case report perawatan orthodonsi pasien

30
CASE REPORT ORTHODONTI NOMOR MODEL 2 NAMA PASIEN : RANA SANIA OPERATOR : TYAS HESTININGSIH NO. MAHASISWA : 04104707030 PEMBIMBING : drg. Emilia CH. P, Sp.Ort PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: ardyvanviesta

Post on 26-Jan-2016

257 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Orthodonsi, Kedokteran Gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

CASE REPORT

ORTHODONTI

NOMOR MODEL

2

NAMA PASIEN : RANA SANIA

OPERATOR : TYAS HESTININGSIH

NO. MAHASISWA : 04104707030

PEMBIMBING : drg. Emilia CH. P, Sp.Ort

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2013

Page 2: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

LAPORAN PROGRESS REPORT

ORTHODONTI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Bagian Orthodonsi Program Profesi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Oleh

Tyas Hestiningsih, S.Kg

04094707031

Palembang, Februari 2014

Pembimbing,

drg. Emilia CH. P , Sp.Ort

NIP. 195805301985012001

Page 3: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

STATUS

PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN

ORTHODONTI

Operator : Tyas Hestiningsih, S.Kg

No. Mhs : 04104707030

Pembimbing : drg. Emilia Ch.P, Sp.Ort

No. Kartu : 0000.70.05.28

No. Model : 2

IDENTITAS

Nama pasien : Rana Sania

Rujukan dari : Datang sendiri

Umur : 19 Tahun

Suku : Komering

Jenis kelamin : Perempuan

Status Kawin : Belum Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jl. SH Wardoyo 7 Ulu Palembang

Telepon : 089606536692

Nama Ayah : Riduan

Suku : Komering

Umur : 54 tahun

Nama Ibu : Nilawati

Suku : Sunda

Umur : 51 tahun

Alamat orang tua : Jl. SH Wardoyo 7 Ulu Palembang

Page 4: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

WAKTU PERAWATAN

Pendaftaran : Tgl. 6 Februari 2013

Percetakan : Tgl. 6 Februari 2013

Pemasangan alat : Tgl.

Retainer : Tgl.

I. PEMERIKSAAN KLINIS

A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas dan gigi depan

bawah tidak rapi dan sedikit bertumpuk. Pasien merasa terganggu dan tidak nyaman

dengan keadaan giginya karena makanan sering tersangkut serta mengganggu

penampilan sehingga pasien ingin dilakukan perawatan agar giginya menjadi rapi.

Riwayat Kesehatan :

Kelahiran : normal

Urutan kelahiran : anak ke-3 dari 4 anak

Nutrisi : ASI 12 bulan

Penyakit berat yang pernah diderita : tidak ada

Kelainan congenital : tidak ada

Keterangan : Dari riwayat kesehatan pasien didapat bahwa riwayat kesehatan

pasien baik dan tidak ada penyakit berat yang di derita yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi.

Page 5: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi-geligi :

Gigi decidui :

Waktu pertumbuhan gigi susu baik dan sesuai pada waktunya. Gigi susu yang

tumbuh rapi. Gigi susu depan atas dan bawah ada yang berwarna hitam.

Gigi bercampur :

Gigi susu lepas dengan sendirinya, dan susunan gigi depan pasien mulai tidak

rapi.

Gigi permanen :

Gigi anterior permanen tumbuh tidak rapi. Pasien rajin ke puskesmas untuk

menambal gigi belakang waktu SMP.

Riwayat Keluarga (berkaitan dengan keluhan pasien) : ada

Ayah/ibu : Gigi ibu rapi

Gigi depan ayah tidak rapi

Saudara (kakak) : Gigi depan tidak rapi dan agak maju

Saudara (adik) : Gigi taring atas kanan sedikit maju dan gigi depan

bertumpuk

B. Pemeriksaan Objektif

Umum:

Jasmani : Baik,

Ket : pasien datang dalam keadaan sehat, tidak ada

deformitas dan kelainan sehingga perawatan

orthodonti dapat dilakukan dengan baik.

Mental : Baik,

Ket : pasien kooperatif saat komunikasi, pasien

dapat memahami instruksi dengan baik ketika

dilakukan pemeriksaan dan wawancara.

Status gizi : Normal, Ket : baik

Tinggi Badan (TB) : 1,56 m berat badan (BB) : 43 kg

Indeks masa Tubuh : BB (kg) : = 43 = 17,66 (kurus) TB (m) (1,56)2

Page 6: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Lokal :

Ekstra oral

Wajah depan :

Bentuk kepala : Dolicho / Meso /brachi Cephaly

Indeks bentuk kepala<74,975-79,9>80

Dolichocephalymesocephaly brachicephaly

Indeks kepala di ukur dengan rumus:

Bentuk muka : hipereuri/euri/meso/lepto/hiperlepto prosop

indeks Bentuk muka<79,980-84,985-89,990-94,9>95

Hiper euriprosopEuriprosopMesoprosopLeptoprosopHiperleptoprosop

Indeks muka:

`Simetri : Simetris

Pemeriksaan kesimetrisan wajah dilakukan dengan

membagi wajah menjadi dua bagian secara vertikal,

dengan titik acuan glabela, puncak hidung, dan

gnation, dimana pada pasien ini hasilnya sama besar

pada kedua sisi.

Tonus otot mastikasi : Normal / Hipertonus / Hipotonus

Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan kedua

telapak tangan di kedua pipi pasien, pasien

diinstruksikan untuk mengunyah dan

menggigit kuat-kuat, tidak dirasakan

Page 7: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

ketegangan otot pipi yang berlebihan serta

otot pipi tidak kendor.

Tonus otot bibir : Normal / Hipertonus / Hipotonus

Kaca mulut diletakkan di bibir bawah pasien, pasien

diinstruksikan menelan ludah. Tegangan otot

bibir  bawah tidak terlalu kencang dan tidak kendor,

hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat gangguan

tonus otot bibir.

Bibir posisi istirahat : Tertutup / Terbuka

Bibir atas dan bibir bawah menutup normal dan

tidak tampak dipaksakan (kompeten)

Wajah samping :

Profil : Cembung /lurus/cekung

Titik pertemuan lip contour atas dan lip contour

bawah berada segaris dengan glabela pogonion hal

ini membentuk profil wajah lurus.

Proporsi : Normal / Tidak Normal

Pemeriksaan proporsional wajah dilakukan dengan

membandingkan keharmonisan tinggi wajah

sepertiga bagian bawah yaitu subnasal-menton

dengan glabela-subnasal. Pada pasien sepertiga

wajah bawah sama besar dengan jarak glabela ke

subnasal.

Intra oral

Jaringan lunak

Gingiva : Normal / Abnormal

Tidak ada peradangan dan penyakit periodontal

Frenulum labii : Normal / Tinggi / Rendah

Perlekatan frenulum tidak terlalu tinggi dan tidak

terlalu rendah

Tonsil : Normal / Abnormal

Tidak ada peradangan dan pembengkakkan

Page 8: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Lidah : Normal / Abnormal

Tidak ada kelainan pada lidah pasien

Palatum : Normal / Rendah / Tinggi / Sempit / Lebar

Kedalaman palatum sedang (1/2 kaca mulut no.3)

Gigi – gigi

Pemeriksaan gigi :

Karies : 16, 17,26,27

Tumpatan : 36,37,46,47

Malposisi Gigi: RA :

11, 21 = mesiopalatotorsiversi

12 = distopalatotorsiversi

22 = labioversi

RB :

41 = distolinguotorsiversi

42 = mesiolinguotorsiversi

31,32,33 = mesiolinguotorsiversi

Rumus Gigi Geligi

V IV III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I I II III IV V

Keterangan : K : Karies R : Radiks T : Tambalan I : Inlay X : Telah Dicabut P : Persitensi Im : Impaksi J : Jaket O : Belum Erupsi Ag : Agenese B : Bridge En : Per Endodontik

Page 9: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Analisa fungsi

Penelanan : Normal / Abnormal

Ketika diinstruksikan menelan, bibir pasien tertutup dan

lidah tidak terlihat.

Bicara : Lidah normal / Lidah terletak diantara gigi

Ketika pasien diinstruksikan mengucapkan huruf s,t,l,n

lidah pasien berada dibelakang gigi.

Penutupan mulut: Normal / Bibir mengenai bagian palatinal gigi atas

Bibir atas dan bibir bawah bertemu dan menutup dengan

kontak ringan

Pernapasan : Mulut tertutup / Mulut terbuka

Letakkan kapas yang dibentuk seperti sayap kupu-kupu di

bawah hidung pasien. Pergerakan pada kapas menandakan

pasien bernapas melalui hidung dan kondisi mulut pasien

dalam keadaan tertutup.

Senyum : Gusi terlihat / Normal

Saat tersenyum, bibir menutupi dua pertiga panjang gigi

Kelainan TMJ :Tidak ada kelainan

Jempol operator ditempelkan pada kondilus ka-ki pasien,

pasien diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut

secara perlahan, kondilus pasien berputar simetris dan tidak

ada bunyi kliking pada TMJ.

Page 10: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

II. ANALISA

A. Analisa Fotografi

Simetris/Asimetris

Proporsi : normal

Garis orbita kanan kiri – garis mulut : Sejajar/Tidak sejajar

Profil : Lurus / Cembung /Cekung

B. Analisa Model

Rahang Atas

Arah sagital

Iklinasi gigi insisivus : 11, 21 = mesiopalatotorsiversi

12 = distopalatotorsiversi

22 = labioversi Pergeseran gigi posterior : -

Arah transversal : -

Arah vertikal

Infra versi : -

Supra versi : -

Rahang Bawah

Page 11: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Arah sagital

Iklinasi gigi insisivus :

41 = distolinguotorsiversi

42 = mesiolinguotorsiversi

31,32,33 = mesiolinguotorsiversi

Pergeseran gigi posterior : -

Kurva spee : Dalam / Normal

Arah transversal : -

Arah vertikal

Infra versi : -

Supra versi : -

Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm)

Rahang Atas Rahang Bawah

Gigi Kanan Kiri Normal ket Kanan Kiri Normal ket1 7,9 7,8 7.40 – 9.75 N 5 5 4.97 – 6.60 N

2 6,5 6,5 6.05 – 8.10 N 5,5 5,5 5.45 – 6.85 N

3 6,8 6,8 7.05 – 9.32 N 6,3 6,2 6.15 – 8.15 N

4 7,4 7,4 6.75 – 9.00 N 7,6 7,6 6.35 – 8.75 N

5 7,2 7,2 6.00 – 8.10 N 7 7 6.80 – 9.55 N

6 10,9 10,6 9.95 – 12.10 N 11 11 10.62 – 13.05 N

7 9,8 9,8 8.75 – 10.87 N 10 10 8.90 – 11.37 N

Kesimpulan : Ukuran lebar mesiodistal gigi-gigi (mm) rahang atas dan rahang bawah

berada dalam ukuran normal,

Model Dalam Keadaan Oklusi

Arah sagital

Overjet : : 1 mm, : 2,4 mm

Relasi kaninus : kanan : klas I kiri: klas I

Relasi M1 permanen : kanan : klas I kiri: klas I

Cross bite anterior : tidak ada

Arah transversal

Garis median : RA : normal

Page 12: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

RB : normal Crossbite posterior : -

Lain lain : -

Arah vertikal Overbite :

: 1,2 mm,

: 1,5 mm

Open bite :

Deep bite : -

C. Skema Gigi-gigi Dari arah Oklusal

Rahang atas

Rahang bawah

11, 21 = mesiopalatotorsiversi

12 = distopalatotorsiversi

22 = labioversi

Midline rahang atas normal

41 = distolinguotorsiversi

42 = mesiolinguotorsiversi

31,32,33= mesiolinguotorsiversi

Midline rahang bawah normal32

= mesioversi

Page 13: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Midline RA : normalRB : normal

D. Skema Gigi-gigi Dalam Keadaan Oklusi

Arah anterior

Arah Kanan

Arah Kiri

Relasi kaninus : Kiri kelas IRelasi molar : Kiri klas I

Relasi kaninus : Kanan klas I

Relasi molar : Kanan klas I

Overjet = 1 mm

Overbite = 1,2 mm

Page 14: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Overjet = 2,4 mm

Overbite = 1,5 mm

Relasi Molar Kiri klas 1

E. Analisa Ruang

Analisa ruang RA

Lengkung gigi 12 s/d 22 = 27,3 mm

Ukuran mesio distal gigi 12 + 11 + 21 + 22 = 28,7 mm

Selisih = -1,6 mm

Lengkung gigi 13 s/d1.5 = 21,2 mm

Ukuran mesio distal gigi 13 + 14 + 15 = 21,2 mm

selisih = 0 mm

Lengkung gigi 23 s/d 25 = 21 mm

Ukuran mesio distal gigi 23 + 24 + 25 = 20,9 mm

selisih = 0,1 mm

Analisa ruang RB

Lengkung gigi 42 s/d 32 = 19 mm

Ukuran mesio distal gigi 42 + 41 + 31 + 32 = 21 mm

Selisih = - 2 mm

Lengkung gigi 33 s/d 35 = 20 mm

Ukuran mesio distal gigi 33 + 34 + 35 = 20,7 mm

= -0,7 mm

Lengkung gigi 43 s/d 45 = 20,6 mm

Page 15: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Ukuran mesio distal gigi 43 + 44 +45 = 20,9 mm

Selisih = -0,3 mm

Metode Pont

Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : 28,7 mm Jarak P1- P1 Pengukuran : 36,3 mm Jarak P1- P1 Perhitungan : x 100 = 35,875 mm

Diskrepansi : 0,425 mm normal/kontraksi/distraksi

Jarak M1- M1 Pengukuran : 48 mm Jarak M1- M1 Penghitungan : x 100 = 46,84 mm

Diskrepansi : 1,16 mm normal/kontraksi/distraksi

Keterangan :

Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter P (metode pont) mengalami

distraksi 0,425

Pertumbuhan lengkung gigi pada regio inter M (metode pont) mengalami

distraksi 1,16

Metode Howes

Jumlah lebar mesiodistal MI – MI : 93,38 mm

Jarak inter Fossa Canina : 43,2 mm

Jarak inter premolar : 42,1 mm

Index Fossa canina = x 100%

= 46,26 %

Indeks interpremolar = x 100%

Page 16: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

= 45,08 %

Keterangan:

Indeks fosa canina > 44% dan indeks interpremolar > 43% artinya, lengkung

rahang mampu menampung gigi geligi dengan baik.

Metode korkhauss

Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : 28,7 mm

Tabel korkhauss : 16,9 mm

Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 16 mm

Selisih : 0,9 mm

Keterangan:

pertumbuhan dan perkembangan lengkung rahang ke arah anterior mengalami

retrusi sebesar 0,9 mm.

F. Analisa Rontgen foto

Panoramik / Okusal / Bite Wing

Keterangan :

1. Gigi 37,36,46,47 tumpatan amalgam

2. Tulang alveolar rahang atas dan rahang bawah normal

Page 17: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

III. Diagnosa Ortodonti

Maloklusi Angle klas I, disertai malrelasi:

Overjet = 2,4 mm,

= 1 mm

Overbite = 1,2 mm

= 1,4 mm

Open bite :

Malposisi gigi individual pada :

Rahang atas

11, 21 = mesiopalatotorsiversi

12 = distopalatotorsiversi

22 = labioversi

Rahang bawah

41 = distolinguotorsiversi

42 = mesiolinguotorsiversi

31,32,33 = mesiolinguotorsiversi

Page 18: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

IV. Determinasi Lengkung

Overjet mula-mula: 11/41 = 1 mm 21/31 = 2,4 mm

Protraksi gigi anterior RAgigi 11 dan 21= 1 mm

Protraksi gigi anterior RBgigi 31 = 1,4 mm

Overjet akhir: 11/41 = 2 mm

Page 19: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

21/31 = 2 mm

Rahang atas

Jumlah mesio-distal gigi rahang atas:

Kanan = 56,5 mm

Kiri = 56,1 mm

Panjang lengkung ideal:

Kanan = 55,5 mm

Kiri = 55,5 mm

Selisih/kekurangan ruang:

Kanan = 56,5-55,5 = 1 mm

Kiri = 56,1-55,5 = 0,6 mm

Rahang bawah

Jumlah mesio-distal gigi rahang bawah:

Kanan = 52,4 mm

Kiri = 52,3 mm

Panjang lengkung ideal:

Kanan = 51 mm

Kiri = 51 mm

Selisih/kekurangan ruang:

Kanan = 52,4-51 = 1,4 mm

Kiri = 52,3-51 = 1,3 mm

V. Etiologi

Adanya karies gigi sulung anterior.

VI. RENCANA PERAWATAN

Menggunakan alat ortodonti lepasan (removable)

1. Rahang Atas

Simple spring pada gigi 12

Double simple spring pada gigi 11 dan 21

Labial bow

Adam’s clasp pada gigi 16 dan 26

2. Rahang Bawah

Simple spring pada gigi 31, 32, 33

Double simple spring pada gigi 41 dan 42

Labial bow

Adam’s clasp pada gigi 36 dan 46

Tahap Perawatan

» Rahang atas

1. Pencarian Ruang

- Slicing/grinding gigi anterior

Page 20: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

2. Koreksi malposisi gigi individual dan koreksi malrelasi gigi menggunakan plat aktif

yang dilengkapi dengan :

a. Klamer adam, dibuat dari kawat 0,7 mm yang diletakkan pada gigi 6 dan 6

untuk keperluan retensi dan stabilitasi alat ketika mulut berfungsi.

b. Labial bow, dibuat dari kawat 0,7 mm dengan U loop pada gigi 4 dan 4

untuk menambah retensi dan stabilisasi serta utuk keperluan koreksi 2, 1, 1, 2

agar berada dalam lengkung ideal

c. Simple spring dibuat dari kawat 0,6 mm diletakkan pada gigi 12, dan double

simple spring pada gigi 11 dan 21 untuk mendorong ke labial

» Rahang Bawah

Koreksi malposisi individual dengan menggunakan plat aktif yang dilengkapi

dengan :

a. Klamer Adam, dibuat dari kawat 0,7 mm yang diletakkan pada gigi 6 dan 6

untuk keperluan retensi retensi dan stabilitas alat ketika mulut berfungsi.

b. Labial bow, dibuat dari kawat 0,7 mm dengan U loop pada 4 dan 4 untk

menambah retensi dan stabilisasi serta untuk keperluan koreksi 3,2, 1, 1, 2,3

agar berada dalam lengkung ideal

c. Simple spring, dibuat dari kawat 0,6 mm diletakkan pada gigi 31, 32, 33, dan

double simple spring pada gigi 41, dan 42 untuk mendorong ke labial

» Penyesuaian oklusi

Setelah tahap koreksi selesai dilakukan, perlu dilakukan pengecekan kontak oklusi

dengan articulating paper. Pasien diinstruksikan menggigit articulating paper dan

diminta melakukan gerakan pengunyahan. Bila terdapat area yang sangat biru,

mengidikasikan adanya traumatik oklusi pada area tersebut. Dilakukan koreksi

traumatik oklusi dengan melakukan grinding pada gigi (tonjol gigi) yang traumatik

oklusi. Kemudian pasien diminta lagi menggigit articulating paper dan melakukan

gerakan pengunyahan sampai area biru berwarna sama dengan area yang lain.

» Retainer

Gigi yang dilakukan selective grinding dihaluskan dan diberikan aplikasi flour

untuk mencegah terjadinya karies.

Pencegahan terhadap relapsnya perawatan dilakukan dengan cara tetap

menggunakan alat tetapi tidak dilakukan pengaktifan. Pada 3 bulan pertama

digunakan pada siang dan malam hari, saat tidur juga digunakan, dilepas hanya

ketika menggosok gigi dan sehabis makan. Kontrol setiap 3 bulan selanjutnya

Page 21: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

dilakukan untuk mengecek apakah alat terasa sesak, jika alat masih terasa sesak

maka pemakaian retainer terus dilanjutkan hingga retainer terasa longgar dan dapat

dilepas.

» Observasi

VII. SKETSA PESAWAT ORTODONTI

A. Rahang Atas keterangan

Simple spring pada gigi 12

Double simple spring pada

gigi 11 dan 12

Labial bow

Adam’s clasp pada gigi 16

dan 26

B. Rahang Bawah

Simple spring pada gigi 31,

32, 33

Double simple spring pada

gigi 41 dan 42

Labial bow

Page 22: Case Report Perawatan Orthodonsi Pasien

Adam’s clasp pada gigi 36

dan 46

VIII.PROGNOSIS

Baik / Buruk / Meragukan

Keterangan

Sikap pasien yang kooperatif terhadap perawatan yang dilakukan

Perawatan dilakukan atas kemauan dari diri pasien sendiri

Kebersihan mulut baik

Pasien tidak memiliki penyakit atau kelainan dentofasial yang dapat menghambat jalannya

perawatan orto.