk kubah yang tebal pada bagian tengah dan menipis

pada bagian tepi yang biasanya terdapat pada daerah-daerah pinggiran sungai atau

tanah gambut berada diantara dua buah aliran sungai. Ketebalan gambut

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitar lahan gambut sendiri, dibeberapa

rawa yang berada pada ketinggian 1 - 2 m dari permukaan laut, dan di wilayah

pesisir ketebalan gambut sekitar 0,5 - 2,0 m (Noor, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

Berdasarkan tingkat dekomposisinya, gambut dibedakan menjadi 4 yaitu

gambut seratan (gambut mentah yang paling sedikit terombak atau fibrik), gambut

lembaran (folik) yang terdiri atas dedaunan dan ranting-ranting yang terombak

sebagian (merupakan busukan atau seresah), gambut hemik (terombak sedang),

dan gambut saprik (terombak paling matang) (Darmawijaya, 1980).

Tanah gambut Indonesia mempunyai pH berkisar antara 2.8 - 4.5 dengan

ketersediaan unsur-unsur makro, N, P, K serta sejumlah unsur mikro pada

umumnya juga rendah. Gambut Indonesia memiliki karbohidrat yang sangat

rendah, dan sifatnya berbeda dengan gambut yang berada di daerah subtropis.

Lahan gambut di Indonesia pada umumnya telah diusahakan sebagai lahan

pertanian oleh penduduk lokal, bahkan akhir-akhir ini pembukaan lahan gambut

meningkat akibat kebutuhan untuk ekstensifikasi usaha pertanian tanaman pangan,

hortikultura dan perkebunan (Darmawijaya, 1980).

Karakteristik Gambut

Gambut mempunyai karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh jenis

tanah yang lain. Sifat fisik yang dimiliki tanah gambut adalah mampu menyerap

air yang sangat tinggi. Sebaliknya apabila dalam kondisi yang kering (kering

berkelanjutan), gambut sangat ringan dengan berat volume yang sangat rendah

(0,1 - 0,2 g/cm3) dan mempunyai sifat hidrofobik (sulit) menyerap air dan akan

mengambang apabila terkena air. Pada kondisi demikian gambut dapat mengalami

amblesan (subsidensi) dan mudah terbakar. Sedangkan sifat kimianya, gambut

sangat tergantung pada jenis tumbuhan yang membentuk gambut, keadaan tanah

dasarnya, pengaruh luar (seperti endapan sungai/banjir, endapan vulkanis) dan

sebagainya. Ada dua kriteria utama yang mempengaruhi sifat kimia gambut yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

(1). Sifat dan asal tanaman yang terombak dan

(2). Tingkat dekomposisi (Noor, 2004).

Deskripsi Pohon Banio / Meranti Batu (Shorea platyclados)

Taksonomi dan Penyebaran Shorea platyclados

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Clas : Dicotyledone

Ordo : Periatales

Famili : Dipterocarpaceae

Genus : Shorea

Sub genus : Red Shorea

Species : Shorea platycladosv.Slooten exFoxw (Arkive, 2009)

Shorea platyclados memiliki beberapa nama, dalam bahasa Indonesia

dikenal dengan nama banio, nama meranti batu (Sumatera Utara), meranti

cingham (Sumatera Bagian Timur), ketir (Klimantan Selatan), meranti bukit

(Malaysia) dan umumnya dikenal dengan meranti merah tua, karena warna dari

kayunya yang merah tua ( Newman dkk, 1996) dalam (Irmayuni, 2004).

Penyebaran S. platyclados meliputi Semenanjung Malaysia, Sumatera,

Sarawak (Lembah Rajung kea rah timur laut), Brunei, Sabah, Kalimantan Barat,

Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Jenis ini banyak ditemukan di hutan

pegunungan dataran tinggi hingga 1800 mdpl di Sumatera ( Newman dkk, 1996)

dalam (Irmayuni, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

Morfologi

Bunga memiliki daun mahkota kuning pucat, benang sari berjumlah 15.

Kelopak buah memiliki tiga sayap panjang dan sayap pendek. Sayap panjang

berukuran 5,2 – 8,3 cm x 0,9 – 1,5 cm dan sayap pendek 1,9 – 5,8 cm x 0,3 – 0,8

cm. Buah berukuran 7 – 16 mm x 6 – 12 mm. Ranting berbentuk pipih. Tangkai

daun berukuran 0,9 – 2 cm. Daun berbentuk lanset dengan ukuran 6,1 – 13,1 cm x

6 – 13,1 cm x 2,2 – 4 cm. Pada bagian perakaran terdapat banir yang tinggi

mencapai 4 m dan membentang. Permukaan pepagan merah tua hingga coklat,

berlekah sempit dan dalam, lekahan-lekahan mencapai panjang 1 m, lebar 2 cm,

dan dalamnya mencapai 1,5 cm, bewarna coklat, pepagan dalam berserat, coklat

merah di sebelah luar hingga coklat kuning pada cambium, kayu gubal cukup

keras, kuning jerami, kayu teras merah tua hingga merah. Sistem perkaran dalam,

dengan banyak akar utama melandas membentuk pohon yang sangat kokoh dan

tahan akan tiupan angin ( Newman dkk, 1996) dalam (Irmayuni, 2004).

Pohon dari marga Dipterocarpaceae mendominasi dataran hutan hujan

tropis Asia Tenggara, dan batang yang lurus, tinggi bebas cabang (TBC) yang

tinggi dan kayu yang keras menjadikan kayu ini menjadi favorit dan banyak di

eksploitasi, Pohon-pohon dari genus Shorea dianggap terbesar dari marga

Dipterocarpaceae dan paling penting dalam hal nilai ekonomis. Spesies banio

atau meranti batu ini adalah salah satu dari beberapa spesies Shorea, yang telah

dikelompokkan ke dalam Subgenus Red shorea, yang umum dikenal sebagai

meranti merah tua, karena warna kayunya yang merah tua. Kelompok ini ditandai

dengan pohon yang besar dan tinggi mencapai ketinggian 70 m, dengan batang

yang lurus dan silindris (Arkive, 2009).

Universitas Sumatera Utara