case report menometroragia
DESCRIPTION
laporan kasus menometroTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Menometroragia merupakan salah satu bentuk perdarahan uterus yang berlebihan dalam
jumlah dan lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode menstruasi maupun di antara
periode menstruasi. Menometroragia dapat disebabkan baik karena kelainan organik maupun
gangguan keseimbangan hormonal seperti perdarahan uterus disfungsional (PUD), yaitu
perdarahan uterus yang tidak teratur yang terjadi tanpa adanya kelainan organ pelvis atau
penyakit medis lain. Perdarahan yang terjadi bervariasi, dapat ringan atau berat, memanjang,
sering, ataupun tidak beraturan. Menometroragia dapat merupakan tanda dari beberapa gangguan
yang berbeda seperti ketidakseimbangan hormonal, endometriosis, tumor fibroid jinak di uterus,
dan kanker, namun jarang terjadi.1
Menometroragia memiliki prevalensi 11,4% sampai 13,2% dan meningkat tiap tahunnya.
Perdarahan uterus disfungsional sering terjadi pada usia reproduktif. Prevalensi tinggi pada
adolesen dan premenopause. Prevalensi perdarahan uterus disfungsional 5 % dari seluruh wanita
menstruasi dilaporkan Wren tahun 1998. Dari semua kasus ginekologi 15 – 20 % dengan
perdarahan uterus disfungsional , 11 % berusia < 20 tahun, 50 % antara 20 – 40 tahun dan 39 %
diatas 40 tahun. Penelitian WHO tahun 1998, mendapatkan wanita dengan keluhan menoragia
1.011 dari 5.322 ( 19 % ) berdasarkan survey yang dilakukan di 14 negara yang berbeda.2
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan menometroragia, diantaranya adalah
ketidakseimbangan hormonal, endometriosis, fibroid uterus, atau kanker. Namun,
menometroragia yang disebabkan oleh kanker jarang ditemukan. Pada wanita berusia di bawah
40 tahun, penyebab terseringnya adalah myoma uteri. Sedangkan menometroragia pada wanita
berusia di atas 40 tahun, penyebab terseringnya adalah polip endometrium. Menometroragia
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia.3
Menometroragia yang disebabkan oleh gangguan hormonal bisa terjadi pada siklus
anovulatorik; perdarahan jenis ini sering dijumpai pada masa reproduksi dan masa
perimenopause. Periode anovulasi biasa terjadi pada 2 atau 3 tahun setelah menars atau selama
beberapa tahun menjelang menopause. Lebih dari 80% siklus menstruasi adalah anovulasi
selama tahun pertama setelah menars. Serupa pada wanita menopause, terdapat 8 sampai 10
periode anovulasi dalam satu tahun. Wanita yang memakai kontrasepsi oral dan mereka yang
menggunakan terapi estrogen pengganti juga dapat memiliki siklus anovulasi. Stres dan penyakit
juga dapat menjadi pencetus anovulasi. Dasar Perdarahan pada keadaan ini adalah tidak adanya
ovulasi karena tidak terbentuk korpus luteum sehingga siklus ini dipengaruhi oleh keadaan
defisiensi progesteron dan kelebihan estrogen. Perdarahan yang terjadi dapat normal, sedikit atau
banyak dengan siklus yang teratur atau tidak teratur. Penyebabnya diduga adanya gangguan
regulasi sentral akibat adanya faktor psikis.1,2.4
Menometroragia dengan siklus anovulatorik umumnya tejadi karena abnormalitas endokrin.5
Insufisiensi perkembangan folikel menyebabkan terjadinya peningkatan progresif estrogen yang
diikuti dengan turunnya sekresi estrogen secara tiba-tiba karena umpan balik inhibisi dari
hipofise, sehingga proliferasi endometrium tidak diikuti proses iskemia. Dengan akibat,
pelepasan yang terjadi umumnya irregular, inkomplit dan berkepanjangan menyebabkan
perdarahan banyak. Siklus menjadi irregular. Pada thresthold bleeding, sekresi estrogen
meningkat tetapi titernya sekitar nilai ambang kritis, dibawah kadar yang dapat memelihara
endometrium. Sehingga terjadi perdarahan irregular dan asiklik.5,6 selain itu, folikel ovarium
persisten (metropatia hemoragik) menyebabkan peningkatan sekresi estrogen sangat lambat dan
umpan balik inhibisi hipofise tidak terjadi. Stimulasi endometrium yang lama oleh estrogen
menyebabkan hiperplasia yang berlangsung sampai estrogen turun atau bagian endometrium
yang sedang tumbuh tidak mendapat supply darah dan lepas. Siklus panjang dengan periode
amenore yang diikuti oleh pelepasan endometrium hiperplastik dan perdarahan banyak.
Pelepasan endometrium mungkin tidak komplit dengan akibat perdarahan terus dan asiklik.5,6
Mekanisme perdarahan uterus disfungsional anovulatorik umumnya bersifat sistemik.
Kelainan mekanisme hemostasis lokal terjadi sekunder karena tidak adanya produksi progesteron
dan berhubungan dengan biosintesa endotelin-1, prostaglandin dan substansi lain yang berperan
pada hemostasis endometrium. Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik terjadi karena
pengaruh endokrin terhadap kondisi endometrium, estrogen menyebabkan terjadinya hiperplasia
endometrium. Pada keadaan anovulasi dapat terjadi perdarahan eksesif, karena pada keadaan
tanpa pelepasan progesteron dan tidak terjadi deskuamasi periodik maka tebal endometrium
menjadi abnormal tanpa struktur penyangga yang kuat. Vaskularisasi jaringan meningkat,
kelenjar bertambah tanpa matriks penyokong stroma yang kuat. Jaringan ini fragil dan
permukaannya akan mudah lepas dan berdarah. Tidak terjadinya ovulasi menyebabkan
perdarahan yang tidak dapat diprediksi. 2,6
Menometroragia yang disebabkan oleh kelainan organ pelvis misalnya karena myoma uteri
terjadi karena myoma uteri memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibandingkan
myometrium normal, namun lebih sedikit dibandingkan dengan endometrium. Terdapat teori
yang mencoba menjelaskan mengapa myoma uteri dapa menyebabkan terjadinya
menometroragia. Teori stimulasi estrogen sebagai factor etiologi banyak dipergunakan
mengingat myoma uteri berkembang dengan cepat selama masa kehamilan, tidak pernah
ditemukan sebelum menarche, mengalami atrofi setelah menopause, dan hyperplasia
endometrium sering ditemukan bersamaan dengan mioma uteri.7
Dalam mendiagnosis menometroragia, dalam anamnesis perlu disingkirkan diagnosis
kehamilan, adanya penyakit lokal atau sistemik, penyebab aitrogenik perdarahan, termasuk perdarahan
sekunder akibat penggunaan kontrasepsi hormon steroid, terapi hormonal pengganti, atau pengobatan
hormon lainnya yang merupakan penyebab tersering. Kebanyakan pasien menometroragia adalah anak
remaja atau wanita berusia lebih dari 40 tahun. Pasien yang mengeluhkan haid tidak teratur sejak
menars biasanya ditemukan sindrome polikistik ovarium dengan atau tanpa hirsutisme,
hiperinsulinemia, dan obesitas. Pasien dengan kelainan enzim adrenal, hiperprolaktinemia, penyakit
tiroid, atau gangguan metabolik lainnya juga dapat menyebabkan perdarahan anovulasi.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan beberapa penyebab anatomis dan organis penyebab
perdarahan uterus abnormal. Pemeriksaan fisik yang lengkap dapat membantu menegakkan
diagnosis, terutama pada menometroragia yang disebabkan oleh myoma uteri.4,5 Pada
menometroragia yang disebabkan oleh myoma uteri, dari pemeriksaan abdomen, myoma uteri
dipalpasi sebagai tumor yang irregular, noduler, menonjol ke dinding anterior abdomen, dan
biasanya padat. Dari pemeriksaan pelvis , temuan yang paling sering adalah adanya pembesaran
uterus dimana ukuran uterus asimetris dan ireguler.6 Sedangkan pada menometroragia karena
gangguan hormonal, seperti perdarahan uterus disfungsional (PUD), maka perlu dievaluasi
adanya obesitas, tanda-tanda kelebihan androgen, pembesaran tiroid, galaktorea, penyempitan
lapangan pandang, ekimosis, purpura.
Pemeriksaan ginekologik dilakukan untuk menemukan adanya kelainan organik pada
genetalia seperti perlukaan genetalia, erosi/radang atau polipserviks, mioma uteri, dll.2 Adapun
beberapa kelainan organik dan kelainan medis yang menyebabkan menometroragia adalah
mioma submukosum, endometriosis, polip serviks, kanker endometrium, hiperplasia
endometrium, dan adneksitis. Kelainan medis yang sering adalah trombositopenia, gangguan
faktor pembekuan darah, penggunaan terapi sulih hormon (TSH), kontrasepsi hormonoal
maupun non hormonal, hipertensi, dan vitium kordis.6.8
Penggunaan alat bantu diagnostik dianjurkan pada kasus dengan kecurigaan adanya
kelainan organik yang kecil pada genetalia interna seringkali sulit dinilai, apalagi pada wanita
yang belum menikah meski dimana penilaian perektal lebih sulit. Pemeriksaan yang sering
dilakukan adalah laboratorium darah lengkap dan fungsi hemostatis, biopsi endometrium
(terutama pada wanita yang sudah menikah), ultrasonografi (USG), Tera radio imunologik (TRI)
atau radio imuno assay. Apabila dicurigai adanya kelainan medis dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium spesifik. Pada kelainan tiroid diperiksa kadar T3, T4 dan basal metabolisme rate
(BMR). Pada kelainan kelenjar adrenal dilakukan uji ACTH, 17-ketosteroid, testosteron,
DHEAS. Pada kelainan kelenjar pankreas dilakukan uji glukosa.2,6
LAPORAN KASUS
Seorang perempuan berusia 21 tahun, belum menikah, datang bersama dengan ibunya ke poliklinik obsgyn dengan keluhan utama menstruasi yang lama dengan volume darah yang banyak. Keluhan ini dirasakan sejak satu bulan yang lalu dimana terkadang darah yang keluar sangat banyak selama 5-6 hari lalu perdarahan berkurang dan hanya berupa flek selama 2-3 hari, kemudian pasien lagi mengalami perdarahan menstruasi yang banyak selama 6-7 hari. Saat perdarahan banyak terjadi, pasien mengaku mengganti pembalut sampai sebanyak 5-6 kali dalam sehari. Keluhan lainnya adalah perut bagian bawah terasa berat, mules, pusing, dan badannya lemas. Pasien menyangkal adanya gangguan pada buang air besar dan buang air kecil.
Riwayat Menstruasi
Menarche pada umur 13 tahun dengan siklus haid tidak teratur dengan siklus 28-30 hari, sekali
dapat haid lamanya 4-6 hari. Dengan volume darah menstruasi kurang lebih 80 cc per hari
diperkirakan dari jumlah pembalut yang digunakan dalam sehari. Hari pertama menstruasi terakhir
yaitu pada tanggal 9 Mei 2012
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.
Riwayat Persalinan
Pasien tidak pernah hamil
Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi
Riwayat Penyakit Dahulu/Riwayat Operasi
Penderita tidak ada riwayat penyakit DM, penyakit jantung, asma ataupun hipertensi dan alergi.
Selama memeriksakan kehamilannya di puskesmas dikatakan juga bahwa tekanan darahnya dalam
batas normal. Riwayat operasi juga tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit DM, penyakit jantung, asma, alergi dan
tekanan darah tinggi.
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita tinggal dengan orang tua dan adiknya, dimana kedua orang tuanya adalah pegawai
negeri sipil dan pendapatan dari orang tua cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
pendidikan pasien dan adiknya. Penderita tidak merokok atau minum alkohol.