case report kami
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
LAPORAN KASUS
Stroke Perdarahan Intraserebral
DISUSUN OLEH:
Buti Ariani Ar NurCientia ErmanIlmina IstiqnaJuan CiptaYustiana DewiPEMBIMBING :
Dr. Bertha Saulina Sp.SBAGIAN/ SMF NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITS YARSI
2012BAB I
IDENTITAS PASIENNama
: Ny. ImikUmur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan Agama
: IslamAlamat
: BanjaranPekerjaan
: Ibu rumah tanggaPendidikan
: SMATanggal Masuk : 28 Februari 2012Tanggal Periksa: 29 Februari 2012ANAMNESA (alloanamnesa)A. Keluhan Utama
Penurunan kesadaranB. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan penurunan kesadaran sejak 4 jam SMRS mendadak saat sedang berjalan setelah shalat subuh. Saat dipanggil, pasien hanya dapat membuka mata saja. Penurunan kesadaran disertai kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Bicara rero diakui keluarga sejak 2 hari SMRS. Mulut mencong disangkal. Nyeri kepala diakui, muntah sebanyak 1x tidak menyemprot tidak didahului oleh mual. Kejang disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Soreang oleh keluarga. Riwayat trauma disangkal. Riwayat panas badan, batuk lama, keluar cairan dari telinga disangkalC. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HT diakui sejak 2 tahun yang lalu tidak terkontrol.
Riwayat DM, riwayat penyakit jantung, dan riwayat stroke sebelumnya disangkal. D. Riwayat Penyakit Keluarga
Bapak pasien memiliki riwayat penyakit strokePEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan umum
Keadaan umum: Tampak gelisahKesadaran
: SomnolenTekanan darah: 180/100 mmHg
Nadi
: 86x/menit regulerHeart Rate
: 86x/menit regulerRespirasi
: 24x/menit
Suhu
: 36,7C
Turgor
: baik
Gizi
: baik
Kepala
: Normocephal
Konjungtiva
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
Leher
: KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thoraks
: Simetris bilateral
Jantung: BJ I,II reguler murni, Murmur (-), Gallop (-)
Paru
: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
: datar, lemas, nyeri tekan (-), bising usus normalExtremitas : Akral hangat, edema -/-, turgor baik, CTR < 2B. Pemeriksaan Neurologi 1. Penampilan: Kepala
: normocephal, tidak ada deformitas
Columna vertebra : tidak ada deformitas2. Rangsang Meningen/iritasi radiksKuduk kaku: -
Kaku kuduk: -
Brudzinski 1: -
Brudzinski 2: -
Brudzinski 3: -Laseque: Tidak terbatas, > 700Kernig: Tidak terbatas, > 1300Patrick: -/-Kontra Patrick: -/-3. Saraf otakN. cranialisKananKiri
N. I (Olfaktorius) Penciuman sdnsdn
N. II (Optikus)Ketajaman Penglihatan
Campus (tes konfrontasi)Refleks cahaya langsungFundus okulisdnsdn
+sdnsdnsdn+sdn
N. III (Okulomotorius)/ N. IV (Troklearis)/ N. VI (Abdusens)PtosisPupil
Refleks cahaya tak langsungRefleks Convergensi
Posisi mata
Gerakan bola mata
Nistagmus
(-)
Isokor, D : 3mm
+
sdnOrtoforiaDolls eyes (-)sdn(-)
Isokor, D : 3mm
+
sdnOrtoforiaDolls eyes (-) sdn
N. V (Trigeminus)SensorikOftalmicus
Maksillaris
Mandibularis
Refleks kornea
Motorik
Refleks mengunyahsdnsdnsdnsdnsdnsdnsdnsdnsdnsdn
N. VII (Facialis)Mengangkat alis mataMemejamkan mataLipatan nasolabial
Gerakan wajah
Rasa kecap 2/3 bagian muka lidah sdn sdn baiksdn sdnsdnsdnkesan kanan tertinggalsdnsdn
N. VIII (Vestibulokoklearis)PendengaranKeseimbangan
sdnsdnsdnsdn
N. IX (Glosofaringeus) / N. X (Vagus)
Suara bicara
Menelan
Kontraksi palatum
Refleks faringUvula Refleks kecap 1/3 belakangsdnsdn
sdnsdnsdnsdn
N. XI ( Assesorius )
Menenggok kanan kiri
Mengangkat Bahusdn sdn
N. XII ( Hipoglossus )Gerakan Lidah
Atrofi otot lidah Tremor Lidah/fasikulasi
sdnsdnsdn
4. MotorikPemeriksaan KekuatanTonus Atrofi Fasikulasi
Anggota badan atasKesan parese kananBaik/baik--
Anggota badan bawahKesan parese kananBaik/baik--
Gerakan involunter -
Cara berjalanSulit dinilai
5. Sensorik Pemeriksaan PermukaanDalam
Anggota badan atasSdnSdn
Batang tubuhSdn Sdn
Anggotabadanbawah Sdn Sdn
6. Vegetatif
BAK: terpasang kateter
BAB: dalam batas normalDiit: terpasang NGT7. Koordinasi
Cara bicara
: sdnTremor
: tidak ada
Test telunjuk hidung: sdnTest tumit lutut
: sdnTest romberg
: sdn8. Refleks
Reflek fisiologis
RefleksDextra / Sinistra
Biseps( / +
Triseps( / +
Brachioradialis ( / +
Epigastirik- / -
Hipogastrik- / -
Mesogastrik- / -
Patella ( / +
Achiles(/ +
Klonus
Patella : - / -
Achiles : - / - Reflek Patologis
RefleksEkstremitas DextraEkstremitas Sinistra
Babinski+-
Chaddock--
Openheim--
Gordon--
Schaeffer--
Gonda--
Refleks primitifGlabella
: -
Mencucut mulut
: -
Palmo mental
: -9. Pemeriksaan fungsi luhur Hubungan psikis
: tidak kooperatif
Afasia
: motorik: -
sensorik: -
Ingatan
: jangka pendek : sdn
jangka panjang : sdnKemampuan berhitung : sdnPEMERIKSAAN PENUNJANG/USULAN PEMERIKSAAN1. Laboratorium : Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit) Kimia klinik (Ureum, Kreatinin, GDS, Asam Urat, Kolesterol, Trigliserida) Elektrolit (Na, K)2. Pemeriksaan EKG 3. Radiologi :
- Rontgen thorax
- CT-scan28 Februari 2012 Darah Rutin
Hb
: 14,9 mg/dlHt
: 45 %Leukosit
: 9700/mm3Trombosit : 289.000/mm3 Kimia klinik
GDS: 128 mg/dlRESUMEPasien datang dengan penurunan kesadaran sejak 4 jam SMRS mendadak saat sedang berjalan setelah shalat subuh. Saat dipanggil, pasien hanya dapat membuka mata saja. Penurunan kesadaran disertai kelemahan anggota gerak sebelah kanan. Bicara rero diakui keluarga sejak 2 hari SMRS. Mulut mencong disangkal. Nyeri kepala diakui, muntah tidak menyemprot sebanyak 1x tanpa didahului oleh mual. Kejang disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Soreang oleh keluarga.
Riwayat trauma disangkal. Riwayat panas badan, batuk lama, keluar cairan dari telinga disangkal
Riwayat HT diakui sejak 2 tahun yang lalu tidak terkontrol. Riwayat DM, riwayat penyakit jantung, dan riwayat stroke sebelumnya disangkal. Bapak pasien memiliki penyakit stroke.Pemeriksaan fisik :Keadaan umum
: Tampak gelisahKesadaran
: SomnolenTekanan darah
: 180/100 mmHg
Nadi
: 86x/menit regulerHeart Rate
: 86x/menit regulerRespirasi
: 24x/menit
Suhu
: 36,7C
N. VII
: Kesan paresis N VII dextra sentralMotorik
: kesan hemiparesis kananRefleks Fisioligis
Biseps
: ( / +Triceps
: ( / +Brachioradialis
: ( / +Patella
: ( / +Achilles
: ( / +Refleks Patologis
Babinski
: +/-DIAGNOSA
Klinis
: Stroke
Lokalisasi
: Karotis kiriEtiologi
: Perdarahan intraserebral
Faktor resiko
: HipertensiDiagnosa : Stroke ec perdarahan intraserebral karotis kiri dengan faktor resiko hipertensi.Diagnosis banding : stroke ec infark kardioemboli karotis kiri TERAPIInfus 2A 20 gtt/menitManitol 20% 200-150-150 (hari ke-1)Captopril 3 x 25 mg
Amlodipin 1 x 5mgPROGNOSIS Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad bonamFOLLOW UP Tanggal 1 Maret 2012
Keluhan : -
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak gelisah, NGT jernihKesadaran
: somnolen
Tekanan darah
: 150/80 mmHg
Nadi
: 100 x/menit reguler
Heart rate
: 100 x/menit regular
Respirasi
: 28 x/menit
Suhu
: 37,8oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
N VII
: kesan parese dextra sentral
N XII
: sulit dinilaiSensorik
: sulit dinilai Motorik
Anggota badan atas: Kesan kanan tertinggal
Anggota badan bawah: Kesan kanan tertinggal Usulan Pemeriksaan
Ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol, trigliserida. TerapiInfus 2A 20 gtt/menit
Manitol 20% 200-150-150 (hari ke-2)Cefotaxime 2 x gr IV
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 25mg
Bisoprolol 1 x 10mg
Paracetamol 3 x 500mgTanggal 2 Maret 2012
Keluhan : lidah kotor Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak gelisah, NGT jernih
Kesadaran
: compos mentis kontak tidak adekuat
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 92 x/menit reguler
Heart rate
: 92 x/menit regular
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 37,2oC Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
N VII
: kesan parese dextra sentral
N XII
: sulit dinilaiSensorik
: sulit dinilai Motorik
Anggota badan atas: Kesan kanan tertinggal
Anggota badan bawah: Kesan kanan tertinggal Pemeriksaan laboratoriumUreum : 36,8 mg/dl
Kreatinin : 0,82 mg/dl
Asam urat: 3,55 mg/dl
Kolesterol: 198,4 mg/dl
Trigliserida: 45,5 mg/dl TerapiInfus 2A 20 gtt/menit
Manitol 20% 200-150-150 (hari ke-3)Cefotaxime 2 x 1gr IV
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 50mg
Bisoprolol 1 x 10mgParacetamol 3 x 500mg
Candistatin drop
Tanggal 3 Maret 2012
Keluhan : sakit kepala, lidah kotor (berkurang) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit sedang, NGT jernih
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 150/90 mmHg
Nadi
: 86 x/menit reguler
Heart rate
: 86 x/menit regular
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 37,2oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
N VII
: parese dextra sentral
N XII
: parese dextra sentralSensorik
: sulit dinilai Motorik
Anggota badan atas: 2/5 Anggota badan bawah: 2/5 TerapiInfus 2A 20 gtt/menit
Manitol 20% 200-150-150 (hari ke-4)Cefotaxime 2 x 1gr IV
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 50mg
Bisoprolol 1 x 10mg
Paracetamol 3 x 500mg
Candistatin drop
Tanggal 4 Maret 2012 (tidak ada follow up)
Tanggal 5 Maret 2012
Keluhan : pusing, mual, badan terasa lemas, lidah kotor (berkurang) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit ringan, NGT jernih (dilepas)Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 70 x/menit reguler
Heart rate
: 70 x/menit regular
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
N VII
: parese dextra sentral
N XII
: parese dextra sentralSensorik
: baik Motorik
Anggota badan atas: 2/5 Anggota badan bawah: 2/5 TerapiInfus 2A 20 gtt/menit (stop)Manitol 20% 200-150-150 (stop)
Cefotaxime 2 x 1gr IV (stop)
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 50mg
Bisoprolol 1 x 10mg (stop)Paracetamol 3 x 500mg
Candistatin drop
Pasien boleh pulangBAB II
PERMASALAHAN1. Mengapa pasien ini di diagnosis dengan stroke et causa perdarahan intraserebral karotis kiri?2. Apa penatalaksanaan yang diperlu diberikan kepada pasien?
3. Bagaimana prognosis dari pasien ini?
BAB IIIPEMBAHASAN1. Mengapa pasien ini di diagnosis dengan stroke et causa perdarahan intraserebral sistem karotis kiri?Pasien ini didiagnosis sebagai stroke et causa perdarahan intraserebral sistem karotis kiri karena mempunyai manifestasi klinis berupa :
Pasien dating dengan penurunan kesadaran (somnolen) Pasien mengeluh lemah tubuh sebelah kiri mendadak Keluhan lemah tubuh mendadak dirasakan pasien saat sedang melakukan aktivitas. Pasien bicara rero (+) Pasien mengeluh sakit kepala hebat Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi (+) dan tidak terkontrolDitemukannya bicara rero pada pasien ini diakibatkan oleh lumpuhnya N.XII yang dicurigai terdapatnya lesi pada korteks atau kapsula interna.Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa gejala utama stroke ec perdarahan interserebral adalah sebagai berikut:
Didahului dengan gejala peningkatan intrakranial: Nyeri kepalaFaktor resiko stroke, yaitu:
1. Faktor resiko mayor
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orang tua atau dewasa muda.Hipertensi menyebabkan endotel pembuluh darah ditempeli oleh benda darah sehingga pembuluh arteriola mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, necrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe bouchard. Kenaikan tekanan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi dan sore hari.
b. Diabetes Mellitus
Kadar gula darah yang tinggi pada penderita DM yang lama akan meningkatkan perlekatan komponen lemak di dalam pembuluh darah. Lemak-lemak dalam pembuluh darah tersebut akan mempengaruhi aliran darah dan meningkatkan resiko terjadinya penyumbatan serta aterosklerosis. Penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah di otak akan menurunkan perfusi darah dan oksigen ke otak sehingga menimbulkan terjadinya stroke. Disamping itu terjadi perubahan produksi prostasiklin yang menunjukkan kerusakan dinding pembuluh darah yang terjadi akibat peningkatan fungsi trombosit yang menimbulkan mikrotrombus. Aktivitas plasminogen akan menurun dalam pembuluh darah sehingga akan merangsang terjadinya trombus.
c. Penyakit Jantung.
Stroke yang disebabkan oleh penyakit jantung biasa berasal dari ganggguan pada katup jantung, dinding jantung, ataupun ruangan jantung. Gangguan curah jantung karena kelainan ritme yang hebat atau dekompensasi menyebabkan penurunan perfusi ke seluruh organ tubuh termasuk otak. Kelainan jantung yang merupakan faktor resiko stroke antara lain penyakit jantung kongestif, Penyakit jantung koroner, Penyakit jantung reumatik, Endokarditis bakterialis subakut, Infark miokard akut, Protese katup jantung, Penyakit jantung kongenital, Pembesaran jantung dan kardiomiopati, Gangguan konduksi intraventrikuler atrial fibrilasi blok jantung, Kelainan ST dan kelainan gelombang T. Tetapi atrial fibrilasi merupakan penyebab tersering ( Stroke Cardioemboli) yang disebabkan terlepasnya gumpalan dari jantung kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.
2. Faktor resiko minor
a. TIA
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Peningkatan Hte. Hiperlipidemia
f. Hiperurisemiag. Kenaikan fibrinogen
h. Obesitasi. Merokok
j. Kontrasepsi
k. Stressl. Faktor genetikFaktor resiko yang dimiliki pasien :Mayor: Hipertensi
Minor: Faktor genetikDiagnosis banding PIS, PSA, dan SNH
Diagnosis banding pada pasien ini adalah stroke infark e.c kardioemboli karena pasien kesadarannya menurun, memiliki faktor resiko seperti hipertensi, defisit neurologis timbul mendadak pada saat beraktifitas. Terdapat beberapa penyebab dari stroke infark, antara lain :Aterotrombotik (AT)Tromboemboli (TE)Kardioemboli (KE)
KejadianMendadakMendadakMendadak
OnsetIstirahatAktivitasAktivitas dan istirahat
Defisit neurologis
Global
FokalKesadaran (+)
Step wise
WorseningKesadaran (+)
Maksimal at onset
Perbaikan lambatKesadaran menurun
Maksimal at onset
Perbaikan cepat
CT scanHipodens di sentralHipodensHipodens di perifer
Gejala KlinisSHSNH
PISPSA
1. Gejala defisit fokal
2. Permulaan (onset)
3. Nyeri Kepala
4. Muntah pada awalnya
5. Hipertensi
6. Kesadaran7. Hemiparesis8. Kaku kuduk
9. Gangguan bicara10. Likuor11. Paresis Nervus IIIBerat
Menit/jam
Hebat
Sering
Hampir selalu
Bisa hilang
Sering sejak awalJarang
Bisa ada
Berdarah
(-)Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Biasanya tidak
Bisa hilang sebentarPermulaan tidak ada
(+)
Jarang
Berdarah
Bisa adaBerat/ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan/tidak ada
Tidak,kecuali lesi di batang otakSelalu
Bisa hilang/ tidak
Sering dari awal(-)
Sering
Jernih
(-)
Berdasarkan tempat lesi pasien ini didiagnosis mengalami stroke pada sistem karotis kiri dimana pada pasien didapatkan:
1. Hemiparesis pada anggota gerak kanan2. Ganggauan bicara (disatria)
3. Paresis nervus VII dan XII sentral kanan4. Tidak didapatkan kelainan pada penglihatanHal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan bahwa pada kelainan sistem karotis ditemukan gejala sebagai berikut:
Pasien dengan stroke sistem karotis jarang mengalami gangguan atau penurunan kesadaran Gangguan motorik ipsilateral dengan kelainan saraf otak Gangguan motorik (hemiparese/hemiplegi kontralateral dengan lesi) Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuhPerbedaan kelainan sistem karotis dan sistem vertebrobasiler
Sistem karotisSistem vertebrobasiler
Gangguan motorikIpsilateral terhadap gangguan saraf otakKontralateral terhadap gangguan
KelumpuhanHemiparese kontralateralHemiparese alternans
Gangguan mataAmaurosis fugaxAmaurosis fugax
Black out
Diplopia
Keseimbangan-Tinitus
Vertigo
Drop attack
Nistagmus
gangguan bahasaDisatriaDisartia
Gangguan sensorikHemiparesis kontralateralHemiparesis alternans
Selain itu bisa digunakan Sirriraj Score dalam membantu menegakkan diagnosis, yaitu:Sirriraj Stroke Score
Kesadaran muntah Nyeri Kepala
Diastol
Aterm
2.5xS (+)2 x M (+)2 x NK (+)
0.1 x D (-)3 x A (-)
Keterangan :
S : Compos mentis = 0, Somnolen = 1, Sopor/Coma = 2
M : Tidak ada = 0, Ada = 1
NK : Tidak ada = 0, Ada = 1
A : faktor risiko tidak ada = 0, Ada = 1Keterangan Hasil :
>1 = Perdarahan
< -1 = Infark
-1 s/d 1 = Ragu-raguSkor Siriraj={ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
+ (0,1 x tekanan diastolik) } (3 x aterm) 12
= {(2,5 x 1) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 100)}- (3 x1) 12
= >1 (perdarahan)2. Apa penatalaksanaan yang diperlu diberikan kepada pasien?
Penatalaksanaan yng diberikan adalah:1. Infus manitol 20% (200-150-150) selama 5 hari
Tujuan : untuk mengurangi edema otak
2. Infus 2A 20 gtt/menitTujuan : agar aliran darah ke otak maksimal dan pengontrolan tekanan darah pasien.3. Captopril 3x 50 mgTujuan : untuk menurunkan tekanan darah4. Amlodipin 1 x 10 mg
Tujuan : untuk menurunkan tekanan darah
5. Bisoprolol 1x10 mg
Tujuan : untuk membantu menurunkan tekanan darah (bekerja sebagai vasodilator ).
6. Paracetamol 3 x 500 mg
Tujuan : untuk mengurangi nyeri kepala7. Pemasangan NGT
Tujuan : untuk asupan nutrisi, pemberian obat oral
Hal ini sesuai dengan penatalaksanan stroke yaitu:
Terapi Umum Breath :
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan ganggaun jalan napas Pada pasien hipoksia diberikan suplai oksigen Intubasi ETT atau LMA diperlukan pada pasien dengan hipoksia atau syok atau pada pasien yang beresiko untuk terjadi aspirasi Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan pengontrolan tekanan darah pasien. Berikan cairan kristaloid atau colloid intravena Dianjurkan pemasangan CVC Optimalisasi tekanan darah Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan udema serebri. Bladder : Dengan pemasangan keteter Bowel : Saluran pencernaan dan pembuanganPenanganan transformasi hemoragik
Dengan memperbaiki perfusi serebral dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hatiPengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai febris harus diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya
Berikan asetaminofen 650 mg atau parasetamol 500 mg bila suhu lebih dari 38,5 C
Pada pasien febris atau beresiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan dan diberikan antibiotic.
Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic.Terapi khusus
Tujuan terapi antara lain:
Mencegah akibat buruk dari meningkatnya tekanan intracranial.
Mencegah komplikasi sekunder sebagai akibat menurunnya kesadaran, misalnya gangguan pernafasan, aspirasi, hypoventilasi.
Identifikasi sumber perdarahan yang mungkin dapat diperbaiki dengan tindakan bedah.
Pedoman penatalaksanaa Pada fase akut tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20-25% dari tekanan darah arteri rerata.
Bila tekanan sistolik 70 mmHg.
Pada penderita dengan riwayat hypertensi, penurunan tekanan darah harus dipertahankan di bawah tekanan arterial rata-rata 130 mmhg.
Bila tekanan darah arterial sistolik turun ,90 mmhg harus diberikan obat untuk menaikkan tekanan darah (vasopressor).
Neuroprotektor dapat diberikan.8. Bagaimana prognosis dari pasien ini? Quo ad vitam : dubia ad malam Quo ad functionam : dubia ad bonamHal ini dikarenakan:
a. Pasien datang dengan penurunan kesadaranb. Pasien berumur 56 tahun
c. Tekanan darah pasien ketika datang 180/110 mmHg
Hal yang menentukan prognosis pada pasien ini adalah adanya hipertensi yang diderita pasien. Jika hipertensi dapat terkontrol, maka resiko yang dialami pasien akan berkurang. Selain itu gejala dari faktor resiko itu sendiri dapat dikontrol. Namun dari riwayat pengobatan hipertensi, dimana pasien tidak berobat, kemungkinan besar pengendalian faktor resiko diatas mengalami hambatan. Gangguan motorik yang menetap diharapkan dengan fisioterapi dapat dikembalikan fungsinya mendekati normal. Hal ini membutuhkan latihan yang intensif dan dukungan penuh dari keluarga. BAB IV
KESIMPULANPasien didiagnosis sebagai stroke et causa perdarahan intraserebral sistem karotis kiri karena hal ini sesuai dengan manifestasi klinis stroke yaitu pasien datang dengan keluhan lemah tubuh sebelah kanan mendadak, yang didahului dengan bicara rero 2 hari sebelumnya. Pasien datang dalam keadaan penurunan kesadaran disertai nyeri kepala hebat serta muntah sebelumnya. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Berdasarkan tempat lesi pasien didiagnosis mengalami stroke pada sistem karotis kiri dimana pada pasien didapatkan hemiparesis kanan dan paresis nervus VII dan XII sentral kanan. Ditemukan ada disatria tetapi tidak didapatkan kelainan pada penglihatan.
Pada fase akut pasien dengan stroke perlu dilakukan elevasi kepala 30 supaya venous return tetap terjaga baik dan mencegah tekanan intrakranial meningkat. Diberikan juga oksigen 1-2 L/menit untuk menjaga saturasi oksigen pada sel-sel otak tetap optimal. Pemasangan NGT untuk pemberian makanan dan obat oral dilakukan karena pasien mengalami penurunan kesadaran, sehingga dapat meningkatkan resiko aspirasi dan menimbulkan komplikasi ke paru-paru. Selain itu ditujukan untuk dekompresi lambung dan memonitor stress ulcer. Penatalaksanaan yang diberikan adalah:
1. Infus 2A 20 gtt/menitTujuan : agar aliran darah ke otak maksimal dan pengontrolan tekanan darah pasien.
2. Infus manitol 20% (200-150-150) selama 5 hariTujuan : untuk mengurangi edema otak
3. Captopril 3x 50 mgTujuan : untuk menurunkan tekanan darah
4. Amlodipin 1 x 10 mgTujuan : untuk menurunkan tekanan darah
5. Bisoprolol 1x10 mgTujuan : untuk membantu menurunkan tekanan darah (bekerja sebagai vasodilator ).6. Paracetamol 3 x 500 mgTujuan : untuk mengurangi nyeri kepalaPrognosis dari pasien ini adalah Quo ad vitam : dubia ad malam Quo ad functionam : dubia ad bonamBAB V
TINJAUAN PUSTAKAPENDAHULUAN
Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yang menyerang kelompok usia di atas 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifa primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain, seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus.
Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala dan akan muncul secara klinis jika aliran darah ke otak (CBF = cerebral blood flow) turun sampai ke tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity). Keadaan ini menyebabkan sindrom klinik yang disebut stroke. Gejala tergantung lokalisasi daerah yang mengalami iskemia, misalnya mengenai daerah pusat penglihatan maka akan timbul gangguan ketajaman penglihatan atau gangguan lapangan pandang.
Dua pertiga depan dari kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat darah dari sepasang a. karotis interna, sedangkan sepertiga bagian belakang yang meliputi serebelum, korteks oksipital bagian posterior dan batang otak, memperoleh darah dari sepasang a. vertebralis (a. basilaris). Jumlah aliran darah otak (CBF) biasanya dinyatakan dalam cc/menit/100 gram otak. Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak (cerebral perfusion pressure = CPP) dan resistensi serebrovaskuler (cerebrovascular resistance = CVR).
CBF = CPP = MABP-ICP
CVR CVR
Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik (MABP = mean arterial blood pressure) dikurangi dengan tekanan intrakranial (ICP = intracranial pressure), sedangkan komponen CVR ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tonus pembuluh darah otrak
2. Struktur dinding pembuluh darah
3. Viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak
ANATOMI OTAK
Otak memperoleh darah melalui 2 sistem, yakni sistem karotis (arteri karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. A. karotis interna setelah memisahkan diri dari a. karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan a.oftalmika untuk n. optikus dan retina, akhirnya bercabang dua : a. serebri anterior dan a. serebri media. Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis, dan beberapa lobus temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh a. vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di a. subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di columna vertebralis cervikalis, masuk ke rongga cranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing a. cerebelli inferor. Pada batas medulla oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi a. basilaris, setelah mengeluarkan ketiga cabang arteri pada tingkat mesensefalon a. basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: a. cerebri posterior yang melayani darah bagi lobus occipitalis dan bagian medial lobus temporalis.
Ketiga pasang a. serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak dan beranastomosis satu dan lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang a. serebri lainnya. Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya tiga sistem kolateral antara sistem karotis dan vertebral, yaitu :
1. Sirkulus willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a. serebri kanan kiri, a. komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a. serebri anterior), sepasang a. serebri posterior, dan a. komunikan posterior (menghubungkan a. serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
2. Anastomosis antara a. serebri interna dan a. karotis eksterna di daerah orbita, masing-masing melalui a. oftalmika dan a. fasialis ke a. maksilaris eksterna.
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan a. karotis eksterna (pembuluh darah ekstra kranial)
Selain itu, masih terdapat lagi hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga menurut buskirk tak ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem : kelompok vena interna, yang menghubungkan darah ke vena Galen, dan sinus rectus dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju ke jantung.
DEFINISI
Definisi WHO : Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal mauoun menyeluruh (global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.
KLASIFIKASI
I. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya
1. Stroke Iskemik/Infark
a. Aterotrombotik
b. Tromboemboli
c. Kardioemboli
2. Stroke Hemoragika. Perdarahan intra serebral
b. Perdarahan subarakhnoid
II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
1. TIA (transient iscemic attack)2. Stroke in evolution3. Reversible neurological deficit (RND)
4. Completed stroke (CS)
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebrobasiler
Gejala KlinisPISPSASNS SNH
1. Gejala deficit lokal
2. SIS sebelumnya
3. Permulaan (Onset)
4. Nyeri Kepala
5. Muntah pada awalnya
6. Hipertensi
7. Kesadaran
8. Kaku kuduk
9. Hemiparesis
10. Deviasi mata
11. Gangguan bicara
12. Likuor
13. Perdarahan subhialoid
14. Paresis/gangguan N. III
Berat
Amat jarang
Menit/jam
Hebat
Sering
Hampir selalu
Biasa hilang
Jarang
Sering sejak awal
Bisa ada
Sering
Sering berdarah
Tak ada
-Ringan
-
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Biasanya tidak
Bisa hilang sebentar
Biasa ada
Permulaan tidak ada
Tidak ada
Jarang
Selalu berdarah
Bisa ada
Mungkin (+)Berat/ringan
+ (biasa)
Pelan (jam/hari)
Ringan/tidak ada
Tidak, kecuali lesi di batang otak
Sering kali dapat
hilang
Tidak ada
Sering dari awal
Mungkin ada
Sering
Jernih
Tak ada
-
I. Stroke Iskemik/Infark
Patofisiologi
Berbagai unsur berpengaruh terhadap aliran darah arteri otak. Aliran darah otak dikendalikan oleh otoregulasi dan kontrol metabolik neural. Viskositas darah berperan penting dalam kehidupan jaringan otak. Makin tinggi viskositas darah, makin rendah kecepatan alirannya. Jaringan otak yang mengalami iskemia fokal menunjukkan ciri-ciri yang khas, yaitu :
a. Perubahan-perubahan fisiologik yang sesuai dengan tingkatan kecepatan aliran darah
Kecepatan aliran darah normal pada manusia ialah sebesar 50-60 ml/100 gr otak per menit, yang bila tidak terpenuhi akan menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf masih utuh. Bila aliran darah (CBF) berkurang sampai kira- kira 15-18 ml/100 gr otak/menit, terjadilah brain electrical failure, yang bila tidak tercapai, akan menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti, yang berarti sebagian struktur intrasel telah berada dalam proses desintegrasi. Sedang somato sensory evoked potentials terganggu bila kecepatan aliran darah kurang dari 15 ml/100 gr otak/menit. Ionic failure mulai terjadi kalau kecepatan aliran darah menurun sampai 10 ml/100 gr otak/menit. Pada tingkatan kecepatan aliran darah ini terjadi peningkatan K+ ekstraseluler dan Ca+ intraseluler, terlepasnya asam lemak bebas, ATP cepat terurai dan asidosis intraseluler. Dan pada tingkatan ini pula terjadilah kematian neuron yang irreversibel. Antara batas terjadinya electrical failure dan ionic failure (antara 15 dan 10 ml/100 gr otak/menit) ini, neuron-neuron masih hidup walaupun sudah tidak berfungsi. Neuron-neuron ini merupakan jaringan yang terdapat di sekitar infark (jaringan perifokal) dan eksistensinya adalah berkat adanya kolateral, jaringan ini disebut penumbra.
Pada iskemia otak yang luas, terdapat perbedaan tingkat iskemia, yang terdiri dari 3 lapis area yang berbeda :
1. Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic core) terlihat sangat pucat karena CBFnya paling rendah. Tampak degenerasi neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa adanya aliran darah. Kadar asam laktat didaerah ini tinggi dengan PO2 yang rendah. Daerah ini akan mengalami nekrosis.2. Daerah sekitar ischemic core yang CBFnya juga rendah, tetapi masih lebih tinggi daripada CBF di ischemic core. Walaupun sel-sel neuron tidak sampai mati, fungsi sel terhenti, dan terjadilah functional paralysis. Pada daerah ini PO2 rendah, PCO2 tinggi dan asam laktat meningkat. Terdapat kerusakan neuron dalam berbagai tingkat, edema jaringan akibat bendungan dengan dilatasi pembuluh darah dan jaringan berwarna pucat, yang disebut ischemic penumbra. Daerah ini masih mungkin diselamatkan dengan resusitasi dan manajemen yang tepat.3. Daerah di sekeliling penumbra tampak berwarna kemerahan dan edema. Pembuluh darah mengalami dilatasi maksimal, PCO2 dan PO2 tinggi dan kolateral maksimal. Pada daerah ini CBF sangat tinggi sehingga disebut sebagai daerah dengan perfusi berlebihan (luxury perfusion).b. Gangguan Metabolisme
Bila kecepatan aliran darah kurang dari 10 ml/100 gr otak/menit, maka akan terjadi gangguan metabolisme sel otak di mana K+ ekstraseluler meningkat 10-20 kali yang lalu diikuti oleh masuknya Ca ke dalam sel. Kadar Ca intraseluler yang tinggi inilah yang mematikan sel. Influks Ca ini meningkat karena kegagalan ATP dependent Na-Ca antiport system, dan masuknya Ca ke dalam retikulum endoplasma dan mitokondria yang akan melepaskan fosforilasi oksidatif. Ca intraseluler ini mengaktifkan fosfolipase A dan C yang akan merusak membran fosfolipid sehingga asam lemak bebas terlepas. Asam lemak bebas ini, terutama asam arakhidonat mengalami oksidasi oleh siklooksigenase dan lipogenase menjadi prostasiklin, leukotrien yang semuanya menyebabkan vasokonstriksi. Jaringan otak iskemik akan mengalami asidosis intraseluler ini adalah akibat dari tertimbunnya asam laktat dan asam lemak bebas. Semuanya ini akan merubah protein sehingga fungsi enzimatik hilang, sel glia membengkak.
c. Perubahan mikrosirkulasi
Penyumbatan pembuluh darah mengakibatkan menurunnya shear stress dengan elemen-elemen darah mengalami agregasi dan ini berakibat meningkatnya viskositas dan resistensi darah. Selain itu juga terjadi pula vasokonstriksi karena kadar K ekstraseluler meningkat.
Gejala Infark Otak
Onset terjadinya infark otak biasanya mendadak, kadang-kadang bertahap didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA). Penderita sering mengeluh sakit kepala disertai muntah. Umumnya defisit neurologis dirasakan saat bangun tidur atau sedang istirahat. Pada permulaan sakit, kesadaran biasanya tidak terganggu. Infark otak biasanya tidak menunjukkan kelainan pada liquor serebrospinalis, cairan jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pada CT Scan ditemukan adanya daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskemik dan edema.
a. Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit, fibrin, eritrosit dan leukosit. Trombus terbentuk pada arteri otak yang sklerotik. Oleh karena itu, sering terdapat pada usia lanjut dengan hipertensi atau faktor risiko lain.
b. Emboli
Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin, trombosit, udara, tumor, metastase, bakteri dan benda asing. Emboli berasal dari trombus yang rapuh dan kristal kolesterol dalam arteri karotis dan arteri vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium, yang akhirnya menyebabkan iskemia otak. Kelainan jantung seperti infark miokard akut, endokarditis bakterial sub akut, fibrilasi atrium, kelainan katup, dan lain-lain dapat menjadi faktor risiko terjadinya embolisasi.
Gejala Penyumbatan Sistem Karotis
a. Gejala penyumbatan arteri karotis interna
Buta mendadak (amaurusis fugaks)
Disfasia bila gangguan terletak pada sisi dominan
Hemiparesis kontralateral dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan
b. Gejala penyumbatan arteri serebri anterior
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebuh menonjol
Gangguan mental (bila lesi di frontal)
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh
Inkontinensia
Kejang
c. Gejala penyumbatan arteri serebri media
Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi hemiparesis yang sama, bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
Hemihipestesia
Gangguan fungsi luhur pada korteks hemisfer dominan yang terserang, seperti afasia motorik/sensorik
d. Gangguan pada kedua sisi
Karena adanya sklerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi pada kedua sisi. Timbul gangguan pseudobulbar, biasanya pada vaskular dengan gejala-gejala :
Hemiplegia dupleks
Sukar menelan
Gangguan emosional, mudah menangisGejala gangguan sistem Vertebro-Basiler
a. Sumbatan pada arteri serebri posterior
Hemianopsia homonim kontralateral dari sisi lesi
Hemiparesis kontralateral
Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik proprioseptif (termasuk rasa getar) kontralateral (hemianestesia)
Bila cabang talamus tersumbat, maka timbul sindrom talamikus, yaitu :
Nyeri talamik, yaitu suatu rasa nyeri yang terus menerus dan sukar dihilangkan; pada pemeriksaan raba terdapat anestesia, tapi pada tes tusukan timbul rasa nyeri (anestesia dolorosa)
Hemikorea, disertai hemiparesis, disebut sindrom Dejerine Marieb. Sumbatan pada arteri vertebralis
Bila sumbatan pada sisi dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg. Sumbatan pada sisi yang tidak dominan seringkali tidak menimbulkan gejala.
c. Sumbatan pada arteri serebeli posterior inferior
Sindrom Wallenberg, berupa ataksia serebelar pada lengan dan tungkai di sisi yang sama, gangguan N.II dan refleks kornea hilang pada sisi yang sama. Selain itu dapat pula terjadi :
Sindrom Horner sesisi dengan lesi
Disfagia, apabila infark mengenai nukleus ambiguus ipsilateral
Nistagmus, jika terjadi infark pada nukleus vestibular
Hemihipestesia alternans
d. Sumbatan pada cabang kecil arteri basilarisParesis nervi kraniales yang nukleusnya terletak di tengah N.III, N.IV, dan N. XII, disertai hemiparesis kontralateral.
Bila lesi di kortikal akan terjadi gejala klinik, seperti afasia, gangguan sensorik kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh, eye deviation, hemiparese yang disertai kejang.
Bila lesi di subkortikal,akan timbul gejala klinik, seperti muka, lengan dan tungkai sama lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi di kapsula interna.
Bila lesi di batang otak, terdapat gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartria, gangguan menelan dan deviasi lidah.
Bila lesi di medula spinalis, akan timbul: gangguan sensoris dan keringat sesuai tinggi lesi, miksi dan defekasi. II. Stroke Perdarahan (Hemoragik)1. Perdarahan intra serebralPerdarahan ini berasal dari pecahnya srteria penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis yang terjadi dengan meningkatnya umur dan adanya hipertensi kronik, maka sepanjang arteria penetrans ini terjadi aneurisma kecil-kecil, yang disebut aneurisma Charcot-Bouchard. Pada suatu saat, aneurisma ini dapat pecah oleh tekanan darah yang meningkat, maka terjadilah perdarahan dalam parenkim otak.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka masa darah dapat masuk di antara selaput akson masa putih dissecan splitting tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorpsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falx serebri atau lewat forammen magnum. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan meyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid terjadi karena pecahnya aneurisma sekuler pada kasus non traumatik. Aneurisma sekuler ini merupakan proses degenerasi vaskuler yang didapat akibat proses hemodinamika pada bifurcatio pembuluh arteri otak, terutama di Sirkulus Willisi. Sebagai penyebab lain SAH adalah aneurisma, aterosklerosis pembuluh arteri basilaris, aneurisma mikotik, arteriovenosa malformasi (AVM), arteritis, dan neoplasma. Bila anerisma pecah, darah segera mengisiruangan subarakhnoid atau merembes ke dalam parenkim otak yang letaknya berdekatan. Keluarnya darah dari ruang subarakhnoid akan menyebabkan reaksi yang cukup hebat, berupa sakit kepala yang sangat hebat.Gejala Klinis Stroke Hemorragik
Pada stroke hemorragik ini biasanya onsetnya berlangsung sangat mendadak diikuti rasa sakit kepala yang hebat, muntah, dan kadang disertai kejang. Sering terjadi pada penderita yang sedang aktif atau emosional. Perdarahan otak umumnya terjadi pada usia tua atau setengah tua dengan atau tanpa hipertensi, tergantung dari faktor penyebabnya. Liquor yang berdarah berasal dari perdarahan ekstraserebral primer atau perdarahan intraserebral yang merembes ke dalam ventrikel atau ruangan subarakhnoid. Hal ini akan menyebabkan gejala kaku kuduk. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
TIA (transient iscemic attack), dimana gejala fungsi otaknya akan pulih dalam 24 jam
Stroke in evolution, dimana gejala neurologiknya makin berat
Reversible neurological deficit (RND), dimana gejala neurologisnya menghilang dalam waktu 3 minggu, tetapi lebih dari 24 jam.
Completed stroke (CS), dimana gejala neurologiknya menetap.
Berdasarkan sistem pembuluh darah
c. Sistem karotis
Pada sistem ini, pembuluh utamanya ialah arteri karotis yang mempercabangkan arteri karotis eksterna dan interna. Arteri karotis interna memperdarahi hemisfer serebri. Cabang-cabang besar arteri karotis interna ini adalah a. oftalmika, a. komunikan posterior, a. khoroidal anterior, a. serebri anterior, a. komunikan anterior dan a. serebri media.
d. Sistem vertebrobasiler
Pada sistem ini, terdapat sepasang arteri vertebralis yang kemudian akan bersatu menjadi arteri basilaris. Arteri ini akan memperdarahi batang otak dan serebelum dengan tiga kelompok arteri, yaitu median, paramedian, dan arteri sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang arteri serebri posterior.
FAKTOR RISIKO STROKE
Faktor-faktor risiko stroke adalah faktor-faktor yang berhubungan erat dengan terjadinya sroke. Berbagai faktor tersebut antara lain adalah ;
Mayor :
Hipertensi
Diabetes melitus
Penyakit jantung
Pernah menderita stroke sebelumnya
Minor :
Merokok
Obesitas
Penggunaan kontrasepsi oral
Kurang olahraga
Stres
Alkoholisme
Hiperlipidemia
Asam urat yang tinggi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Stroke Iskemik
Sken tomografik
Angiografi serebral
Pemeriksaan LCS
DR, Kimia Darah
Doppler, EKG
2. Stroke Intraserebral
Sken tomografik3. Stroke Subarakhnoid
LCS
100 % berdarah
Erirosit 150.000/ mm3
Angiografi
Sebaiknya dilakukan beberapa hari setelah perdarahan
Sken tomografik
PENCEGAHAN PRIMER STROKE:
a. Mengatur pola makan yang sehat
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan risiko terkena serangan stroke. Sebaliknya, mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah:
1. Makanan dari berbagai biji-bijian yang membantu menurunkan kadar kolesterol:
a. Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, bulgur, jagung dan gandum
b. Oat akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, akan menurunkan tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari
c. Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida
d. Kacang-kacangan menurunkan kolesterol LDL dan mungkin mencegah aterosklerosis2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke:
a. Makanan/ zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein seperti asam folat, vitamin B6, B12 dan riboflavin
b. Susu yang mengandung protein, kalsium, zinc dan B12 mempunyai efek proteksi terhadap stroke
c. Beberapa jenis seperti ikan tuna dan ikan salmon, mengandung omega 3, EPA dan DHA yang merupakan pelindung jantung dengan efek melindungi terhadap risiko kematian mendadak, mengurangi risiko aritmia, menurunkan kadar trigliserida, menurunkan kecenderungan adesi platelet, sebagai prekursor prostglandin, inhibisi sitokin, antiinflamasi dan stimulasi NO endothelial
d. Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan seperti vitamin C, E, betakaroten
e. Buah-buahan dan sayur-sayuran
Sayuran hijau dan jeruk
Apel
f. Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan3. Rekomendasi tentang makanan:
a. Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium
b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans fatty acids
c. Mengutamakan makanan yang mengandung poly unsaturated fatty acids, monounsaturated fatty acids, makanan berserat dan protein nabati
d. Nutrient harus diperoleh dari makanan, bukan suplemene. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbangf. Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggalg. Hindari makanan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi rendahh. Sumber lemak hendaknya dari sayuran, ikan, buah polong dan kacang-kacangani. Utamakan makan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti, pasta, sereal dan kentang daripada gulab. Melakukan Olah Raga yang Teratur
Melakukan aktivitas fisik yang memiliki nilai aerobic minimal 30 menit dan minimal tiga kali perminggu untuk menurunkan tekanan darah, memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan, menurunkan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
c. Menghentikan Rokok
Karena merokok dapat menyebabkan peninggian koagubilitas, viskositas darah, meninggikan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah, meninggikan hematokrit, menurunkan HDL dan meningkatkan LDL kolesterol
d. Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat
Bila dalam dosis berlebihan dan jangka panjang akan menyebabkan tekanan darah meningkat, memudahkan terjadinya stroke hemoragik
e. Memelihara Berat Badan Layak
Disarankan untuk menurunkan berat badan dengan target BMI < 25 kg/m2, garis lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita dan 70 mmHg
e. Penanganan transformasi hemoragik
Dengan memperbaiki perfusi serebral dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati
f. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan diikuti oleh fenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit
Bila kejang belum teratasi maka perlu dirawat di ICU
Pemberian antikonvulsan profilaktik pada penderita stroke iskemik tanpa kejang tidak dianjurkan
Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila tidak ada kejang selama pengobatang. Pengendalian suhu tubuh
Setiap penderita stroke yang disertai febris harus diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya
Berikan asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 C
Pada pasien febris atau beresiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan dan diberikan antibiotic.
Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic.
h. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Labolatorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, kadar gula darah, analisa urin, analisa gas`darah dan elektrolit
Bila perlu pada kecurigaan PSA lakukan punksi lumbal untuk pemeriksaan CSS.
Pemeriksaan radiologi:
Rontgen dada
CT Scan
TERAPI KHUSUS
Penatalaksanaan Stroke Iskemik
1. Pemberian antikoagulan
Obat-obatan seperti heparin atau heparinoid diharapkan akan memperkecil thrombus yang terjadi dan mencegah pembentukan thrombus baru.
2. Pemberian antiplatelet agregasi
Pemberian aspirin dengan dosisi awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah onset stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut
3. Obat-obat defibrinasi
Mempunyai efek terhadap defibrinasi cepat, mengurangi viskositas dan efek antikoagulasi
4. Terapi neuroproteksi
Obat neuroprotektor berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversible neuronal yang terganggu akibat ischemic cascade.
Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intraserebral
1. Pemberian manitol
Larutan manitol 20-25 % merupakan zat yang paling banyak dipakai: 0.75-1 mg/ kgBB bolus diikuti 0.25-0.5 mg/ kgBB setiap 3-5 jam tergantung pada respon klinis
2. Tindakan bedah
Berupa aspirasi sederhana, kraniotomi dan bedah terbuka, evakuasi endoskopik dan aspirasi stereotaksik.
Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Subarakhnoid
1. Pengelolaaan hipertensi
2. Pemberian cairan dan elektolit yang cukup dan tidak boleh terjadi hipo atau hipervolumia
3. Pemberian parasetamol sampai kodein atau jika berat injeksi morfin secara IV untuk mengatasi nyeri kepala yang hebat
KOMPLIKASIKomplikasi dini
Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian kejang umumnya memperberat defisit neurologic
Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan membutuhkan analgetik dan kadang antiemetic
Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada stroke batang otak, bila menetap cari penyebab lain seperti uremia dan iritasi diafragma.
Selain itu harus diwaspadai adanya:
Transformasi hemoragik dari infark
Hidrosefalus obstruktif
Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari kemudian.
Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.
Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien menderita juga trombosis vena dalam (DVT).
Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama atau akibat stroke. Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita komplikasi gangguan ritme jantung.
Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan fluoroskopi ditemukan 64% penderita stroke menderita gangguan fungsi menelan. Penyebab terjadi pneumonia kemungkinan tumpang tindih dengan keadaan lain seperti imobilitas, hipersekresi dll.
Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut terutama terjadi pada pasien umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan abnormalitas metabolisme tulang.
Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter dauer, atau gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra eksternum akibat stroke.
Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.
Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan komunikasi dll.
Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan.
Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya diabetes melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan prognosa yang tidak baik.
Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan.
Komplikasi lanjut Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik.
Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27% pasien stroke.
Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian penderita atau karena umur tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke. Depresi harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil. Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat.
Komplikasi muskuloskeletal Spastisitas dan kontraktur. Umumnya sesuai pola hemiplegi.
Nyeri bahu. Umumnya di sisi yang lemah
Bengkak dan tungkai dingin. Lebih sering pada kaki. Jatuh dan fraktur. Komplikasi pada pendamping Keterbatasan pasien sering menyebabkan pasien sangat tergantung pada pendamping. Keadaan ini sering menyebabkan beban emosi dan fisik yang besar pada pendamping. Oleh karena itu edukasi dan konseling terhadap pendamping merupakan hal yang penting.
BAB VIDAFTAR PUSTAKA
1. Asviretty, Nuhoni, S.A., Tulaar, A., Idris, F.H., Handoyo, A.P., Suginarti, Ramli, H., Enizar, 2002, Standar Operasional Prosedur Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
2. Harsono, 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Cetakan keenam. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.3. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16.
4. Mansjoer, 2000 , Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26.
5. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260-275.
6. Sylvia, 1995, Penyakit Serebrosvaskuler dan Nyeri Kepala dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 4, EGC, Jakarta, hal : 964-968.
PAGE 2