chapter ii
TRANSCRIPT
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 1/41
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Worm screw
Worm screw adalah salah satu peralatan yang terdapat pada pabrik kelapa sawit.
Dimana worm screw ini terdapat pada mesin pengepress (screw press). Pada mesin,
fungsi dari pada worm screw untuk memindahkan sekaligus mengepres buah sawit
sehingga ampas terpisah dari cairan baik itu berupa air maupun minyak. Worm screw
terdiri dari dua unit, yang mana masing-masing unit memiliki ulir yang berlawanan dan
arah putar yang berlawanan. Jarak ulir yang satu dengan yang lainnya tidak sama,
dimana jarak ulir yang satu dengan yang lain semakin mengecil. Berikut ini adalah
gambar dari worm screw.
Gambar 2.1 Worm Screw
Dalam proses pengecoran worm screw menggunakan cetakan pasir, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ; pemilihan material, pembuatan pola pisau,
sistem rencana pengecoran (saluran turun, cawan tuang, pengalir, saluran masuk, dan
penambah), pasir cetak, peleburan, penuangan, dan pengujian.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 2/41
Worm screw yang digunakan terbuat dari baja bahan cor, yaitu baja paduan. Baja
merupakan paduan yang terdiri dari besi, karbon dan unsur lainnya. Karbon merupakan
salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja.
Kandungan karbon didalam baja sekitar 0,1-0,7%, sedangkan unsur lain dibatasi
persentasenya. Unsur paduan yang bercampur didalam lapisan baja untuk membuat baja
bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat khusus.
Baja merupakan logam yang paling banyak digunakan keteknikan seperti
pembentukan pelat, lembaran, pipa, batang, profil dan lain sebagainya. Unsur karbon
adalah unsur campuran yang sangat penting dalam pembentukan baja, jumlah
persentase dan bentuknya membawa pengaruh yang amat besar terhadap sifatnya.
Tujuan penambahan unsur campuran lain kedalam baja adalah untuk mengubah
pengaruh unsur karbon.
Apabila dibandingkan dengan kandungan karbonnya maka dibutuhkan sejumlah
besar unsur campuran lain untuk menghasilkan sifat yang dikehendaki pada baja.
Unsur-unsur campuran itu yaitu silikon (Si), mangan (Mn), chrom (Cr), molibden, dan
nikel (N).
2.1.2 Screw Conveyor
Screw conveyor adalah merupakan salah satu perlengkapan produksi pada suatu
pabrik kelapa sawit. Alat ini memiliki ulir dan arah putaran searah jarum jam. Dimana
masing-masing ulir antara satu dengan yang lainnya mempunyai jarak yang sama.
Dimana fungsinya adalah untuk memindahkan buah maupun ampas kelapa sawit. Dari
segi fisiknya screw conveyor dibuat dari bahan baja cor namun kekuatannya lebih
rendah dibandingkan dengan screw press.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 3/41
2.1.3 Baja cor
Baja cor digolongkan kedalam baja karbon dan baja paduan. Coran baja karbon
adalah paduan besi karbon dan digolongkan menjadi 3 macam yaitu : baja karbon
rendah (C<0,20%), baja karbon menegah (0,20-0,50%) dan baja karbon tinggi
(C>0,50%). Kadar karbon yang rendah menyebabkan kekuatan rendah, perpanjangan
yang tinggi dan harga bentur serta mampu las yang baik. Baja cor mempunyai struktur
yang buruk dan sifat yang getas apabila tidak diadakan perlakuan panas dengan cara
pelunakan atau penormalan maka baja cor menjadi ulet dan strukturnya menjadi halus.
Titik cairnya kira-kira 1500o
Baja paduan didefenisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan satu atau
lebih unsur campuran seperti nikel, kromium, molibden, vanadium, mangan, dan
wolfram yang berguna untuk memperoleh sifat-sifat yang dikehendaki (keras, kuat dan
liat), tetapi unsur karbon tidak dianggap sebagai salah satu unsur campuran.
Penambahan unsur didalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu unsur atau lebih
dan tergantung pada karakteristik atau sifat-sifat baja yang dibuat. Suatu kombinasi
antara dua unsur atau lebih unsur campuran memberikan sifat khas dibandingkan
dengan satu unsur campuran, misalnya baja yang dicampur dengan kromium dan nikel
C. (literatur 3 hal.5)
Baja cor paduan adalah baja cor yang ditambah unsur-unsur paduan. Salah satu
atau beberapa dari unsur-unsur paduan seperti mangan, khrom, molybdenum atau nikel
dibutuhkan untuk memberikan sifat-sifat khusus dari baja paduan tersebut misalnya
sifat-sifat ketahanan aus, ketahanan asam, korosi atau keuletan. Contoh baja cor adalah
baja cor tahan karat dan baja cor tahan panas.
2.1.4 Baja paduan
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 4/41
akan menghasilkan baja yang mempunyai sifat keras dan kenyal. Adapun pengaruh
unsur-unsur campuran terhadap sifat-sifat baja adalah sebagai berikut :
1. Baja karbon mempunyai kekuatan yang terbatas dan tegangan pada baja yang
berpenampang besar harus dikurangi. Kekuatan baja dapat dinaikkan dengan
menamba unsur campuran seperti nikel, mangan, dalam jumlah yang kecil
kedalam besi dan menguatkannya.
2. Kekenyalan baja dapat diperoleh dengan menambah sedikit nikel yang
menyebabkan butiran-butirannya menjadi halus.
3. Ketahanan pemakaian baja dapat diperoleh dengan menambah unsur penstabil
karbid, misalnya kromium dan nikel sehingga terjadi penguraian karbid. Cara
lain untuk menghasilkan ketahanan pakai adalah dengan menambah nikel atau
mangan agar transformasi temperatur rendah, dan akan menyebabkan
pembentukan austenit dengan jalan pendinginan. Baja paduan ini dilakukan
pengerjaan panas untuk kekerasan dan ketahanan.
4. Kekerasan dan kekuatan baja karbon akan mulai turun bila temperatur mencapai
250oC. Ketahanan panas dapat diperoleh dengan menaikkan temperatur
transformasi dengan cara menambahkan krom dan wolfram atau dengan
merendahkan temperatur transformasi dengan menambahkan nikel yang
menghasilkan suatu struktur austenit setelah dilakukan pendinginan.
Pertumbuhan butiran berhubungan dengan pemanasan pada temperatur tinggi
tetapi dapat diimbangi dengan penambahan unsur nikel. Unsur kromium
cendrung menaikkan pertumbuhan butiran dan penambahan nikel akan
menyebabkan baja kromium tahan terhadap temperatur tinggi. Agar dapat
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 5/41
memperbaiki ketahanan baja terhadap beban rangka maka ditambahkan
sejumlah kecil molibdem.
5. Ketahanan baja terhadap tahan karat diperoleh dengan menambahkan unsur krom
sampai 12% sehingga membentuk lapisan tipis berupa oksida pada permukaan
baja untuk mengisolasikan antara besi dengan unsur-unsur yang menyebabkan
karatan. Baja tahan karat yang paling baik terutama pada temperatur tinggi, yaitu
diperoleh dengan cara menggunakan nikel dan kromium bersama-sama untuk
menghasilkan suatu struktur yang berlapis.
2.2 Struktur dan Sifat-sifat Baja Cor
2.2.1 Struktur coran baja
Baja karbon adalah paduan dari sistem besi-karbon. Kadar karbonnya lebih
rendah dari pada kadar karbon pada besi cor dan biasanya kurang dari 1,0%C. Sebagai
unsur-unsur tambahan selain karbon, baja cor mengandung 0,20 sampai 0,70 Si, 0,5
samapai 100% Mn, fosfor dibawah 0,06 dan belerang dibawah 0,06%.
Struktur mikro dari baja karbon yang mempunyai kadar karbon kurang dari
0,8% terdiri dari ferit dan perlit. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah jumlah
perlit. Dalam hal ini apabila kadar karbon diatas 0,8% baja ini terdiri dari perlit dan
sementit yang terpisah. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah jumlah sementit.
2.2.2 Sifat-sifat coran baja karbon
Kalau kadar karbon dari baja cor bertambah, kekutannya bertambah. Penambahan
mangan juga memberikan kekuatan tarik yang lebih tinggi tetapi pengaruhnya kurang
dibandingkan dengan karbon. Coran baja karbon biasanya dilunakkan, dinormalkan dan
ditemper sebelum dipakai. Dibandingkan dengan melunakkan, menormalkan coran baja
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 6/41
karbon memberikan butir-butir halus dan memberikan harga yang lebih tinggi untuk
batas mulur dan serta kekuatan tarik.
Gambar 2.2 Pengaruh kandungan karbon dan perlakuan panas pada sifat-sifat mekanik
(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 34)
Perbaikan dari sifat-sifat baja cor dengan jalan menormalkan sangat jelas apabila
kadar karbonnya lebih tinggi. Kalau coran baja ditemper pada 6500C setelah
dilunakkan, maka batas mulur, kekuatan tariknya menurun sedangkan perpanjangan dan
pengecilan luasnya lebih baik. Gambar 2.2 menunjukkan pengaruh kadar karbon dan
keadaan pengolah-panasan kepada sifat-sifat mekanis dari coran baja karbon.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 7/41
Gambar 2.3 Data dari pengujian tarik panas dari baja cor karbon dinormalkan(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 34)
Gambar 2.3 menunjukkan hasil pengujian tarik dari baja karbon yang
dinormalkan pada berbagai temperatur. Kekuatan baja karbon sangat turun, diatas kira-
kira 300oC. Perpanjangan dan pengecilan luas turun kalau temperatur meningkat sampai
200oC dan naik diatas 200oC. (literatur 3 hal. 34)
Untuk mengukur sifat-sifat mekanis dari baja cor karbon, batang uji diambil dari
bagian-bagian yang berhubungan dengan badan utama atau dari coran yang terpisah
dicor bersama-sama yang kemudian dilunakkan, dinormalkan dan ditemper sebelum
pengujian.
2.3 Struktur dan Sifat-sifat Baja Cor Khusus
Baja cor khusus terdiri dari cor paduan rendah dan baja cor paduan tinggi yang
dibuat dengan menambahkan macam-macam unsur paduan kepada baja cor karbon.
Mangan dan juga sisilium biasanya selalu tercampur waktu pengolahan baja, sehingga
dalam hal ini baja cor tidak dapat disebut baja cor khusus, kecuali kalau unsur-unsur
tersebut ditambahkan sebagai unsur paduan.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 8/41
Baja ini disebut baja paduan rendah apabila unsur paduannya ditambahkan 1
sampai 2% dan disebut baja paduan menengah apabila unsur paduannya ditambahkan 2
sampai 5% dan disebut baja paduan tinggi apabila unsur paduannya diatas harga
tadi.(literatur 3 hal. 35)
2.3.1 Baja cor paduan rendah
Baja cor dikeraskan dan dikuatkan dengan pencelupan dingin tetapi mampu
kerasnya agak buruk dan hanya kulitnya yang keras. Lapisan yang mengeras menjadi
lebih tebal dengan menambah Mn, Cr, Mo, atau Ni. Baja tersebut boleh dikatakan
mempunyai mampu keras yang tinggi. Hal ini disebabkan karena karbon larut dalam
austenit yang menyebabkan baja menjadi keras dengan pencelupan dingin.(literatur 3
hal. 36)
Gambar : 2.4 Kadar Karbon dan kekerasan Maksimum Baja setelah
di celup dingin(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 35)
Gambar 2.4 menunjukkan hubungan antara kekerasan yang tertinggi dari
berbagai baja yang dicelupkan terhadap berbagai kadar karbon. Kalau kadar karbon
rendah, kekerasan tertinggi akan bertambah dengan bertambahnya kadar karbon, tetapi
tidak demikian untuk kadar karbon lebih dari 0,5-0,6%. Hubungan antara kadar karbon
dan kekerasan ini dapat dipergunakan untuk baja karbon, karena kekerasan yang
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 9/41
tertinggi ditentukan oleh kadar karbon, sedangkan macam atau kadar unsur paduan
hanya memperdalam lapisan yang keras dan tidak menambah kekerasan.
Dalam penormalan, walaupun baja mempunyai mampu keras tinggi akan
terhadap perbedaan kekerasan yang kecil antara kulit dan bagian tengahnya. Tetapi
kalau baja karbon dikeraskan dengan menambah unsur paduan maka kekerasan baja
yang dinormalkan bertambah sebanding dengan kekuatannya.(literatur 3 hal. 6)
Pada umumnya sifat-sifat baja cor menjadi lebih buruk kalau massanya bertambah.
Karena massanya besar, bagian tengahnya mempunyai kekuatan dan keuletan yang
lebih buruk dibanding dengan kulitnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dan
perbandingan pembekuan. Kalau massa menjadi besar, dibagian yang lebih dekat ke
tengah, pembekuannya menjadi lebih lambat dan strukturnya menjadi lemah. Baja cor
paduan rendah terdiri dari beberapa macam seperti diuraikan dibawah ini : baja cor
mangan rendah dan baja cor krom mangan mempunyai mampu keras yang lebih tinggi
dari pada baja cor karbon biasa, sehingga dengan pengolahan panas yang cocok didapat
baja yang murni dan ulet. Baja cor paduan karbon rendah dipergunakan untuk bagian-
bagian mesin yang memerlukan kekuatan dan keuletan, dan baja cor paduan karbon
tinggi dipakai untuk roda gigi karena sangat baik ketahanan ausnya.(literatur 3 hal. 36)
2.3.2 Baja cor tahan karat
Baja cor tahan karat adalah baja yang diperbaiki tahanan korosinya dengan
menambah nikel atau krom, dan ini akan memberikan katahanan korosi, ketahanan
panas dan ketahanan dingin yang baik sekali dibandingkan dengan baja cor karbon
biasa. Baja didalam air atau udara akan berkarat oleh oksidasi, sedangkan baja paduan
dengan kandungan krom lebih dari harga tertentu mempunyai sifat pasif terhadap
oksidasi dan bebas dari karat.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 10/41
Kandungan krom yang banyak cendrung untuk membuat sifat pasif dan
kebanyakan baja tahan karat mengandung krom lebih dari 12%. Selanjutnya apabila
nikel ditambahkan, maka ketahanan korosi, keuletan pada temperatur rendah, mampu
olah dan mampu lasnya sangat diperbaiki. Baja tahan karat ini dapat digolongkan
menjadi baja tahan karat martensit, austenit dan ferit sesuai dengan struktur mikronya.
Baja cor tahan karat martensit mempunyai mampu keras dan ketahanan korosi
yang paling baik dalam keadaan setelah dicelup dingin dan ditemper. Contoh khas
adalah baja cor yang mengandung 13% krom yang mempunyai mampu keras sendiri
dengan pengerasan alam yaitu pendinginan udara luar. Baja ini cocok sekali untuk
dipakai pada atmosfir yang bersifat korosi ringan dan cocok untuk sesuatu yang
memerlukan kekuatan, kekerasan dan ketahanan aus yang tinggi, sebagai contoh sebagai
saluran dan rumah-rumah untuk turbin.
Baja cor tahan karat austenit yang khas adalah baja cor 18 Cr-8 Ni yang
mempunyai katahanan korosi dan sifat mekanis yang baik. Struktur dari sistem Fe-Ni-
Cr menjadi austenit lengkap pada komposisi 18% Cr-18-Ni, dimana ketahanan korosi
yang terbaik tak akan didapat kecuali apabila karbon larut dalam austenit dan tidak
megendap secara terpisah. Oleh karena itu baja cor ini dipakai setelah menjadi austenit
seluruhnya dan kemudian didinginkan dalam air setelah dipanaskan pada temperatur
1000
o
C-1100
o
C.(literatur 3 hal. 39)
Baja cor tahan karat ferit mengandung krom lebih dari 16% tidak dapat
dikeraskan dengan jalan pencelupan dingin. Baja ini ketahanan korosinya lebih kecil
dibandingkan dengan baja tahan karat austenit, tetapi murah sehingga dipergunakan
untuk komponen-komponen yang adanya hubungannya dengan industri kimia. Baja ini
terutama baik sekali dalam ketahanan korosinya terhadap asam nitrat. Tetapi baja yang
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 11/41
mengandung krom lebih dari 18% akan kehilangan keuletannya dan akibat pengelasan
menjadi getas dan mudah patah.
2.3.3 Struktur dan sifat-sifat dari baja cor tahan panas
Umumnya, bahwa baja cor tahan panas adalah nama umum untuk baja cor yang
dipakai pada temperatur tinggi yaitu diatas 650oC. Terdiri dari baja cor paduan tinggi
dengan krom tinggi dan baja cor paduan tinggi dengan nikel tinggi sesuai dengan
komposisi kimianya. Perbedaan dengan baja cor tahan karat ialah kandungan karbonnya
lebih tinggi dan kekuatan yang tinggi pada temperatur tinggi. Sifat-sfat yang harus
dipunyai oleh baja cor tahan panas adalah sebagai berikut (literatur 3 hal. 39) :
1. Kestabilan permukaan (tahan korosi dan tahan asam yang baik)
2. Kekuatan jalar pada temperatur tinggi
3. Keuletan pada temperatur tinggi
4. Tahanan yang tinggi terhadap kelelahan panas
5. Tahanan yang tinggi terhadap kegetasan karena pengaruh bonan
6. Tahanan aus yang baik dan deformasi yang kecil
Baja cor tahan panas dipakai untuk bagian-bagian tungku peleburan logam, ketel
uap, mesin jet, turbin gas dan tungku pemanas logam.
2.3.4 Struktur dan sifat-sifat dari baja cor mangan tinggi
Baja cor mangan tinggi mengandung mangan 11 sampai 14% dan karbon 0,9
sampai 1,2% dimana harga perbandingan antara Mn dan C kira-kira 10%. Struktur
setelah dicor sangat getas karena karbit mengendap pada batas butir austenit, sedangkan
struktur yang dicelup dingin dalam air dari 1000oC menjadi austenit seluruhnya dan
keuletannya menjadi lebih baik. Kekerasan baja ini kira-kira 200 HB. (literatur 3 hal.
39)
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 12/41
Tetapi dapat dikeraskan sampai kira-kira 550 HB dengan penempatan berulang-
ulang dan pengerjaan dingin. Oleh karena itu ia mempunyai tahanan tinggi terhadap
keausan dibawah beban lentur, dengan demikian ia dapat dipakai sebagai bahan
penghancur, lapisan dari gilingan bola silangan rel dan seterusnya.
2.4 Dapur Induksi
PT. Growth Sumatera Industri menggunakan dapur induksi untuk menghasilkan
baja. dapur induksi mempunyai prinsip transformator yaitu arus bolak-balik dapat
ditransformatorkan atau dapat mengubah tenaga arus bolak-balik dari tekanan yang
tinggi ke tekanan yang rendah dengan arus yang tinggi.
Dapur induksi mempergunakan tiga kumparan dengan mempergunakan arus
berputar. Inti tidak dipergunakan pada dapur ini dan sebagai ganti inti dipergunakan
cairan baja. Dapur ini mempergunakan arus liar yang kuat yang dialirkan kedalam
cairan baja untuk dirubah menjadi panas, sehingga panas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk melebur logam/baja.
Kesukaran yang timbul dalam mempergunakan dapur adalah merubah frekuensi
tinggi menjadi frekuensi terbatas atau rendah. Lilitan primer terbuat dari tembaga yang
dibuat berlubang untuk aliran air pendingin. Dinding dapur ini terbuat dari campuran
asbes dengan semen dan untuk dapur yang besar (muatan lebih dari 1 ton) terbuat dari
kayu berlapis asbes atau bahan non magnet yang tidak panas/cair karena arus listrik.
Dapur ini dilengkapi dengan mekanik pengungkit agar mudah mengeluarkan isi
dapur setelah selesai proses pembuatan baja. Cara kerjanya dapur sebagai berikut,
pertama sekali dilakukan pengisian dapur dengan baja rongsokan/bekas setelah terlebih
dahulu dipilih dan diketahui campuran unsur-unsurnya karena pada waktu proses
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 13/41
berlangsung sangat sukar untuk mengadakan analisa kimianya disebabkan proses
didalam dapur waktunya sangat pendek ±20 menit.
Setelah bahan-bahan dimasukkan arus listrik frekuensi tinggi mengalir ke lilitan
primer sehingga didapat arus liar yang kuat dan seterusnya dialirkan ke muatan/bahan
yang akan menimbulkan panas karena tahanan didalam dapur. Panas yang timbul
didalam dapur digunakan untuk melebur logam dan setelah terjadi pencairan didalam
dapur, pemanasan tetap dilakukan sampai pada temperatur yang dimestikan untuk
pengeluaran baja yang diproses yang gunanya untuk dioksidasi cairan baja. Sewaktu
pencairan baja terjadi maka terak cair dan bahan-bahan non metal berada disebelah atas
(timbul kebagian atas cairan) dan terak cair dan non metal cair yang timbul keatas
dikeluarkan dari dalam dapur.
Didalam dapur ini terak cair tidak dapat diyakini (tidak sempurna) menutupi
cairan sehingga kemugkinan dapat timbul oksidasi pada cairan. Untuk mencegah
terjadinya oksidasi pada cairan baja didalam dapur, maka pada permukaan cairan
dimasukkan gas reduksi. Setelah proses didalam dapur selesai, maka baja cair
dikeluarkan dari dalam dapur yang ditampung oleh ladel untuk dibawa ketempat
penyelesaian selanjutnya.
Gambar 2.5 Tanur induksi jenis kruss
(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 146)
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 14/41
2.5 Bentuk dan Ukuran Coran
Dalam pengecoran bentuk dan ukuran yang sembarang dapat diizinkan, tetapi
dalam beberapa hal produk-produk sukar dibuat dan mempunyai cacat yang tergantung
pada bentuk dan ukurannya, sehingga kadang-kadang coran menjadi mahal. Oleh karena
itu pertimbangan yang teliti tidak dapat dihindarkan.
Pertama, bentuk dari pola hendaknya mudah dibuat. Pola yang sukar dibuat
membutuhkan waktu dan biaya yang banyak. Pola harus sederhana kecuali jika
pengerjaannya memang memerlukan kerumitan.
Kedua, cetakan dari coran hendaknya mudah. Terutama harus dihindari bentuk-
bentuk yang tidak dapat dicetak dengan cup dan drag saja atau kalau mungkin lebih baik
tidak dengan permukaan pisau yang rumit.
Ketiga, cetakan hendaknya tidak menyebabkan berbagai cacat dalam coran.
Mereka tidak didinginkan kalau menyebabkan cacat dalam penuangan dan pembekuan
walaupun pembuatan cetakan mudah.
2.5.1 Bentuk standar dan ukuran coran
Ukuran coran harus ditentukan sedemikian sehingga coran mudah dibuat.
Dinding yang sangat tipis salah air dan coran yang tidak baik, maka tebal minimum
harus dipilih sesuai dengan bahannya. Pada tabel 2.1 menunjukkan tebal minimum dari
coran pasir.
Tabel 2.1 Ketabalan dinding minimum dari pengecoran pasir
Bahan
Ukuran Coran (mm)
Kurang
dari 200
200 –
400
400 –
800
800 –
1250
1250 –
2000
2000 –
3200
Besi cor
Kelabu 3 4 5 8 8 10
Basi cor mutu
tinggi4 – 5 5 – 6 6 – 8 8 – 10 10 – 12 12 – 16
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 15/41
Basi cor bergrafit
bulat5 – 6 6 – 8 8 – 10 10 – 12 12 – 16 16 – 20
Baja cor5 6 8 10 12 16
Baja tahan karat8 10 12 16 20 25
Brons &
kuningan 2 2,5 3 4 5 6
Kuningan
tegangan tinggi3 4 5 6 8 10
Paduan
aluminium2 – 3 2,5 – 4 3 – 5 4 – 6 5 – 8 6 – 10
(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 46)
Lubang berinti dari suatu coran harus diperhatikan mengenai bentuk, ukuran dan
panjangnya. Untuk lubang yang sempit dan panjang, inti akan terpanaskan lanjut dan
terjadi fusi, maka gas dari pasir akan membentuk rongga udara. Oleh karena itu lubang
inti sebaiknya tidak terlalu panjang dan sempit.
2.6 Pengecoran dengan Cetakan Pasir
Proses pengecoran yang paling dikenal dipakai adalah proses pengecoran
dengan menggunakan pasir sebagai bahan cetakan. Hal ini disebabkan beberapa faktor
antara lain ; Pembuatan cetakan yang relatif mudah, biaya pembuatan yang rendah, dan
dapat mengecor benda yang berukuran besar.
Cetakan pasir dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain cetakan pasir
basah, cetakan pasir kering, cetakan sapuan dan cetakan CO2. Cetakan basah yaitu
cetakan yang dibuat dari pasir yang mengandung kadar air. Karena itu cetakan ini
mempunyai resiko cacat yang besar diakibatkan terperangkapnya uap air didalam
rongga cetakan.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 16/41
2.6.1 Syarat-Syarat pasir cetak
Pasir cetak mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga paduan dalam pembuatan cetakan dengan
kekuatan yang cocok. Cetakan yang dihasilkan harus kuat sehingga tidak rusak
karena dipindah-pindah dan dapat menahan logam cair waktu dituangnya kedalam.
Karena itu kekuatannya pada temperatur kamar dan kekuatan panasnya sangat
diperlukan.
b. Permeabilitas yang cocok. Dikuatirkan bahwa hasil coran mempunyai cacat seperti
rongga penyusutan, gelembung gas atau kekasaran permukaan, kecuali jika udara
atau gas yang terjadi dalam cetakan waktu penuangan disalurkan melalui rongga-
rongga diantara butiran pasir keluar dari cetakan dengan kecepatan yang cocok.
c. Distribusi besar butir yang cocok. Permukaan coran diperhalus kalau coran dibuat
dalam cetakan yang berbutir halus. Tetapi kalau butiran pasir terlalu halus, gas
dicegah keluar dan membuat cacat, yaitu gelembung udara. Distribusi besar butir
harus cocok mengingat dua syarat tersebut yang diatas.
d. Tahan terhadap temperatur logam yang dituang. Temperatur penuangan yang biasa
untuk bermacam-macam coran dinyatakan dalam tabel 2.2. Butir pasir dan pengikat
harus mempunyai derajat tahan api tertentu terhadap temperatur tinggi, kalau logam
cair dengan temperatur tinggi ini dituang kedalam cetakan.
e. Komposisi yang cocok. Butir pasir bersentuhan dengan logam yang dituang
mengalami peristiwa kimia dan fisika karena logam cair mempunyai temperatur
yang tinggi. Bahan-bahan yang tercampur yang mungkin menghasilkan gas atau
larut dalam logam adalah tidak dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 17/41
f. Mampu dipakai lagi. Pasir yang telah digunakan sebaiknya dapat didaur ulang atau
digunakan kembali. Butir-butir pasir sebaiknya tidak pecah akibat panas yang tinggi
serta sifat-sifat mekanisnya tidak berubah.
g. Pasir harus murah. Pasir harus mudah didapatkan, murah dan tidak memerlukan
perlakuan tambahan, misalnya pengayakan.
Tabel 2.2 Temperatur penuangan untuk berbagai coranMacam Coran Temperatur Penuangan (oC)
Paduan ringan 650 – 750
Brons 1100 – 1250
Kuningan 950 – 1100
Besi cor 1250 – 1450
Baja cor 1630 – 1650
(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 109)
2.6.2 Sifat-sifat Pasir cetak
Pasir cetak mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Sifat Pasir Cetak basah
Pasir cetak dengan tanah lempung sebagai pengikat menunjukkan berbagai sifat
sesuai dengan kadar air. Karena itu kadar air adalah faktor sangat penting untuk
pasir cetak, sehingga pengaturan kadar air adalah hal sangat penting dalam
pengaturan pasir cetak.
2. Sifat Penguatan Oleh Udara
Sifat - sifat cetakan yang berubah selama antara pembuatan cetakan dan
penuangan disebut sifat pengutan oleh udara. Umumnya hal ini disebabkan oleh
pergerakan air dalam cetaka dan penguapan air darim permukaan cetakan. Hal
terakhir meninggikan kekerasan permukaan cetakan.Penguapan air membuat
cetakaan dari pasir yang dicampur bentonit menjadi getas, karena itu laju
penguapan air harus diatur.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 18/41
3. Sifat-sifat Kering
Pasir dengan sifat lempung yang dikeringkan mempunyai permeabilitas dan
kekuatan yang meningkat dibandingkan dengan keadaan basah, karena air bebas
dan air yang diabsorbsi pada permukaan butir tanah lempung dihilangkan.
4. Sifat-sifat Panas
Cetakan mengalami temperature tinggi dan tekanan tinggi dari logam cair pada
waktu penuangan, sehingga kekuatan panas, pemuaian panas dan sebagainya harus
diketahui sebelumnya.
5. Sifat-sifat Sisa
Sifat-sifat cetakan yang dibutuhkan ketika coran diambil dari cetakan setelah
penuangan disebut sisa. Untuk pembongkaran, perlu sifat mampu ambruk yang
baik.sifat mampu ambruk dari pasir cetak ialah berarti bahwa cetakan dengan
mudah dapat rontok dan pasir cetak dengan mudah dapat disingkirkan dari
permukaan coran.
Pasir cetak dipakai berulang kali, sehingga pengumpulan pasir setelah
pembongkaran harus mudah. Pengaturan yang ketat dari kadar air dan pengikat
diperlukan agar pasir cetak mempunyai sifat-sifat sisa yang baik. Pasir yang
sifatnya ambruknya buruk dapat diperbaiki dengan membubuhkan bubuk arang
atau kanji.
2.6.3 Macam-macam pasir cetak
Pasir cetak yang paling lazim dipakai adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir
sungai dan pasi silica yang disediakan alam. Beberapa dari pasir tersebut dipakai begitu
saja dan yang lain dipakai setelah dipecah menjadi butir-butir dengan ukuran yang
cocok. Kalau pasir mempunyai kadar lempung yang cocok dan bersifat adhesi mereka
dipakai begitu saja, sedangkan kalau sifat adhesinya kurang, maka perlu ditambah
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 19/41
lempug kepadanya. Kadang-kadang berbagai pengikat dibutuhkan juga disamping
lempung.
Umumnya pasir yang mempunyai kadar lempung dibawah 10 sampai 20%
mempunyai adhesi yang lemah dan baru dapat dipakai setelah ditambahkan persentase
lempung secukupnya. Pasir silica (SiO2) merupakan pasir yang terbaik karena dapat
menahan temperatur tinggi tanpa terurai atau leleh. Pasir silika biasanya murah,
mempunyai umur panjang, bentuk dan ukuran bermacam-macam hingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhannya. tetapi kerugiannya adalah mempunyai koefisien
muai yang tinggi dan cenderung untuk ikut bersatu (menempel) dengan logam.
Disamping itu pasir ini banyak mengandung debu dan oleh karenanya
membahayakan kesehatan kerja. Disamping pasir silica dapat pula dipakai pasir zircon
(ZrSiO2) yang berwarna kuning tadi dan kegunaan utama adalah untuk cor dan bagian
permukaan rongga cetakan. Sifat-sifat yang dimiliki adalah konduktivitas panas yang
tinggi dan halus, refractory yang baik dan berat jenisnya tinggi, disamping itu tidak
meleleh bersama logam cair (not fusing).
Ukuran pasir (grain size) menentukan pula dimana sebaiknya dipakai. Untuk
ukuran benda kerja yang kecil dan bentuknya liku-liku maka pasir ukuran kecil harus
dipergunakan supaya bentuk detail dari benda kerja dapat sempurna diperoleh.
Sedangkan makin besar benda yang harus dicor, maka makin besar pula ukuran pasir
yang harus dipakai, karena makin besar ukuran pasir makin memudahkan gas-gas
terbentuk keluar, disamping ketelitian dan permukaan yang dicapai pun tidak terlalu
tinggi.
Suatu bentuk yang tidak teratur serta tajam dari butir-butir pasir lebih disukai
untuk pembuatan cetakan, karena hal ini menjamin ikatan yang lebih kuat dari suatu
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 20/41
butir pasir lainnya hingga cetakan menjadi kuat dalam menahan tekanan logam cair
yang dicorkan.
2.6.4 Susunan pasir cetak
1. Bentuk butir dari pasir cetak digolongkan menjadi butir pasir bundar, butir pasir
sebagian bersudut, butir pasir bersudut, butir pasir kristal. Dari diantara jenis butiran
pasir diatas yang paling banyak adalah jenis butir pasir bulat, karena memerlukan
jumlah pengikat yang lebih sedikit.
2. Tanah lempung terdiri dari kaolinit, ilit dan mon morilonit, juga kwarsa jika
ditambah air akan menjadi lengket. Ukuran butir dari tanah lempung 0,005-0,02 mm,
kadang-kadang dibutuhkan bentonit yaitu merupakan sejenis dari tanah lempung
dengan besar butiran 0,01-10µm dan fasa penyusunnya mon morilonit
(Al2O3,4SiO2,H2O).
3. Pengikat lain. Inti sering dibuat dari pasir yang dibubuhi minyak nabati pengering
1,5-3% dan dipanggang pada temperatur 200-250oC. Selain dari itu, resin, air kaca
atau semen digunakan sebagai pengikat khusus.
Gambar 2.6 Susunan Pasir Cetak (Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 110)
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 21/41
2.6.5 Pengolahan Pasir
Untuk menghasilkan pasir yang berkualitas dan mengandung bahan-bahan yang
diinginkan sehingga produk yang dihasilkan tidak cacat maka ada proses yang harus
diperhatikan yaitu
Gambar 2.7 Diagram alir pengolahan pasir(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 34)
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 22/41
2.6.6 Perputaran Pasir
Pasir cetak dipergunakan berulang kali dengan tidak tergantung pada bahan
logam cair. Pasir cetak cetak disiapkan menjadi keadaan dapat dipakai kembali dengan
mencampurkan pasir baru dan pengikat baru setelah kotoran-kotoran dibuang. Pekerjaan
penting selama proses ini adalah pembuangan debu halus dan kotoran, pencampuran
dan pendinginan pasir cetak.
Pasir cetak dipecah menjadi potongan-potongan, dengan begitu debu halus akan
bertambah, karena gaya pengikat hilang, maka perlu ditambahkan pasir baru dan
pengikat. Pencampuran adalah langkah yang paling penting dalam pengolahan pasir,
tanah lempung, air dan bahan tambahan dibutuhkan pada pasir cetak, selanjutnya
pengukuran yang tepat dari jumlah dan pencampurannya sampai mendapat distribusi
yang merata dari bahan-bahan tambahan itu sangat penting. Penggunaan berulang kali
dari pasir akan menaikkan temperaturnya, sehingga pendinginan menjadi perlu. Tanpa
pendinginan, penguapan air akan bertambah, kalau temperatur air melebihi 35-400C,
dan uap air mengembun pada permukaan pola selama pembuatan cetakan yang
menyebabkan pembuangan pasir dari permukaan pola menjadi sulit. Untuk pengolahan
pasir, dipakai mesin-mesin yang cocok untuk itu, yaitu penggilingan pasir, pengaduk
pasir, pengayak pasir, pencampur pasir, dan sebagainya.
2.6.7 Penggiling Pasir, Pengaduk Pasir
Pasir cetak diolah oleh penggiling pasir atau pengaduk pasir menurut macam
pengikat. Biasanya penggiling pasir dipakai unuk pasir dengan lempung sebagai
pengikat dan pengaduk pasir dipakai untuk pasir dengan pengikat seperti minyak
pengering natrium silikat.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 23/41
Gambar 2.8 Penggiling pasir dengan rol berputar pada bidang tegak dan mendatar(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 117)
2.6.8 Pencampur Pasir
Pencampur pasir dipakai untuk memecah bungkah-bungkah pasir setelah
pencampuran.
Gambar 2.9 Pencampur pasir(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 117)
2.6.9 Pengayakan
Dalam mendapatkan kembali pasir cetak, ayakan dipakai untuk menyisihkan
kotoeran dan butiran pasir yang sangat kasar.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 24/41
Gambar 2.10 Pengayak berputar(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 117)
Gambar 2.11 Pengayak bergetar(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 117)
2.6.10 Pemisah Magnitis
Dalam mendapatkan kembali pasir cetak untuk besi cor dan baja cor, dipakai
pemisah magnitis untuk menyisakan potongan-potongan besi yang berada dalam pasir.
Ada dua macam magnit yang biasa dipakai, magnit permanen dan elektromagnit.
Magnit dipasang pada roda ujung conveyor ban. Pasir dibawa oleh conveyor ke pemisah
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 25/41
magnitis dan dijatuhkan kedepan. Potongan-potongan besi dalam pasir akan melekat
pada magnit dan berputar sampai mereka jatuh ketika sampai pada dasar.
2.7 Pola
Pola adalah bentuk dari benda coran yang akan digunakan dalam pembuatan
rongga cetakan. Pola yang digunakan dalam pembuatan cetakan terdiri dari pola logam
dan pola kayu. Pola logam digunakan untuk menjaga ketelitian ukuran coran, terutama
pada produksi massal, dan bisa tahan lama serta produktifitasnya lebih tinggi. Pola kayu
dibuat dari kayu, murah, cepat, pembuatan dan pengolahannya lebih mudah dibanding
cetakan logam. Oleh karena itu pola kayu lebih cocok digunakan dalam cetakan pasir.
Pemilihan pola bergantung beberapa faktor seperti :
1. Kebutuhan penanganan, seperti jumlah, kualitas, ketebalan yang dibutuhkan
derajat keakuratan dan penyelesaian akhir.
2. Kemudahan dalam pembentukan.
3. Jenis dari proses pencetakan dan tipe cetakan dan peralatan yang dibutuhkan.
4. Kemampuan pakai kembali.
Untuk mendapatkan pola yang baik, maka bahan material harus :
1. Mudah dikerjakan, dibentuk dan digabungkan.
2. Berat yang ringan sehingga mudah dalam penanganan.
3. Kuat, keras, dan tahan lama.
4. Tahan pada pemakaian dan pengikisan, korosi dan pengaruh bahan kimia.
5. Ukuran yang stabil dan tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur.
6. Biaya yang murah.
7. Dapat diperbaiki atau bahkan pemakain ulang.
8. Permukaan yang baik setelah finising.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 26/41
Bahan dari pola logam bisa bermacam–macam sesuai dengan penggunaannya
sebagai contoh, logam tahan panas seperti ; besi cor, baja cor dan paduan tembaga
adalah cocok untuk pola pada pembuatan cetakan kulit, sedangkan paduan ringan adalah
mudah diolah dan dipilih untuk pola yang dipergunakan dalam masa produksi dimana
pembuatan cetakan dilakukan dengan tangan.
Hal yang pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan pola adalah
mengubah gambar benda menjadi gambar pengecoran dengan penambahan ukuran
akibat pertimbangan tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian dengan mesin.
Penetapan kup, drag dan permukaan pisah adalah hal yang paling penting untuk
mendapatkan coran yang baik. Dalam hal ini dibutuhkan pengalaman yang luas dan
pada umumnya harus memenuhi ketentuan-ketentuan antara lain :
1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan.
2. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapatkan aliran logam cair yang
optimum.
3. Permukaan pisah lebih baik hanya satu bidang, permukaan pisah yang terlalu
banyak akan menghabiskan terlalu banyak waktu dalam proses.
2.7.1 Macam-macam pola
Pola mempunyai berbagai macam bentuk. Pada pemilihan macam pola, harus
diperhatikan produktivitas, kualitas coran dan harga pola.
1. Pola pejal yaitu pola yang biasa dipakai, dimana bentuknya hampir serupa
dengan bentuk coran. Pola pejal ini terdiri dari (literatur 3 hal. 56) :
a. Pola Setengah. Pola ini dibuat untuk membuat cetakan dimana kup dan
dragnya simetri terhadap permukaan pisah.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 27/41
Gambar 2.12 Pola Setengah
b. Pola Belahan. Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan pembuatan
cetakan. Permukaan pisahnya kalau mungkin dibuat satu bidang.
Gambar 2.13 Pola Belah
c. Pola Belahan Banyak. Pola dibagi menjadi tiga atau lebih untuk memudahkan
penarikan dari cetakan dan penyederhanaan pemasangan inti.
1, 2, 3, 4, dan 5 : Permukaan pisah dari pola
A, B, C, dan D : Permukaan penutup dari rangka
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 28/41
Gambar 2.14 Pola Belahan Banyak
d. Pola Tunggal. Bentuknya serupa dengan corannya, disamping itu kecuali
tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin dan kemiringan pola
kadang-kadang dibuat menjadi satu dengan telapak inti.
Gambar 2.15 Pola Tunggal
2. Pola pelat pasang. Merupakan pelat dimana pada kedua belahnya ditempelkan
pola, demikian juga saluran turun pengalir, saluran masuk dan penambah
biasanya dibuat dari logam dan plastik.
Gambar 2.16 Pola pelat pasang
3. Pola pelat kup dan drag. Pola diletakkan pada dua pelat demikian juga saluran
turun, pengalir, saluran masuk, dan penambah. Pelat tersebut adalah pelat kup dan
drag. Kedua pelat dijamin oleh pena agar bagian atas dan bawah dari coran
menjadi cocok.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 29/41
Gambar 2.17 Pola pelat kup dan drag
Dari beberapa macam pola diatas, diambil kesimpulan bahwa pola yang
digunakan untuk perancangan pembuatan worm screw ini adalah jenis pola belah.
2.7.2 Bahan-bahan untuk pola
Bahan-bahan yang dipakai untuk pola ialah kayu, resin dan logam.
1. Kayu
Kayu yang dipakai untuk pola ialah kayu seru, kayu aras, kayu pinus, kayu
jelutung, kayu mahoni, kayu jati dan lain-lain. Pemilihan kayu menurut macam dan
ukuran pola, jumlah produksi dan lamanya dipakai. Kayu yang kadar airnya lebih dari
14% tidak dapat dipakai karena akan terjadi pelentingan yang disebabkan perubahan
kadar air dalam kayu. Kadang-kadang suhu udara luar harus diperhitungkan dan ini
tergantung pada daerah dimana pola itu dipakai.
2. Resin Sintetis
Dari berbagai macam resin sintetis, hanya resin epoksidlah yang banyak dipakai.
Bahan ini mempunyai sifat-sifat penyusutan yang kecil pada waktu mengeras, tahan aus
yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah pengencer, zat
pemlastis atau zat penggemuk menurut penggunaannya. Resin polistirena (polistirena
berbusa) dipakai sebagai bahan untuk pola yang dibuang setelah dipakai dalam cara
pembuatan yang lengkap. Pola dibuat dengan menambahkan zat pembuat busa pada
polistirena untuk membuat berbutir, dan membuat busa. Berat jenisnya yang sangat
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 30/41
kecil yaitu 0,02-0,04 dan resin ini mudah dikerjakan, tetapi tidak dapat menahan
penggunaan yang berulang-ulang sebagai pola.(literatur 3 hal. 63)
Resin epoksid dipakai untuk coran yang kecil-kecil dari satu masa produksi.
Terutama sangat memudahkan bahwa rangkapnya dapat diperoleh dari pola kayu atau
pola plaster.
3. Bahan untuk logam
Bahan yang lazim dipakai untuk pola logam adalah besi cor. Biasanya dipakai
untuk besi cor kelabu karena sangat tahan aus, tahan panas (untuk pembuatan cetakan
kulit) dan tidak mahal. Kadang-kadang besi cor dipakai agar lebih kuat. Paduan
tembaga juga biasa dipakai untuk pola cetak kulit agar dapat memanaskan bagian
cetakan yang tebal secara merata. Bahan aluminium ringan dan mudah diolah, sehingga
sering dipakai untuk pena atau pegas sebagai bagian dari pola yang memerlukan
keuletan.
2.7.3 Perencanaan pola
Dalam perencanaan pola untuk pengecoran harus mempertimbangkan banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut diuraikan dibawah ini :
1. Pengkerutan
Semua logam yang mendingin maka akan mengecil (mengerut). Setiap bahan logam
derajat pengkerutan tidak sama.
2. Sudut miring (draft)
Pada waktu model ditarik dari cetakan maka ada kecendrungan terjadinya rontokan
tepi rongga yang sebelumnya kontak dengan model. Kecendrungan ini dapat
dihilangkan atau dikurangi dengan mengadakan sudut miring pada sisi model yang
paralel dengan arah penarikan.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 31/41
3. Kelebihan untuk permesinan (allowance for machining)
Dalam gambar teknik selalau harus dicantumkan tanda-tanda pada semua
permukaan yang dikerjakan lanjut (machined) terlebih-lebih pada produk yang
proses pengerjaan mulanya adalah pengecoran. Dari gambar ini pembuat model
akan mengetahui wujud akhir (dari gambar teknik) dari produk model yang akan
dibuatnya, hingga dapat menambahkan berapa besar tambahan (kelebihan) yang
harus diberikan pada proses lanjut.
4. Distorsi
Kompensasi (kelebihan) untuk distorsi hanya diberikan pada benda-benda tuangan
yang akan mengalami gangguan gerak dalam melakukan pengkerutan waktu
mendingin.
5. Goyangan
Pada waktu menarik model sangat sering dilakukan dengan mengadakan sedikit
goyang kekanan dan kekiri, meskipun hal ini tidak disengaja. Hal ini cukup
memberikan pembesaran pada rongga cetakan yang kecil serta permukaan hasil
cetak tidak dikerjakan lanjut, maka hal ini perlu diperhitungkan yaitu dengan
memperkecil sedikit ukuran dari model.
2.7.4 Inti dan telapak inti
Fungsi inti adalah untuk mencegah pengisian logam cair pada bagian suatu produk
yang diinginkan berongga, dan juga mempermudah pola keluar dari cetakan. Inti terdiri
dari inti pasir basah dan inti pasir kering. Inti pasir basah terbuat dari pasir cetakan,
sedangkan inti pasir kering dibuat dari CO2 dan pasir dengan perekat air kaca.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 32/41
Tujuan pembuatan telapak inti :
1. Menempatkan inti, membawa dan menentukan letak dari inti. Pada dasarnya
dibuat dengan menyisipkan bagian dari inti.
2. Menyalurkan udara dan gas-gas dari cetakan yang keluar melalui inti.
3. Memegang inti, mencegah bergesernya inti dan penahan inti terhadap gaya
apung dari logam cair.
2.7.5 Macam dari telapak inti
Berdasarkan bentuknya telapak inti dapat digolongkan menjadi (literatur 3 hal. 55):
a) Telapak inti mendatar berinti dua. Dalam hal ini inti dipasang mendatar dan
ditumpu pada kedua ujungnya.
Gambar 2.18 Telapak inti bertumpu dua mendatar
b) Telapak inti dasar tegak. Inti ditahan tegak oleh telapak inti pada alasannya yang
cukup menstabilkan inti.
Gambar 2.19 Telapak inti beralas tegak
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 33/41
c) Telapak inti tegak bertumpu dua. Telapak inti dipasang pada drag dan juga kup
untuk mencegah jatuhnya inti.
Gambar 2.20 Telapak inti tegak bertumpu dua
d) Telapak inti untuk penghalang (sebahagian). Pola inti tidak dapat ditarik kearah
tegak lurus pada permukaan pisah karena ada tonjolan yang jauh dari permukaan
pisah.
Gambar . 2.21 Telapak inti untuk penghalang (sebagian)
2.8 Rencana Pengecoran
Pada pembuatan cetakan harus diperhatikan sistem saluran yang mengalirkan
cairan logam kedalam rongga cetakan. Besar dan bentuknya ditentukan oleh ukuran
tebalnya irisan dan macam logam yang dicairkan. Kualitas coran tergantung pada sistem
saluran dan keadaan penuangan.
2.8.1 Istilah-istilah dan fungsi dari sistem saluran.
Sistem saluran adalah jalan masuk cairan logam yang dituangkan kedalam
rongga cetakan. Cawan tuang merupakan penerima cairan logam langsung dari ladel.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 34/41
Saluran turun adalah saluran yang pertama membawa cairan logam dari cawan tuang
kedalam pengalir dan saluran masuk. Pengalir adalah saluran yang membawa logam
cair dari saluran turun ke bagian-bagian yang cocok pada cetakan. Saluran masuk
adalah saluran yang mengisikan logam cair dari pengalir kedalam rongga cetakan.
Gambar 2.22 Istilah-istilah sistem pengisian(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 36)
2.8.2 Bentuk dan bagian-bagian sistem saluran
1. Saluran Turun
Saluran turun dibuat lurus dan tegak dan irisan berupa lingkaran. Kadang-
kadang irisannya dari atas sampai bawah, atau mengecil dari atas ke bawah. Yang kedua
dipakai apabila diperlukan penahan kotoran sebanyak mungkin. Saluran turun dibuat
dengan melubangi cetakan dengan menggunakan suatu batang atau dengan memasang
bumbung tahan panas.
2. Cawan tuang
Cawan tuang berbentuk corong dengan saluran turun dibawahnya.
Konstruksinya harus tidak dapat dilalui oleh kotoran yang terbawa dalam logam cair.
Oleh karena itu cawan tuang tidak boleh terlalu dangkal. Cawan tuang dilengkapi
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 35/41
dengan inti pemisah, dimana logam cair dituangkan disebelah kiri saluran turun.
Dengan demikian inti pemisah akan menahan terak atau kotoran, sedangkan logam
bersih akan lewat dibawahnya kemudian masuk ke saluran turun.
Terkadang satu sumbat ditempatkan pada jalan masuk dari saluran turun agar
aliran dari logam cair pada saluran masuk cawan tuang selalu terisi. Dengan demikian
kotoran dan terak akan terapung pada permukaan dan terhalang untuk masuk kedalam
saluran turun.
Gambar 2.23 Ukuran cawan tuang(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 66)
3. Pengalir
Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapesium atau setengah lingkaran,
sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukaan pisah dan juga pengalir
mempunyai luas permukaan terkecil untuk satu luasan tertentu, sehingga lebih efektif
untuk pendinginan yang lambat. Logam cair dalam pengalir masih membawa kotoran
yang terapung terutama pada permulaan penuangan, sehingga harus dipertimbangkan
untuk membuang kotoran tersebut.
Ada beberapa cara untuk membuang kotoran tersebut yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 36/41
a. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir
b. Membuat kolam putaran pada tengah saluran pengalir (dibawah saluran turun)
c. Membuat saluran turun bantu
d. Membuat penyaring
Gambar 2.24 Perpanjangan pengalir(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 67)
4. Saluran masuk
Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil daripada irisan pengalir,
agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk irisan yang
membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya cetakan.
Gambar 2.25 Sistem saluran masuk (Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 68)
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 37/41
2.8.3 Penambah
Penambah adalah memberi logam cair untuk mengimbangi penyusutan dalam
pembekuan coran, sehingga penambah harus membeku lebih lambat dari pada coran.
Kalau penambah terlalu besar maka persentase terpakai akan dikurangi, dan kalau
penambah terlalu kecil akan terjadi rongga penyusutan. Karena itu penambah harus
mempunyai ukuran yang cocok.
Penambah digolongkan menjadi dua macam yaitu penambah samping dan
penambah atas. Penambah samping merupakan penambah yang dipasang disamping
coran, dan langsung dihubungkan dengan saluran turun dan pengalir sangat efektif
dipakai untuk coran ukuran kecil dan menengah.
Penambah atas merupakan penambah yang dipasang diatas coran, biasanya
berbentuk silinder dan mempunyai ukuran besar.
Gambar 2.26 Penambah samping dan penambah atas(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 77 dan 78)
2.9 Penuangan Logam Cair
Cairan logam yang dikeluarkan dari tanur diterima dalam ladel dan dituangkan
kedalam cetakan. Ladel mempunyai irisan berupa lingkaran dimana diameternya hampir
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 38/41
sama dengan tingginya. Untuk coran besar dipergunakan ladel jenis penyumbat seperti
pada gambar, sedangkan untuk coran kecil dipergunakan jenis ladel yang dapat
dimiringkan.
Ladel dilapisi oleh bata samot atau bata tahan apiagalmatolit yang mempunyai
pori-pori kecil, penyusutan kecil dan homogen. Nozel atas dan penyambut kecuali
dibuat dari samot atau bahan agalmatolit, kadang-kadang dibuat juga dari bata karbon.
Nozel dibuat cukup panjang agar membentuk tumpahan yang halus tanpa cipratan.
Ladel harus dikeringkan lebih dahulu oleh burner minyak residu sebelum dipakai.
Dalam proses penuangan diperlukan pengaturan temperatur penuangan,
kecepatan penuangan dan cara-cara penuangan. Temperatur penuangan berubah
menurut kadar karbon dalam cairan baja seperti ditunjukkan pada gambar grafik berikut.
Gambar 2.27 Temperatur penuangan yang disarankan(Sumber : Tata Surdia M.S, Kenji Chijiiwa, 1986, hal 167)
Kecepatan penuangan umumnya diambil sedimikian sehingga terjadi penuangan
yang tenang agar mencegah cacat coran seperti retak-retak dan sebagainya. Kecepatan
penuangan yang rendah menyebabkan kecairan yang buruk, kandungan gas, oksidasi
karena udara, dan ketelitian permukaan yang buruk. Oleh karena itu kecepatan
penuangan yang cocok harus ditentukan mengingat macam cairan, ukuran coran dan
cetakan.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 39/41
Cara penuangan secara kasar digolongkan menjadi dua yaitu penuangan atas dan
penuangan bawah. Penuangan bawah memberikan kecepatan naik yang kecil dari cairan
baja dengan aliran yang tenang. Penuangan atas menyebabkan kecepatan tuang yang
tinggi dan menghasilkan permukaan kasar karena cipratan. Selain itu dalam hal
penuangan atas, laju penuangan harus rendah pada permulaan dan kemudian dinaikkan
secara perlahan-lahan.
Dalam penempatan nozel harus diusahakan agar tidak boleh menyentuh cetakan.
Perlu juga mencegah cipratan dan memasang nozel tegak lurus agar mencegah
miringnya cairan yang jatuh.
2.10 Pengujian dalam Pengecoran
2.10.1 Pengukuran temperatur
a. Pyrometer benam
Pengukuran temperatur secara langsung dari cairan dilakukan dengan jalan
membenamkan termokopel, platina-platina radium yang dilindungi oleh kwarsa
atau pipa aluminium yang telah dikristalkan kembali. Sekarang dikembangkan
pyrometer benam yang dapat habis yang dilindungi oleh pipa kertas.
b. Pengujian batang
Pengujian batang merupakan cara praktis yang dipergunakan untuk mengukur
temperatur dari tanur induksi frekuensi tinggi dengan menggunakan kawat baja
lunak dengan diameter (4-6) mm dan sebuah jam pengukur. Ujung kawat baja
tersebut dicelupkan kedalam cairan dan waktu yang dibutuhkan untuk
mencairkannya diukur, kemudian lama waktu itu dikonversikan kepada
temperatur.
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 40/41
c. Pengujian cetakan pasir atau pengujian sendok
Baja cair diciduk dimasukkan kedalam cetakan pasir atau dalam sendok contoh
yang berukuran tertentu, kemudian waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
lapisan tipis oksida diukur dengan jam pengukur dan dikonversikan kepada
temperatur.
d. Lain-lain
Pyrometer optic dan pyrometer radiasi dipergunakan untuk pengukuran
temperatur.
2.10.2 Pengujian terak
a. Pengujian dengan perbandingan warna
Dengan jalan membandingkan warna terak dengan warna standar terak yang
komposisinya telah diketahui, maka dapat diperkirakan kebasaan, kadar oksidasi
besi dan kadar oksidasi mangan.
b. Pengujian dengan perbandingan rupa
Baja cair disiduk dengan sendok dan dituang kedalam cetakan baja berdiameter
115 mm dan dalamnya 20 mm, setelah membentuk warna, pola, struktur,
gelembung pada permukaan dan permukaan patahan diteliti untuk memperkirakan
kebebasan dari kemampuan oksidasinya.
c. Pengujian penghilang oksida
Setelah pengadukan cairan baja dengan terak didalam ladel, baja dituangkan
dengan hati-hati kedalam cetakan logam atau cetakan pasir. Pada saat yang sama
dilakukan pengukuran untuk mengetahui temperatur cairan. Permukaan patahan,
permukaan coran yang membeku diperiksa.
d. Pengujian kerapuhan merah
Universitas Sumatera Utara
5/10/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a0c3ddc0f6f 41/41
Pengujian ini dipakai sebagai pengujian yang praktis untuk menentukan kadar
posfor dan kadar oksidasi besi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa posfor
menyebabkan baja menjadi getas dan oksida besi menyebabkan retakan batas
butir. Batang uji yang dibor dan ditempa dilanjutkan dengan penempaan sampai
dibawah 2 mm dan retakan diamati, yang kemudian dibandingkan dengan batang
uji standard.
Universitas Sumatera Utara