case report najib ppt

Upload: rahma-lionita-lamandawati

Post on 01-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

saraf

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

CASE REPORTNAJIB ROFIIIdentitas PasienNama: Nn. NUmur: 19 tahunAlamat: Jaten KaranganyarAgama: IslamPekerjaan : PelajarMRS: 14 Juli 2015

AnamnesisKeluhan utama: Pasien mengeluh kejang-kejang pada saat sakit perutRiwayat Penyakit Sekarang: SMRS: Pasien mengeluh kejang-kejang saat sakit perut sehari hari sebelum masuk rumah sakit. HMRS : Pasien mengeluh kejang-kejang saat sakit perut. Kejang sering terjadi baik siang maupun malam. Kejang berlangsung kurang lebih 15 detik. Pada saat kejang perut spontan terangkat keatas dan tangan kuat menggenggam. mual (-), muntah (-), pusing (-),kelemahan pada ekstremitas (-), keringat dingin (-), BAK (+), BAB (+), flatus (+), nafsu makan baik (+), menggigil (-), sakit saat membungkukkan badan (+), nyeri torak (-), nyeri abdominal (+), penurunan berat badan (-), demam (-), kencing (dbn), keringat di malam hari (-), penggunaan obat melalaui jarum suntik (-), riwayat kanker (-), riwayat trauma hebat (-).Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit serupa (-)Riwayat trauma (-)Riwayat hipertensi (-)Riwayat DM (-)Riwayat penyakit keganasan (-)Riwayat epilepsi (-)Riwayat psikiatri (-)Riwayat Penyakit Keluarga:Riwayat penyakit serupa (-)Riwayat alergi (-)Riwayat hipertensi (-)Riwayat DM (-)

Anamnesis Sistem:Sistem serebrospinal: nyeri kepala (-), penurunan kesadaran (-), kejang (+)Sistem kardiovaskuler: nyeri dada (-), berdebar-debar (-)Sistem respirasi: sesak (-), batuk (-), pilek (-)Sistem gastrointestinal: mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (+)Sistem muskuloskeletal: nyeri menjalar (-) Sistem integumen: ruam (-), gatal (-)Sistem urogenital: disuria (-), poliuria (-)

Resume Anamnesis:Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke RSUD Karanganyar dengan mengeluh kejang-kejang saat sakit perut sehari SMRS. Kejang sering terjadi baik siang maupun malam. Pada saat kejang perut spontan terangkat keatas dan tangan kuat menggenggam. Kejang berlangsung kurang lebih 15 detik pusing (-), keringat dingin di malam hari (-), BAK (dbn), BAB (+), flatus (+), nafsu makan baik (+), penurunan berat badan (-), penggunaan obat suntik, demam (-), riw riwayat kanker (-), riwayat trauma atau cedera (-).Pemeriksaan FisikStatus GeneralisTD = 120/80mmHg, N = 82 x/menitRR = 20 x/menitS = 36,3CKeadaan Umum: cukupStatus gizi: baikKepala: bentuk dan ukuran normalMata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil (2mm/2mm), pupil (isokor, isokor)Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-/-), simetris, tekanan vena jugularis tidak terlihatParu-paru: Inspeksi: pengembangan paru simetri antara kanan dan kiri, tidak ada gerakan yang tertinggal, tidak ada retraksi, pernapasan spontan.Palpasi: fremitus kanan dan kiri sama, tidak ada gerakan yang tertinggal.Perkusi: sonor (+/+)Auskultasi: SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).Jantung:Inspeksi: tidak diperiksa.Palpasi: tidak diperiksa.Perkusi: tidak diperiksa.Auskultasi: bunyi jantung I dan II murni, reguler, bising (-), gallop (-), murmur (-)Abdomen:Inspeksi: darm contour (-), darm seiffung (-), simetri, tidak ada bekas luka.Auskultasi: peristaltik usus normal.Palpasi: nyeri tekan pada regio epigastrium (+), tidak ada pembesaran hepar dan lien.Perkusi: timpani di seluruh kuadran abdomen.Status NeurologikKesadaran: compos mentisKuantitatif: GCS (E4, V5, M6)Kualitatif: Tingkah laku: baikPerasaan hati: baikOrientasi: baik (tempat, waktu, orang, sekitar)Jalan pikiran: baikKecerdasan: cukupDaya ingat kejadian: baik (baru dan lama)Kemampuan bicara: normalSikap tubuh: normalCara berjalan: baikGerakan abnormal: tidak ada

Kepala:Bentuk: normochepalUkuran: normalSimetri: (+)Nyeri tekan: (-)Leher: Sikap: normalGerakan: bebasKaku kuduk: (-)Bentuk vertebra: normalNyeri tekan vertebra: (-)Pulsasi: normalBising karotis: (-/-)Bising subklavia: (-/-)Tes Brudzinki: (-)Tes Nafziger: (-)Tes Valsava: (-)

Pemeriksaan Penunjang

Resume PemeriksaanKU: cukupKesadaran: compos mentis (GCS: E4V5M6)Nn. Cranialis: normal (+/+)Tanda meningeal: (-)

DiagnosisDiagnosis klinis : seizures, epigastric painDiagnosis topis : Diagnosis etiologi :Tonic epilepsi Histeria konversi DyspepsiaTerapiMedikamentosa Infuse RL20tpmInj Pragesol 1 ampul /8jamInj Ranitidin 1amp /12jamInj omeprazole / 12 jamInj diazepam drip/24jam

PrognosaDeath: ad bonamDisease: dubia ad bonamDisability: ad bonamDiscomfort: ad bonamDisatisfication: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKAEpilepsi2.1. DEFINISIKejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.4Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya. 5Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang.5

EPIDEMIOLOGIEpilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum terjadi, sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di negara berkembang. Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di negara berkembang mencapai 100/100,000.7Di negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak mendapatkan pengobatan apapun.8 Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65 tahun (81/100.000 kasus). 9 Menurut Irawan Mangunatmadja dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta angka kejadian epilepsi pada anak cukup tinggi, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. 10

. ETIOLOGI Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% dari penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil

Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat. Misalnya : post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolik, malformasi otak kongenital, asphyxia neonatorum, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat), kelainan neurodegeneratif.

Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik

KlasifikasiKejang pada EpilepsiKlasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against Epilepsy (ILAE) 1981: 12I . Kejang Parsial (fokal)A. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)1. Dengan gejala motorik2. Dengan gejala sensorik3. Dengan gejala otonomik4. Dengan gejala psikik

B. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadarana. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaranb. Dengan automatisme2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejanga. Dengan gangguan kesadaran sajab. Dengan automatisme

C. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik)1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum 3.Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang menjadi kejang umum

II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)lena/ absensKejang-kejang ini memiliki dikarakteristikan oleh gerakan tubuh yang halus dan mencolok, dan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara singkat.mioklonikKejang-kejang ini biasanya menyebabkan hentakan atau kedutan secara tiba-tiba pada tangan dan kaki.TonikPeningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi Dapat menyebabkan henti nafas

atonikJuga dikenal dengan drop attack, kejang-kejang ini menyebabkan hilangnya keselarasan dengan otot-otot dan dengan tiba-tiba collapse dan terjatuh.klonikgerakan menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan, dan tungkai.tonik-klonikKejang-kejang yang memiliki intensitas yang paling sering terjadi. Memiliki karakteristik dengan hilangnya kesadaran, kaku dan gemetar, dan hilangnya kontrol terhadap kandung kemih.

PATOFISIOLOGIDasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat, norepinefrin dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.

Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.13

DIAGNOSISDiagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis. 151. AnamnesisAnamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan tertentu.Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:- Pola / bentuk serangan- Lama serangan- Gejala sebelum, selama dan paska serangan- Frekueensi serangan- Faktor pencetus- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang- Usia saat serangan terjadinya pertama- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

Pemeriksaan fisik umum dan neurologisMelihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.

Pemeriksaan penunjangElektro ensefalografi (EEG)Rekaman video EEGPemeriksaan Radiologis

TERAPIStatus epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun kematian . Definisi dari status epileptikus yaitu serangan lebih dari 30 menit, akan tetapi untuk penanganannya dilakukan bila sudah lebih dari 5-10 menit

Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien. Prinsip terapi farmakologi epilepsi yakni:OAE mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat minimal dua kali bangkitan dalam setahun, pasien dan keluarga telah mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan efek sampingnya.Terapi dimulai dengan monoterapiPemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat dalam plasma ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.Bila dengan pengguanaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.

Pemilihan OAE pada pasien anak berdasarkan bentuk bangkitan dan sindrom

Histeria KonversiHisteria adalah suatu kondisi dimana seseorang memindahkan penderitaan mentalnya pada suatu jenis penderitaan tubuh. Reaksi histeria adalah khas bagi kepribadian histerik yang mempunyai ciri narsistik (mencintai diri sendiri secara berlebihan), infantil (bertabiat kekanak-kanakan), suka bersandiwara (over acting), dan hiperaktif.EtiologiEtiologi dari Konversi Histerik belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya Konversi Histerik yaitu adanya gangguan gerakan voluntar / involuntar, gangguan sensorik, gangguan kesadaran dan gangguan susunan saraf autonom.EpidemiologiTerdapat perbedaan data epidemiologi dari beberapa negara, hal ini disebabkan oleh belum adanya keseragaman dalam pengertian dan konversi histerik bukan merupakan penyakit yang harus dilaporkan. Insidensi kejadian konversi histerik di berbagai negara bervariasi antara 0,2-0,7%, prevalensi antara 3-6 %.

Manifestasi Klinis :1.Nyeri HisterikNyeri histerik merupakan manifestasi konversi histerik yang sukar didiagnosa. Sifat non-organiknya tidak mudah dikenal. Banyak contoh dapat diberikan untuk menggambarkan bahwa nyeri histerik mudah dimengerti oleh dokter yang berpengalaman.Seorang histerik yang menyajikan nyeri konversi tidak dapat melukiskan apa yang dirasakannya secara singkat dan tepat. Sifat nyeri, lokasinya, gejala penyerta dan saat timbulnya diuraikan secara samar, dan tidak menyakinkan.

2.Defisit Sensorik HisterikManifestasi histerik yang berupa defisit sensorik, yang paling sering dijumpai, ialah parestesia dan anestesia. Defisit sensorik yang bersifat organik jarang sekali berupa anestesia total. Reflek tendon lutut dan achilles sering menurun dan kelemahan otot dorso-fleksor kaki.

3.Manifestai Viseral Vegetatif HisterikBerbagai macam manifestasi emosional yang wajar disertai gejala-gejala vaskular, sekretorik dan motorik viseral. Pada kasus konversi histerik gejala-gejala tersebut bangkit secara berlebihan, sehingga pertolongan dokter sering diperlukan. Adapun gejala viseral yang dimaksudkan ialah takhikardia, takhipne, batuk, disfagia, aerofagia, muntah, meteorismus, konstipasi, diare dan hiperhidrosis.

4.Paralis HisterikKelumpuhan histerik dapat menyerupai kelumpuhan flaksida atau spastika. Yang terkena kelumpuhan dapat setiap bagian tubuh, tetapi tidak pernah terjadi pada suatu otot tunggal. Kelumpuhan histerik banyak menyerupai kelumpuhan organik, tetapi pada penelitian tanda-tanda yang mencirikan setiap jenis kelumpuhan organik tidak ditemukan.

5.Serangan Pseudo-Epileptik Histerik

Serangan pseudo-epileptik histerik memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :a. Setiap kali mendapat serangan, penderita tidak pernah sendirian, tetapi selalu kalau ada orang, terutama yang terlibat dalam konflik emosionalnya.b. Penderita tidak pernah terluka akibat serangan epileptik histeriknya, lidah tidak pernah tergigit dan sebagainya.c. Gerakan yang timbul sewaktu serangan memperlihatkan pola voluntar.d. Serangan epileptik histerik tidak diawali oleh wajah yang pucat atau sianotik.

e. Serangan epileptik histerik tidak pernah menunjukkan adanya mulut yang berbusa atau timbulnya inkontinensia urina. ke atas atau ke samping atas pada awal serangan, tetapi ditutup keras. Bilamana dokter membuka kelopak matanya untuk pemeriksaan, secara kuat penderita menahannya.g. Setelah gerakan epileptik histerik berhenti, penderita berbaring dengan mata tertutup. Kesadarannya tidak terganggu, tetapi penderita bertingkah laku seolah-olah dalam koma. Pada kelopak mata yangf. Mata penderita epileptik histerik tidak melirik 6.Gangguan Pancaindra HisterikGangguan penglihatan histerik mudah dikenal, oleh karena pola organiknya tidak ada. Yang sering terjadi adalah buta dan tuli histerik. Buta histerik memperlihatkan refleks pupil yang normal. Pola hemianopia homonim atau heteronim tidak akan diperlihatkan oleh buta sesisi histerik.

PembahasanTerjadinya kejang ialah hentakan perut ke atas tiba-tiba, Dari kejang yang telah diamati, terjadinya kejang ialah hentakan perut ke atas tiba-tiba, disertai genggaman kuat dari tanganGerakan kejangnya volunterTidak mempunyai riwayat epilepsi sebelumnyaPemeriksaan Fisik:NT epigastrium (+)Status neurologis normalTonic Epilepsi