case report limfedenitis

49
BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2016 UNIVERSITAS PATTIMURA TUMOR COLLI OLEH: AMRI AMROULLAH SALAMPESSY (2009-83-014) PEMBIMBING: dr. Ahmad Tuahuns, Sp.B DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH RSUD Dr. M. HAULUSSY FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2016

Upload: claudiakakisina

Post on 13-Jul-2016

34 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

laporan kasus

TRANSCRIPT

Page 1: case report limfedenitis

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2016

UNIVERSITAS PATTIMURA

TUMOR COLLI

OLEH:

AMRI AMROULLAH SALAMPESSY

(2009-83-014)

PEMBIMBING:

dr. Ahmad Tuahuns, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU BEDAH RSUD Dr. M. HAULUSSY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2016

Page 2: case report limfedenitis

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. Sri Rahayu

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Waimital

Tanggal MRS : 01/02/2016

Pukul : 15.05 WIT

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan pada leher depan sebelah kanan

Riwayat penyakit

sekarang

: Keluhan sudah dialami sejak 1 bulan SMRS.

Keluhan muncul tiba-tiba dan semakin hari

semakin membesar. Benjolan terasa nyeri, terutama

saat ditekan. Tidak ada nyeri saat menelan

makanan. Tidak ada benjolan yang muncul di

anggota tubuh lain. Demam ada saat pertama kali

muncul, tidak menggigil, namun saat ini tidak lagi.

Riwayat penyakit

dahulu

: -Belum pernah mengaami keluhan yang sama.

-DM (+) terkontrol, tapi pasien lupa nama obat

yang diminum.

-Pernah mengalami benjolan di payudara kiri saat 2

tahun yang lalu.

Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami

keluhan yang sama.

Riwayat pengobatan

Riwayat sosial

:

:

Pasien minum obat cefadroxyl 2x1 dan as.

Mefenamat 3x1.

Pasien berobat dengnan menggunakan

Page 3: case report limfedenitis

ekonomi JAMKESMAS. Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, N : 100 x/m regular kuat angkat, P : 24 x/m, S :

37,00C (per axiller)

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : Otore -/-

Hidung : Rinore -/-

Tenggorokan : Hiperemis (-)

Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)

Leher : teraba masa dengan ukuran ± p x l = 10 x 5 cm.

Dada : Normochest, pengembangan dada simetris kiri & kanan.

Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Inspeksi : Gerakan pernafasan kiri sama dengan kanan

Palpasi : fremitus vokal normal

Perkusi : sonor (+/+),

Auskultasi : vesikuler (+/+), Bunyi tambahan : rhonki -/-,

wheezing -/-

Abdomen : Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) 5x / menit

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Genitalia : tidak diperiksa.

Ekstremitas : Pitting udem (-), fraktur (-), akral hangat

Page 4: case report limfedenitis

IV. STATUS LOKALIS

Regio colli dextra:

Inspeksi : Tampak daerah hiperemis, tampak pembesaran pada regio colli dextra

dibandingkan dengan sinistra, tidak tampak jaringan parut, tidak ikut

bergerak saat pasien menelan, pasien tidak tampak sesak.

Palpasi : Teraba masa dengan ukuran p x l = 10 x 5 cm, berbatas tidak jelas,

konsistensi padat kenyal, permukaan rata/licin, bentuk bulat oval,

imobilisasi (-), myeri tekan (+)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium tanggal 2/3/2016

Darah Rutin :

HGB : 12,2 g/dL

HCT : 35,9 %

PLT : 343 x 103/ mm3

Page 5: case report limfedenitis

WBC : 7,9 x 103/mm3

Darah Kimia :

Ureum : 27 mg/dl

Creatinin : 0,5 mg/dl

Uric acid : 3,3 mg/dl

SGOT : 13 U/L

SGPT : 10 U/L

Bil. total : 0,3 mg/dl

Bil.

direct

: 0,1 mg/dl

Bil.

indirect

: 0,2 mg/dl

Albumin : 2,8 mg/dl

2. Hasil EKG

Kesan : Normal

3. Pemeriksaan patologi

FNAB (fine needle aspiration)

Keterangan Klinik : Tumor colli

Lesi/massa batas tidak jelas di region submandibular sampai

region colli dextra, hiperemis (+), nyeri tekan (+). Aspirat: cairan

kuning kecoklatan kental seperti pus.

Page 6: case report limfedenitis

Mikroskopik : Sediaan hapusan terdiri dari sebaran gambaran difus sel-sel

radang terutama netrofil, beberapa sel cystmakrofag dan sel plasma

diantara debris sel nekrotik. Tidak ditemukan sel-sel epitel maupun

sel maligna pada hapusan yang diperiksa.

Kesan : Peradangan supuratif

VI. DIAGNOSIS KERJA

-Tumor colli

VII. PLANNING

- IVFD RL 16 tpm

- Cefotaxim 2x1gr/IV (ST)

- Ketorolac 2x1 amp/IV

- Rencana eksisi tumor

Page 7: case report limfedenitis

TUMOR COLLI

1. ANATOMI LEHER

M.sternocleidomastoid membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar, yaitu :

1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari: 2

Tigonum sub mental

Trigonum digastrikus

Trigonum Karotis

Trigonum Muskulari

Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior:

symphisis mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum ini

tertutup oleh kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.

2. Trigonum colli posterior, yang terdiri dari :

Trigonum oksipitalis.

Page 8: case report limfedenitis

Trigonum supraklavikularis.

Batas-batas trigonum colli posterior, yaitu anterior: sisi posterior

m.sternocleidomastoideus, inferior : klavicula dan posterior: sisi anterior M. Trapezius.

Lantai dari trigonum tertutup oleh lapisan prevertebra yang terdiri dari semispinalis

capitis, levator scapula dan scalenus medius. Trigonum ini berisi a.subklavia, v.jugularis

eksterna, pleksus brakialis dan cabang-cabang pleksus servikalis.3

1.1 PERSARAFAN DAERAH LEHER

Terdapat 4 saraf superfisial yang berhubungan dengan tepi posterior

m.sternocleidomastoid. Saraf-saraf tersebut mempersarafi kulit di daerah yang bersangkutan.

Saraf superfisial yang dimaksud adalah : 2

1. N. Oksipitalis minor (C2)

2. N. Auricularis magnus (C2 dan C3)

3. N.Cutaneus anterior (cutaneus colli, C2 dan C3).

4. N.Supraklavikularis (C3 dan C4).

Keempat saraf ini berasal dari Nn Servikalis II, III dan IV dan terlindung di bawah otot.

Dalam perjalanan ekstra kranialnya, 4 nervi kranial terletak di daerah M. Digastricus.

Saraf-saraf cranial yang dimaksud:

1. N. Vagus, keluar melalui For. Jugularis, mensarafi : saluran pernafasan dan saluran

pencernaan .

2. N. Glossopharyngeus, keluar bersama N. Vagus , terletak diantara karotis interna dan

jugularis interna. Merupakan saraf motorik untuk M. Stylopharyngeus.

3. N. Asesorius, berasal dari cranial dan C5 atau C6. Merupakan motorik untuk M. SCM dan M.

Trapezius, sedangkan cabang cervicalnya merupakan sensorik.

4. N. Hypoglosus, keluar melalui cranial hypoglosus, merupakan motorik untuk lidah.

Page 9: case report limfedenitis

Gambar 2. Persarafan Leher

1.2 OTOT-OTOT LEHER BAGIAN DEPAN

Otot-otot di bagian ventral leher terdiri dari :2

1. M. Digastricus, terdiri dari venter anterior dan posterior. Berjalan dari os temporal ke arkus

mandibula, merupakan landmark yang penting di bagian atas leher. Kedua venternya

dipisahkan oleh tendon intermedius.

2. Mm infrahyoid, disebut juga sebagai STRAP muscles

Terdiri dari :

a. M. Sterno hyoid

Origo pada manubrium sterni dan berinsersi di os. hyoid. Dekat origo terpisah, makin ke

atas makin bersatu dan didekat insersi bergabung dengan M. Omohyoid.

b. M. Omohyoid

Terdiri dari 2 venter (superior dan inferior). Mulai dari skapula dan lig. supraskapula

berjalan ke atas dan berakhir sebagai tendo intermedius.

c. M. Sternothyroid

Merupakan landmark penting dalam pembedahan thyroid untuk menemukan cleavage

plane. Origo terletak di manubrium sterni dan berinsersi di lamina kartilago thyroid,

Page 10: case report limfedenitis

berjalan menutupi sebagian Gld. Thyroid. Kontraksinya menyebabkan laryng bergerak ke

bawah.

d. M. Thyrohyoid

Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi membrana thyrohyoid,

kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid difiksir oleh otot suprahyoid,

kontraksinya akan mengangkat laryng.

Jaringan di leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu:2

1. Fasia koli superfisialis membungkus: m. sternokleidomastoidues dan berlanjut ke garis

tengah leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain.

2. Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi yang lain di

garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis. Ke dorsal fasia

koli media membungkus a. karotis komunis, v. jugularis interna dan n. vagus menjadi satu.

3. Fasia koli profunda membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia koli

media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila terjadi infeksi

hubungan langsung ke mediastinum.

1.3 SISTEM LIMFE KEPALA-LEHER

Karena sebagian besar keganasaan di daerah kepala dan leher penyebaraan secara

limfogen.2.7

Gambar 3. Anatomi Sistem Limfe

Page 11: case report limfedenitis

L E T A K

KELENJAR LIMFE RADANG DAN KEGANASAAN PRIMER

Submental

Submandibuler

Servikal atas

Servikal tengah

Servikal bawah

Retroklavikula

Oksipital

Segitiga belakang

Bibir bawah, rongga mulut, kulit

Bibir bawah, rongga mulut, kulit, wajah

Rongga mulut, orofaring, hipofaring

Hipofaring, pangkal lidah, laring, tiroid

Hipofaring, tiroid, paru, saluran cerna (oesofagus,

lambung)

Paru, saluran cerna atas

Kulit, tenggorokan

Nasofaring, hipofaring, tiroid

1.4 VASKULARISASI DAERAH LEHER

Sirkulasi darah arteri

Aliran darah menuju kepala dibawa melalui arteri carotis dan arteri vertebralis. Arteri

vertebralis dalam rongga kepala bersatu membentuk arteri basilaris. Memberikan cabang-

cabangnya pada struktur intracranial, tidak ada cabang-cabang.2.3

A. carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna. A. carotis

interna memberikan darahnya pada bagian dalam tenggorokan dan sirkulus ini bervariasi dan

memberikan darahnya pada otak.

A. meningeal cabang a. carotis eksterna dan a. opthalmica cabang arteri carotis interna ini

tidak cukup memberikan darahnya untuk kebutuhan minimum dari otak. Oleh karena itu

kebutuhan darah otak akan di penuhi terutama oleh a. carotis interna dan disusul oleh a.

vertebralis.

A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan vicera dari kepala dan

leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose, sehingga dengan

mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah satu cabangnya.

Page 12: case report limfedenitis

Gambar 4. Vaskularisasi Arteri Leher

Sirkulasi darah vena2.3

Aliran darah balik dari kepala dan leher dialirkan melalui sistem jugularis (anterior,

eksterna, interna, posterior) dan beberapa plexus venosus (pterygoid, orbital, vertebral,

perilaryngeal, esophageal). Dari semua aliran darah balik ini v. jugularis internalah yang paling

penting. Pleksus brakialis terdiri dari dua sistem yang terpisah, yaitu bagian interna yang terdapat

antara duramater dan tulang, dan bagian exsterna yang mengelilingi lengkung vertebrae terletak

di dalam otot-otot leher dan punggung.

Page 13: case report limfedenitis

Gambar 6. Vaskularisasi Vena Leher

2. TUMOR REGIO COLLI

2.1 DEFINISI

Adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di segitiga anterior atau

posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada

bagian superior. Tumor leher dibagi atas tumor leher medial yang dapat bersifat solid dan kistik;

dan tumor leher lateral yang juga bersifat solid dan bersifat kistik.9

2.2 EPIDEMIOLOGI

Umumnya tumor primer dapat ditemukan kecuali pada 5-15% penderita. Umumnya dari

jumlah tersebut 60% diantaranya tumor primernya tidak pernah ditemukan. Dapat ditemukan

pada kira-kira 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di Amerika Serikat (dan sekitar 6%

dari semua populasi kanker dunia pada tahun 2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan

leher didiagnosis pada tahun 2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari

Page 14: case report limfedenitis

laki-laki = 3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan

hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.

2.3 ETIOLOGI

Divertikulum paten duktus tiroglosus9

Kelenjar tiroid berasal dari dasar faring pada foramen sekum selama masa

kehamilan empat minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat dengan

os. Hyoid. Divertikulum paten yang disebabkan oleh penurunan ini disebut duktus

tiroglosus. Jika semua atau sebagian dari duktus ini menetap, maka akan terbentuk kista-

kista atau sinus-sinus duktus tiroglosus.

Anomali celah brankial

Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa karilagenus, berasal dari penyatuaan

celah brankial yang tidak lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid,

sedangkan arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid, dan

aritenoid. Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan dengan meatus akustikus

eksternus berasal dari celah pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir depan m.

sternokleidomastoideus berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus piriformis

berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan. Sinus atau fistel

mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup sebagian. Sisanya akan

membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang.

Hemangioma dan malformasi vaskuler

Hemangioma mempunyai aktivitas mitosis yang meningkat dan keadaan demikian

dianggap sebagai neoplasma sejati. Malformasi vaskuler tidak seperti hemangioma,

mempunyai kecepatan penggantian sel endothelial yang normal. Lesi yang tinggi akibat

kelainan menyolok yang berhubungan dengan sistem arterial dan venousa dan dapat

menyebabkan masalah yang berbahaya dari adanya perdarahan masif, gagal jantung dan

kongestif curah tinggi, dan anemia hemolitik

Malformasi limfatik (higroma kistik)

Anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena

mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan

berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus

primitive telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka

Page 15: case report limfedenitis

timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini paling

sering terjadi didaerah leher, kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan

sublingualis di mulut

2.4 PATOLOGI

Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:9

1. Kelainan kongenital

Kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista dermoid.

2. Inflamasi atau peradangan

Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis)

atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit

garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai

perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis

infeksiosa.

3. Neoplasma

Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang terdapat

(terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari paraganglion

caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya

tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan

kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma

maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula tiroidea atau lebih

jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor

maligna sekunder di leher pada umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor

epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher

hanya terdapat didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor

primernya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.

Page 16: case report limfedenitis

2.5 KLASIFIKASI, MANIFESTASI KLINIS, PENATALAKSANAAN

Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line

mediana:9

1. Benjolan di lateral

a. Aneurisma subclavia

b. Iga servikal

c. Tumor badan karotis

d. Tumor clavikularis

e. Neurofibroma

f. Hygroma kistik

g. Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis

h. Kista branchiogenik

i. Tumor otot

j. Tumor strnomastoideus

k. Kantung faringeal

l. Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen

m. Lipoma subcutan, dan subfascia

n. Kista sebasea

o. Laringokel

2. Benjolan di Linea mediana

a. Lipoma

b. Kista sebasea

c. Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis

d. Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter

e. Kista thyroglossus

f. Dermoid sublingual

g. Bursa subhyoid

Setiap tumor di leher perlu di tentukan terlebih dahulu apakah berasal dari tiroid-

paratiroid atau struktur lain. Massa yang bukan berasal dari tiroid atau paratiroid dapat

disebabkan oleh radang dan/atau neoplasma struktur lain.

Page 17: case report limfedenitis

2

2.4

2.5.1 TUMOR LEHER MEDIAL KISTIK

1. KISTA DUKTUS TIROGLOSUS

Benjolan kista duktus tiroglosus terdapat di sekitar os. Hyoid, di garis tengah,

dan ikut bergerak waktu menelan atau pada penjuluran lidah.

Patofisiologi2

Duktus yang menandai jaringan bakal tiroid akan bermigrasi dari foramen

sekum di pangkal lidah ke daerah di ventral laring dan mengalami obliterasi.

Obliterasi yang tidak lengkap akan membentuk kista. Kista terletak di garis tengah, di

cranial atau kaudal dari os. Hyoid. Bila terletak di bagian depan tulang rawan dari os.

Hyoid mungkin tergeser sedikit ke paramedian. Jika di tarik kearah kaudal, umumnya

teraba atau terlihat sisa duktus berupa tali halus di subkutis.

Gejala Klinik

Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher, dapat di

atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa

tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas,

bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan

bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm,

kadang-kadang lebih besar.9 Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri. Pasien

mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya berwarna merah.9.2

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik; yang harus dipikirkan pada

setiap benjolan di garis tengah leher. dilakukan foto Rontgen.9

Tatalaksana

Kelainan ini ditangani dengan ekstripasi seluruh kista dan duktus. Biasanya os

hyoid harus dibelah dulu karena duktus sering menembus os. Hyoid. Kista harus

diekstripasi dengan seluruh sisa duktus sampai ke foramen sekum. Jika ada sisa

duktus tertinggal, akan terbentuk fistel di luka operasi setelah beberapa waktu.9

2. KISTA DERMOID

Page 18: case report limfedenitis

Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional

kulit. Di daerah leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di daerah kepala.

Kista ini umumnya kecil saja, dan biasanya terdapat di sekitar garis tengah. Kista

teraba kenyal, berisi cairan seperti minyak, dan mungkin mengandung unsur adneksa

kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari kulit di atasnya.9

Tatalaksana

Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.

3. KISTA SEBASEA/ ATEROMA

Merupakan kista kelenjar sebacea, terbentuk akibat sumbatan pada

muaranya. Oleh karena itu ateroma ditemukan di daerah yang mengandung banyak

kelenjar sebacea. Kadang terdapat multiple dalam berbagai ukuran. Produk kelenjar

sebacea, yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang lebih bulat, berbatas

tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada dermis diatasnya.

Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungtata. Isi kista

adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.9.3

Tatalaksana

Penanganan dari kista ini berupa eksisi. Patut diingat bahwa bila sebagian

dinding kista tertinggal pada eksisi, kista akan kambuh. Bila kista menjadi abses

karena infeksi sekunder, dilakukan incise dan penyinaran.9

2.5.2 TUMOR LEHER MEDIAL SOLID

Berasal dari sisa pembentukan tiroid yang tidak turun (tyroid ektopik), dimana

tiroid itu ada tapi tidak turun membentuk tulang rawan tiroid. Pada lobus piramidalis

mudah di diagnosis dengan penurunannya fungsi kedua lobus piramidalis. Kista ini

biasanya berbatas tegas dan tidak berisi cairan (padat).2

Tatalaksana

Kista ini tidak boleh di eksisi (operasi) sebab dapat terjadi hipotiroidisme. Bila

ditemukan kista seperti ini dapat di observasi terlebih dahulu, baru dapat dilakukan

eksisi.9

Page 19: case report limfedenitis

2.5.3 TUMOR LEHER LATERAL KISTIK

1. HYGROMA KISTIK

Higroma kistik dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan

dengan frekuensi yang sama. Kebanyakan higroma kistik terdapat didaerah leher.

Higroma kistik berasal dari system limf sehingga secara patologi-anatomi lebih tepat

disebut limfangioma kistik. etiologi biasanya disebabkan karena anyaman pembuluh

limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena mengalami dilatasi dan

bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan berkembang menjadi sakus

limfatikus. Pada embrio usia dua bulan, pembentukan sakus primitif telah sempurna.

Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka timbulah penimbunan

cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Kelainan ini dapat meluas ke

segala arah seperti ke jaringan sublingualis di mulut. Keluhan adalah adanya benjolan

di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini

berbentuk kistik, berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit,

dan sedikit melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di region trigonum

posterior koli. Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif tampak

terang sebagai jaringan diafan. Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi

suatu saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala gangguan

pernafasan akibat pendesakan saluran napas seperti trakea, orofaring, maupun

laring.9.2.3

Tatalaksana

Eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan dimaksudkan untuk

mengambil keseluruhan masa kista. Tetapi bila tumor besar dan telah menyusup ke

organ penting seperti trakea, esophagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total sulit

dikerjakan. Maka penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya

kista. Kemudian pasca bedah dilakukan infiltrasi bleomoson subkutan untuk

mencegah kekambuhan.

Page 20: case report limfedenitis

Gambar 7. Higroma kistik

2. LIMFADENITIS TBC

Bacteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil

mencapai kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan

membengkak, dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar

didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu

dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain

membentuk suatu massa. Bila mengenai kulit dapat meradang, merah, bengkak,

mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan seperti

keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi membiru, disertai sekret yang

jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut yang tipis

atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan mengeluarkan bahan seperti

keju lagi, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini disebut skrofuloderma.9.5

Tatalaksana

Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.

Gambar 8. Limfadenitis TB

Page 21: case report limfedenitis

2.5.4 TUMOR LEHER LATERAL SOLID

Dapat berasal dari otot, vascular dan Nn.ll

1. Otot

TORTIKOLIS

Terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan

traksi pada kepala untuk melahirkan anak dapat terjadi cedera m.

sternokleidomastoideus yang menimbulkan hematome sehingga terjadi pemendekan

otot akibat fibrosis. Dapat juga terjadi akibat tumor pada m.sternokleidomastoideus.

Gambaran klinik dapat dijumpai kepala yang miring karena m.

steronokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali yang kaku. Bila

dibiarkan maka akan menjadi asimetris, tulang belakang akan scoliosis untuk

mengimbangi miringnya vertebra secara servikalis, dan tengkorak pun akan

asimetris.5

Tatalaksana

Fisoterapi diberikan berupa masase disertai peregangan dengan harapan otot

dapat memanjang. Bila fisioterapi tidak berhasil dilakukan operasi untuk

memperpanjang m.sternokleidomastoid. fisoterapi diteruskan lagi pascabedah agar

tidak kambuh lagi.

Gambar 9. Tortikolis

2. Vascular

HEMANGIOMA

Di daerah leher, hemangioma biasanya berjenis kavernosa yang

merupakan benjolan lunak yang mengempis bila ditekan dan menggelembung

Page 22: case report limfedenitis

saat dilepaskan lagi. Tumor ini ditangani dengan ekstirpasi, bila besar perlu

persiapan berupa arterigrafi atau flebografi.9

Gambar 10. Hemangioma leher

2.5.5 NEOPLASMA

Neoplasma dapat juga jinak atau ganas, sedangkan yang ganas dapat primer atau

sekunder (metastatik). Masa tumor metastatik dapat dibedakan antara yang terletak di

daerah yang berasal dari supraklavikuler atau retrokalvikuler.9

1. NEOPLASMA PRIMER JINAK

Berbagai macam tumor jinak terdapat di laring, termasuk polip dan nodulus pita

suara. Tumor jinak yang paling banyak dijumpai ialah papiloma. Ini dapat terjadi

pada anak, penyanyi, dan pengajar karena salah guna suara. Biasanya kelainan yang

bertanda suara parau ini dapat regresi spontan setelah suara diistirahatkan atau

ditangani logopedi.

2. NEOPLASMA PRIMER GANAS (LIMFOMA MALIGNUM)

a. MORBUS HODGKIN

Morbus Hodgkin merupakan limfoma ganas yang bersifat sistemik dan

dapat muncul sebagai limfoma di leher. Kelenjar biasanya membesar, kenyal,

umumnya berpaket, dan tidak nyeri. Bisa ada gejala umum seperti rasa lelah dan

demam malam. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan patologi jaringan

melalui biopsi dan pemeriksan histolipatologik. Limfoma Non-Hodgkin (NHL)

Page 23: case report limfedenitis

adalah kelompok penyakit limfoma ganas yang heterogen yang juga mungkin

muncul pertama sebagai limfoma leher.

b. KARSINOMA KELENJAR TIROID

Karsinoma tiroid timbul dari sel folikel. Kebanyakan keganasan di

kelompokan sebagai jenis karsinoma tiroid berdefisiansi, yang menisfes sebagai

bentuk papiler, folikuler, atau campuran. Jenis keganasan tiroid yang lain adalah

karsinoma medularis yang berasal dari sel farafolikuler yang mengeluarakan

kalsitonin (APUO-oma). Karsinoma tiroid agak jarang di dapat yaitu sekitar 3-5%

dari semua tumor maligna. Karsinoma torid didapat pada segala usia dengan

puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun).

Insidens pada pria adalah sekitar 3/100.000/tahun dan wanita sekitar

8/100.000/tahun. Radiasi merupakan salah satu faktor resiko yang bermakna.

Bila radiasi tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 korelasinya kurang bermakna.9

Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia

prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, oesofagus, pembuluh

darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarnya

dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid

umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid. Tetapi lokasi dan

mungkin juga, jumlah kelenjar ini sering bervariasi.2

Embriologi

Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan.

Titik dari pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di pangkal

lidah. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi cincin trakea kedua

dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan ini terajdi pada garis

tengah. Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi duktus tiroglosus atau

lebih sering, menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara

fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intraneurin.2.3

Patologi

Adenokarsinoma Papilare

Page 24: case report limfedenitis

Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering

di temukan (50-60%). Kebanyakkan sudah disertai pembesaran kelenjar getah

bening pada waktu penderita pertama kali datang memeriksakan diri. Karsinoma

ini merupakan kersinoma tiroid yang paling kronik dan yang mempunyai

prongnosa paling baik diantara karsinoma tiroid yang lainnya. Faktor yang

mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis

histologik papilare, penyebaran limfogennya tidak terlalu mempengaruhi

prognosisnya. Faktor prognosis kurang baik dalah usia diatas 45 tahun dan serta

tumor tingkat T3 dan T4. Tumor ini jarang bermetastasis secara hematogen, tetapi

pada 10% kasus terdapat metastasis jauh. Pada anamnesis di temukan keluhan

tentang adanya benjolan pada leher bagian depan. Benjolan tesebut mungkin di

temukan secara kebetulan oleh penderita sendiri atau oleh orang lain. Kadang

terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian lateral, yaitu

penyebaran getah bening yang dahulu dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor

primer biasanya tidak dikeluhkan dan tidak dapat di temukan secara klinis. Bila

tumornya cukup besar, akan timbul keluhan karena desakan mekanik pada trakea

dan oesofagus, atau hanya timbul rasa mengganjal di leher. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan tumor biasanya dapat diraba dengan mudah, dan umumnya dapat

pula di lihat. Yang khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan

menelan.

Penanganan

Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena adenokarsinoma

pepilare pada umumnya tidak menyerap yodium. Pascatirodektomi total ternyata

yodium dapat ditangkap oleh sel anak sebar tumor papiler tertentu sehingga

pemberian pada keadaan itu yodium radioaktif bermanfaat. Radiasi ekstern dapat

diberikan bila tidak terdapat fasilitas radiasi intern. Metastasis ditanggulangi

secara ablasio radioaktif.

Page 25: case report limfedenitis

Adenokarsinoma folikuler

Adenokarsinoma folikuler meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan

didapat terutama pada wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter

besar di tulang seperti di tengkorak dan humerus, yang merupakan metastasis jauh

dari adenokarsinoma folikuler yang tidak di temukan karena kecil dan tidak

bergejala.

Penanganan

Dilakukan dengan cara tiroidektomi total. Karena sel karsinoma ini

menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila masih

ada tumor yang tersisa maupun yang terdapat metastasis, maka dilakukan

pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi ekstern untuk metastasis ternyata

memberi hasil yang cukup baik.

Adenokarsinoma meduler

Adenokarsinoma meduler meliputi 5-100% keganasan tiroid dan berasal

dari sel para folikuler, atau sel C yang memproduksitirokalsitonin. Kadang di

hasilkan pula CEA (carsino embryonic antiagen). Tumor adenokarsinoma

meduler berbatas tegas dan keras pada peraabaan. Tumor ini terutama terdapat

pada usia di atas 40 tahun tetapi juga di temukan pada usia yang lebih muda

bahkan pada anak, dan biasanya disertai gangguan endokrin lainnya. Pada

sindrom sipple (multiple endocrine neopleasia IIa/MEN IIa) ditemukan kombinasi

adenokarsinoma meduler, feokromositoma, dan hiperparatiroid, sedangkan pada

MEN IIb disertai feokromositoma dan neuroma submukosa. Bila di curigai

adanya adenokarsinoma meduler maka dilakukan pemeriksaan kadar kalsitonin

darah sebelum dan sesudah perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau

kalsium.

Page 26: case report limfedenitis

Tatalaksana

Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian yodium

radioaktif juga tidak akan memberi hasil karena tumor ini berasal dari sel C

sehingga tidak menangkap dan menyerap yodium.

Adenokarsinoma anaplastik

Adenokarsinoma anaplastik jarang ditemukan dibandingkan dengan

karsinoma berdeferensi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas, terdapat

terutama pada usia tua, dan lebih banyak pada wanita. Sebagian tumor terjadi

pada struma nodosa lama yang kemudian membesar dengan cepat. Tumor ini

sering disertai nyeri dan nyeri ahli ke daerah telinga dan suara serak karena

infiltrasi ke n. rekurens. biasanya waktu penderita datang sudah terjadi

penyusupan ke jaringan sekitarnya seperti laring, faring dan oesofagus sehingga

prognosisnya buruk. Pada anamnesis ditemukan struma yang telah di derita

cukup lama dan kemudian membesar dengan cepat. Bila disertai dengan suara

parau, harus dicurigai keras terdapatnya karsinoma anaplastik. Pemeriksaan

penunjang berupa foto roentgen toraks dan seluruh tulang tubuh dilakukan untuk

mencari metastasis ke organ tersebut. Prognosis tumor ini buruk dan penderita

biasanya meninggal dalam waktu enam bulan sampai satu tahun setelah diagnosis.

Tatalaksana

Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya

dapat dilakukan biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu-satunya

terapi yang bisa diberikan adalah radiasi ekstern.

Page 27: case report limfedenitis

Gambar 11. Karsinoma Tiroid

Keganasan lain

Limfoma malignum jarang dijumpai pada kelenjar tiroid yang timbul pada

wanita usia pertengahan sampai tua yang tampil dengan massa thyroidea kenyal

difus tak nyeri yang cepat membesar. Secara histology, biasanya lesi jenis sel

besar difus dan penyakit Hasimoto dapat ditemukan dalam latar belakang pada

lebih dari sepertiga pasien. Terapi terdiri dari tirodektomi dan radiasi.

Kelangsungan hidup lima tahun dapat lebih dari 80% sewaktu tumor terbatas pada

glandula thyroidea dan 40% bila penyakit ini juga ekstrathyroidea.

c. KARSINOMA KELENJAR PARATIROID

Embriologi dan anaomi

Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm kantong faring ketiga dan

keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari kantong faring keempat cenderung

untuk bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar

paratiroid atas. Kelenjar yang berasal dari kantong faring ketiga merupakan

kelenjar paratiroid pada kutub bawah tiroid, dan posisinya dapat bervariasi.

Kelenjar paratiroid ini bisa berkedudukan di posterolateral kutub bawah kelenjar

tiroid, atau di dalam timus, di mediastinum. Kadang kelenjar tiroid berada di

dalam kelenjar tiroid. Biasanya terdapat dua kelenjar pada tiap sisi, meskipun

jumlah kelenjar yang lebih banyak di temukan pada sekitar 15% populasi.

Kelenjar paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang lebih 3 X 3 X 2

mm, dengan berat keseluruhan sampai 100 mg.

Page 28: case report limfedenitis

Fisiologi

Kelenjar paratiroid mengelurakan hormone paratiorid (PTH). Sintesis PTH

dikendalikan oleh kadar kalsium di dalam plasma. Sintesis PTH di hambat apabila

kadar kalsium rendah dan juga kadar magnesium dalam plasma yang rendah. PTH

bekerja pada tiga sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsium, yaitu

ginjal, tulang dan usus. Di dalam ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium.

Di tulang PTH merangsang aktivitas osteoplastik sedangkan di usus PTH

meningkatkan absorpsi kalsium. Vitamin D berpengaruh besar dalam

metabolisme kalsium. Vitamin ini terdapat didalam diet normal dan disintesis di

kulit. Sinar ultraviolet menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya

mengalami hidroksilasi di dalam hati dan ginjal menjadi vitamin D3 (kasiterol),

fungsi utamanya adalah merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.

Patologi

Kelainan kelenjar paratiroid di tandai dengan peningkatan atau penurunan

fungsi. Hipoparatiroid dapat disebabkan oleh defisiensi PTH yang bersifat

autoimun, berkurangnya pembentukan PTH, atau ketidakmampuan jaringan untuk

bereaksi terhapadap PTH (Pseudo-HipoParatiroidisme). Yang paling sering

dijumpai ialah hipoparatiroidi iatrogenic sesudah tiroidektomi. Sekitar 85%

hiperparatiroid primer di sebabkan oleh adenoma tunggal salah satu kelenjar

paratiroid, Pada kasus selebihnya (15%), hyperplasia terdapat pada semua

kelenjar paratiroid. Sebagian kecil adalah adenoma multiple atau karsinoma

paratiorid. Gambaran klinik yang dapat dilihat adalah terdapatnya hiperkalsemia

asimtomatik. Bila ada gejalanya ini dapat berupa kelemahan, nyeri abdomen,

konstipasi, poliuria, kebingungaan, atau nyeri tulang. Kadang ditemukan penyulit

berupa batu ginjal dengan segala akibatnya.

2.6 DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING

1. Pemeriksaan fisik

A. Inspeksi

Adanya benjolan di leher depan atau lateral

Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea

Page 29: case report limfedenitis

B. Palpasi

Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan

ikut ke atas.

Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan

konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari

jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu

karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa

digerakkan dari dasarnya.

Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa

tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan

menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan

pada trakea.

Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara

lengkap.

Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,

sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.

2. Pemeriksaan penunjang

A. Laboratorium

Page 30: case report limfedenitis

Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.

Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar

kalsitonin dan vma.9.4

B. Radiologi4.5.6

Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique

dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada

tidaknya kalsifikasi.

Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya

metastase dan pendesakkan trakea.

Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya

infiltrasi ke esophagus.

Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda

metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk

mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai

sampai di mana metastase terjadi.

C. Ultrasonografi5

Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara

klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran

KGB. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik

serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan FNAB.

D. Scanning tiroid 5

Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning

ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar

tiroid.

E. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe5.6

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.

2.8 PROGNOSIS

Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak biasanya mencapai 100%,

dengan kemungkinan rekurensi yang tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak adekuat.

Untuk tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 70% hingga 90% untuk

Page 31: case report limfedenitis

tumor tahap dini, dan 20% hingga 30% untuk tumor tahap lanjut. Resiko rekurensi regional dan

daerah yang lebih adalah sekitar 15% hingga 20% dan sering terjadi pada kasus invasi

perineural.

Page 32: case report limfedenitis

DAFTAR PUSTAKA

1. George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese Buku Ajar

Penyakit THT. Alih bahasa oleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC

2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994

3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta.

4. Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran EGC.

Jakarta.

5. Doherty G M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.

6. Maran AGD. 1997. Benign Diseases of The Neck. Dalam : Scott-Brown's Otolaryngology.

6th ed. Oxford: Butterworth - Heinemann,

7. Horrowitz Z, Talmi YP, Hoffman HT, et al. 1998. Patterns of Metastases to the Upper

Jugular Lymph Nodes (the ”submuscular recess”). Head Neck

8. Robbins KT, Fried MP. 1990. Cervical Metastatic Squamous Carcinoma of Unknown or

Occult Primary Source. Head Neck

9. Utama HSY. 2012. Tumor colli/ benjolan leher, Diagnosa dan Penatalaksanaannya.

http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/06/tumor-pada-collileher-i.html (diakses tgl

15 juli 2013).

10. Aru Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi IV. Jakarta: IPD Press

11. Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar THT Edisi 6. Jakarta: UI Press

12. Theopilus B. dkk. 2008. Buku Ajar Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi FK Unhas

13. Wan Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi. Jakarta: UI Press

14. Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective treatment of

the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69: 615–19

15. Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck Surgery.

USA:Mc Graw Hill,2004