ceramah manajemen qolbu

22
Memupuk Jiwa Keteladanan Sumber: Jurnal MQ - Edisi April 2002 Oleh Ahmad Zairofi "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21) Tak seorang pun lahir ke dunia ini yang langsung pintar. Semua makhluk hidup, lahir dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan tidak mengerti apa-apa. Tentu dengan mengecualikan Nabi Isa yang salah satu mu’jizatnya adalah bisa berbicara meski ia masih di buaian ibunya. Siapapun, tidak lahir sebagai ilmuwan, kiai, tokoh, cendekiawan, politikus, atau orang-orang besar lainnya. Semua berangkat dari ketidaktahuan. Semua berawal dari tidak mengerti apa-apa. Allah Swt menegaskan dalam Al- Qur’an, yang artinya, "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl: 78). Dengan pendengaran, penglihatan dan hati itulah, kemudian manusia belajar menjadi bisa. Dari waktu ke waktu, setiap anak yang baru lahir menabung untuk kantong pengetahuannya tentang segala macam hal. Ia belajar mengingat apa-apa yang ia dengar dengan pendengarannya. Ia belajar mengenali apa-apa yang ia lihat dengan penglihatannya. Dan ia berusaha menghayati apa yang ia rasakan dengan hatinya. Dari sana, lantas sebuah proses meniru dan mengikuti selalu terjadi pada diri anak-anak manusia. Binatang pun belajar dari induk mereka dengan cara melihat, lantas menirukan. Pendek kata, seluruh makhluk hidup di dunia selalu belajar dengan cara meniru, selain melalui inisiatif yang diilhamkan Allah pada diri mereka masing-masing. Karenanya, dalam hal berbahasa misalnya, anak-anak yang lahir secara normal, tidak pernah memerlukan kursus khusus untuk memahami bahasa ibu kandungnya. Ia cukup mendengar dan menirukannya.

Upload: lighter-aladdin

Post on 30-Jun-2015

247 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ceramah Manajemen Qolbu

Memupuk Jiwa KeteladananSumber: Jurnal MQ - Edisi April 2002

Oleh Ahmad Zairofi

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)

Tak seorang pun lahir ke dunia ini yang langsung pintar. Semua makhluk hidup, lahir dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan tidak mengerti apa-apa. Tentu dengan mengecualikan Nabi Isa yang salah satu mu’jizatnya adalah bisa berbicara meski ia masih di buaian ibunya. Siapapun, tidak lahir sebagai ilmuwan, kiai, tokoh, cendekiawan, politikus, atau orang-orang besar lainnya. Semua berangkat dari ketidaktahuan. Semua berawal dari tidak mengerti apa-apa. Allah Swt menegaskan dalam Al-Qur’an, yang artinya, "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl: 78).

Dengan pendengaran, penglihatan dan hati itulah, kemudian manusia belajar menjadi bisa. Dari waktu ke waktu, setiap anak yang baru lahir menabung untuk kantong pengetahuannya tentang segala macam hal. Ia belajar mengingat apa-apa yang ia dengar dengan pendengarannya. Ia belajar mengenali apa-apa yang ia lihat dengan penglihatannya. Dan ia berusaha menghayati apa yang ia rasakan dengan hatinya.

Dari sana, lantas sebuah proses meniru dan mengikuti selalu terjadi pada diri anak-anak manusia. Binatang pun belajar dari induk mereka dengan cara melihat, lantas menirukan. Pendek kata, seluruh makhluk hidup di dunia selalu belajar dengan cara meniru, selain melalui inisiatif yang diilhamkan Allah pada diri mereka masing-masing. Karenanya, dalam hal berbahasa misalnya, anak-anak yang lahir secara normal, tidak pernah memerlukan kursus khusus untuk memahami bahasa ibu kandungnya. Ia cukup mendengar dan menirukannya.

Kenyataan-kenyataan di atas, menjelaskan dengan sangat tegas akan pentingnya keteladanan dalam hidup. Ya, karena setiap orang punya tabiat meniru. Maka pihak-pihak yang dimungkinkan akan ditiru semestinya selalu tampil sebagai teladan yang baik. Agar, mereka yang meniru, mendapatkan contoh yang baik untuk ditiru. Tabiat meniru ini, bahkan akan memberi kontribusi yang besar bagi hampir seluruh kepribadian seseorang. Tak heran bila Rasulullah mengatakan, "Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad).

Teman yang baik, menurut Rasulullah seperti penjual minyak wangi. Kita bisa membeli minyak wangi itu, atau ia memberi kita secara cuma-cuma, atau setidaknya kita bisa mencium bau wanginya. Namun, ketika Rasulullah menganjurkan seorang muslim memilih teman yang baik, tentu itu juga harus difahami sebagai perintah agar orang muslim juga menjadi teman yang baik. Bila tidak, kemana orang-orang muslim akan mencari teman yang baik? Kemana mencari para ‘penjual minyak wangi’?

Page 2: ceramah Manajemen Qolbu

Bahkan keteladanan, adalah juga tanggung jawab bagi kesinambungan generasi demi generasi. Itulah yang kita maknai dari penjelasan Rasulullah, mengapa setiap bayi tergantung orang tuanya. Orang tuanya yang menjadikan bayi itu yahudi, atau nasrani, atau majusi. Karena bayi itu lahir dalam keadaan fitrah. Ia akan meniru dan belajar apa yang ditanamkan kedua orang tuanya.

Tetapi keteladanan tidak berhenti pada radius tanggung jawab orang tua kepada anak. Dalam hubungan atas-bawah, apapun bentuknya, keteladanan adalah harus. Maka seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Seorang penguasa harus menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Seorang atasan harus menjadi teladan bagi seluruh bawahannya. Seorang ulama harus menjadi teladan bagi umatnya. Seorang tokoh partai harus menjadi teladan bagi konstituennya. Demikian seterusnya.

Keteladanan adalah guru yang mengajarkan banyak hal tanpa banyak bicara. Itu jauh lebih memberi arti dan pengaruh ketimbang berjuta kata-kata. Karena bahasa perilaku lebih tajam daripada bahasa lisan. Segalanya lebih berkesan dari kata-kata. Dengan contoh yang nyata, orang akan bisa dengan mudah mengikuti dan meniru secara benar. Karena dunia kata-kata tidak sama dengan dunia amal nyata. Karena dunia teori tidak sama dengan dunia praktik.

Keteladanan, terlebih sangat diperlukan dalam saat-saat yang sulit. Ketika segala sesuatu tidak berjalan dengan semestinya. Seperti apa yang dialami Rasulullah Saw, pada masa terjadinya perjanjian Hudaibiyah. Kondisi saat itu betul-betul menegangkan. Bagaimana tidak, Rasulullah dan orang-orang mukmin yang hendak umrah dengan telah membawa binatang untuk disembelih, ternyata dihalang-halangi orang-orang Quraisy. Maka, ketika perjanjian Hudaibiyah selesai ditanda-tangani, nyaris saja para sahabat tidak mau menyembelih binatang-binatang itu. Tapi, begitu mereka melihat Rasulullah menyembelihnya, mereka seketika turut mengikuti.

Dengan memberi teladan yang nyata, seorang mukmin juga akan terhindar dari ancaman Allah. Karena orang yang hanya bisa bicara tetapi tidak mengamalkannya sangat dibenci oleh Allah swt. Allah swt menjelaskan di dalam Al-Qur’an, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Sesungguhnya besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (QS. Ashaf: 2-3).

Demikian juga apa yang diceritakan oleh Abu Amr Jabir bin Abdillah bahwa suatu siang ketika ia sedang bersama-sama para sahabat dan Rasulullah saw, tiba-tiba datanglah kepada mereka serombongan orang tak beralas kaki, berkemul kain yang dilubangi pada bagian kepala dan bersenjatakan pedang. Mereka kebanyakan dari suku Mudhar, bahkan semuanya dari suku Mudhar. Melihat kemiskinan yang mereka derita, berubahlah wajah Rasulullah saw. Beliau kemudian masuk rumah dan segera keluar lagi. Kemudian menyuruh Bilal untuk mengumandangkan adzan dan iqamah. Sesudah menyelesaikan shalatnya beliau bersabda, "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dari padanya Allah menciptakan istri, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kamu kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya, kalian saling meminta satu sama lain, serta peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian."

Rasulullah juga menyampaikan firman Allah yang lain, yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu semua kepada Allah dan hendaklah setiap diri

Page 3: ceramah Manajemen Qolbu

memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)." Seusai berpidato, ada seseorang yang bersedekah dengan sebagian dinarnya, dirham, pakaian, satu gantang gandum dan dengan satu gantang kormanya.

Setelah itu tidak ada yang ingin ketinggalan untuk turut bersedekah, meski hanya bersedekah dengan separuh biji kurma. Kemudian datanglah seorang sahabat Anshar yang membawa pundi-pundi besar, hampir saja ia tidak kuat untuk mengangkatnya. Setelah itu para sahabat mengikuti untuk bersedekah. Bahkan, Jabir melihat dua karung makanan dan pakaian.

Akhirnya wajah Rasulullah saw tampak sangat gembira seraya berkata, "Siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikitpun." (HR. Muslim).

Hadits tersebut memberi arti lain dari sebuah keteladanan. Ialah bahwa keteladanan sama dengan investasi jangka panjang yang sangat penting. Memberi teladan yang baik, sama artinya menabung untuk hari esok di akhirat dengan tabungan yang tanpa batas. Selama orang lain masih mengikuti contoh yang telah diberikan, maka selama itu orang yang memberi contoh tersebut mendapatkan balasan kebaikannya. Bahkan, seluruh kebaikan yang kita lakukan, tidak lain adalah tabungan yang kita simpan di sisi Allah, yang akan dikembalikan secara utuh. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya, "Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan pahalanya di sisi Allah." (QS. Al-Baqarah: 110).

Sesudah semua uraian di atas, tinggallah bagaimana setiap kita memulai menjadi teladan yang baik, dalam lingkup apapun. Segalanya harus dimulai dari diri sendiri. Banyak cara untuk bisa menjadi teladan. Tetapi menjadi teladan, tidak sama dengan ingin menjadi segala-galanya. Menjadi teladan, artinya seseorang berusaha untuk memberikan contoh yang baik, dalam berbagai sisi kehidupan. Dengan tetap menjaga kehormatn diri tanpa menyombongkan dan merendahkan diri tanpa harus menghinakan. Teladan yang baik, tidak akan pernah bosan untuk membaca dan mengaca ke dalam dirinya sendiri. Bercermin pada hati nuraninya, sebagai cermin yang paling jujur serta memohon ridha dan taufik kepada Allah swt. Wallahu ‘alam bishawab. ***

Page 4: ceramah Manajemen Qolbu

Teladan Optimisme dari Kisah Nabi di Ta’ifSumber: Jurnal MQ - Edisi April 2002

Oleh Abdullah Mustappa

Peristiwanya terjadi di Ta’if, sebuah kawasan peristirahatan yang letaknya sekitar 60 kilometer timur-laut Mekah.

Nabi pergi ke sana dalam keadaan duka nestapa. Dua orang yang selama ini menjadi pendukung utamanya, yakni istrinya Khadijah dan pamannya Abu Thalib, telah berpulang ke alam baqa. Sementara tekanan dan permusuhan dari kaum Quraisy Mekah makin menjadi-jadi.

Ketika ia berangkat ke Ta’if, tujuannya mencoba mencari pendukung. Sebagai tempat peristirahatan yang nyaman, penduduk Ta’if diharapkan akan memberikan sambutan yang lebih ramah.

Namun harapannya itu tidak kesampaian. Sebab sesampainya di sana, bukan sambutan yang diperolehnya, melainkan olok-olok dan hinaan.

Menghadapi kenyataan demikian, Nabi sampai meneteskan air mata. Lalu beliau pergi ke bawah pohon yang rindang. Di sanalah beliau berdoa, mengadukan nasibnya kepada Allah swt. Do’anya itu diawali kalimat yang sangat menyentuh:

Allahumma ‘ilaika ‘asku dhu’fa quwwati wa qillata khilati, wa hawani ‘alannasi ya’arhamarrahimin. ‘Anta robbul mustad’afin wa ‘anta rabbi ‘illa man takiluni.

(Allahumma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di hadapan manusia. Tuhan Maha Pengasih Maha Penyayang, Engkaulah yang melindungi si Lemah, dan Engkaulah Pelindungku.)

‘Kehinaan diriku di hadapan manusia!’ Kalimat yang menjadi bagian do’a Nabi saat itu adalah gambaran yang sangat jelas menunjukkan bagaimana beliau merasa terhina di hadapan manusia lainnya. Padahal beliau adalah seorang Nabi!

Apakah Nabi sedang putus asa?

Pertanyaan ini akan terasa menjadi sangat relevan, ketika muncul pada saat kita merasa kehilangan harapan. Setiap orang pasti pernah merasakan dirinya dalam keadaan terpuruk, ditimpa persoalan berat atau musibah atau bahkan kehinaan yang luar biasa.

Tentu derajatnya berbeda, tergantung pada pandangan serta sikap yang bersangkutan. Mungkin kehilangan pekerjaan, mungkin kehilangan harta benda, mungkin pula kehilangan orang yang sangat kita sayangi. Atau, mungkin saja kita dengan sengaja dihinakan orang.

Di Ta’if, Nabi mengalami hal itu. Dalam suasana hati yang sedang dirundung duka, yang beliau harapkan hanyalah dukungan atau simpati dari orang lain. Tapi yang beliau peroleh justru sebaliknya. Dalam kisah lain bahkan disebutkan, Nabi dilempari batu sampai kepalanya berdarah.

Page 5: ceramah Manajemen Qolbu

Penduduk Ta’if bukan saja tidak menyambutnya dengan ramah, melainkan bahkan menghinakannya. Nabi diusir, tidak diterima.Dalam keadaan tertekan atau terhina, seringkali kita membutuhkan simpati dari orang lain, terutama mereka yang secara emosional merasa dekat dengan kita. Nabi pada saat itu baru saja kehilangan dua orang yang secara emosional sangat dekat dengannya. Pada saat merasa kehilangan itulah Nabi mencoba mencarinya pada yang lain. Tapi itu tidak diperolehnya.

Hubungan kedekatan emosi sesama manusia memang bersifat unik. Kita bisa saja merasa dekat dengan sesama saudara, istri, anak, atau bahkan juga dengan orang lain. Bahkan tidak jarang terjadi, hubungan emosional itu terasa lebih dekat dengan orang lain ketimbang dengan saudara sedarah. Di sini Islam menunjukkan kata kuncinya, orang seiman itu adalah saudara satu sama lainnya.

Kedekatan emosi menjadi lebih penting lagi pada saat-saat menghadapi berbagai persoalan dari luar. Bagi Nabi, upaya menyebarkan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin merupakan jalan perjuangan yang berat. Sepanjang jalan hidupnya Nabi hampir terus menerus dihadapkan pada tantangan-tantangan, yang berat maupun yang sifatnya ringan.

Tantangan-tantangan seperti itu, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan kita sebagai manusia yang hina, yang lemah. Nabi, dalam do’anya di Ta’if secara jelas-jelas menyebutkan bahwa "Engkaulah pelindung si Lemah". Dan dalam konteks ini Nabi pun menempatkan dirinya di posisi seperti itu, "Engkaulah Pelindungku".

Pelindung manusia yang beriman adalah Tuhan, Allah swt

Persoalannya akan menjadi berbeda manakala kita tidak atau kurang menempatkan Tuhan sebagai Pelindung diri kita setiap detik setiap saat. Bahkan dalam situasi yang sangat bersifat praktis menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari, tidak jarang kita menempatkan Tuhan pada posisi lebih ke belakang. Pada kesempatan transaksi, negosiasi atau tawar menawar urusan sehari-hari, yang pertama-tama kita hadapi bersemuka adalah sesama manusia. Yang sayangnya, posisi kita dengan dia menjadi lain. Dia yang menentukan, dan kita yang mengharap keputusan. Tentu saja yang kita harapkan itu adalah keputusan yang, menurut kita akan menguntungkan.

Sayangnya, apa yang kita harapkan belum tentu sejalan dengan apa yang diharapkan oleh orang lain.

Di sinilah uniknya perhubungan antar manusia. Dan itu pula yang secara terus menerus dicontohkan oleh Nabi.

Sepanjang hidupnya Nabi bergulat mengatasi masalah-masalah ini. Kesempatan baru terbuka luas, setelah Nabi hijrah ke Madinah, di mana peluang menjadi lebih leluasa.Banyak hadis yang menyebutkan bahwa sepanjang hari dan malam Nabi selalu beristighfar. Dalam bahasa yang lebih kontekstual dengan kekinian kita sekarang, istighfar yang dilisankan adalah keyakinan kita akan optimisme. Istilah yang satu ini belakangan kita puja sebagai obat mujarab, yang diyakini akan mampu membesarkan kembali harapan yang hampir pupus, atau menumbuhkan kembali kepercayaan akan kebenaran manakala perjuangan masih juga belum menampakkan hasil yang didambakan.

Page 6: ceramah Manajemen Qolbu

Namun makna optimisme yang dicontohkan Nabi tentu saja berbeda dengan makna optimisme yang menjadi anutan manusia modern.

Optimisme Nabi adalah keyakinan akan pentingnya pertolongan, petunjuk dan bantuan Allah swt dalam upaya menebarkan silaturahmi di muka bumi. Nabi menawarkan keramahan, kesejahteraan dalam kesetaraan dan kesedarajatan.

Sedangkan optimisme dalam kacamata manusia modern adalah kepercayaan atas kemampuan yang dimiliki oleh diri masing-masing untuk menyelesaikan persoalan. Artinya, unggul dalam persaingan. Dan makna persaingan dalam peradaban modern adalah mengalahkan lawan. Kalau perlu menghancurkan atau memusnahkannya.

Sedangkan peradaban Islam yang mendasarkan keyakinan akan pertolongan Allah swt tersebut, tidak demikian dalam memberikan makna pada optimisme. Optimisme yang islami adalah optimisme sebagaimana dicontohkan oleh Nabi manakala berada di Ta’if. Nabi menempatkan dirinya dalam posisi yang dihinakan oleh sesama manusia. Namun, meski bertitik tolak dari sana, Nabi tidak mengasumsikan setelah dirinya memperoleh pertolongan Allah swt, maka akan terbuka kesempatan atau peluang untuk menghinakan atau mengalahkan orang lain. Nabi justru mendambakan kesetaraan, kesederajatan, sehingga setelah menyebut Allah sebagai Pelindung si Lemah, maka Nabi pun dengan serta merta menempatkan dirinya di sana!

Optimisme yang disodorkan oleh Nabi saw bukanlah optimisme yang bersifat privat. Optimisme yang ditawarkannya adalah sejenis gelombang yang makin lama akan terus merekah, melebarkan gelombangnya ke seluruh penjuru secara bulat dan utuh.

Peradaban modern memang telah memberikan tempat yang berlebihan pada kepentingan yang bersifat privat, kepentingan pribadi orang per orang. Ketatnya persaingan manusia antar manusia _sebagai konsekuensi logis dari tataran kapitalisme yang menempatkan unsur kapital (modal, benda) sebagai inti segala jenis produktivitas manusia_ telah memberikan kemungkinan untuk munculnya dominasi yang satu terhadap yang lain. Faktor kepemilikan menjadi sangat dipuja, dan dibenarkan. Segala jenis hak yang bersifat pribadi, menjadi tujuan utama sehingga disediakanlah segala macam ketentuan atau peraturan untuk mendukungnya, sehingga terkesan absah secara legal.

Jika predikat seperti itu yang ditawarkan kepada manusia, maka muncullah pertanyaan, akan di mana ditempatkannya optimisme dalam format yang pernah dicontohkan oleh Nabi?

Secara personal Nabi saw menolak dominasi kapital (pemujaan serba benda). Sepanjang hidupnya, Nabi mempraktekkan penolakan itu secara konsisten. Harta kekayaan yang diperoleh lewat perkawinannya dengan Khadijah, digunakannya untuk kepentingan umatnya. Dan hal itu pula yang kemudian dicontoh secara tulus oleh keluarga serta para sahabat terdekatnya. Sampai akhir hayatnya, Nabi tidak mewariskan kebendaan.

Fenomena itu agaknya menjadi sangat relevan untuk kita munculkan kembali sebagai renungan. Sebab optimisme yang harus menjadi inti jiwa seorang muslim harus memiliki arahnya yang jelas. Pada dasarnya, optimisme memiliki sasaran yang sederhana : Tidak membiarkan diri putus asa, di samping kehendak untuk meraih keunggulan dalam persaingan.

Page 7: ceramah Manajemen Qolbu

Dalam konteks yang biasa, kita jarang mempertanyakan, untuk apa sebenarnya sehingga kita harus terus menerus memelihara optimisme dan memperjuangkan keunggulan itu.

Dalam tradisi yang sifatnya kapitalistik, keunggulan tidak lain bertujuan untuk mengumpulkan kepemilikan pribadi yang sebanyak-banyaknya. Miliki modal sebanyak mungkin, miliki fasilitas sebebas mungkin, dan tempatkan diri sendiri seunggul mungkin. Yang menjadi sasaran adalah bagaimana menempatkan diri sebagai pusat segala soal.

Jika kita melirik kembali ke arah peristiwa yang dialami oleh Nabi saw di Ta’if, maka akan muncul persoalan baru. Sebab apa yang kita terima sebagai sebuah aksioma tatakrama peradaban modern, ternyata menjadi berbenturan dengan makna do’a yang diucapkan Nabi di Ta’if. Padahal, bukan sekadar patut kalau seorang muslim berusaha sekuat tenaga mencontoh perilaku nabinya.

Barangkali pada taraf inilah, makna optimisme harus diterakan kembali sebagai bagian yang sifatnya "build in" dengan keseluruhan ajaran yang dicontohkan Nabi. Tanpa kehendak ke arah itu, makna Islam akan kehilangan artinya yang sejati. Dari sinilah kita akan melihat bahwa optimisme bukan hanya semata-mata berkaitan dengan kepentingan pribadi. Sosok pribadi adalah bagian integral dari sebuah umat. Dan umat inilah yang diwarisi oleh Nabi dengan ajaran-ajaran serta contoh konkret sepanjang hidupnya. Wallahu’alam.***

Page 8: ceramah Manajemen Qolbu

Menikmati Tersebarnya KebaikanPenulis: Jurnal MQ - Edisi April 2002

"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan, bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur."

Alangkah indahnya hidup ini sekiranya kita ditakdirkan memiliki kondisi hati yang membuat kita selalu merasakan nikmat dan bahagia setiap kali melihat kebaikan tersebar di muka bumi ini. Juga selalu merasakan nikmat dan lezat manakala kita sendiri berbuat kebaikan. Dan bahkan setiap desah nafas kita adalah cerminan rindunya senantiasa untuk dapat melakukan aneka kebaikan dan rindu pula akan semakin banyaknya saudara-saudara kita yang ikhlas dan sungguh-sungguh dalam menyebarkan kebaikan.

Orang-orang yang semula kafir dan ingkar menjadi muslim. Orang-orang yang semula munafik dan durjana menjadi bertaubat. Orang-orang yang semula fasik dan durhaka pun menjadi taat. Ya, kita memang harus menginginkan sebanyak mungkin makhluk-makhluk Allah di muka bumi ini menjadi mulia. Orang-orang yang pernah menyakiti kita semoga oleh Allah diampuni dan dikaruniai petunjuk. Begitupun orang-orang yang pernah tersakiti oleh kita, semoga Dia yang Mahaperkasa, mengangkat derajat kemuliaannya.

Bukankah Allah azza wa jalla telah berfirman, "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah." (QS Ali ‘Imran, 110). Apa artinya? Artinya umat yang terbaik adalah umat yang memiliki kesanggupan untuk selalu menata, menjaga, merawat dan mewaspadai kalbunya dengan sebaik-baiknya, sehingga selalu bersih, lapang dan selamat. Sedangkan kalbu yang selamat, tidak bisa tidak, akan membuahkan kepekaan. Peka terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Kepekaan akan membuat dunia ini berubah menjadi samudera ilmu yang teramat luas. Dunia ini akan terang benderang dan lapang karena cahaya ilmu yang telah dikaruniakan Allah kepada setiap apa pun. Apa yang dilihat, apa yang dirasakan, dan apa yang didengar dari aneka kejadian di bumi ini tidak ada yang perlu disikapi dengan salah. Karena pada semua kejadian itu pastilah Dia menebarkan ilmu yang tidak hanya akan membuat kita semakin arif dan bijak, tetapi juga semakin memiliki kesanggupan untuk bersungguh-sungguh kepada-Nya.

Sekiranya sudah memiliki kepekaan, maka kita pun niscaya akan dikaruniai kesanggupan memiliki jiwa besar. Nah jiwa besar yang bersimbah keimanan dan ma’rifat (pengenalan) yang baik kepada Allah Azza wa Jalla inilah yang akan membuat pemiliknya dapat merasakan nikmat dan manisnya menyaksikan kebaikan tersebar. Tentulah dalam hal ini tidak mesti melalui lisan ataupun perbuatan kita sendiri, namun bisa melalui siapa pun. Sama sekali tak ada dalam kalbu kita prasangka-prasangka, yang justru hanya akan menggelincirkan kita pada perasaan atau sikap negatif.

Masalahnya, tidak semua diantara kita yang memiliki tingkat sikap seperti ini. Tidak jarang, ketika mendengar azan berkumandang di mesjid saja, kita serta merta merasa terganggu.

Page 9: ceramah Manajemen Qolbu

Apalagi mendengar azan subuh yang melengking-lengking justru pada saat-saat kita sedang enak-enaknya tidur.Duh, speaker masjid itu. Volumenya tampak seperti disengaja hanya untuk membangunkan kita sendiri. Betapa mangkelnya hati ini pada speaker murahan itu, pada mu’adzin yang suaranya buruk itu, dan akhirnya pada masjid yang mengapa kok dibangun dekat-dekat rumah kita.

Padahal, sebenarnya merupakan satu karunia yang besar manakala tiba waktu shalat ada yang mengingatkan. Keterlenaan kita menikmati selimut dari dinginnya udara subuh sangat potensial membuat syetan, maaf, mengencingi telinga kita, sehingga membuat tidur semakin pulas dan Allah membiarkan kita. Kesibukan kita tenggelam dalam pekerjaan beserta tumpukan masalahnya pun sangat potensial membuat syetan mengelabui kita dengan fatamorgana cinta dunia, dan Allah membiarkan kita. Naudzubillah!

Karenanya, apakah tidak lebih baik kita malah seharusnya berterimakasih kepada mu’adzin itu dan kepada masjid yang dibangun dekat rumah atau kantor kita itu, sehingga menjadi jalan bagi kita untuk selalu ingat kepada Allah?

Belum lagi ketidaktahuan kita, bahwa siapa tahu sang mu’adzin dengan suaranya yang sederhana itu menyeru saudara-saudara seimannya dengan hati yang ikhlas. Boleh jadi, suaranya itu menjadi jalan terselamatkannya ratusan atau ribuan saudara-saudara kita dari tergelincir memperturutkan hawa nafsu mengejar-ngejar dunia. Atau bahkan menjadi jalan turunnya hidayah dan taufik kepada orang-orang yang belum Islam, sehingga kembali ke pangkuan agama Allah, dienul Islam yang haq.

Subhanallah, betapa akan semakin banyak orang yang ketika di dunia dicurahi rahmat oleh-Nya, sedangkan di akhirat nanti pun memperoleh bukti akan jaminan-Nya berupa surga jannatun na’im disertai keridhaan-Nya. Apakah tidak lebih baik kita malah harus berbahagia dengan kebaikan yang tersebar luas, sehingga kita pun kebagian karunia pahala dan ridha-Nya?

Sekiranya kita belum mampu melakukan hal serupa, maka setidak-tidaknya hati kita jangan mangkel. Bahkan sebaliknya, turut senang dan bersyukur masih ada orang yang ikhlas ber-amar ma’ruf nahyi munkar. Insya Allah, inipun sudah cukup. Dan Allah Maha Menyaksikan segala lintasan hati kita.

Sesungguhnya, tidaklah Allah menurunkan Islam ke muka bumi ini kecuali sebagai rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi semesta alam. Sementara kita sendiri telah dijuluki-Nya sebagai khairu ummah yang seyogyanya menjadi ujung tombak penyeru kebaikan, pemberantas kemungkaran, dengan bekal iman dan ma’rifatullah.

Sekiranya bumi ini dihuni oleh lebih banyak lagi orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, niscaya dunia ini akan terasa semakin lapang, indah dan mengesankan. Orang-orang tiada lagi mencari kemuliaan dari tingginya pangkat jabatan dan kedudukan, melainkan semata-mata dari tingkat ma’rifat, ketaatan dan kedekatan kepada-Nya semata.

Page 10: ceramah Manajemen Qolbu

Subhanallah. Mudah-mudahan kita digolongkan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang mampu merasakan nikmatnya berbuat kebaikan dan merasa senang melihat tersebarnya kebaikan.***

Page 11: ceramah Manajemen Qolbu

Menyemai Benih KeteladananSumber: Jurnal MQ - Edisi April 2002

K.H. Abdullah Gymnastiar

Seorang kawan pernah berujar_ia bicara tentang dirinya_bahwa kritik yang terbaik diberikan kepada seseorang adalah dengan perilaku yang kita ungkapkan.

Ada jeda yang sengaja dituliskan di sana "_ia bicara tentang dirinya_" sekadar mengemukakan bahwa untuk mengungkapkan ‘nasehat’ inipun, ia tetap menjaga lawan bicara agar tidak merasa dinasehati. Ia menganalogikan dirinya, bukan karena ketidakpeduliannya terhadap lawan bicara tapi di situlah barangkali letaknya sebuah seni berkomunikasi untuk menyenangkan lawan bicara.

Analogi, seringkali digunakan untuk membantu mengungkap kejelasan suatu masalah melalui bahasa perumpamaan. Pada banyak kisah atau tulisan yang berbicara tentang keteladanan, analogi dimungkinkan karena ruang gerak keteladanan terletak pada figur contoh. Meski demikian, benihnya tetap bermula dari dalam diri. Analogi pada cerita seorang kawan di atas, tentu saja maksudnya bukan berarti ia tengah menjadikan dirinya teladan bagi yang lain. Sebuah analogi yang dilakukan justru untuk memposisikan diri sebagai objek dari sebuah kasus yang belum tentu bisa tepat jikalau diadopsi sebagai sebuah sikap hidup bagi orang lain.

Diakui, seseorang yang banyak ‘berbicara’ melalui sikap dan perilaku_yang baik, tentu saja_itulah teladan sesungguhnya. Simaklah kisah keteladanan Sang Uswah, Rasulullah Saw. yang melalui pancaran ketenangan sikapnya, kehalusan tutur katanya, kesantunan berperilakunya, melahirkan suatu ‘konstitusi’ keteladanan bagi seluruh umat manusia. Demikianlah cara Rasul Saw. mengajak umat manusia kepada kebaikan. Cara ‘menasehati’ seperti yang diungkapkan Rasul Saw. melalui suri teladan seperti itu, memang lebih efektif. Ada kecenderungan lawan bicara atau orang lain ‘terpesona’, lalu mengadopsi nilai-nilai luhur tadi ke dalam sikap hidup dirinya.

Satu hal lain yang mungkin bisa digarisbawahi, bahwa proses keteladanan pada orang-orang dewasa yang telah terkontaminasi lingkungan baik dalam pola pikir maupun sikap dan perilaku, cenderung lebih lambat, lebih sukar dan membutuhkan keistiqomahan (suatu hal yang paling sulit dilakukan kecuali dengan pengorbanan tinggi). Keteladanan yang paling mungkin dapat diterapkan dengan mudah, melekat lebih lama dan cenderung istiqomah dengan sendirinya, adalah pada usia kanak-kanak. Kejernihan pikiran, kebersihan jiwa, kesegaran emosional, menjadi perangkat utama yang membantu masuknya nilai-nilai keteladanan dalam diri mereka. Maka kemudian, jangan salahkan anak-anak yang (divonis) ‘salah gaul’. Sesungguhnya mereka menyikapi hidup, belajar dengan sendirinya tentang kehidupan, justru dari cara orangtuanya menyikapi hidup.

Keteladanan menjadi satu-satunya alat meng-create generasi lebih baik. Benihnya disebar sedari dini bahkan masih dalam bentuk niat sekalipun, dan buahnya dituai tak henti-henti di generasi mendatang, asal keteladanan itu sendiri menjadi bagian dari tarikan nafas yang ‘estafet’ dari generasi ke generasi.

Page 12: ceramah Manajemen Qolbu

Suatu ketika, kisah keteladanan tidak lagi akan mengambil analogi dari tokoh-tokoh kharismatik di luar diri, akan tetapi ia melekat dalam diri dan menjadi cermin bagi yang lain. Seandainya semua mengambil sikap demikian... Wallahu’alam.

Page 13: ceramah Manajemen Qolbu

MQ Corporation Luncurkan Al Quran SelulerSumber: Manajemen Qolbu Online - MQ News (27-06-02, 21:07)

MQ (Manajemen Qolbu) Corporation, sebuah perusahaan yang didirikan oleh seorang Muballigh yang juga seorang pengusaha, Abdullah Gymnastiar, baru-baru ini memperkenalkan secara terbatas sebuah layanan media baru yang targetnya adalah "kaum muslim modem yang 'on-the-move'." Dengan nama "AlQuran Seluler", layanan baru yang inovatif ini memungkinkan kaum muslim, yang sibuk dengan kegiatannya tetap dapat mengakses ilmu, hikmah dan akrab dengan al-Quran al-Karim melalui HP atau telepon biasa.

Upaya memperkenalkan konsep teknologi dan media Muslim baru yang pertama di dunia ini menempatkan Indonesia sebagai sebuah pusat Dakwah kreatif dalam dunia Islam, dan MQ sebagai pemimpin Layanan Media Muslim (LMM) di Indonesia.

Para anggota menghubungi sistem setiap hari untuk mendengar pesan selama enam menit yang mencakup satu menit pembacaan terjemah al-Quran al-Karim, antara dua hingga tiga menit hikmah dari Penceramah pilihan anggota, bisa Aa Gym, Ihsan Tandjung atau M Arifin llham, dan diakhiri dengan opsi berupa satu hingga dua menit pembacaan Murotal ayat-ayat yang sama.

Abdullah Gymnastiar, Presiden Direktur MQ Corporation dan populer dengan panggilan Aa Gym, berkata, "Insya Allah dengan enam menit setiap hari semoga Allah mengaruniakan kelembutan hati dengan mendengarkan ayat-ayat al-Quran al-Karim, membimbing dan menyemangati hidup lurus dengan hikmah yang didapat darinya. Dan dalam tempo sekitar tiga tahun semoga kita dapat mengarungi keagungan al-Quran alKarim."

Layanan HP juga memberikan SMS harian yang mencakup posisi anggota dalam mengarungi AI-Qur'an, waktu-waktu shalat harian, dan Layanan Informasi Muslim yang memberitakan acara-acara yang menarik bagi para anggota AlQuran Seluler. Organisasi-organisasi Islam yang ikut-serta akan dapat mengirimkan pesan melalui AlQuran Seluler Extranet untuk dikirim kepada anggotanya yang juga adalah anggota AlQuran Seluler.

Tujuannya, demikian Aa Gym, adalah membantu kaum Muslim yang sibuk untuk memasukkan kajian harian AI-Qur'an ke dalam kesibukan mereka. "Lima waktu shalat plus satu AI-Qur'an setiap hari setara dengan satu sosok pribadi Muslim yang sukses," ujar Aa Gym sambil mengangkat tangannya menunjukkan kelima jarinya Ialu berganti dengan hanya jari telunjuk, dan diikuti oleh mengacungkan jempol.

Setiap Penceramah yang terlibat adalah sosok pribadi Muslim yang muda dan populer, yang memiliki sejumlah besar penyimak yang setia, dan sering muncul di TV dan radio. Ihsan Tandjung memberikan pesan dari sudut pandang "Fikir" dengan tema "Mengenal Esensi AI-Qur'an dalam Keseharian." M Arifin llham dari sudut pandang "Dzikir" dengan pesan yang bertemakan "Dzikir dan Renungan Harian AI-Qur'an". Dan Aa Gym, dari sudut pandang "lkhtiar" bertemakan "Semangat Qur'an dalam Hidup Anda."

Setiap anggota AlQuran Seluler mendapatkan sebuah ID dan Kode PIN yang biasanya digunakan ketika menelepon, dan membuat sistem mampu melacak kemajuan setiap anggota sepanjang mengarungi AI-Qur'an dan menyampaikan Ayat yang sesuai dengan Penceramah yang diinginkan.

Page 14: ceramah Manajemen Qolbu

Layanan telepon biasa memakan biaya sekitar Rp 850. Dan biaya untuk HP adalah Rp 1.000 per hari, termasuk SMS harian. Kedua layanan ini menuntut anggota menelepon setiap hari dan membayar biaya tarif telepon local untuk rentang waktu selama empat hingga enam menit, bergantung pada pilihan anggota di hari-hari tertentu.

"Konsep bisnis yang disosialisasikan melalui MQ Corp bercirikan: adil, jujur, terpercaya, profesional, berkwalitas, multi manfaat, kreatif dan inovatif. Untuk itu kami melakukan semampu kami agar layanan ini dapat dijangkau dan digunakan oleh banyak orang. Namun, usaha ini pun harus dapat berjalan sebagaimana layaknya sebuah jasa layanan yang memberikan keuntungan untuk memastikan kami akan mampu memenuhi komitmen kami kepada para anggota di masa mendatang. Itulah mengapa kami belum bisa melakukan usaha ini secara gratis," ujar Aa Gym memberikan alasannya.

"Begitu pun, saya percaya Da'wah yang baik dan usaha yang baik dapat berjalan beriringan. Dengan mempertahankan biaya yang rendah kami telah mencoba mengupayakan agar AlQuran Seluler terjangkau oleh kebanyakan orang yang berpenghasilan menengah," lanjutnya, "toh, tidak sedikit layanan semacam ini yang menggunakan standar Nomor Premium memakan biaya sebesar Rp 12.000 hingga Rp 20.000 sehari. Bandingkanlah dengan biaya kami yang Rp 1,000 plus hubungan lokal, kami masih tetap sangat murah. Semoga Rp 1.000 sehari bisa membuka pintu hati, pintu keberkahan dan pintu kebahagiaan dunia akhirat dari umur yang tersisa ini."

Guna memungkinkan khalayak untuk mencicipi rasa AlQuran Seluler dan memperoleh respon atas isinya, mulai 1 Juli hingga 14 Juli, AlQuran Seluler dapat diakses melalui 021-7883-1001 dengan mendaftar secara gratis, selama dua pekan percobaan sebelum dilakukan secara soft-launch. Masa uji coba ini diberikan kepada 2.500 orang pertama yang mendaftar di Jakarta dan 2,500 orang di Bandung.

Karena uji-coba gratis ini diperkirakan akan banyak diminati, khalayak didorong untuk melakukan pra-registrasi untuk uji-coba ini mulai 28 Juni dengan menghubungi 021-7883-1001. Jam kantor adalah pukul 7 pagi WIB hingga 11 malam WIB setiap hari. Jika sibuk, dipersilakan untuk mencoba kembali kemudian, karena volume telepon masuk di awal bergulirnya program ini dapat sangat tinggi. Pendaftaran untuk uji-coba akan berlanjut hingga 14 Juli hingga jumlah tersebut di atas untuk Jakarta dan Bandung tercapai. Saat uji-coba ini berakhir, anggota baru dapat mulai membayar keanggotaan mereka atau mengakhiri uji-coba tanpa dikenakan biaya. Saat jatah untuk uji-coba telah dipenuhi, AlQuran Seluler akan melakukan pra-registrasi para anggotanya dan mengaktifkan mereka sesuai dengan kapasitas yang ada setelah soft-launch 15 Juli.

MQ Corporation

MQ Corporation adalah perusahaan yang ditujukan untuk memberikan pemasukan bagi proyek Dakwah Aa Gym dan sekaligus sebagai laboratorium bagi sistem Manajemen QoIbu. yang selama ini digarap oleh Aa Gym, yang menekankan pengembangan keimanan personal bersamaan dengan peri kehidupan yang efektif dan profesional. Dengan demikian MQ Corporation adalah wahana untuk meningkatkan kepiawaian Aa Gym dalam pengembangan keunggulan personal dan media guna diterapkannya di "dunia nyata."

Page 15: ceramah Manajemen Qolbu

Aa Gym berujar "pada akhirnya, kita umat Islam harus fokus pada upaya kita, ikhtiar kita dalam membentuk perniagaan yang efektif, etis dan professional yang tumbuh menjadi sesuatu. yang besar dalam rangka mengabdi kepada Allah."

Karena uji-coba dua pekan ini tidak termasuk layanan SMS, para anggota yang ingin mendapatkan layanan HP penuh dapat mendaftar untuk layanan mobile tetapi menerima uji-coba bebas resiko selama dua pekan pertama setelah mendaftar dan kemudian beralih ke layanan HP dimulai saat masa dua pekan pertama tersebut berakhir. Layanan Hand phone akan mulai tersedia pada tanggal 15 Juli.

Menjelang bulan Agustus, jika permintaan sesuai dengan perkiraan, AlQuran Seluler berencana untuk memperbesar kapasitas agar mampu melayani 10.000 anggota di Jakarta dan 5.000 anggota di Bandung, dan layanan local akan diperkenalkan di kota-kota besar lainnya seperti Bogor dan Surabaya. Kapasitas akan terus bertambah sesuai permintaan, dalam persiapan Peluncuran Resmi pada tanggal 1 September.

Mereka yang menginginkan pendaftaran dapat menghubungi pusat pendaftaran AlQuran Seluler di 021-7883-1001, kemudian memilih Penceramah, kota untuk mendapatkan jadwal waktu Sholat (jika memilih layanan hand phone), dan bentuk pembayaran. Selain itu, calon pendaftar dapat mengirim lembar pendaftaran melalui fax ke kantor AlQuran Seluler di 021-7884-0345. Pembayaran keanggotaan dapat melalui jaringan operator selpon, atau penagihan langsung otomatis (automatic direct debiting), atau mentransfer dana untuk waktu per enam bulan keanggotaan. Setelah dipastikan/diverifikasi bentuk pembayaran, anggota dapat memulai perjalanan, dimulai dengan menelepon dan mendengarkan pesan sambutan selamat datang dari Aa Gym. Lalu anggota baru dapat menelepon untuk Ayat dan pesan pertama, dimulai dengan surat AI Fatihah dan diakhiri dengan An Naas tiga tahun kemudian.

Seperti ditekankan oleh Aa Gym, "AlQuran Seluler adalah Ikhtiar - diperlukan sedikit upaya setiap hari. Tapi tidak berlebihan- Allah tidak menginginkan hidup kita sulit. Sangat berharap setiap Muslim yang mampu menikmati AlQuran Seluler akan menjadikan ini sebagai komitmen harian yang penting, karena balasannya luar biasa. Saya akan jujur mengatakan bahwa menyiapkan pesan harian ini tidaklah mudah, namun keuntungannya berkomitmen kepada kata-kata Allah dengan fikir dan hati sangatlah besar."***(mikha)