chapter ii 2

24
  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal 6 yang menyatakan : Pemerintah bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan. Keputusan Presiden Republik Indonesia No : 62 tahun 1995 tentang  pelaksanaan pemeriksaan penyelenggaraan urusan haji bab IV pasal 12 yang menyebutkan pelayanan dan pemeriksaan kes ehatan haji dilakukan ol eh Departemen Kesehatan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 tahun 1992 tentang penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 menyebutkan seti ap warga negara y ang akan menunaikan ibadah haji, h arus m emenuhi persy aratan yai tu sehat  jasmani dan rohani. Pasal 9 menyatakan calon jemaah haji harus memenuhi syarat kesehatan yang ditentukan dan calon haji yang mengidap penyakit karantina atau  penyakit menular menurut undang-undang yang berlaku ditunda keberangkatannya. 14 Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji adalah  berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992 Universitas Sumatera Utara

Upload: chaira-lemonade

Post on 16-Jul-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 1/24

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji

Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992

tentang kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal 6 yang menyatakan

: Pemerintah bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya

kesehatan.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No : 62 tahun 1995 tentang

pelaksanaan pemeriksaan penyelenggaraan urusan haji bab IV pasal 12 yang

menyebutkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan haji dilakukan oleh Departemen

Kesehatan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 tahun

1992 tentang penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 menyebutkan setiap warga

negara yang akan menunaikan ibadah haji, harus memenuhi persyaratan yaitu sehat

  jasmani dan rohani. Pasal 9 menyatakan calon jemaah haji harus memenuhi syarat

kesehatan yang ditentukan dan calon haji yang mengidap penyakit karantina atau

penyakit menular menurut undang-undang yang berlaku ditunda keberangkatannya.14

Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji adalah

berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 2/24

 

bahwa pengamanan kesehatan haji Indonesia terdiri dari kegiatan – kegiatan sebagai

berikut :4

a.  Pemeriksaan kesehatan

Rangkaian pemeriksaan kesehatan seluruh jemaah haji pada saat kedatangan

di Embarkasi adalah sebagai berikut :

a.1.Pemeriksaan dokumen kesehatan ( Buku Kesehatan Jemaah Haji dan Surat

Keterangan Imunisasi Meningitis / ICV ).

a.2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang terdiri dari :

a.2.1.Pemeriksaan Fisik 

a.2.1.Pemeriksaan Penunjang ( Kadar Gula Darah, EKG, Planotest bagi CJH

Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur). 

b. 

Pembinaan kesehatan

Pembinaan kesehatan merupakan sarana mencapai kondisi kesehatan optimal

hingga menjelang keberangkatan. Bimbingan dan penyuluhan dapat dengan cara-cara

promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian

  jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan

ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh kepada kesehatan, manajemen

berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis). Penyuluhan

kesehatan juga dapat dilakukan pada saat jemaah yang sakit datang meminta

pelayanan kesehatan.3,4

c.  Pelayanan medis

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 3/24

 

Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang

bersifat kontinum dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan

dan pemeliharaan kesehatan terhadap jemaah haji.

Pelayanan kesehatan di Embarkasi / Debarkasi Poliklinik meliputi :

c.1. PoloklinikEmbarkasi dan Debarkasi bagi jemaah haji sakit atau konsultasi

kesehatan pada saat tiba di Embarkasi/Debarkasi.

c.2. Rujukan dan Perawatan di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang dirujuk 

oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan

Embarkasi/Debarkasi.1

d.  Pengamatan penyakit

Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara

sistimatis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan

  jemaah haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan

penyakit atau masalah - masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,

pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program

kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi meliputi3,14,17

d.1. Surveilans Epidemiologi Jemaah Haji Risiko Tinggi.

Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

bahwa penderita hipertensi dengan umur < 40 tahun berjumlah 27 orang, 40-49 tahun

berjumlah 146 orang, 50-59 tahun berjumlah 371 orang dan≥ 60 tahun berjumlah

415 orang.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 4/24

 

d.2. Surveilans Epidemiologi Kunjungan Poliklinik Embarkasi.

Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

diperoleh kunjungan Poliklinik dengan berbagai jenis penyakit antara lain Hipertensi,

Dispepsia, Rheumathoid Atritis dan Diabetes Melitus. Penderita hipertensi dengan

umur umur < 40 tahun berjumlah 12 orang, 40-49 tahun berjumlah 105 orang, 50-59

tahun berjumlah 197 orang dan ≥ 60 tahun berjumlah 264 orang. 

d.3.Data jemaah haji dirujuk dan jemaah haji wafat di Embarkasi Polonia Medan

Tahun 2010.

e.  Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan

Merupakan kegiatan pemeriksaan sanitasi makanan, penyehatan

lingkungan asrama agar jemaah haji dan petugas bebes dari ancaman terjadinya

Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya

gangguan kesehatan lainnya.

Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat

massal di asrama embarkasi dan dalam perjalanan (Pesawat). Sedangkan prioritas

penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular penyakit, penyediaan

kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama embarkasi. Penyehatan lingkungan

di asrama untuk memberantas serangga/pengendalian vektor dilakukan pengasapan

(fogging). Penyehatan lingkungan di pesawat juga dilakukan dengan pemeriksaan

fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat, pemeriksaan dan pemantauan

kehidupan vektor serangga.3,14

Unsur tim pengamanan kesehatan haji tingkat propinsi antara lain Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 5/24

 

Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan dan RS Haji Mina Medan. Dalam melaksanakan

tugasnya KKP bertanggungjawab kepada Departemen Kesehatan RI.14

2.2. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji

Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi sebagai alat

prediksi risiko kesakitan dan kematian, dilaksanakan dalam dua tahap meliputi

pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas dan pemeriksaan kedua di Tingkat

Kabupaten/Kota.3,5,18

2.2.1. Pemeriksaaan Kesehatan Tahap Pertama

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah penilaian status kesehatan

tahap pertama seluruh jemaah haji sebagai persyaratan mengikuti perjalanan ibadah

haji. Dilaksanakan oleh Tim Pemeriksaan Kesehatan Pertama di Puskesmas yang

ditunjuk yang terdiri dari dokter yang diberi kewenangan sebagai pemeriksa

kesehatan, dibantu perawat dan analis laboratorium kesehatan. Puskesmas dan Tim

Pemeriksa kesehatan Pertama ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap pertama bagi calon jemaah haji

bertempat di Puskesmas :

a.  Pendaftaran Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) di Puskesmas yang

ditunjuk sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.

b.  Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) sesuai protokol standar profesi

kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 6/24

 

b.1. Anamnesis

b.2. Pemeriksaan Fisik 

b.3. Tes Fungsional

Untuk CJH lansia (Usia ≥ 60 tahun ), dilakukan Tes Fungsional Barthel

Indeks dimana untuk menilai kesanggupan melakukan aktifitas sehari-hari.Hasil

penilaian berupa ukuran kesanggupan: mandiri, perlu pendamping/pengawas,

perlu bantuan/ketergantungan.Adapun yang dinilai adalah fungsi perawatan

diri,fungsi kerumahtanggaan dalam melakukan aktifitas sehari – hari dan fungsi

perilaku.

b.4. Pemeriksaan Penunjang

Untuk CJH berusia ≥ 40 tahun dilakukan pemeriksaan Radiologi, Darah

Sewaktu (GDS), Kolesterol dan EKG.Untuk CJH Wanita Usia Subur (WUS) dan

Pasangan Usia Subur (PUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan. Untuk CJH

yang bertugas sebagai pendamping dilakukan tes kebugaran.

b.4.1.Laboratorium Klinik 

b.4.2. Radiologi

b.4.3. EKG

b.4.4.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard

Tes Kebugaran berfungsi untuk mengetahui tingkat kebugaran. Harvard

Test Step adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik 

turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan

parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 7/24

 

fisik seorang CJH untuk melakukan thawaf dan sa’i sebagai ritual/rukun ibadah

haji. Kontraindikasi Harvard Test Step adalah penderita penyakit jantung dan paru.

c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan disimpan di Puskesmas.

d. Cataan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH).

BKJH diisi setelah CJH mendapatkan bukti pelunasan Biaya Penyelenggaraan

Ibadah Haji (BPIH) atau terdaftar di SISKOHAT.

e. BKJH disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk 

selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksaan Kesehatan Kedua.

f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.

g. Untuk kepentingan pembinaan , pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang

sesuai dengan kebutuhan.

h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan kesehatan bagi

calon jemaah haji dan melaporkan hasil pemeriksaan calon jemaah haji ke Dinas

Kabupaten/Kota.

2.2.2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua.

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan

rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara

epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan

ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi (risti). Pemeriksaan Kesehatan Kedua

dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua di rumah sakit yang

ditunjuk.Penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 8/24

 

Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap kedua bagi calon jemaah haji di RS

Tipe C :

a. 

Pendaftaran ulang Pemeriksaan Kesehatan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

b.  Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji sesuai protokol standar profesi

kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :

b.1. Anamnesis

b.2. Pemeriksaan Fisik 

b.3. Tes Fungsional

b.4. Pemeriksaan Penunjang

b.4.1.Laboratorium Klinik 

b.4.2. Radiologi

b.4.3. EKG

b.4.4. Imunisasi Meningitis Meningokokus

b.4.5.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard

c. Hasil pemeriksaan Dokter Pemeriksa dan saran pembinaan dari Dokter

Ahli/Spesialis ditulis pada Catatan Medis yang dipakai sejak pemeriksaan

kesehatan tahap pertama.

d. Hasil pemeriksaan pada catatan medis menjadi dasar pengisian BKJH dan

penetapan kelayakan.

e. BKJH disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diserahkan kepada

masing–masing jemaah haji saat keberangkatan ke Embarkasi.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 9/24

 

f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan untuk keperluan kelayakan

pemberangkatan.

g. Untuk kepentingan pembinaan ,pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang

sesuai dengan kebutuhan oleh Dokter Ahli/Spesialis yang ditunjuk.

h. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas pelaksaan

pemeriksaan dan pembinaan kesehatan bagi calon jemaah haji.

2.2.3. Penetapan Kelayakan

Penetapan Kelayakan adalah upaya penentuan kelayakan jemaah haji untuk 

mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan mempertimbangkan

hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua melalui pertemuan yang dibuat

khusus untuk keperluan tersebut oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama, Tim

Pemeriksa Kesehatan Kedua, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan

Provinsi selambat-lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji

dimulai.

Standar kelayakan kesehatan adalah rumusan kriteria jemaah haji untuk 

memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan ibadah haji secara mandiri

tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Penetapan memenuhi

syarat atau tidak memenuhi syarat kesehatan mempertimbangkan aspek-aspek 

sebagai berikut :

a.  StatusKesehatan dikategorikan menjadi 4 yaitu :

1.Mandiri adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri

mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa kepada tergantung bantuan alat/obat dan

orang lain.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 10/24

 

2.Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri

mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat.

3.Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti

perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain.

4.Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi

syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan

kedua.

b.  Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan.

b.1.Peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis – jenis penyakit menular

tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk keluar masuk 

antar negara.

b.2. Ketentuan Keselamatan Penerbangan

a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian.

b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu.

c.Imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin ACW135Y,

dibuktikan dengan Kartu ICV (international Certificate of Vaccination). 

d.Calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila :

1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda.

2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di

Embarkasi.

3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan.5,18

2.3. Pembinaan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 11/24

 

Pembinaan kesehatan terhadap jemaah haji disamping dilakukan di

Puskesmas dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi penyuluhan,

pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan

.Pelaksanaannya dapat secara mandiri atau berkelompok dan berkesinambungan.

Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan pada jemaah haji usia

lanjut,jemaah risiko tinggi. Pembinaan kesehatan dimulai sejak di daerah asal,

diperjalanan, diasrama embarkasi/debarkasi haji, selama di Arab saudi dan setelah

kembali ke Indonesia.

Pembinaan kesehatan dilakukan dalam aspek 4,5

a.  Pengelolaan Kesehatan Haji Mandiri

Jemaah haji mampu mencari pelayanan kesehatan baik di kloter, sector,

daker maupun Rumah Sakit di Arab Saudi. Dismping itu jemaah haji diperkenalkan

dengan masalah penyakit, masalah kesehatan reproduksi dan vaksinasi.

b. 

Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses tubuh dalam menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi alam di Arab Saudi dan cara menghadapinya, pondokan, sarana dan

prasarana, sosial dan budaya.

c.  Latihan Kebugaran

Cara – cara untuk mencapai kebugaran dengan melakukan praktek 

kebugaran jasmani/latihan kesegaran jasmani. Bagi jemaah haji risiko tinggi atau

yang sakit hendaknya berkonsultasi ke dokter sebelum melakukan latihan.

d.  Pengaturan Gizi

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 12/24

 

Bagaimana pengaturan makanan/diet bagi jemaah haji selama melakukan

ritual haji. Pengaturan menu dan porsi makanan juga dapat menjaga agar berat badan

tetap ideal dan mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal.

e.  PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

Menjelaskan bagaimana tata cara berperilaku hidup bersih dan sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi jemaah haji dipengaruhi system nilai, norma

atau kultural daerah asal jemaah haji, ekonomi, pendidikan serta keyakinan agama.

2.4. Jemaah Haji Risiko Tinggi (Risti)

Jemaah Haji Risiko Tinggi adalah jemaah haji yang memiliki kondisi atau

penyakit tertentu yang diperkirakan dapat memperburuk kesehatan selama

menjalankan ibadah haji. Kondisi ini bisa hanya terdiri dari satu jenis penyakit untuk 

seorang jemaah haji, dan bisa pula lebih dari satu jenis penyakit. Makin banyak risti

yang dimiliki oleh jemaah, semakin besar risiko memburuknya kondisi kesehatan

calon jemaah haji tersebut.

 

Sebelum calon jemaah haji berangkat ke tanah Suci, terlebih dahulu

menjalani pemeriksaan kesehatan sehingga jemaah haji dapat dikelompokkan

kedalam yang sehat atau risiko tinggi (risti).Apabila calon jemaah haji tergolong

dalam risti,maka di Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) yang bersangkutan diberi

stempel “RISTI” untuk memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan jemaah,

baik TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia), TKHD (Tim Kesehatan Haji Daerah)

yang menyertai jemaah atau petugas kesehatan di BPHI (Balai Pengobatan Haji

Indonesia) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi.3,7,19

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 13/24

 

2.4.1. Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji

Faktor risiko jemaah haji dibagi 2 yaitu faktor risiko internal dan faktor risiko

eksternal.

a. Faktor Risiko Internal

1. Gangguan kesehatan/penyakit : hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK,

diabetes, stroke, dll

2. Perilaku : kebiasaan merokok, pola makan, gaya hidup.

b. Faktor Risiko Eksternal

Prosesi haji syarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara

sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota

Mekkah meliputi: Tawaaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan arah

berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi kiri badan).

1.  Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit

Safa ke Marwah, yang berkisar 500 m sekali jalan).

2.  Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum

wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf).

3. 

Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai

tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan

diselimuti cuaca dingin.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 14/24

 

4.  Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke

Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan

berdesakan saat melontar jumroh.

6

 

24.2. Jenis Risiko Tinggi

Risti dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu risti sehat dan risti

sakit.

19

a.  Risti Sehat

Risti sehat adalah kelompok jemaah calon haji yang secara fisiknya sudah

disertai keadaan tertentu yang memudahkan untuk timbulnya penyakit atau

mengalami penyakit tertentu. Kondisi fisik tersebut yaitu :

a.1. lanjut usia ≥ 60 tahun  

Proses penuaan pada lanjut usia sering disertai adanya peningkatan gangguan

organ dan fungsi tubuh. Dampak proses penuaan akan ditemukan banyaknya lanjut

usia yang mengalami gangguan kesehatan. Olah raga sangat penting dilakukan oleh

  jemaah haji lanjut usia untuk dapat mempertahankan kesehatan selama melakukan

aktifitas haji.

a.2. Obesitas

Penyebab terbanyak obesitas adalah ketidakseimbangan antara masukan dan

keluaran energi. Patofisiologi obesitas bervariasi yaitu genetik, psikologik, aktifitas

fisik, pola makan, pola hidup, usaha penurunan badan yang tidak teratur, sehingga

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 15/24

 

menimbulkan perubahan metabolisme. Penatalaksanaan obesitas bagi jemaah haji

sebaiknya kombinasi dari kalori, olah raga dan modifikasi gaya hidup. 

a.3. Kecacatan Fisik 

Bagi calon jemaah dengan cacat fisik diupayakan agar melakukan kegiatan

ibadah haji sesuai kemampuan. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah

sunah disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi

pemondokan yang jauh dari mesjid.Termasuk melontar jumarat di Mina sebaiknya

  jemaah yang sakit diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi

berdesakan. 

b.  Risti Sakit

Risti sakit adalah jemaah haji yang menderita penyakit kronis, seperti :

b.1. Penyakit Neuro-Psikiatri seperti paska stroke

b.2. Penyakit Kardiovaskuler seperti Hipertensi

b.3. Penyakit Endokrin seperti Diabetes Melitus

b.4. Penyakit Saluran Pernafasan seperti Asma

b.5. Penyakit lain – lain seperti Rhemathoid Athritis, Dyspepsia, Gagal ginjal.

Penyakit sistem kardiovaskuler dibagi atas Aterosklerosis, Hipertensi dan

Penyakit Jantung Koroner. Aterosklerosis adalah keadaan pengerasan dinding

pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan lubangnya. Penyakit Jantung

Koroner (PJK) adalah penyempitan pembuluh darah arteri koronaria yang memberi

pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung, terutama ventrikel kiri yang

memompa darah ke seluruh tubuh. Hipertensi merupakan faktor risiko yang berperan

penting terhadap terjadinya PJK dan proses aterosklerosis. Hipertensi disebut juga

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 16/24

 

sebagai Silent Killer  karena tidak ditemukan tanda–tanda fisik, individu dengan

tekanan darah >160/95 mmHg memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena

penyakit jantung dan 3 kali lebih tinggi untuk terkena stoke. Prevalensi hipertensi di

dunia sekitar 5- 18 %, sedangkan di Indonesia 6- 15 %. Sekitar 25- 37% jemaah haji

asal Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyebab

kematian pada jemaah haji.11,20

2.5. Defenisi Hipertensi

Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam

pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Tinggi rendahnya tekanan darah

ditentukan oleh 2 faktor yaitu curahan jantung dan tahanan resistensi pembuluh darah

perifer.21

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan

terus menerus yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah diastolik tekanan

darah sistolik maupun kedua - duanya secara terus menerus.

22

2.5.1. Klasifikasi Hipertensi

2.5.1.1. Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD Berdasarkan   Joint National Committee on Detection,Evaluation and 

Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) tahun 1997 dan WHO pada tahun 1999,

mempunyai kriteria gradasi yang sama, hanya berbeda dalam istilah tahapan dan

derajatnya.21,22

 

JNC VI tahun 1997 menggolongkan hipertensi dalam beberapa kriteria

,yaitu :

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 17/24

 

a.  Optimal yaitu tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik <

80 mmHg.

b. 

Normal yaitu tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan tekanan darah diastolik <

85 mmHg.

c.  Normal tinggi yaitu tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah

diastolik 85-89 mmHg.

d.  Hipertensi Ringan atau Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140-149 mmHg dan

tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

e.  Hipertensi Sedang atau Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan

tekanan darah diastolik 100-109 mmHg.

f.  Hipertensi Berat atau Derajat 3 yaitu tekanan darah sistolik ≥18 0 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.  

Berdasarkan tingginya tekanan sistolik, The Seven Of The Joint National

Comitte on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure

(JNC VII) tahun 2003, membagi hipertensi sebagai berikut :

a.  Normal bila tekanan darah sistolik 90 – 120 mmHg dan diastolik 60 – 80

mmHg,

b.  Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan diastolik 80 –

89 mmHg,

c.  Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan

diastolik 90-99 mmHg

d.  Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥

100 mmHg.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 18/24

 

Bila tekanan darah penderita hipertensi berbeda dengan klasifikasi, sebagai

contoh TDS 170 mmHg sedangkan TDD 90 mmHg maka derajat hipertensi

ditentukan dari tekanan sistolik (TDS) karena merupakan tekanan yang terjadi ketika

 jantung berkontraksi memompakan darah.23 

2.5.1.2. Hipertensi Berdasarkan Etiologi11,21,22,24

Menurut penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan , yaitu :

a.  Hipertensi Esensial (Primer)

Hipertensi Esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang

dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa

penyebab sekunder yang jelas. Prevalensinya mencapai 90 % dari seluruh penderita

hipertensi.

b. 

Hipertensi Non Esensial (Sekunder)

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh kelainanan

organ tubuh lain yang telah terbukti kaitannya dengan timbulnya hipetensi seperti

gangguan ginjal dan penyakit pembuluh darah yang memerlukan pemeriksaan khusus

agar dapat ditentukan diagnosis penyebabnya. Prevalensinya≤ 10 % dari seluruh

penderita hipertensi.

2.5.2.Gejala Klinis

Kebanyakan pada penderita tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan

darah mereka tinggi. Adapun keluhan/gejala yang dirasakan adalah sakit kepala,

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 19/24

 

mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunang-

kunang,susah tidur dan pusing.22

2.5.3. Determinan Hipertensi

2.5.3.1.Faktor Yang Tidak Dapat Diubah

a.Genetik 

Penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan

faktor risiko mengalami hipertensi dikemudian hari dan dinyatakan pula bahwa bila

salah satu orang tua menderita hipertensi, maka mempunyai risiko lebih besar untuk 

terkena hipertensi dibanding dengan orang yang kedua orang tuanya normal.24

b.Umur dan Jenis Kelamin

Pada umumnya ditemukan peningkatan tekanan darah menurut peningkatan

usia dimulai sejak umur 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Nursanty (2005)

karakteristik penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda

Medan tahun 2003 – 2004, bahwa proporsi penderita hipertensi pada kelompok umur

≥ 40 tahun 98,7 % (231 Orang).11,25

Menurut penelitian Mukhtar D (2007) menemukan bahwa prevalensi

penderita hipertensi pada perempuan usia 60-79 tahun sebesar 63% dan > 80 tahun

sebesar 74% dan diruang Rawat Akut Geriatri, persentase pasien perempuan dengan

hipertensi adalah 62,5%. Studi Cardiovascular Disease Framingham melaporkan

bahwa 90% usia pertengahan dan usia lanjut mengalami hipertensi. Ditemukan

kecenderungan peningkatan prevalensi penderita hipertensi menurut peningkatan

usia, tingkat prevalensi sebesar 6-15%.26

 

c.Ras atau Suku Bangsa

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 20/24

 

Penelitian menunjukkan bahwa hipertensi sering terjadi pada orang kulit

hitam daripada kulit putih yang tinggal dilingkungan yang sama. Di Amerika Serikat

15% golongan kulit putih dewasa dan 20 – 30 % kulit hitam adalah penderita

hipertensi. Prevalensi di Indonesia tidak jauh berbeda sekitar 6-15%, walaupun

dilaporkan adanya prevalensi yang rendah yaitu Ungaran 1,8% dan Lembah Balim

0,6%, serta ada yang tinggi di Silungkang 19,4% dan Talang 17,8%.22,24

2.5.3.2.Faktor risiko Hipertensi yang dapat dihindarkan atau diubah

a.Kegemukan (obesitas)

Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadi hipertesi. Penurunan

berat badan sebesar 5 kg 

pada penderita hipertensi dengan obesitas (kelebihan berat

badan >10 %) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga

bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain.21,24

Prevalensi hipertensi pada orang yang mempunyai IMT diatas 30 kg/m

2

ialah

38% pada laki-laki dan 32% pada perempuan, sedangkan pada orang dengan IMT <

25 kg/m2, prevalensinya masing-masing 18% dan 17%. Berdasarkan penelitian-

penelitian terkontrol, diperkirakan penurunan berat badan 9,2 kg dapat menyebabkan

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing 6,3 dan 3,1 mmHg. 

b. Konsumsi Garam Yang Tinggi

Asupan garam yang tinggi menyebabkan retensi cairan oleh tubuh. Hal ini

menyebabkan peningkatan volume plasma, isi sekuncup (stoke volume), curah

 jantung dan tekanan darah.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 21/24

 

Hubungan prevalensi hipertensi dengan asupan garam diteliti pada studi

Intersalt yang melibatkan 52 pusat penelitian di seluruh dunia dengan subjek lebih

dari 10.000 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara

tekanan darah sistolik dengan asupan natrium. Perbedaan dalam asupan natrium

sebesar 100 mEq (6000 mg NaCl) per hari berhubungan dengan tekanan sistolik 3-6

mmHg, dan pengurangan asupan natrium 100 mEq per hari dapat menurunkan

tekanan sistolik 10 mmHg pada subjek usia 25-55 tahun.27

c.  Kebiasaan Merokok 

Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan

terjadinya thrombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu

rokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkann kadar

kolesterol baik (HDL). Telah diketahui juga bahwa akibat merokok, menyebabkan

meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Rokok juga dapat menyebabkan

pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar oleh nikotin

akhirnya viskositas darah meningkat dan menimbulkan hipertensi.20,27

Menurut penelitian Martini (2006) ditemukan bahwa faktor risiko yang

signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap per hari 10-

20 batang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari lebih

berpengaruh terhadap risiko kejadian hipertensi dibandingkan lama kebiasaan

merokok. Penelitian ini mendukung penelitian Niskanen dkk (2004) adapun

karakteristik dari merokok yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 22/24

 

hipertensi adalah umur pertama kali mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap

perhari dan lama lama kebiasaan merokok telah dijalani.28

d. Konsumsi Kopi

Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya

tekanan darah.Pada umumnya yang mempunyai kebiasaan merokok juga suka minum

kopi.

e.  Konsumsi Alkohol

Alkohol yang diminim terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan

metabolisme karbohidrat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan

menimbulkan thrombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam

 jumlah besar dapat mengakibatkan hipertensi.21

Prevalensi penderita hipertensi dimasyarakat disebabkan oleh konsumsi

alkohol sekitar 5-7%. Konsumsi alcohol sebanyak 3 sloki per hari merupakan ambang

bagi kenaikan tekanan darah, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah 3

mmHg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi alkohol

dapat menurunkan tekanan sistolik 4-8 mmHg.27

f.  Stress Psikososial

Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh.Pada saat stres

respons syaraf simpatis memicu peningkatan tekanan darah secara intermiten.

Apabila stress berkepanjangan tekanan darah akan tetap tinggi.22

g.  Kurang Olah Raga

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 23/24

 

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena

olah raga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah. Olah raga juga dapat

mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh (tubuh yang

berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).21 

2.6.Upaya Pencegahan

Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, seyogyanya calon jemaah haji

harus melakukan persiapan- persiapan. Persiapan tentang ilmu manasik haji juga

persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dan mental meliputi pemeriksaan

kesehatan, persiapan dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim di negara Saudi

Arabia, persipan untuk menjaga kondisi fisik yang baik dan prima, sehingga dapat

menjalankan ibadah haji dengan optimal.19

2.6.1.Pencegahan primer

Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari

diri dari berbagai faktor risiko.Dapat dilakukan dengan cara :

a. Mengkonsumsi makanan sehat dan mengurangi garam

b Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang, tidak 

usah tergesa-gesa dan berdesakkan.

c. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan

kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari

mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit

diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan.

d. Istirahat yang cukup.

e. Olah Raga teratur jalan kaki lebih kurang 30 menit sehari.

Universitas Sumatera Utara

5/14/2018 Chapter II 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-2-55a8242003fc5 24/24

 

f. Tidak merokok.

g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi dari orang

lain (batuk,pilek,demam) yang semua itu dapat meningkatkan denyut jantung

menjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan sesak 

nafas.

2.6.2.Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini

suatu penyakit pada awal masa sakit berupa screening (penyaringan), hal ini dapat

dilihat pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Bagi calon jemaah haji yang

terdeteksi menderita hipertensi agar melakukan tindakan pengobatan secara teratur

sehingga memungkinkan menjalankan ibadah haji dengan kondisi prima. Jemaah haji

hipertensi sebaiknya rutin mengontrol tekanan darah pada dokter kloter masing-

masing (konsultasi) dan bawalah obat anti hipertensi bila bepergian dan minum

secara teratur.

2.6.3.Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih berat, kecacatan dan kematian. Untuk jemaah haji hipertensi agar tetap

melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan berobat secara teratur.

Dengan demikian kondisi fisik dapat dipertahankan secara optimal baik sebelum,

selama dan setelah melaksanakan ibadah haji.4,10,19

Universitas Sumatera Utara