cerpen simpel karya anak negeri

24
Suasana panas menyelimuti ruang kamar tidurku. Mungkin ini pertanda, hujan akan turun. Benar saja, hujan turun dengan derasnya. Mengguyur balkon kamarku dengan cucuran air yang seakan-akan tidak mau berhenti. Aku suka dengan hujan tetapi tidak dengan sambaran petirnya. Kesukaanku terhadap hujan bukan semata-mata kesejukan yang ditimbulkan. Melainkan aroma hujan yang menurutku sangat tenang dan damai. Malam semakin larut. Hujan juga semakin larut dalam keheningan malam. Aku berjalan menuju jendela kamarku yang terletak di dekat balkon. Ku lihat ribuan bintang tengah berkumpul dengan indahnya menghiasi langit malam. Aku berimajinasi. Ribuan bintang tengah mengukir dengan indahnya nama seorang lelaki yang selama 3 tahun ini telah mengisi hatiku. Kelvin. Entah kemana dia sekarang. Meninggalkan jejak yang teramat dalam di lubuk hatiku. Aku dan Kelvin telah menjalani hubungan LDR selama 2 tahun. Awal-awal kami menjalani LDR, semuanya baik-baik saja. Tapi kini, sikap Kelvin telah berubah. Ia menjadi acuh, arogan, dan terkesan kasar terhadapku. Kelvin yang sekarang dan yang dulu sudah sangat berbeda. Entah kenapa akhir-akhir ini Kelvin sangat sulit dihubungi. Segala media sosial telah ku coba untuk menghubungi lelaki berwajah oriental itu. Nihil hasilnya. Berbulan-bulan tanpa ada kabar dari Kelvin. Aku mulai lelah dan putus asa untuk melanjutkan hubungan LDR ini lagi. Sepertinya kata “putus” harus aku lontarkan dari bibir tipisku ini. Aku mencoba menahan kata-kata itu. Tapi sudah tidak bisa ditahan lagi. Segera aku kirim sms ke nomor Kelvin yang mungkin masih aktif. Beberapa menit kemudian handphoneku berdering. Alunan lagu Long Distance dari Bruno Mars sebagai tanda bahwa ada sms masuk. Mungkin itu dari Kelvin. Segera aku cek handphone kesayanganku. Benar saja. Itu balasan sms dari Kelvin. Perasaan marah, kaget, sakit, dan putus asa menghinggapi diriku. Kalimat inilah yang membuat perasaanku menjadi hancur tak beraturan “Baik. Kita akhiri saja hubungan ini. Sudah lama juga aku menanti kata itu darimu”. Terus saja aku memikirkan kalimat itu. Hingga aku berjaga sampai pagi.

Upload: devi-deprith-chan

Post on 24-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Cerita pendek tentang perjalanan jalan jalan seorang anak muda ke jakarta untuk lebih mengenal ibukota Jakarta.Memberikan inspirasi..

TRANSCRIPT

Suasana panas menyelimuti ruang kamar tidurku. Mungkin ini pertanda, hujan akan turun. Benar saja, hujan turun dengan derasnya. Mengguyur balkon kamarku dengan cucuran air yang seakan-akan tidak mau berhenti. Aku suka dengan hujan tetapi tidak dengan sambaran petirnya. Kesukaanku terhadap hujan bukan semata-mata kesejukan yang ditimbulkan. Melainkan aroma hujan yang menurutku sangat tenang dan damai. Malam semakin larut. Hujan juga semakin larut dalam keheningan malam. Aku berjalan menuju jendela kamarku yang terletak di dekat balkon. Ku lihat ribuan bintang tengah berkumpul dengan indahnya menghiasi langit malam. Aku berimajinasi. Ribuan bintang tengah mengukir dengan indahnya nama seorang lelaki yang selama 3 tahun ini telah mengisi hatiku. Kelvin. Entah kemana dia sekarang. Meninggalkan jejak yang teramat dalam di lubuk hatiku. Aku dan Kelvin telah menjalani hubungan LDR selama 2 tahun. Awal-awal kami menjalani LDR, semuanya baik-baik saja. Tapi kini, sikap Kelvin telah berubah. Ia menjadi acuh, arogan, dan terkesan kasar terhadapku. Kelvin yang sekarang dan yang dulu sudah sangat berbeda. Entah kenapa akhir-akhir ini Kelvin sangat sulit dihubungi. Segala media sosial telah ku coba untuk menghubungi lelaki berwajah oriental itu. Nihil hasilnya. Berbulan-bulan tanpa ada kabar dari Kelvin. Aku mulai lelah dan putus asa untuk melanjutkan hubungan LDR ini lagi. Sepertinya kata putus harus aku lontarkan dari bibir tipisku ini. Aku mencoba menahan kata-kata itu. Tapi sudah tidak bisa ditahan lagi. Segera aku kirim sms ke nomor Kelvin yang mungkin masih aktif. Beberapa menit kemudian handphoneku berdering. Alunan lagu Long Distance dari Bruno Mars sebagai tanda bahwa ada sms masuk. Mungkin itu dari Kelvin. Segera aku cek handphone kesayanganku. Benar saja. Itu balasan sms dari Kelvin. Perasaan marah, kaget, sakit, dan putus asa menghinggapi diriku. Kalimat inilah yang membuat perasaanku menjadi hancur tak beraturan Baik. Kita akhiri saja hubungan ini. Sudah lama juga aku menanti kata itu darimu. Terus saja aku memikirkan kalimat itu. Hingga aku berjaga sampai pagi. Sisa-sisa embun tadi malam masih setia menyelimuti kaca jendela kamarku. Membuat suasana kamar menjadi lebih segar dan damai. Ditambah sejuknya udara pagi membuat pikiranku semakin relaks. Hari ini aku memulai hidup baru tanpa adanya Kelvin disampingku. Pagi ini aku sudah siap untuk meyandang predikat jomblo. Pagi-pagi sekali aku berangkat menuju kampus. Ditemani alunan lagu dari Raisa yang mewakili perasaanku saat ini. Sampai di kampus, aku langsung menuju kantin untuk membeli sepotong roti bakar selai kacang kesukaanku. Apalagi ditaburi dengan parutan keju diatasnya. Semakin nikmat saja roti bakar itu. Maklum saja di rumah tadi belum sempat sarapan. Di sela-sela aku memakan roti bakar, Indira tiba-tiba datang dengan senyuman yang mengembang di bibir mungilnya itu.Pagi Arinda sayang sapanya dengan hangat.Pagi juga kesayanganku Indira balasku dengan senyuman hangat.Hubungan lo sama Kelvin gimana Rin? Masih baik aja kan? Gue sama dia semalem udah putus What?! Lo putus sama dia? Kenapa? tanya Indira kaget.Gue udah gak tahan sama sikapnya. Toh dia selama ini juga udah nunggu kata-kata putus dari mulut gue.Yang sabar ya Rin. Lo pasti bisa kok hidup tanpa dia. Lagi pula kan masih ada gue. Ya kan?Iya-iya. Lo udah sarapan?Udah kok. Buruan tuh rotinya dihabisin ntar keburu dingin lhoGimana mau dihabisin. Lo aja dari tadi nyerocos mulu. Aneh deh loHehehe. Bener juga loDari kantin, aku dan Indira langsung menuju kelas. Begitu sampai di kelas aku dibuat kaget dengan keadaan yang tiba-tiba saja berubah. Dengan seenak jidadnya Sisil merubah tempat duduk. Aku yang biasa duduk di depan sekarang di pindah ke belakang. Dengan duduk di belakang saja aku sudah menderita. Ditambah dengan bersebelahan dengan Rian si cowok aneh itu. Lihat saja kelakuan Rian. Baru saja dosen masuk dia mulai bertingkah aneh dan terkesan menghambat. Aku benci dengan Rian karena tingkahnya yang kekanak-kanakan itu. Dia juga diam-diam memperhatikanku yang tengah serius memperhatikan dosen yang sedang mengajar. Mungkin Rian merasa janggal dengan perlakuanku terhadapnya.Aku memang sengaja bersikap seperti itu. Sudah sejak dari dulu aku tidak menyukai sikap Rian. Tiba-tiba Rian melemparkan kertas kearahku. Ku buka kertas itu. Rian meminta untuk memberikan nomor handphoneku. Ku tulis saja Harus gitu gue kasih nomor handphone ke lo?. Aku lempar kertas itu tepat di depan meja Rian. Ia membuka dengan penuh semangat. Ekspresinya mendadak berubah. Dengan tampang kesal ia membalas. Rian mulai melempar kertas yang mulai kusut itu padaku. Aku buka kertas itu dan tertulis kalimat Lo harus kasih nomor handphone lo ke gue. Soalnya gue suka sama lo. Tanpa membalas aku langsung membuang kertas itu ke tempat sampah yang terletak di sebelah tempat dudukku. Aku langsung meminta izin kepada dosen untuk permisi ke toilet. Ku lihat pipiku yang mulai memerah. Entah perasaan apa yang timbul di diriku ketika Rian menuliskan kalimat kedua itu. Aku membasuh muka dengan air dingin yang ku biarkan mengalir sedari tadi di wastafel. 5 menit aku habiskan waktu di toilet. Rasanya enggan sekali untuk kembali ke kelas. Mungkin aku tidak akan kembali sampai dosen Lucy mengakhiri mata kuliah hari ini. Indira menghampiriku di toilet. Kok lo gak balik-balik lagi ke kelas?Gue males. Soalnya Rian dari tadi godain gue mulu di kelasDia suka kali sama loKalau memang iya, gue juga gak bakalan mau tuh sama diaHati-hati tuh ntar lo ke makan omongan sendiri lhoGak bakalan deh gue kayak gitu. Udah sekarang balik ke kelas yuk. Dosen Lucy udah kelar kan ngajarnya?Udah dari tadi juga kaliAku dan Indira segera menuju kelas. Suasana kelas sangat ramai. Aku enggan duduk di sebelah Rian lagi. Aku meminta izin kepada Sisil untuk mengubah tempat duduk ku. Sil, tolong dong gue dipindah tempat duduknya. Gue gak mau duduk sebelahan sama Rian si cowok super duper aneh itu. pintaku pada Sisil.Sorry Rin gue gak bisa. Itu semua juga bukan mau gue kok kalau lo duduk deket Rian.Terus?Rian sendiri yang bilang ke gue kalau dia mau duduk di sebelah lo. Jadi bukan salah gue kan.Tapi kan lo bisa bilangin ke Rian?Tetep gak bisa Rin.Oh gitu. Ya udah biar gue sendiri aja yang bilang sama Rian.Aku langsung menuju tempat dudukku di belakang dan bicara langsung dengan Rian. Tanpa basa-basi sedikit pun.Eh lo. Kenapa sih selalu bikin hidup gue berantakan?Dateng-dateng kok langsung marah-marah gitu sih Non.Denger ya gue gak suka cara lo manggil kayak gitu. Panggil gue Rinda aja bisa kan?Oke Rinda. Apa mau lo sekarang?Gue mau lo ngomong ke Sisil suruh mindahin gue duduk deket Indira bisa kan?Oh kalau masalah itu gue gak bisa.Kenapa? Kata Sisil lo kan yang ngebet banget mau sebelahan sama gue?Ya itu memang bener kok.Kenapa?Kan tadi lo udah gue kasih tau. Apa perlu gue kasih tau lagi biar jelas semua?Hah? Maksud lo?Jangan pura-pura lupa deh.Apaan sih lo? Ngomong aja gitu! Gue memang lupa kok.Tadi muka lo merah kenapa coba? Pastikan gara-gara gue nulis kalo gue suka sama lo kan? Ngaku deh lo!Sial! kataku dalam hati.Enggak tuh kata siapa? Ya udah yang penting lo sekarang bilang ke Sisil kalau gue mau pindah deketnya Indi.Ogah banget ya. Emang lo siapa gue?Aaarrrgghhh!!! Lo nyebelin banget sih jadi orang. Gue benci sama lo Rian!Awalnya benci. Ntar juga suka kok. ledek Rian.Aku berjalan menuju luar kelas dengan tampang yang kusut. Terdengar suara lelaki yang memanggil namaku di belakang. Ku tengok ke belakang, rupanya kak Rangga. Ia tengah berlari kecil sambil melambaikan tangan kepadaku. Kak Rangga adalah seniorku di kampus. Dia adalah mahasiswa semester terakhir. Yang kini tengah mempersiapkan skripsinya. Hai Rin. Ada yang mau kakak omongin nih. Bisa kan?Hai juga kak. Bisa. Ada apa ya?Sepulang dari kampus nanti kamu bisa temenin kakak ke toko buku kan?Bisa-bisa kak. Rencananya nanti aku juga mau ke toko buku.Bagus deh kalau gitu. Ntar aku tunggu di parkiran jam setengah 1 ya.Iya kak.Oke. Aku pergi dulu. See you.Berbincang dengan kak Rangga memang sangat menyenangkan. Pemikirannya yang dewasa membuat ia semakin pintar saja di mataku. Berbeda dengan Rian yang pemikirannya masih sama dengan anak TK. Aku tersadar dari lamunan. Kok tiba-tiba mikirin Rian sih. Aneh deh gue. Gawat nih otak gue semakin gak beres aja.Aku kembali berjalan menuju kantin. Aku membeli beberapa snack untuk aku makan di dalam kelas. Sampai di kelas. Ku lihat Indira tengah berbincang-bincang dengan Rian. Hei. Lo ngapain ngomong sama dia? ucapku mengagetkan.Gak pa-pa tuh. Lo cemburu ya?Idih males banget gue cemburu. Kalau lo mau ambil aja gih. Lagian bukan tipe gue.Yakin nih Rin? Gak nyesel nanti?Yakin lah.Woy gue kok dianggurin aja sih? bentak Rian.Lagian gak penting juga ngomong sama lo. ucapku judes.Oh gitu Rin. Ya udah mulai detik ini sampai kapanpun lo sama gue gak usah saling ngomong lagi.Baguslah kalau gitu. ucapku tegas.Dosen udah dateng. Mending lo kembali ke asal lo. ucapku pada Indira.Oke. Jangan ganggu Rian ya Rin. Gak akan.Untuk kali ini Rian sudah mulai tidak bertingkah lagi. Mungkin dia tadi benar-benar mencerna setiap kata yang aku ucapkan. Baguslah kalau begitu. Pelajaran kali ini berjalan dengan baik. Tanpa ada gangguan dari Rian. Aku membereskan buku dan alat tulis dan bergegas keluar kelas untuk bertemu kak Rangga di parkiran. Sebelum jam setengah 1 kak Rangga sudah stand by di parkiran.Maaf kak. Nunggu lama ya?Enggak kok. Kakak juga baru dateng. Ayo naik. Romantis sekali bisa memeluk kak Rangga dari belakang. Telah lama aku menuggu moment ini. Naik motor bersama kak Rangga. Jalanan yang macet merupakan keuntungan bagiku. Karena aku bisa berlama-lama mencium aroma parfum kak Rangga. Kira-kira jam 2 kami sampai di toko buku. Aku dan kak Rangga langsung menuju lantai 2. Begitu sampai.Kamu mau cari buku apa Rin?Novel kak. Kalau kakak sendiri?Komik. Ya udah kakak mau ke arah sana dulu ya. Iya.Aku mulai memilih-milih novel. Sampailah aku di sebuah novel dengan judul Cinta Berawal Dari Benci. Aku mulai membaca sinopisnya. Terlihat bagus. Aku tertarik untuk membacanya. Tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk membeli. Aku menghampiri kak Rangga yang sedari tadi tenggah sibuk memilih-milih komik yang sesuai.Hai kak. Udah dapet yang cocok apa belum nih?Belum nih. Bantu pilihin dong. Denger-dengerkan selera kamu untuk memilih buku bacaan sangat baik.Ahh kakak bisa aja.Aku mulai memilih komik yang sekiranya cocok untuk dibaca kak Rangga.Kalau yang ini bagaimana kak? kataku sambil menunjukkan komik yang aku pilih.Sebentar aku baca dulu ya.Kak Rangga mulai membaca sekilas. Ternyata...Ceritanya bagus. Aku suka. Pintar juga kamu dalam memilih komik. Makasih ya.Hehehe kakak bisa aja. Sama-sama kak.Kami berdua keluar dari toko buku sekitar pukul 03:45. Rencananya kami akan makan di sebuah restoran Jepang. Dengan cepat kak Rangga melaju menggunakan motor sportnya. Rasa deg-degan kembali muncul. Ditambah lagi kak Rangga memintaku untuk memegang pinggangnya. Tanpa sadar aku melakukannya. Jantungku berdebar kencang. Bertambah kencang. Semakin kencang. Berasa mau copot. Sampai juga di restoran. Restoran masih sepi. Kami memilih tempat duduk di pojok dekat toilet. Memang agak aneh. Tapi aku suka hal itu. Karena dari pojok sini aku bisa melihat keseluruhan restoran. Berbagai macam pernak-pernik khas Jepang menghiasi restoran ini. Kak Rangga memanggil pramusaji dan segera memesan.Silahkan. Dilihat dulu buku menunya. ucap pramusaji dengan ramah.Terima kasih. kata kak Rangga dengan senyum ramah.Saya pesan teriyaki. Minumnya ocha dingin. Kamu pesan apa Rin?Biar simple samaan aja kak.Oh ya udah. Ini mbak.Jadi 2 teriyaki sama 2 ocha dingin. ucap pramusaji memastikan.Iya.Mohon ditunggu sebentar. Hening. Kak Rangga sibuk dengan komik barunya. Tak lama, pramusaji datang untuk mengantar makanan yang telah kami pesan. Aroma teriyaki sangat menusuk hidung. Sudah tidak sabar untuk menikmatinya.Selamat menikmati. ucap pramusaji ramah.Terima kasih. balasku dengan ramah pula.Hei kak! Makanan udah sampe nih. Ayo dimakan ntar keburu dingin.Oke-oke.Kak Rangga sangat menikmati teriyaki yang di sajikan. Rasanya cukup enak. Lain daripada restoran Jepang yang pernah aku kunjungi. Rasanya enak ya kak?Iya. Kapan-kapan kita mampir ke sini lagi ya?Oke sip. ucapku sambil mengacungkan jempol.Kenyang sekali rasanya. Kak Rangga membayar bill yang sudah tergeletak di meja. Kami keluar meninggalkan restoran. Kak Rangga segera mengantarku pulang. Perjalanan menuju rumahku memang selalu macet. Untuk sekian kalinya aku mengucap syukur. Karena bisa bermacet-macet ria besama kak Rangga. Akhir-akhir ini aku menyukai kak Rangga. Di mulai saat hubungan LDR ku dengan Kelvin mulai merenggang sampai saat ini. Aku tidak berani mengungkapkan perasaanku ini pada kak Rangga. Aku takut kak Rangga tidak menyukaiku. Ya sudahlah biar aku dan Tuhanlah yang mengetahui. Entah sampai kapan pula aku memendam perasaanku ini. Mungkin sampai aku sudah tak bernafas lagi. Biarlah waktu yang akan menjawab. Kurang lebih 1 setengah jam, aku dan kak Rangga terjebak macet. Ternyata ada kecelakaan di ujung jalan sana. Akhirnya sampai juga aku di rumah. Makasih kak udah mau nganter aku. Biar kakak nggak kejebak macet lagi mendingan lewat jalan yang deket sama salon di ujung kompleks. Ntar belok kanan trus ke kiri. Ada pertigaan belok kanan. Sampe deh di jalan raya yang kita lewati tadi.Oke makasih ya infonya. Aku pulang dulu. See you.See you.Hari yang menyenangkan bersama kak Rangga. Ku tulis cerita-cerita menarik hari ini di buku diary kesayanganku. Mulai cerita dari Rian sampai ke kak Rangga. Ngomong-ngomong soal Rian, kira-kira besok apa lagi ya tingkah aneh yang akan dia lakukan. Semakin penasaran saja aku. Kenapa dari tadi aku ngomongin Rian ya? Aneh sekali aku. ***Hari kedua tanpa Kelvin. Rasanya masih enggan aku untuk melupakan semua kejadian indah bersama Kelvin. Dulu ketika Kelvin masih di Indonesia, kita sering sekali berjalan menyusuri pantai di sore hari. Menikmati sunset. Membuat berbagai macam origami. Sampai bermain game bersama dan aku yang selalu menang. Aku rindu dengan semua itu. Kini keadaan telah berubah. Kelvin sekarang telah menetap di negeri kangguru. Mungkin ia juga tidak akan kembali lagi ke Indonesia. Kelvin. Aku merindukanmu sayang. Sudahlah. Yang terpenting sekarang sudah ada kak Rangga yang menggantikan Kelvin. Kepribadian kak Rangga menyerupai Kelvin. Hal itu lah yang menyebabkan aku menyukainya. Aku bersiap menuju kampus. Mama menyiapkan sarapan untukku. Seperti biasa roti tawar dengan selai kacang. Ditambah taburan keju di atasnya. Aku melahap roti yang telah disiapkan Mama. Cukup kenyang. Aku mencium tangan Mama dan segera menuju kampus. Berangkat dulu Ma. kataku sembari mencium tangan Mama.Iya. Hati-hati kalau bawa mobilnya.Siap Bos.Aku melaju dengan mobil putih milik Mama. Dengan hati-hati aku membawa mobil itu. Beruntung kali ini jalanan tidak macet. Sampai di kampus aku menemui Indira dan Rian tengah mengombrol dengan asyiknya di dekat kantin. Mobil telah aku parkir. Sekarang aku harus bertemu dengan Indira.Pagi Indira ku tersayang. sapaku hangat sembari tersenyum.Pagi Arinda. Lo kok tumben baru dateng?Iya nih tadi disuruh Mama sarapan dulu. Jadi datengnya agak kesiangan deh. Kok lo tumben pagi-pagi ke kantin?Lo gak liat gue kan sekarang lagi nemenin Rian buat sarapan.Manja banget sih lo! Sarapan aja minta di temenin. ucapku marah.Emang kenapa? Indira kan juga temen gue.Enak aja lo mau ngrebut Indira dari gue. Emang Indira mau jadi temen lo? Sejak kapan juga lo temenan?Gue mau kok Rin jadi temennya Rian. jawab Indira dengan semangat.Tuh kan lo denger sendiri. Indira aja mau jadi temen gue. Lagian gue udah lama kenal sama Indira. Dia kan temen gue waktu di SMA. Lo pasti baru tau kan? Kudet lo? Jadi lo temennya Rian waktu SMA? Iya Rin. Maaf kalau selama ini gue belum cerita sama lo. Soalnya gue tau lo itu gak suka sama Rian. Jadi gue juga gak berani cerita. Lagian kalau gue cerita pasti lo nggak mau denger juga kan?Iya deh nggak pa-pa. Lagian juga gak penting kok. Ya udah yuk sekarang kita balik ke kelas?Trus gue gimana? kata Rian.Lo pikir aja sendiri. ucapku sambil menyeret tangan Indira.Lo apa-apaan sih Rin. Kasihan tau dia?Emang gue pikirin?!Lo jahat ih! Ntar kalau nudah naksir baru tau rasa deh lo. ledek Indira.Jangan sampe. Amit-amit.Suasanya di kelas masih sangat sepi. Hanya ada Sisil yang tengah melamun.Woi! Pagi-pagi kok udah ngelamun. kataku mengagetkan Sisil.Lo ngagetin gue aja Rin. Rian mana?Wait!! Kok tanya Rian ke gue sih? Emang gue siapanya dia?Kata Rian kalau mau tau tentang dia tanya aja ke Arinda.Gila tu anak. Bilang ke dia gue bukan siapa-siapanya dia.Asal kamu tau Rin. Rian itu udah lama suka sama lo. Bahkan waktu Kelvin pergi ke Australia dia seneng banget. Dia juga ngomong ke gue. Biasanya hubungan LDR itu nggak berjalan lama. Sekarang terbukti kan Rin? Indira menjelaskan.Bener tuh Rin. Rian udah lama suka sama lo. Gue juga udah bosen dengerin dia curhat. Pasti ujungnya tentang lo mulu. Mendingan lo pacaran aja sama dia. tambah Sisil.Lo berdua apaan sih. Gue itu gak suka sama Rian. Asal kalian tau ya dia itu cowok paling resek yang pernah gue temui.Dia gitu karena dia itu suka sama ekspresi muka lo waktu marah. kata Indira.Tiba-tiba Rian muncul dari pintu kelas yang terbuka.Ini pasti lagi ngomongin gue kan?Gak usah kege-eran deh lo! ucapku sewot.Gue gak ge-er kok.Kenapa sih kalian berdua kalau ketemu pasti berantem? kata Sisil heran.Dia tuh Sil yang mulai duluan. ucap Rian membela diri.Gue? Lo dulu tau. Kalau lo gak resek kan gue juga gak bakalan kayak gini. Paham gak lo?Paham kok. Lo kalau lagi marah cantik juga ya Rin.Gak mempan rayuan lo.Gue gak lagi ngerayu kok. Gue ngomongin fakta.Whatever!!Tanpa memperdulikan Rian yang mulai mengoceh. Aku duduk di tempat seperti kemarin. Bersebelahan dengan Rian dan tempat sampah. Menyebalkan. Untuk menenangkan pikiran biasanya aku mulai membaca novel dengen di temani alunan musik di handphone. Ku lihat Indira tengah asyik mengobrol dengan Sisil dan Rian. Entah apa saja yang mereka omongkan. Aku kembali fokus dengan novel yang ku baca. Cerita di novel tidak jauh berbeda dengan aku dan Rian. Setiap bertemu selalu bertengkar. Aku sudah menebak pasti nanti happy ending. Cewek sama cowoknya yang duka bertengkar itu pasti mereka akan jadian. Rian tiba-tiba muncul dihadapanku.Hai. Serius banget Non baca novelnya.Bawel banget sih lo!Gue mau ngomong serius sama lo!Ya udah ngomong aja.Liat muka gue dong. Yang ngomong di sini kali.Iya-iya. Kenapa sih lo?Gue denger lo lagi deket sama kakak senior semeter akhir ya?Bukan urusan lo!Lo tau gak dia itu punya adek yang kuliah di sini juga.Gue bilang bukan urusan lo. Pergi gak lo! Gue males ngomong sama lo.Dengerin gue dulu Rin. Ini serius. Gue itu sebernernya...Sebenernya apa? Hah?Gue itu sebenernya adeknya kak Rangga. Lo gak percaya kan? Lo pasti juga baru tau kan soal ini?Impossibble.Kalau lo gak percaya lo bisa tanya sendiri kok sama kakak gue.Ucapan Rian tentang kak Rangga masih berputar-putar dalam otakku. Materi yang disampaikan dosen kali ini benar-benar tidak aku dengar. Aku sibuk mencerna ucapan Rian itu. Sampai-sampai dosen yang memanggilku pun tidak aku dengar.Husshhh.. Rin lo dipanggil dosen tuh! bisik Rian.Arinda Putri Merliana!! ucap dosen dengan suara keras.Eh iya Pak. Ada apa ya?Kamu dari ngelamunin apa?Bukan apa-apa Pak.Ya sudah kamu sekarang ke toilet di dekat kelas dan bersihkan sampai bersih.Iya Pak. ucapku lesu.Aku keluar dan menuju toilet di dekat kelas untuk aku bersihan. 30 menit aku berjibaku dengan alat-alat kebersihan ini. Lelah sekali. Untuk ke sekian kalinya Rian datang denga tiba-tiba.Nih gue bawain minum sama snack. Lo terima ya?Gak usah gue gak haus sama gak laper juga kok.Perutku berbunyi.Bunyi apaan tuh?Bukan apa-apa?Bunyi perut lo kan? Ngaku aja deh? Nggak usah malu. Nih ambil.Makasih.Sama-sama. Akhirnya gue bisa dengerin lo ngomong kata itu ke gue Rin.Mau gue bantu?Gak usah ini udah kelar kok. Tinggal nunggu keringnya aja.Oh gitu.Gue mau nanya kok lo jadi baik sama gue?Kan gue pernah ngomong ke lo. Lupa lagi?Nggak. Yakin gak ada alasan lain?Nggak. Lo gak lupa kan kalau gue suka sama lo?Alhamdullilah gue nggak lupa.Syukur deh. Lo inget trus ya. Kalau perlu sampe mati.Lo nyumpahin gue mati ya? Kurang ajar lo! Bukan gitu maksud gue.Bodo amat. Ya udah gue mau ketemuan dulu sama kak Rangga.Kok lo minta izin ke gue sih?Tauk ahh!!! Lo jebak gue! Nyebelin!Aku berjalan menyusuri lorong yang menghubungkan antar ruang kelas mahasiswa semester awal dengan semester akhir. Suasana sangat ramai. Sampai di depan kelas kak Rangga. Aku menanyakan keberadaan kak Rangga ke senior yang tengah duduk-duduk santai. Di kampus ini kata senior memang sangat penting. Itu berguna agar junior bisa menghormati mahasiswa yang lebih senior. Permisi kak. Kak Rangga ada di kelas?Lo mahasiswa semester berapa?Semester 3. Maaf kakak belum jawab pertanyaan saya?Oh kamu Arinda ya?Iya kak.Jangan terlalu formal gitu lah. Yang biasa-biasa aja. Lo cari Rangga? Dia ada kok di kelas. Gue panggil dulu ya.Iya kak maaf ngrepotin.Nggak kok. ucapnya sambil memasuki kelas.Tidak semua mahasiswa senior bersifat kasar pada juniornya. Contohnya saja teman-teman kelasnya kak Rangga. Mereka sangat ramah terhadap juniornya. Bahkan mereka menganggap semua sama saja. Tidak ada kata senior junior buat mereka.Rangga, lo dicari Arinda di depan.Oh gitu. Makasih ya.Oke.Tak lama kemudian kak Rangga sudah muncul di hadapanku.Hai Rin! Tumben dateng kesini. Ada apa?Hai kak! Aku mau ngomong penting sama kakak. Tapi gak disini.Ngomong apa? Emang penting banget ya?Iya kak. Kita ngomongnya di taman belakang kampus aja gimana?Oke. Ayo kita kesana.Aku berjalan berdampingan dengan kak Rangga. Menyusuri lorong-lorong yang menghubungkan antara bangunan utama dan taman. Keadaan di taman belakang kampus tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswa saja disana. Aku memilih tempat yang sedikit tersembunyi.

Kakak harus jawab jujur ya?Iya Rin. Kenapa? tanya Rangga bingung.Apa bener kak Rangga itu kakaknya Rian? tanyaku dengan hati-hati.Maksudmu Adrian Putra Nugroho? tanya Rangga.Iya kak.Oh itu bener kok. Rian memang adik ku. Kenapa?Serius kak? Rian adik nya kak Rangga?Iya Arinda. Kamu baru tau ya?Hah? Iya kak. Rian sendiri yang bilang ke aku. Berhubung aku gak percaya jadi aku tanya langsung ke kak Rangga.Oh gitu. Maafin adik ku ya Rin kalau dia sering bertingkah yang aneh-aneh. Dia memang kayak gitu. Tapi sebenernya dia baik dan perhatian kok.Ehmm. Iya kak. Ya udah aku balik ke kelas dulu ya kak.Iya. Hati-hati.Masih dengan tampang kaget aku berjalan menuju kelas. Tanpa memperdulikan orang sekitar yang sedari tadi memperhatikanku, aku terus saja berjalan. Hampir saja aku menabrak tong sampah. Sampai di kelas aku mencari-cari sosok Rian. Itu dia.Rian. ucapku lirih.Ya kenapa Arinda ku sayang?Lo gak usah bikin gue tambah gila deh.Lha kenapa? Indira aja boleh manggil lo gitu masak gue boleh sih?Ya bedalah. Udah gue males debat sama lo.Lo takut kalah kan.Nggak tuh. Jadi lo bener adiknya kak Rangga?Iya kan dari tadi gue juga udah ngomong kayak gitu kan? Lo masih gak percaya juga? Tanya kak Rangga aja?Gue udah nanya kak Rangga?Trus jawabnya apa?Kak Rangga bilang kalau lo emang adiknya dia? Tuh kan gue itu gak pernah bohong sama lo.Ya kali ini gue percaya.Di mata kuliahnya dosen Bayu aku tidak sepenuhnya berkonsentrasi. Konsentrasiku terbagi dengan pernyataan yang Rian dan kak Rangga lontarkan. Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Mustahil kalau mereka berdua saudara kandung. Kelakuan mereka berdua sangat berbeda bagaikan bumi dan langit. Kak Rangga dengan sifatnya yang dewasa, cool, ramah, dan sangat baik. Berbanding jauh dengan Rian. Sifatnya yang kekanak-kanakan, jail, sombong, resek membuat setiap orang yang di dekatnya selalu ingin marah. Kak Rangga. Rian. Mereka bersaudara. Tidak bisa dipercaya.Mata kuliah hari ini selesai. ucap dosen Bayu membangunkanku dari lamunan.Kontan semua berteriak kegirangan. Tetapi tidak dengan aku. Rin gue duluan ya. kata Indira dari kejauhan.Hmm iya hati-hati.Kok lo gak balik? Lo mau nginep di sini?Gue lagi males pulang ke rumah.Mau main ke rumah gue gak?Gak perlu. Lo suka kan sama kakak gue?Kalau iya emang kenapa?Asal lo tau ya kak Rangga itu bentar lagi mau tunangan. Rencananya sih beberapa hari setelah kak Rangga wisuda.Hah?! Lo serius?Gue kan tadi udah bilang. Gue itu gak pernah bohong sama lo. Jadi lo harus percaya sama gue.Gak mungkin.Lo masih gak percaya. Nih liat fotonya kak Rangga sama ceweknya. Mesra banget kan? ucap Rian sambil menunjukkan foto kak Rangga di handphonenya.Dadaku terasa sesak. Aku menangis. Untuk kedua kalinya aku harus merasakan perasaan seperti ini.Gue pergi dulu. Lo mau kemana Rin?Aku melangkah menuju taman belakang kampus. Diam-diam Rian mengikuti ku dari belakang. Aku duduk di kursi taman dengan menangis tersedu-sedu. Rian menghampiriku.Lo ngapain nangis?Tak ada jawaban dariku. Hanya isak tangis yang terdengar.Lo cinta sama kak Rangga? Lo tau gak Rin gue itu sayang sama lo. Gue gak tega kalau liat cewek yang gue taksir nangis kayak gini. Lo gak usah ngebuat gue seneng deh.Tapi gue gak bisa ngebohongin perasaan gue ini Rin. Gue orangnya apa adanya. Kalau gue suka sama cewek ya gue harus ungkapin. Biar ntar gak jadi sakit di hati Rin.Gue gak suka sama lo bentakku dengan suara gemetar.Gue lega lo udah jawab. Meskipun nggak sesuai apa yang gue harapkan. Tapi gak pa-pa. Setidaknya gue udah ungkapin perasaan gue ke lo. Sekarang lo gak usah sedih lagi ya Rin. ucap Rian sambil menghapus air mataku.Lo apa-apaan sih? Gue bisa kok hapus air mata gue sendiri.Kalau gitu senyum dong.Penting ya gue senyum sama lo?Iyalah gue kan..Gue apa? Hah? Lo mau ngomong lagi kalau lo suka sama gue. potongku.Nah itu lo udah tau.Ya udah gue balik dulu..Mau gue anter?Gak usah gue bisa balik sendiri. Emang gue lumpuh apa?Oke kalau gitu. Hati-hati di jalan ya Rin.Aku tidak membalasnya. Aku berlalu begitu saja menuju parkiran dan segera pulang ke rumah.***

Aku mulai menulis di buku diary. Tuhan..Kenapa hal ini bisa terjadi? Rian dan kak Rangga adalah saudara kandung. Ditambah lagi kak Rangga akan melangsungkan pertunangannya beberapa hari setelah wisuda. Skenario kehidupan apa lagi yang akan engkau tunjukkan padaku Tuhan? Aku pikir kak Rangga adalah pengganti Kelvin di hatiku. Ternyata tidak. Tuhan. Kenapa bisa Rian menyukaiku? Apa yang membuatnya suka terhadapku? Apakah Rian pengganti Kelvin yang sesungguhnya? Teka-teki kehidupan apa lagi ini ya Tuhan? Ku serahkan semua pada-Mu. Biarlah engkau yang bekerja Tuhan. Arinda

Malam semakin larut. Ku lihat ada pesan masuk di handphone. Dengan nomor yang tidak aku kenali. Enggan sekali aku untuk menjawab. Aku berjalan menuju balkon kamar. Ku lihat suasana di luar rumah sangat sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Aku duduk di kursi lipat yang terletak di sudut balkon. Ku buka laptop berwarna putih susu pemberian dari Papa. Aku melihat semua foto-foto kenanganku dengan Kelvin. Romantis sekali. Aku rindu dengan semua kejadian-kejadian ini. Aku masih belum bisa melupakan Kelvin. Bagaimanapun juga sudah 3 tahun ini dia yang mengisi kekosongan hatiku. Canda tawanya yang selalu membuatku tertawa renyah. Kelvin. Apakah kamu masih memikirkanku? Aku memutar lagu milik Westlife dengan nama My Love. Lagu kenangan dengan Kelvin. Lagu itu pula yang membuatku terlelap di malam hari.***Jam weker berdering kencang. Ku lihat jarum pendek menunjuk angka 7 dan jarum panjangnya menunjuk angka 30. Aku masih punya waktu jam untuk bersiap menuju kampus. Aku memutuskan untuk tidak mengikuti mata kuliah dosen Yanti. Mata kuliah yang membosankan dengan dosen yang sangat killer. Membuat teman kelas ku selalu tegang setiap menghadapinya. Untuk mengisi waktu kosong sebelum ke kampus, aku menyempatkan untuk mampir di toko origami dekat kampus. Aku iseng-iseng belajar origami di toko itu. Tak ku sangka Rian juga ada di situ. Lo ngapain kesini?Harusnya gue yang nanya lo ngapain kesini?Gue mau bikin origami lah.Emang lo bisa? ledek Rian.Lo mau bukti?Iya dong.Aku mulai menunjukkan keahlianku dalam membuat origami. Rian juga tidak mau kalah. Ia menantangku membuat origami yang paling sulit. Dengan senang hati aku menerima tantangannya. Tak lama kemudian.Nih liat origami buatan gue udah jadi. Mana liat punya lo?Nih kerenkan?Bagusan juga punya gue. kata Rian sombong.Oke gue akui itu lebih baik dari pada punya gue. Lo belajar dari mana bisa bikin origami sebagus itu?Dari kak Rangga.Oh. jawabku singkat. Lo kok gak kuliah? ucapku mengalihkan topik pembicaraan.Males. Dosennya killer. Lo sendiri?Gue bangun kesiangan. Kalau gue paksain masuk ntar gue malah kena semprot.Hahaha..Kok lo ketawa sih? Apanya yang lucu coba?Ekspresi muka lo.Lo resek banget ya.Kalau gak resek bukan Rian namanya. jawabnya bangga.Terserah.Aku membeli beberapa origami-origami yang dijual di toko tersebut. Rian gue duluan ya. Tunggu!Apa lagi? kataku sambil keluar toko;Lo mau kemana?Kampus lah.Bareng dong.Manja banget sih lo.Biarin. Kan gue mau dimanja-manja sama lo.Idih. Males banget.com kali.Aku dan Rian berbincang tentang banyak hal. Ternyata Rian seru juga orangnya. Perasaan lo sekarang ke gue gimana? tanyaku tiba-tiba.Gimana apanya?Sudahlah lupakan.