cerita anak

54
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Oleh karena itu, manusia harus bergaul dan berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial, manusia serimg memerlukan orang lain untuk memahami apa yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan perasaan orang lain dapat dilakukan dengan menyimak. Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak merupakan keterampilan yang paling penting diantara keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini, siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah, 1996 : 82 ). Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa ” keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang diberikan atau diterima tidak dimengerti ”.

Upload: uje-doank

Post on 27-Sep-2015

271 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PTK

TRANSCRIPT

20

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang MasalahManusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Oleh karena itu, manusia harus bergaul dan berhubungan dengan manusia lain. Sebagai mahluk sosial, manusia serimg memerlukan orang lain untuk memahami apa yang sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang diinginkan, pemahaman terhadap pikiran, kehendak dan perasaan orang lain dapat dilakukan dengan menyimak.Banyak pilihan yang menganggap bahwa menyimak merupakan keterampilan yang paling penting diantara keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini, siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping tentunya pengucapan yang baik ( Azis dan Alwasilah, 1996 : 82 ).Selanjutnya, Astuti ( 2002 : 3 ) menyatakan bahwa keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang diberikan atau diterima tidak dimengerti .Dan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan menyimak sangatlah perlu diberikan kepada siswa. Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa dapat memperoleh informasi dari bahan simakan. Namun dalam pencapaian harapan tersebut, banyak hambatan atau kendala dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya. Seperti kenyataan yang dihadapi bahwasanya kemampuan siswa dalam menyimak, khususnya mengungkapkan kembali isi berita sangat kurang.

1Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak khususnya mengungkapkan kembali isi cerita, tentu saja menjadi persoalan bagi peneliti. Karena disamping harapan kurikulum tidak terpenuhi, juga sangat berpengaruh pada penentuan nilai akhir pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan menyimak diduga berasal dari faktor siswa dan guru. Dari siswa, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mereka tidak memeiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang, kurangnya motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran menyimak. Sedangkan dari faktor guru sebagai akibat dari belum efektifnya strategi pengajaran yang digunakan. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, peneliti hanya menggunakan teknik dikte (imla) pada pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam menerima pelajaran menyimak.Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, maka perlu mencari upaya pemecahanya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba menggunakan media audio berupa tape recorder. Alasan peneliti menggunakan media audio ini dengan pertimbangan media mudah diperoleh dan dapat menunjang peneliti dalam pengajaran menyimak.Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Cerita Anak Yang Didengar Melalui Bermain Peran Pada Siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo

B. Rumusan MasalahAdapun yang menjadi rumusan masalah pokok dalam makalah ini adalah sebagai berikut:a. Bagaimana penerapan menceritakan kembali cerita anak yang dikeluarkan dengan kata-kata sendiri pada siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo b. Apakah ada peningkatan kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dikeluarkan dengan kata-kata sendiri pada siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo

C.Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuannya adalah :1. Mendiskripsikan penerapan kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dikeluarkan dengan kata-kata sendiri pada siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo2. Mendiskripsikan peningkatan kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dikeluarkan dengan kata-kata sendiri pada siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo

D. Manfaat Penelitian1. Peneliti/GuruHasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas.2. SiswaHasil penelitian ini dapat meningkatkan siswa dalam menerima pelajaran.3. Peneliti LainHasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.4. Kepala SekolahHasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman 1. Definisi Pemahaman Pemahaman merupakan bagian dari domain kognitif yang ada pada taksonomi Bloom. Seseorang dikatatakan telah memahami suatu informasi apabila dapat menerangkannya kembali dengan kalimat sendiri. Memori kerja memainkan peran penting selama membaca, terutama karena memori kerja memiliki kapasitas terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaca yang memiliki rentang memori kerja yang relatif besar dapat memproses kalimat ambigu dengan cepat. Individu yang bisa mempertahankan banyak item dalam memori akan sangat cepat dan akurat dalam memahami kalimat yang kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca sangat tergantung pada kemampuan kognitif (Matlin, 2005).Menurut Snow (2002), pemahaman bacaan adalah sebuah proses yang secara bersamaan menggali dan membangun makna melalui interaksi dan keterlibatan melalui bahasa tulis. Hal ini didukung oleh Sardjono (Snow, 2002), pemahaman bacaan adalah proses menghubungkan bahan tertulis dengan apa yang telah diketahui dan ingin diketahui pembaca.Pemahaman bacaan adalah kesanggupan pembaca menyebutkan kembali isi bacaan argumentasi, eksposisi, atau bacaan deskripsi tentang suatu topik tertentu (dalam Razak, 2001). Pemahaman bacaan (reading comprehension) adalah kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui; menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kogntif dari bahan tertulis (dalam Tarigan, 1991).

4Menurut Yoakam, pemahaman bacaan melibatkan kebenaran mengasosiasikan makna dengan simbol-simbol kata, mengevaluasi makna yang disarankan dalam konteks, pemilihan makna yang benar, mengatur ide-ide dari bacaan, mengingat ide-ide tersebut, dan penggunaannya dalam beberapa aktivitas sekarang atau masa depan (dalam Ahuja, 2007). Pemahaman bacaan adalah pencarian makna bacaan dengan menggunakan unsur-unsur dalam bacaan, misalnya kata kunci, pengorganisasian gagasan, judul, subjudul, dan sebagainya, dan diarahkan oleh latar belakang pengetahuan umum pembaca dan pengetahuannya tentang topik yang sedang dihadapi (dalam Djiwatampu, 2008).Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan pemahaman bacaan adalah suatu kegiatan yang menggali dan membangun makna dari setiap kata sehingga memunculkan informasi yang baru bagi pembaca dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kognitif pembaca dari bahan tertulis.2. Elemen-Elemen Pemahaman Bacaan Menurut Snow (2002), pemahaman membaca terdiri dari tiga elemen. Ketiga elemen ini dipengaruhi oleh konteks dan sosiokultural. Perbedaan antara pembaca dapat ditelusuri ke berbagai lingkungan sosiokultural dimana anak-anak tinggal dan belajar membaca. Jika komunitas pendidikan adalah untuk memastikan keberhasilan universal pemahaman bacaan, pengajar harus memahami penuh berbagai perbedaan sosial budaya dalam praktik komunikatif. Elemen-elemen pemahaman bacaan tersebut, yaitu:a. The Reader (Pembaca)Pembaca harus memiliki berbagai kapasitas dan kemampuan dalam pemahaman, meliputi kemampuan kognitif (seperti, perhatian, memori, kemampuan menganalisis kritis, kemampuan visualisasi, membuat kesimpulan), motivasi (tujuan membaca, minat terhadap konten yang sedang dibaca, self eficacy pembaca), dan berbagai jenis pengetahuan (kosakata, pengetahuan tentang topik atau domain/bidang, pengetahuan wacana dan linguistik, pengetahuan tentang strategi pemahaman tertentu). Kapasitas kognitif, motivasi, dan kapasitas linguistik serta pengetahuan dasar yang disebut dalam berbagai tindakan pemahaman bacaan bergantung pada teks yang digunakan dan aktivitas spesifik dimana seorang pembaca terlibat.b. The Text (Teks)Fitur teks memiliki pengaruh yang besar terhadap pemahaman. Pemahaman tidak hanya dengan menggali makna dari teks. Pembaca akan membangun representasi yang berbeda dari teks yang penting untuk pemahaman. Representasi ini mencakup, surface code (kata-kata yang tepat dari teks), the text base (unit-unit pikiran yang mewakili makna), dan sebuah representasi dari mental model yang tertanam di dalam teks. Tingkat kesulitan teks tergantung pada faktor-faktor yang melekat dalam teks, seperti hubungan antara teks dan pengetahuan serta kemampuan dari pembaca, dan kegiatan yang melibatkan pembaca. Selain konten, beban kosakata dari teks dan struktur bahasa, gaya tulisan, dan aliran bahasa juga berhubungan dengan pengetahuan pembaca. Jika terlalu banyak dari faktor-faktor ini tidak sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman pembaca, pengoptimalan pemahaman bacaan akan kurang karena teks terlalu sulit.c. The Activity or Purpose for Reading (Aktivitas atau Tujuan Membaca)Suatu aktivitas membaca melibatkan satu atau lebih tujuan. Sebelum membaca, pembaca memiliki tujuan, baik secara eksternal maupun internal. Tujuan dalam melakukan aktivitas membaca dipengaruhi oleh variabel motivasi, termasuk minat dan pengetahuan sebelumnya. Tujuan awal pembaca dalam membaca mungkin akan mengalami perubahan, ketika pembaca mendapatkan informasi yang menimbulkan pertanyaan baru. Selama membaca, pembaca memproses teks sesuai dengan tujuan. Pengolahan teks melibatkan, decoding, tingkat linguistik dan semantik yang tinggi dalam pengolahan dan pemantauan. Konsekuensi membaca merupakan bagian dari aktivitas. Beberapa aktivitas membaca menyebabkan peningkatan pengetahuan pembaca.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Bacaan Menurut Nurhadi (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman bacaan terbagi menjadi dua faktor yang saling berkaitan, yaitu:a. Faktor internalFaktor internal berupa intelegensi, minat, sikap, motivasi, dan tujuan membaca. Proses membaca melibatkan faktor intelektual karena pada hakikatnya membaca adalah proses berpikir. Aspek-aspek berpikir yang terlibat dalam proses membaca seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Hal ini melibatkan tipe-tipe berpikir divergen (induktif), berpikir konvergen (deduktif), dan tipe berpikir abstrak. Aspek intelektual yang lain adalah minat dan tujuan membaca. Seseorang yang mempunyai minat dan perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu, dapat dipastikan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap topik tersebut. Sedangkan perubahan tujuan membaca berakibat terjadinya perubahan dalam gerakan mata yang berimplikasi pada kecepatan membaca.b. Faktor eksternalFaktor eksternal dalam bentuk sarana membaca, tingkat kesulitan teks bacaan, faktor lingkungan, faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca. Pada sarana membaca, penerangan yang jelek akan mempengaruhi hasil membaca. Faktor latar belakang social ekonomi, status sosial ekonomi yang tinggi cenderung dilimpahi kemudahan sarana membaca yang memadai, sehingga terbentuk tradisi atau kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca akan mempengaruhi kemampuan dan latihan membaca.Menurut Tiatri (dalam Gunarsa, 2007), pemahaman bacaan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya ada 5 faktor yang penting, yaitu:c. Kemahiran dalam proses decoding Cukup banyak penelitian yang menunjuk pengaruh ini terhadap pemahaman bacaan. Dengan lancar membaca, energi kognitif seorang anak bisa dicurahkan untuk melakukan kegiatan kognitif lainnya. d. Pengetahuan terdahulu Faktor ini turut membekali seseorang dalam belajar membaca. Faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan mengenai kosa kata (vocabulary knowledge); pengetahuan dasar (background knowledge); dan pengetahuan mengenai struktur teks. e. Motivasi atau ketekunan Kegiatan membaca yang terus menerus dilakukan merupakan latihan dan pengalaman yang baik untuk memperoleh keuntungan dari membaca. Kesuksesan siswa dalam membaca dapat mengalami peningkatan motivasi untuk membaca lainnya, sedangkan siswa yang mengalami kesulitan tidak merasakan kenikmatan membaca sehingga motivasinya untuk membaca pun berkurang. Stanovich menjelaskan bahwa pengembangan keterampilan membaca dipengaruhi oleh volume pengalaman membaca karena pengetahuan kosakata secara mendasar dapat meningkatkan pemahaman bacaan (dalam Gunarsa, 2007).1) Keterampilan kognitif tingkat tinggi Faktor ini termasuk strategi-strategi yang dilakukan selama proses membaca. Penelitian menunjukkan bahwa pembaca yang baik akan aktif sejak pertama kali membaca dan pada akhirnya mampu melaporkan kesimpulan mengenai kondisi karakter-karakter dalam bacaan atau situasi yang tergambar di dalam teks. Pembaca yang baik dapat dengan mudah menentukan hal yang penting dan mengabaikan hal yang kurang penting. Pembaca yang baik lebih efisien dalam mengabaikan pengertian (makna) yang kurang relevan (ambigu) dengan materi yang dibaca.

2) Metakognisi Para pembaca yang baik akan melakukan pemonitoran terhadap pemahamannya. Mereka menggunakan strategi tertentu ketika membaca, misalnya menggunakan overview (pemahaman umum), menyeleksi bacaan, merangkum, dan mengulang informasi yang perlu diingat. Pembaca yang kurang baik kurang menggunakan strategi; ini mungkin karena kurangnya kesadaran dan pengertian atas variabel-variabel yang mempengaruhi kegiatan membaca

B. CeritaCerita adalah salah satu karya sastra yang dapat dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Dalam Silabus dinyatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra disajikan secara seimbang dan terpadu dengan pembelajaran bahasa Indonesia.[footnoteRef:2]T. Handayu[footnoteRef:3]menyatakan bahwa cerita disukai anak-anak dari bacaan non-cerita. [2: Setyarini Hadiwijoyo, Penyempurnaan / Penyesuaian Kurikulum 2006 (Suplemen GBPP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI, (Jakarta: Depdikbud)] [3: T. Handayu, Memaknai cerita Mengeasah Jiwa: Panduan Memanamkan Moral pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Media, 2009),]

Selanjutnya Anting Jatiningtyas menyatakan bahwa jika anak-anak membaca karya sastra termasuk cerita dapat membantu perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan sosialnya[footnoteRef:4]. [4: Anting Jatiningtyas, Aspek Pendidikan Moral dalam Buku Cerita Anak, (Yogyakarta: IKIP,2009),]

Disamping itu, cerita dapat dan kemudian membicarakannya dengan pihak lain. Cerita dapat memotivasi, memperkaya perbendaharaan kosakata, dan mudah diperoleh. Dengan demikian membaca cerita diharapkan dapat meningkatkan potensi mengapresiasi karya sastra.[footnoteRef:5]membantu anak memahami dunianya [5: T. Handayu, Memaknai cerita Mengeasah Jiwa: Panduan Memanamkan Moral pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Media, 2008),]

1. Pengertian cerita Cerita berada pada posisi pertama dalam mendidik etika kepada anak. Mereka cenderung menyukai dan menikmatinya, baik dari segi ide, imajinasi maupun peristiwa-peristiwanya. Jika hal ini dapat dilakukan dengan dengan baik, cerita akan menjadi bagian dari seni yang disukai anak anak, bahkan orang dewasa.Menurut T.Handayu[footnoteRef:6], cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. [6: T. Handayu, Memaknai cerita Mengeasah Jiwa: Panduan Memanamkan Moral pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Media,2007),]

Dalam cerita, ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan yaitu : karangan, pencerita, penyimakan, serta penyimak. Karangan adalah pembuatan cerita dan penyusunannya. Pengarang adalah penulis cerita karena ia yang mengarang cerita, baik idenya berdasarkan imajinasi sendiri maupun berasal dari tema yang sengaja dipilihnya. Pencerita yaitu orang yang mengalihkan cerita dan menyampaikannya kepada pendengar dengan bahasa pengarang atau bahasanya sendiri. Penyimakan yaitu proses mendengarkan cerita, tingkat perhatian mereka, apakah terpaksa atau atas kemauan sendiri, tingkat keterpengaruhan cerita terhadap jiwa mereka, sikap respons mereka terhadap para pahlawan dalam cerita, dan gambaran jiwa atas pengaruh cerita atas penceritaan. Penyimak adalah individu atau orang yang menyimak cerita.Cerita anak sangat berarti bagi anak-anak. Sebagai bacaan penghibur, ada sisi lain yang bermanfaat baginya yaitu sebagai pengasah rasa empati dalam jiwanya. Dalam hal ini cerita anak dapat digunakan untuk mendapatkan pengalaman berharga yang dapat menolong membentuk jiwa anak-anak supaya kelak menjadi anak yang baik.Cerita anak adalah cerita dalam bentuk prosa yang menceritakan suatu peristiwa yang singkat dan padat, jumlah pengemangan pelaku terbatas, keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal serta mencerminkan perasaan pengalaman anak-anak, dan ditujukan bagi anak.2. Klasifikasi Tema Cerita Berdasarkan Tingkatan Usia Menurut T. Handayu[footnoteRef:7] klasifikasi tema berdasarkan tingkatan usia adalah : 1. tema peristiwa yang dibatasi lingkungan, 2. tema imajinasi bebas, 3. tema petualangan dan kepahlawanan, 4. tema percintaan, dan 5. tema keteladanan. Berikut penjelasan dari tiap klasifikasi tersebut. [7: T. Handayu, Memaknai cerita Mengeasah Jiwa: Panduan Memanamkan Moral pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Media,2007),]

a. Tema peristiwa yang dibatas lingkunganDitujukan kepada anak usia 3-4 tahun. Anak usia ini mulai memiliki kepekaan rasa yang membantunya memilih lingkungan yang terbatas pada sekelilingnya. Oleh karena itu cerita-cerita yang sesuai baginya adalah cerita-cerita yang tokoh-tokohnya dikarang dari binatang dan tumbuhan serta peristiwa-peristiwa tentang keduanya.b. Tema Imajinasi BebasDitujukan pada anak kira-kira usia 5-8 tahun. Fase ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan.c. Tema Petualangan dan KepahlawananDitujukan kepada anak kira-kira usia 9-12 tahun lebih. Pada fase ini seorang pemuda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner dan romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Cerita-cerita itu dapat berwujud cerita faktual dan fantasi (rekaan).d. Tema PercintaanDitujukan kepada anak antara usia 13-18 tahun lebih. Suatu masa peralihan menjadi gadis bagi anak perempuan. Masa peralihan menuju masa yang penuh kebimbangan. Tema ini lekat dengan rasa sosial, patriotisme, konflik jiwa, pandangan filosofis tentang kehidupan dan pemikiran keagamaan. Mereka menyukai cerita-cerita yang memuat peristiwa yang berhubungan dengan kemanusiaan, yang memperkuat kepedulian sosial dan cita-cita tinggi, seperti kesuksesan dalam ekonomi dan mencapai kedudukan tinggi sebagai pemimpin.e. Tema Keteladanan Ditujukan kepada anak usia 19 tahun dan sesudahnya. Pada tema ini pemuda dan pemudi memasuki masa kematangan berpikir dan bermasyarakat. Biasanya telah terbentuk dalam dirinya sebagian dasar-dasar sosial, moral dan politik, baik yang salah maupun yang benar. Mereka telah terbentuk dalam dirinya pandangan yang luas mengenai lingkungan sosial dan segala hal yang berkaitan dengan hidupnya.Batasan-batasan tema tersebut tidak selalu menjadi pedoman. Semua batasan tema itu saling melengkapi satu sama lain sesuai dengan berlangsungnya waktu. Mereka memilih cerita-cerita dengan berbagai tema sesuai dengan kebutuhan dan kesenangan.3. Manfaat Cerita Menurut Anting Jatiningtyas, dipandang dari berbagai aspek, sebuah cerita mempunyai manfaat:a. Membantu pembentukan pribadi dan moral, b. Menyalurkan kebutuhan imajinsi, c. Memacu kemampuan verbal, d. Merangsang minat baca, e. Membuka: cakrawala pengetahuan

C. Bermain Peran 1. Pengertian Bermain Peran Di dalam proses belajar mengajar ketepatan pengajar dalam menentukan dan menggunakan teknik mengajar dapat memotivasi siswa untuk lebih aktiv dalam mengikuti pelajaran. Azies dan Alwasilah (dalam Martawidenda, 1996: 95-101) mejelaskan dalam bukunya bahwa teknik bermain peran banyak dipakai dalam pengajaran bahasa karena kegiatan belajar dan mengajar dengan teknik ini sangat menyenangkan. Bermain peran bisa dilakukan dengan mengikuti dialog yang ada dalam wacana, bisa berperan bebas sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas para pembelajar. Dalam melaksanakan teknik bermain peran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya memilih peran. Peserta kegiatan ini memiliki identitas baru sesuai dengan tokoh yang diperankannya. Suasana kelas menjadi hidup karena para siswa akan berbagi peran. Bermain peran ini bisa dilakukan dengan berpasangan atau berkelompok. Setelah itu mereka akan diminta tampil di depan kelas untuk memerankan dialognya masing-masing sesuai tema materi saat itu.Teknik bermain peran menurut Killen (dalam Puspitasari, 1998:171) adalah Spantaneous (unscripted) plays atau secara umum bermain peran adalah Unrehearsed dramatization in which individuals imp rovise behaviors that illustrate acts expected of persons involved in defined situation.Dengan kata lain bermain peran adalah teknik pengajaran dimana siswa melakukan peniruan peran atau perilaku. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat lebih menghayati tentang bagaimana sesuatu terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam hubungan antara manusia. Menurut Herman Funk und Michael Koenig (2006:36) dalam bukunya Eurolingua Deutsch Lernerhandbuch, bermain peran adalah memerankan sebuah situasi tentang kegiatan keseharian ( ..Rollen spiele, d.h. eine Situation aus dem Alltag wird mglichst echt nachgespielt.).Selanjutnya disebutkan dalam http://geocities.com/bukukmhdi/bpkis.html bahwa dalam bermain peran dapat dibagi atas dua macam yaitu: Bermain peran berstruktur adalah bermain peran yang skenarionya telah dipersiapkan terlebih dahulu dan bermain peran spontan yang dikembangkan dari proses yang terjadi pada saat itu. Jadi bermain peran bisa diadakan dengan mengaplikasikan bentuk-bentuk bahasa yang ada dalam dialog. Mungkin saja berperan ini tidak murni komunikatif tetapi merupakan bentuk lain latihan komunikasi. Adapula bermain peran yang bebas yaitu para pembelajar hanya diberi bentuk bahasa lisan atau tema kemudian mereka sendiri yang membuat skenarionya.Permainan ini dapat dilakukan pada siswa yang mempelajari bahasa asing dalam hal ini bahasa Jerman, karena dapat dilakukan secara spontanitas tanpa naskah dan tidak memerlukan latihan khusus terlebih dahulu. Bermain peran bisa dilakukan dengan mengikuti dialog yang ada dalam wacana atau dapat juga berperan bebas menggunakan imajinasi dan kreatifitas para pembelajar sesuai dengan situasi yang telah dibicarakan sebelumnya. Latihan menjadi orang lain dalam bermain peran ini menjadi simulasi. Yang terpenting, isi permainan harus sesuai dengan materi sehingga dapat meningkatkan gairah dan motivasi belajar siswa.2. Alasan Penggunaan Teknik Bermain Peran Kemampuan berbahasa komunikatif tidak lepas dari keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari ke empat keterampilan berbahasa tersebut menyimak dan berbicara disebut keterampilan komunikatif karena digunakan pada saat berkomunikasi. Selain itu menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat fungsional karena keterampilan berbicara ini berangkat dari keterampilan menyimak. Komunikasi lisan tidak hanya dimaksudkan untuk memahami isi dialog saja, namun juga pemahaman struktur bahasa dan kosakata karena itu pemahaman dialog dalam pelajaran keterampilan berbicara dapat diungkapkan dalam bentuk bermain peran agar siswa termotivasi untuk mengungkapkan gagasannya secara lisan.Dengan teknik bermain peran, siswa diharapkan mampu mengungkapkan idenya secara lisan menggunakan kalimat-kalimat pendek tentang kehidupan sehari-hari. Joyce & Weil (dalam Puspitasari, 1986:1) dalam Models of Teaching menyatakan ( A models of teaching is a plan or pattern that can be used to shape curriculums (long-term courses of studies), to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other settings.). Dalam pengertian lain model diartikan sebagai gambaran yang digunakan s ebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Stephen D. Krashend mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Principles and Practice in Second Language Aqusition (1981:61) some scholars have suggested that participation in conversation is responsible for language acquisition. In the light of the above discussion, we can see that this is true, in a sense. Yang dapat diterjemahkan bahwa keterlibatan pembelajar dalam percakapan adalah hal yang mutlak/harus dilakukan agar pembelajar memiliki kemampuan berbicara yang baik.Dalam bermain peran, siswa diminta untuk berimprovisasi dalam dialog sesuai dengan situasi dan peran yang telah diberikan. Teknik ini lebih disenangi para pembelajar karena mereka memiliki beberapa keunggulan, karena memungkinkan: 1) siswa dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi, 2) memacu kreativitas siswa dalam mempraktekkan apa yang telah mereka ketahui, memperbaiki kekurangannya dan mengembangkan pengetahuannya, 3) memotivasi siswa agar dapat aktif berbicara, 4) siswa merasa senang karena teknik bermain peran ini memungkinkan terciptanya suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dibutuhkan siswa adalah dorongan untuk berbicara dan bertindak secara kreatif dan spontan. 3. Tujuan Penggunaan Teknik Bermain Peran Teknik pengajaran yang dilaksanakan berupa kalimat-kalimat fungsional yang diberikan dengan teknik bermain peran, sehingga bisa menghidupkan suasana kelas. Sedangkan Kosasih Djahiri (dalam Binuko, 1980:2) mengemukakan bahwa diantara tujuan penggunaan teknik bermain peran ini yang utama adalah:1) Mendorong motivasi dan minat siswa terhadap sesuatu. 2) Melatih sejumlah keterampilan berbahasa. 3) Memberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan siswa. 4) Melatih mempertajam seluruh komponen (bagian tertentu) afektif (perasaan-emosi-cita-kemauan-sikap-nilai-keyakinan). 5) Menciptakan suasana belajar secara aktif (CBSA).Tujuan lain bermain peran ini adalah:1) meningkatkan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbicara siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. 2) mengujicobakan pemberian/penyampaian materi dengan teknik bermain peran 3) membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menyimak (Hrfertigkeit ) 4) meningkatkan minat siswa untuk berbicara bahasa Jerman. 5) memberikan motivasi kepada siswa, khususnya ketika memberikan sebuah unit pelajaran baru. 6) mengakhiri penyampaian beberapa unit materi pelajaran dan membantu siswa mengingat kembali pelajaran yang telah dipelajarinya Selain tujuan-tujuan yang ingin dicapai tersebut, kegiatan ini diharapkan pula dapat memberi informasi tentang perlunya peningkatan pengetahuan mengenai strategi mengajar dan teknik mengajar keterampilan berbicara bahasa Jerman. Dan memberikan masukan kepada guru/pengajar untuk mengujicobakan teknik bermain peran sebagai salah satu strategi mengajar keterampilan berbicara.Pengajaran bahasa asing yang berorientasi pada kemampuan berkomunikasi memiliki tujuan mengembangkan pembelajaran agar mampu berkomunikasi dalam bahasa asing yang dipelajarinya. Itulah sebabnya pemilihan bahan ajar tidak bisa dilepaskan dari teknik pengajaran yang berorientasi pada keterampilan secara aktif.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Lokasi dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan di SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Pembuatan rencana tindakan berdasarkan refleksi awal yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan per siklus.Pelaksanaan tindakan dikerjakan mulai pada tanggal 6 Januari 2013 sampai 7 Maret 2013. Dan dirancang dalam 2 siklus atau 2 pertemuan dan waktu yang dibutuhkan setiap pertemuan 2 x 45 menit.

B. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah semua siswa Kelas I SDN Sumberkerang I (terlampir) yang aktif dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan sasaran utama Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Cerita Anak Yang Didengar Melalui Bermain Peran Pada Siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo.Penelitian ini dibantu observer terdiri atas seorang guru yang membantu peneliti dalam merekam proses pembelajaran dengan instrumen yang dipilih..C. Prosedur Penelitian1. Rancangan PenelitianProsedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh, yaitu melalui tes, observasi, wawancara, dan angket.1. Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa.2. 17Observasi dilakukan untuk mengamati kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dan perencanaan yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.3. Angket diberikan yang menjadi subjek penelitian dengan tujuan Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Cerita Anak Yang Didengar Melalui Bermain Peran Pada Siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo.4. Dokumentasi dilakukan sebagai bukti bahwa penelitian ini benar dilakukan.Berdasarkan prosedur di atas, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan ini meliputi: (1) diagnosis masalah, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi, dan (5) refleksi dalam setiap siklus.2. Langkah-langkah Penelitian1. Siklus IPada awal pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Cerita Anak Yang Didengar Melalui Bermain Peran Pada Siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo, guru dan siswa mendiskusikan tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok kooperatif. a) Hasil Observasi Tindakan Siklus IPembelajaran tindakan siklus I diamati oleh seorang teman sejawat. Hasil pengamatan teman sejawat adalah sebagai berikut:1. Kegiatan Awala. Peneliti mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam kepada siswa.b. Peneliti mengajak siswa untuk berdoa sebelum belajar.c. Peneliti mengecek kehadiran siswa.d. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas dan menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.e. Peneliti memunculkan rasa ingin tahu siswa.2. Kegiatan Intia. Peneliti menyajikan/menyampaikan materi pembelajaran.b. Siswa diberi LKS. Mereka bekerja dalam kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya dan mendiskusikannya secara kelompok.c. Peneliti mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.d. Peneliti mengelilingi dan singgah pada setiap kelompok untuk membetulkan jika terjadi kesalahan.e. Peneliti mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.f. Peneliti memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.g. Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergantian.3. Kegiatan Akhira. Peneliti meminta siswa menyebutkan salah satu apa yang sudah dijelaskan.b. Peneliti memberi tindak lanjut kepada siswa.c. Peneliti mengajak siswa untuk berdoa.d. Peneliti mengucapkan salam.Pada pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus I ini, hasil tes melalui media peraga, siswa diperiksa setelah pembelajaran selesai. Hal ini disebabkan waktu yang ditetapkan tidak mencukupi yaitu hanya 105 menit atau tiga jam pelajaran. Sedangkan penghargaan kelompok diberikan pada saat masuk tindakan siklus II.Terhadap kegiatan siswa, pengamat melaporkan sebagai berikut.1. Siswa aktif dalam menggunakan alat peraga.2. Sebagian siswa kurang memperhatikan penjelasan guru ataupun teman kelompoknya, bahkan terlihat beberapa orang siswa yang main-main pada waktu proses belajar mengajar.3. Terdapat kelompok yang tidak mau menerima pendapat anggota kelompok lain.4. Ada beberapa siswa yang lancar dalam menulis maupun membaca.5. Tidak mendorong anggota kelompoknya untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.6. Siswa dapat menggunakan media kartu dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan peneliti.7. Siswa memberi respon senang dan merupakan hal yang baru terhadap proses pembelajaran, cara belajar, cara guru mengajar serta suasana kelas yang menyenangkan.8. Tidak menyelesaikan tugas pada waktunya.

b) Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus IPembelajaran dilaksanakan dengan menetapkan pembelajaran melalui Jigsaw. Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pengamatan, tes, dan dokumentasi. Hasil pengamatan, tes, dan dokumentasi selama pelaksanaan tindakan dianalisis dan didiskusikan dengan pengamat sehingga diperoleh hasil tes tindakan siklus I yaitu menunjukkan bahwa masih ada siswa yang belum bisa mendengarkan apa yang didengar dengan benar dan lengkap. Aktifitas yang nampak sementara hanya 2 anak dari 18 yang mau menulis dan 2 anak pula dari 18 yang mau membaca.

2. Siklus IIHasil analisis dan refleksi pada tindakan siklus I menunjukkan Aktifitas yang nampak sementara hanya 2 anak dari 18 yang mau menulis dan 2 anak pula dari 18 yang mau membaca.Pembelajaran tindakan siklus II diberikan agar upaya mengatasi kesulitan kemampuan menceritakan apa yang di dengar melalui bermain peran dapat meningkat sesuai yang diharapkan.a) Hasil Observasi Tindakan Siklus IISebagaimana halnya tindakan siklus I, tindakan siklus II diamati seorang teman sejawat. Hasil pengamatan teman sejawat adalah sebagai berikut:1. Kegiatan Awala. Peneliti mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam kepada siswa.b. Peneliti mengajak siswa untuk berdoa sebelum belajar.c. Peneliti mengecek kehadiran siswa.d. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas dan menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.e. Peneliti memunculkan rasa ingin tahu siswa.2. Kegiatan Intia. Peneliti menyajikan/menyampaikan materi pembelajaran.b. Siswa diberi LKS. Mereka bekerja dalam kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya dan mendiskusikannya secara kelompok.c. Peneliti mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.d. Peneliti mengelilingi dan singgah pada setiap kelompok untuk membetulkan jika terjadi kesalahan.e. Peneliti mendorong siswa agar meminta bantuan kepada teman kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru.f. Peneliti memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.g. Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergantian.3. Kegiatan Akhira. Peneliti meminta siswa menyebutkan rukun shalat.b. Peneliti memberi tindak lanjut kepada siswa.c. Peneliti mengajak siswa untuk berdoa.d. Peneliti mengucapkan salam.Pada pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus II ini, hasil tes melalui media peraga, siswa diperiksa setelah pembelajaran selesai. Hal ini disebabkan waktu yang ditetapkan tidak mencukupi yaitu hanya 105 menit atau tiga jam pelajaran. Sedangkan penghargaan kelompok diberikan pada saat masuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam selanjutnya.Terhadap kegiatan siswa, pengamat melaporkan sebagai berikut.1. Siswa aktif dalam menggunakan alat peraga.2. Sebagian siswa kurang memperhatikan penjelasan guru ataupun teman kelompoknya, bahkan terlihat beberapa orang siswa yang main-main pada waktu proses belajar mengajar.3. Terdapat kelompok yang tidak mau menerima pendapat anggota kelompok lain.4. Ada beberapa siswa yang lancar dalam menulis maupun membaca.5. Tidak mendorong anggota kelompoknya untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.6. Siswa dapat menggunakan media kartu dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan peneliti.7. Siswa memberi respon senang dan merupakan hal yang baru terhadap proses pembelajaran, cara belajar, cara guru mengajar serta suasana kelas yang menyenangkan.8. Tidak menyelesaikan tugas pada waktunya.

b) Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus IIPembelajaran dilaksanakan dengan menetapkan pembelajaran melalui Jigsaw . Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pengamatan, tes, dan dokumentasi. Hasil pengamatan, tes, dan dokumentasi selama pelaksanaan tindakan dianalisis dan didiskusikan dengan pengamat sehingga diperoleh hasil tes tindakan siklus II yaitu menunjukkan bahwa aktifitas yang nampak sementara 12 anak dari 15 yang mau menulis dan 10 anak pula dari 15 yang mau membaca.

BAB IVLAPORAN HASIL PENELITIAN

A.Temuan1.Siklus Ia.Hasil Observasi KognitifSesuai dengan instrument yang di sudah ditetapkan pada bagian BAB III hasil tes diperoleh sebagai berikut :NoNamaSoalNilaiKeterangan

12345KualitasKetuntasan

1Agus Saiful Anam0112040BurukBelum Tuntas

2Aismawati Ramadhani2020040BaikTuntas

3Arya Bamabang Saputra0202040BaikTuntas

4Ebby Dea Lova 0202260BurukBelum Tuntas

5Ismail2020260BaikTuntas

6Isnaini Nur Azizah2020040BurukBelum Tuntas

7Luluk Aliyah0202040BaikTuntas

8Melisa 0200240BurukBelum Tuntas

9Moch Ferdi 2020040BurukBelum Tuntas

10Mohammad Alfan Wahid Fadilatu2202280BaikTuntas

11Mohammad Andika Saputra0222280BaikTuntas

12Mohammad Dafa 0020020BurukBelum Tuntas

13Muhamad Andriyan Saputra0202040BurukBelum Tuntas

14Muhammad Fagil 222302280BaikTuntas

15Muhammad Ghozali0022040BurukBelum Tuntas

Keterangan :* KKM = 75* N = Skor perolehan x 100 Skor maksimal* Keterangan NilaiBuruk:0 - 60Baik:61 - 80 Sangat Baik:81 - 100

b. Hasil Observasi AfektifNoNamaPengamatan AfektifNilaiKeterangan

1234KualitasKetuntasan

1Agus Saiful Anam211260BurukBelum Tuntas

2Aismawati Ramadhani312170BaikBelum Tuntas

3Arya Bamabang Saputra222280BaikTuntas

4Ebby Dea Lova 132170BaikBelum Tuntas

5Ismail221160BurukBelum Tuntas

6Isnaini Nur Azizah321280BaikTuntas

7Luluk Aliyah322290Sangat BaikTuntas

8Melisa 213390BaikTuntas

9Moch Ferdi 122270BaikBelum Tuntas

10Mohammad Alfan Wahid Fadilatu231170BurukBelum Tuntas

11Mohammad Andika Saputra322290BaikTuntas

12Mohammad Dafa 223290BaikTuntas

13Muhamad Andriyan Saputra112150BurukBelum Tuntas

14Muhammad Fagil 211260BurukBelum Tuntas

15Muhammad Ghozali3223100Sangat BaikTuntas

Keterangan :* KKM = 75* N = Skor perolehan x 100 Skor maksimal* Keterangan NilaiBuruk:0 - 60Baik:61 - 80 Sangat Baik:81 - 100*Sikap yang diamati1 = Sebagai peserta didik saya melakukan tugas-tugas dengan baik2 = Saya berani menerima resiko atas tindakan yang dilakukan3 = Saya menuduh orang lain tanpa bukti4 = Saya mau mengembalikan barang yang dipinjam dari orang lainc. Hasil Observasi PsikomotorNoNamaPengamatan PsikomotorNilaiKeterangan

1234KualitasKetuntasan

1Abdul Muis031260BurukBelum Tuntas

2Alfiatus Syarofah232070BaikBelum Tuntas

3Anis Mafeniyawati020240BurukBelum Tuntas

4Apriliani Lutfida 320270BaikBelum Tuntas

5Depi Rokmana233080BaikTuntas

6Dimas Hidayatullah232070BaikBelum Tuntas

7Fera Susanti320270BaikBelum Tuntas

8Firdaus Mahendra323080BaikTuntas

9Ifa Nurfadila232070BaikBelum Tuntas

10Maulidia220260BurukBelum Tuntas

11Mely Saputri Sari022260BurukBelum Tuntas

12Mufida332080BaikTuntas

13Muh Ainul Yakin020240BurukBelum Tuntas

14Nur Imama Nadia 220260BurukBelum Tuntas

15Nur Kholis322290Sangat BaikTuntas

Keterangan :* KKM = 75* N = Skor perolehan x 100 Skor maksimal* Keterangan NilaiBuruk:0 - 60Baik:61 - 80 Sangat Baik:81 - 100*Ketrampilan yang diamati4 = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan3 = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang tidak melakukan2 = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan1 = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

2. Siklus IIa.Hasil Observasi KognitifSesuai dengan instrument yang di sudah ditetapkan pada bagian BAB III hasil tes diperoleh sebagai berikut :NoNamaSoalNilaiKeterangan

12345KualitasKetuntasan

1Agus Saiful Anam0222280BaikTuntas

2Aismawati Ramadhani22222100BaikTuntas

3Arya Bamabang Saputra0202060BurukBelum Tuntas

4Ebby Dea Lova 22222100BaikTuntas

5Ismail22222100BaikTuntas

6Isnaini Nur Azizah0222280BaikTuntas

7Luluk Aliyah0202060BurukBelum Tuntas

8Melisa 22222100BaikTuntas

9Moch Ferdi 0202060BurukBelum Tuntas

10Mohammad Alfan Wahid Fadilatu2202280BaikTuntas

11Mohammad Andika Saputra22222100BaikTuntas

12Mohammad Dafa 22222100BaikTuntas

13Muhamad Andriyan Saputra0202060BurukBelum Tuntas

14Muhammad Fagil 2202280BaikTuntas

15Muhammad Ghozali22222100BaikTuntas

16Nurhayati2202280BaikTuntas

17Riski Firmanzah0202060BurukBelum Tuntas

18Rudia Setya Irfemi2202280BaikTuntas

Keterangan :* KKM = 75* N = Skor perolehan x 100 Skor maksimal* Keterangan NilaiBuruk:0 60Baik:61 80 Sangat Baik:81 100

b. Observasi Hasil AfektifNoNamaPengamatan AfektifNilaiKeterangan

1234KualitasKetuntasan

1Abdul Muis3232100Sangat BaikTuntas

2Alfiatus Syarofah223290Sangat BaikTuntas

3Anis Mafeniyawati222280BaikTuntas

4Apriliani Lutfida 223290Sangat BaikTuntas

5Depi Rokmana3232100Sangat BaikTuntas

6Dimas Hidayatullah321280BaikTuntas

7Fera Susanti121160BurukBelum Tuntas

8Firdaus Mahendra213390Sangat BaikTuntas

9Ifa Nurfadila121160BurukBelum Tuntas

10Maulidia223290Sangat BaikTuntas

11Mely Saputri Sari3232100Sangat BaikTuntas

12Mufida121160BurukBelum Tuntas

13Muh Ainul Yakin3232100Sangat BaikTuntas

14Nur Imama Nadia 223290Sangat BaikTuntas

15Nur Kholis3223100Sangat BaikTuntas

Keterangan :* KKM = 75* N = Skor perolehan x 100 Skor maksimal* Keterangan NilaiBuruk:0 - 60Baik:61 - 80 Sangat Baik:81 - 100*Sikap yang diamati1 = Sebagai peserta didik saya melakukan tugas-tugas dengan baik2 = Saya berani menerima resiko atas tindakan yang dilakukan3 = Saya menuduh orang lain tanpa bukti5 = Saya mau mengembalikan barang yang dipinjam dari orang lain

c. Hasil Observasi PsikomotorNoNamaPengamatan PsikomotorNilaiKeterangan

1234KualitasKetuntasan

1Agus Saiful Anam3232100Sangat BaikTuntas

2Aismawati Ramadhani223290Sangat BaikTuntas

3Arya Bamabang Saputra222280BaikTuntas

4Ebby Dea Lova 223290Sangat BaikTuntas

5Ismail3232100Sangat BaikTuntas

6Isnaini Nur Azizah321280BaikTuntas

7Luluk Aliyah121160BurukBelum Tuntas

8Melisa 213390Sangat BaikTuntas

9Moch Ferdi 121160BurukBelum Tuntas

10Mohammad Alfan Wahid Fadilatu223290Sangat BaikTuntas

11Mohammad Andika Saputra3232100Sangat BaikTuntas

12Mohammad Dafa 121160BurukBelum Tuntas

13Muhamad Andriyan Saputra3232100Sangat BaikTuntas

14Muhammad Fagil 223290Sangat BaikTuntas

15Muhammad Ghozali3223100Sangat BaikTuntas

Keterangan :* KKM = 75* N = Skor perolehan x 100 Skor maksimal* Keterangan NilaiBuruk:0 - 60Baik:61 - 80 Sangat Baik:81 - 100*Ketrampilan yang diamati4 = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan3 = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang- kadang tidak melakukan2 = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan1 = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

B.Analisis Data Analisis Siklus I dan Siklus IIa.Siklus INamaTesSikapKetrampilan

TuntasTidak TuntasTuntasTidak TuntasTuntasTidak Tuntas

Agus Saiful Anam

Aismawati Ramadhani

Arya Bamabang Saputra

Ebby Dea Lova

Ismail

Isnaini Nur Azizah

Luluk Aliyah

Melisa

Moch Ferdi

Mohammad Alfan Wahid Fadilatu

Mohammad Andika Saputra

Mohammad Dafa

Muhamad Andriyan Saputra

Muhammad Fagil

Muhammad Ghozali

Jumlah46,6%53,3%40%60%40%60%

b.Siklus IINama TesSikapKetrampilan

TuntasTidak TuntasTuntasTidak TuntasTuntasTidak Tuntas

Agus Saiful Anam

Aismawati Ramadhani

Arya Bamabang Saputra

Ebby Dea Lova

Ismail

Isnaini Nur Azizah

Luluk Aliyah

Melisa

Moch Ferdi

Mohammad Alfan Wahid Fadilatu

Mohammad Andika Saputra

Mohammad Dafa

Muhamad Andriyan Saputra

Muhammad Fagil

Muhammad Ghozali

Jumlah85%15%86,6%13,3%75%25%

C. Interprestasi Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data yang diperoleh kemudian dijadikan analisis setelah itu didapat : 1. Ada peningkatan hasil kognitif dari siklus I 20% meningkat menjadi 85% pada siklus II, 2. Ada peningkatan hasil afektif dari siklus I 13,3% meningkat menjadi 86,6% pada siklus II 3. Ada peningkatan hasil psikomotor dari siklus I 25% meningkat menjadi 75% pada siklus II. Berdasarkan analisis di atas terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Cerita Anak Yang Didengar Melalui Bermain Peran Pada Siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo.

BAB VPENUTUP

A.KesimpulanBerdasarkan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan bermain peran ini adalah menjelaskan tujuan pembelajaran, membagi petunjuk praktikum/eksperimen, peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru, guru menunjukkan gejala yang diamati, dan peserta didik menyebutkan dan menyimpulkan hasil eksperimen 2. Dengan menggunakan bermain peran terjadi peningkatan hasil kognitif dari siklus I 20% meningkat menjadi 85% pada siklus II, 2. Ada peningkatan hasil afektif dari siklus I 13,3% meningkat menjadi 86,6% pada siklus II 3. Ada peningkatan hasil psikomotor dari siklus I 25% meningkat menjadi 75% pada siklus IIB.Sarana.Bagi Guru:Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggob.Bagi Siswa:Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Cerita Anak Yang Didengar Melalui Bermain Peran Pada Siswa Kelas I SDN Sumberkerang I Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggoc. Bagi Peneliti Lain:Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis

34d. Bagi Kepala Sekolah:Dapat dijadikan refrensi dalam meningkatkan pembinaan mutu pendidikan di Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Setyarini Hadiwijoyo, Penyempurnaan / Penyesuaian Kurikulum 2006 (Suplemen GBPP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI, (Jakarta: Depdikbud)

T. Handayu, Memaknai cerita Mengeasah Jiwa: Panduan Memanamkan Moral pada Anak Melalui Cerita, (Solo: Era Media, 2009),

Anting Jatiningtyas, Aspek Pendidikan Moral dalam Buku Cerita Anak, (Yogyakarta: IKIP,2009),

Anton M Moeliono.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Burhan Nurgiyantoro. 2007. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE.Cece Rakhmat dan Didi Suherdi. 2001. Evaluasi Pengajaran. Bandung : CV. Maulana.Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah.Yogyakarta : PAS