chapter ii
TRANSCRIPT
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 1/46
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Pengecoran logam merupakan salah satu proses pembentukan logam
dengan menggunakan cetakan yang kemudian diisi dengan logam cair. Pada
proses pengecoran logam bahan baku dicairkan dengan cara memanaskanya
hingga mencapai titik lebur, kemudian cairan logam ini dituang kedalam rongga
cetakan yang telah disediakan sebelumnya. Logam cair dibekukan dengan cara
membiarkanya dalam rongga cetakan selama beberapa lama. Setelah logam cair
membeku seluruhnya maka cetakan dapat dibongkar.
2.1.1 Besi Cor
Besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon, silisium,
mangan, pospor dan belerang. Besi cor dikelompokkan menjadi besi cor kelabu,
besi cor kelas tinggi, besi cor kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor
mampu tempa dan besi cor cil. Struktur mikro dari besi cor terdiri dari ferlit atau
perlit dan serpian karbon bebas. Kekuatan tarik dari besi cor kira – kira 10 – 30
kgf/mm², titik cairnya kira – kira 1200 ºC.
Besi cor kelabu mempunyai sifat mampu cor sangat baik serta murah,
sehingga besi cor jenis ini paling banyak digunakan untuk benda – benda coran.
Besi cor kelas tinggi mengandung lebih sedikit carbon dan silikon, ukuran grafit
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 2/46
18
bebasnya agak kecil dibanding besi cor kelabu, kekuatan tariknya kira – kira 30 -
50 kgf/mm².
Besi cor kelabu paduan mengandung unsur – unsur paduan dan grafit,
mempunyai struktur yang lebih stabil sehingga sifat – sifatnya lebih baik. Unsur –
unsur yang ditambahkan adalah : Krom, Nikel, Molibdenum, Vanadium, Titan
dan sebagainya yang menyebabkan sifat tahan panas, tahan aus, tahan korosi, dan
mampu mesin yang sangat baik.
Besi cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih yang dilunakkan pada
sebuah tanur dalam waktu yang lama. Menurut standart mikronya besi cor mampu
tempa terdiri atas : besi cor mampu tempa erapian hitam, besi cor mampu tempa
perapian putih, dan besi cor mampu tempa perlit. Besi cor mampu tempa
mempunyai keuletan dan perpanjangan yang lebih baik dibanding dengan besi cor
kelabu.
Besi cor grafit bulat dibuat dengan jalan mencampurkan mangnesium,
kalsium, atau serium ke dalam cairan logam sehingga grafit bulat akan
mengendap. Besi cor cil adalah besi cor yang mempunyai permukaan terdiri dari
bes cor putih dan bagian dalamnya terdiri dari struktur dengn endapan grafit.
2.1.2 Baja Cor
Baja cor digolongkan dalam baja karbon, dan baja paduan. Coran baja
karbon adalah paduan besi karbon dan digolongkan menjadi tiga macam yaitu
baja karbon rendah (C<0,2 %), baja karbon menengah (C 0.2 – 0.5 % ), baja
karbon tinggi (C 0.5 – 2 %). Kadar karbon yang rendah menyebabkan keliatan
rendah, perpanjangan (elongation) yang tinggi dan sifat mampu las yang baik.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 3/46
19
Titik cair baja cor sekitar 1500 ºC, mampu cornya lebih buruk dibandingkan besi
cor akan tetpi baja cor baik digunakan sebagai bahan untuk bagian – bagian mesin
sebab kekuatanya yang tinggi dan harganya yang rendah.
Baja cor paduan adalah baja cor yang ditambah unsur – unsur paduan
seperti : Mangan, Krom, Molidenum atau Nikel. Unsur paduan ini ditambahkan
untuk memberikan sifat – sifat yang khusus pada baja seperti : sifat tahan aus,
tahan asam dan tahan korosi.
2.1.3 Baja paduan
Baja paduan didefenisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan
satu atau lebih unsur campuran seperti nikel, kromium, molibden, vanadium,
mangan, dan wolfram yang berguna untuk memperoleh sifat-sifat yang
dikehendaki (keras, kuat dan liat), tetapi unsur karbon tidak dianggap sebagai
salah satu unsur campuran. Penambahan unsur didalam baja karbon dapat
dilakukan dengan satu unsur atau lebih dan tergantung pada karakteristik atau
sifat-sifat baja yang dibuat. Suatu kombinasi antara dua unsur atau lebih unsur
campuran memberikan sifat khusus dibandingkan dengan satu unsur campuran,
misalnya baja yang dicampur dengan kromium dan nikel akan menghasilkan baja
yang mempunyai sifat keras dan kenyal. Adapun pengaruh unsur-unsur campuran
terhadap sifat-sifat baja adalah sebagai berikut :
1. Baja karbon mempunyai kekuatan yang terbatas dan tegangan pada baja
yang berpenampang besar harus dikurangi. Kekuatan baja dapat dinaikkan
dengan menambah unsur campuran seperti nikel, mangan, dalam jumlah
yang kecil kedalam besi dan menguatkannya.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 4/46
20
2. Kekenyalan baja dapat diperoleh dengan menambah sedikit nikel yang
menyebabkan butiran-butirannya menjadi halus.
3. Ketahanan pemakaian baja dapat diperoleh dengan menambah unsur
penstabil karbid, misalnya kromium dan nikel sehingga terjadi penguraian
karbid. Cara lain untuk menghasilkan ketahanan pakai adalah dengan
menambah nikel atau mangan agar transformasi temperatur rendah, dan
akan menyebabkan pembentukan austenit dengan jalan pendinginan. Baja
paduan ini dilakukan pengerjaan panas untuk kekerasan dan ketahanan.
4. Kekerasan dan kekuatan baja karbon akan mulai turun bila temperatur
mencapai 2500 ºC. Ketahanan panas dapat diperoleh dengan menaikkan
temperatur transformasi dengan cara menambahkan krom dan wolfram
atau dengan merendahkan temperatur transformasi dengan menambahkan
nikel yang menghasilkan suatu struktur austenit setelah dilakukan
pendinginan. Pertumbuhan butiran berhubungan dengan pemanasan pada
temperatur tinggi tetapi dapat diimbangi dengan penambahan unsur nikel.
Unsur kromium cendrung menaikkan pertumbuhan butiran dan
penambahan nikel akan menyebabkan baja kromium tahan terhadap
temperatur tinggi. Agar dapat memperbaiki ketahanan baja terhadap beban
rangka maka ditambahkan sejumlah kecil molibdem.
5. Ketahanan baja terhadap tahan karat diperoleh dengan menambahkan unsur
krom sampai 12% sehingga membentuk lapisan tipis berupa oksida pada
permukaan baja untuk mengisolasikan antara besi dengan unsur-unsur
yang menyebabkan karatan. Baja tahan karat yang paling baik terutama
pada temperatur tinggi, yaitu diperoleh dengan cara menggunakan nikel
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 5/46
21
dan kromium bersama-sama untuk menghasilkan suatu struktur yang
berlapis
2.1.4 Coran Paduan Tembaga
Macam – macam coran tembaga adalah : perunggu, kuningan, kuningan
kekuatan tinggi, dan perunggu aluminium. Perunggu adalah paduan antara
tembaga dan timah. Perunggu yang biasa dipakai adalah mengandung kurang dari
15 % timah. Titik cairnya kira – kira 1000 ºC, sifat ketahanan korosi dan
ketahanan aus yang sangat baik. Perunggu digolongkan menjadi : perunggu
pospor yaitu perunggu yang ditambah pospor, perunggu timbal yaitu perunggu
yang ditambahkan timbal untuk memperbaiki sifat – sifatnya.
Kuningan adalah paduan antara tembaga dan seng, dan kuningan
kekuatan tinggi adalah paduan yang terdiri dari : Tembaga Aluminium, Besi,
Mangan, Nikel. Unsur – unsur tersebut ditambahkan untuk memperbaiki sifat –
sifatnya.
2.1.5 Coran Paduan Ringan
Coran paduan ringan adalah coran paduan aluminium, coran paduan
magnesium dan sebagainya. Aluminium murni mempunyai sifat mampu cor yang
sangat jelek, oleh karena itu digunakan paduan aluminium dengan penambahan
tembaga, silisium, mangan, dan nikel. Coran paduan aluminium adalah ringan dan
merupakan penghantar panas yang sangat baik.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 6/46
22
2.1.6 Coran Paduan Lainya
Paduan seng yang mengandung sedikit aluminium dipergunakan untuk
pengecoran cetakan. Logam monel adalah paduan nikel yang mengandung
tembaga serta mengandung molibdenum, krom, dan silikon. Paduan timbal adalah
paduan antara timbal, tembaga dan timah.
2.2 Struktur dan Sifat-sifat Baja Cor
2.2.1 Struktur coran baja
Baja karbon adalah paduan dari sistem besi-karbon. Kadar karbonnya
lebih rendah dari pada kadar karbon pada besi cor dan biasanya kurang dari
1,0%C. Sebagai unsur-unsur tambahan selain karbon, baja cor mengandung 0,20 -
0,70 Si, 0,5–100 % Mn, fosfor dibawah 0,06 dan belerang dibawah 0,06%.
Struktur mikro dari baja karbon yang mempunyai kadar karbon kurang
dari 0,8% terdiri dari ferit dan perlit. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah
jumlah perlit. Dalam hal ini apabila kadar karbon diatas 0,8% baja ini terdiri dari
perlit dan sementit yang terpisah. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah
jumlah sementit.
2.2.2 Sifat-sifat coran baja karbon
Kalau kadar karbon dari baja cor bertambah, kekutannya bertambah.
Penambahan mangan juga memberikan kekuatan tarik yang lebih tinggi tetapi
pengaruhnya kurang dibandingkan dengan karbon. Coran baja karbon biasanya
dilunakkan, dinormalkan dan ditemper sebelum dipakai. Dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 7/46
23
melunakkan, menormalkan coran baja karbon memberikan butir-butir halus dan
memberikan harga yang lebih tinggi untuk batas mulur dan serta kekuatan tarik.
Perbaikan dari sifat-sifat baja cor dengan jalan menormalkan sangat jelas
apabila kadar karbonnya lebih tinggi. Kalau coran baja ditemper pada 650 ºC
setelah dilunakkan, maka batas mulur, kekuatan tariknya menurun sedangkan
perpanjangan dan pengecilan luasnya lebih baik. Gambar 2.1 menunjukkan
pengaruh kadar karbon dan perlakuan panas pada sifat-sifat mekanis dari coran
baja karbon. Gambar 2.2 menunjukkan hasil pengujian tarik dari baja karbon yang
dinormalkan pada berbagai temperatur. Kekuatan baja karbon sangat turun, diatas
kira-kira 300 ºC. Perpanjangan dan pengecilan luas turun kalau temperatur
meningkat sampai 200 ºC dan naik diatas 200 ºC.
Untuk mengukur sifat-sifat mekanis dari baja cor karbon, batang uji
diambil dari bagian-bagian yang berhubungan dengan badan utama atau dari
coran yang terpisah dicor bersama-sama yang kemudian dilunakkan, dinormalkan
dan ditemper sebelum pengujian.
2.3 Struktur dan Sifat-sifat Baja Cor Khusus
Baja cor khusus terdiri dari cor paduan rendah dan baja cor paduan
tinggi yang dibuat dengan menambahkan macam-macam unsur paduan kepada
baja cor karbon. Mangan dan juga sisilium biasanya selalu tercampur waktu
pengolahan baja, sehingga dalam hal ini baja cor tidak dapat disebut baja cor
khusus, kecuali kalau unsur-unsur tersebut ditambahkan sebagai unsur paduan.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 8/46
24
Gambar 2.1 Pengaruh kandungan karbon dan perlakuan panas
pada sifat-sifat mekanik (Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 34)
Baja ini disebut baja paduan rendah apabila unsur paduannya
ditambahkan 1 – 2 % dan disebut baja paduan menengah apabila unsur paduannya
ditambahkan 2 – 5 % dan disebut baja paduan tinggi apabila unsur paduannya
diatas 5 %.
2.3.1 Baja cor paduan rendah
Baja cor dikeraskan dan dikuatkan dengan pencelupan dingin tetapi
mampu kerasnya agak buruk dan hanya kulitnya yang keras. Lapisan yang
mengeras menjadi lebih tebal dengan menambah Mn, Cr, Mo, atau Ni. Baja
tersebut boleh dikatakan mempunyai mampu keras yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena karbon larut dalam austenit yang menyebabkan baja menjadi
keras dengan pencelupan dingin.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 9/46
25
Gambar : 2.3 Data dari pengujian tarik panas
dari baja cor karbon dinormalkan
Gambar 2.2 Data dari pengujian tarik panas dari baja cor karbon dinormalkan(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 34)
Gambar 2.2 menunjukkan hubungan antara kekerasan yang tertinggi dari
berbagai baja yang dicelupkan terhadap berbagai kadar karbon. Kalau kadar
karbon rendah, kekerasan tertinggi akan bertambah dengan bertambahnya kadar
karbon, tetapi tidak demikian untuk kadar karbon lebih dari 0,5 - 0,6%. Hubungan
antara kadar karbon dan kekerasan ini dapat dipergunakan untuk baja karbon,
karena kekerasan yang tertinggi ditentukan oleh kadar karbon, sedangkan macam
atau kadar unsur paduan hanya memperdalam lapisan yang keras dan tidak
menambah kekerasan.
Dalam penormalan, walaupun baja mempunyai mampu keras tinggi akan
terhadap perbedaan kekerasan yang kecil antara permukaan dan bagian tengahnya.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 10/46
26
Tetapi kalau baja karbon dikeraskan dengan menambah unsur paduan maka
kekerasan baja yang dinormalkan bertambah sebanding dengan kekuatannya.
Gambar 2.3 Kadar karbon dan kekerasan maksimum baja setelah di celup dingin(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 35)
Pada umumnya sifat-sifat baja cor menjadi lebih buruk kalau massanya
bertambah. Karena massanya besar, bagian tengahnya mempunyai kekuatan dan
keuletan yang lebih buruk dibanding dengan kulitnya. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan dan perbandingan pembekuan. Kalau massa menjadi besar, dibagian
yang lebih dekat ke tengah, pembekuannya menjadi lebih lambat dan strukturnya
menjadi lemah. Baja cor paduan rendah terdiri dari beberapa macam seperti
diuraikan dibawah ini : baja cor mangan rendah dan baja cor krom mangan
mempunyai mampu keras yang lebih tinggi dari pada baja cor karbon biasa,
sehingga dengan pengolahan panas yang cocok didapat baja yang murni dan ulet.
Baja cor paduan karbon rendah dipergunakan untuk bagian-bagian mesin
yang memerlukan kekuatan dan keuletan, dan baja cor paduan karbon tinggi
dipakai untuk roda gigi karena sangat baik ketahanan ausnya.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 11/46
27
2.3.2 Baja cor tahan karat
Baja cor tahan karat adalah baja yang diperbaiki tahanan korosinya
dengan menambah nikel atau krom, dan ini akan memberikan katahanan korosi,
ketahanan panas dan ketahanan dingin yang baik sekali dibandingkan dengan baja
cor karbon biasa. Baja didalam air atau udara akan berkarat oleh oksidasi,
sedangkan baja paduan dengan kandungan krom lebih dari harga tertentu
mempunyai sifat pasif terhadap oksidasi dan bebas dari karat.
Kandungan krom yang banyak cenderung untuk membuat sifat pasif dan
kebanyakan baja tahan karat mengandung krom lebih dari 12%. Selanjutnya
apabila nikel ditambahkan, maka ketahanan korosi, keuletan pada temperatur
rendah, mampu olah dan mampu lasnya sangat diperbaiki. Baja tahan karat ini
dapat digolongkan menjadi baja tahan karat martensit, austenit dan ferit sesuai
dengan struktur mikronya.
Baja cor tahan karat martensit mempunyai mampu keras dan ketahanan
korosi yang paling baik dalam keadaan setelah dicelup dingin dan ditemper.
Contoh khas adalah baja cor yang mengandung 13% krom yang mempunyai
mampu keras sendiri dengan pengerasan alam yaitu pendinginan udara luar. Baja
ini cocok sekali untuk dipakai pada atmosfir yang bersifat korosi ringan dan cocok
untuk sesuatu yang memerlukan kekuatan, kekerasan dan ketahanan aus yang
tinggi, sebagai contoh sebagai saluran dan rumah-rumah untuk turbin.
Baja cor tahan karat austenit yang khas adalah baja cor 18 Cr-8 Ni yang
mempunyai katahanan korosi dan sifat mekanis yang baik. Struktur dari sistem
Fe-Ni-Cr menjadi austenit lengkap pada komposisi 18% Cr-18-Ni, dimana
ketahanan korosi yang terbaik tak akan didapat kecuali apabila karbon larut dalam
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 12/46
28
austenit dan tidak megendap secara terpisah. Oleh karena itu baja cor ini dipakai
setelah menjadi austenit seluruhnya dan kemudian didinginkan dalam air setelah
dipanaskan pada temperatur 1000 ºC-1100 ºC.
Baja cor tahan karat ferit mengandung krom lebih dari 16% tidak dapat
dikeraskan dengan jalan pencelupan dingin. Baja ini ketahanan korosinya lebih
kecil dibandingkan dengan baja tahan karat austenit, tetapi murah sehingga
dipergunakan untuk komponen-komponen yang adanya hubungannya dengan
industri kimia. Baja ini terutama baik sekali dalam ketahanan korosinya terhadap
asam nitrat. Tetapi baja yang mengandung krom lebih dari 18% akan kehilangan
keuletannya dan akibat pengelasan menjadi getas dan mudah patah.
2.3.3 Struktur dan Sifat-Sifat dari Baja Cor Tahan Panas
Umumnya, bahwa baja cor tahan panas adalah nama umum untuk baja
cor yang dipakai pada temperatur tinggi yaitu diatas 650 ºC. Terdiri dari baja cor
paduan tinggi dengan krom tinggi dan baja cor paduan tinggi dengan nikel tinggi
sesuai dengan komposisi kimianya. Perbedaan dengan baja cor tahan karat ialah
kandungan karbonnya lebih tinggi dan kekuatan yang tinggi pada temperatur
tinggi. Sifat-sfat yang harus dipunyai oleh baja cor tahan panas adalah sebagai
berikut :
1. Kestabilan permukaan (tahan korosi dan tahan asam yang baik)
2. Kekuatan jalar pada temperatur tinggi
3. Keuletan pada temperatur tinggi
4. Tahanan yang tinggi terhadap kelelahan panas
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 13/46
29
5. Tahanan yang tinggi terhadap kegetasan karena pengaruh bonan
6. Tahanan aus yang baik dan deformasi yang kecil
2.3.4 Struktur dan Sifat-Sifat Dari Baja Cor Mangan Tinggi
Baja cor mangan tinggi mengandung mangan 11 – 14 % dan karbon 0,9
- 1,2% dimana harga perbandingan antara Mn dan C kira-kira 10%. Struktur
setelah dicor sangat getas karena karbit mengendap pada batas butir austenit,
sedangkan struktur yang dicelup dingin dalam air dari 1000 ºC menjadi austenit
seluruhnya dan keuletannya menjadi lebih baik. Kekerasan baja ini kira-kira 200
HB.
Tetapi dapat dikeraskan sampai kira-kira 550 HB dengan penempatan
berulang-ulang dan pengerjaan dingin. Oleh karena itu ia mempunyai tahanan
tinggi terhadap keausan dibawah beban lentur, dengan demikian ia dapat dipakai
sebagai bahan penghancur, lapisan dari gilingan bola silangan rel dan seterusnya.
2.4 Dapur Induksi
PT. Karya Deli Stellindo menggunakan dapur induksi untuk
menghasilkan baja. dapur induksi mempunyai prinsip transformator yaitu arus
bolak-balik dapat ditransformatorkan atau dapat mengubah tenaga arus bolak-
balik dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah dengan arus yang tinggi.
Dapur induksi mempergunakan tiga kumparan dengan mempergunakan
arus berputar. Inti tidak dipergunakan pada dapur ini dan sebagai ganti inti
dipergunakan cairan baja. Dapur ini mempergunakan arus liar yang kuat yang
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 14/46
30
dialirkan kedalam cairan baja untuk dirubah menjadi panas, sehingga panas yang
dihasilkan dapat digunakan untuk melebur logam/baja.
Kesukaran yang timbul dalam mempergunakan dapur adalah merubah
frekuensi tinggi menjadi frekuensi terbatas atau rendah. Lilitan primer terbuat dari
tembaga yang dibuat berlubang untuk aliran air pendingin. Dinding dapur ini
terbuat dari campuran asbes dengan semen dan untuk dapur yang besar (muatan
lebih dari 1 ton) terbuat dari kayu berlapis asbes atau bahan non magnet yang
tidak panas/cair karena arus listrik.
Dapur ini dilengkapi dengan mekanik pengungkit agar mudah
mengeluarkan isi dapur setelah selesai proses pembuatan baja. Cara kerjanya
dapur sebagai berikut, pertama sekali dilakukan pengisian dapur dengan baja
rongsokan/bekas setelah terlebih dahulu dipilih dan diketahui campuran unsur-
unsurnya karena pada waktu proses berlangsung sangat sukar untuk mengadakan
analisa kimianya disebabkan proses didalam dapur waktunya sangat pendek ±20
menit.
Setelah bahan-bahan dimasukkan arus listrik frekuensi tinggi mengalir
ke lilitan primer sehingga didapat arus liar yang kuat dan seterusnya dialirkan ke
muatan/bahan yang akan menimbulkan panas karena tahanan didalam dapur.
Panas yang timbul didalam dapur digunakan untuk melebur logam dan setelah
terjadi pencairan didalam dapur, pemanasan tetap dilakukan sampai pada
temperatur yang dimestikan untuk pengeluaran baja yang diproses yang gunanya
untuk dioksidasi cairan baja. Sewaktu pencairan baja terjadi maka terak cair dan
bahan-bahan non metal berada dibagian atas cairan dan terak cair dan non metal
yang timbul keatas dikeluarkan dari dalam dapur.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 15/46
31
Didalam dapur ini terak cair tidak dapat diyakini (tidak sempurna)
menutupi cairan sehingga kemugkinan dapat timbul oksidasi pada cairan. Untuk
mencegah terjadinya oksidasi pada cairan baja didalam dapur, maka pada
permukaan cairan dimasukkan gas reduksi. Setelah proses didalam dapur selesai,
maka baja cair dikeluarkan dari dalam dapur yang ditampung oleh ladel untuk
dibawa ketempat penyelesaian selanjutnya.
Gambar 2.4 Tanur induksi jenis kruss(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 146)
2.5 Bentuk dan Ukuran Coran
Dalam pengecoran bentuk dan ukuran yang sembarang dapat diizinkan,
tetapi dalam beberapa hal produk-produk sukar dibuat dan mempunyai cacat yang
tergantung pada bentuk dan ukurannya, sehingga kadang-kadang coran menjadi
mahal. Oleh karena itu pertimbangan yang teliti tidak dapat dihindarkan.
Pertama, bentuk dari pola hendaknya mudah dibuat. Pola yang sukar
dibuat membutuhkan waktu dan biaya yang banyak. Pola harus sederhana kecuali
jika pengerjaannya memang memerlukan kerumitan.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 16/46
32
Kedua, cetakan dari coran hendaknya mudah. Terutama harus dihindari
bentuk-bentuk yang tidak dapat dicetak dengan cup dan drag saja atau kalau
mungkin lebih baik tidak dengan permukaan pisau yang rumit.
Ketiga, cetakan hendaknya tidak menyebabkan berbagai cacat dalam
coran. Cetakan tidak didinginkan kalau menyebabkan cacat dalam penuangan dan
pembekuan walaupun pembuatan cetakan mudah.
Dalam beberapa hal, coran menjadi lebih mudah dibuat dan cacatnya
hilang apabila bentuk dan ukurannya dirubah sedikit. Oleh karena itu sangat
penting bahwa pembuat dan perencana tetap bekerja sama agar coran mudah
dibuat dan tanpa cacat.
2.5.1 Bentuk standar dan ukuran coran
Ukuran coran harus ditentukan sehingga coran mudah dibuat. Dinding
yang tipis dapat membuat cetakan retak dan coran yang tidak baik, maka tebal
minimum harus dipilih sesuai dengan bahannya. Pada tabel 2.1 menunjukkan
tebal minimum dari coran pasir.
Tabel 2.1 Ketebalan minimum dinding cetakan pasir
Bahan
Ukuran Coran (mm)
Kurang
dari 200 200 – 400 400 – 800 800 – 1250 1250 – 2000 2000 – 3200
Besi cor
Kelabu3 4 5 8 8 10
Besi cor
bergrafit
bulat
5 – 6 6 – 8 8 – 10 10 – 12 12 – 16 16 – 20
Baja cor 5 6 8 10 12 16
Baja tahankarat
8 10 12 16 20 25
Brons &
kuningan2 2,5 3 4 5 6
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 17/46
33
Kuningan
tegangan
tinggi
3 4 5 6 8 10
Paduan
aluminium2 – 3 2,5 – 4 3 – 5 4 – 6 5 – 8 6 – 10
(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 46)
Lubang berinti dari suatu coran harus diperhatikan mengenai bentuk,
ukuran dan panjangnya. Untuk lubang yang sempit dan panjang, inti akan
terpanaskan lanjut dan terjadi fusi, maka gas dari pasir akan membentuk rongga
udara. Oleh karena itu lubang inti sebaiknya tidak terlalu panjang dan sempit.
2.6 Pengecoran dengan Cetakan Pasir
Proses pengecoran yang paling seering dipakai adalah proses pengecoran
dengan menggunakan pasir sebagai bahan cetakan. Hal ini disebabkan beberapa
faktor antara lain Pembuatan cetakan yang relatif mudah, biaya pembuatan yang
rendah, dan dapat mengecor benda yang berukuran besar.
Cetakan pasir dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain cetakan pasir
basah, cetakan pasir kering, cetakan sapuan dan cetakan CO2. Cetakan basah yaitu
cetakan yang dibuat dari pasir yang mengandung kadar air. Karena itu cetakan ini
mempunyai resiko cacat yang besar diakibatkan terperangkapnya uap air didalam
rongga cetakan.
2.6.1 Syarat – Syarat Pasir Cetak
Sifat-sifat pasir cetak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga paduan dalam pembuatan cetakan
dengan kekuatan yang cocok. Cetakan yang dihasilkan harus kuat sehingga
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 18/46
34
tidak rusak karena dipindah-pindah dan dapat menahan logam cair waktu
dituangnya kedalam. Karena itu kekuatannya pada temperatur kamar dan
kekuatan panasnya sangat diperlukan.
b. Permeabilitas yang cocok. Dikuatirkan bahwa hasil coran mempunyai cacat
seperti rongga penyusutan, gelembung gas atau kekasaran permukaan, kecuali
jika udara atau gas yang terjadi dalam cetakan waktu penuangan disalurkan
melalui rongga-rongga diantara butiran pasir keluar dari cetakan dengan
kecepatan yang cocok.
c. Distribusi besar butir yang cocok. Permukaan coran diperhalus kalau coran
dibuat dalam cetakan yang berbutir halus. Tetapi kalau butiran pasir terlalu
halus, gas dicegah keluar dan membuat cacat, yaitu gelembung udara.
Distribusi besar butir harus cocok mengingat dua syarat tersebut yang diatas.
d. Tahan terhadap temperatur logam yang dituang. Temperatur penuangan yang
biasa untuk bermacam-macam coran dinyatakan dalam tabel 2.2. Butir pasir
dan pengikat harus mempunyai derajat tahan api tertentu terhadap temperatur
tinggi, kalau logam cair dengan temperatur tinggi ini dituang kedalam cetakan.
e. Komposisi yang cocok. Butir pasir bersentuhan dengan logam yang dituang
mengalami peristiwa kimia dan fisika karena logam cair mempunyai
temperatur yang tinggi. Bahan-bahan yang tercampur yang mungkin
menghasilkan gas atau larut dalam logam adalah tidak dikehendaki.
f. Mampu dipakai lagi. Pasir yang telah digunakan sebaiknya dapat didaur ulang
atau digunakan kembali. Butir-butir pasir sebaiknya tidak pecah akibat panas
yang tinggi serta sifat-sifat mekanisnya tidak berubah.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 19/46
35
g. Pasir harus murah. Pasir harus mudah didapatkan, murah dan tidak
memerlukan perlakuan tambahan, misalnya pegayakan.
Tabel 2.2 Temperatur penuangan untuk berbagai coran
Macam Coran Temperatur Penuangan (0C)
Paduan ringan 650 – 750
Brons 1100 – 1250
Kuningan 950 – 1100
Besi cor 1250 – 1450
Baja cor 1630 – 1650
( Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit PT. Pradya Paramita, Jakarta, 1986, hal 109)
2.6.2 Macam-macam pasir cetak
Pasir cetak yang paling lazim dipakai adalah pasir gunung, pasir pantai,
pasir sungai dan pasi silica yang disediakan alam. Beberapa dari pasir tersebut
dipakai begitu saja dan yang lain dipakai setelah dipecah menjadi butir-butir
dengan ukuran yang cocok. Kalau pasir mempunyai kadar lempung yang cocok
dan bersifat adhesi mereka dipakai begitu saja, sedangkan kalau sifat adhesinya
kurang, maka perlu ditambah lempung. Kadang-kadang berbagai pengikat
dibutuhkan juga disamping lempung.
Umumnya pasir yang mempunyai kadar lempung dibawah 10 sampai 20%
mempunyai adhesi yang lemah dan baru dapat dipakai setelah ditambahkan
persentase lempung secukupnya. Pasir silica (SiO2) merupakan pasir yang terbaik
karena dapat menahan temperatur tinggi tanpa terurai atau leleh. Pasir silika
biasanya murah, mempunyai umur panjang, bentuk dan ukuran bermacam-macam
hingga dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. tetapi kerugiannya adalah
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 20/46
36
mempunyai koefisien muai yang tinggi dan cenderung untuk ikut bersatu
(menempel) dengan logam.
Disamping itu pasir ini banyak mengandung debu oleh karena itu
membahayakan kesehatan kerja. Disamping pasir silica dapat pula dipakai pasir
zircon (ZrSiO2) yang berwarna kuning dan kegunaan utama adalah untuk
pengecoran dan bagian permukaan rongga cetakan. Sifat-sifat yang dimiliki
adalah konduktivitas panas yang tinggi dan halus, disamping itu tidak meleleh
bersama logam cair (not fusing).
Pengunaan pasir ditentukan dari ukuran butiran pasir. Untuk ukuran benda
kerja yang kecil dan bentuknya liku-liku maka butiran pasir berukuran kecil harus
dipergunakan supaya bentuk detail dari benda kerja dapat sempurna diperoleh.
Sedangkan makin besar benda yang harus dicor, maka makin besar pula ukuran
butiran pasir yang harus dipakai, karena makin besar ukuran pasir makin
memudahkan gas-gas terbentuk keluar, disamping ketelitian dan permukaan yang
dicapai pun tidak terlalu tinggi.
Suatu bentuk yang tidak teratur serta tajam dari butir-butir pasir lebih
disukai untuk pembuatan cetakan, karena hal ini menjamin ikatan yang lebih kuat
dari suatu butir pasir lainnya hingga cetakan menjadi kuat dalam menahan tekanan
logam cair yang dicorkan.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 21/46
37
2.6.3 Susunan Pasir Cetak
1. Bentuk butir dari pasir cetak digolongkan menjadi butir pasir bundar,
butir pasir sebagian bersudut, butir pasir bersudut, butir pasir kristal. Dari
diantara jenis butiran pasir diatas yang paling banyak adalah jenis butir
pasir bulat, karena memerlukan jumlah pengikat yang lebih sedikit.
2. Tanah lempung adalah terdiri dari kaolinit, ilit dan non morilonit, juga
kwarsa jika ditambah air maka akan menjadi lengket, dan jika diberikan
lebih banyak air akan menjadi seperti pasta. Ukuran butir dari tanah
lempung 0,005 – 0,02 mm, kadang – kadang dibutuhkan bentonit juga
yaitu merupakan sejenis dari tanah lempung dengan besar butiran yang
sangat halus 0,01 -10 µm dan fasa penyusutnya adalah monmorilonit.
3. Pengikat lain
Inti sering dibuat dari pasir yang dibubuhi minyak nabati pengering 1,5 -3
% dan dipanggang pada temperatur 200 – 250 ºC, sehingga disebut inti
pasir minyak. Inti ini tidak menyerap air dan mudah dibongkar. Sebagai
tambahan pada tanah lempung kasang – kadang dibubuhkan dekstrin yang
dibuat dari kanji sebagai bahan pembantu. Dekstrin bersifat lekat
meskipun kadar air nya rendah. Selain itu,resin ,air kaca, atau semen
digunakan sebagai pengikat khusus.
2.6.4 Sifat – Sifat Pasir Cetak
2.6.4.1 Sifat – sifat pasir cetak basah
Pasir cetak yang diikat dengan tanah lempung atau bentonit
menunjukkan berbagai sifat sesuai dengan kadar air, oleh karena itu pengaturan
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 22/46
38
kadar air adalah faktor yang penting untuk pasir cetak. Hubungan antara kadar air
dengan berbagai sifat yang terjadi dengan pengikat bentonit ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
Titik maksimum dari kekuatan dan permeabilitas adalah keadaan dimana
butir – butir pasir dikelilingi oleh campuran tanah lempung dan air dengan
ketebalan tertentu. Dengan kelebihan kadar air kekuatan dan permeabilitas akan
menurun karena ruangan antara butir – butir ditempati oleh lempung yang
berlebihan air. Air yang tidak cukup akan menurunkan kekuatan karena kurang
lekatnya lempung.
Gambar 2.5 Pengaruh kadar air dan kadar lempung(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 112)
Hubungan antara kadar air, kekuatan dan permeabilitas dari pasir cetak
yang diikat dengan bentonit dapat dilihat pada gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 23/46
39
Gambar 2.6 Pengaruh kadar air dan bentonit pada pasir diikat bentonit(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 112)
Bila kadar air bertambah kekuatan dan permebilitas naik sampai titik
maksimum dan akan menurun kalau air bertambah terus. Untuk pasir dengan
pengikat benonit, kadar air yang menyebabkan kekuatan basah maksimum dan
yang menyebabkan permeabilitas maksimum sangat berdekatan.
2.6.4.2 Sifat- sifat kering
Pasir dengan pengikat pasir dan bentonit yang dikeringkan mempunyai
kekuatan dan permeabilitas yang meningkat dibandingkan dengan kekuatan basah,
karena air bebas dan air di absorbsi pada pemukaan tanah lempung dihilangkan,
faktor yang memberikan pengaruh sangat besar pada sifat – sifat kering adalah
kadar air sebelum pengeringan.
2.6.4.3 Sifat – sifat penguatan oleh udara
Sifat yang berubah antara pembuatan cetakan dan penuangan disebut
penguatan oleh udara, yang disebabkan oleh pergerakan air dalam cetakan dan
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 24/46
40
penguapan air dari pemukaan cetakan, yang meninggikan kekerasan permukaan
cetakan. Derajat kenaikan kekerasan tergantunag pada sifat campuran pasir,
derajat pemadatan dan keadaan sekeliling cetakan (temperatur udara luar, dan
kelembaban).
2.6.4.4 Sifat – sifat panas
Cetakan mengalami temperatur tinggi dan tekanan tinggi dari logam cair
pada waktu penuangan. Sehingga pemuaian panas, kekuatan panas, perubahan
bentu panas perlu diketahui.
a. Pemuain Panas
Pemuaian panas berubah sesuai dengan jenis pasir cetak, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2.7 Pemuaian panas bermacam – macam pasir(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 113)
Pasir pantai dan pasir gunung mempunyai pemuaian panas yang lebih
kecil dibanding dengan pasir silica, sedangkan pasir olivin dan pasir
sirkon yang mempunyai pemuaian pamanas sangat kecil. Pemuaian panas
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 25/46
41
bertambah sebanding dengan kadar air dari pasir dan menurun kalau kadar
yang dapat terbakar bertambah.
b. Kekuatan Panas
Kekuatan panas berubah – ubah sesuai dengan pasir cetak yang
dipengaruhi oleh adanya kadar tanah lempung, distribusi besar dan berat
jenis. Gambar 2.8 berikut ini menunjukkan kekuatan tekan panas dari pasir
cetak.
Gambar 2.8 Kekuatan tekan panas dari pasir cetak (Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 114)
Pasir dengan butir tidak seragam dapat dipadatkan sehingga mempunyai
berta jenis yang tinggi, mempunyai permukaan sentuh yang luas dengan
butir – butir tetangganya dan mempunyai kekuatan panas yang tinggi.
c. Perubahan Bentuk Panas
Perubahan bentuk panas disebut kemampuan absorbsi pemuaian panas
pada penuangan logam cair kedalam cetakan. Perubahan bentuk akan
bertambah apabila besar butir mengecil dan kadar tanah lempung,
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 26/46
42
tambahan khusus dan kadar airnya bertambah. Perubahan kekuatan pasir
cetak dapat dilihat dari gambar 2.9
Gambar 2.9 Deformasi panas dari pasir cetak (Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 144)
2.7 Pola
Pola adalah bentuk dari benda coran yang akan digunakan dalam
pembuatan rongga cetakan. Pola yang digunakan dalam pembuatan cetakan terdiri
dari pola logam dan pola kayu. Pola logam digunakan untuk menjaga ketelitian
ukuran coran, terutama pada produksi massal, dan bisa tahan lama dan
produktifitasnya lebih tinggi. Pola kayu dibuat dari kayu, murah, cepat,
pembuatan dan pengolahanya lebih mudah dibanding cetakan logam. Oleh karena
itu pola kayu lebih cocok digunakan dalam cetakan pasir. Pemilihan pola
bergantung beberapa faktor seperti :
1. Kebutuhan penanganan, seperti jumlah, kualitas, ketebalan yang
dibutuhkan derajat keakuratan dan penyelesaian akhir.
2. Kemudahan dalam pembentukan.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 27/46
43
3. Jenis dari proses pencetakan dan tipe cetakan dan peralatan yang
dibutuhkan.
4. Kemampuan pakai kembali. Untuk mendapatkan pola yang baik, maka
bahan material harus :
1. Mudah dikerjakan, dibentuk dan digabungkan.
2. Berat yang ringan sehingga mudah dalam penanganan.
3. Kuat, keras, dan tahan lama.
4. Tahan pada pemakaian dan pengikisan, korosi dan pengaruh
bahan kimia.
5. Ukuran yang stabil dan tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur.
6. Biaya yang murah.
7. Dapat diperbaiki atau bahkan pemakain ulang.
8. Permukaan yang baik setelah finising.
Bahan dari pola logam bisa bermacam–macam sesuai dengan
penggunaannya sebagai contoh, logam tahan panas seperti ; besi cor, baja cor dan
paduan tembaga adalah cocok untuk pola pada pembuatan cetakan kulit,
sedangkan paduan ringan adalah mudah diolah dan dipilih untuk pola yang
dipergunakan dalam masa produksi dimana pembuatan cetakan dilakukan dengan
tangan.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan pola adalah
mengubah gambar benda menjadi gambar pengecoran dengan penambahan
ukuran akibat pertimbangan tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian
dengan mesin. Kemudian gambar pengecoran dibuat menjadi bentuk dan ukuran
pola penetapan kup, drag dan permukaan pisah adalah yang paling penting untuk
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 28/46
44
mendapatkan hasil coran yang baik. Dalam hal ini dibutuhkan pengalaman dan
pada umumnya harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain:
1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan.
2. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapatkan aliran logam
cair yang optimum.
3. Permukaan pisah lebih baik hanya satu bidang, karena permukaan pisah
yang terlalu banyak akan mengahabiskan terlalu banyak waktu dalam
proses.
2.7.1 Telapak Inti
Inti biasanya mempunyai telapak inti yang bertujuan sebagai berikut :
1. Tujuan dari telapak inti
a. Menempatkan inti, membawa dan menentukan letak dari inti. Ada
dasarnya dibuat dengan menyisipkan bagian dari inti.
b. Menyalurkan udara dan gas – gas dari cetakan yang keluar dari inti
c. Memegang inti, mencegah bergesernya inti dan menahan inti dari gaya
apung dari logam cair.
2. Macam dari telapak inti
Berdasarkan bentuknya telapak inti dapat digolongkan menjadi :
a. Telapak inti mendatar bertumpu dua, dalam hal ini inti dipasang mendatar
dan ditumpu pada kedua ujungnya.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 29/46
45
Gambar 2.10 Telapak inti mendatar bertumpu dua(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 55)
b. Telapak inti dasar tegak, inti ditahan tegak oleh telapak inti pada alasanya
yang cukup menstabilkan inti
Gambar 2.11 Telapak inti dasar tegak (Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 55)
c. Telapak inti tegak bertumpu dua, telapak inti dipasang pada drag dan kup
untuk mencegah jatuhnya inti.
Gambar 2.12 Telapak inti tegak bertumpu dua(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 55)
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 30/46
46
d. Telapak inti untuk penghalang ( sebahagian ). Pola ini tidak dapat ditarik
kearah tegak lurus pada permukaan pisah karena ada tonjolan yang jauh
dari permukaan pisah.
Gambar 2.13 Telapak inti sebahagian(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 55)
2.7.2 Macam – Macam Pola
Pola mempunyai berbagai macam bentuk. Pada pemilihan macam pola,
harus diperhatikan produktifitas, kualitas coran dan harga pola.
1. Pola pejal yaitu pola yang biasa dipakai, dimana bentuknya hampir serupa
dengan bentuk coran. Pola pejal terdiri dari :
a. Pola tunggal. Bentuknya serupa dengan coranya, disamping itu kecuali
tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin dan kemiringan pola
terkadang dibuat menjadi satu dengan telapak inti.
Gambar 2.14 Pola tunggal
(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 57)
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 31/46
47
b. Pola belahan. Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan
cetakan. Permukaan pisahnya bila memungkinkan harus dibuat menjadi
satu.
Gambar 2.15 Pola belahan(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 57)
c. Pola setengah . Pola ini dibuat untuk membuat cetakan dimana kup dan
dragnya simetri dengan permukaan pisah.
Gambar 2.16 Pola setengah(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 57)
d. Pola belahan banyak. Pola dibagi menjadi tiga atau lebih untuk
memudahkan penarikan dari cetakan dan penyederhanaan pemasangan
inti.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 32/46
48
Gambar 2.17 Pola belahan banyak (Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 57)
2. Pola pelat pasang. Merupakan pelat dimana pada kedua belahnya
ditempelkan pola demikian juga saluran turun pengalir, saluran masuk dan
penambah biasanya dibuat dari logam dan plastik.
Gambar 2.18 Pola pelat pasang(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 58)
3. Pola pelat kup dan drag. Pola diletakkan pada dua pelat demikan juga saluran
turun, pengalir, saluran masuk dan penambah. Pelat tersebut adalah pelat kup
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 33/46
49
dan drag. Kedua pelat dipegang oleh pena agar bagian atas dan bawah dari
coran menjadi cocok.
Gambar 2.19 Pola pelat kup(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 58)
2.7.3 Bahan – Bahan Pola
Bahan – bahan yanga dipakai untuk pola antara lain :
1. Kayu
Kayu yang umum dipakai untuk pembuatan pola adalah kayu jeluntung,
saru, jati, aras, pinus dan mahoni. Pemilihan kayu tergantung pada macam dan
ukuran pola, jumlah produksi, dan lamanya dipakai. Kayu dengan kadar air
lebih 14% tidak dapat dipakai karena akan terjadi korosi yng disebabkan
perubahan kadar air dari kayu. Kadang - kadang suhu udara luar harus
diperhitungkan dan ini tergantung pada daerah dimana pola itu dipakai.
2. Resin sintetis
Dari berbagai macam resin sinteis, hanya resin epoksid yang banyak
dipakai. Bahan ini mempunyai sifat – sifat penyusutan yang kecil pada waktu
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 34/46
50
mengeras, tahan aus yang tinggi, memberikan pengaruh yang lebih baik
dengan penambah pengencer, zat pemelastis atau zat penggemuk menurut
penggunanya.
Resin polisterena dipakai sebagai bahan untuk pola yang dibuang setelah
dipakai dalam cara pembuatan yang lengkap. Pola dibuat dengan
menambahkan zat pembuat busa pada polistirena untuk membuat berbutir,
bentuk dan membuat busa. Berat jenisnya yang sangat kecil yaitu 0.02 – 0.04
dan resin ini mudah dikerjakan, tetapi tidak dapat menahan pengunaan yang
berulang – ulang sebagai pola.
Resin Epoksid dipakai untuk coran yang kecil – kecil dari suatu
produksi. Terutama sangat memudahkan rangkapnya dapat diperoleh dari pola
kayu atau pola plaster.
3. Bahan untuk pola logam
Bahan yang dipakai untuk pola logam adalah besi cor. Umumnya
digunakan besi cor kelabu, karena sangat tahan aus, tahan panas dan tidak
mahal. Kadang – kadang besi cor liat dipakai agar lebih kuat. Paduan tembaga
juga sering dipakai untuk pola cetakan kulit agar dapat memanaskan cetakan
yang tebal secara merata.
2.7.4 Perencanaan Pola
Dalam perencanaan pola untuk pengecoran harus mempertimbangkan
banyak faktor. Faktor – faktor tersebut yaitu:
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 35/46
51
1. Penyusutan
Semua logam yang mendingin maka akan mengecil (menyusut). Setiap
bahan logam derajat penyusutam ini tidak sama tergantung dari jenis dan
komposisi material tersebut.
2. Sudut miring (Draft)
Pada waktu model ditarik dari cetakan maka ada kecenderungan
terjadinya rontokan tepi rongga yang sebelumnya kontak dengan model.
Kecendrungan ini dapat dihilangkan atau dikurangi dengan menggunakan
sudut miring pada sisi model yang pararel dengan arah penarikan.
3. Kelebihan untuk permesinan (allowance for machining)
Pada gambar teknik dicamtumkan tanda – tanda pada semua permukaan
yang dikerjakan lanjut, terlebih pada produk yang proses pengerjaan mulanya
adalah pengecoran. Dari gambar pembuat model akan mengetahui bentuk
akhir dari produk, hingga dapat menambahkan berapa besar tambahan /
kelebihan yang harus diberikan untuk proses lanjut.
4. Distorsi
Kompensasi / kelebihan untuk distorsi hanya diberikan pada benda –
benda tuangan yang akan mengalami gangguan gerak dalam melakukan
penyusutan waktu pendinginan.
5. Goyangan
Pada waktu menarik model yang sering dilakukan sedikit goyangan
cetakan sedikit kekiri dan kekanan, meskipun hal ini sering dilakukan tanpa
sengaja. Hal ini cukup memberikan pembesaran pada rongga cetakan yang
kecil serta permukaan hasil cetakan tidak dikerjakan lanjut, maka hal ini perlu
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 36/46
52
diperhitungkan yaitu dengan sedikit memperkecil sedikit ukuran dari model,
sesuai batas toleransi ukuran yang masih dapat ditolerir.
2.8 Rencana Pengecoran
Pada pembuatan cetakan harus diperhatikan sistem saluran yang
mengalirkan cairan logam kedalam cetakan.besar dan bentuknya ditentukan oleh
ukuran tebalnya irisan dan macam logam yang dicairkan. Kualitas coran juga
tergantung dari sistem saluran coran dan keadaan penuanggan.
2.8.1 Istilah – Istilah dan Fungsi Dari Sistem Saluran
Sistem saluran adalah jalan masuk cairan logam yang dituangkan
kedalam rongga cetakan. Cawan tuang merupakan penerima cairan logam
langsung dari ladel. Saluran turun adalah saluran yang pertama membawa cairan
logam dari cawan tuang kedalam pengalir dan saluran masuk ke dalam cetakan.
Pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran turun ke bagian –
bagian yang cocok pada cetakan. Saluran masuk adalah saluran yang mengisikan
logam cair dari pengalir ke dalam rongga cetakan.
Gambar 2.20 Istilah – istilah sistem pengisian(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 65)
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 37/46
53
2.8.2 Bentuk dan Bagian – Bagian Sistem Saluran
1. Saluran turun
Saluran turun dibuat lurus dan tegak dan irisan berupa lingkaran. Kadang
– kadang irisanya dari atas sampai bawah, atau mengecil dari atas ke bawah. Yang
kedua dipakai apabila diperlukan penahan kotoran sebanyak mungkin. Saluran
turun dibuat dengan melubangi cetakan dengan menggunakan suatu batang atau
dengan memasang bumbung tahan panas.
2. Cawan tuang
Cawan tuang berbentuk corong dengan saluran turun dibawahnya.
Konstruksinya harus tidak dapat dilalui oleh kotoran yang terbawa dalam logam
cair. Oleh karena itu cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal. Cawan tuang
dilengkapi dengan inti pemisah, dimana logam cair dituangkan disebelah kiri
saluran tuang. Dengan demikian inti pemisah akan penahan terak atau kotoran,
sedangkan logam bersih akan lewat dibawahnya kemudian masuk ke saluran
turun. Terkadang satu sumbat ditempatkan pada jalan masuk dari saluran turun
agar aliran dari logam cair pada saluran masuk cawan tuang selalu terisi. Dengan
demikain kotoran dan terak akan terapung pada permukaan dan terhalang untuk
masuk kedalam saluran turun.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 38/46
54
Gambar 2.21 Ukuran cawan tuang(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 144)
3. Pengalir
Pengalir mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah lingkaran,
sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukaan pisah dan juga pengalir
mempunyai luas permukaan terkecil untuk satu luasan tertentu, sehingga lebih
efektif untuk pendinginan yang lambat.
Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran yang terapung
terutama pada permulaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan untuk
membuang kotoran tersebut. Ada beberpa cara untuk membuang kotoran tersebut
yaitu sebagai berikut :
a. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir.
b. Membuat kolam putaran pada tengah saluran pengalir (dibawah saluran
turun)
c. Membuat saluran turun bantu dan membuat penyaring
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 39/46
55
Tabel 2.3 Ukuran Pengalir
(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 67)
Gambar 2.22 Perpanjangan Pengalir
4. Saluran masuk
Saluran masuk dibuat irisan yang lebih kecil daripada irisan pengalir,
agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk irisan yang
membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya cetakan.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 40/46
56
Gambar 2.23 Sistem saluran masuk
2.8.3 Penambah
Penambah adalah memberi logam cair unrtuk mengimbagi penyusutan
dalam pembekuan coran, sehingga penambah harus membeku lebih lambat
daripada coran, bila penambah terlalu besar maka presentasi terpakai akan
dikurangi, dan bila penambah terlalu kecil akan terjadi rongga penyusutan. Karena
itu penambah harus mempunyai ukuran yang cocok.
Penambah digolongkan menjadi dua macam : penambah samping dan
penambah atas. Penambah samping merupakan penambah yang dipasang
disamping coran, dan langsung dhubungkan dengan saluran turun dan pengalir,
sangat efektif untuk coran ukuran kecil dan menengah. Penambah atas merupakan
penambah yang dipasang diatas coran, biasanya berbentuk silinder dan
mempunyai ukuran besar.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 41/46
57
Gambar 2.24 Penambah samping dan Penambah atas(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 78)
2.9 Penuangan Logam Cair
Peleburan baja cor banyak menggunakan tanur llistrik dibandingkan
dengan tanur perapian terbuka (open hearth furnance), ini dikarenakan biaya
peleburan yang murah.peleburan dengan busur api listrik dibagi menjadi dua
macam proses yaitu pertama proses asm dan kedua proses basa. Cara pertama
dipakai untuk peleburan sekrap baja yang berkualitas tinggi sedangkan cara kedua
dipakai untuk memleburkan baja dengan kualitas biasa.
Dalam peleburan baja selain pengaturan komposisi kimia dan
temperatur, perlu juga mengatur absorbsi gas, jumlah dan macam inklusi bukan
logam. Untuk menghilangkan gas ditambahkan biji besi atau tepung kerak besi
selama proses reduksi.
Cairan baja yang dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel dan
dituangkan kedalam cetakan.ladel mempunyai irisan beberapa lingkaran dimana
diameternya hampir sama dengan tingginya. Untuk coran besar dipergunakan
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 42/46
58
ladel jenis penyumbat seperti pada gambar, sedangkan untuk coran kecil
dipergunakan jenis ladel yang dapat dimiringkan.
Gambar 2.25 Ladel jenis penyumbat(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 167)
Ladel dilapisi oleh bata samot atau bata tahan api yang mempunyai pori
– pori kecil, penyusutn kecil dan homogen. Nosel atas dan penyumbat dibuat dari
bahan agalmatolit kadang – kadang dibuat juga dari bata karbon. Panjang nosel
dibuat cukup panjang agar membentuk tumpahan yang halus tanpa cipratan.
Ladel harus dalam keadaan kering yang dikeringkan lebih dahulu oleh burner
minyak residu sebelum dipakai.
Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan
kecepatan penuangan dan cara penuangan. Temperatur penuangan berubah
menurut kadar karbon dalam cairan baja seperti ditunjukka pada grafik berikut.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 43/46
59
Gambar 2.26 Temperatur penuangan yang disarankan(Sumber : Prof. Ir. Tata Surdia M.S Met E, Prof. Dr. Kenji Chijiiwa, Teknik Pengecoran Logam, Penerbit
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal 167)
Kecepatan penuangan umumnya diambil sedemikian sehingga terjadi
penungan yang tenang agar mencegah cacat coran seperti retak – retak dan
sebagaiya. Kecepatan penuangan yang rendah menyebabkan kecairan yang buruk,
kandungan gas oksidasi karena udara, dan ketelitian permukaan yang buruk. Oleh
karena itu kecepatan penuangan yang cocok harus ditentukan mengingat macam
cairan, ukuran coran dan cetakan.
Cara penuangan secara kasar digolongkan menjadi dua yaitu penuangan
atas dan penuangan bawah. Penuangan bawah memberikan kecepatan naik yang
kecil dari cairan baja dengan aliran yang tenang. Penuangan atas menyebabkan
kecepatan tuang yang tinggi dan menghasilkan permukaan yang kasar karena
cipratan. Pada saat permulaan penuagan laju penuangan harus rendah dan
perlahan –lahan dinaikkan. Dalam penempatan nosel diusahakan agar tidak
menyentuh cetakan. Perlu juga mencegah cipratan dan memasang nosel tegak
lurus agar mencegh miringnya cairan yang jatuh.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 44/46
60
2.10 Pengujian Dalam Pengecoran
2.10.1 Pengukuran temperatur
Di dalam pengecoran pengukuran temperatur dilakukan untuk
mengetahui apakah suhu telah mencapai suhu cair logam yang baik sesuai
jenisnya. Adapun pembagianya adalah :
1. Pirometer benam
Pengukuran temperatur secara langsung dari cairan dilakukan dengan
membenamkan termokopel platina – platina radium yang dilindungi oleh
kwarsa atau pipa aluminium yang telah dikristalkan kembali. Sekarang
dikembangkan pirometer benam yang dapat habis dilindungi oleh pipa
kertas.
2. Pengujian batang
Pengujian batang merupakan cara praktis yang dipergunakan untuk
mengukur dari tanur induksi frekuensi tinggi dengan menggunakan
kawat baja lunak dengan diameter 4 sampai 6 mm dam sebuah jam
pengukur. Ujung kawat baja tersebut dicelupkan kedalam cairan dan
waktu yang dibutuhkan untuk mencairkanya diukur, kemudian lama
waktu itu dikonversikan pada temperatur.
3. Pengujian cetakan pasir atau pengujian sendok
Baja cair dimasukkan kedalam cetakan pasir atau dalam sendok contoh
yang beukuran tertentu, kemudian waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk lapisan tipis oksida diukur dengna jam pengukur dan
dikonversikan padatemperatur.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 45/46
61
2.10.2 Pengujian terak
Adapun pengujian terak dibagi beberapa cara yaitu
1. Pengujian dengan perbandingan warna
Dengan jalan membandingkan warna terak dengan warna standar terak
yang komposisinya telah diketahui, maka dapat diperkirakan kebasaan,
kadar oksidasi besi dan kadar oksidasi mangan.
2. Pengujian dengan perbandingan rupa
Baja cair diambil dengan sendok dan dituangkan kedalam cetakan baja.
Setelah membeku , warna, pola, struktur, gelembung pada permukaan
dan permukaan patahan diteliti untuk memperkirakan kebasaan dari
kemampuan oksidasinya.
3. Pengujian penghilang oksidasi
Setelah pengadukan cairan baja dengan terak didalam ladel, baja
dituangkan dengan tenang kedalam cetakan logam atau cetakan pasir.
Pada saat yang sama percikan bunga apinya diamati untuk
memperikarakan temperatur cairan. Patahan, permukaan coran yang
membeku diperiksa
4. Pengujian kerapuhan
Pengujian ini dipakai sebagai pengujian yang praktis untuk menentukan
kadar fosfor dan kadar oksidasi besi. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa posfor menyebabkan baja menjadi getas dan oksida besi
menyebabkan retakan batas butir. Batang uji yang dibor dan ditempa
dilanjutkan dengan penempaan sampai dibawah 2 mm dan retakan
diamati, yang kemudian dibandingkan dengan batang uji standar.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55ab58a069445 46/46
62
2.11 Pengolahan Kelapa Sawit
Proses pengolahan kelapa seait menjadi CPO dan kernel (inti sawit)
harus melalui proses yang baik, agar CPO dan inti sawit yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Apabila prose pengolahan CPO dan Kernel diproses
dengan baik maka nilai jualnya akan tinggi. Semakin baik randemen dari CPO
maka semakin tinggi nilai jualnya. Pada umumnya di PKS terdapat pembagian
stasiun pengerjaan dalam pengolahan kelapa sawit diantaranya yaitu
1. Stasiun Penerimaan TBS
2. Stasiun Loading Ramp
3. Stasiun Rebusan
4. Stasiun Threshing
5. Stasiun Pressing
6. Stasiun Klarifikasi
7. Stasiun Kernel
8. Stasiun Water Treatment
9. Stasiun Power Plant
10. Stasiun Boiler
11. Stasiun Pengiriman Produksi
Proses pencabikkan berondolan sawit termasuk kedalam stasiun
threshing. Setelah siap direbus di ketel rebusan maka TBS dimasukkan kedalam
thresher . Di dalam thresher TBS dilepaskan dari tandanya dan dibawa oleh
vertical fruit conveyor ke dalam digester. Didalam digester buah kelapa sawit
dicabik – cabik sampai daging buah terpisah dari biji sawit dan berbentuk serat.
Setelah melalui stasiun threshing maka stasiun selanjunya adalah stasiun pressing.
Universitas Sumatera Utara