case report limfedenitis
DESCRIPTION
laporan kasusTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2016
UNIVERSITAS PATTIMURA
TUMOR COLLI
OLEH:
AMRI AMROULLAH SALAMPESSY
(2009-83-014)
PEMBIMBING:
dr. Ahmad Tuahuns, Sp.B
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH RSUD Dr. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Sri Rahayu
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Waimital
Tanggal MRS : 01/02/2016
Pukul : 15.05 WIT
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan pada leher depan sebelah kanan
Riwayat penyakit
sekarang
: Keluhan sudah dialami sejak 1 bulan SMRS.
Keluhan muncul tiba-tiba dan semakin hari
semakin membesar. Benjolan terasa nyeri, terutama
saat ditekan. Tidak ada nyeri saat menelan
makanan. Tidak ada benjolan yang muncul di
anggota tubuh lain. Demam ada saat pertama kali
muncul, tidak menggigil, namun saat ini tidak lagi.
Riwayat penyakit
dahulu
: -Belum pernah mengaami keluhan yang sama.
-DM (+) terkontrol, tapi pasien lupa nama obat
yang diminum.
-Pernah mengalami benjolan di payudara kiri saat 2
tahun yang lalu.
Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan yang sama.
Riwayat pengobatan
Riwayat sosial
:
:
Pasien minum obat cefadroxyl 2x1 dan as.
Mefenamat 3x1.
Pasien berobat dengnan menggunakan
ekonomi JAMKESMAS. Kesan ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD: 120/80 mmHg, N : 100 x/m regular kuat angkat, P : 24 x/m, S :
37,00C (per axiller)
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Otore -/-
Hidung : Rinore -/-
Tenggorokan : Hiperemis (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Leher : teraba masa dengan ukuran ± p x l = 10 x 5 cm.
Dada : Normochest, pengembangan dada simetris kiri & kanan.
Jantung : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Inspeksi : Gerakan pernafasan kiri sama dengan kanan
Palpasi : fremitus vokal normal
Perkusi : sonor (+/+),
Auskultasi : vesikuler (+/+), Bunyi tambahan : rhonki -/-,
wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) 5x / menit
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Genitalia : tidak diperiksa.
Ekstremitas : Pitting udem (-), fraktur (-), akral hangat
IV. STATUS LOKALIS
Regio colli dextra:
Inspeksi : Tampak daerah hiperemis, tampak pembesaran pada regio colli dextra
dibandingkan dengan sinistra, tidak tampak jaringan parut, tidak ikut
bergerak saat pasien menelan, pasien tidak tampak sesak.
Palpasi : Teraba masa dengan ukuran p x l = 10 x 5 cm, berbatas tidak jelas,
konsistensi padat kenyal, permukaan rata/licin, bentuk bulat oval,
imobilisasi (-), myeri tekan (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium tanggal 2/3/2016
Darah Rutin :
HGB : 12,2 g/dL
HCT : 35,9 %
PLT : 343 x 103/ mm3
WBC : 7,9 x 103/mm3
Darah Kimia :
Ureum : 27 mg/dl
Creatinin : 0,5 mg/dl
Uric acid : 3,3 mg/dl
SGOT : 13 U/L
SGPT : 10 U/L
Bil. total : 0,3 mg/dl
Bil.
direct
: 0,1 mg/dl
Bil.
indirect
: 0,2 mg/dl
Albumin : 2,8 mg/dl
2. Hasil EKG
Kesan : Normal
3. Pemeriksaan patologi
FNAB (fine needle aspiration)
Keterangan Klinik : Tumor colli
Lesi/massa batas tidak jelas di region submandibular sampai
region colli dextra, hiperemis (+), nyeri tekan (+). Aspirat: cairan
kuning kecoklatan kental seperti pus.
Mikroskopik : Sediaan hapusan terdiri dari sebaran gambaran difus sel-sel
radang terutama netrofil, beberapa sel cystmakrofag dan sel plasma
diantara debris sel nekrotik. Tidak ditemukan sel-sel epitel maupun
sel maligna pada hapusan yang diperiksa.
Kesan : Peradangan supuratif
VI. DIAGNOSIS KERJA
-Tumor colli
VII. PLANNING
- IVFD RL 16 tpm
- Cefotaxim 2x1gr/IV (ST)
- Ketorolac 2x1 amp/IV
- Rencana eksisi tumor
TUMOR COLLI
1. ANATOMI LEHER
M.sternocleidomastoid membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar, yaitu :
1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari: 2
Tigonum sub mental
Trigonum digastrikus
Trigonum Karotis
Trigonum Muskulari
Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior:
symphisis mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum ini
tertutup oleh kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.
2. Trigonum colli posterior, yang terdiri dari :
Trigonum oksipitalis.
Trigonum supraklavikularis.
Batas-batas trigonum colli posterior, yaitu anterior: sisi posterior
m.sternocleidomastoideus, inferior : klavicula dan posterior: sisi anterior M. Trapezius.
Lantai dari trigonum tertutup oleh lapisan prevertebra yang terdiri dari semispinalis
capitis, levator scapula dan scalenus medius. Trigonum ini berisi a.subklavia, v.jugularis
eksterna, pleksus brakialis dan cabang-cabang pleksus servikalis.3
1.1 PERSARAFAN DAERAH LEHER
Terdapat 4 saraf superfisial yang berhubungan dengan tepi posterior
m.sternocleidomastoid. Saraf-saraf tersebut mempersarafi kulit di daerah yang bersangkutan.
Saraf superfisial yang dimaksud adalah : 2
1. N. Oksipitalis minor (C2)
2. N. Auricularis magnus (C2 dan C3)
3. N.Cutaneus anterior (cutaneus colli, C2 dan C3).
4. N.Supraklavikularis (C3 dan C4).
Keempat saraf ini berasal dari Nn Servikalis II, III dan IV dan terlindung di bawah otot.
Dalam perjalanan ekstra kranialnya, 4 nervi kranial terletak di daerah M. Digastricus.
Saraf-saraf cranial yang dimaksud:
1. N. Vagus, keluar melalui For. Jugularis, mensarafi : saluran pernafasan dan saluran
pencernaan .
2. N. Glossopharyngeus, keluar bersama N. Vagus , terletak diantara karotis interna dan
jugularis interna. Merupakan saraf motorik untuk M. Stylopharyngeus.
3. N. Asesorius, berasal dari cranial dan C5 atau C6. Merupakan motorik untuk M. SCM dan M.
Trapezius, sedangkan cabang cervicalnya merupakan sensorik.
4. N. Hypoglosus, keluar melalui cranial hypoglosus, merupakan motorik untuk lidah.
Gambar 2. Persarafan Leher
1.2 OTOT-OTOT LEHER BAGIAN DEPAN
Otot-otot di bagian ventral leher terdiri dari :2
1. M. Digastricus, terdiri dari venter anterior dan posterior. Berjalan dari os temporal ke arkus
mandibula, merupakan landmark yang penting di bagian atas leher. Kedua venternya
dipisahkan oleh tendon intermedius.
2. Mm infrahyoid, disebut juga sebagai STRAP muscles
Terdiri dari :
a. M. Sterno hyoid
Origo pada manubrium sterni dan berinsersi di os. hyoid. Dekat origo terpisah, makin ke
atas makin bersatu dan didekat insersi bergabung dengan M. Omohyoid.
b. M. Omohyoid
Terdiri dari 2 venter (superior dan inferior). Mulai dari skapula dan lig. supraskapula
berjalan ke atas dan berakhir sebagai tendo intermedius.
c. M. Sternothyroid
Merupakan landmark penting dalam pembedahan thyroid untuk menemukan cleavage
plane. Origo terletak di manubrium sterni dan berinsersi di lamina kartilago thyroid,
berjalan menutupi sebagian Gld. Thyroid. Kontraksinya menyebabkan laryng bergerak ke
bawah.
d. M. Thyrohyoid
Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi membrana thyrohyoid,
kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid difiksir oleh otot suprahyoid,
kontraksinya akan mengangkat laryng.
Jaringan di leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu:2
1. Fasia koli superfisialis membungkus: m. sternokleidomastoidues dan berlanjut ke garis
tengah leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain.
2. Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi yang lain di
garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis. Ke dorsal fasia
koli media membungkus a. karotis komunis, v. jugularis interna dan n. vagus menjadi satu.
3. Fasia koli profunda membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia koli
media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila terjadi infeksi
hubungan langsung ke mediastinum.
1.3 SISTEM LIMFE KEPALA-LEHER
Karena sebagian besar keganasaan di daerah kepala dan leher penyebaraan secara
limfogen.2.7
Gambar 3. Anatomi Sistem Limfe
L E T A K
KELENJAR LIMFE RADANG DAN KEGANASAAN PRIMER
Submental
Submandibuler
Servikal atas
Servikal tengah
Servikal bawah
Retroklavikula
Oksipital
Segitiga belakang
Bibir bawah, rongga mulut, kulit
Bibir bawah, rongga mulut, kulit, wajah
Rongga mulut, orofaring, hipofaring
Hipofaring, pangkal lidah, laring, tiroid
Hipofaring, tiroid, paru, saluran cerna (oesofagus,
lambung)
Paru, saluran cerna atas
Kulit, tenggorokan
Nasofaring, hipofaring, tiroid
1.4 VASKULARISASI DAERAH LEHER
Sirkulasi darah arteri
Aliran darah menuju kepala dibawa melalui arteri carotis dan arteri vertebralis. Arteri
vertebralis dalam rongga kepala bersatu membentuk arteri basilaris. Memberikan cabang-
cabangnya pada struktur intracranial, tidak ada cabang-cabang.2.3
A. carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna. A. carotis
interna memberikan darahnya pada bagian dalam tenggorokan dan sirkulus ini bervariasi dan
memberikan darahnya pada otak.
A. meningeal cabang a. carotis eksterna dan a. opthalmica cabang arteri carotis interna ini
tidak cukup memberikan darahnya untuk kebutuhan minimum dari otak. Oleh karena itu
kebutuhan darah otak akan di penuhi terutama oleh a. carotis interna dan disusul oleh a.
vertebralis.
A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan vicera dari kepala dan
leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose, sehingga dengan
mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah satu cabangnya.
Gambar 4. Vaskularisasi Arteri Leher
Sirkulasi darah vena2.3
Aliran darah balik dari kepala dan leher dialirkan melalui sistem jugularis (anterior,
eksterna, interna, posterior) dan beberapa plexus venosus (pterygoid, orbital, vertebral,
perilaryngeal, esophageal). Dari semua aliran darah balik ini v. jugularis internalah yang paling
penting. Pleksus brakialis terdiri dari dua sistem yang terpisah, yaitu bagian interna yang terdapat
antara duramater dan tulang, dan bagian exsterna yang mengelilingi lengkung vertebrae terletak
di dalam otot-otot leher dan punggung.
Gambar 6. Vaskularisasi Vena Leher
2. TUMOR REGIO COLLI
2.1 DEFINISI
Adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di segitiga anterior atau
posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada
bagian superior. Tumor leher dibagi atas tumor leher medial yang dapat bersifat solid dan kistik;
dan tumor leher lateral yang juga bersifat solid dan bersifat kistik.9
2.2 EPIDEMIOLOGI
Umumnya tumor primer dapat ditemukan kecuali pada 5-15% penderita. Umumnya dari
jumlah tersebut 60% diantaranya tumor primernya tidak pernah ditemukan. Dapat ditemukan
pada kira-kira 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di Amerika Serikat (dan sekitar 6%
dari semua populasi kanker dunia pada tahun 2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan
leher didiagnosis pada tahun 2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari
laki-laki = 3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.
2.3 ETIOLOGI
Divertikulum paten duktus tiroglosus9
Kelenjar tiroid berasal dari dasar faring pada foramen sekum selama masa
kehamilan empat minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat dengan
os. Hyoid. Divertikulum paten yang disebabkan oleh penurunan ini disebut duktus
tiroglosus. Jika semua atau sebagian dari duktus ini menetap, maka akan terbentuk kista-
kista atau sinus-sinus duktus tiroglosus.
Anomali celah brankial
Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa karilagenus, berasal dari penyatuaan
celah brankial yang tidak lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid,
sedangkan arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid, dan
aritenoid. Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan dengan meatus akustikus
eksternus berasal dari celah pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir depan m.
sternokleidomastoideus berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus piriformis
berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan. Sinus atau fistel
mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup sebagian. Sisanya akan
membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang.
Hemangioma dan malformasi vaskuler
Hemangioma mempunyai aktivitas mitosis yang meningkat dan keadaan demikian
dianggap sebagai neoplasma sejati. Malformasi vaskuler tidak seperti hemangioma,
mempunyai kecepatan penggantian sel endothelial yang normal. Lesi yang tinggi akibat
kelainan menyolok yang berhubungan dengan sistem arterial dan venousa dan dapat
menyebabkan masalah yang berbahaya dari adanya perdarahan masif, gagal jantung dan
kongestif curah tinggi, dan anemia hemolitik
Malformasi limfatik (higroma kistik)
Anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena
mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan
berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus
primitive telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka
timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini paling
sering terjadi didaerah leher, kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan
sublingualis di mulut
2.4 PATOLOGI
Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:9
1. Kelainan kongenital
Kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista dermoid.
2. Inflamasi atau peradangan
Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis)
atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit
garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai
perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis
infeksiosa.
3. Neoplasma
Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang terdapat
(terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari paraganglion
caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna. Selanjutnya
tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma
maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula tiroidea atau lebih
jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor
maligna sekunder di leher pada umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor
epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher
hanya terdapat didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor
primernya terdapat ditempat lain di dalam tubuh.
2.5 KLASIFIKASI, MANIFESTASI KLINIS, PENATALAKSANAAN
Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line
mediana:9
1. Benjolan di lateral
a. Aneurisma subclavia
b. Iga servikal
c. Tumor badan karotis
d. Tumor clavikularis
e. Neurofibroma
f. Hygroma kistik
g. Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
h. Kista branchiogenik
i. Tumor otot
j. Tumor strnomastoideus
k. Kantung faringeal
l. Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen
m. Lipoma subcutan, dan subfascia
n. Kista sebasea
o. Laringokel
2. Benjolan di Linea mediana
a. Lipoma
b. Kista sebasea
c. Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
d. Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter
e. Kista thyroglossus
f. Dermoid sublingual
g. Bursa subhyoid
Setiap tumor di leher perlu di tentukan terlebih dahulu apakah berasal dari tiroid-
paratiroid atau struktur lain. Massa yang bukan berasal dari tiroid atau paratiroid dapat
disebabkan oleh radang dan/atau neoplasma struktur lain.
2
2.4
2.5.1 TUMOR LEHER MEDIAL KISTIK
1. KISTA DUKTUS TIROGLOSUS
Benjolan kista duktus tiroglosus terdapat di sekitar os. Hyoid, di garis tengah,
dan ikut bergerak waktu menelan atau pada penjuluran lidah.
Patofisiologi2
Duktus yang menandai jaringan bakal tiroid akan bermigrasi dari foramen
sekum di pangkal lidah ke daerah di ventral laring dan mengalami obliterasi.
Obliterasi yang tidak lengkap akan membentuk kista. Kista terletak di garis tengah, di
cranial atau kaudal dari os. Hyoid. Bila terletak di bagian depan tulang rawan dari os.
Hyoid mungkin tergeser sedikit ke paramedian. Jika di tarik kearah kaudal, umumnya
teraba atau terlihat sisa duktus berupa tali halus di subkutis.
Gejala Klinik
Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher, dapat di
atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa
tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas,
bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan
bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm,
kadang-kadang lebih besar.9 Bila terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri. Pasien
mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya berwarna merah.9.2
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik; yang harus dipikirkan pada
setiap benjolan di garis tengah leher. dilakukan foto Rontgen.9
Tatalaksana
Kelainan ini ditangani dengan ekstripasi seluruh kista dan duktus. Biasanya os
hyoid harus dibelah dulu karena duktus sering menembus os. Hyoid. Kista harus
diekstripasi dengan seluruh sisa duktus sampai ke foramen sekum. Jika ada sisa
duktus tertinggal, akan terbentuk fistel di luka operasi setelah beberapa waktu.9
2. KISTA DERMOID
Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional
kulit. Di daerah leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di daerah kepala.
Kista ini umumnya kecil saja, dan biasanya terdapat di sekitar garis tengah. Kista
teraba kenyal, berisi cairan seperti minyak, dan mungkin mengandung unsur adneksa
kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari kulit di atasnya.9
Tatalaksana
Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.
3. KISTA SEBASEA/ ATEROMA
Merupakan kista kelenjar sebacea, terbentuk akibat sumbatan pada
muaranya. Oleh karena itu ateroma ditemukan di daerah yang mengandung banyak
kelenjar sebacea. Kadang terdapat multiple dalam berbagai ukuran. Produk kelenjar
sebacea, yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang lebih bulat, berbatas
tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada dermis diatasnya.
Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang disebut pungtata. Isi kista
adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.9.3
Tatalaksana
Penanganan dari kista ini berupa eksisi. Patut diingat bahwa bila sebagian
dinding kista tertinggal pada eksisi, kista akan kambuh. Bila kista menjadi abses
karena infeksi sekunder, dilakukan incise dan penyinaran.9
2.5.2 TUMOR LEHER MEDIAL SOLID
Berasal dari sisa pembentukan tiroid yang tidak turun (tyroid ektopik), dimana
tiroid itu ada tapi tidak turun membentuk tulang rawan tiroid. Pada lobus piramidalis
mudah di diagnosis dengan penurunannya fungsi kedua lobus piramidalis. Kista ini
biasanya berbatas tegas dan tidak berisi cairan (padat).2
Tatalaksana
Kista ini tidak boleh di eksisi (operasi) sebab dapat terjadi hipotiroidisme. Bila
ditemukan kista seperti ini dapat di observasi terlebih dahulu, baru dapat dilakukan
eksisi.9
2.5.3 TUMOR LEHER LATERAL KISTIK
1. HYGROMA KISTIK
Higroma kistik dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan
dengan frekuensi yang sama. Kebanyakan higroma kistik terdapat didaerah leher.
Higroma kistik berasal dari system limf sehingga secara patologi-anatomi lebih tepat
disebut limfangioma kistik. etiologi biasanya disebabkan karena anyaman pembuluh
limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh vena mengalami dilatasi dan
bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan berkembang menjadi sakus
limfatikus. Pada embrio usia dua bulan, pembentukan sakus primitif telah sempurna.
Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka timbulah penimbunan
cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Kelainan ini dapat meluas ke
segala arah seperti ke jaringan sublingualis di mulut. Keluhan adalah adanya benjolan
di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini
berbentuk kistik, berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit,
dan sedikit melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di region trigonum
posterior koli. Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif tampak
terang sebagai jaringan diafan. Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi
suatu saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala gangguan
pernafasan akibat pendesakan saluran napas seperti trakea, orofaring, maupun
laring.9.2.3
Tatalaksana
Eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan dimaksudkan untuk
mengambil keseluruhan masa kista. Tetapi bila tumor besar dan telah menyusup ke
organ penting seperti trakea, esophagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total sulit
dikerjakan. Maka penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya
kista. Kemudian pasca bedah dilakukan infiltrasi bleomoson subkutan untuk
mencegah kekambuhan.
Gambar 7. Higroma kistik
2. LIMFADENITIS TBC
Bacteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil
mencapai kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan
membengkak, dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar
didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu
dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain
membentuk suatu massa. Bila mengenai kulit dapat meradang, merah, bengkak,
mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan seperti
keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi membiru, disertai sekret yang
jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut yang tipis
atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan mengeluarkan bahan seperti
keju lagi, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini disebut skrofuloderma.9.5
Tatalaksana
Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.
Gambar 8. Limfadenitis TB
2.5.4 TUMOR LEHER LATERAL SOLID
Dapat berasal dari otot, vascular dan Nn.ll
1. Otot
TORTIKOLIS
Terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan
traksi pada kepala untuk melahirkan anak dapat terjadi cedera m.
sternokleidomastoideus yang menimbulkan hematome sehingga terjadi pemendekan
otot akibat fibrosis. Dapat juga terjadi akibat tumor pada m.sternokleidomastoideus.
Gambaran klinik dapat dijumpai kepala yang miring karena m.
steronokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali yang kaku. Bila
dibiarkan maka akan menjadi asimetris, tulang belakang akan scoliosis untuk
mengimbangi miringnya vertebra secara servikalis, dan tengkorak pun akan
asimetris.5
Tatalaksana
Fisoterapi diberikan berupa masase disertai peregangan dengan harapan otot
dapat memanjang. Bila fisioterapi tidak berhasil dilakukan operasi untuk
memperpanjang m.sternokleidomastoid. fisoterapi diteruskan lagi pascabedah agar
tidak kambuh lagi.
Gambar 9. Tortikolis
2. Vascular
HEMANGIOMA
Di daerah leher, hemangioma biasanya berjenis kavernosa yang
merupakan benjolan lunak yang mengempis bila ditekan dan menggelembung
saat dilepaskan lagi. Tumor ini ditangani dengan ekstirpasi, bila besar perlu
persiapan berupa arterigrafi atau flebografi.9
Gambar 10. Hemangioma leher
2.5.5 NEOPLASMA
Neoplasma dapat juga jinak atau ganas, sedangkan yang ganas dapat primer atau
sekunder (metastatik). Masa tumor metastatik dapat dibedakan antara yang terletak di
daerah yang berasal dari supraklavikuler atau retrokalvikuler.9
1. NEOPLASMA PRIMER JINAK
Berbagai macam tumor jinak terdapat di laring, termasuk polip dan nodulus pita
suara. Tumor jinak yang paling banyak dijumpai ialah papiloma. Ini dapat terjadi
pada anak, penyanyi, dan pengajar karena salah guna suara. Biasanya kelainan yang
bertanda suara parau ini dapat regresi spontan setelah suara diistirahatkan atau
ditangani logopedi.
2. NEOPLASMA PRIMER GANAS (LIMFOMA MALIGNUM)
a. MORBUS HODGKIN
Morbus Hodgkin merupakan limfoma ganas yang bersifat sistemik dan
dapat muncul sebagai limfoma di leher. Kelenjar biasanya membesar, kenyal,
umumnya berpaket, dan tidak nyeri. Bisa ada gejala umum seperti rasa lelah dan
demam malam. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan patologi jaringan
melalui biopsi dan pemeriksan histolipatologik. Limfoma Non-Hodgkin (NHL)
adalah kelompok penyakit limfoma ganas yang heterogen yang juga mungkin
muncul pertama sebagai limfoma leher.
b. KARSINOMA KELENJAR TIROID
Karsinoma tiroid timbul dari sel folikel. Kebanyakan keganasan di
kelompokan sebagai jenis karsinoma tiroid berdefisiansi, yang menisfes sebagai
bentuk papiler, folikuler, atau campuran. Jenis keganasan tiroid yang lain adalah
karsinoma medularis yang berasal dari sel farafolikuler yang mengeluarakan
kalsitonin (APUO-oma). Karsinoma tiroid agak jarang di dapat yaitu sekitar 3-5%
dari semua tumor maligna. Karsinoma torid didapat pada segala usia dengan
puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun).
Insidens pada pria adalah sekitar 3/100.000/tahun dan wanita sekitar
8/100.000/tahun. Radiasi merupakan salah satu faktor resiko yang bermakna.
Bila radiasi tersebut terjadi pada usia lebih dari 20 korelasinya kurang bermakna.9
Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, oesofagus, pembuluh
darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarnya
dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid
umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid. Tetapi lokasi dan
mungkin juga, jumlah kelenjar ini sering bervariasi.2
Embriologi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan.
Titik dari pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di pangkal
lidah. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi cincin trakea kedua
dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan ini terajdi pada garis
tengah. Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi duktus tiroglosus atau
lebih sering, menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara
fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intraneurin.2.3
Patologi
Adenokarsinoma Papilare
Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid yang paling sering
di temukan (50-60%). Kebanyakkan sudah disertai pembesaran kelenjar getah
bening pada waktu penderita pertama kali datang memeriksakan diri. Karsinoma
ini merupakan kersinoma tiroid yang paling kronik dan yang mempunyai
prongnosa paling baik diantara karsinoma tiroid yang lainnya. Faktor yang
mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun, wanita dan jenis
histologik papilare, penyebaran limfogennya tidak terlalu mempengaruhi
prognosisnya. Faktor prognosis kurang baik dalah usia diatas 45 tahun dan serta
tumor tingkat T3 dan T4. Tumor ini jarang bermetastasis secara hematogen, tetapi
pada 10% kasus terdapat metastasis jauh. Pada anamnesis di temukan keluhan
tentang adanya benjolan pada leher bagian depan. Benjolan tesebut mungkin di
temukan secara kebetulan oleh penderita sendiri atau oleh orang lain. Kadang
terdapat pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian lateral, yaitu
penyebaran getah bening yang dahulu dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor
primer biasanya tidak dikeluhkan dan tidak dapat di temukan secara klinis. Bila
tumornya cukup besar, akan timbul keluhan karena desakan mekanik pada trakea
dan oesofagus, atau hanya timbul rasa mengganjal di leher. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tumor biasanya dapat diraba dengan mudah, dan umumnya dapat
pula di lihat. Yang khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan
menelan.
Penanganan
Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena adenokarsinoma
pepilare pada umumnya tidak menyerap yodium. Pascatirodektomi total ternyata
yodium dapat ditangkap oleh sel anak sebar tumor papiler tertentu sehingga
pemberian pada keadaan itu yodium radioaktif bermanfaat. Radiasi ekstern dapat
diberikan bila tidak terdapat fasilitas radiasi intern. Metastasis ditanggulangi
secara ablasio radioaktif.
Adenokarsinoma folikuler
Adenokarsinoma folikuler meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan
didapat terutama pada wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter
besar di tulang seperti di tengkorak dan humerus, yang merupakan metastasis jauh
dari adenokarsinoma folikuler yang tidak di temukan karena kecil dan tidak
bergejala.
Penanganan
Dilakukan dengan cara tiroidektomi total. Karena sel karsinoma ini
menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila masih
ada tumor yang tersisa maupun yang terdapat metastasis, maka dilakukan
pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi ekstern untuk metastasis ternyata
memberi hasil yang cukup baik.
Adenokarsinoma meduler
Adenokarsinoma meduler meliputi 5-100% keganasan tiroid dan berasal
dari sel para folikuler, atau sel C yang memproduksitirokalsitonin. Kadang di
hasilkan pula CEA (carsino embryonic antiagen). Tumor adenokarsinoma
meduler berbatas tegas dan keras pada peraabaan. Tumor ini terutama terdapat
pada usia di atas 40 tahun tetapi juga di temukan pada usia yang lebih muda
bahkan pada anak, dan biasanya disertai gangguan endokrin lainnya. Pada
sindrom sipple (multiple endocrine neopleasia IIa/MEN IIa) ditemukan kombinasi
adenokarsinoma meduler, feokromositoma, dan hiperparatiroid, sedangkan pada
MEN IIb disertai feokromositoma dan neuroma submukosa. Bila di curigai
adanya adenokarsinoma meduler maka dilakukan pemeriksaan kadar kalsitonin
darah sebelum dan sesudah perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau
kalsium.
Tatalaksana
Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian yodium
radioaktif juga tidak akan memberi hasil karena tumor ini berasal dari sel C
sehingga tidak menangkap dan menyerap yodium.
Adenokarsinoma anaplastik
Adenokarsinoma anaplastik jarang ditemukan dibandingkan dengan
karsinoma berdeferensi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas, terdapat
terutama pada usia tua, dan lebih banyak pada wanita. Sebagian tumor terjadi
pada struma nodosa lama yang kemudian membesar dengan cepat. Tumor ini
sering disertai nyeri dan nyeri ahli ke daerah telinga dan suara serak karena
infiltrasi ke n. rekurens. biasanya waktu penderita datang sudah terjadi
penyusupan ke jaringan sekitarnya seperti laring, faring dan oesofagus sehingga
prognosisnya buruk. Pada anamnesis ditemukan struma yang telah di derita
cukup lama dan kemudian membesar dengan cepat. Bila disertai dengan suara
parau, harus dicurigai keras terdapatnya karsinoma anaplastik. Pemeriksaan
penunjang berupa foto roentgen toraks dan seluruh tulang tubuh dilakukan untuk
mencari metastasis ke organ tersebut. Prognosis tumor ini buruk dan penderita
biasanya meninggal dalam waktu enam bulan sampai satu tahun setelah diagnosis.
Tatalaksana
Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya
dapat dilakukan biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu-satunya
terapi yang bisa diberikan adalah radiasi ekstern.
Gambar 11. Karsinoma Tiroid
Keganasan lain
Limfoma malignum jarang dijumpai pada kelenjar tiroid yang timbul pada
wanita usia pertengahan sampai tua yang tampil dengan massa thyroidea kenyal
difus tak nyeri yang cepat membesar. Secara histology, biasanya lesi jenis sel
besar difus dan penyakit Hasimoto dapat ditemukan dalam latar belakang pada
lebih dari sepertiga pasien. Terapi terdiri dari tirodektomi dan radiasi.
Kelangsungan hidup lima tahun dapat lebih dari 80% sewaktu tumor terbatas pada
glandula thyroidea dan 40% bila penyakit ini juga ekstrathyroidea.
c. KARSINOMA KELENJAR PARATIROID
Embriologi dan anaomi
Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm kantong faring ketiga dan
keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari kantong faring keempat cenderung
untuk bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar
paratiroid atas. Kelenjar yang berasal dari kantong faring ketiga merupakan
kelenjar paratiroid pada kutub bawah tiroid, dan posisinya dapat bervariasi.
Kelenjar paratiroid ini bisa berkedudukan di posterolateral kutub bawah kelenjar
tiroid, atau di dalam timus, di mediastinum. Kadang kelenjar tiroid berada di
dalam kelenjar tiroid. Biasanya terdapat dua kelenjar pada tiap sisi, meskipun
jumlah kelenjar yang lebih banyak di temukan pada sekitar 15% populasi.
Kelenjar paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang lebih 3 X 3 X 2
mm, dengan berat keseluruhan sampai 100 mg.
Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengelurakan hormone paratiorid (PTH). Sintesis PTH
dikendalikan oleh kadar kalsium di dalam plasma. Sintesis PTH di hambat apabila
kadar kalsium rendah dan juga kadar magnesium dalam plasma yang rendah. PTH
bekerja pada tiga sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsium, yaitu
ginjal, tulang dan usus. Di dalam ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium.
Di tulang PTH merangsang aktivitas osteoplastik sedangkan di usus PTH
meningkatkan absorpsi kalsium. Vitamin D berpengaruh besar dalam
metabolisme kalsium. Vitamin ini terdapat didalam diet normal dan disintesis di
kulit. Sinar ultraviolet menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya
mengalami hidroksilasi di dalam hati dan ginjal menjadi vitamin D3 (kasiterol),
fungsi utamanya adalah merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.
Patologi
Kelainan kelenjar paratiroid di tandai dengan peningkatan atau penurunan
fungsi. Hipoparatiroid dapat disebabkan oleh defisiensi PTH yang bersifat
autoimun, berkurangnya pembentukan PTH, atau ketidakmampuan jaringan untuk
bereaksi terhapadap PTH (Pseudo-HipoParatiroidisme). Yang paling sering
dijumpai ialah hipoparatiroidi iatrogenic sesudah tiroidektomi. Sekitar 85%
hiperparatiroid primer di sebabkan oleh adenoma tunggal salah satu kelenjar
paratiroid, Pada kasus selebihnya (15%), hyperplasia terdapat pada semua
kelenjar paratiroid. Sebagian kecil adalah adenoma multiple atau karsinoma
paratiorid. Gambaran klinik yang dapat dilihat adalah terdapatnya hiperkalsemia
asimtomatik. Bila ada gejalanya ini dapat berupa kelemahan, nyeri abdomen,
konstipasi, poliuria, kebingungaan, atau nyeri tulang. Kadang ditemukan penyulit
berupa batu ginjal dengan segala akibatnya.
2.6 DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING
1. Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
Adanya benjolan di leher depan atau lateral
Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
B. Palpasi
Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan
ikut ke atas.
Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan
konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari
jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu
karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa
digerakkan dari dasarnya.
Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa
tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan
menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan
pada trakea.
Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara
lengkap.
Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,
sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.
2. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar
kalsitonin dan vma.9.4
B. Radiologi4.5.6
Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada
tidaknya kalsifikasi.
Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk
mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai
sampai di mana metastase terjadi.
C. Ultrasonografi5
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran
KGB. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik
serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan FNAB.
D. Scanning tiroid 5
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning
ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar
tiroid.
E. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe5.6
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
2.8 PROGNOSIS
Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak biasanya mencapai 100%,
dengan kemungkinan rekurensi yang tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak adekuat.
Untuk tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 70% hingga 90% untuk
tumor tahap dini, dan 20% hingga 30% untuk tumor tahap lanjut. Resiko rekurensi regional dan
daerah yang lebih adalah sekitar 15% hingga 20% dan sering terjadi pada kasus invasi
perineural.
DAFTAR PUSTAKA
1. George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese Buku Ajar
Penyakit THT. Alih bahasa oleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC
2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994
3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
4. Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
5. Doherty G M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.
6. Maran AGD. 1997. Benign Diseases of The Neck. Dalam : Scott-Brown's Otolaryngology.
6th ed. Oxford: Butterworth - Heinemann,
7. Horrowitz Z, Talmi YP, Hoffman HT, et al. 1998. Patterns of Metastases to the Upper
Jugular Lymph Nodes (the ”submuscular recess”). Head Neck
8. Robbins KT, Fried MP. 1990. Cervical Metastatic Squamous Carcinoma of Unknown or
Occult Primary Source. Head Neck
9. Utama HSY. 2012. Tumor colli/ benjolan leher, Diagnosa dan Penatalaksanaannya.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/06/tumor-pada-collileher-i.html (diakses tgl
15 juli 2013).
10. Aru Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi IV. Jakarta: IPD Press
11. Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar THT Edisi 6. Jakarta: UI Press
12. Theopilus B. dkk. 2008. Buku Ajar Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi FK Unhas
13. Wan Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi. Jakarta: UI Press
14. Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective treatment of
the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69: 615–19
15. Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck Surgery.
USA:Mc Graw Hill,2004