case reportt

91
CASE REPORT CLINICAL EXPOSURE II Lydia Octavia Anggreini 07120100040

Upload: sylvia

Post on 18-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

CASE REPORTCLINICAL EXPOSURE II

Lydia Octavia Anggreini07120100040Universitas Pelita Harapan

Penyakit AkutFLU BURUNG

IDENTITAS PASIENNama :Ny. MUsia :43 tahunJenis Kelamin :PerempuanStatus:Menikah, enam orang anakPekerjaan:Ibu Rumah TanggaAlamat:Pedang WetanAgama:IslamGolongan Darah:0No. Pasien:219944

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 6 September 2011, sekitar pukul 11.00.1. Keluhan Utama Pasien mengatakan bahwa ia merasa panas dingin.

2. Keluhan Tambahan Selain itu pasien mengatakan kalau ia batuk, pilek, sakit kepala, linu pada seluruh badan, dan pada saat bernafas kadang terdengar suara ngik-ngik.

3. Riwayat Penyakit SekarangPada saat tiga hari yang lalu, pasien menderita panas. Pasien mengatakan kalau pasien juga batuk disertai dengan pilek yang muncul 1 hari sebelumnya. Pasien sempat meminum obat aspirin, mixagrip, dan bodrex. Setelah meminum obat, panas sempat turun beberapa jam, tapi kemudian meningkat lagi. Selama panas tinggi, pasien menggigil namun tidak ada kejang. Lalu, saat dua hari yang lalu, pasien masih merasakan demam. Batuk menjadi berdahak dan pilek tetap ada. Batuk berdahak kental dan berwarna hijau. Sakit kepala di rasakan satu hari yang lalu, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dan muncul setiap saat. Selain itu, pasien juga merasakan linu pada seluruh badannya, sehingga ia hanya bisa beristirahat untuk meredakan keluhan-keluhan yang ia rasakan. Terkadang pada saat pasien bernafas, terdengar suara ngik-ngik. Sebelum pasien sakit, pasien mengaku kalau di daerah sekitar rumah pasien pada saat sebelum lebaran banyak terdapat ayam yang mati. Beberapa hari kemudian, ayam yang dipelihara oleh pasien sakit, sehingga pasien memutuskan untuk memotong ayam tersebut lalu memasaknya.

4. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat hipertensi, kencing manis, kelainan ginjal, penyakit jantung, penyakit hati disangkal.b. Riwayat dirawat di rumah sakit tidak ada.c. Riwayat operasi tidak ada.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ayah pasien menderita hipertensi. Suami pasien juga menderita gejala yang sama, yaitu demam dan batuk.

6. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal. Makan tidak teratur.

7. Riwayat AlergiTidak ada alergi terhadap makanan dan obat.

8. Status EkonomiMenengah ke bawah.

9. Status Sosial Tinggal di rumah bersama suami dan enam orang anak. Daerah sekitar rumah pasien banyak yang memelihara ayam dengan populasi yang padat. Terdapat tetangga yang mengalami gejala yang sama

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum :Tampak sakit sedang Tingkat kesadaran:Compos Mentis; GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6 ) Tanda-tanda vital Tekanan Darah :140 / 80 mmHg Nadi:77 x/menit Suhu:38,5 oC Pernapasan:18 x/menit Kepala dan Leher Kepala:Deformitas () Mata:Konjungtiva anemis -/- Hidung:Sekret berupa cairan Telinga:Sekret () Mulut:Bibir terlihat kering Leher:KGB tidak teraba membesar Toraks Paru(I) :Simetris dalam statis dan dinamis(Pa):Taktil fremitus kanan = kiri(Pe):Sonor pada kedua lapangan paru(Au):Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Jantung(I) :Pulsasi ictus cordis tampak di ICS V (Pa):Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra(Pe):Redup(Au):Bunyi jantung I II reguler, gallop (), murmur () Abdomen (I) :Cekung (Pa):Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan ()(Pe):Timpani (Au):Bising usus (+) Ekstermitas:Akral hangat, edema -/-, Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-, varises -, capillary refill < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan. Namun untuk mendukung diagnosis, maka dapat dilakukan : Pemeriksaan hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A. Foto x-ray toraks yang menunjukkan adanya pneumoni.

RESUMESeorang wanita berinisial M, usia 43 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan utama badan panas dingin yang dirasakan saat tiga hari yang lalu. Selain itu, pasien mengatakan kalau pasien juga batuk disertai dengan pilek yang muncul 1 hari sebelumnya. Pasien sempat meminum obat aspirin, mixagrip dan bodrex. Saat setelah meminum obat panas sempat turun beberapa jam, tapi kemudian meningkat lagi. Selama panas tinggi, pasien menggigil namun tidak ada kejang. Lalu, saat dua hari yang lalu, pasien masih merasakan demam. Batuk menjadi berdahak dan pilek tetap ada. Batuk berdahak kental dan berwarna hijau. Sakit kepala di rasakan satu hari yang lalu, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dan muncul setiap saat. Selain itu, pasien juga merasakan linu pada seluruh badannya, sehingga ia hanya bisa beristirahat untuk meredakan keluhan-keluhan yang ia rasakan. Terkadang pada saat pasien bernafas, terdengar suara ngik-ngik. Sebelum pasien sakit, pasien mengaku kalau di daerah sekitar rumah pasien pada saat sebelum lebaran banyak terdapat ayam yang mati. Beberapa hari kemudian, ayam yang dipelihara oleh pasien sakit, sehingga pasien memutuskan untuk memotong ayam tersebut lalu memasaknya. Selain pasien, suami pasien juga menderita gejala yang sama, yaitu demam dan batuk. Pasien tinggal di rumah bersama suami dan enam orang anaknya.

DIAGNOSIS KERJAFlu burung (H5N1), karena : Di daerah tempat tinggal pasien banyak terdapat ayam yang mati dan ayam yang dipelihara pasien telihat sakit, lalu pasien pun segera memotong ayam tersebut dan memakannya. Terdapat gejala-gejala seperti : Panas tinggi >38. Linu pada seluruh badan. Sakit kepala. Batuk dan pilek. Selain itu terdapat hasil pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa: Hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A. Foto x-ray toraks yang menunjukkan adanya pneumoni.

DIAGNOSIS BANDING Demam Dengue Demam Typhoid HIV dengan infeksi sekunder Tuberkulosis ParuPemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding yaitu : Dengue blot : IgM, IgG untuk menyingkirkan diagnosis demam dengue. Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan diagnosis demam tifoid. Pemeriksaan anti HIV. Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA) dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.

RENCANA PENATALAKSANAANPasien diberikan Oseltamivir (tamiflu), dengan dosis sebanyak 2 x 75 mg per hari selama 5 hari. Selain itu pasien juga harus : Istirahat dan tidur yang sangat cukup. Menjaga kebersihan diri terutama dengan rajin mencuci tangan atau menggunakan desinfektan untuk mencegah penularan.

REAKSI PASIENF:pasien takut penyakit yang ia derita tidak dapat sembuh dan ia juga takut menularkan penyakit yang ia derita kepada orang lainI:pasien tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya penyakit yang ia rasakan, namun ia berpikir mungkin disebabkan oleh ayam sakit yang ia potongF:dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien, hal itu tentu saja mengganggu aktifitas pasien yang biasanya ia lakukan, ia menjadi lebih banyak beristirahat di rumahE:pasien berharap dengan diberikannya obat dapat menyembuhkan penyakit yang ia rasakan dan ia dapat kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa

TINJAUAN PUSTAKAFlu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam). Masa inkubasi virus rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). Masa penularan pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah gejala timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.Gejala klinis Demam dengan suhu > 38 C Batuk dan pilek Sakit tenggorokan Sesak napas Nyeri otot

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia , melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya. Media penularan ini dapat terjadi akibat transmisi (perpindahan) unggas yang terkena virus H5N1 dari daerah yang sudah terkena ke daerah yang belum terkena. Selain itu, terpaparnya manusia dengan penyakit ini, selain karena kontaminasi langsung dengan unggas, daya tahan tubuh juga memegang peranan penting. Semakin baik daya tahan tubuh seseorang, semakin kecil kemungkinan terkena penyakit ini, begitu pula sebaliknya.

Cara pencegahan penularan virus flu burung dapat dilakukan dengan : Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak dengan unggas dan kotorannya Pola hidup sehat. Secara umum pencegahan flu adalah menjaga daya tahan tubuh dengan makan seimbang dan bergizi, istirahat dan olahraga teratur. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya) Memasak daging ayam sampai dengan suhu 800 C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu 640 C selama 4,5 menit.

DAFTAR PUSTAKA Flu Burung. Gejala Pada Manusia. Homepage online. Available from http://fluburung.org/gejala-pada-manusia.asp; internet; accessed 5 June 2008. MedicineNet. Bird Flu. Homepage online. Available from http://www.medicinenet.com/bird_flu/article.htm; internet; accessed 17 November 2011. MedicaStore. Flu Burung. Homepage online. Available from http://medicastore.com/penyakit/3001/Flu_Burung.html; internet; accessed 2011. World Health Organization. Influenza. Homepage online. Available from http://www.who.int/influenza/human_animal_interface/en/; internet; accessed 2011. Flu. H5N1 (Bird Flu). Homepage online. Available from http://www.flu.gov/individualfamily/about/h5n1/; internet; accessed 2011.

8

Penyakit Kronik TUBERKULOSIS

IDENTITAS PASIENNama :Bpk. TUsia :43 tahunJenis Kelamin :Laki-lakiStatus:Menikah, tiga orang anakPekerjaan:Buruh bangunanAlamat:CurugAgama:IslamBerat Badan:52 kgGolongan Darah:ABNo. Pasien:411981

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 1 November 2011, sekitar pukul 10.30.1. Keluhan UtamaPasien menderita batuk berdahak sejak kira-kira 3 minggu yang lalu.2. Keluhan Tambahan Pasien juga menderita panas dingin pada malam hari, nafsu makan menurun.3. Riwayat Penyakit SekarangPada saat tiga minggu yang lalu, pasien menderita batuk berdahak. Sputum berwarna hijau kental, tidak ada darah, kira-kira sputum sebanyak satu sendok makan. Batuk terjadi secara terus-terusan sepanjang hari. Untuk membuat pasien merasa nyaman, ia segera meminum air hangat dan meminum obat OBH. Ketika meminum obat, batuk berkurang selama beberapa jam, namun setelah itu kembali muncul secara terus-terusan. Batuk menjadi semakin parah ketika pasien merokok dan kecapean. Kemudian saat dua minggu yang lalu, pasien mulai kehilangan nafsu makannya, sehingga mengakibatkan berat badannya menjadi menurun sebanyak 6 kg. Panas dingin yang dirasakan pasien muncul hanya pada saat malam hari sejak empat hari yang lalu. Pada saat demam, pasien tidak menggigil dan tidak ada kejang. Pada saat demam keluar keringat pada seluruh tubuh pasien.4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi, kencing manis, kelainan ginjal, penyakit jantung, penyakit hati disangkal. Riwayat dirawat di rumah sakit tidak ada. Riwayat operasi tidak ada. Sebelumnya pasien belum pernah merasakan gejala yang sama.

5. Riwayat Kesehatan KeluargaAyah pasien memiliki riwayat penyakit asma.

6. Riwayat Kebiasaan Pasien merokok sebanyak tiga bungkus setiap harinya, sejak pasien berusia 17 tahun. Pasien juga terkadang minum alcohol, setiap 1x per minggu. Setiap pagi pasien minum kopi hitam. Pasien makan tidak teratur.

7. Riwayat AlergiTidak ada alergi terhadap makanan dan obat.

8. Riwayat OperasiPasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya.

9. Status EkonomiMenengah ke bawah.

10. Status Sosial Pasien tinggal di rumah bersama istri dan tiga orang anaknya. Di lingkungan perkerjaan pasien, banyak juga orang yang merokok.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum :Tampak sakit sedang Tingkat kesadaran:Compos Mentis; GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6 ) Tanda-tanda vital Tekanan Darah :140 / 80 mmHg Nadi:77 x/menit Suhu:38 oC Pernapasan:18 x/menit Kepala dan Leher Kepala:Deformitas () Mata:Konjungtiva anemis -/- Hidung:Sekret () Telinga:Sekret () Mulut:Bibir terlihat kering Leher:KGB terlihat membesar Toraks Paru(II) :Simetris dalam statis dan dinamis(Pa):Taktil fremitus kanan = kiri(Pe):Pekak pada paru bagian kiri(Au):Ronchi pada bagian apex paru bagian kiri Jantung(II) :Pulsasi ictus cordis tampak di ICS V (Pa):Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra(Pe):Redup(Au):Bunyi jantung I II reguler, gallop (), murmur () Abdomen (II) :Cekung (Pa):Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan ()(Pe):Timpani (Au):Bising usus (+) Ekstermitas:Akral hangat, edema -/-, Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-, varises -, capillary refill < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium : kultur sputum yang menunjukkan adanya BTA (+). Foto x-ray thorax, menunjukkan adanya infiltrat.

RESUMESeorang laki-laki berinisial T, usia 43 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan utama yaitu batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh sejak kira-kira tiga minggu yang lalu. Sputum berwarna hijau kental, tidak ada darah, kira-kira sputum sebanyak satu sendok makan. Batuk terjadi secara terus-terusan sepanjang hari. Untuk membuat pasien merasa nyaman, ia segera meminum air hangat dan meminum obat OBH. Ketika meminum obat, batuk berkurang selama beberapa jam, namun setelah itu kembali muncul secara terus-terusan. Batuk menjadi semakin parah ketika pasien merokok dan kecapean. Kemudian saat dua minggu yang lalu, pasien mulai kehilangan nafsu makannya, sehingga mengakibatkan berat badannya menjadi menurun sebanyak 6 kg. Panas dingin yang dirasakan pasien muncul hanya pada saat malam hari sejak empat hari yang lalu. Pada saat demam, pasien tidak menggigil dan tidak ada kejang. Pada saat demam juga keluar keringat pada seluruh tubuh pasien. Pasien merokok sebanyak tiga bungkus setiap harinya, kebiasaan merokok tersebut pasien lakukan sejak pasien berusia 17 tahun. Selain itu, pasien juga terkadang minum alcohol, setiap 1x per minggu nya. Setiap pagi pasien selalu meminum kopi hitam dan makan tidak teratur. Pasien tinggal di rumah bersama istri dan tiga orang anaknya. Di lingkungan perkerjaan pasien, banyak juga orang yang merokok. Pada saat di lakukan pemeriksaan fisik auskultasi, terdengar suara ronchi pada bagian apex paru bagian kiri pasien dan pemeriksaan perkusi ditemukan adanya suara pekak di paru bagian kiri. Pada saat dilakukan palpasi pada bagian leher, ditemukan adanya kelejar getah bening yang membesar. Selain daru pemeriksaan fisik, ditemukan juga pemeriksaan kultur sputum yang menunjukkan adanya BTA (+), serta foto x-ray thorax yang menunjukkan adanya infiltrat.

DIAGNOSIS KERJATuberculosis paru, karena : Hasil pemeriksaan laboratorium berupa kultur sputum yang menunjukkan adanya BTA (++). Hasil foto x-ray thorax yang menunjukkan adanya infiltrat. Terdapat gejala-gejala seperti : Batuk lebih dari 3 minggu. Batuk berdahak. Nafsu makan menurun. Berkeringat malam hari walaupun tanpa kegiatan. Demam. Berat badan menurun.

DIAGNOSIS BANDING PneumoniaTerdapat gejala demam dan batuk produktif. Namun saat dilakukan pemeriksaan sputum, terdapat bakteri seperti streptococcus. Pada pemeriksaan fisik auskultasi terdengar suara ronchi basah. COPDRisk factor COPD adalah orang yang merokok. Gejala berupa batuk produktif. Namun pada pemeriksaan fisik auskultasi yang terdengar adalah suara wheezing. Kanker ParuRisk factor kanker paru adalah orang yang merokok. Gejala berupa batuk darah (hemoptisis) serta berat badan yang berkurang. Namun pada kanker paru tidak terdapat demam, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik perkusi terdapat bagian yang pekak.

RENCANA PENATALAKSANAANPasien diberikan obat kombinasi dosis tetap yang di bagi kedalam dua fase. Untuk dua bulan pertama obat yang diberikan berisi empat macam obat yang digabungkan di dalam satu tablet, yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol. Dosis yang digunakan adalah sebanyak tiga tablet per hari. Kemudian untuk empat bulan selanjutnya, obat yang diberikan berisi dua macam obat yang juga digabungkan dalam satu tablet, yaitu Rifampisin dan Isoniazid. Dosis sebanyak tiga tablet per hari. Selain obat-obatan, pasien juga disarankan untuk : Makan telur rebus dan minum susu setiap harinya. Banyak minum air putih karena obat yang diminum pasien adalah tergolong obat keras. Berjemur setiap pagi Banyak beristirahat. Makan teratur dengan makanan yang bergizi.

REAKSI PASIENF:pasien takut penyakit yang ia derita tidak dapat sembuh dan ia juga takut menularkan penyakit yang ia derita kepada orang lainI:pasien tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya penyakit yang ia rasakanF:dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien, hal itu tentu saja mengganggu aktifitas pasien yang biasanya ia lakukanE:pasien berharap dengan diberikannya obat dapat menyembuhkan penyakit yang ia rasakan dan ia dapat kembali melakukan aktifitasnya seperti biasa

TINJAUAN PUSTAKATuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meningitis, ginjal, dan tulang.

Gejala klinis Gejala respiratori : Batuk lebih dari 3 minggu. Batuk berdahak, kadang-kadang bercampur darah. Nyeri dada. Sesak napas Gejala sistemik : Demam. Nafsu makan menurun. Berkeringat malam hari walaupun tanpa kegiatan. Berat badan menurun.

Patogenesis Tuberkulosis PrimerKuman tuberculosis masuk melalui saluran napas yang kemudian berserang di jaringan paru sehingga akan terbentuk sarang pneumoni yang disebut sarang primer. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis local), kemudian peradangan tersebut diikuti juga oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Sarang primer dan lifangitis regional dikenal dengan kompleks primer. Kompeks primer ini selanjutnya akan menjadi :1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, antara lain sarang ghon, garis fibrotic, dan sarang perkapuran di hilus.3. Menyebar dengan cara : Perkuntionitas yaitu menyebar ke sekitarnya. Menyebar secara bronhogen pada paru yang bersangkutan dan menularkan paru sebelahnya. Menyebar secara limfogen dan hematogen ke organ tubuh lain. Tuberkulosis Post PrimerTuberculosis post primer muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberculosis primer, biasanya pada orang yang berusia 15-40 tahun. Di mulai dengan sarang dini yang umumnya terletak di segmen apical lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil yang kemudian akan : Direpsorbsi kembali dam sembuh tanpa meninggalkan cacat. Sarang meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyerbukan jaringan fibrosis. Kemudian akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan keluar dengan dibatukkannya jaringan keju keluar.

Klasifikasi tuberculosis :1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak Tuberculosis paru BTA (+)Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA (+). Tuberkulosis paru BTA (-)Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-), gambaran klinis, dan kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif.2. Berdasarkan tipe pasien Kasus baruPasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. Kasus kambuhPasien sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberculosis dan dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+). Kasus defaulted/drop outPasien telah menjalani pengobatan lebih dari satu bulan, tetapi tidak mengambil obat dua bulan berturut-turut. Kasus gagalPasien BTA (+) masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5. Kasus kronikPasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan berulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik. Kasus bekas TBHasil pemeriksaan BTA (-) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.

Untuk menentukan diagnosis, maka dilakukan :1. Pemeriksaan sputum, cara pengambilannya dengan cara : Sewaktu (dahak sewaktu kunjungan) Pagi (keesokan harinya) Sewaktu (pada saat mengantar dahak pagi)Pemeriksaan sputum dengan menggunakan pewarnaan ziehl-nielsen, agar Lowenstein-jensen.Interpretasi : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang(-) 1-9 BTA dalam 100 lapang pandangtulis jumlah kuman 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang(+) 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang(++) >10 BTA dalam 1 lapang pandang(+++)2. Pemeriksaan radiologiDitemukkan adanya : Bayangan berawan Kaviti

PengobatanJenis-jenis obat : R (Rimfampisin) H (Isoniazid) Z (Pirazinamid) E (Etambutol) S (Streptomisin)Pemberian obat pada kasus tuberculosis berbeda-beda, berdasarkan :1. Kasus baruDiberikan 2RHZE dan 4RH2. Kasus kambuhDiberikan 2RHZES, 1RHZE, 2RHE3. Kasus gagalDiberikan 2RHZES, 1 RHZE. Selanjutnya disesuaikan dengan uji resisensi. Bila tidak terdapat uji resistensi, maka diRHEberikan 54. Kasus putus obat Berobat > 4 bulanCek sputum, apabila hasilnya positif maka diberikan obat dari awal dengan dosis yang lebih kuat dan lebih lama. Jika hasil negative maka pengobatan segera dihentikan. Berobat < 4 bulanCek sputum, apabila hasil negatif maka pengobatan dilanjutkan hingga bulan ke-6. Namun apabila hasil positif maka diberikan obat dari awal dengan dosis yang lebih kuat dan lebih lama.5. Kasus kronikBila belum ada hasil uji resistensi, maka diberikan RHZES. Apabila terdapat hasil uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil yang ada. Pengobatan diberikan minimal selama 18 bulan. Namun apabillan pasien tidak mampu, maka dapat diberikan Isoniazid seumur hidupnya.

Efek samping obat R (Rimfampisin):Kencing berwarna merah yang disebabkan oleh reaksi obat H (Isoniazid):Kesemutan (dapat diberikan piridoxin/vit. B6), gatal Z (Pirazinamid):Gout E (Etambutol):Buta warna merah dan hijau sementara S (Streptomisin):Gangguan nerves 8 yang menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran. Selain itu dapat menembus plasenta, sehingga tidak boleh diberikan pada perempuan yang sedang hamil karena dapat merusak saraf pendengaran janin.

DAFTAR PUSTAKA Tanya Dokter Anda. Tuberkulosis Paru Harus Selalu Di Waspadai. Homepage online. Available from http://www.tanyadokteranda.com/kesehatan/2007/01/tuberkulosis-paru-harus-selalu-diwaspadai; internet; accessed 2011. Info Kedokteran. Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Tuberkulosis Paru ( TB Paru). Homepage online. Available from http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-tuberkulosis-paru-tb-paru.html; internet; accessed 2010. MD Guide Lines. Pneumonia. Homepage online. Available from http://www.mdguidelines.com/pneumonia; internet; accessed 2010. Best Practice. Pulmonary Tuberculosis. Homepage online. Available from http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/165/diagnosis/differential.html; internet; accessed 2011. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2006). Respiratory System. Jakarta : Indah Ollset Citra Grafika.

Penyakit AnakMORBILI (Campak)IDENTITAS PASIENNama :RUsia :3 tahunJenis Kelamin :PerempuanStatus:Belum menikahAlamat:CurugAgama:IslamBerat Badan:15 kgGolongan Darah:ANo. Pasien:219944

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesis pada tanggal 4 Oktober 2011, sekitar pukul 11.00.1. Keluhan Utama Orang tua pasien mengatakan bahwa dibagian wajah dan leher anaknya terdapat bintik-bintik merah.

2. Keluhan Tambahan Pasien mengalami demam, mencret, pilek, batuk, dan mimisan.

3. Riwayat Penyakit SekarangSejak satu hari yang lalu, bintik berwarna merah muncul yang awalnya dari daerah belakang telinga sebanyak 4 bintik, muncul sejak satu hari yang lalu, kemudian pada keesokan paginya ruam menjadi menyebar ke seluruh wajah dan leher pasien. Bintik tersebut berbentuk mendatar dan terkadang bintik juga terasa gatal. Pada empat hari yang lalu, suhu tubuh pasien mengalami peningkatan, yaitu sekitar 38,5 celcius. Ketika suhu tubuh meningkat, langsung terjadi mimisan, selain itu nafsu makan pun menjadi menurun. Ibu pasien hanya mengompres badannya, dengan tujuan untuk menurunkan suhu badan pasien. Batuk dan pilek muncul sejak tiga hari yang lalu. Batuk berdahak berwarna hijau, sedangkan pilek keluar cairan berwarna bening. Mencret sebanyak 3x per hari, ibu pasien mengatakan mencret disebabkan oleh karena pasien meminum susu dancow, hal itu juga terjadi saat tiga hari yang lalu. Feses berwarna coklat dan dalam bentuk cair, kira-kira sebanyak satu gelas aqua (250 ml). Penyakit yang diderita pasien membuat pasien menjadi susah beraktifitas.

4. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan gejala yang sama. Batuk dan pilek pada usia dua tahun.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama dengan pasien. Kedua orang tua sehat.

6. Riwayat Kebiasaan Makan tidak teratur. Suka makan snack, ice cream.

7. Riwayat AlergiTidak ada alergi terhadap makanan dan obat.

8. Riwayat ImunisasiVaksinJumlah PemberianWaktu Pemberian

BCG1xSaat lahir

Hepatitis B3xSaat lahir, 1 dan 6 bulan

DPT3x2,4, dan 6 bulan

Polio4xSaat lahir, 2,4, dan 6 bulan

Campak1x9 bulan

9. Riwayat OperasiPasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya.

10. Status EkonomiMenengah ke bawah.

11. Status Sosial Tinggal di rumah bersama kedua orang tua dan dua saudara. Teman bermain pasien juga mengalami gejala yang sama pada saat dua minggu yang lalu.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum :Tampak sakit sedang Tingkat kesadaran:Compos Mentis; GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6 ) Tanda-tanda vital Tekanan Darah :140 / 80 mmHg Nadi:77 x/menit Suhu:38,5 oC Pernapasan:18 x/menit Kepala dan Leher Kepala:Deformitas () Wajah:Terdapat adanya ruam berwarna merah Mata:Berwarna merah dan berair Hidung:Sekret berupa cairan Telinga:Sekret () Mulut:Bibir terlihat kering Leher:KGB tidak teraba membesar dan terdapat ruam berwarna merah Toraks Paru(III) :Simetris dalam statis dan dinamis(Pa):Taktil fremitus kanan = kiri(Pe):Sonor pada kedua lapangan paru(Au):Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Jantung(III) :Pulsasi ictus cordis tampak di ICS V (Pa):Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra(Pe):Redup(Au):Bunyi jantung I II reguler, gallop (), murmur () Abdomen (III) :Cekung (Pa):Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan ()(Pe):Timpani (Au):Bising usus (+) Extermitas:Akral hangat, edema -/-, Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-, varises -, capillary refill < 2 detik.

PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan. Namun dapat dilakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis : Pemeriksaan antibodi IgM, untuk memastikan adanya infeksi campak akut Pemeriksaan Patologis, dapat dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell akibat fusi sel-sel. Multinucleated giant cell ini dapat ditemukan di sputum, sekresi nasal, dan sedimen urin.

RESUMESeorang anak R, laki-laki, berusia 3 tahun datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa dibagian wajah dan leher anaknya terdapat bintik-bintik merah. Ruam tersebut muncul sejak satu hari yang lalu, awalnya muncul pada bagian belakang telinga, lalu akhirnya menyebar hingga ke wajah dan leher. Ruam berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar), terkadang ruam terasa gatal. Selain itu pada empat hari yang lalu, suhu tubuh pasien mengalami peningkatan, yaitu sekitar 38,5 celcius. Ketika suhu tubuh meningkat, langsung terjadi mimisan, selain itu nafsu makan pun menjadi menurun. Ibu pasien hanya mengompres badannya, dengan tujuan untuk menurunkan suhu badan pasien. Batuk dan pilek muncul sejak tiga hari yang lalu. Batuk berdahak berwarna hijau, sedangkan pilek dengan sekret berbentuk cairan. Mencret sebanyak 3x per hari, ibu pasien mengatakan mencret disebabkan oleh karena pasien meminum susu dancow, hal itu juga terjadi saat tiga hari yang lalu. Feses berwarna coklat dan dalam bentuk cair, kira-kira sebanyak satu gelas aqua (250 ml). Sebelumnya pasien hanya mengalami penyakit batuk dan pilek pada saat pasien berusia dua tahun. Kebiasaan makan tidak teratur dan suka makan snack serta ice cream. Imunisasi pasien lengkap. Teman bermain pasien juga mengalami gejala yang sama pada saat dua minggu yang lalu. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa mata berwarna merah dan berair. Selain itu, pada hidung pasien juga terdapat sekret yang berupa cairan dan mulut terlihat kering.

DIAGNOSIS KERJAMorbili (Campak), karena : Teman bermain pasien ada yang mengalami gejala yang sama pada saat dua minggu yang lalu, dan mungkin pasien tertular melalui penyebaran droplet maupun saat kontak langsung dengan temannya. Terdapat gejala-gejala seperti : Batuk dan pilek. Demam dengan suhu yang tinggi. Mencret. Ruam pada bagian wajah dan leher yang awalnya berasal dari belakang telinga, dan terkadang ruam juga gatal.

DIAGNOSIS BANDING Eksantema subitumPada penyakit ini juga terdapat ruam, namun perbedaannya dengan penyakit campak, ruam akan timbul bila suhu badan menurun. Ruam kulit akibat obatRuam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat. Namun pada pasien ini, ia belum ada mengkonsumsi obat sebelumnya. Infeksi enterovirusRuam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat penyakitnya. MeningokoksemiaDisertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan konjungtivits Penyakit RiketsiaDisertai batuk, tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak

RENCANA PENATALAKSANAAN Pemberian cairan yang cukup, misalnya air putih, jus buah segar, untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Parasetamol atau ibuprofen untuk meringankan demam, sakit dan nyeri (dosis : 3 kali/hari 60-120 mg) Amoxicillin sebagai antibiotic bila diperlukan (dosis : 3 kali/hari 20-40 mg) Ambroxol untuk mengencerkan mucus (dosis : 3 kali/hari 7,5 mg)Selain itu, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : Pemberian vitamin A (dosis : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal) dengan tujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Suplemen nutrisi. Pemberian anti konvulsi apabila terjadi kejang. Vaksin MMR, dosis sebanyak 0.5 ml yang disuntikkan secara subkutan/intramuscular.

REAKSI PASIENF:pasien takut ia tidak dapat lagi bermain bersama teman-temannyaI:pasien tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya penyakit yang ia rasakanF:dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien, hal itu tentu saja mengganggu aktifitas pasien yang biasanya ia lakukan, ia menjadi lebih banyak berdiam diri dan beristirahat di rumahE: pasien berharap dengan diberikannya obat dapat mengurangi keluhan-keluhan yang ia rasakan, sehingga ia dapat kembali melakukan bermain bersama teman-temannya.

TINJAUAN PUSTAKAPenyakit campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus yang sangat menular pada anak-anak. Penularan campak terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala campak muncul.PatofisiologiVirus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

Gejala Klinis Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan fotofobia. Batuk merupakan akibat peradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu. Munculnya Kopliks spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Kopliks spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang patognomonik untuk campak. Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya

Pengobatan Parasetamol cair atau ibuprofen untuk meringankan demam, sakit dan nyeri. Minum air putih sebanyak mungkin untuk mencegah dehidrasi. Pemberian vitamin A (dosis : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal) dengan tujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Makan makanan yang bergizi

DAFTAR PUSTAKA Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia. Departemen Farmakologi dan Terapeutik (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. World Health Organization. Measles. Homepage online. Available from http://www.who.int/topics/measles/en/; internet; accessed 2011. Emedicine Health. Measles. Homepage online. Available from http://www.emedicinehealth.com/measles/article_em.htm; internet; accessed 6 November 2011. Kids Health. Measles. Homepage online. Available from http://kidshealth.org/parent/infections/lung/measles.html; internet; accessed 2011. Medline Plus. Measles. Homepage online. Available from http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001569.htm; internet; accessed 7 November 2011. Balita-Anda. Tabel Berat & Tinggi Badan Rata-Rata. Homepage online. Available from http://www.balita-anda.com/tabel/506-tabel-berat-a-tinggi-badan-rata-rata.html; internet; accessed 2011. Medicastore. Campak. Homepage online. Available from http://medicastore.com/penyakit/36/Campak.html; internet; accessed 2010. Mayo Clinic. Measles. Homepage online. Available from http://www.mayoclinic.com/health/measles/DS00331; internet; accessed 1 June 2011. Kabar Indonesia. Tips Praktis Mengatasi Campak. Homepage online. Available from http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080921170024; internet; accessed 21 September 2008. DermNet NZ. Measles. Homepage online. Available from http://dermnetnz.org/viral/morbilli.html; internet; accessed 27 September 2011.

Penyakit LansiaARTRITIS REMATOIDIDENTITAS PASIENNama :Ibu SUsia :67 tahunJenis Kelamin :PerempuanStatus:Menikah, dua orang anakPekerjaan:Tidak adaAlamat:Curug WetonAgama:IslamBerat Badan:70 kgGolongan Darah:ANo. Pasien:337118

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 16 September 2011, sekitar pukul 11.00.1. Keluhan UtamaPasien mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit.

2. Keluhan Tambahan Selain itu pasien juga mengatakan kalau kakinya pernah bengkak dari lutut ke bawah, kaku pada pagi hari, demam serta tidak nafsu makan.3. Riwayat Penyakit SekarangSejak sekitar satu bulan yang lalu, pasien merasakan kaki kanan dan kirinya sering sakit. Pasien mengatakan sakit yang ia rasakan menjadi semakin parah apabila ia sedang berjalan, dan tidak ada hal yang dapat membuat sakit yang ia rasakan menjadi lebih baik. Pasien juga mengatakan kalau sakit yang ia rasakan menyebar sampai ke paha. Pada saat pagi hari, ia sering merasakan terjadinya kaku pada bagian jari-jari kakinya selama lebih dari satu jam. Karena sakit yang pasien rasakan, membuat ia menjadi kehilangan nafsu makannya. Sehingga dalam waktu satu minggu, berat badannya menjadi menurun sekitar 4 kg. Pada saat dua minggu yang lalu, pasien merasakan demam, dan menggigil pada malam hari namun tidak ada kejang. Biasanya pasien hanya menggunakan obat-obat warung untuk menghilangkan demam yang ia rasakan. Sekitar dua bulan yang lalu, kaki kanan juga pernah membengkak, dan untuk menghilangkan bengkaknya pasien mengkompresnya dengan menggunakan ramuan seperti jahe, daun ubi, pala, dan air. Setelah di kompres, bengkak terlihat menghilang, namun sakit yang pasien rasakan tidak menghilang.

4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi, kencing manis, kelainan ginjal, penyakit jantung, penyakit hati disangkal. Riwayat dirawat di rumah sakit tidak ada. Riwayat operasi tidak ada. Sebelumnya pasien belum pernah merasakan gejala yang sama.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga Kakak pasien mengalami keluhan yang sama seperti pasien dan kini telah meninggal dunia. Penyakit keturunan tidak ada. Orang tua pasien meninggal karena usianya yang sudah tua. Suami pasien meninggal karena kecelakaan.

6. Riwayat Kebiasaan Makan tidak teratur Kebiasaan merokok dan minum alcohol disangkal. Setiap hari berjalan-jalan sebentar disekitar lingkungan rumah saat tidak merasa sakit.

7. Riwayat AlergiTidak ada alergi terhadap makanan dan obat.

8. Riwayat OperasiPasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya.

9. Status EkonomiMenengah ke bawah.

10. Status SosialPasien tinggal bersama anak dan menantunya, serta dua orang cucunya.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum :Tampak sakit sedang, namun kaki terlihat lemah sehingga butuh bantuan tongkat untuk berjalan. Tingkat kesadaran:Compos Mentis; GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6 ) Tanda-tanda vital Tekanan Darah :150 / 90 mmHg Nadi:80 x/menit Suhu:37.5 oC Pernapasan:24 x/menit Kepala dan Leher Kepala:Deformitas () Mata:Konjungtiva anemis -/- Hidung:Sekret () Telinga:Sekret () Mulut:Bibir terlihat kering Leher:KGB tidak terlihat membesar Toraks Paru(IV) :Simetris dalam statis dan dinamis(Pa):Taktil fremitus kanan = kiri(Pe):Sonor pada kedua paru(Au):Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/- Jantung(IV) :Pulsasi ictus cordis tampak di ICS V (Pa):Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra(Pe):Redup(Au):Bunyi jantung I II reguler, gallop (), murmur () Abdomen (IV) :Cekung (Pa):Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan ()(Pe):Timpani (Au):Bising usus (+) Extermitas:Akral hangat, edema -/-, Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-, varises -, capillary refill < 2 detik. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan. Namun dapat dilakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis : Foto x-ray yang menunjukkan adanya peningkatan jaringan lunak (pannus) dan penyempitan ruang tulang rawan. Pemeriksaan laboratorium dengan hasil rheumatoid factor (+), peningkatan sel darah putih, dan peningkatan laju endap darah.

RESUMESeorang wanita berinisial S, usia 67 tahun, datang puskesmas dengan keluhan utama sakit pada kaki kiri dan kanannya. Pasien mengatakan sakit yang ia rasakan menjadi semakin parah apabila ia sedang berjalan, dan tidak ada hal yang dapat membuat sakit yang ia rasakan menjadi lebih baik. Pasien juga mengatakan kalau sakit yang ia rasakan menyebar sampai ke paha. Pada saat pagi hari, ia sering merasakan terjadinya kaku pada bagian jari-jari kakinya selama lebih dari satu jam. Karena sakit yang pasien rasakan, membuat ia menjadi kehilangan nafsu makannya. Sehingga dalam waktu satu minggu, berat badannya menjadi menurun sekitar 4 kg. Pada saat dua minggu yang lalu, pasien merasakan demam, dan menggigil pada malam hari namun tidak ada kejang. Biasanya pasien hanya menggunakan obat-obat warung untuk menghilangkan demam yang ia rasakan. Sekitar dua bulan yang lalu, kaki kanan juga pernah membengkak, dan untuk menghilangkan bengkaknya pasien mengkompresnya dengan menggunakan ramuan seperti jahe, daun ubi, pala, dan air. Setelah di kompres, bengkak terlihat menghilang, namun sakit yang pasien rasakan tidak menghilang. Kakak pasien mengalami keluhan yang sama seperti pasien dan kini telah meninggal dunia. Pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur dan setiap hari berjalan-jalan sebentar disekitar lingkungan rumah saat tidak merasa sakit. Pasien tinggal bersama anak dan menantunya, serta dua orang cucunya. Pasien tampak sakit sedang, namun kaki terlihat lemah sehingga butuh bantuan tongkat untuk berjalan.

DIAGNOSIS KERJAArthritis rematoid, karena : Terdapat kekakuan pada pagi hari selama lebih dari 1 jam. Terdapat bagian yang mengalami pembengkakan. Sakit menjadi lebih parah ketika berjalan dan tidak ada hal yang membuat sakit menjadi lebih baik. Demam. Kehilangan nafsu makan.

DIAGNOSIS BANDING GoutTerdapat bagian sendi yang membengkak dan mengalami kekakuan. Namun yang membedakan adalah biasanya gout hanya menyerang satu sendi, yaitu sendi metatarsophalangeal (jempol kaki) dan sering terjadi pada malam hari. OsteoarthritisTerdapat kekakuan yang terjadi pada pagi hari, nyeri pada sendi, dan penyempitan ruang tulang rawan. Namun yang membedakan adalah kekakuan pada OA terjadi kurang dari 30 menit, sendi yang mengalami gangguan hanya satu, dan pada saat berjalan kadang terdengar suara krepitus.

RENCANA PENATALAKSANAANPasien diberikan Paracetamol 500 mg. Selain pengobatan, hal-hal yang dianjurkan adalah : Istirahat Konsumsi makanan bergizi Jalan santai setiap pagi

REAKSI PASIENF:pasien sangat merasakan takut akibat gejala yang ia rasakan, ia takut kalau ia tidak dapat kembali berjalan seperti biasanya dan takut penyakit yang ia derita tidak dapat sembuhI:pasien tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya penyakit yang ia rasakanF:dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien, hal itu tentu saja mengganggu aktifitas pasien yang biasanya ia lakukan. Ia menjadi lebih banyak beristirahat dari pada melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang biasa ia lakukan.E: pasien berharap dengan diberikannya obat dapat mengurangi keluhan-keluhan yang ia rasakan, sehingga ia dapat kembali melakukan aktifitas yang baisa ia lakukan.

TINJAUAN PUSTAKARheumatoid arthritis (RA) atau sering juga disebut artritis reumatoid (AR) merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang merupakan penyakit autoimun. Penyakit autoimun terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun yang menyebabkan sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri atau dikarenakan adanya kegagalan antibodi dan sel T untuk mengenali sel tubuhnya sendiri sehingga merusak sel tubuh sendiri karena menganggap sel tubuh merupakan benda asing. RA menyerang persendian tulang, dan biasanya menyerang sendi kecil seperti tangan dan kaki secara simetris (kiri dan kanan) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami kerusakan. Artritis Reumatoid ditandai dengan adanya peradangan dari lapisan selaput sendi (sinovium) yang mana menyebabkan sakit, kekakuan, hangat, bengkak dan merah. Peradangan sinovium dapat menyerang dan merusak tulang dan kartilago. Sel penyebab radang melepaskan enzim yang dapat mencerna tulang dan kartilago. Sehingga dapat terjadi kehilangan bentuk dan kelurusan pada sendi, yang menghasilkan rasa sakit dan pengurangan kemampuan bergerak. Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.

PatogenesisTarget utama RA adalah membran sinovial pada sendi dan selubung tendon. Suatu antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial, akan diproses oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang semuanya mengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya. Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4+ bersama dengan determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebut membentuk suatu kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aktivasi sel CD4+.Pada tahap selanjutnya kompleks antigen trimolekular tersebut akan mengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada permukaan CD4+. IL-2 yang diekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan akan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selama antigen tetap berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+ yang telah teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon, tumor necrosis factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3), interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-1, IL-2, dan IL-4.Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih banyak sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut. Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yang paling dini dijumpai pada AR adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membran sinovial. Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien, prostaglandin dan protease neutral (collagenase dan stromelysin) yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.8,10 Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dan dapat merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan TNF-b.Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapi pada AR, antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap pada struktur persendian, sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus.10 Tidak terhentinya destruksi persendian pada AR kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien AR. Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat.Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam patogenesis AR. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan

Gejala klinis Nyeri sendi Pembengkakan sendi Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan Tangan kemerahan Lemas Kekakuan pada pagi hari lebih dari 1 jam Demam Berat badan turun

Diagnosis1. Pemeriksaan Laboratorium Laju endap darah meningkat Sel darah putih meningkat Rheumatoid factor (+)2. Foto x-ray Pembengkakan jaringan lunak Penyempitan ruang tulang rawan

Pengobatan NSAIDYang paling banyak digunakan adalah ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan pada sendi yang terkena dan meringankan rasa nyeri. DMARDsDisease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) membantu memperlambat atau menghentikan perkembangan RA. DMARD yang paling umum digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis adalah metotreksat. DMARDs lainnya termasuk Arava, Azulfidine, Cytoxan, Imuran, Neoral, dan Plaquenil. KortikosteroidGolongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang serius

DAFTAR PUSTAKA Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2009). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing Departemen Farmakologi dan Terapeutik (2007). Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Salter, Robert Bruce (1999). Texbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. United States of America News Medical. Diagnosis Rheumatoid Arthritis. Homepage online. Available from http://www.news-medical.net/health/Rheumatoid-Arthritis-Diagnosis-%28Indonesian%29.aspx; internet; accessed 2011. Meet Doctor. Rheumatoid Arthritis. Homepage online. Available from http://meetdoctor.com/topic/artritis-reumatoid; internet; accessed 2011. Info Kesehatan Keluarga. Nyeri Sendi Artritis Rematoid. Homepage online. Available from http://agungfarma.com/2011/06/13/nyeri-sendi-artritis-rematoid-ar/; internet; accessed 13 June 2011.

Penyakit MaternalPREEKLAMPSIAIDENTITAS PASIENNama :Ibu EUsia :24 tahunJenis Kelamin :PerempuanStatus:MenikahPekerjaan:Ibu Rumah TanggaAlamat:Kp. CanduAgama:IslamBerat Badan:78 kgGolongan Darah:ANo. Pasien:255901

IDENTITAS SUAMINama:Bpk. AUsia:27 tahunJenis Kelamin:Laki-lakiPekerjaan:WiraswastaAlamat:Kp. CanduAgama:Islam

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 4 Oktober 2011, sekitar pukul 10.30.1. Keluhan Utama Pasien mengatakan bahwa ia merasa sakit kepala sejak dua hari yang lalu.

2. Keluhan TambahanSelain itu pasien juga mengatakan kalau ia mual, muntah, dan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan.

3. Riwayat Penyakit SekarangPada saat tiga hari yang lalu, pasien merasakan sakit kepala yang terjadi sepanjang hari. Sakit tersebut seperti ditusuk-tusuk di semua bagian kepala. Untuk membuat rasa sakitnya berkurang, biasanya pasien beristirahat dan meminum obat warung. Hal yang membuat sakit kepalanya menjadi lebih parah adalah pada saat pasien melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci baju. Selain itu, pasien juga merasakan mual dan akhirnya menjadi muntah. Mual yang ia rasakan sejak pasien hamil, dan pada saat dua hari yang lalu mual yang ia rasakan menjadi semakin sering. Muntah terjadi pada saat pasien tidak dapat lagi menahan mual yang ia rasakan, muntah yang ia keluarkan kira-kira sebanyak satu botol air mineral sedang. Pembengkakan pada bagian tangan dan kaki ia rasakan sejak dari awal kehamilan dan menjadi lebih sejak dua hari yang lalu.

4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi, kencing manis, kelainan ginjal, penyakit jantung, penyakit hati disangkal. Riwayat dirawat di rumah sakit tidak ada. Riwayat operasi tidak ada.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga Saudara pasien mengalami gejala yang sama pada saat kehamilan pertama. Penyakit keturunan tidak ada.

6. Riwayat Pernikahan Menikah ke:1 Lama menikah:Satu tahun

7. Riwayat Pemakaian KontrasepsiPasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya.

8. Riwayat Obstetri dan Ginekologi Gravida:1 Abortus:0 Partus:0 Usia kehamilan:21 minggu HPHT:10 Mei 2011 (menurut pasien) Menarche:15 tahun Siklus haid:Tidak teratur Lama haid:6 hari

9. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal. Makan teratur.

10. Riwayat AlergiTidak ada alergi terhadap makanan dan obat.

11. Status EkonomiMenengah ke bawah.

12. Status SosialTinggal di rumah bersama suami dan dua orang saudara.

PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 4 oktober 2011 Keadaan umum:Tampak sakit ringan Kesadaran:Compos mentis, GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6 ) Tanda-tanda vital Tekanan darah:160/100 mmHg Nadi:83x/menit Napas:22x/menit Suhu:36.30C Kepala dan leher Kepala:Normosefali, tidak ada deformitas Rambut:Warna hitam, tidak mudah dicabut Wajah:Kloasma gravidarum Mata:Palpebra edema -/-, konjungtiva ananemis, sklera anikterik Telinga:Membran timpani intak, serumen -/-, sekret -/- Hidung:Septum nasi di tengah, sekret -/- Mulut:Mukosa bibir basah, bibir tidak kering Leher:KGB dan tiroid tidak teraba membesar Thorax PulmoInspeksi:Simetris dalam keadaan statis dan dinamisPalpasi:Stem fremitus kanan = kiriPerkusi:Sonor di kedua lapang paruAuskultasi:Bunyi napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- JantungInspeksi:Iktus kordis tidak terlihatPalpasi:Iktus kordis tidak terabaPerkusi:Batas jantung dalam batas normalAuskultasi:Bunyi jantung I II reguler, murmur -, gallop - Mammae:Membesar, hiperpigmentasi areola mammae kanan kiri, retraksi puting susu -/- AbdomenInspeksi:Membesar sesuai usia kehamilan, linea nigra +, striae gravidarum +Palpasi:Nyeri tekan Leopold I: Bokong Leopold II : Letak memanjang, Punggung kanan Leopold III: Presentasi kepala belum masuk PAP Leopold IV : Kepala belum masuk PAP 5/5 Kontraksi: -Perkusi:Tidak dilakukanAuskultasi:Bising usus 4x/menit Ekstremitas: Akral hangat, edema -/-, Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-, varises -, capillary refill < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan. Namun dapat dilakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis : Pemeriksaan Laboratorium, yang ditemukan adanya protein di dalam urin.

RESUMESeorang wanita berusia 24 tahun dan sedang hamil sekitar 21 minggu, datang ke puskesmas dengan keluhan utama sakit kepala yang dirasakan sejak tiga hari yang lalu. Sakit kepala yang ia rasakan terjadi sepanjang hari. Sakit tersebut seperti ditusuk-tusuk di semua bagian kepala. Untuk membuat rasa sakitnya berkurang, biasanya pasien beristirahat dan meminum obat warung. Hal yang membuat sakit kepalanya menjadi lebih parah adalah pada saat pasien melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci baju. Selain itu, pasien juga merasakan mual dan akhirnya menjadi muntah. Mual yang ia rasakan sejak pasien hamil, dan pada saat dua hari yang lalu mual yang ia rasakan menjadi semakin sering. Muntah terjadi pada saat pasien tidak dapat lagi menahan mual yang ia rasakan, muntah yang ia keluarkan kira-kira sebanyak satu botol air mineral sedang. Pembengkakan pada bagian tangan dan kaki ia rasakan sejak dari awal kehamilan dan menjadi lebih sejak dua hari yang lalu. Pasien juga mengatakan kalau saudara pasien pernah mengalami gejala yang sama pada saat kehamilan pertama. Pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, hasil yang didapatkan adalah 160/100 mmhg. Hal itu menunjukkan bahwa pasien memiliki tekanan darah yang tinggi, padahal sebelumnya ia tidak mempunya riwayat hipertensi. Oleh karena itu dokter mendiagnosis, pasien tersebut terkena preeklamsia atau hipertensi yang terjadi pada saat kehamilan.

DIAGNOSIS KERJAPreeklamsia, karena : Terdapat kenaikan tekanan darah yang lebih dari 130/90 mmhg. Terdapat pembengkakan di daerah kaki dan tungkai, Sakit kepala yang terus-terusan dan berat Mual dan muntahDIAGNOSIS BANDING Hipertensi kronikPada hipertensi kronik juga terjadi peningkatan tekanan darah, namun yang membedakan adalah hipertensi kronik terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu.

RENCANA PENATALAKSANAANPasien diberikan obat anti hipertensi, yaitu medildopa dengan dosis sebanyak 3 x 125 mg/hari. Selain itu, hal-hal yang dianjurkan adalah : Banyak beristirahat. Mengurangi makanan yang mengandung garam. Minum air putih sebanyak minimal 8 gelas per hari. Banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi.

TINJAUAN PUSTAKAPreeklamsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Preeklamsia paling sering ditemukan saat kehamilan lebih dari 20 minggu. Penyebab pasti terjadinya kasus preeklamsia tidak diketahui. Pre-eklamsia jika tidak ditangani dengan baik dapat membawa efek yang buruk untuk ibu dan janin yang sedang dikandung.Terdapat beberapa kondisi dimana dapat meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia : Baru pertama kali hamil. mempunyai ibu atau saudara yang pernah mengalami preeklamsia. Hamil dengan kehamilan kembar; usia remaja; dan berusia lebih dari 40 tahun. Sebelum kehamilannya memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal.

PatofisiologiPada preeclampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, makan tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial dikarenakan adanya retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

Klasifikasi1. Pre-eklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan beratbadan 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.2. Pre-eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut: Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium. Terdapat edema paru dan sianosis

Diagnosis Peningkatan tekanan darah yang lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.atau peningkatan tekanan sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg.atau peningkatan mean arterial pressure >20 mmHg, atau MAP > 105 mmHg. Proteinuria signifikan, 300 mg/24 jam atau > 1 g/ml.diukur pada dua kali pemeriksaan dengan jarak waktu 6 jam. Edema umum atau peningkatan berat badan berlebihan.

PengobatanPengobatan yang dilakukan tergantung pada seberapa dekat tanggal perkiraan kelahiran. Bila sudah dekat dengan tanggal perkiraan kelahiran, dan bayi sudah dianggap sudah cukup berkembang, maka dokter mungkin akan menyarankan untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin. Namun, apabila seseorang mengidap preeklamsia sedang dan bayi belum berkembang secara penuh, maka pasien akan direkomendasikan untuk melakukan hal-hal berikut ini : Istirahat total. Mengurangi makan makanan yang mengandung garam. Minum air putih minimal 8 gelas per hari. Olahraga yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA Medscape Reference. Preeclampsia. Available from http://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview; internet; accessed 10 November 2011. Medline Plus. Preeclampsia. Available from http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000898.htm; internet; accessed 12 September 2011. Baby centre. Preeclampsia. Available from http://www.babycentre.co.uk/pregnancy/complications/pre-eclampsia/; internet; accessed Maret 2010. Medicine Net. Preeclampsia. Available from http://www.medicinenet.com/pregnancy_induced_hypertension/article.htm; internet; accessed 2011.

Penyakit MalnutrisiGIZI KURANGIDENTITAS PASIENNama :Anak FUsia :4 tahunJenis Kelamin :Laki-lakiStatus:Belum menikahAlamat:CurugAgama:IslamGolongan Darah:ABNo. Pasien:331084

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 1 november 2011, sekitar pukul 11.00.1. Keluhan UtamaIbu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak mengalami penambahan berat badan sejak berusia dua tahun.

2. Keluhan Tambahan Tidak terdapat keluhan tambahan.3. Riwayat Penyakit SekarangSejak berusia dua tahun, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak mengalami penambahan berat badan. Pada saat berusia dua tahun, berat pasien yaitu 11 kg. Setiap harinya pasien hanya makan sebanyak dua kali. Makanan yang biasa ia makan hanya jajanan yang berasal dari luar, seperti gorengan-gorengan. Pada saat diberi makanan yang berupa nasi, pasien hanya memakan sedikit. Pada saat pasien masih bayi, ia tidak mendapatkan ASI dari ibunya, dikarenakan air ASI tersebut tidak dapat keluar, sehingga pasien hanya diberikan susu bubuk biasa.

4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat dirawat di rumah sakit tidak ada. Riwayat operasi tidak ada.5. Riwayat Kesehatan KeluargaAyah menderita hipertensi.

6. Riwayat Kebiasaan Makan tidak teratur Sering memakan gorengan.

7. Riwayat AlergiTidak ada alergi terhadap makanan dan obat.

8. Riwayat OperasiPasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya.

9. Status EkonomiMenengah ke bawah.

10. Status Sosial Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Keadaan lingkungan disekitar tempat tinggal tidak kotor.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum :Tampak sakit sedang Tingkat kesadaran:Compos Mentis; GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6 ) Tanda-tanda vital Tekanan Darah :130/80 mmHg Nadi:100 x/menit Suhu:37 oC Pernapasan:20 x/menit Data Antropometri Berat badan:11 kg Tinggi badan:100 cm Kepala dan Leher Kepala:Deformitas () Mata:Konjungtiva anemis -/- Hidung:Sekret () Telinga:Sekret () Mulut:Bibir terlihat kering Leher:KGB tidak terlihat membesar Toraks Paru(V) :Simetris dalam statis dan dinamis(Pa):Taktil fremitus kanan = kiri(Pe):Sonor pada kedua lapang paru(Au):Bunyi napas vesikuler, rhonki -/-. wheezing -/- Jantung(V) :Pulsasi ictus cordis tampak di ICS V (Pa):Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra(Pe):Redup(Au):Bunyi jantung I II reguler, gallop (), murmur () Abdomen (V) :Cekung (Pa):Hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan ()(Pe):Timpani (Au):Bising usus (+) Extermitas:Akral hangat, edema -/-, Refleks fisiologis +/+. Refleks patologis -/-, varises -, capillary refill < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan.

RESUMESeorang anak berinisial F berusia 4 tahun datang ke puskesmas bersama ibunya, dengan keluhan utama ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengalami penambahan berat badan sejak berusia dua tahun. Pada saat berusia dua tahun, berat pasien yaitu 11 kg. Setiap harinya pasien hanya makan sebanyak dua kali. Makanan yang biasa ia makan hanya jajanan yang berasal dari luar, seperti gorengan-gorengan. Pada saat diberi makanan yang berupa nasi, pasien hanya memakan sedikit. Pada saat pasien masih bayi, ia tidak mendapatkan ASI dari ibunya, dikarenakan air ASI tersebut tidak dapat keluar, sehingga pasien hanya diberikan susu bubuk biasa. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, terlihat pasien dalam kondisi kurus, dan di dapatkan berat badan pasien 11 kg dengan tinggi badan 100 cm.

DIAGNOSIS KERJADiketahui pasien berusia 4 tahun dengan berat badan 11 kg, maka dapat disimpulkan pasien menderita gizi kurang.

DIAGNOSIS BANDING MarasmusPenampilan fisik yang terlihat sama yaitu pasien tampak kurus. Namun yang membedakan adalah pada marasmus disertai dengan diare dan penurunan kesadaran.

RENCANA PENATALAKSANAANPada saat di puskesmas, anak hanya di berikan biskuit. Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah : Memberikan makanan yang bergizi. Melarang anak memakan makanan yang banyak mengandung gorengan. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin dan kalori yang tinggi. Mengkonsumsi suplemen untuk mendukung pertumbuhan anak. Meminum susu setiap hari. Memperhatikan tumbuh kembang anak.

REAKSI PASIENF:pasien dan ibu pasien sangat merasakan takut ia tidak dapat tumbuh dengan normalI:pasien tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya penyakit yang ia rasakanF:dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien, hal itu tentu saja mengganggu aktifitas pasien yang biasanya ia lakukan. Ia menjadi lebih banyak berdiam diri.E:ibu pasien berharap dengan diberikannya rencana pengobatan kepada pasien, berat badan yang dimiliki pasien dapat menjadi normal

TINJAUAN PUSTAKAMalnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.

Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar. 2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita. 3. Mengukur ketebalan lipatan kulit. Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita. 4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak)Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

KURANG KALORI PROTEIN Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti Kurang Kalori Protein (KKP), yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang. Pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi.

Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral).

Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:1. KKP Kering:jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi 2. KKP Basah:jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan 3. KKP Menengah:jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah.

KKP kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. Hampir selalu disertai terjadinya infeksi. Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.

Gejala marasmus : Wajah seperti orang tua. Sering terdapat penurunan kesadaran. Kulit dingin, kering, dan kendor. Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas. Sering disertai diare atau konstipasi. Tekanan darah, frekuensi jantung, dan frekuensi pernafasan berkurang.

KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak pertama-anak kedua'. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang. Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan: - tertahannya cairan (edema) - penyakit kulit - perubahan warna rambut. Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani penyapihan, sehingga usianya lebih besar daripada anak yang menderita marasmus.

Gejala kwashiorkor : Penampilan seolah-olah seperti anak gemuk (gemuk air). Penurunan kesadaran. Edema pada seluruh tubuh. Otot-otot mengecil, anak berbaring terus-terusan. Anak sering menolak segala jenis makanan. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut. Gangguan kulit berupa bercak merah dan meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas. Pembesaran hati.

KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkor. Anak-anak yang menderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus.

Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara.

Pada marasmus, sebagaimana yang terjadi pada kelaparan, tubuh menghancurkan/memecahkan jaringannya sendiri untuk digunakan sebagai kalori: Cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis terpakai Protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru Cadangan lemak dipecah untuk menghasilkan kalori. Sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.

Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru. Akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema. Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar (pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati).

Kekurangan protein akan menganggu: - pertumbuhan badan - sistem kekebalan - kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan - produksi enzim dan hormon.

Perkembangan tingkah laku pada anak yang menderita malnutrisi berat sangat lambat dan bisa terjadi keterbelakangan mental. Biasanya anak yang menderita marasmus tampak lebih sakit daripada anak yang lebih tua yang menderita kwashiorkor.

Seorang bayi yang menderita KKP biasanya mendapatkan makanannya melalui infus selama 24-48 jam pertama di rumah sakit. Antibiotik biasanya diberikan melalui cairan intravena, pada bayi-bayi yang mengalami infeksi berat. Bila sudah memungkinkan, susu formula diberikan lewat mulut.

Jumlah kalori yang diberikan ditingkatkan secara bertahap, sehingga bayi yang pada saat masuk rumah sakit memiliki berat 6,5-7 kg, akan menunjukkan pertambahan berat sebesar 3,5 kg dalam 12 minggu.

Pengobatan Melakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap. Mulai dengan tahap penyesuaian dengan memberikan kalori sebesar 50 kalori/kgBB/hari dan cairan 200ml/kgBB/hari pada anak dengan penyakit kwashiorkor. Sedangankan untuk marasmus sebesar 250ml/kgBB/hari. Memberikan makanan tinggi kalori dan yang berprotein tinggi, yaitu sebanyak 3-4g/kgBB/hari dan 160-175g/kgBB/hari pada anak yang kekurangan kalori dan protein akut. Selain itu, tidak lupa juga memberikan mineral dan vitamin yang juga diperlukan tubuh. Pada bayi dengan berat badan yang kurang dari 7 kg, berikan susu yang mengandung laktosa yang rendah dengan cara 1/3 LLM ditambah dengan glukosa sebanyak 10% setiap 100 ml susu ditambah 5g glukoin utnuk pencegahan hipoglikemia selama 1-3 hari, kemudian pada hari selanjutnya 2/3. Jika berat badannya lebih dari 7 kg, maka dapat diberikan makanan yang lainnya yang memiliki kandungan kalori dan protein yang lebih besar.Pencegahan Berikan bayi ASI sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama. Berikan anak tambahan makanan yang bergizi setelah berumur 6 bulan, dan ASI harus tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun. Periksa secara teratur tumbuh kembang anak ke posyandu.

DAFTAR PUSTAKA Medica Store. Malnutrisi. Homepage online. Available from http://medicastore.com/penyakit/628/Malnutrisi.html; internet; accessed 2011. Balita Anda. Tabel berat dan tinggi badan rata-rata. Homepage online. Available from http://www.balita-anda.com/tabel/506-tabel-berat-a-tinggi-badan-rata-rata.html; internet; accessed 29 Maret 2008. 2