chapter ii

Upload: aryo

Post on 12-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktik bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif, bergantung pada untuk apa suatu analisis dilakukan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Salah satu tahapan dalam proses akuntansi yang penting untuk keperluan pengambilan keputusan manajemen adalah tahap interprestasi laporan akuntansi, yang didalamnya mencakup rasio keuangan. Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa depan dengan kata lain informasi akuntansi. Menurut Harahap (2002) adapun jenis rasio keuangan yang sering sekali digunakan adalah:

Universitas Sumatera Utara

a. rasio likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, b. rasio solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajiban apabila perusahaan dilikuidasi, c. rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya, d. rasio leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset, e. rasio aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya, f. rasio pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik, g. penilaian pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal, h. rasio produktivitas, rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. Terdapat keragaman pendapat mengenai analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi, mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan indikator paling penting hingga yang beranggapan minimalis terhadap rasio keuangan tersebut. Kenyataannya, praktek bisnis yang nyata masih mengaplikasikan analisa rasio keuangan ini sebagai salah satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya tentu bersifat sangat subyektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing-masing analis (Bambang, 2002). Menurut Nainggolan (2004: 68) ada beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu: a. EPS (Earning per Share) EPS merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang berbeda dan

Universitas Sumatera Utara

b.

c.

d.

e.

untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham telah sejak dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mencoba memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang Rumus EPS sebagai berikut: Earning EPS Share DER (Debt to Equity Ratio) DER merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Rumus DER sebagai berikut: Total Hutang Debt to Equity Ratio = x100% Modal Sendiri PER (Price Earning Ratio) Menurut Rahardjo (2003), rasio harga dengan penghasilan atau price earning ratio sering digunakan untuk membandingkan peluang investasi. Suatu rasio harga dan penghasilan saham dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham (market price share) dengan penghasilan per lembar saham (PER). Harahap (2002) mengatakan bahwa price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan PER yang tinggi menunjukkan prestasi suatu perusahaan sangat baik di masa yang akan dating, sehingga digunakan para investor untuk menanamkan modalnya. Harga Saham PER = x100% Modal Sendiri ROA (Return on Assets) ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh laba dari pengelolaan aset. Rumus ROA sebagai berikut: Net Income ROA= x100% Total Assets ROE (Return on Equity) ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan modalnya untuk memperoleh laba. Rumus ROE sebagai berikut: Net Income ROE = x100% Total Equity

Universitas Sumatera Utara

2. Teori Sinyal Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Laba merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga

Universitas Sumatera Utara

laba seharusnya juga berguna untuk keputusan kredit. Laba dapat digunakan untuk menilai prospek peusahaan, misalnya untuk 1) mengevaluasi performance manajemen, 2) memperkirakan earning power, 3)

memprediksikan laba yang akan datang atau 4) menilai risiko investasi atau pinjaman pada perusahaan (SFAC no.1, 1978).

3. Teori Stakeholder Teori stakeholder adalah teori manajemen organisasi dan etika bisnis yang mempertimbangkan moral dan nilai dalam pengelolaan suatu organisasi (Freeman, 1984). Teori stakeholder mengakui bahwa terdapat sejumlah stakeholders dalam masyarakat yang berinteraksi dengan cara yang dinamis dan kompleks. Teori stakeholder menjelaskan pengungkapan sosial

perusahaan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan stakeholder, dan memiliki dua cabang yaitu: ethical/normative dan positif/manajerial (Deegan, 2000). Cabang positif menjelaskan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan cara untuk mengelola hubungan organisasi dengan kelompok stakeholder yang berbeda. Semakin penting stakeholder bagi organisasi semakin besar usaha yang dilakukan untuk mengelola hubungan tersebut (Deegan, 2000). Sementara cabang ethical menyatakan bahwa semua stakeholder memiliki hak yang sama untuk diperlakukan secara fair, dan isu kekuasaan stakeholder tidak relevan dalam hal ini (Deegan, 2000). Pandangan ini merefleksikan kerangka pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh Gray

Universitas Sumatera Utara

et al. (1996) yang menyatakan bahwa organisasi bertanggung jawab kepada semua stakeholders untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan. Teori stakeholder dalam hal ini berusaha untuk menyampaikan pertanyaan dasar dengan cara yang sistematik: kelompok stakeholder yang mana yang harus dilayani atau memerlukan perhatian manajer dan yang mana yang tidak. Analisis stakeholder memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berkepentingan di masyarakat kepada siapa organisasi dianggap bertanggung jawab. Analisis stakeholder ini pada awalnya mengidentifikasi stakeholder yang memiliki hak yang sama atas informasi, dan selanjutnya memprioritaskan kepentingannya (Gray, 2001). Dengan mempertimbangkan keberagaman stakeholder organisasi, dan secara khusus ketidakmampuan pengungkapan secara umum untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan, pengungkapan tanggung jawab sosial

menimbulkan konflik di antara stakeholder. Resolusi dari konflik ini merupakan refleksi dari besarnya kekuasaan dari kelompok stakeholder dalam lingkungan organisasi. Hal ini konsisten dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa tujuan utama dari perusahaan adalah untuk mencapai kemampuan untuk menyeimbangkan konflik dari berbagai stakeholder dalam suatu perusahaan (Roberts, 1992). Ulmann (1985) menyimpulkan bahwa pengungkapan sosial merupakan strategi yang digunakan utnuk mengelola hubungan dengan stakeholder dengan mempengaruhi level permintaan yang berasal dari stakeholder yang berbeda. Semakin penting stakeholder itu bagi

Universitas Sumatera Utara

kesuksesan organisasi, semakin besar kemungkinan organisasi akan memenuhi permintaannya.

4. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) a. Konsep dan Pengertian Tanggung Jawab Sosial Terdapat beberapa perspektif yang berbeda dalam memandang tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility oleh beberapa ahli seperti yang dikutip oleh Dwi Kartini (2009:2) dalam buku Corporate Social Responsibility, Transformasi Konsep Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia. 1) CSR means that a corporation should be held accountable for any of its actions that affect people, their communities, and their environment. (Lawrence, Weber and Post, 2005). 2) The key to operationalizing the strategic role of business in contributing towards this sustainable development process, so that business is able to engage in and contribute to society as a corporate citizen. (Indonesia Business Links, 2001). 3) The commitment of business to minimize its negative impacts and maximize its positive contributions to all stakeholder in connection in economic, social and environmental aspects to achieve sustainable development. (Indonesia Business Links, 2001) 4) Business for Social Responsibility/BSR (2002) mendefinisikan CSR sebagai: business practices that strengthen accountability, respecting ethical values in the interest of stakeholders. BSR juga menyatakan bahwa pelaku bisnis yang bertanggung jawab menghormati dan memelihara lingkungan hidup serta membantu meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan masyarakat dan melakukan investasi di dalam masyarakat di mana perusahaan beroperasi. Isu-isu CSR yang penting untuk diperhatikan oleh perusahaan menurut BSR mencakup: business ethics, community investment, environment, governance and accountability, human rights, marketplace, vision, mission and values, workplace. 5) Rumusan CSR dari The Globe Scan. Berdasarkan survey terhadap para konsumen dan masyarakat di berbagai negara, The Globe Scan mengklasifikasikan CSR yang dilakukan perusahaan ke dalam dua kategori: (1) Operational responsibilities, yaitu berbagai

Universitas Sumatera Utara

standar yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan. Operational responsibilities mencakup berbagai hal sebagai berikut: protecting health and safety of workers, not engaging in bribery or corruption, not using child labour, protecting the environment, making profit and paying taxes, treating employees fairly, providing quality products at low price, providing secure jobs, applying universal standards across the world. (2) Citizenship responsibilities, yaitu berbagai tindakan yang tidak harus dilakukan perusahaan dalam kegiatan mereka tetapi memungkinkan perusahaan untuk melakukan diferensiasi dari pesaing. Citizenship responsibilities mencakup berbagai hal sebagai berikut: responding to public concerns and viewpoints, reducing human rights abuses, increase economic stability, reducing the gap between the rich and poor, supporting charities and communities, solving social problems, supporting progressive government policies. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility merupakan tindakan nyata yang dilaksanakan oleh perusahaan sebagai bentuk

pertanggunganjawabnya terhadap beberapa aspek, yakni aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia juga telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007 yang terdiri dari 4 (empat) ayat, yaitu: Ayat 1: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Ayat 2: Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Ayat 3: Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

Ayat 4: Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Adapun hal yang dapat disimpulkan dari Undang-Undang tersebut ialah bahwa perseroan diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan adanya sanksi bagi perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut. Akan tetapi, Undang-Undang tersebut hanya terbatas pada perusahaan bisnis yang berbasis sumber daya alam, seperti yang tertulis pada ayat 1. Pasal ini banyak menimbulkan masalah terutama stakeholder yang terpengaruh dengan pengertian perusahaan yang hanya terbatas pada bidang sumber daya alam saja. Untuk mengurangi masalah tersebut, sebaiknya pemerintah segera mengeluarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas yang lebih aplikatif dan konstruktif, sehingga pengaturan CSR tidak merugikan stakeholder. b. Komponen Dasar Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) John Elkington (1997) yang dikutip oleh Hasibuan dan Sedyono (2006: 73), menyatakan bahwa corporate social responsibility dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu: people, profit, dan planet. Ketiga komponen inilah yang dijadikan sebagai dasar perencanaan, implementasi, dan evaluasi program corporate social responsibilityi yang kemudian dikenal dengan triple bottom line.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility Definisi People Sebuah bisnis harus bertanggung jawab untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat sosial serta seluruh stakeholdernya. Profit Perusahaan tidak boleh hanya memiliki keuntungan bagi organisasinya saja, tetapi harus dapat memberikan kemajuan ekonomi bagi para stakeholdernya. Tindakan perusahaan untuk terjun langsung di dalam masyarakat. Planet Perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya alam dengan sangat bertanggung jawab dan menjaga keadaan lingkungan serta memperkecil jumlah limbah produksi. Penerapan proses produksi yang bersih, aman, dan bertanggung jawab.

Jenis Kegiatan

Kegiatan kedermawanan yang dilakukan secara tulus untuk membangun masyarakat dan sumber daya manusia. Contoh - Beasiswa - Bantuan modal - Pengelolaan pendidikan. dan kredit. limbah. - Sumbangan - Pemberdayaan - Kampanye bencana alam/ tenaga lokal. lingkungan hidup. Sumber: CSR Communication: A Challenge On Its Own, Economic Business Accounting Review Triple bottom line merupakan sinergi dari tiga elemen yang merupakan komponen dasar dari pelaksanaan dasar Corporate Social Responsibility. Triple bottom line sering dijadikan acuan dalam program Corporate Social Responsibility. Teguh Prambudi (2006: 13), menyebutkan programprogram Corporate Social Responsibility dapat dikelompokkan atas tiga aspek, yaitu: 1) Program Sosial Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukan kegiatan kedermawanan untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf hidup manusia. Di dalam program sosial ada

Universitas Sumatera Utara

berbagai macam program yang dapat dijalankan oleh perusahaan, diantaranya: sumbangan kepada korban bencana alam, beasiswa pendidikan, dan pelayanan kesehatan umum. 2) Program Lingkungan Program lingkungan merupakan program perusahaan yang bertujuan untuk menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan dan meminimalisir terjadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan. Program lingkungan memiliki berbagai program yang dapat dijalankan oleh perusahaan, yaitu penanaman pohon, kampanye lingkungan hidup, dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan. 3) Program Ekonomi Pada saat ini, perusahaan pada aktivitasnya tidak lagi berusaha untuk meningkatkan nilai keuntungan sebesar-besarnya, akan tetapi harus dapat memberikan kemajuan ekonomi bagi para stakeholdernya. Program ekonomi merupakan program perusahaan yang melakukan tindakan untuk terjun langsung di dalam masyarakat untuk membantu memperkuat ketahanan ekonomi dan menjadikan masyarakat yang tangguh dan mandiri. 5. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat saham vang diperdagangkan di pasar (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha & Taswan, 2002). Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik investor untuk membelinya. Itulah sebabnya, harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin. Artinya, harga saham tidak

Universitas Sumatera Utara

boleh terlalu tinggi (mahal) atau tidak boleh tertalu rendah (murah). Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada citra perusahaan di pemandangan para investor. Harga saham yang optimal dapat dicapai melalui penarikan kesimpulan dari serangkaian pengalaman perusahaan dalam menjual saham di bursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga sahamnya, demikian juga sebaliknya. Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut dengan berbagai istilah, misalnya price to book value (PBV) ratio (Fakhuddin & Hadianto, 2001) dan market/book (M/B) ratio (Brigham & Gapenski, 2006). Istilah nilai perusahaan pada masing-masing literatur meskipun berbeda, tetapi artinya adalah price to book value merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham (Brigham & Gapenski, 2006). Adapun yang dimaksud dengan nilai buku per saham atau book value per share adalah perbandingan antara modal dengan jumlah saham yang beredar (Fakhuddin & Hadianto, 2001). Jadi, price to book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Berdasarkan perbandingan tersebut harga saham perusahaan akan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Formula untuk menghitung price to book value ditunjukkan sebagai berikut (Brigham & Ehrhardt, 2002): Price to book value =Harga Saham Nilai Buku Saham

Universitas Sumatera Utara

Di mana Nilai Buku Saham (Book Value per Share) dapat dihitung dengan formula: Book Value per Share =Modal Jumlah Saham Biasa Beredar

Price to book value juga dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah harga saham yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di bawah) nilai buku saham tersebut (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Dengan demikian, price to book value rasio sangat berguna untuk menentukan saham-saham apa saja yang mengalami overvalued, undervalued, atau wajar (Pandowo, 2002).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, seperti yang telah dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007) di mana kinerja keuangan yang diukur melalui ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi berpengaruh positif terhadap hubungan ROA dan nilai perusahaan. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Setiowati (2009) menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan. Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. 1 Judul Penelitian Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan Analisis Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan Perserta PROPER yang Terdaftar pada BEI Periode 2003-2007 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Hubungan Income Smoothing, TobinsQ, Agency Problems, Kinerja Perusahaan Peneliti Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko (2007) Ardhya Pratiwi Setiowati (2009) Variabel Penelitian Investment Opportunity Set dan Leverage, Nilai Perusahaan (Tobins Q), ROI PROPER, ROA, ROS Hasil Penelitian

2

Investment Opportunity Set dan Leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan ROE, Tidak ada korelasi yang signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.

3

4

ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan nilai perusahaan, tetapi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap ROA. Suranta, Struktur risiko ROA Eddy, dan keuangan, berpengaruh Pratana TobinsQ, Perataan negatif terhadap Puspita Laba nilai perusahaan Merditusi dan (2004)

Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma (2007)

Variabel independen ialah ROA. Variabel dependen ialah nilai perusahaan. Variabel pemoderasi ialah pengungkapan CSR dan Good Corporate Governance.

Universitas Sumatera Utara

5

Analisis Ulupui ROA, ROI, Pengaruh Rasio (2007) Investment Likuiditas, Opportunity Set, Leverage, Leverage, Nilai Aktivitas, dan Perusahaan, Jumlah Profitabilitas Saham yang Beredar terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta) Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2010

ROA merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini. Kinerja Keuangan (X)H1

Nilai Perusahaan (Y)H2

Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Peneliti memiliki asumsi awal bahwa kinerja keuangan yang diukur melalui ROE akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Peneliti beranggapan bahwa dengan semakin baiknya kinerja keuangan perusahaan, maka investor memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap

Universitas Sumatera Utara

perusahaan di mana hal tersebut juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Peneliti juga terdorong untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan harga saham tersebut juga akan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga dengan adanya pengungkapan CSR akan semakin memperkuat hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

2. Hipotesis Menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:41),hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini ialah: H1: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. H2: Pengungkapan Corporate Social Responsibility mampu memoderasi hubungan Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan.

Universitas Sumatera Utara