case skabies

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skabies adalah infestasi kulit pada manusia yang disebabkan oleh penetrasi tungau parasit Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis. Tungau skabies sudah diidentifikasi pada tahun 1600an, namun baru sebagai penyebab dari erupsi kulit sampai tahun 1700an. 1 Penyakit ini sangat menular. Penularan terjadi melalui kontak personal langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui benda- benda) seperti pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Tungau ini bersifat obligat pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam epidermis superfisial. 1 Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia menderita skabies. 1 Skabies dapat menyerang seluruh tingkat social ekonomi, namun banyak dtemukan di daerah perkotaan yang banyak penduduk dan di tempat yang banyak penghuninya seperti pondok pesantren. 1 1

Upload: tasha-famela

Post on 29-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh sarcoptes scabei var hominis

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skabies adalah infestasi kulit pada manusia yang disebabkan oleh

penetrasi tungau parasit Sarcoptes scabiei var. hominis ke dalam epidermis.

Tungau skabies sudah diidentifikasi pada tahun 1600an, namun baru sebagai

penyebab dari erupsi kulit sampai tahun 1700an.1

Penyakit ini sangat menular. Penularan terjadi melalui kontak personal

langsung dari kulit ke kulit atau melalui kontak tidak langsung (melalui benda-

benda) seperti pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Tungau ini bersifat

obligat pada manusia, tinggal dalam terowogan yang dibuatnya dalam

epidermis superfisial.1

Diperkirakan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia menderita

skabies.1 Skabies dapat menyerang seluruh tingkat social ekonomi, namun

banyak dtemukan di daerah perkotaan yang banyak penduduk dan di tempat

yang banyak penghuninya seperti pondok pesantren.1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1

2.1 Skabies

Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau

gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis, dan produknya. 1,2,3

2.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas

Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut

Sarcoptes scabiei var. hominis. 2

Sarcoptes scabiei var hominis mempunyai tubuh yang ovoid, pipih

dorsoventral. Ukuran panjang sarcoptes betina dewasa 0,4 mm dan lebar 0,3

mm. Tubuhnya berwarna putih-krim. Sarcoptes scabei tumbuh dengan cepat

dan multipikasi hanya di tubuh manusia, karena itu disebut sebagai parasite

obligat manusia.1

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,

bewarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, betina berkisar 330-450

mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron

x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di

depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir

dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir

dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagi berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)

yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat

hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau

betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum korneum,

dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4

2

butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini

dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5

hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal

dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi

nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki.

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8-12 hari. 2

Gambar 2.4. Siklus hidup tungau skabies 4

2.3 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadidisebabkan oleh

sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-

kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai

dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan

garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.2

Terjadi hipersensitivita tipe cepat dan tipe lambat untuk terjadinya lesi.

Untuk infestasi hanya memerlukan kurang lebih 10 tungau. Sensitisasi terjadi

3

dalam beberapa pecan. Pada reinfestasi, gatal dirasakan dalam 24 jam. IgE

ditemukan normal pada sekelompok orang. Temuan imunologis seperti IgG,

IgM dan IgA dalam seruma akan kembali normal setelah terapi.1

2.4 Bentuk Skabies

Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus

skabies antara lain :

a. Skabies pada Bayi

Skabies pada bayi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala,

leher, telapak tangan dan kaki, pada dewasa tidak dapat ditemukan lesi

pada tempat-tempat tersebut. Lesi pada genital berupa papul, vesikel,

krusta dan nodul.1

b. Skabies Norwegia

Skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan

kaki, kuku distrofik dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat

menular, tetapi rasa gatalnya minimal. Tungau dapat ditemukan dalam

jumlah yang sangat besar. Penyakit ini terdapat pada penderita retardasi

mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik seperti pada penderita

HIV/AIDS, dan psikosis. 1,2

2.5 Gejala Klinis

Ada 4 tanda kardinal, yaitu:

1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan

panas.2

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula

dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar

tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dkenal

keadaan hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena.2

4

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf

(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela

jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat

ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,

genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang

ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher

namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 2

Berikut dipaparkan gambaran tempat predileksi skabies.

Gambar 2.1. Tempat predileksi skabies 2

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.2

2.6 Penegakan Diagnosis

5

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui

pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara

lain:

1. Kerokan kulit

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula

menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi

minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan

pembesaran kecil. Hasil positif jika ditemukan tungau, telur atau fecal pellet.1

2. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul

atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek,

lalu ditutup dengan mikroskop cahaya.2

3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian

dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.2

4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksan dengan pewarnaan H.E.2

2.7 Diagnosis Banding

Ada pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan the greet

imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.

Sebagai diagnosis banding ialah: prurigo, pioderma, dermatitis, dan gigitan

serangga.1,2,3

2.8 Pengobatan

Pengobatan skabies perlu diberikan penjelasan kepada pasien dan

keluarganya bahwa penyakit skabies mudah sekali menular sehingga semua

individu yang berkontak/serumah harus diobati walapun gejala belum ada.1

Untuk pemberian obat pada pasien scabies, harus memenuhi syarat obat

yang ideal, yaitu:2

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

6

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati

(termasuk penderita yang hip0sensitisasi).2

a. Pengobatan secara umum /Edukasi

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya

dilakukan pada malam hari sebelum tidur.

3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci

dengan teratur dan harus direndam dengan air panas. Kasur

dijemur ditempat yang panas, kemudian setalh djemur ujung-ujung kasur

disetrika. Lakukan penyemprotan pada tempat tidur dengan menggunakan

larutan pestisida.

5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam

seminggu

walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama

beberapa hari.

6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan

pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

b. Pengobatan secara khusus

Terapi topikal pada skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

1. Krim Permetrin 5% : Obat ini dioleskan mulai leher ke bawah/pada lesi

dan dibiarkan selama 10 jam lalu dibilas/dibersihkan.Bila belum sembuh

diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2

bulan.1,2

2. Lindane 1% : Obat pertama untuk scabies sebelum ada permetrin. Obat

dioles 8-12 jam kemudian dibersihkan, dapat diulang 1 minggu kemudian.

7

Lindane bersifat neurotoksik sehingga tidak boleh diberikan untuk bayi, anak

dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas, wanita hamil atau menyusui,

penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit neurologi lainnya.1

3. Sulfur presipitatum : dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.

Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak

boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori

pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi

berumur kurang dari 2 tahun.2

4. Emulsi Benzil benzoas 20- 25% : efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering

memberi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.2

5. Krotamiton 10% : dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,

mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari

mata, mulut dan uretra.2 Untuk mengobati sekabies obat ini sering gagal.1

2.9 Komplikasi

Komplikasi scabies umumnya ringan berupa infeksi sekunder, umumnya

akibat Staphylococcus aureus dan Streptococcus β-hemolitikus grup A, dapat

berupa krusta, vesikupustul maupun bula.1

2.10 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka

penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.2

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fanctionam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

8

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Palembang

Alamat : Jl. K. Jaya Lrg. Losari, Sako Kenten

Tanggal kunjungan / jam : 2 Desember 2015/ 11.00 WIB

No. Medrek : 510081

3.2. Anamnesis

Diperoleh secara alloanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang BARI

pada tanggal 2 Desember 2015/ 11.00 WIB.

3.2.1 Keluhan utama :

Trasa gatal terutama pada sela jari kedua tangan sejak ± 6 bulan yang

lalu.

3.2.2 Keluhan tambahan :

Gatal juga dirasakan pada daerah lipatan ketiak kanan dan kiri serta

pada bokong.

3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak ± 6 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal pada sela jari

kedua tangan. Keluhan di sertai gatal pada bagian lipatan ketiak kanan

9

dan kiri serta pada bagian bokong pasien. Pasien mengaku rasa gatal

terutama dirasakan pada malam hari.

Pasien mengaku memakai handuk yang sama dengan keluarga yang

lain. Pasien tidur bersama adik laki-lakinya. Pasien mengaku pernah

berobat tetapi tidak mengalami perubahan. Pasien mandi menggunakan

air PAM.

Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien

datang ke RSUD Palembang BARI.

3.2.4 Riwayat penyakit dahulu

Keluhan yang sama belum pernah dialami sebelumnya. Pasien

mengatakan tidak mempunyai riwayat asma bronkial, rhinitis alergi,

dermatitis atopik, darah tinggi, kencing manis, gangguan empedu,

hipertiroidea, gagal ginjal, maupun penyakit kronis lainnya. Pasien tidak

dalam keadaan psikis yang tertekan. Pasien mengatakan tidak punya

riwayat alergi terhadap makanan dan obat.

3.2.5 Riwayat penyakit dalam keluarga

Pasien mengaku Ibu dan adiknya pernah mengalami keluhan yang

sama ± 6 bulan yang lalu tetapi keluhan sudah tidak dirasakan lagi oleh

ibu dan adik pasien.

1.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita anak pertama dan ayahnya bekerja PNS, ekonomi

menengah sedang.

1.2.7 Riwayat Kebersihan

Penderita mandi 2-3 kali sehari, pagi dan sore dengan

menggunakan air PAM. Penderita mengaku jarang mengganti pakaian

yang digunakan.

10

3.3. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Berat Badan : 59 kg

Tinggi Badan : 170 cm

Keadaan gizi : baik

Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHG

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,6 C

Pernapasan : 20x/menit

KEPALA : Normocephali

Wajah : Simetris

Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-),

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut : Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-)

Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

11

THORAKS

Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris, ginekomastia (-/-)

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Sn vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

ABDOMEN

Inspeksi : Datar

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bising usus(+) normal

EKSTREMITAS

Ekstremitas superior : Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)

Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

Kulit : lihat status dermatologikus

Ekstremitas inferior : Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);

Kuku : onikodistrofi (-), pitting nail (-), onikolisis (-);

Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);

12

Kulit : lihat status dermatologikus

B. Status Dermatologikus

Regio sela sela digiti IV dan V dextra dan Digiti IV dan V manus sinistra,

Regio axillaris dextra dan axillaris sinistra, Regio Gluteus tampak papul

berudiameter 0,1cm berjumlah multiple dengan penyebaran diskret di bagian

gluteus tampak diserta skuama dan erosi.

13

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Tes tinta Burowi

Kerokan kulit

Kuretase terowongan

Apusan kulit

3.5 Pemeriksaan Anjuran

Tes Tinta Burowi

14

Regio sela sela digiti IV dan V dextra dan Digiti IV dan V manus sinistra, Regio

axillaris dextra dan axillaris sinistra, Regio Gluteus tampak papul berudiameter

0,1cm berjumlah multiple dengan penyebaran diskret di bagian gluteus tampak

diserta skuama dan erosi.

Tampak skuama dan

erosi pada region gluteus

3.6 Diagnosis Kerja

Skabies

3.7 Diagnosis Banding

1. Skabies

2. Prurigo : Papul multipel gatal, biasanya pada bagian ekstensor ekstremitas

3. Insect Bite (gigitan serangga): Timbul setelah gigitan, efloresensinya urtikaria

papuler

3.8 Resume

Sejak ± 6 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal pada sela jari kedua

tangan. Keluhan di sertai gatal pada bagian lipatan ketiak kanan dan kiri serta

pada bagian bokong pasien. Pasien mengaku rasa gatal terutama dirasakan pada

malam hari.

Pasien mengaku memakai handuk yang sama dengan keluarga yang lain.

Pasien tidur bersama adik laki-lakinya. Pasien mengaku pernah berobat tetapi

tidak mengalami perubahan. Pasien mandi menggunakan air PAM.

Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke

RSUD Palembang BARI.

3.9 Penatalaksanaan

Umum/ Edukasi :

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya

dilakukan pada malam hari sebelum tidur.

3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

15

4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci

dengan teratur dan harus direndam dengan air panas. Kasur

dijemur ditempat yang panas, kemudian setalh djemur ujung-ujung kasur

disetrika. Lakukan penyemprotan pada tempat tidur dengan menggunakan

larutan pestisida.

5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam

seminggu

walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama

beberapa hari.

6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan

pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

Khusus:

Topikal

Krim Permetrin 5% 1x1, dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari, di

diamkan selama 10 jam, kemudian di hapus.

Sistemik

Citirizine tablet 10 mg 1x1

3.10. Prognosis

Quo ad vitam: bonam

Quo ad functionam: bonam

Quo ad sanationam: bonam

BAB IV

ANALISA KASUS

16

Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau

gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis, dan produknya.

Sejak ± 6 bulan yang lalu pasien mengeluh gatal pada sela jari kedua

tangan. Keluhan di sertai gatal pada bagian lipatan ketiak kanan dan kiri serta

pada bagian bokong pasien. Pasien mengaku rasa gatal terutama dirasakan pada

malam hari. Pasien mengaku memakai handuk yang sama dengan keluarga

yang lain. Pasien tidur bersama adik laki-lakinya. Pasien mengaku pernah

berobat tetapi tidak mengalami perubahan. Pasien mandi menggunakan air

PAM. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke

RSUD Palembang BARI.

Berdasarkan analisis mengenai keterkaitan antara teori dan anamnesis,

maka diagnosis mengarah ke skabies. Kemudian dilakukan pengkajian lebih

lanjut berdasarkan status dermatologis.

Regio interdigitalis IV dan V dextra dan interdigitalisIV dan V manus

sinistra, regio axillaris dextra dan axillaris sinistra, regio gluteus tampak papul

berudiameter 0,1cm berjumlah multiple dengan penyebaran diskret di bagian

gluteus tampak diserta skuama dan erosi.

Menurut teori, ada 4 tanda kardinal, dari skabies yaitu: Pruritus

nokturnal, penyakit ini menyerang secara kelompok, Adanya terowongan

(kunikulus) dan ditemukannya tungau. Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari

tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian

depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria),

dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak

kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak

tangan dan telapak kaki. Untuk menyingkirkan diagnosis banding maka

dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes tinta Burrow.

17

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Palembang : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011 : 167-173.

2. Handoko, Ronny P. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2010 : 122-125.

3. Siregar, R. S. Penyakit Kulit karena Parasit dan Insekta. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2004: 164-167.

4. Curie BJ, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. N Engl J Med 2010;362: 717-25

19