cash conversion

46
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan antar perusahaan khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Adapun perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau para pemegang saham. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu pengelolaan finansial dan perkembangan perusahaan yang sehat. Hal itu akan mencerminkan efisiensi dalam kinerja perusahaan yang menjadi tuntutan utama untuk bisa bersaing dengan perusahaan lainnya, dan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan karena diperlukan untuk membiayai kegiatan

Upload: 110910078

Post on 22-Jan-2016

235 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cash conversion

TRANSCRIPT

Page 1: Cash Conversion

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan

antar perusahaan khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat.

Adapun perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan

sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau para pemegang

saham. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi

persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu pengelolaan finansial dan

perkembangan perusahaan yang sehat. Hal itu akan mencerminkan efisiensi dalam

kinerja perusahaan yang menjadi tuntutan utama untuk bisa bersaing dengan

perusahaan lainnya, dan dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang

menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.

Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan karena diperlukan

untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari seperti pembelian bahan baku,

dan upah pegawai. Modal kerja/net working capital merupakan tolok ukur

keuangan yang mewakili operasi likuiditas yang tersedia untuk bisnis. Saat ini

manajemen modal kerja telah menjadi isu penting untuk semua perusahaan, secara

keseluruhan hal itu dapat meminimalkan risiko perusahaan dan membantu dalam

menyeimbangkan antara profitabilitas dan likuiditas (Modi, 2012). Modal kerja

yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini

memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif

dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja merupakan

penyebab utama kegagalan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

Page 2: Cash Conversion

2

Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan berbeda-

beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya

perusahaan itu sendiri. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal

kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan

oleh perusahaan sedangkan akibat pengelolaan modal yang kurang tepat akan

mengakibatkan kerugian. Brigham & Houston (2006) mengungkapkan dua

pertanyaan dasar dalam kebijakan modal kerja yaitu berapa jumlah aktiva lancar

yang layak dimiliki oleh perusahaan baik secara total maupun masing-masing

akun secara spesifik dan bagaimana sebaiknya aktiva lancar tersebut didanai

dalam perusahaan. Penentuan sumber dana tersebut bisa didapat dari faktor

internal maupun eksternal. Dana dari pihak internal meliputi penjualan saham

kepada masyarakat, laba ditahan yang tidak dibagi dan dapat dijadikan modal.

Sedangkan dana dari pihak eksternal meliputi peminjaman dana kepada kreditor

seperti bank.

Perusahaan umumnya terjadi siklus Cash Conversion Cycle/CCC yang

meliputi pembelian persediaan bahan baku, menjual barang secara kredit, dan

menagih piutang (Marcus, 2007). Komponen CCC terdiri dari perioda konversi

persediaan yang merupakan rata-rata untuk mengkonversi bahan baku menjadi

bahan jadi dan kemudian menjual bahan itu (Days Inventory Outstanding/DIO).

Komponen berikutnya adalah perioda penerimaan piutang (Days Sales

Outstanding/DSO) yang merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

mengkonversi piutang menjadi kas. Komponen ketiga adalah perioda

penangguhan utang (Days Payable Outstanding/DPO) yang merupakan rata-rata

waktu yang dibutuhkan untuk melunasi utang bahan baku dan tenaga kerjanya.

Page 3: Cash Conversion

3

Kebijakan kerja yang baik dibuat untuk meminimalkan waktu di antara

pengeluaran kas untuk bahan baku dan penagihan kas dari penjualan (Syarief &

Wilujeng, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kamel (2008), Putra (2009),

Caballero et al. (2010), Sufiyanto (2010) menyatakan bahwa cash conversion

cycle dapat meningkatkan laba jika dipersingkat, karena semakin lama proses

konversi pada kas mengakibatkan pembiayaan yang dibutuhkan juga semakin

besar.

Penelitian ini menggunakan ROA (Return On Asset) sebagai alat untuk

mengukur profitabilitas perusahaan atau tingkat kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. “Rasio ini merupakan rasio yang terpenting di antara rasio

rentabilitas yang ada karena menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui semua kekayaan dan sumber dana yang ada, seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan

sebagainya” (Harahap, 2004, p. 304). Selain itu rasio ini juga mengukur tingkat

efektivitas manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

“Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas

manajemen perusahaan dan memberi gambaran tentang tingkat efektivitas

pengelolaan perusahaan”(Sawir, 2005:18). Penggunaan ROA sebagai alat ukur

profitabilitas dikarenakan penelitian ini membahas pengaruh cash conversion

cycle terhadap profitabilitas, dan profitabilitas yang akan diukur juga harus

berhubungan dengan modal kerja. ROA memiliki hubungan yang cukup dekat

dibandingkan dengan rasio-rasio profitabilitas lainnya dan merupakan rasio

profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam bentuk aset. Aset di sini

Page 4: Cash Conversion

4

termasuk modal kerja di dalamnya. Selain itu, ROA juga mengindikasikan

seberapa baik perusahaan tersebut memanfaatkan aset. ROA yang tinggi, selain

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari

keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam bentuk aset juga bisa berarti

terjaminnya kebutuhan dana bagi perusahaan dalam operasi di masa yang akan

datang.

Penulis tidak menggunakan ROE sebagai alat ukur tingkat profitabilitas

pada penelitian ini dikarenakan dapat menyebabkan beberapa hal: (1) Extreme

number yaitu terjadi apabila suatu perusahaan memiliki profit yang bernilai

negatife (mengalami kerugian) dan equity yang bernilai negatif (mengalami

defisiensi modal) akan menghasilkan ROE yang bernilai positif. Hal ini akan

memberikan informasi yang tidak akurat. Walaupun ROE yang dihasilkan

memang bernilai positif (menandakan keadaan perusahaan yang baik) tetapi hal

tersebut tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya (keadaan perusahaan yang

buruk dapat dilihat perusahaan mengalami kerugian dan equity yang bernilai

negatif). Sedangkan apabila menggunakan ROA, nilai aset tidak akan pernah

negatif. Apabila perusahaan mengalami kerugian (profit bernilai negatif) dan nilai

aset positif maka ROA yang didapat akan bernilai negatif. Hal tersebut

mencerminkan keadaan yang sebenarnya. (2) Ratio bias yang menunjukkan

komposisi neraca pada posisi pasiva cenderung lebih banyak pada liabilities

perusahaan daripada equity (kondisi 1) maka keadaan perusahaan tidak sebaik

dengan komposisi neraca pada posisi pasiva yang seimbang (balance) antara

liabilities dan equity (kondisi 2). Tetapi apabila diukur dengan rasio ROE, maka

ROE kondisi 1 menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan ROE kondisi 2,

Page 5: Cash Conversion

5

karena ekuitas kondisi 1 sebagai variabel pembagi nilainya lebih kecil

dibandingkan ekuitas di kondisi 2. Hal ini menunjukkan ROE memberikan rasio

yang bersifat bias. Sedangkan rasio ROA akan menunjukkan hasil yang sesuai

dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. ROA kondisi 1 akan lebih kecil

(semakin buruk) dibandingkan ROA kondisi 2.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Caballero et al.

(2010), (2010), Ganesan (2007), Putra (2009), Sari (2006), Sufiyanto (2010),

tidak selalu menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh antara modal kerja

dengan profitabilitas. Ketidakkonsistenan hasil yang ada membuat penulis

termotivasi untuk melakukan penelitian ini.

Industri barang konsumsi merupakan suatu cabang perusahaan manufaktur

yang mempunyai peran aktif dalam pasar modal. Pada awal tahun 2011 sektor

barang konsumsi mengalami kenaikan 41,93%, dibandingkan sektor lainnya.

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam sehingga banyak

komoditi yang dapat diproduksi. Dikaitkan dengan kenaikan harga minyak

mentah dunia, industri ini cenderung bertahan karena merupakan industri untuk

memenuhi keutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini juga

didukung dengan sumber daya manusia yang jumlahnnya cukup besar dan

menyebabkan di Indonesia banyak perusahaan yang berkembang di sektor industri

barang konsumsi. Oleh sebab itu investasi pada industri barang konsumsi telah

berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia dan cukup menjanjikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dalam penyusunan “Analisis Pengaruh Cash Conversion Cycle Terhadap

Page 6: Cash Conversion

6

Profitabilitas Pada Industri Barang Konsumsi Yang Listing di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2007-2011”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai

berikut.

1. Apakah terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap ROA secara

simultan pada industri barang konsumsi yang listing di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah terdapat pengaruh cash conversion cycle terhadap ROA secara parsial

pada industri barang konsumsi yang listing di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk menguji pengaruh cash conversion cycle terhadap ROA secara simultan

pada industri barang konsumsi yang listing di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menguji pengaruh cash conversion cycle terhadap ROA secara parsial

pada industri barang konsumsi yang listing di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini terarah dan tidak terlalu luas, maka perlu adanya batasan

masalah. Dalam penelitian ini penulis tidak meneliti rasio di luar cash conversion

cycle atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan karena

ketersediaan data yang terbatas, serta cash conversion cycle dianggap sangat

dominan dalam siklus operasi perusahaan. Adapun variabel dependen yang

digunakan adalah ROA dan variabel independen adalah Days Inventory

Page 7: Cash Conversion

7

Outstanding (DIO), Days Sales Outstanding (DSO), Days Payable Outstanding

(DPO).

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Emiten

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu dasar

pertimbangan di dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan

terutama dalam memaksimumkan laba perusahaan dengan memperhatikan

faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai pertimbangan di

dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan barang konsumsi

di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi sebagai

sumbangsih penulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang manajemen keuangan dan sebagai pembanding penelitian lainnya

mengenai pengaruh cash conversion cycle terhadap profitabilitas.

Page 8: Cash Conversion

8

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Modal Kerja

Modal kerja dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk membiayai kegiatan

operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

maupun jasa. Cara modal kerja dikelola memiliki dampak signifikan pada

profitabilitas perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada tingkat tertentu

kebutuhan modal kerja yang berpotensi memaksimalkan pengembalian (Deloof,

2003). Dari pengertian tersebut maka unsur-unsur dari modal kerja menurut

Brigham & Houston (2006) adalah sebagai berikut.

1. Kas

Kas adalah aktiva yang paling liquid yang dibutuhkan perusahaan untuk

membayar tenaga kerja, bahan baku, melunasi utang, membeli aktiva tetap,

membayar pajak, membayar deviden, dan kebutuhan lainnya. Namun kas

tersebut tidak menghasilkan bunga sehingga tujuan manajemen kas adalah

untuk meminimalkan jumlah kas pada titik di mana kas tersebut cukup untuk

menjalankan aktivitas bisnis secara normal.

2. Sekuritas

Menurut Bank Indonesia, sekuritas adalah surat berharga dalam bentuk fisik

(warkat) yang mempunyai nilai uang yang dapat diperdagangkan di pasar uang

atau pasar modal. Sekuritas biasa diperlukan perusahaan agar dapat

diperjualbelikan sebagai cadangan bagi akun kas jika kas yang dimiliki kurang

dari yang diperlukan.

Page 9: Cash Conversion

9

3. Persediaan

Persediaan merupakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Persediaan

merupakan elemen dari aktiva lancar yang paling kurang likuid bila

dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Persediaan akan menimbulkan

biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tersebut antara lain adalah

biaya sewa gudang, biaya perawatan, biaya asuransi, biaya pengangkutan, dan

lain sebagainya. Selain biaya, persediaan juga akan menimbulkan risiko yang

cukup tinggi yaitu risiko hilang, risiko rusak, dan lain-lain.

Untuk meminimalkan biaya dan resiko, banyak perusahaan berusaha

meminimalkan jumlah persediaannya dengan menggunakan sistem Just-in-

Time (JIT) yang bertujuan untuk memperoleh barang yang diperlukan tepat

waktu. Dengan sistem ini, perusahaan mencari atau memproduksi barang yang

diperlukan hanya pada saat diperlukan saja, sehingga jumlah persediaan dapat

diminimalisir.

4. Piutang

Piutang merupakan hak untuk menerima sejumlah kas pada waktu yang

akan datang karena kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Piutang muncul

karena adanya penjualan secara kredit, pemberian pinjaman, dan lain-lain.

Perputaran piutang menjadi kas dipengaruhi oleh syarat pembayaran piutang

tersebut, jika syarat pembayaran lunak maka jumlah piutang akan semakin

besar tetapi perputaran piutang akan semakin rendah. Jika syarat pembayaran

ketat akan berlaku sebaliknya. Syarat pembayaran piutang akan berpengaruh

pada penjualan yang selanjutnya berimbas pada profitabilitas.

Page 10: Cash Conversion

10

Riyanto (2001), mengatakan bahwa modal kerja digolongkan dalam

beberapa jenis sebagai berikut.

1. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang

ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Modal kerja ini

terdiri dari hal berikut.

a. Modal kerja primer (primary working capital) merupakan jumlah modal

kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga

kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal (normal working capital) adalah modal kerja yang

dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.

2. Modal kerja variabel (variable working capital) yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini

terdiri dari hal berikut.

a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) adalah modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) adalah modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat (emergency working capital) adalah modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak

diketahui sebelumnya.

2.2 Siklus Modal Kerja/ Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle / CCC)

Cash Conversion Cycle merupakan proses yang akan selalu berjalan

selama perusahaan masih beroperasi dan modal kerja berputar terus-menerus

dalam perusahaan karena dipakai untuk membiayai operasi sehari-harinya.

Page 11: Cash Conversion

11

Analisis ini menggunakan pendekatan agar perusahaan meminimalkan modal

kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup membiayai kegiatan operasi

perusahaan. CCC dapat didefinisikan sebagai berikut.

………………………………………….

(2.1)

1. DIO/Days Inventory Outstanding

Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku

menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut.

2. DSO/Days Sales Outstanding

Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang

perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah penjualan.

3. DPO/Days Payable Outstanding

Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan

tenaga kerja dan pembayarannya.

Tujuan perusahaan seharusnya adalah mempersingkat CCC secepat

mungkin tanpa mengganggu operasi. Hal ini akan meningkatkan laba, karena

semakin lama siklus konversi kas, maka akan semakin besar biaya yang

dibutuhkan. Siklus konversi dapat dipersingkat dengan cara:

1. Mempercepat penagihan kas dari penjualan;

2. Meningkatkan perputaran persediaan;

3. Mengurangi pembelanjaan dengan kas.

Sepanjang tindakan-tindakan di atas dapat dilakukan tanpa memperbesar biaya

atau menekan penjualan, maka sebaiknya dilakukan oleh perusahaan (Brigham &

Houston (2006:136).

CCC = DIO + DSO - DPO

Page 12: Cash Conversion

12

2.3 Manajemen Kas

Perusahaan memiliki kas dengan alasan transaksi, kompensasi bagi bank

karena telah memberikan pinjaman dan jasanya untuk berjaga-jaga dan untuk

spekulasi (Brigham & Houston, 2006). Selain karena alasan tersebut, perusahaan

mensyaratkan terpeliharanya ketersediaan aktiva kas dengan alasan agar dapat

memperoleh potongan harga, membantu perusahaan mempertahankan peringkat

kreditnya dengan menjaga rasio lancar dan rasio cepat, dan dapat digunakan untuk

memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang menguntungkan seperti penawaran

khusus dari pemasok atau kesempatan untuk mengakuisisi perusahaan lain,

menjaga diri dari keadaan - keadaan darurat seperti pemogokan, kebakaran,

kampanye pemasaran dari kompetitor, dsb. Manajemen kas yang efektif terdiri

atas menyinkronkan arus kas, menggunakan ambang (float), mempercepat

penerimaan, mendapatkan ketersediaan dana ke tempat yang membutuhkan dan

mengendalikan pengeluaran.

2.4 Manajemen Persediaan

Persediaan dapat diklasifikasikan sebagai simpanan material yang berupa

bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Persediaan perlu dikelola

karena dapat mempengaruhi fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.

Kesalahan dalam penentuan tingkat persediaan dapat dengan cepat menyebabkan

terjadinya kehilangan penjualan maupun biaya penyimpangan yang berlebihan.

Manajemen persediaan memiliki arti penting yang sama dengan tingkat

kesulitannya. Sistem pengendalian persediaan dapat berbentuk sangat sederhana

Page 13: Cash Conversion

13

sampai luar biasa kompleks, tergantung pada ukuran perusahaan dan sifat

persediaannya ( Brigham & Houston, 2006).

Terdapat beberapa metode analisis yang dapat digunakan dalam

manajemen persediaan menurut Heizer & Render (2006), Davis & Chase (2004),

Jacobs & Chase (2008) adalah sebagai berikut.

1. Analisis ABC

Analisis ini merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam

susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode

waktu (harga per unit dikalikan voluma penggunaan dari material tersebut

dalam perioda tertentu). Analisis ABC ini mengikuti prinsip hukum

Pareto, yaitu sekitar 80% dari nilai total inventori material diwakili oleh

20% material inventori.

2. Safety stock/ buffer stock/ persediaan pengaman

Merupakan persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi unsur

ketidakpastian permintaan dari suatu pasokan yang tidak diharapkan.

3. MRP (Material Requirement Planning)

Merupakan suatu sistem perencanaan produksi dan persediaan sistem

kontrol yang digunakan untuk mengelola proses produksi. Suatu sistem

MRP (Material Requirement Planning) dimaksudkan untuk memastikan

bahan yang tersedia untuk produksi dan produk-produk yang tersedia

untuk pengiriman ke pelanggan, mempertahankan tingkat persediaan

serendah mungkin, rencana kegiatan produksi, jadwal pengiriman dan

aktivitas pembelian. Model MRP (Material Requirement Planning) lebih

tepat digunakan pada suatu perusahaan yang memproduksi suatu barang,

Page 14: Cash Conversion

14

sehingga semua komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi

dapat tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.

4. EOQ(Economic Order Quantity)

Merupakan metode persediaan yang menentukan jumlah pemesan

berdasarkan biaya pemesanan (ordering cost) dan penyimpanan yang

minimal (holding cost) atau dengan kata lain, EOQ merupakan volume

atas jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada

setiap pembelian.

2.5 Manajemen Piutang

Pada umumnya perusahaan akan lebih menyukai penjualan secara tunai

daripada secara kredit, namun tekanan persaingan telah memaksa kebanyakan

perusahaan untuk menawarkan kredit. Maka yang terjadi adalah barang

dikirimkan, persediaan berkurang, dan timbul piutang. Pada akhirnya, pelanggan

akan melunasi akun tersebut. Pada saat itu perusahaan akan menerima kas dan

saldo piutangnya akan menurun. Memiliki piutang akan menimbulkan baik itu

biaya langsung maupun tidak langsung, tetapi perusahaan juga akan mengalami

keuntungan yaitu peningkatan penjualan.

Pentingnya sebuah pengelolaan piutang yang baik memberikan dampak

pada laporan keuangan perusahaan dan kemudian dapat menunjukkan pada suatu

kinerja perusahaan. Menurut Warren (2005), berkaitan dengan proses

pengendalian piutang, perusahaan berupaya membatasi nilai piutang tak tertagih

dengan menerapkan beragam perangkat pengendalian. Pengendalian yang paling

penting berhubungan dengan fungsi pengesahan kredit. Pengendalian ini

melibatkan penyelidikan atas kredibilitas pelanggan. Adapun dua metode

Page 15: Cash Conversion

15

akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih, yaitu

metode penyisihan dan metode penghapusan langsung. Melihat hal tersebut, maka

peran manajer keuangan sangat berpengaruh dalam pengelolaan piutang yang

berkaitan erat dengan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan.

2.6 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada

perioda tertentu dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun

modal sendiri (Higgins, 2007). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006),

profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang

dilakukan oleh perusahaan. Laba biasanya dijadikan salah satu ukuran dari kinerja

sebuah perusahaan. Ketika laba suatu perusahaan tinggi maka dapat dinilai bahwa

kinerjanya baik, sebaliknya jika laba perusahaan rendah maka menunjukkan

kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Salah satu rasio profitabilitas adalah

ROA yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

…………………….(2.2)

Penilaian tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh

kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat perubahan laba yang

diperoleh dari tahun ke tahun (Khajar, 2005). Para investor dalam menilai

perusahaan tidak hanya melihat laba yang dihasilkan dalam satu perioda

melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun.

Return On Asset = Laba Bersih Setelah Pajak

Total Aktiva

Page 16: Cash Conversion

16

2.7 Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dan digunakan sebagai

bahan acuan sekaligus pertimbangan untuk melakukan penelitian ini dirangkum

dalam tabel berikut.

Tabel 2.7Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil

Sari (2006) Pengaruh Modal

Kerja Terhadap

Profitabilitas PT.

Goodyear Sumatra

Plantation Dolok

Merangir Pada

Tahun 2001-2004.

Variabel independen:

payable turnover,

receivables turnover,

invertory turnover.

Variabel dependen:

Return On Investment

(ROI).

Hasil penelitian secara

parsial menunjukkan bahwa

hanya variabel payables

turnover yang berpengaruh

signifikan terhadap ROI,

secara simultan variabel

payable turnover,

receivables turnover,

invertory turnover tidak

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROI

PT. Goodyear Sumatra

Plantation Dolok Merangir.

Ganesan (2007) An Analysis of

Working Capital

Management

Efficiency in

Telecommunication

Equipment Industry

Variabel independen:

days sales outstanding,

days inventory

outstanding, days

payable outstanding,

days working capital,

current ratio, cash

commersion efficiency

(CCE).

Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa days

working capital (DWC)

memiliki korelasi negative

dengan profitabilitas dan

likuiditas, IA tidak secara

signifikan memiliki

korelasi dengan DWC,

korelasi antara DSO dan IA

Page 17: Cash Conversion

17

Variabel dependen:

Income in Total Asset

dan korelasi antara IA dan

korelasi antara DSO dan IS

tidak signifikan ketika DIO

(IA) dan Income in

Sales (IS).

dan DPO berkolerasi

negatif secara signifikan

terhadap IS dan IA. DSO

tidak memberikan pengaruh

signifikan terhadap

profitabilitas industri

telekomunikasi dan

perlengkapannya pada

tahun 2001-2007.

Putra (2009) Pengaruh Perputaran

Modal Kerja

Terhadap

Profitabilitas (Studi

Kasus: PT Indofood

Sukses Makmur

Tbk)

Variabel independen:

cash turnover,

receivables turnover,

dan inventory turnover.

Variabel dependen:

Return On Asset

(ROA).

Hasil analisis menunjukkan

bahwa secara simultan,

cash turnover, receivable

turnover, inventory

turnover berpengaruh

terhadap profitabilitas PT.

Indofood Sukses Makmur

Tbk, sedangkan secara

parsial hanya cash turnover

dan receivables turnover

yangberpengaruh terhadap

profitabilitas PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk.

Caballero et al.

(2010)

Effects of Working

Capital

Management on

SME Profitability

Variabel independen:

cash conversion cycle

(CCC).

Variabel dependen:

Return On Asset

Hasil adalah secara

signifikan terdapat

pengaruh antara CCC

terhadap profitabilitas di

perusahaan ukuran kecil.

Page 18: Cash Conversion

Cas

h C

onve

rsio

n C

ycle

(C

CC

)

18

(ROA).

Sufiyanto (2010) Pengaruh

Manajemen Modal

Kerja Terhadap

Profitabilitas

Perusahaan Pada

Industri Cyclical dan

Industri Defensife

yang Terdaftar di

BEI.

Variabel independen:

days sales outstanding,

days inventory

outstanding, days

payable outstanding.

Variabel dependen:

Return On Asset

(ROA).

Hasilnya menyatakan

bahwa baik secara parsial

maupun simultan terhadap

pengaruh yang signifikan

antara manajemen modal

kerja terhadap profitabilitas

perusahaan.

2.8 Kerangka Pikir

Berdasarkan masalah yang ada, maka kerangka pikir yang dibuat adalah sebagai berikut:Gambar 2.8

Manajemen Utang (X3)DPO

Manajemen Persediaan (X1)DIO

Manajemen Piutang (X2)DSO

Profitabilitas (y)ROA

Page 19: Cash Conversion

19

2.9 Hipotesis

H1: Terdapat pengaruh signifikan dari DIO, DSO, DPO secara simultan terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEI.

H2: Terdapat pengaruh signifikan dari DIO terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEI.

H3: Terdapat pengaruh signifikan dari DSO terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEI.

H4: Terdapat pengaruh signifikan dari DPO terhadap profitabilitas industri barang konsumsi di BEI.

Page 20: Cash Conversion

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplorasinya, penelitian ini termasuk penelitian

asosiatif yang bertujuan untuk membuktikan hubungan antara 2 variabel atau

lebih (Emzir, 2010). Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang

berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/fenomena.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang diperoleh

berupa laporan keuangan tahunan industri barang konsumsi yang listing di BEI.

Sumber data didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data ini adalah metoda dokumentasi. Pengumpulan

data dilakukan dengan mencatat atau mengumpulkan data-data yang tercantum

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang berupa laporan keuangan

perusahaan yang tergabung dalam industri barang konsumsi di BEI tahun 2007-

2011.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan industri barang

konsumsi yang listing di BEI sejak tahun 2007 sampai 2011 yang berjumlah 31

perusahaan. Sedangkan untuk pemilihan sampel ditentukan secara purposive

Page 21: Cash Conversion

21

sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai

dengan kriteria yang ditentukan yaitu sebagai berikut.

1. Perusahaan industri barang konsumsi yang listing di BEI selama perioda

2007-2011.

2. Perusahaan industri barang konsumsi yang menyediakan laporan keuangan

selama kurun waktu 2007-2011.

Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 28 perusahaan perusahaan industri barang konsumsi.

Tabel 3.4

No. Nama Perusahaan

1 GGRM (GudangGaram Tbk)

2 ULTJ (Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk)

3 MYOR (Mayora Indah Tbk)

4 INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk)

5 SKLT (Sekar Laut Tbk)

6 KLBF (Kalbe Farma Tbk)

7 MRAT (Mustika Ratu Tbk)

8 UNVR (Unilever Indonesia Tbk)

9 INAF (Indofarma Tbk)

10 STTP (Siantar Top Tbk)

11 MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk)

12 DLTA (Delta Djakarta Tbk)

13 CEKA (Cahaya Kalbar Tbk)

14 DAVO (Davomas Abadi Tbk)

Page 22: Cash Conversion

22

15 ROTI (Nippon Indosari Corpindo Tbk)

16 PSDN (Prasidha Aneka Niaga Tbk)

17 ADES (Akasha Wira International Tbk)

18 HMSP (H. M. Sampoerna Tbk)

19 RMBA (Bentoel Internasional Investama Tbk)

20 DVLA (Darya-Varia Laboratoria Tbk)

21 KAEF (Kimia Farma Tbk)

22 PYFA (Pyridam Farma Tbk)

23 SCPI (Schering Plough Indonesia Tbk)

24 TSPC (Tempo Scan Pacific Tbk)

25 TCID (Mandom Indonesia Tbk)

26 KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk)

27 LMPI (Langgeng Makmur Industri Tbk)

28 KICI (Kedaung Indah Can Tbk)

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi variabel terikat,

meliputi hal berikut.

1. DIO (X1)

Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku

menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut.

…………………………………(3.1)DIO = Persediaan

HPP/365

Page 23: Cash Conversion

23

2. DSO (X2)

Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang

perusahaan menjadi kas, yaitu untuk menerima kas setelah penjualan.

3. DPO (X3). ….……………………………....(3.2)

3. DPO (X3)

Merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan

tenaga kerja dan pembayarannya.

…………………………………(3.3)

Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang diduga dipengaruhi oleh variabel bebas.

Pada penelitian ini, variabel terikat adalah ROA yang merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba.

…..……………………………..(2.2)

DSO = Piutang

Penjualan/365

DPO = Utang

HPP/365

ROA = Laba Setelah Pajak

Total Aktiva

Page 24: Cash Conversion

24

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (x)

terhadap variabel terikat (y) adalah dengan model regresi linier berganda dengan

formula:

…………...……………………(3.5)

dimana:

Y = Return On Assets a = konstanta b1 …......b3 = koefisien regresi dari X1 …… X3

X1 = DIO X2 = DSO X3 = DPOe = Residual error

3.7 Pengujian Asumsi Klasik

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel terikat dan

variabel bebas dalam model regresi keduanya memiliki distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan dengan menggunakan normal probability plot adalah sebagai

berikut (Ghozali, 2007).

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Page 25: Cash Conversion

25

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3.7.2 Uji Multikolinearitas

Dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika

variabel independen saling berkorelasi maka terdapat masalah

multikolinearitas pada model regresi tersebut. Untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut.

1. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

Model regresi yang bebas multikolinearitas adalah:

a) mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan tidak lebih dari 10;

b) mempuyai angka tolerance mendekati 1 dan tidak kurang dari

0,1.

2. Besaran korelasi antar variabel independen.

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah

koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah di bawah

0,05. Jika korelasi kuat maka terjadi multikolinearitas (Santoso,

2010).

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan

Page 26: Cash Conversion

26

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas (Ghozali, 2007). Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk

mendeteksi ada/ tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID

dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu

X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar analisis dari uji

heteroskedastisitas melalui grafik plot adalah sebagai berikut (Ghozali,

2007).

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka diidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.4 Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka ada terjadi

masalah pada autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul

karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke

observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat

Page 27: Cash Conversion

27

dilakukan dengan uji Durbin Watson. Jika nilai Durbin Watson hitung

mendekati atau di sekitar angka 2, maka pada model tersebut tidak

terdapat autokorelasi.

3.8 Pengujian Hipotesis

3.8.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) dari hasil regresi berganda

menunjukkan seberapa besar variabel dependen bisa dijelaskan oleh

variabel-variabel bebasnya (Santoso, 2010). Nilai R² yang mendekati 1

berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda, maka masing-

masing variabel independen yaitu DIO, DSO, DPO secara parsial dan

secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu profitabilitas

yang dinyatakan dengan R² untuk menyatakan koefisien determinasi atau

seberapa besar pengaruh variabel DIO, DSO, DPO terhadap variabel

profitabilitas. Sedangkan r² untuk menyatakan koefisien determinasi

parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Angka dari R

square didapat dari pengolahan data melalui program SPSS yang bisa

dilihat pada tabel model summary kolom R square.

3.8.2 Uji Statistik F

Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen/ terikat.

Page 28: Cash Conversion

28

Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai probabilitas yang

didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik

Parametrik (Santoso, 2010) sebagai berikut:

a) jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho ditolak;

b) jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho diterima.

Nilai probabilitas dari uji F dapat dilihat pada hasil pengolahan dari

program SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.

3.8.3 Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi-variasi dependen.

Hipotesis statistik dalam uji t adalah:

Seperti halnya dengan uji hipotesis secara simultan, pengambilan

keputusan uji hipotesis secara parsial juga didasarkan pada nilai

probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program

SPSS Statistik Parametrik sebagai berikut:

a) jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima;

b) jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari

program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Untuk

mengetahui variabel bebas apa yang paling berpengaruh secara parsial

terhadap variabel terikat, dapat dilakukan dengan melihat nilai yang paling

besar dalam kolom standardized coefficients (Santoso, 2010).

Page 29: Cash Conversion

29

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, F, E., & Houston, F, J. 2006. Dasar - Dasar Manajemen Keuangan. Buku 2, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Caballero, S, et all. 2010. Working capital management in SMEs. Accounting and Finance 50 : 511–527

Davis, M. M, Aquilano, N. J & Chase, R. B. 2004. Fundamentals of Operations Management, 4th ed. McGraw Hill.

Deloof, M., Does Working Capital Management Affect Profitability of Belgian Firms?, Journal of Business Finance & Accounting (3 & 4: 2003)

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Ganesan, V. 2007. An Analysis of Working Capital Management Efficiency in Telecommunication Equipment Industry. River Academic Journal, 3(2)

Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Harahap, S, S. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan Cetakan ke-empat. Jakarta: Rajawali Pers.

Heizer, J,. & Render, B. 2006. Operation Management, 8th ed. Prentice Hall International.

Horne, J, C, V,. & John, M., W, J, R. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Jacobs, F. R& Chase, R. B. 2008. Operations and Supply Management: The Core. New York: McGraw Hill.

Kamel, M. 2008. Pengaruh Kebijakan Modal Kerja terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok yang Go-Public di Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Khajar, I. 2005. Analisis Pengaruh Pengumuman Laba Terhadap Harga Saham (Study Kasus Pada Perusahaan Go Public di BEJ). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 6, No 1

Marcus, Brealey Myers. 2007. Fundamentals of Corporate Finance,5th ed. New York: McGraw-Hill.

Modi, S. 2012. A Study on the Adequacy and Efficacy of Working Capital in Automobile Industry in India. The IUP Journal of Accounting Research & Audit Practices, Vol. XI, No. 2.

Page 30: Cash Conversion

30

Putra, L, J. 2009. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas ( Studi Kasus :PT Indofood Sukses Makmur Tbk). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Higgins, R.2007. Analysis for Financial Management Eight Edition.New York: McGraw-Hill.

Sari, F, F. 2006. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas PT. Goodyear Sumatra Plantations Dolok Merangir. Skripsi. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sawir, A. 2005. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sufiyanto, A. 2010. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada Industri Cyclical dan Industri Defensife Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya.

Syarief, M, E,. & Wilujeng, I, P. 2009. Cash Conversion Cycle dan Hubungannya dengan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Manajemen Modal Kerja. Jurnal Ekonomi Bisnis.

Warren, C. S. 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.