chapter ii 23

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Garam 2.1.1. Pengertian Garam Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801 0 C ( Burhanuddin, 2001). Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan Kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl 2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH ( bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet ( Mulyono, 2009). Universitas Sumatera Utara

Upload: riza-mcshane

Post on 30-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Artikel ilmiah

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Garam

2.1.1. Pengertian Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk

kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium

Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium

Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik

higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan)

sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C ( Burhanuddin, 2001).

Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya

dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan Kristal

berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi

berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting

untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan

logam Na dan NaOH ( bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ),

sebagai zat pengawet ( Mulyono, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II 23

2.1.2. Sumber dan Teknologi Pembuatan Garam

2.1.2.1. Sumber Garam

Sumber garam yang didapat dialam berasal dari :

1. Air laut, air danau asin

Yang bersumber air laut terdapat di Mexico, Brazilia, RRC, Australia dan

Indonesia yang mencapai ± 40 %. Adapun yang bersumber dari danau asin

terdapat di Yordania (Laut Mati), Amerika Serikat (Great Salt Lake) dan

Australia yang mencapai produksi ± 20 % dari total produk dunia.

2. Deposit dalam tanah, tambang garam

Terdapat di Amerika Serikat, Belanda, RRC, Thailand, yang mencapai

produksi ± 40 % total produk dunia.

3. Sumber air dalam tanah

Sangat kecil, karena sampai saat ini dinilai kurang ekonomis maka jarang

(sama sekali tidak) dijadikan pilihan usaha. Di Indonesia terdapat sumber

air garam di wilayah Purwodadi, Jawa Tengah (Burhanuddin, 2001).

2.1.2.2. Teknologi Pembuatan Garam

1. Garam dari air laut dan air danau asin, teknologi proses yang digunakan :

a. Penguapan melalui teknologi matahari (solar evaporation).

b. Proses pemisahan NaCl dengan aliran listrik (elektrodialisa).

2. Garam Tambang, teknologi proses yang digunakan:

Langsung dilakukan pencucian terhadap hasil penambangan (washing

plants), kemudian dilakukan pengeringan dengan centrifuge sampai mencapai

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II 23

kadar air 3 – 5 % (untuk menghasilkan garam bahan baku/garam kasar),

dilanjutkan proses pengeringan lanjutan (drying). hasil penambangan

dilarutkan dalam air atau dapat juga dicairkan pada saat masih dibawah

permukaan tanah. Kemudian larutan garam tersebut dijernihkan (sesedikit

mungkin mengandung kotoran dan senyawa kimia yang dikehendaki), dan

selanjutnya dikristalkan kembali dalam kolom kristalisasi (crystallization

column), hasil rekristalisasi dikeringkan dikeringkan dan seterusnya seperti

pada proses sebelumnya. (Burhanuddin, 2001)

Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena

yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada

proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin,

nukleasi atau pembentukan kristal inti kristal, pertumbuhan kristal, dan

rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi

terendah.

Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang berkaitan dengan

pembentukan struktur matriks kristal. Prinsip pembentukan kristal adalah sebagai

berikut:

1. Kondisi lewat jenuh untuk suatu larutan seperti larutan gula atau garam.

2. Kondisi lewat dingin untuk suatu cairan atau lelehan (melt) seperti air

dan lemak.

Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi

lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan

dibawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II 23

sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi

tidak seimbang ini, molekul-molekul pada cairan yang mengatur diri dan

membentuk struktur matriks kristal. Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada

produk pangan diatur melalui proses formulasi atau kondisi lapangan. ( Estiasih,

2009).

2.1.3. Jenis dan kegunaan garam

2.1.3.1. Garam Industri

Garam dengan kadar NaCl yaitu 97 % dengan kandungan impurities

(sulfat, magnesium dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat kecil.

kebutuhan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, pembuatan soda

dan chlor, penyamakan kulit dan pharmaceutical salt.

2.1.3.2. Garam Konsumsi

Garam dengan kadar NaCl, yaitu 97 % atas dasar bahan kering (dry

basis), kandungan impuritis (sulfat, magnesium dan kalsium), yaitu 2%, dan

kotoran lainnya (lumpur, pasir), yaitu 1% serta kadar air maksimal yaitu 7%.

Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga,

industri makanan, industri minyak goreng, industri pengasinan dan pengawaten

ikan (Burhanuddin, 2001).

2.1.3.3. Garam Pengawetan

Garam biasa ditambahkan pada proses pengolahan pangan tertentu.

Penambahan garam tersebut bertujuan untuk mendapatkan kondisi tertentu yang

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II 23

memungkinkan enzim atau mikroorganisme yang tahan garam (halotoleran)

bereaksi menghasilkan produk makanan dengan karakteristik tertentu.

Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan

terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme

yang tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam

berfungsi mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan

osmotik yang tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan

kebanyakan mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan dengan garam

biasanya merupakan kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti fermentasi

dan enzimatis. Contoh pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar

(pickle), pembuatan kecap ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju

( Estiasih, 2009).

2.2. Mineral

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96 % terdiri dari bahan

organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga

dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. dalam proses pembakaran, bahan-

bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu.

Sampai sekarang telah diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda

jenisnya diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang

baik. Yang telah pasti adalah adalah natrium, klor, kalsium, magnesium dan

belerang.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II 23

Unsur-unsur ini terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan

karenanya disebut unsur mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti

besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt, dan fluor hanya terdapat dalam

tubuh dalam jumlah yang kecil saja, karena itu disebut trace element atau mineral

mikro. Mineral iodium dibutuhkan sejumlah 100-300 µg per hari dan sampai

dengan 1 mg per hari mungkin dapat dikonsumsi dengan aman (Winarno, 1997).

2.2.1. Natrium dan Klorida

Natrium dan klorida biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai bahan

makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian besar natrium terdapat dalam

plasma darah dan dalam cairan diluar sel (ekstraseluler), beberapa diantaranya

terdapat ditulang. Jumlah natrium dalam badan manusia diperkirakan sekitar 100-

110 g. Dalam badan seperti halnya dalam makanan, sebagian natrium bergabung

dengan klorida membentuk garam meja, yaitu natrium klorida.

Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 6 – 18 gr NaCl.

Klorida juga banyak terdapat pada plasma darah, serta banyak ditemukan dalam

kelenjar pencernaan lambung sebagai asam klorida. Ion-ion klorida mengaktifkan

enzim amilase dalam mulut untuk memecahkan pati yang dikonsumsi. Sebagai

bagian terbesar dari cairan ekstraseluler, natrium dan klorida juga membantu

mempertahankan tekanan osmotik, disamping juga membantu menjaga

keseimbangan asam dan basa.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II 23

2.2.2. Pengendalian Konsumsi Garam dan Sekresi

Garam khususnya garam dapur (NaCl) merupakan komponen bahan

makanan yang penting. Konsumsi NaCl biasanya lebih banyak diatur oleh rasa,

kebiasaan, dan tradisi daripada keperluan. Di beberapa negara maju, dilakukan

pengaturan konsumsi yang ketat agar konsumsi NaCl berada dibawah 1 g per hari,

angka itu kira-kira memenuhi kebutuhan minimal untuk seorang dewasa dengan

keaktifan normal pada daerah subtropis.

Makanan yang mengandung kurang dari 0,3 % natrium akan terasa

hambar sehingga tidak disenangi. Konsumsi natrium bervariasi terhadap suhu dan

daerah tempat tinggal, dengan kisaran dari 2 gram sampai sebanyak 10 gram per

hari. Pengaturan konsentrasi natrium, cairan badan, dan kandungan natrium

dilakukan melalui ginjal. Lebih dari 8 kali jumlah kandungan natrium dalam

badan dan 250 kali konsumsi natrium disaring melalui ginjal setiap hari. untuk

mempertahankan keseimbangan kira-kira 95,5 % garam natrium klorida yang

telah tersaring disaring oleh tubuh (Winarno, 1997).

2.3. Iodium

Iodium merupakan bagian/unsur penting dari hormon tiroid,

tetraiodotironin (tiroksin) dan triiodotironin. Keadaan defisiensi mengakibatkan

terjadinya hyperplasia dan hipertrofi kelenjar tiroid (goiter endemik). Penyakit ini

terjadi didaerah mana tanahnya kurang mengandung iodium dan sering terjadi

sebelum tersedianya garam meja beriodium ( Gunawan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II 23

Menurut Farmakope, Ed. IV (1994), Iodium mengandung tidak kurang

dari 99,8% dan tidak lebih dari 100,5%.

1. Pemerian : keping atau granul, berat, hitam keabu-abuan, bau khas,

berkilau seperti metal.

2. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam karbon

disulfida, kloroform, eter, etanol, dan larutan iodida, agak sukar larut

dalam gliserin.

3. Identifikasi :

a. Larutan dalam kloroform P (1 dalam 1000), dalam karbon

tetraklorida P dan dalam karbon disulfida P berwarna lembayung.

b. Pada larutan jenuh, tambahkan kanji kalium iodida LP, terjadi

warna biru. Bila campuran didihkan maka warna akan hilang,

tetapi timbul lagi setelah campuran dingin, kecuali dididihkan

dalam waktu lama.

4. Sisa penguapan : tidak lebih dari 0,05 %, lakukan penetapan

menggunakan 5,0 gram zat dalam cawan porselen yang telah ditara,

panaskan diatas tangas uap hingga iodium habis menguap, dan keringkan

pada suhu 105 0C selama 1 jam.

5. Klorida atau bromida : tidak lebih dari 0,028 % dihitung sebagai klorida,

lakukan penetapan sebagai berikut: gerus 250 mg serbuk halus dengan 10

ml air, saring. Tambahkan tetes demi tetes asam sulfit bebas klorida P,

yang telah diencerkan dengan beberapa bagian volume air, hingga warna

iodium benar-benar hilang. Tambahkan 5 ml ammonium hidroksida 6 N,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II 23

kemudian 5 ml perak nitrat LP sedikit demi sedikit. Saring, asamkan

filtrate dengan asam nitrat P. larutan yang terjadi tidak lebih keruh dari

larutan pembanding yang dibuat dengan jumlah pereaksi yang sama,

ditambah dengan 0,10 ml asam klorida 0,020 N, tanpa penambahan asam

sulfit P.

6. Penetapan kadar : serbukkan dan timbang seksama lebih kurang 500 mg

dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara, tambahkan 1 gram kalium

iodida P yang dilarutkan dalam 5 ml air. Encerkan dengan air hingga

lebih kurang 50 ml, tambahkan 1 ml asam klorida 3 N. Titrasi dengan

natrium tiosulfat 0,1 N LV, menggunakan 3 ml indicator kanji LP.

iodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan 1/3 hingga

½ ditangkap oleh kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Di taksir 95

% iodium tubuh tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalam sirkulasi (0,04 –

0,57 %) dan jaringan. Dalam keadaan keseimbangan (homoeostasis) masukan

iodium sehari dapat diperkirakan dengan mengukur jumlah iodium yang

dikeluarkan air kemih perhari.

WHO, Unicef, dan ICCIDD menganjurkan kebutuhan iodium sehari-hari

sebagai berikut:

- 90 mg untuk anak prasekolah (0 – 59 bulan)

- 120 mg untuk anak sekolah dasar (6 – 12 tahun)

- 150 mg untuk dewasa (di atas 12 tahun)

- 200 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II 23

Kadar Iodium dalam tubuh diperiksa dengan cara langsung maupun tidak

langsung. Pemeriksaan langsung dengan cara menganalisis makanan duplikat

yang terdapat dalam makanan seseorang. Sedangkan, untuk pemeriksaan tidak

langsung dipakai dengan cara memeriksa kadar iodium dalam urin, dan dengan

studi kinetik iodium. Hasil observasi diatas jelas menunjukkan bahwa defisiensi

iodium memang merupakan penyebab utama endemik ini, namun pada beberapa

keadaan defisiensi iodium merupakan faktor yang mempermudah (per-missive

factor) bagi terjadinya gondok (Djokmoeljanto, 2006).

Menurut SNI (01-2899-2000), Kadar iodium pada garam konsumsi yang

memenuhi Persyaratan adalah berkisar antara 30-80 ppm.

2.3.1 Manfaat Iodium

Iodium sebagai unsur penting dalam sintesa hormon tiroksin, yaitu suatu

hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses

pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Iodium juga sebagai pembentukan

hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal dari sel

parafoli – kular (sel CO). hormon ini berperan aktif dalam metabolisme kalsium,

maka harus selalu tersedia iodium yang cukup dan berkesinambungan

( Djokomoeljanto, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II 23

2.3.2. Sumber Iodium

2.3.2.1. Sumber Iodium dalam Makanan

Sumber iodium dalam makanan, antara lain : Makanan laut, Susu,

Daging, Telur, Air minum, Garam beriodium.

2.3.2.2. Sumber Iodium di Alam

Sumber iodium di alam, antara lain :

1. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu (kadar paling

tinggi apabila air ini bersumber dari igneous rock 900 ug/kg bahan).

2. Air laut, mengandung sedikit iodium, sehingga kandungan iodium garam

rendah.

3. Plankton, ganggang laut dan organisme laut lain berkadar iodium tinggi

sebab organisme ini mengkonsentrasikan iodium dari lingkungan

sekitarnya.

4. Sumber bahan organik yang dalam oksidan, desinfektan, iodophor, zat

warna makanan dan kosmetik, dan vitamin yang beredar dipasaran juga

menambah iodium.

5. Ikan laut, cumi-cumi yang dikeringkan banyak mengandung iodium

(Djokomoeljanto, 2006).

2.4. Garam Beriodium

Garam meja beriodium merupakan sumber iodium yang murah dan

efisien. Selain itu iodium juga banyak didapatkan pada makanan laut. Iodium

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II 23

yang dibutuhkan orang dewasa sekitar 1-2 µg/kgBB/hari. Di Amerika Serikat,

kebutuhan harian iodium untuk anak-anak adalah 40-120 µg, dewasa 150 µg,

untuk wanita hamil 220 µg, dan wanita menyusui 270 µg. makanan yang banyak

mengandung iodium adalah makanan yang berasal dari laut, sedangkan sayuran

dan daging sedikit mengandung iodium.

Cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhan iodium, terutama untuk

mereka yang bertempat tinggal dipegunungan yang jauh dari laut, adalah dengan

menambahkan iodida pada garam dapur, yang sehari-harinya digunakan di meja

makan (Gunawan, 2007).

2.4.1. Fortifikasi Iodium Pada Garam

Fortifikasi pangan adalah penambahan satan atau lebih zat gizi (nutrient)

kepangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat

gizi yang di tambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi dan pencegahan

defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya. Iodisasi garam menjadi

metode yang paling umum yang diterima oleh berbagai Negara di dunia sebab

garam digunakan secara luas dan oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya

adalah sederhana dan tidak mahal.

Fortifikasi yang biasa digunakan adalah Kalium Iodida (KI) dan Kalium

Iodat (KIO3). Iodat lebih stabil dalam ‘impure salt’ pada penyerapan dan kondisi

lingkungan (kelembaban) yang buruk. penambahan tidak mengakibatkan

perubahan warna dan rasa. Negara-negara yang dengan program iodisasi garam

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II 23

yang efektif memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan akan

prevalensi GAKI (Albiner, 2003).

Beberapa masalah yang menjadi kendala program ini adalah sebagai

berikut :

1. Sumber garam: sumber yang berbeda, misalnya garam rakyat, garam

tambang yang dikelola secara bisnis, akan menimbulkan beban biaya yang

berbeda. Selanjutnya iodisasi akan memberikan tambahan beban lagi, yang

sudah tentu pada akhirnya menjadi masyarakat.

2. Kualitas garam : kemurnian dan kandungan air akan mempengaruhi proses

iodisasi dan selera konsumen. Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi

kualitas iodium.

3. Masalah distribusi: perlu upaya deregulasi, karena prosedur yang rumit

akan meningkatkan beban biaya sehingga harga mahal, dan sasaran tak

tercapai.

4. Penyimpanan: teknik penyimpanan yang kurang memadai akan

mempengaruhi kualitas garam beriodium.

5. Pengepakan: pengepakan memerlukan teknik tertentu, menghindari cahaya

matahari dan kelembaban yang dapat mengakibatkan penguapan iodium.

Pengepakan yang baik dengan plastik kedap air, sehingga kadar air dalam

garam stabil.

6. Konsumen: umumnya masyarakat mengatakan rasa garam beriodium

kurang enak enak dan agak pahit serta harganya mahal (Suastika, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II 23

2.5. Akibat Kekurangan dan Kelebihan Iodium

2.5.1. Hipofungsi Tiroid (Hipotiroidisme)

Hipotiroidisme bila hebat disebut miksedema, merupakan gangguan tiroid

yang paling umum. Hampir seluruh dunia, hal ini disebabkan karena defisiensi

iodium, pada daerah non-endemik dimana iodium cukup tersedia, umumnya

disebabkan karena tiroiditis auto-imun yang kronik (tiroiditis Hashimoto).

Penyakit ini ditandai oleh tingginya antibodi terhadap peroksidase tiroid di

sirkulasi, dan mungkin juga dengan kadar trioglubulin yang tinggi mesti ini lebih

jarang terjadi. Dapat juga terjadi hambatan antibodi terhadap reseptor TSH, terjadi

eksaserbasi hipotiroidisme.

hipotiroidisme dengan goiter terjadi pada tiroiditis Hashimoto, atau bila

ada gangguan sintesis hormon tiroid yang hebat, bila penyakit ini bersifat ringan,

gejala tidak nyata, sementara progresivitas penyakit dapat berjalan terus akibatnya

gejala yang timbul berlebihan. Gambaran klinis pada pasien sangat spesifik,

antara lain : muka tampak sangat ekspresif, membengkak, pucat, kulit dingin dan

kering, kulit kepala bersisik, rambut kasar, kering dan mudah lepas, kuku jari

menebal dan rapuh, mungkin timbul edema, suara parau dengan nada rendah,

bicaranya lambat, gangguan daya pikir, dan mungkin mengalami depresi, terjadi

gejala gangguan saluran cerna, nafsu makan kurang, motilitas usus berkurang

sehingga sering terjadi distensi abdominal dan konstipasi. Tonus otot kantung

kemih juga berkurang sehingga mudah terjadi retensi urin. Pada pasien wanita

dapat mengalami gangguan haid (Gunawan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II 23

2.5.1.1. Konsep Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Gondok endemik hingga kini masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting, di Indonesia maupun di negara berkembang. Dahulu

hanya terfokus pada gondok endemik saja, sekarang lebih memfokuskan pada

masalah gangguan yang lebih luas yang digabung dalam GAKI atau IDD

(Gangguan Akibat Kekurangan Iodium, Iodine Deficiency Disorders), dimana

akibat defisiensi iodium merupakan satu spektrum luas dan mengenai semua

segmen usia, dari fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok

hanya sebagian kecil saja dari spektrum GAKI.

Dengan demikian kepentingan klinisnya tidak saja didasarkan atas akibat

desakan mekanis yang ditimbulkan oleh gondok, tetapi justru gangguan fungsi

lain yang dapat dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan mental

dan rendahnya IQ, hipotiroidisme dan kretin endemik. Semua gangguan pada

populasi tersebut akan tercegah dengan masukan iodium cukup pada

penduduknya (Djokomoeljanto, 2006).

2.5.2. Hiperfungsi Tiroid (Hipertiroidisme)

Tiroksikosis adalah keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya hormon

tiroid bebas dalam darah. Sedangkan, hipertiroidisme adalah keadaan dimana

produksi dan sekresi hormon tiroid meningkat akibat hiperfungsi kelenjar tiroid.

Hampir semua keluhan dan gejala tirotoksikosis terjadi karena pembentukan

panas yang berlebihan, peningkatan aktivitas motorik dan aktivitas saraf simpilis.

Kulit kemerahan, panas, lembab, otot lemah dan terlihat tremor, frekuensi denyut

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II 23

nadi dan jantung cepat. Semua ini menyebabkan nafsu makan bertambah, dan bila

kebutuhan ini tidak dipenuhi maka berat badan akan menurun. Mungkin pasien

akan mengeluh sukar tidur, cemas, dan gelisah, tidak tahan hawa panas, dan

peristaltik usus meningkat. Tiroksikosis yang tidak terdiagnosis setelah

berlangsung lama atau terapinya tidak maksimal, dapat mengalami miopatia, atau

osteoporosis akibat peningkatan bone-turnover (Djokomoeljanto, 2006 ).

2.6. Titrasi yang melibatkan iodium

Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi

langsung ( iodimetri ) dan titrasi tidak langsung ( iodometri ).

a. Titrasi langsung ( Iodimetri )

Iodium merupakan oksidator yang relative kuat dengan nilai potensial

oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi

menjadi iodida sesuai dengan reaksi:

I2 + 2e ↔ 2I-

Iodium akan mengoksidasi senyawa yang mempunyai potensial reduksi

lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih

kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.

b. Titrasi tidak langsung ( Iodometri )

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih

besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat

oksidator seperti CuSo4.5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II 23

direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang

selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat ( Rohman, 2009 ).

Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa garam cara berdasarkan

pemakaiannya:

1. Na2S2O3 sebagai titran dikenal sebagai iodometri tak langsung

2. I2 sebagai titran dikenal sebagai titrasi iodometri langsung dan kadang-

kadang dinamakan iodimetri

3. Suatu oksidator kuat sebagai titran. Diantaranya yang sering dipakai ialah :

a. KMnO4

b. K2Cr2O7

c. Ce (IV)

4. Suatu reduktor kuat sebagai titrant. ( W. Harjadi, 1986 )

2.6.1. Perbedaan Iodimetri dan Iodometri

Menurut basset (1994), metode cara langsung (iodimetri) jarang dilakukan

mengingat iodium merupakan oksidator yang lemah. Cara langsung disebut

iodimetri yang menggunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-

reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.

Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri yaitu oksidator yang dianalisis

cukup kuat untuk direaksikan sempurna dengan ion iodida berlebih dalam

keadaan sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi

dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam arsenit.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II 23

2.7. Iodometri (Metode Titrasi Tidak Langsung)

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih

besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat

oksidator seperti CuSo4.5H2O. Pada Iodometri, sampel yang bersifat oksidator

direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang

selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat ( Rohman, 2009 ).

2.7.1. Larutan Standar Na2S2O3

Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium

thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.

Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi

harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil

untuk waktu yang lama (Day & Underwood, 1981).

Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam

metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga trjadi I2 . I2 inilah yang

dititrasi dengan Na2S2O3 :

Oksanalat + I- ↔ Redanalat + I2

2 S2O3 + I2 ↔ S4O6= + 2 I-

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II 23

Daya reduksi ion iodida cukup besar dan titrasi ini banyak diterapkan.

Reaksi S2O3 dengan I2 berlangsung baik dari segi kesempurnaannya, berdasarkan

pada potensial redoks masing-masing:

S4O6= + 2e ↔ 2 S2O3

= EO = 0,08 Volt

I2 + 2e ↔ 2 I- EO = 0,536 Volt

Selain itu, reaksi berjalan cepat dan bersifat unik karena oksidator lain

tidak mengubah S2O3= menjadi S4O6

= melainkan menjadi SO3= seluruhnya atau

sebagian menjadi SO4= (Rivai, 1995).

2.7.2. Indikator Amilum (Kanji)

Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang

dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak

tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning muda dan seterusnya, sampai

akhirnya lenyap. Bila diamati lebih cermat perubahan warna tersebut, maka titik

akhir akan dapat ditentukan dengan cukup jelas. Konsentrasi ≈ 5 x 10 -6 M iod

masih tepat dapat dilihat dengan mata dan memungkinkan penghentian titrasi

dengan kelebihan hanya senilai 1 tetes iod 0,05 M. Namun lebih mudah dan lebih

tegas bila ditambah amilum kedalam larutan sebagai indikator (W. Harjadi, 1986).

Amilum dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang

sangat jelas. sekalipun I2 pada titik akhir iod yang terikat itupun hilang bereaksi

dengan titrant sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II 23

tampak sangat jelas. penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati

titik akhir titrasi (bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya kuning

muda). Maksudnya adalah agar amilum tidak membungkus iod dan

menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru akan

sulit lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak

sekali dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu

perubahan warna pada titik akhir (W. Harjadi, 1986 ).

Universitas Sumatera Utara