case sindroma nefrotik - prilly.docx

53
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. TerusanArjuna No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA - JAKARTA Periode 30 Maret – 6 Juni 2015 Nama Mahasiswa : Prilly Pricilya Theodorus Tanda Tangan : NIM : 11-2013-058 Dokter Pembimbing : dr. Afaf Susilowati, Sp.A I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. U.S Tanggal Lahir (Umur) : 23 April 2009 Umur : 5 tahun 11 bulan9 hari Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Sungai Tiram RT 04/RW 06, Marunda, Cilincing , Jakarta Utara Suku Bangsa : Sunda Agama : Islam 1

Upload: ramli-s

Post on 26-Sep-2015

269 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl. TerusanArjuna No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :SMF ILMU KESEHATAN ANAKRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA - JAKARTAPeriode 30 Maret 6 Juni 2015

Nama Mahasiswa: Prilly Pricilya TheodorusTanda Tangan :NIM: 11-2013-058Dokter Pembimbing: dr. Afaf Susilowati, Sp.A

I. IDENTITAS PASIENNama: An. U.STanggal Lahir (Umur): 23 April 2009Umur: 5 tahun 11 bulan9 hariJenis kelamin: PerempuanAlamat : Jl. Sungai Tiram RT 04/RW 06, Marunda, Cilincing , Jakarta UtaraSuku Bangsa : SundaAgama : IslamPendidikan : TK Tanggal masuk RS : 31 Maret 2015

IDENTITAS ORANG TUAAyah Nama lengkap: Tn. M Umur: 38 tahun (26 Juli 1976) Suku Bangsa : Jawa Alamat: Jl. Sungai Tiram RT 04/RW 06, Marunda, Cilincing , Jakarta Utara Agama : Islam Pendidikan: SLTP (tamat) Pekerjaan: Pedagang Penghasilan: Rp. 1.500.000,-/ bulanHubungan dengan orang tua: Anak Kandung

Ibu Nama lengkap: Ny. N.K Umur: 33 tahun (18 Juni 1981) Suku Bangsa : Jawa Alamat: Jl. Sungai Tiram RT 04/RW 06, Marunda, Cilincing , Jakarta Utara Agama : Islam Pendidikan: SLTP ( tamat) Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Penghasilan: ( - )Hubungan dengan orang tua: Anak Kandung

II. ANAMNESISAloanamnesis dengan ibu pasien pada Kamis, 2 April 2015, pukul 14.15 WIB.

Keluhan UtamaSeluruh tubuh bengkak

Keluhan TambahanBatuk - batuk

Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh 9 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), bengkak berawal dari mata kemudian menyebar ke seluruh tubuh sampai dengan di kemaluan pasien. Pasien juga mengalami batuk, batuk tidak disertai dahak, tidak ada darah. Pasien sempat pergi berobat ke puskesmas sehari setelah bengkak dan dianjurkan oleh dokter puskesmas untuk cek urin 3 hari kemudian ( hasil pemeriksaan urin tidak dibawa pasien ), oleh dokter puskesmas dirujuk ke RSUD Koja dengan diagnosis Sindrom Nefrotik. Satu hari sebelum masuk RS Koja pasien datang ke poliklinik anak dengan rujukan puskesmas dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap (PDL), protein urin, dan pasien dianjurkan untuk dirawat. Ibu pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah mengalami hal seperti ini sebanyak 3 kali dalam waktu yang berbeda-beda. Sakit yang pertama kali saat usia 2 tahun, kemudian yang kedua saat berusia usia 3 tahun, dan yang ketiga saat berusia 3,5 tahun. Ibu pasien menyatakan bahwa dulu dilakukan pengobatan yang sama atas diagnosis yang sama. Riwayat imunisasi pasien lengkap, riwayat tumbuh kembang sesuai usia. Riwayat penyakit sesuai seperti asma, penyakit jantung bawaan, dan Diabetes Melitus tipe 1 tidak ada. Riwayat alergi obat tidak ada. Riwayat penyakit Sindrom Nefrotik dalam keluarga tidak ada. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUSepsis(-) Meningoencephalitis (-)Kejang Demam(-)Tuberkulosis(-) Pneumonia(-) ISK(-)Asma(-) Alergic Rhinitis(-) Amoebiasis(-)Polio(-)Difteri(-)Sindrom Nefrotik(+) 3XDiare akut(-) Diare kronis(-) Disentri(-)Kolera(-) Tifus abdominalis(-) DHF(-) Cacar air(-) Campak(-) Batuk rejan(-) Tetanus(-) Glomerulonephritis(-) Penyakit Jantung Bawaan(-)Lain-lain:Batuk pilek (+) Operasi (-)Kecelakaan(-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGAPenyakitYaTidakHubungan

Alergi

Asma

Tuberkulosis

Hipertensi

Diabetes

Kejang Demam

Epilepsi

SILSILAH KELUARGA ( FAMILYTREE )

52 tahun58 tahun33 tahun38 tahun8 tahun9 tahun

Keterangan:Laki-lakiPasien

Perempuan Sindrom NefrotikPasien anak kedua dari 2 bersaudara dan merupakan anak kandung dari kedua orang tuanya.

DATA KELUARGA AYAH/WALIIBU/WALI

Umur (thn)38 tahun33 tahun

Perkawinan ke11

KosanguinitasTidak AdaTidak ada

Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila adaSehatSehat

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRANKehamilanPerawatan antenatal:Teratur bidan tiap bulan , suntik TT, tidak pernah USGPenyakit kehamilan:Tidak ada

KelahiranTempat kelahiran :Rumah BidanPenolong persalinan:BidanCara persalinan:Pervaginam, spontan dengan dilakukan epifisiotomiMasa gestasi:Cukup bulan (40 minggu)Keadaan bayi:Berat badan lahir:3100 gramPanjang badan lahir:48 cmLingkar kepala: Ibu pasien tidak ingatNilai APGAR: Tidak tahu (menurut ibu pasien saat dilahirkan pasien langsung menangis, bergerak aktif, kulit berwarna kemerahan)Kelainan bawaan:Tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGANSektor personal sosial: Berusaha menggapai mainan = usia 6 bulan Tepuk tangan= sekitar 8 bulan Saat ini pasien dapat:Menyebut nama teman = 3 tahunBerpakaian = 3 tahun 3 bulanMengambil makanan sendiri = 3 tahun 4 bulanSektor motor halus adaptif: Meraih benda = 6 bulan Menggambar orang = 3 tahun 4 bulanSektor bahasa: Mengoceh = sekitar 7 bulan Memanggil papa mama = 10 bulan Saat ini pasien dapat: Berbicara semua dimengerti Menyatakan keingananSektor motor kasar: Tengkurap = 4 bulan Merangkak = 6 bulan Duduk = 7 bulan Berdiri = 10 bulan Berjalan = 11 bulan Berlari = 13 bulan Saat ini pasien dapat: Berdiri dengan 1 kaki lebih dari 2 detik Dapat melompat

Sektor PerkembanganUsia (Bulan)

A. Sektor Personal Sosial1. Berusaha menggapai mainan2. Tepuk tangan3. Saat ini pasien dapat :

B. Sektor Motor Halus Adaptif1. Meraih benda2. Menggambar orang

C. Sektor Bahasa4. Mengoceh5. Memanggil papa-mama6. Saat ini pasien dapat : Berbicara semua dimengerti Menyatakan keinginan Membaca dan menulis10 Bulan

D. Sektor Motor Kasar1. Tengkurap2. Merangkak3. Duduk4. Berdiri 5. Berjalan6. Berlari7. Dapat melompat3 Bulan6 Bulan7 Bulan9 Bulan10 Bulan12 Bulan14 Bulan

RIWAYAT IMUNISASI

ImunisasiWaktu Pemberian

Imunisasi DasarBulanBoosterTahun

012345691218235

BCGI

DPTIIIIIIIV

Polio (OPV)IIIIIIIVV

Hepatitis BIIIIII

CampakIII

III. PEMERIKSAAN FISIKTanggal:20Mei 2013, pukul 15.50 WIB

PEMERIKSAAN UMUMKeadaan umum: Tampak sakit sedang, agak lemasKesadaran: Compos MentisTanda-tanda vital: Tekanan Darah: 100/70 mmHg Frekuensi Nadi: 88 x / menit (kuat) Suhu: 37,2o C Frekuensi Nafas: 27 x / menit

Data Antropometri Berat badan: 11kg (berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dan berat badan terletak di bawah persentil 5). Tinggi badan: 98 cm (berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dan tinggi badan terletak di persentil 50 dan 75). Status pertumbuhan kurang baik karena berat badan pasien untuk usianya kurang atau berada di bawah garis 5 persentil.

PEMERIKSAAN SISTEMATISKepala :Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.Mata: bentuk tidak ada kelainan, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra inferior kanan dan kiri cekung, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih, pupil kanan dan kiri bulat simetris (2,4mm/2,4mm), refleks cahaya +/+.Telinga: normotia, MAE kanan dan kiri lapang, kedua membran timpani intak, hiperemis -/-, bulging -/-, refleks cahaya +/+, serumen -/-Hidung: Bentuk tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (+), napas cuping hidung (-)Bibir: mukosa bibir agak pucat namun tidak kering, sianosis (-)Gigi geligi: caries (-)Mulut: bentuk tidak ada kelainan, mukosa pipi tidak pucat dan tidak kotorLidah: bentuk dan ukuran normal, tidak kotor Tonsil: T1-T1 tenangFaring: tidak hiperemis, uvula di tengahLeher: bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar.Toraks:Paru :Inspeksi: Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri, nyeri (-)Perkusi: Sonor di kedua lapang paruAuskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonkikering(+/+), wheezing(-/-)Jantung :Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordisPalpasi:Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga IV mid clavicula sinistraPerkusi: Tidak dilakukanAuskultasi : BJ I-II normal, Murmur (-), Gallop (-)Abdomen :Inspeksi : tampak sedikit membuncit, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik ususPalpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(-)Perkusi: timpaniAuskultasi: Bising usus (+) normal, 6 kali per menitGenitalia eksterna : Perempuan, tidak tampak adanya radangEkstremitas:akral teraba hangat, udema (-), deformitas (-), sianosis (-)Kulit:sawo matang, sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor kulit normal,Pemeriksaan neurologis : gerak normal, refleks fisiologis normal, rangsang meningeal (-), refleks patologis (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

RESUMEDari pemeriksaan fisik tanggal26 Maret 2013, didapatkan :Keadaan umum: Tampak sakit sedang, agak lemasKesadaran: Compos MentisTekanan Darah: 100/70 mmHgFrekuensi Nadi: 88 x / menit (kuat)Suhu: 37,2o CFrekuensi Nafas: 27 x / menitBerat Badan: 11 KgTinggi badan: 98 cmThorax: Auskultasi didapatkan rhonki kering +/+, wheezing -/-Pemeriksaan laboratorium tanggal 18Mei 2013:LED27mm/jamHemoglobin10,2g/dLHematokrit32vol%MCV68flMCH22 pgMCHC32%Eosinofil0%

DIAGNOSIS KERJAAsma bronkialDasar diagnosis : Sesak napas saat datang ke rumah sakit Tidak ada demam Batuk berdahak Pemeriksaan fisik: rhonki kering +/+, wheezing-/- Pasien pernah memiliki riwayat asma sebelumnya Dalam keluarga pasien ada riwayat anggota keluaraga dengan asma yaitu ibu dan nenek pasienAnemia defisiensi besi.DIAGNOSIS BANDINGBronkopnemoniaTBC paruBronchitis

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG Analisa gas darah Tes faal paru (spirometri) Pemeriksaan IgE Foto rontgen toraks Tes tuberkulin

PENATALAKSANAANNon Medikamentosa :1. Tirah baring2. Oksigen 1-2 L/menit3. Observasi tanda tanda vital tiap 6 jam4. Asupan Nutrisi Pasien dengan usia 3 tahun 5 bulan pada kasus ini tidak memiliki berat badan ideal sehingga untuk mengatur pemasukan berat badan ideal:BB ideal = (2xumur dalam tahun) + 8 = (2x3,5 tahun) + 8 = 15 kgKebutuhan kalori 15 kg = 100 kal x 15 kg = 1500 kal perhariAsupan terdiri dari:10 % protein dari 1500 kal = (10% x 1500) : 4 = 37,5 gram15 % lemak dari 1500 kal = (20% x 1500) : 9 = 33 gram70 % karbohidrat dari 1500 kal (70 x 1500) : 4 = 262, 5 gram

Medikamentosa Pernapasan O2 2L/menitInhalasi3x/hari : Ventolin 1 amp Pulmicort 1 amp Bromheksin (bisolvon) Dosis 1 ml/kgBB = 11 x 1 ml = 11 ml Di campur NaCl 0,9% 3 ml Dexametason bolus IVDosis 0,2 x 11 kg = 2,2 mg : 4 = 0,5 mg tiap pemberian, 4 kali pemberian dalam 24 jam(Kalmetason 4 mg/ml) = 0,25 ml bolus IV tiap kali pemberian. Terapi cairanMaintenance IVFD Ringer Asetat 1050 cc/hari10 kg x 100 cc = 1000 cc1 kg x 50 cc = 50 cc Tablet besi, dosis 5-12 tahun 1mg/kgBB/ hari1 x 11 kg = 22 mg x 7 = 154 mg = 2 tablet besi 60 mg Diberikan 2 tablet dalam seminggu dalam 2 dosis.

EDUKASI Menghindarkan anak dari paparan debu, paparan udara dingin, polusi udara, asap rokok Makan dan minum sebaiknya hindari yang terlalu berbumbu dan dingin Apabila sesak napas berulang lagi segera berikan obat asma atau segera dibawa ke pusat kesehatan terdekat. Istirahat sementara waktu, jangan melakukan aktifitas fisik terlalu berat.

PROGNOSISAd vitam: dubia ad bonamAd functionam : dubia ad bonamAd sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP21 / 05 /1322/ 05 /13

SSesak (-), batuk +, pilek +.sesak (-), batuk berkurang, pilek +,

OKu: tampak sakit ringanN : 96x/mS : 36,1CRR :24x/mRetraksi interkostal -, Rh +/+, Wh -/-Ku: tampak sakit ringanN : 98x/mS : 36,4CRR :22x/mRetraksi interkostal -, Rh +/+, Wh -/-.

AAsma bronchialAsma bronkial

PLepas infuseLepas O2O2 2L/menitInhalasi 3x/hari : Ventolin 1 ampPulmicort 1 ampBisolvon 11 mlPulang

TINJAUAN PUSTAKA

PendahuluanAsma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai pada anak. Istilah asma pada umumnya menyatakan asma bronkhiale, yaitu asma yang disebabkan oleh kelainan pada sistem respirasi dan bukan karena kelainan dari sistem organ lain. Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang, yang diduga berkaitan dengan pola hidup yang berubah dan faktor lingkungan.Dalam beberapa dekade belakangan, mulai dari definisi hingga penatalaksanaan dan teori patogenesis asma telah banyak mengalami perubahan, begitu pula dengan protokol-protokol yang telah disetujui baik oleh Global Initiative for Asthma (GINA) maupun PNAA (Pedoman Nasional Asma Anak). Pada makalah ini penulis akan mencoba membahas informasi detail mengenai asma bronkhiale pada anak.

PembahasanAsma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T, di mana pada orang yang rentan akan menyebabkan episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk persisten khususnya pada malam atau dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan, dan mungkin ada riwayat asma atau atopi pada pasien/keluarganya.1

1. AnamnesisAnamnesis sistem respiratori pada anak meliputi onset, durasi, dan frekuensi dari gejala-gejala respiratorius (batuk, nafas yang berbunyi, toleransi terhadap kerja atau ketika sedang bernafas normal, kongesti hidung, dan produksi sputum), fungsi menelan (terutama pada bayi) dan paparan pada penyakit respiratorius lainnya. Cari juga informasi mengenai tingkat keparahan, dan pola gejalanya (akut, intermiten, atau kronik). Riwayat penyakit pada keluarga seperti asma dan atopik, defisiensi imun, dan cystic fibrosis. Tanyakan juga kondisi lingkungannya seperti paparan terhadap asap, hewan peliharaan, dan polutan lainnya, termasuk riwayat bepergian.2

Anamnesis asma: Gejala Batuk dan atau mengi yang rekuren Gejala meningkatnya keparahan asma: Dada nyeri atau sesak Nafas pendek Takipnea Retraksi Eksaserbasi episodik

Variasi diurnalMemburuk saat tidur atau saat malam hari dan saat bangun tidur

Faktor pencetus umum Olahraga, udara dingin, hiperventilasi (tertawa, menangis) Asap tembakau dan iritan yang terhirup Inhalasi alergen Eksaserbasi: virus pernafasan umum.3

1. Pemeriksaan FisikPada inspeksi, regio thorax harus bebas dari pakaian, dan amati pola pernafasannya, lajunya, serta kerja pernafasannya ketika anak sedang dalam kondisi tenang, dan amati pula bentuk serta kesimetrisan dinding thoraxnya serta diameter anteroposteriornya. Setiap faktor yang menganggu mekanisme pernafasan kebanyakan akan menyebabkan peningkatan laju pernafasan (tabel 1), namun bisa juga karena kelainan non-respiratorik seperti demam, nyeri, dan ansietas. Pada inspeksi pola dan derajat upaya pernafasan, hiperpnea (peningkatan kedalaman pernafasan) mungkin akan ditemukan bersamaan dengan adanya demam, asidosis metabolik, penyakit paru dan jantung, atau ansietas berlebih, sedangkan meningkatnya kerja pernafasan kadang dapat ditemukan dengan adanya retraksi interkostal, supraklavikular, atau substernal. Adanya dengkuran (ekspirasi paksa terhadap glotis yang tertutup sebagian) menandakan adanya kesukaran dalam bernafas, namun dapat juga sebagai manifestasi dari nyeri. Peningkatan kerja pernafasan saat inspirasi termasuk pada obstruksi jalan nafas atas (laringomalacia), penyempitan subglotis (croup, stenosis), dan penurunan compliance paru (pneumonia, edema paru). Peningkatan kerja ekspirasi biasanya menandakan obstruksi jalan nafas intrathorax.

Tabel 1. Laju pernafasan normal anakSumber: Nelson essential pediatrics

Laju pernafasan normal per menit pada

Preterm40-60

Cukup bulan30-40

5 tahun 25

10 tahun20

15 tahun16

dewasa12

Pada palpasi, lakukan pemeriksaan fremitus taktil. Pada anak, pemeriksaannya hampir mirip dengan dewasa, sedangkan pada bati, tangan diletakkan pada regio thorax saat bayi menangis atau membuat suara. Rasakan kesimetrisan getarannya.

Perkusi pada anak hampir mirip dengan dewasa, sedangkan pada bayi kurang berguna karena seluruh regio thorax bayi adalah hiperesonan sehingga sulit mendeteksi adanya kelainan saat perkusi.Pada auskultasi mungkin dapat didengar bunyi-bunyi fisiologis maupun kelainan sbb: Stridor: biasanya didengar pada inspirasi, bunyi kasar pada saluran nafas atas akibat obstruksi sebagian jalan nafas ekstrathorax Wheezing/mengi: akibat obstruksi sebagian jalan nafas bawah dan biasanya lebih dominan pada saat ekspirasi. Dapat terdengar kasar, monofonik, dan bernada rendah (dari jalan nafas besar atau sentral) atau tinggi dan musikal (dari jalan nafas perifer) Rhonkhi: bunyi ireguler akibat sekresi dari jalan nafas intrathorax Rales: akibat cairan atau sekresi yang menyebabkan bunyi krepitasi Vesikular: suara nafas normal, panjang pada inspirasi dan pendek pada ekspirasi. Bronkial: bunyi nafas pendek pada inspirasi dan panjang pada ekspirasi, biasanya terdengar di trachea bila normal, namun bila terdengar di tempat lain kemungkinan berarti adanya konsolidasi atau kompresi pulmoner.

Batuk merupakan akibat dari stimulasi reseptor iritasi pada mukosa jalan nafas. Batuk akut biasanya berhubungan dengan infeksi respiratorius atau paparan iritan (asap) dan berakhir bila infeksinya berakhir atau paparannya dihentikan. Onset mendadak setelah tersedak mungkin menandakan adanya aspirasi benda asing. Batuk pagi mungkin karena akumulasi dari sekresi di malam hari dari sinusitis, rhinitis alergi, atau infeksi bronkial. Batuk malam merupakan pertanda asma atau GERD. Batuk kronis didefinisikan sebagai batuk lebih dari 3 minggu, biasanya akibat asma, postnasal drip syndrome, postinfectious fussive syndrome.2

Pada pemeriksaan fisik asma, dapat diperoleh: Batuk dan atau mengi Batuk berkepanjangan.4Gejala batuk sering dijumpai pada asma anak dan mungkin menunjukkan: Penanggulangan jangka panjang yang tidak adekuat: eksaserbasi akut atau kronik yang tidak mendapat perawatan adekuat Sedang serangan Adanya pencetus iritan: rokok, paparan kerja, polusi Adanya penyakit yang menyertai: rhinosinusitis, GER, hiperesponsivitas jalan nafas extrathorax Iatrogenik: steroid inhalasi dan -2 agonis MDI, OAINS, ACE inhibitor Psikis.1 Saat ekspirasi, polifonik, mengi nada tinggi Jika obstruksi semakin berat, mengi menjadi lebih bernada tinggi dan suara nafas melemah.4 Mengi kadang tak terdengar (pada obstruksi berat).3,4 Perbaikan mengi atau batuk dengan terapi asma: Agonis adrenergik inhalasi (albuterol, salbutamol) Kortikosteroid oral, sistemik, atau inhalasi (respon 2-4 minggu)

Meningkatnya keparahan asma Takipnea Retraksi Kesulitan nafas Sianosis

Temuan komorbid Rash dermatitis atopik Rhinitis alergi, sinusitis

Mengeluarkan kemungkinan penyakit mirip asma: hasil pemeriksaan tidak konsisten terhadap asma Clubbing Rales halus Failure to thrive.3

PenunjangKebanyakan anak yang menderita asma, terutama mereka yang mendapat gejala dengan periode yang jarang, tidak memerlukan pemeriksaan penunjang apapun. Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan untuk membuat diagnosis atau untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit lain. Fungsi paruMenggunakan spirometri untuk menentukan PFR, FEV1, dan FVC sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator dapat membantu menentukan derajat keparahan dan respon terhadap terapi, terutama bagi bayi dan anak-anak yang lebih kecil karena kerap kali tidak terdiagnosa.1,4,5 Selama masa eksaserbasi akut, FEV1 akan berkurang sedangkan volume residual, kapasitas residu fungsional, dan kapasitas paru total biasanya meningkat sementara kapasitas vitalnya berkurang.4 Bila dalam keadaan tidak eksaserbasi, tidak akan ditemukan kelainan apapun baik pada fisik maupun radiologis anak. Pada anak dengan gejala yang persiten akan ditemukan obstruksi jalan nafas yang akan membaik setelah pemberian bronkodilator (kenaikan 20% pada PFR atau FEV1).1,5 Obstruksi jalan nafas yang menetap mungkin mengindikasikan adanya asma berat atau cystic fibrosis.Selain itu, juga terdapat variabilitas perubahan PFR atau FEV1 20% antara pagi dan sore, di mana penilaian variabilitas yang baik bila pengamatan PFR dilakukan 2 minggu.5

Saturasi oksigen kurang dari 91% merupakan indikasi signifikan adanya obstruksi. Pada awal asma, dapat terjadi hipoksemia dengan kadar CO2 normal atau menurun serta adanya alkalosis respiratorik, di mana hipoksemia dapat diperburuk akibat terapi dengan -2 agonis akibat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Obstruksi jalan nafas lanjut akan menyebabkan asidosis respiratorik dan peningkatan tekanan CO2, disertai adanya tanda-tanda gagal nafas. Hiperkapnia biasanya tidak terlihat hingga FEV1 turun dibawah 20% dari nilai yang diperkirakan. Asidosis metabolik juga didapatkan pada anak dengan kombinasi asidosis respiratorik dengan asma berat dan mengindikasikan akan terjadinya gagal nafas. PaO2 5 mmHg per jam merupakan indikasi relatif untuk ventilasi mekanikal pada anak dengan status asmatikus.

Tes alergiHiperesponsivitas jalan nafas merupakan ciri khas asma, termasuk diantaranya inhalasi dari berbagai agen farmakologis seperti histamin dan metacholine serta aktivitas fisik seperti olahraga dan udara dingin. Hiperesponsivitas pada anak 80%PEFR/FEV1 60-80%PEFR/FEV1 15%Variabilitas >30%Variabilitas >50%

PEFR: peak expiratory flow rate (laju aliran ekspirasi puncak)FEV1: forced expiratory volume in 1 second (volume ekspirasi paksa selama 1 detik)

Differential diagnosis (lihat lampiran halaman 25) Tuberkulosis Pneumonia Bronchiolitis Bronchiectasis Cystic fibrosis

1. PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya, yaitu dengan: Pasien dapat menjalani aktivitas normal Menekan angka absensi anak sekolah Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari (tidur anak tidak terganggu) Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal dari PFR Kebutuhan obat seminimal mungkin, kurang dari sekali dalam dua tiga hari dan tidak ada serangan Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Apabila tujuan ini belum tercapai maka perlu reevaluasi tatalaksananya apakah perlu pengobatan dinaikkan (step up) atau bahkan perubahan pengobatan bila tujuan telah tercapai dan stabil dalam 1-3 bulan, dan apakah perlu dilakukan penurunan pelan-pelan (step down).

Medica mentosaLihat alur penatalaksanaan asma pada bagan 2.

Bagan 2. Alur tatalaksana asmaSumber: SUDDHAPRANA Manajemen kasus respiratorik anak dalam praktek sehari-hariObat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu obat pereda/pelega/serangan (reliever) dan obat pengendali/pencegah/profilaksis (controller). Obat pereda digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada gejala lagi maka obat ini tidak digunakan lagi atau diberikan hanya bila perlu. Sedangkan obat pengendali digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi kronis saluran nafas, dan dipakai terus menerus walaupun tidak ada gejala, kemudian diturunkan pelan-pelan yaitu 25% setiap penurunan setelah tujuan asma tercapai 6-8 minggu. 1 Obat pengendali hanya diberikan pada asma episode sering dan persisten.7

Asma episode jarangCukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator -agonis hirupan kerja pendek (SABA, Short-Acting -agonist) atau golongan santin kerja cepat bila perlu saja. Kesulitannya adalah harganya mahal dan tidak selalu tersedia di semua daerah, serta pemakaian obbat hirupan (metered dose inhale atau dry powder inhaler) memerlukan pelatihan yang benar (untuk anak besar) dan membutuhkan alat bantu (untuk anak kecil/bayi) yang juga tidak selalu ada dan mahal harganya. Bila obat hirupan tidak ada, dapat menggunakan SABA per oral. Sebenarnya kecenderungan saat ini teofilin makin kurang perannya untuk terapi asma karena batas keamanannya sempit, namun karena keterbatasan obat di Indonesia, teofilin masih digunakan namun perhatikan efek sampingnya. Di samping itu penggunaan -agonis oral tunggal dosis besar dapat menimbulkan palpitasi dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosisnya serta dikombinasikan dengan teofilin yang juga dikurangi dosisnya.1,7

Konsensus Internasional III dan juga PNAA tidak menganjurkan pemberian antiinflamasi sebagai obat pengendali untuk asma ringan dan asma episode jarang, di mana antiinflamasi berupa steroid hirupan dosis rendah atau kromoglikat hirupan. Jika tatalaksana asma episode jarang sudah adekuat namun responnya tetap tidak baik dalam 4-6 minggu, tatalaksananya berpindah ke asma episode sering.7

Asma episode seringJika penggunan obat pereda sudah lebih dari 3x perminggu (tanpa menghitung penggunaan praaktivitas fisik), atau serangan sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan antiinflamasi sebagai pengendali sudah terindikasi. Tahap pertama obat pengendali adalah pemberian steroid hirupan dosis rendah, di mana yang sering digunakan sebagai standar adalah budesonid, dengan dosis 100-200 g per hari (setara 50-100 g flutikason per hari) untuk anak berusia kurang dari 12 tahun dan 200-400 g per hari atau setara 100-200 g flutikason per hari untuk anak usia lebih dari 12 tahun.1,7 Dalam penggunaannya budesonid 200 g per hari belum pernah dilaporkan adanya efek samping jangka panjang. Bila di atas 400 g per hari dilaporkan adanya pengaruh sistemik minimal, sedangkan di atas 800 g per hari akan menunjukkan efek samping terhadap poros hipotalamus-pituitari-adrenal sehingga dapat berdampak pada pertumbuhan.1,7,8 Efek sistemik steroid hirupan dapat dihindari dengan pemberian spacer yang akan mengurangi deposisi di daerah orofaringeal sehingga mengurangi absorbsi sistemik dan meningkatkan deposisi obat di paru.1 Obat pengendali berupa antiinflamasi membutuhkan waktu untuk menimbulkan efek terapi, dan penilaiannya dilakukan setelah 6-8 minggu.1,7

Asma persistenJika setelah 6-8 minggu pemberian steroid hirupan dosis rendah tidak ada respons (masih terdapat gejala asma atau gangguan tidur atau aktivitas sehari-hari) dan masih menggunakan SABA 3x per minggu berarti pasien dianggap menderita asma persisten yang lebih berat. Penggunaan SABA >3x perminggu secara teratur dan terus menerus diduga memiliki peranan dalam peningkatan morbiditas karena adanya down regulation dari reseptor 2-agonis. Tapi bila pemberiannya disertai steroid hirupan dosis sedang (100-200 g per hari setara 200-400 g flutikason per hari untuk anak usia kurang dari 12 tahun dan 400-600 g per hari setara 200-300 g flutikason per hari untuk anak lebih dari 12 tahun) maka proses down regulation dapat lebih dihindari dan bahkan untuk memudahkan pemberian dan meningkatkan ketaatan minum obat, SABA diganti dengan LABA (Long-Acting -Agonist), ALTR (Anti-Leukotriene Receptor), atau TSR (Theophylline Slow Release).1,7,8Pemberian SABA akan lebih baik pada saat serangan dibandingkan dengan LABA karena memiliki onset yang lebih cepat, sedangkan pemberian LABA menguntungkan karena efeknya yang jangka panjang dan kemungkinan memiliki efek antiinflamasi. Pemberian LABA akan menyebabkan dosis kortikosteroid dapa diberikan lebih rendah, serta mengurangi efek samping kortikosteroid dalam menghambat pertumbuhan. Pemberian ALTR zafirlukas terbatas pada anak usia lebih dari 6 tahun, sedangkan montelukas pada anak di atas 2 tahun.8 Pada pemberian zafirlukas dapat terjadi peningkatan enzim hati sehingga kelainan hati merupakan kontraindikasi, sedangkan penambahan LABA pada steroid hirupan dapat memperbaiki FEV1, menurunkan gejala asma, dan memperbaiki kualitas hidup.7

Jika dengan penambahan obat tersebut asmanya tetap belum dapat terkendali, obat tsb diteruskan dan dosis steroid dinaikkan menjadi 800 g per hari bahkan mungkin perlu steroid oral. Langkah ini diambil hanya bila bahaya asmanya lebih besar daripada bahaya efek samping obatnya. Untuk steroid oral dosis awalnya adalah 1-2 mg/kgBB/hari, kemudian diturunkan sampai dosis terkecil yang diberikan selang hari pada pagi hari.1,7

Obat antihistamin generasi baru non-sedatif (ketotifen, setirizin) dapat dipertimbangkan pada anak dengan asma tipe rhinitis untuk menanggulangi rhinitisnya. Penggunaannya sebagai obat pengendali tidak lagi dilakukan karena tidak mempunyai efek yang berarti.7

Apabila dengan pemberian steroid hirupan dicapai fungsi paru yang optimal atau perbaikan klinis yang mantap selama 6-8 minggu, maka dosis steroid dapat dikurangi bertahap hingga dicapai dosis terkecil yang masih bisa mengendalikan asmanya atau malah berhenti total.7,8 Sementara itu penggunaan -agonis sebagai obat pereda tetap diteruskan.7

Studi dari Konig menunjukkan bukti bahwa dengan mengikuti panduan tatalaksana yang lazim, yaitu hanya memberikan bronkodilatator tanpa antiinflamasi pada asma ringan ternyata dalam jangka waktu panjang (8 tahun) pada kelompok tsb justru paling sedikit mengalami perbakan derajat asma (menurunnya derajat asma dari berat ke sedang, sedang ke ringan, ringan ke asimtomatik). Di lain pihak, asma sedang yang mendapat kromoglikat dan asma berat yang mendapat steroid hirupan menunjukkan perbaikan derajat asma yang lebih besar.1,7

Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak karena perbedaan kemauan dan kemampuan menggunakan alat inhalasi (tabel 3). Lebih dari 50% anak asma ridak dapat memakai alat hirupan biasa (metered dose inhaler).1 Pemakaian spacer mengurangi deposit obat dalam mulut (orofaring) sehingga mengurangi jumlah obat yang akan tertelan sehingga mengurangi efek sistemik. Sebaliknya deposit dalam paru lebih baik sehingga didapati efek terapi yang lebih baik.1,8 Selain itu, juga dapat mengurangi koordinasi saat menyemprot dan menghirup serta mengurangi efek samping kandidiasis mulut.8 Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (spinhaler, diskhaler, rotahaler, turbuhaler) memerlukan inspirasi yang kuat dan umumnya dianjurkan untuk anak sekolah (di atas 5 tahun).1,8

Tabel 3. Bentuk pemberian obat pada anak sesuai usiaSumber: SUDDHAPRANA Manajemen kasus respiratorik anak dalam praktek sehari-hari

UmurAlat Inhalasi

8 tahunNebuliserMDIAlat hirupan bubukAutohaler

Non-medica mentosaYang paling penting pada penatalaksanaan asma adalah edukasi pada penderita maupun orangtuanya mengenai penyakit, pilihan pengobatan, identifikasi dan penghindaran allergen, perngertian tentang kegunaan obat yang dipakai, ketaatan dan pemantauan, dan yang paling utama adalah menguasai cara penggunaan obat hirupan.

Edukasi mengenal 5R yang penting untuk diketahui: Reach agreement on goalsSepakati tujuan penatalaksanaan: tailored treatment yang sederhana, membuat prioritas, bertindak segera mengatasi kekambuhan. Buat rencana penatalaksanaan di mana rencana tatalaksana harian dapat berupa diary card yang memberikan panduan pada anak mengenai pemantauan dengan PFM (Peak Flow Meter), penggunaan obat, dan laporan gejala. Rencana tindakan kegawatan (emergency action plan) dapat membantu mengenali serangan akut dan memberi petunjuk tindakan apa ynag harus dilakukan. Semua rencana ini harus dibuat dan dibicarakan saat pertemuan awal dengan anak dan orangtuanya, dan diberikan secara tertulis.

Rehearse asthma management skillsLatih keterampilan pengelolaan asma: penggunaan obat-obatan, memantau gejala, PFR, dan membuat keputusan. Pastikan pasien menguasai teknik penggunaan alat inhalasi yang benar.

Repeat messagesUlang pesan yang penting beberapa kali guna menigkatkan pengertian penderita dan keluarganya.

Reinforce appropriate behaviorMemuji penatalaksanaan yang benar, memberi hadiah kecil, atau dengan menghubungi dan mendiskusikan perkembangan penyakitnya. Sertakan orang yang penting bagi anak untuk memberikan dukungan.

Review resultsTinjau kembali penatalaksanaannya guna menilai tercapainya tujuan penatalaksanaan.7

1. EtiologiAsma merupakan suatu penyakit developmental, di mana perkembangan normal dari sistem respiratorius dan imun terganggu oleh karena paparan dengan lingkungan yang bekerja pada predisposisi genetik.3

Faktor pencetus asma diantaranya: AtopiMerupakan faktor resiko mayor untuk asma, dan merupakan respon imun terhadap antigen lingkungan yang dimediasi IgE.6,9 Alergen yang menyebabkan sensitisasi biasanya merupakan protein yang memiliki aktivitas protease, dan yang paling umum adalah kutu debu, bulu kucing dan anjing, kecoak, rerumputan, serbuk sari, dan rodentia.6Atopi memiliki dasar genetik yang kuat dan umumnya bermanifestasi sebagai asma, eksema, dan atau demam hay dalam keluarga.6,9 Tes antibodi spesifik kurang berperan pada tatalaksana.6

Asma intrinsikTerjadi pada minoritas pasien asma, dan biasanya baru muncul setelah usia dewasa, dimana hasil tes kulit negatif dan IgE serum dalam kadar normal. Biasanya pasien juga memiliki polip nasal, dan mungkin sensitif aspirin.9

InfeksiInfeksi saluran nafas atas (terutama oleh virus) merupakan faktor pencetus tersering, dan mungkin penting pada anak yang mengalami masalah terutama pada musim dingin.6 namun faktor ini masih belum jelas peranannya dalam etiologi asma, misalnya hubungan antara infeksi RSV pada bayi dengan prevalensi asma, mengingat infeksi RSV sering terjadi pada anak.

Hipotesis higienisitasSensitisasi alergi dan asma didapatkan lebih sedikit pada anak dengan kakak daripada anak tunggal. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah infeksi yang lebih sedikit mungkin menyebabkan meningkatkan prevalensi asma pada komunitas. Kurangnya infeksi saat masa kecil menyebabkan sel Th-2 tidak megalami perubahan menjadi Th-1yang protektif. Infeksi parasit usus juga berhubungan dengan rendahnya prevalensi asma.9

DietPeranannya masih kontroversial. Studi menunjukkan bahwa rendahnya diet antoksidan seperti vitamin C, vitamin A, magnesium, selenium, dan omega-3 PUFA berhubungan dengan meningkatnya resiko terkena asma. Obesitas juga merupakan faktor resiko untuk asma, namun mekanismenya belum diketahui.6

Polusi udaraPolutan udara seperti belerang dioksida, ozon, dan partikel diesel dapat memicu gejala asma, namun peranan setiap zat dalam etiologinya masih belum diketahui pasti. Dikatakan juga bahwa ibu yang merokok juga meningkatkan faktor resiko asma pada anak.9

EmosiMasalah emosi berat (misalnya senang atau cemas) dapat mempresipitasi serangan pertama mengi atau memperberat serangan.

AktivitasMengi yang diinduksi aktivitas terjadi terutama ketika berlari dalam cuaca dingin.

AtmosferUdara berdebu, panas, ruangan berisi asap rokok, atau perubahan suhu udara dapat mencetuskan mengi.6

1. EpidemiologiAsma merupakan masalah kesehatan yang mayor serta merupakan masalah kronik yang umum pada anak baik di negara berkembang maupun negara maju.2,3 Prevalensi asma meningkat dalam beberapa dekade belakangan, dan mungkin ada hubungannya dengan meningkatnya urbanisasi serta polusi baik indoor maupun outdoor. Prevalensi asma pada anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar dan 6,5% pada usia sekolah menengah pertama.3,8

1. Patogenesis (gambar 1)Patofisiologi asma termasuk peluruhan epitel saluran nafas, edema, pembentukan sumbatan mukus, aktivasi sel mast, masuknya sel radang ke dalam jalan nafas, dan deposisi kolagen di bawah membrana basalis. Infiltrat sel radang termasuk eosinofil, limfosit, dan neutrofil terutama pada eksaserbasi asma yang fatal. Adanya inflamasi menyebabkan hiperesponsivitas jalan nafas, limitasi jalan nafas, dan kronisitas penyakit. Hiperesponsivitas jalan nafas adalah kecenderungan jalan nafas untuk berkonstriksi sebagai respon terhadap iritan, infeksi virus, alergen, dan latihan fisik, dan juga menyebabkan edema, meningkatnya produksi mukus, masuknya sel radang ke dalam jalan nafas, dan luruhnya epitel. Inflamasi persisten jalan nafas dapat menyebabkan remodelling dan perubahan ireversibel dari dinding saluran nafas.4

Gambar 1. Patogenesis dan perubahan yang terjadi pada asmaSumber: Robbins basic pathology

Asma yang merupakan penyakit inflamasi, baik asma alergik maupun non-alergik memiliki 6 syarat-syarat radang berikut: Kalor (panas karena vasodilatasi) Rubor (kemerahan karena vasodilatasi) Tumor (eksudasi plasma dan edema) Dolor (rasa sakit karena rangsangan sensoris) Functio laesa (fungsi yang terganggu) Infiltrat sel radang

Inflamasi dicapai melalui 2 jalur: jalur imunologis dan jalur saraf otonom. Jalur imunologis terutama didominasi oleh IgE, di mana masuknya alergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting Cell) untuk dikomunikasikan ke sel Th (T helper). Sel Th akan memberi sinyal (interleukin atau sitokin) agar sel-sel plasma membentuk IgE serta sel-sel radang lain untuk mengeluarkan mediator-mediator inflamasi seperti histamin, PG (prostaglandin), LT (leukotrien), platelet activating factor (PAF), bradikinin, TX (tromboxan) dll akan mempengaruhi organ sasaran sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran nafas, infitrasi sel-sel radang, sekresi mukus, dan fibrosis sel subepitel sehingga menimbulkan hiperreaktivitas saluran nafas. Jalur non alergik selain merangsang sel inflamasi juga merangsang sistem saraf otonom dengan hasil berupa inflamasi dan hiperreaktivitas saluran nafas.

Berbagai keadaaan yang dapat meningkatkan hipersensitivitas saluran nafas: Inflamasi saluran nafas Kerusakan epitelDisebabkan karena inflamasi, dan berakibat kerusakan yang bervariasi dari ringan sampai berat. Perubahan ini menyebabkan peningkatan penetrasi alergen, mediator inflamasi, serta mengakibatkan iritasi ujung-ujung saraf otonom. Sel-sel epitel sendiri sebenarnya mengandung mediator yang dapat bersifat sebagai bronkodilator dan kerusakannya akan mengakibatkan bronkokonstriksi lebih mudah terjadi. Mekanisme neurologisPada pasien asma terdapat peningkatan respon saraf parasimpatis Gangguan intrinsikAkibat hipertrofi otot polos saluran nafas Obstruksi saluran nafasObstruksi saluran nafas akan bertambah semakin berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas akan menyempit pada fase tsb, mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan udara residual, kapasitas residu fungsional, dan pasien akan bernafas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan saluran nafas ini diperlukan otot-otot bantu pernafasan

Gangguan obstruksi saluran nafas dapat diukur dengan FEV1 atau PFR, sedangkan penurunan FVC menggambarkan derajat hiperinflasi paru. Penyempitan saluran nafas dapat terjadi pada saluran nafas yang sedang, besar, maupun kecil. Mengi menunjukkan ada penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan pada saluran nafas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding mengi. Penyempitan saluran nafas tidak merata terjadi di seluruh bagian paru, dan terdapat daerah yang hipoxemia sehingga akan menyebabkan hiperventilasi paru guna memperoleh lebih banyak oksigen namun juga berakibat turunnya tekanan CO2 dalam darah sehingga terjadi alkalosis respiratorik. Pada serangan asma yang lebih berat, banyak saluran nafas dan alveolus tertutup mukus sehingga tidak memungkinkan pertukaran gas, sehingga terjadi hipoxemia dan kerja otot-otot pernafasan akan menyebabkan CO2 diproduksi lebih banyak disertai retensi CO2 (hiperkapnia) dan tejadi asidosis respiratorik atau gagal nafas. Hipoxemia yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan konstriksi pembuluh darah paru dan shunting, yaitu perdaran darah tanpa melalui unit pertukaran gas yang baik sehingga memperburuk hiperkapnia.10

1. KomplikasiKebanyakan eksaserbasi asma dapat ditangani di rumah.2Dengan adanya asma akut, komplikasi kebanyakan sekitar hipoxemia dan asidosis dan dapat juga seizure generalisata.4Status asmatikus adalah eksaserbasi akut asma yang tidak menunjukkan respon adekuat terhadap terapi dan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit. Eksaserbasi dapat berlangsung dalam beberapa hari dan dalam tingkatan ringan hingga membahayakan nyawa.2 Status asmatikus dapat menyebabkan pneumomediastinum atau pneumothorax. Asma anak yang tergantung kortikosteroid dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan namun tinggi maksimum saat dewasa nampaknya tidak dipengaruhi.4

1. PencegahanPengendalian lingkungan sejak dalam kandungan dan juga setelah lahir serta pemberian ASI minimal 4 bulan sangat dianjurkan. Pengendalian lingkungan terutama dilakukan bagi asma balita yang diduga akibat alergi, yaitu dengan penghindaran terhadap asap rokok, tidak memelihara binatang berbulu di rumah, perbaikan ventilasi ruangan dan penghindaran kelembapan kamar.

Selain itu, diperlukan juga pendidikan dan kemitraan dalam penanggulangan asma terhadap pasien dan keluarganya serta tenaga kesehatan.1Edukasi yang berhasil meliputi edukasi mengenai dasar dari asma, peranan terapi, dan meningkatkan pengetahuan pasien akan cara penggunaan alat spacer untuk metered dose-inhaler dan PFM. Monitoring PFM berguna untuk anak usia >5 tahun, di mana nomor tertingginya adalah PFR. Uji ini dilakukan 3 kali guna memperoleh hasil yang terbaik. Nilai PFR terbaik adalah nilai stabil yang diperoleh dalam waktu 2 minggu, di mana berdasarkan nilai tsb akan ditentukan rencana tertulis yang dibagi menjadi 3 zona: Zona hijau: PFR 80%-100%. Anak asimtomatik dan harus melanjutkan pengobatannya seperti biasa. Zona kuning: PFR 50%-80%. Anak memiliki gejala asma. Tambahkan terapi resusitasi seperti albuterol dan hubungi tenaga medis bila PEFR tidak kembali ke zona hijau dalam 24 48 jam atau jika gejala asma Zona merah: PFR di bawah 50% dan merupakan suatu kedaruratan. Medikasi darurat perlu dilaksanakan segera dan apabila PEFR tetap di zona merah berarti anak memiliki gangguan jalan nafas yang signifikan. Hubungi tenaga medis.2

Tindakan dini pada asma anak berdasarkan pendapat bahwa keterlambatan penghindaran pencetus dan pemberian obat pengendali akan berakibat perubahan jalan nafas yang ireversibel (airway remodeling).1

Pesan kunci untuk keluarga dengan anak yang asma adalah bahwa anak tsb harus dibawa mengunjungi tenaga medis bukan hanya ketika terlihat sakit namun juga saat kondisinya sedang sehat. Kunjungan regular akan mempermudah tenaga medis untuk meninjau ulang tingkat kepentingan dari pengobatan guna menentukan penyesuaian pengobatan.

1. PrognosisBagi beberapa anak, gejala mengi dengan infeksi pernafaasan akan menghilang saat mencapai usia prasekolah, sementara anak lainnya memiliki gejala asma yang lebih persisten.2 Anak dengan asma episodik yang jarang akan berhenti mengi pada awal masa dewasa, hanya 20% dari mereka dengan episode asma yang sering dan kurang dari 5% dari mereka dengan asma persisten akan bebas mengi pada saat dewasa. Namun, dengan terapi yang benar dan baik, asma dapat dikendalikan.5Faktor prediktor adanya mengi yang berlanjut hingga persisten adalah adanya atopi. Indikator prognostik untuk anak usia kurang dari 3 tahun yang beresiko asma adalah adanya eksema, asma pada orangtua, atau dua dari: rhinitis alergi, mengi dengan demam, atau eosinofilia >4%. 2

Penutup

Daftar Pustaka1. Rahajoe N. Deteksi dan penanganan jangka panjang asma anak. Dalam: Yayasan Penyantun Anak Asma Indonesia SUDDHAPRANA. Manajemen kasus respiratorik anak dalam praktek sehari-hari. Jakarta: YAPNAS SUDDHAPRANA; 2007. H.96-104, 106-7.1. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson essentials of pediatrics. 6th International ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. P.311-2, 315, 317, 452-3, 500-1, 503, 520-1.1. Taussig, Landau, Le Souef, Martinez, Morgan, Sly. Pediatric respiratory medicine. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2008. P. 779, 806.1. Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, editor. Current diagnosis & treatment in pediatrics. 18th ed. US: The MCGraw-Hill companies; 2007. P.506-8, 521-3, 1049-50.1. Roberton DM, South M. Practical paediatrics. 6th ed. UK: Churchill Livingstone Elsevier; 2007. P. 488, 491, 498, 511.1. Meadow R, Newell S, editor. Lecture notes pediatrika [terjemahan]. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga; 2005. H. 157-9.1. Sidhartani M. Peran penatalaksanaan asma pada anak. Disampaikan pada Upaca Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Diponegoro, Semarang, 28 Juli 2007. H.12-8, 24-5.1. Supriyatno HB. Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak. Maj Kedokt Indon 2005; 55: 236-9.1. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jamelson, et al, editor. Harrisons principles of internal medicine. 17th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2008. P. 1596.1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI; 2006. H. 247-8.1. Bronchiectasis.Diunduh daribodyandhealth.canada.com, 20 Mei 2013.

14