case report session skizofrenia

24
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku. 2 Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana. 3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 4 2.2 Epidemiologi Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe skizofrenia. 5 1

Upload: mituikfedox169

Post on 30-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Session Skizofrenia

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh

kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood

(contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia

luar serta dalam hal tingkah laku.2

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid,

terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah

skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.3 Sedangkan

menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang

ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci

(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 4

2.2 Epidemiologi

Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit

dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil

menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang

sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari

penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia

di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe

skizofrenia.5

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan

dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada

perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan

perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah

lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin

memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk

pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia laki-

laki.

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis,

prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari

daerah lainnya.3

1

Page 2: Case Report Session Skizofrenia

2.3 Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai

teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis

stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan

lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu

kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang

menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan

dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh

ketegangan).

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya

aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk

klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk

bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang

meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu

psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu

banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi

kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana

hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif

dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa

data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan

kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat

antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia

mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.3

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada

penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel

dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke

nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku

khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja

melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif

mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat.

2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral

korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah

2

Page 3: Case Report Session Skizofrenia

sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala

negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal

terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di

mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan

sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui

blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat

memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif.

3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak

ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf

ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat

menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson

yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di

jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea,

diskinesia atau tik.

4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke

hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways

mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi

melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini

akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin

yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai

hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal

mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian

antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.3

2.4 Gejala dan Diagnosis

Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari skizofrenia

yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi

pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.5 Gejala

waham dan halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya.3

3

Page 4: Case Report Session Skizofrenia

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun

menurut DSM-IV sebagai berikut:

A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian

waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):

1) Waham

2) Halusinasi

3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau

halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran

pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan,

satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan

diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa

anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal,

akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6

bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A)

dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau

gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode

depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif

atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif

singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif 3

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di

Indonesia yang ke-III sebagai berikut:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau

lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

a) – “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya

berbeda.

4

Page 5: Case Report Session Skizofrenia

–“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

(withdrawal); dan

–“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum

mengetahuinya;

b) – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar, atau

– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar

– “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

– “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat

khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik:

–Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atau

–Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara) atau

–Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien

d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar

dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau

kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa

2.5 Diagnosa Banding

Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia paranoid.

PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harus

memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:

a. Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik,

aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam

ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja

sosial yang buruk.

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi

kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

5

Page 6: Case Report Session Skizofrenia

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi

gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan

telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.5

2.6 Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.

Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada

skizofrenia paranoid, gejala “positif” lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang

disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP).4

Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang

bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta

antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun

negatif.3 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan

klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang

menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal secara

kuantitatif” karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang

rendah.7

Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis

yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor

dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal

sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis α-1 adrenergik yang bisa menimbulkan

hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan

insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi

pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.

Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi

perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi

perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan

kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk

hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari

terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi

yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas

di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.

6

Page 7: Case Report Session Skizofrenia

Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan

mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.

Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam

kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan

rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.

Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep

penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien

adalah “aman”. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak

emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang

diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang

terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus

dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam

konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan

kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun

pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat

dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan

tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap

terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka

sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.3

2.7 Prognosis

Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan

prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel

2.13.

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat Onset muda

Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus

Onset akut Onset tidak jelas

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

pramorbid yang baik

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan

pramorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama

gangguan depresif)

Perilaku menarik diri, autistik

7

Page 8: Case Report Session Skizofrenia

Gejala positif Gejala negatif

Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma prenatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian orang

yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.

Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang

berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan penyakit menular

lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam

masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian

di negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telah

muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada orang dengan

gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebih

tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk gangguan

kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses

perawatan kesehatan atau efek samping obat antipsikotik.6

8

Page 9: Case Report Session Skizofrenia

DAFTAR PUSTAKA

1. Suvisaari, Jana. Incidence and Risk Factors of Schizophrenia in Finland. University of Helsinki, Faculty of Medicine, Department of Public Health. 1999. Available from:http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/introduction.html [Accessed 1 Februari 2011]

2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. 970

3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740

4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007.26-34

5. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50

6. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13. Available from:www.who.int/ mental _ health /media/en/55.pdf [Accessed on 1 Februari 2011]

7. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC. Jakarta:2007.475,480 & 482

UNIVERSITAS ANDALAS

9

Page 10: Case Report Session Skizofrenia

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Muslim / Pria/ 30 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : tidak bekerja/Tamat SMA

c. Alamat : Tanjung aur

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Saudara : 9 orang

c. Status Ekonomi : Berasal dari golongan ekonomi rendah dengan

penghasilan perbulan 700.000 yang dikirim dari kakak

kandungnya di Jakarta

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, rumah orang tua, perkarangan kecil

- Ventilasi cukup

- Pencahayaan cukup

- Listrik ada

- Sumber air minum : Sumur

- Jamban ada 1 buah

- Sampah dibakar

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Jumlah penghuni 1 orang, pasien tinggal sendirian di rumah orang tua nya.

Kakak kandung yang pertama tinggal bersebelahan dengan rumah pasien.

Pasien anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kakak dan adek kandung

pasien banyak tinggal dijakarta.

3. Aspek Psikologis di keluarga

10

Page 11: Case Report Session Skizofrenia

- Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya kurang baik. Pasien

sering marah-marah ketika sakitnya kambuh. Tapi pasien tidak pernah

menganggu lingkungan sekitarnya.

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Pasien sudah menderita sakit seperti ini sejak 4 tahun yang lalu

- Adek ibu pasien pernah menderita penyakit yang sama, tapi sudah meninggal

tahun 2000.

5. Keluhan Utama

Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Autoanamnesa

Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu, pasien tidak tahu alasan kenapa

sering marah-marah

Pasien sering merasa gelisah dan susah tidur

Pasien merasa pernah berbicara dengan setan dan jin yang selalu menghibur

nya dan memberikan gambaran dia sukses ditahun tahun kedepan sejak 4

tahun yang lalu

Pasien curiga tetangga depan rumahnya marah-marah dengannya karena nilai

anak tetangga tersebut rendah

Alloanamnesa Suami dari kakak kandung Pasien

Pasien dulu sekolah S1 di universitas bunghatta tapi di DO karena telah lama

tidak ikut kuliah. Pasien sibuk bekerja dijakarta saat kuliah.

Awalnya, sekitar tahun 2006, ketika pasien baru mendapat kabar di DO ,

pasien berbicara kasar ke orang tua di mesjid Jakarta karena tersinggung akan

kata-kata orang tua tersebut. Beberapa hari setelah itu pasien menjadi

pemarah, suka berbicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan merasa kalo dia

telah menyelesaikan sekolah S1 nya, dan di DO ketika sekolah S2. Kemudian

pasien pernah dirawat di RSJ HB Sa’anin tahun 2007 selama 1 bulan, pulang

paksa, kontrol tidak teratur, nama obat pasien lupa.

Akhir-akhir ini pasien sering nyanyi-nyanyi sendiri dan suka mengaji. Pasien

dikenal sesosok anak yang alim, sopan, patuh terhadap orang tua.

11

Page 12: Case Report Session Skizofrenia

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

- Keadaan Umum : Baik

- Kesadaran : CMC

- Nadi : 84x/ menit

- Nafas : 23x/menit

- TD : 110/70 mmHg

- Suhu : 370C

- BB : 58 kg TB : 165 cm

- Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

- KGB : tidak ada pembesaran KGB

Thorax

- Paru

Inspeksi : simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

- Jantung

Inspeksi : Iktus tidak terlihat

Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : tidak tampak membuncit, Distensi (-),

Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, NT (-), NL (-),

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Status Psikiatri

Keadaan umum

12

Page 13: Case Report Session Skizofrenia

a. Kesadaran : kompos mentis perhatian : baik

b. Sikap : kooperatif insiatif : ada

c. Tingkah laku motorik : aktif

d. Ekspresi fasial : sederhana

e. verbalisasi dan cara bicara : lancar

f. kontak psikik : dapat dilakukan, cukup wajar, lama.

I. Keadaan spesifik

A. Keadaan alam perasaan

1. Keadaan Afektif : hipertim

2.Hidup Emosi : a. Stabilitas : tidak stabil

b. pengendalian : cukup

c. echt-unecht : echt

d. einfuhlung : adekuat

e. dalam dangkal : dalam

f. skala diferensiasi : luas

g. arus emosi : biasa aja

B. Keadaan dan fungsi intelek

a. daya ingat : bagus

b. daya konsentrasi : bagus

c. orientasi(waktu, tempat, personal, situasi) : tidak terganggu

d. luas pengetahuan umum dan sekolah : sukar dinilai

e. dugaan taraf intelegensia : rata-rata normal

13

Page 14: Case Report Session Skizofrenia

f. discrinimative insight : terganggu

g. discriminative judgement : terganggu

h. kemunduran intelek : tidak ada

C. Kelainan sensasi dan persepsi

a. ilusi : Tidak ada

b. halusinasi - akustik : ada, 1 minggu yang lalu, sekarang masih ada

- visual : ada, 1 minggu yang lalu, sekarang masih

- olfactorik : tidak ada,

- taktil : tidak ada

- gustatorik : tidak ada

D. Keadaan proses berfikir

1. Kecepatan proses berfikir : Bagus

2. Mutu proses berfikir

a. jelas dan tajam : jelas,tajam

b. sirkumtansial : tidak ada

c. inkoherent : ada

d. terhalang : tidak ada

e. terhambat : tidak ada

f. meloncat-loncat : ada

g. verbigerasi persevarative : tidak ada

3. Isi pikiran

14

Page 15: Case Report Session Skizofrenia

a. pola sentral : tidak ada

b. fobia : ada,

c. obsesi : tidak ada

d. delusi : ada, waham kebesaran

e. kecurigaaan : ada

f. konfabulasi : tidak ada

g. rasa permusuhan/ dendam : tidak ada

h. perasaan inferior : tidak ada

i. banyak/sedikit : banyak

j. perasaan berdosa : ada

k. hipokondria : tidak ada

l. lain-lain : tidak ada

E. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan

a. Abulia : ada

b. Stupor : tidak ada

c. Raptus : tidak ada

d. Kegaduhan umum : tidak ada

e. Deviasi seksual : tidak ada

f. Ekhopraksia : tidak ada

g. Vagabondage : tidak ada

h. Piromani : tidak ada

i. Mannarisme : tidak ada

j. Lain-lain : tidak ada

15

Page 16: Case Report Session Skizofrenia

F. Anxietas yang terlihat overt : ada

G. Hubungan dengan realita : terganggu

8. Laboratorium tidak ada

9. Diagnosis Kerja

Skizofrenia paranoid

10. Diagnosis Banding

Skizofrenia residual

11. Manajemen

a. Preventif :

- mengelola stress dengan baik

b. Promotif :

- Edukasi terhadap keluarga pasien dan pasien tentang penyakitnya dan

membutuhkan pengobatan yang lama.

c. Kuratif :

- Chlorpromazin 1X100 mg/ hari

- Haloperidol 1X1,5 mg / hari

- Vitamin B comp 3X1 tab

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke puskesmas karena membutuhkan pengobatan yang lama

16

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Air Dingin

Dokter : dr. Mitra Pramana

Tanggal : 30 Agustus 2012

R/ Chlorpromazin tab 100 mg No. X

S1 dd tab I £

R/ Haloperidol tab 1,5 mg No. X

S1 dd tab I £

R/ Vitamin B Kompleks No. X

S 3 dd tab I £

______________________________________

Pro : Muslim hamid

Umur : 34 tahun

Alamat : Tanjung Aur

Page 17: Case Report Session Skizofrenia

17