chapter ii

6
 TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen yakni :  1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies 2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara  banyak species itu. (Anonimous, 2008). Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga  penyerbuk, pemakan bang kai, predator dan parasitoid. Untung (1996) berpendapat  bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi. Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenal atau membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Krebs, 1978). Pengukuran keragaman secara sederhana dapat dilakukan dengan menghitung jumlah jenis dalam habitat atau komunitas yang diteliti. Pengukuran Universitas Sumatera Utara

Upload: sylva-sagita

Post on 14-Jul-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II

5/12/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a4d63659974 1/6

 

TINJAUAN PUSTAKA 

Keragaman dan Keanekaragaman Serangga

Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan

kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2

komponen yakni : 

1.  Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

2.  Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu

(yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara

banyak species itu.

(Anonimous, 2008).

Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat

dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga

yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua

serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga

penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid. Untung (1996) berpendapat

bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi

serangga, habitat dan kepadatan populasi.

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat

keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh

keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenal atau membedakan jenis

meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Krebs, 1978).

Pengukuran keragaman secara sederhana dapat dilakukan dengan

menghitung jumlah jenis dalam habitat atau komunitas yang diteliti. Pengukuran

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

5/12/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a4d63659974 2/6

 

keragaman jenis saja kurang sesuai karena jenis yang melimpah dengan jenis yang

 jarang dilakukan perhitungkan yang sama (Odum, 1971)

Di ekosistem alamiah, keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam

setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna beragam. Sedangkan keragaman

didalam agroekosistem yang ditanami beberapa spesies tanaman relatif rendah,

misalnya padi sebagai tanaman utama (Oka, 1995).

Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah

hama. Sistem pertanaman yang beraneka ragam berpengaruh kepada populasi

spesies-spesies herbivora atau hama (Oka, 1995).

Besarnya nilai kerapatan mutlak (KM) menunjukkan banyaknya jumlah

dan jenis serangga yang terdapat dalam habitat. Frekuensi mutlak (FM)

menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat

yang dinyatakan secara mutlak. Sedangkan frekuensi relatif (FR) menunjukkan

keseringhadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan

penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 1997).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Serangga

Menurut Krebs (1978) ada 6 faktor yang saling berkait menentukan derajat

naik turunnya keanekaragaman jenis, yaitu :

1.  Waktu.

Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas

tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada

komunitas muda yang belum berkembang. Dalam ekologi, waktu dapat

berjalan lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi. Skala ekologis

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

5/12/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a4d63659974 3/6

 

mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan dalam lingkungan

tetapi belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut.

Keragaman jenis suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan

  jenis melalui evolusi tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis

melalui kepenuhan dan emigrasi.

2.  Heterogenitas ruang.

Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora

dan fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya. Faktor

heterogenitas berlaku pada skala makro maupun mikro.

3.  Kompetisi.

Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang

berbeda) menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau

walaupun ketersediaan sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi

  juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu

menyerang yang lain atau sebaliknya.

4.  Pemangsaan.

Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing

yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar

kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman,

apabila intensitas dari pemengsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat

menurunkan keragaman jenis.

5.  Kestabilan iklim.

Makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu

lingkungan yang stabil lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

5/12/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a4d63659974 4/6

 

6.  Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi.

Keenam faktor ini saling berinteraksi untuk menetapkan keanekaragaman

  jenis dalam komunitas yang berbeda. Keanekaragaman spesies sangatlah penting

dalam menetukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam akibat

turut campur tangan manusia (Michael, 1995).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme

selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam

komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian

yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies

(persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies (persaingan, teritorial)

(Untung, 1996).

Ledakan Populasi Serangga

Menurut Harahap (1994) di dalam ekosistem alami populasi suatu jenis

serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah eksplosif (meledak) karena

banyak faktor pengendaliannya baik yang bersifat biotic maupun abiotik. Dengan

demikian dalam ekosistem alami serangga tidak berstatus sebagai hama. Di dalam

ekosistem pertanian faktor pengendali tersebut sudah banyak berkurang sehingga

kadang-kadang populasinya meledak dan menjadi hama. Serangga fitofag dapat

berubah status dari non hama menjadi hama atau dari hama penting menjadi

hama tidak penting karena :

1.  Perubahan lingkungan atau cara budidaya

2.  Perpindahan tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

5/12/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a4d63659974 5/6

 

3.  Perubahan pandangan manusia

4.  Aplikasi insektisida yang tidak bijaksana.

Keragaman tanaman yang terbatas pada agoekosistem mendorong

serangga monofag berkembang pesat akibat ketersediaan makanan untuk 

pertumbuhan dan perkembangannya semakin berkurang (Untung, 1996).

Secara umum, Pimentel (1986) menjelaskan bahwa pertanaman beragam

berpengaruh terhadap populasi hama. Spesies-spesies yang monofag cenderung

menurun pada pertanaman keragaman tinggi, sedang spesies polifag meningkat

demikian juga dengan predator. Teknik-teknik penganekaragaman pertanaman

berpotensi untuk menurunkan hama.

Heddy, dan Kurniaty (1996) menyatakan bahwa predasi merupakan

contoh interaksi antara dua populasi yang mempunyai efek negatif pada

pertumbuhan dan kehidupan pada salah satu populasi. Pemusnahan dapat terjadi

pada ekosistem yang baru dan belum mantap, misalnya ada perubahan yang

mendadak karena ulah manusia, ini dapat menjurus ke arah masalah epidemik 

(wabah).

Ekosistem pertanian yang dinamis dan kurang stabil memberikan

pengaruh terhadap sruktur dan fungsi arthropoda yang ada di dalamnya. Keadaan

ekosistem pertanian yang lebih sederhana menurut Sosromarsono (1981) dapat

menyebabkan satu atau lebih organisme pemakan tumbuhan menjadi hama dari

tanaman yang dibudidayakan. Perubaha status dari bukan hama menjadi hama

disebabkan karena berlimpahnya tanaman makanan. Untung dan Sudarmono

(1997) mengatakan akan terjadi dominasi suatu jenis organisme terhadap

organisme lainnya yang disebabkan karena di dalam ekosistem banyak 

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

5/12/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a4d63659974 6/6

 

mekanisme alam yang bekerja secara efektif dan efisien. Kondisis ekologi yang

ada berpengaruh terhadap kehadiran organisme (Trisawa dkk, 2005).

Peledakan populasi dapat terjadi jika suatu spesies dimasukkan ke dalam

suatu daerah yang baru, dimana terdapat sumber-sumber yang belum dieksploitir

oleh manusia dan tidak ada interaksi negatif (misalnya predator, parasit), dimana

sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan dalam menahan peledakan

populasi dan memang menekan laju pertumbuhan populasi

(Heddy dan Kurniaty 1996).

Oka (1995) menyebutkan bahwa agroekosistem yang menanam satu jenis

atau monokultur mengakibatkan keseimbangan lingkungan yang agak rapuh.yang

dapat mengakibatkan terjadinya wabah. Dalam ekosistem alami dengan jenis

keragaman tinggi setiap spesies mampu menyesuaikan diri membentuk 

keseimbangan yang lebih stabil sehingga tidak terjadi wabah.

Universitas Sumatera Utara