case report dr. denny amel

33
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan Kasus Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN STIMULANSIA (AMFETAMIN) Oleh Oleh : Amilia Wahyuni 06.55352.00295.09 Pembimbing dr. Denny J R, Sp.KJ Diajukan Dalam Rangka Rotasi Kepaniteraan Klinik Muda Di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Periode 16 Mei – 11 Juni 2011

Upload: ailima2

Post on 05-Aug-2015

67 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Dr. Denny Amel

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Laporan KasusFakultas Kedokteran UmumUniversitas Mulawarman

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN STIMULANSIA (AMFETAMIN)

Oleh

Oleh :

Amilia Wahyuni

06.55352.00295.09

Pembimbing

dr. Denny J R, Sp.KJ

Diajukan Dalam Rangka Rotasi Kepaniteraan Klinik MudaDi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa

Periode 16 Mei – 11 Juni 2011

Lab/SMF Ilmu Kesehatan JiwaFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

RSKD ATMA HUSADA MAHAKAMSAMARINDA

2011

Page 2: Case Report Dr. Denny Amel

BAB I

PENDAHULUAN

Amf'etamin adalah salah satu obat terlarang yang banyak digunakan kedua

setelah kanabis di Inggris Raya, Australia, dan beberapa negara di Eropa Barat. Di

Amerika Serikat, penggunaan kokain saat ini dan sepanjang hidup masih

melampaui penggunaan amfetamin nonmedis, beberapa studi melaporkan hingga

600.000 penyalahguna; selain itu, metamfetamin (turunan amfetamin) juga telah

menjadi obat utama yang disalahgunakan.

Indikasi yang disetujui saat ini oleh Food and Drug Administration (FDA)

untuk amfetamin terbatas pada gangguan pemusatan perhatian / hiperaktivitas dan

narkolepsi. Amfetamin iuga digunakan dalam penanganan obesitas, depresi,

distimia, sindrom kelelahan kronik, sindrom defisiensi imunitas didapat (AIDS)

dan neurastenia sebagai terapi ajuvan untuk depresi yang resisten terapi obat.

1

Page 3: Case Report Dr. Denny Amel

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan

/psikologi seseorang (pikiran, perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan

ketergantungan fisik dan psikologi. Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-

fungsi fisiologis, psikologis, emosi, kecerdasan, dan lain-lain akibat penggunaan

dosis obat yang berlebihan. Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai

dengan peningkatan penggunaan obat meskipun terjadi kerusakan fisik, psikologis

maupun sosial pada pengguna. Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk

mengkonsumsi obat untuk memperoleh efek positif atau menghindari efek negatif

akibat tidak mengkonsumsinya. Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis

terhadap obat yang ditandai dengan timbulnya toleransi terhadap efek obat dan

sindroma putus obat bila dihentikan

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan

narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada

susunan syaraf pusat yang menyebabjan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku. Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan

syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya

halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan

dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi

(merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung

lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan

dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga

menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si

memakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.

Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika gol. I,

Psikotropika gol. II, Psyko Gol. III dan Psikotropik Gol IV. Psikotropika yang

sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Gol I,

diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal

dengan nama Shabu-shabu (amfetamin)

2

Page 4: Case Report Dr. Denny Amel

Preparat

Amfetamin utama yang saat ini tersedia dan digunakan di Amerika Serikat

adalah dekstroamfetamin (Dexedrine), metamfetamin (Desoxyn), campuran

garam dekstroamfetamin-amfetamin (Adderall), dan metilfenidat (Ritalin). Obat-

obat ini memiliki nama jalanan yaitu es, kristal. crystal meth dan speecl. Sebagai

suatu kelas urnum, golongan amfetamin juga disebut analeptic simpatomimetik,

stimulan, dan psikostimulan. Amfetamin biasa digunakan untuk meningkatkan

kinerja dan membangkitkan perasaan euforia contohnya oleh pelajar yang sedang

belajar untuk ujian. pengendara truk jarak jauh dalam perjalanan, orang bisnis

dengan tenggat waktu penting, serta atlet dalam kompetisi. Meski efek adiktifnya

tidak seperti kokain, amfetamin kurang lebih tepat disebut obat adiktif.

Zat lain yang menyerupai amfetamin adalah efedrin dan pseudoefedrin,

yang tersedia bebas di Amerika Serikat sebagai dekongestan hidung.

Fenilpropanolamin (PPA) adalah suatu psikostimulan yang meski potensinya

tidak seperti amfetamin klasik, dan efedrin, dapat disalahgunakan, sebagian

karena ketersediaannya mudah dan harganya murah. Obat-obat ini, terutama PPA

secara berbahaya dapat mengeksaserbasi hiperlensi, mempresipitasi psikosis

toksik, atau berakhir pada kematian. Batas aman PPA sempit, tiga sampai empat

kali dosis normal dapat mengakibatkan hipertensi yang mengancam nyawa.

Metamfetamin

Metamfetamin (disebut juga "es") adalah bentuk zat murni yang

disalahgunakan dengan cara dihirup, dihisap, atau injeksi intravena Efek

psikologisnya berlangsung berjam-jam dan sangat kuat. Tidak seperti crack

cocaine (lihat bagian 9.6), yang harus diimpor, metamfetamin adalah obat sintetik

yang dapat dibuat secara domestik di laboratorium illegal.

Epidemiologi

Pada tahun 2000, sekitar 4 persen populasi AS menggunakan

psikostimulan. Kelompok usia 18 sampai 25 tahun merupakan pengguna tertinggi

diikuti kelompok usia l2 sampai 17 tahun. Penggunaan amfetamin terjadi pada

semua kelompok sosioekonomi dan penggunaan amfetamin meningkat di antara

3

Page 5: Case Report Dr. Denny Amel

professional kulit putih. Oleh karena amfetamin tersedia melalui resep dokter

untuk indikasi spesifik. clokter yang meresepkan sebaiknya menyadari risiko

penggunaan oleh orang lain, termasuk teman dan anggota keluarga pasien yang

menerima amfetamin. Tidak ada data tersedia yang dapat diandalkan tentang

epidemiologi penggunaan amfetamin desainer, namun obat ini sangat

disalahgunakan. Menurut DSM-IV-T& prevalensi ketergantungan dan

penyalahgunaan amfetamin seumur hidup adalah 1,5 persen; dan rasio pria

terhadap wanita adalah 1.

Neurofarmakologi

Semua amfetamin diabsorpsi cepat secara oral dan memiliki mula kerja

yang cepat, biasanya dalam waktu I jam bila dikonsumsi per oral. Amfetamin

klasik juga dikonsumsi secara intravena dan memiliki efek hampir seketika

dengan rute ini. Amfetamin yang tidak diresepkan dan amfetamin desainerjuga

dihirup ("snorting"). Toleransi terjadi baik pada amfetamin klasik maupun

desainer meski pengguna amfetamin sering kali mengatasi toleransi dengan

mengonsumsi lebih banyak lagi. Amfetamin tidak terlalu adiktif dibanding kokain

yang dibuktikan melalui eksperimen pada tikus yaitu tidak semua hewan secara

spontan memakai sendiri amfetamin dosis rendah.

Amfetamin klasik (yi., dekstroamfetamin, metamfetamin, dan

metilfenidat) menirnbulkan efek primer dengan menyebabkan pelepasan

katekolamin, terutama dopamin, dari terminal prasinaptik. Efeknya terutama

poten untuk neuron dopamlnergik yang berjalan dari area tegmental ventral ke

korteks serebri dan area limbik. Jaras ini disebut sebagai jaras sirkuit reward dan

aktivasinya mungkin menjadi mekanisme adiktif utama untuk amfetamin.

Amfetamin desainer (cth., MDMA, MDEA, MMDA, dan DOM)

rnenyebabkan pelepasan katekolamin (dopamin dan norepinefrin) serta serotonin,

neurotransmiter yang dianggap sebagai jaras neurokimiawi utama untuk

halusinogen. Oleh karena itu, efek klinis amf'etamin desainer merupakan

campuran efek amfetamin klasik dan halusinogen. Farmakologi MDMA paling

baik dipahami dari kelompok ini. MDMA diambil di neuron serotonergik oleh

transporter serotonin yang berlanggung jawab untuk reuptake serotonin. Bila telah

4

Page 6: Case Report Dr. Denny Amel

berada di neuron, MDMA menyebabkan pelepasan cepat bolus serotonin dan

menghambat aktivilas enzim penghasil serotonin.

DIAGNOSIS

DSM-IV-TR mencantumkan banyak gangguan terkait amfetamin (atau lir-

amfetamin) (Tabel 9.3-l) namun hanya merinci kriteria diagnosis intoksikasi

amfetamin (Tabel 9.3-2), keadaan putus amfetamin (Tabel 9.3-3), dan gangguan

terkait amfetamin yang tak-tergolongkan (Tabel 9.3-4) pada bagian gangguan

terkait amfetamin (atau lir-arnfetamin). Kriteria diagnosis gangguan terkait

amfetamin (atau lir-amfetamin) lain tercantum dalam bagian DSM-IV-TR yang

berhubungan dengan gejala fenomenologis primer (contohnya psikosis).

Ketergantungan Amfetamin dan Penyalahgunaan Amfetamin

Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan dan penyalahgunaan dapat

diterapkan pada amfetamin dan zat terkait. Ketergantungan amfetamin dapat

mengakibatkan penurunan spiral yang cepat dari kemampuan seseorang untuk

menghadapi kewajiban dan stres yang berkaitan dengan keluarga dan pekerjaan.

Seseorang yang menyalahgunakan amfetamin membutuhkan dosis tinggi

amfetamin yang semakin meningkat untuk memeroleh rasa tinggi (high) yang

biasa, dan tanda fisik penyalahgunaan amfetamin (contohnya penurunan berat

badan dan ide paranoid) hampir selalu timbul dengan diteruskannya

penyalahgunaan.

lntoksikasi Amfetamin

Sindrom intoksikasi kokain (menghalangi reuptake dopamin) dan

amfetamin (menyebabkan pelepasan dopamin) sifatnya serupa. Oleh karena

penelitian tentang penyalahgunaan dan intoksikasi kokain dilakukan lebih teliti

dan mendalam dibanding pada amfetamin, literatur klinis tentang amfetamin

sangat dipengaruhi temuan klinis pada penyalahgunaan kokain. Pada DSM-IV-

TR, kriteria diagnosis intoksikasi amfetamin dan intoksikasi kokain terpisah

namun hampir sama. DSM-IV-TR merinci gangguan persepsi sebagai gejala

intoksikasi amfetamin. Bila tidak ada uji realitas yang intak, dipikirkan diagnosis

5

Page 7: Case Report Dr. Denny Amel

gangguan psikotik terinduksi amfetamin dengan awitan saat intoksikasi. Gejala

intoksikasi amfetamin sebagian besar pulih setelah 24 jam dan umumnya akan

hilang sepenuhnya setelah 48 jam.

Keadaan Putus Amfetamin

Setelah intoksikasi amfetamin, terjadi uash dengan gejala ansietas,

gemetar, mood disforik, letargi, kelelahan, mimpi buruk disertai tidur dengan

rapid eye moventent yang berulang), sakit kepala, berkeringat hebat, kram otot,

kram perut, dan rasa lapar yang tak terpuaskan. Gejala putus zat biasanya

memuncak dalam 2 sampai 4 hari dan hilang dalam I minggu. Gejala putus zat

yang paling serius adalah depresii yang terutama dapat menjadi berat setelah

penggunaan amfetamin dosis tinggi terus-menerus dan dapat dikaitkan dengan ide

atau perilaku bunuh diri. Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk keadaan putus

amfetamin (Tabel 9.3-3) merinci bahwa mood disforik dan perubahan fisiologis

diperlukan untuk diagnosis tersebut.

Delirium pada lntoksikasi Amfetamin

Delirium yang disebabkan oleh penggunaan amfetamin biasanya muncul

akibat amfetamin penggunaan dosis tinggi atau terus-menerus sehingga deprivasi

tidur memengaruhi tampilan klinis. Kombinasi amfetamin dengan zat lain serta

penggunaan amfetamin oleh orang dengan kerusakan otak yang,telah ada

sebelumnya juga dapat menyebabkan timbulnya de lirium. Tidak jarang

mahasiswa universitas yang menggunakan amfetamin untuk belajar kilat

menghadapi uiian menunjukkan delirium jenis ini.

Gangguan Psikotik Terinduksi Amfetamin

Kemiripan klinis psikosis terinduksi amfetamin dengan skizofrenia

paranoid telah memicu penelitian intensif tentang neurokimiawi psikosis

terinduksi amfetamin untuk menguraikan patofisiologi skizofrenia paranoid.

Tanda gangguan psikotik terinduksi amfetamin adalah adanya paranoia.

Gangguan psikotik terinduksi amfetamin dapat dibedakan dengan skizofrenia

paranoid dengan sejumlah karakteristik pembeda yang ditemukan pada gangguan

6

Page 8: Case Report Dr. Denny Amel

psikotik terinduksi amfetamin, yaitu adanya predominasi halusinasi visual, afek

yang secara umum serasi, hiperaktivitas, hiperseksualitas, kebingungan dan

inkoherensi, serta sedikit bukti gangguan proses pikir (seperti asosiasi longgar).

Pada beberapa studi, peneliti juga mencatat bahwa meski gejala positilgangguan

psikotik terinduksi amfetamin dan skizofrenia mirip, gangguan psikotik terinduksi

amfetamin biasanya tidak memiliki af'ek mendatar dan alogia seperti pada

skizofrenia. Namun, secara klinis, gangguan psikotik terinduksi amf'etamin yang

akut mungkin tidak dapat dibedakan dengan skizofrenia, dan hanya resolusi gejala

dalam beberapa hari atau temuan positif pada uji tapis zat dalam urin yang

akhirnya akan menunjukkan diagnosis yang tepat. Terapi pilihan untuk gangguan

psikotik terinduksi amfetamin adalah penggunaan .jangka pendek obat

antipsikotik seperti haloperidol (Haldol).

Gangguan Mood Terinduksi Amfetamin

Awitan gangguan mood terinduksi amfetarnin dapat terjadi saat intoksikasi

atau putus zat. Umumnya, intoksikasi rnenimbulkan gambaran manik atau mood

campuran, sementara keadaan putus zat menimbulkan gambaran mood depresif.

Gangguan Ansietas Terinduksi Amfetamin

Amfetamin, seperti kokain, clapat menginduksi gejala yang serupa dengan

yang terlihat pada gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, dan terutama,

gangguan tbbia. Awitan gangguan ansietas terinduksi amfetamin juga dapat

terjadi saat inloksikasi atau putus zat.

Disfungsi Seksual Terinduksi Amfetamin

Amfetamin sering digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual;

namun, dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang dikaitkan dengan gangguan

ereksi dan disfungsi seksual lain. Disfungsi ini diklasifikasikan dalam DSM-IV-

TR sebagai disfungsi seksual terinduksi amletamin.

7

Page 9: Case Report Dr. Denny Amel

Gangguan Tidur Terinduksi Amfetamin

Intoksikasi amfetamin dapat mer.rimbulkan insomnia dan deprivasi tidur,

sementara orang yang sedang mengalami keadaan putus amfetamin dapat

mengalami hipersomnolen dan mimpi buruk.

Gangguan yang Tak-Tergolongkan

Jika suatu gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin) tidak

memenuhi kriteria satu atau lebih kategori yang didiskusikan di atas, gangguan

tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan terkait amfetamin yang tak-

tergolongkan (Tabel 9.3-4).

GAMBARAN KLINIS

Pada orang yang sebelumnya tidak pernah mengonsumsi amfetamin, dosis

tunggal 5 mg meningkatkan perasaan sehat dan menginduksi elasi, euforia, dan

rasa bersahabat. Dosis kecil umumnya memperbaiki atensi dan meningkatkan

kinerja pada tugas terlulis, oral, dan penampilan. Juga terdapat penurunan

kelelahan, induksi anoreksia, dan peningkatan ambang nyeri yang dikaitkan

dengan hal ini. Efek tak diinginkan timbul akibat penggunaan dosis tinggi dalam

periode lama.

Efek Simpang

Fisik. Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan efek simpang, yang

paling serius mencakup efek serebrovaskular, kardiak, dan gastrointestinal. Di

antara kondisi spesifik yang mengancam nyawa adalah infark miokardium,

hipertensi berat, penyakit serebrovaskular, dan kolitis iskemia. Gejala neurologis

yang berkepanjangan, dari kedutan, tetani, kejang, sampai koma dan kematian,

dikaitkan dengan amfetamin dosis tinggi yang terus meningkat. Penggunaan

amfetamin intravena dapat menularkan human immunodeficiency virus dan

hepatitis serta menyebabkan perkembangan abses paru, endokarditis, dan angiitis

nekrotikans lebih lanjut. Sejumlah studi menunjukkan bahwa penyalahguna

amfetamin hanya mengetahui sedikit-atau tidak peduli-tentang praktik seks yang

aman serta penggunaan kondom. Efek simpang yang tidak mengancam nyawa

8

Page 10: Case Report Dr. Denny Amel

mencakup semburat merah, pucat, sianosis, demam, sakit kepala, takikardia,

palpitasi, mual, muntah, bruksisme (gigi gemeretuk), sesak nafas, tremor, dan

ataksia. Wanita hamil yang menggunakan amfetamin sering melahirkan bayi

dengan berat lahir rendah, lingkar kepala kecil, usia kehamilan dini, dan retardasi

pertumbuhan.

Psikologis. Efek simpang psikologis yang disebabkan oleh penggunaan

amfetamin mencakup kegelisahan, disforia, insomnia, iritabilitas, sikap

bermusuhan, dan kebingungan Konsumsi amfetamin juga dapat menginduksi

gejala gangguan ansietas seperti gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan

panik serta ide rujukan, waham paranoid, dan halusinasi.

PENANGANAN DAN REHABILITASI

Penanganan gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin) bersama

dengan gangguan terkait kokain sama-sama mengalami kesulitan dalam

membantu pasien untuk tetap abstinensi dari zat, vang sangat memperkuat dan

mengindirksi ketagihan. Situasi rawat inap dan penggunaan rnetode terapeutik

multipel (psikoterapi individual, keluarga, dan kelompok) biasanya dibutuhkan

untuk mencapai abstinensi seterusnya. Penanganan gangguan spesifik terinduksi

amfetamin (contohnya gangguan psikotik terinduksi amfetamin dan gangguan

ansietas terinduksi amfetamin) dengan obat spesifik (contohnya antipsikotik dan

ansiolitik) rnungkin diperlukan dalam jangka pendek. Antipsikotik dapat

diresepkan untuk beberapa hari perlama Bila tidak ada psikosis, diazepam

(Valium) berguna untuk menangani agitasi dan hiperaktivitas pasien.

Dokter sebaiknya membangun aliansi terapeutik dengan pasien untuk

mengatasi depresi atau gangguan kepribadian yang mendasari atau keduanya.

Namun. karena banyak pasien sangat tergantung obat, psikoterapi terutama dapat

sangat sulit.

Kondisi komorbid seperli depresi dapat berespon dengan obat

antidepresan. Bupropion (Wellbutrin) dapat digunakan setelah pasien putus

amfetamin. Obat ini memiliki efek menimbulkan perasaan sehat ketika pasien

bergulat dengan disforia yang dapat menyertai abstinensi.

9

Page 11: Case Report Dr. Denny Amel

BAB III

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin, 23 Mei 2011 pukul 12.00 WITA, di POLI

RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Alloanamnesis dengan kakek

dan nenek pasien dan autoanamnesis dengan pasien sendiri.

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : D

Umur : 18 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Kuliah

Pekerjaan : Mahasiswi

Suku : Sunda

Alamat : Jl. Biawan

Pasien datang bersama kakek dan neneknya untuk berobat ke poli RSKD

Atma Husada Mahakam Samarinda.

2. STATUS PRAESENS

a. Status Internus

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit

Frekuensi pernafasan : 20 x/menit

Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

Sistem Kardiovaskular : Tidak didapatkan kelainan

Sistem Respiratorik : Tidak didapatkan kelainan

Sistem Gastrointestinal : Tidak didapatkan kelainan

Sistem Urogenital : Tidak didapatkan kelainan

10

Page 12: Case Report Dr. Denny Amel

Ekstrimitas : Tidak didapatkan kelainan

b. Status Neurologikus

Panca indera : Tidak didapatkan kelainan

Tanda meningeal : Tidak ada

Tekanan Intrakranial : Tidak didapatkan tanda-tanda peningkatan TIK.

Mata

Gerakan : Normal

Persepsi : Normal

Pupil : Isokor

Diplopia : Tidak didapatkan kelainan

Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Status Psikiatrikus

Autoanamnesa Dan Alloanamnesis

Alloanamnesis

Diperoleh dari : Ny. A

Usia : 60 tahun

Alamat : jl. Biawan, Samarinda

Pekerjaan : IRT

Hubungan dengan pasien : nenek pasien

Sebab utama datang ke RSKD AHM Samarinda :

Mengkonsumsi SS

Riwayat perjalanan penyakit :

Pasien dibawa oleh kakek dan neneknya ke poli RSKD Atma Husada

Mahakam Samarinda karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang

(jenis SS). Sebelumnya kakek dan nenek pasien tidak mengetahui kalau cucu

mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Mereka baru mengetahuinya 1

minggu yang lalu. Saat itu pasien habis bertengkar dengan temannya di

telepon, dan menurut pengakuan pasien, karena sudah tidak tahan lagi, ia

11

Page 13: Case Report Dr. Denny Amel

menceritakan masalahnya kepada neneknya termasuk mengenai masalah ia

mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Kakek dan neneknya ini kemudian

membujuk pasien agar mau berobat dan menjalani rehabilitasi untuk terlepas

dari narkoba.

Saat anamnesa dengan pasien, pasien bercerita banyak mengenai

keadaannya. Dari anamnesa tersebut, diketahui bahwa pasien sudah

mengkonsumsi narkoba sejak dari SMA. Pasien mengatakan bahwa saat itu ia

diajak oleh teman-temannya untuk mengkonsumsi narkoba. Pasien

mengkonsumsi beberapa jenis obat. Jenis narkoba yang dikonsumsi saat itu

antara lain LL, inex, dan beberapa jenis obat-obatan lainnya (pasien lupa

namanya). Pasien juga meminum alcohol. Pasien mengatakan ia sempat

berhenti mengkonsumsi obat-obatan sekitar 1 ½ tahun yang lalu karena pada

saat itu pasien mengalami kecelakaan motor akibat balapan liar yang

diikutinya. Namun 2 bulan yang lalu, pasien kembali mengkonsumsi obat-

obatan terlarang karena ajakan pacarnya. Pasien mengatakan bahwa selama

2 bulan terakhir ini obat yang dikonsumsi hanya SS.

Pasien mengatakan bahwa ia mengkonsumsi obat-obatan tersebut untuk

lari dari masalah-masalah yang ia hadapi. Menurut pasien masalah yang paling

berat yang dihadapinya adalah masalah keluarga. Pasien berasal dari sebuah

keluarga yang broken home. Pasien sudah tidak tinggal bersama kedua

orangtuanya sejak umur 3 tahun. Saat itu kedua orangtuanya hampir bercerai,

tetapi tidak jadi. Kedua orangtuanya kemudian pindah ke bandung dengan

meninggalkan pasien yang berusia 3 tahun di tempat kakek dan nenek dari

pihak ibu. Menurut pasien, kedua orangtua pasien tidak mempedulikannya.

Saat terlibat masalah, ibunya pernah mengatakan bahwa pasien memalukan

keluarga. Pasien juga mengatakan, bahkan ketika ia sedang mengalami

kecelakaan parah 1 ½ tahun yang lalu (kecelakaan motor akibat balapan liar)

orangtuanya tidak menjenguknya, dan hanya menanyakan kabar via telepon

kepada kakek dan neneknya. Pasien mengatakan bahwa saat SMP, ia pernah

mencoba bunuh diri.

Sejak mengkonsumsi SS, pasien merasa menjadi lebih temperamental,

sering sulit tidur, menggigil, badan terasa sakit, nafsu makan menurun, dan ada

12

Page 14: Case Report Dr. Denny Amel

penurunan berat badan ( 3 kg). Pasien juga kadang-kadang merasa dirinya

diolok-olok dan kadang-kadang melihat bayangan putih melintas. Pasien

menjadi sering merasa ketakutan, terutama bila sedang sendirian.

Riwayat penyakit dahulu

o Riwayat trauma (-), kejang (-), penyakit infeksi (-)

o Riwayat merokok (-)

o Riwayat rawat jalan di RSJ (-)

Gambaran Kepribadian

Supel, mudah bergaul, mempunyai kepribadian yang membangkang,

memiliki cita-cita untuk menjadi pengacara.

Riwayat Pendidikan

- Pasien saat ini sedang menjalani kuliah di fakultas hukum

- Waktu SMP pernah 6 kali pindah sekolah karena tidak betah dengan

lingkungan sekolah yang bersangkutan.

-

Riwayat sosial ekonomi

Berasal dari keluarga ekonomi yang mampu.

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada diantara keluarganya yang memiliki penyakit kejiwaan

Riwayat religius

Pasien tidak rajin beribadah.

Hubungan dengan keluarga dan lingkungan

- Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara

- Pasien tidak dekat dengan orangtuanya, namun memiliki hubungan

yang dekat dengan kakek dan neneknya

13

Page 15: Case Report Dr. Denny Amel

Genogram

Pasien merupakan anak ke-1 dari 2 saudara.

Keterangan :

: laki- laki tanpa gangguan jiwa

: Perempuan tanpa gangguan jiwa

: Pasien

STATUS PSIKIATRI

Kesan umum : rapi, tenang, kooperatif

Kontak : Kontak verbal (+), kontak visual (+)

Kesadaran : CM, Orientasi tempat, orang dan waktu tidak ada

gangguan, Atensi (+).

Emosi/Afek : Stabil/ Afek sesuai

Proses berfikir : Cepat, koheren, waham (-)

Intelegensia : Cukup

Persepsi : Halusinasi (+) dan ilusi (-)

Anxietas : (-)

Kemauan : Normal

Psikomotor : Normal

14

Page 16: Case Report Dr. Denny Amel

A. Diagnosis

Formulasi diagnosis

Seorang wanita berumur 18 tahun,beragama Islam, seorang mahasiswi,

tinggal di jl. Biawan. Pasien datang ke poli RSKD Atma Husada

Mahakam Samarinda pada hari senin, 23 Mei 2011 pukul 12.00 WITA.

Pasien datang karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang (jenis

SS).

Saat anamnesa dengan pasien, pasien bercerita banyak mengenai

keadaannya. Dari anamnesa tersebut, diketahui bahwa pasien sudah

mengkonsumsi narkoba sejak dari SMA dan sempat berhenti

mengkonsumsi obat-obatan sekitar 1 ½ tahun yang lalu karena pada saat

itu pasien mengalami kecelakaan motor akibat balapan liar yang

diikutinya.

2 bulan yang lalu, pasien kembali mengkonsumsi obat-obatan terlarang

karena ajakan pacarnya. Pasien mengatakan bahwa selama 2 bulan

terakhir ini obat yang dikonsumsi hanya SS.

Pasien mengatakan bahwa ia mengkonsumsi obat-obatan tersebut untuk

lari dari masalah-masalah yang ia hadapi. Menurut pasien masalah yang

paling berat yang dihadapinya adalah masalah keluarga. Menurutnya,

kedua orangtua pasien tidak mempedulikannya. Bahkan, pasien

mengatakan bahwa saat SMP, ia pernah mencoba bunuh diri.

Sejak mengkonsumsi SS, pasien merasa menjadi lebih temperamental,

sering sulit tidur, menggigil, badan terasa sakit, nafsu makan menurun, dan

ada penurunan berat badan ( 3 kg). Pasien juga kadang-kadang merasa

dirinya diolok-olok dan kadang-kadang melihat bayangan putih melintas.

Pasien menjadi sering merasa ketakutan, terutama bila sedang sendirian.

Berasal dari keluarga ekonomi yang mampu. Pasien memiliki hubungan

yang kurang baik dengan kedua orangtuanya.

Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesadaran composmentis,

penampilan rapi, sikap saat pemeriksaan kooperatif, emosi stabil, afek

15

Page 17: Case Report Dr. Denny Amel

normal, orientasi (+), proses fikir (cepat), persepsi halusinasi (+) dan ilusi

(-), kemauan normal, anxietas (-).

B. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F15 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

stimulansia (Amfetamin)

Aksis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

Aksis III : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

Aksis IV : masalah berkaitan dengan primary support group

Aksis V : GAF 90-81 gejala gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,

tidak lebih dari masalah harian biasa.

C. Pengobatan

Psikofarmakologi :

Observasi perilaku

Psikoterapi :

Memotivasi pasien untuk menjalani proses rehabilitasi untuk

melepaskan diri dari ketergantungan obat

Mendengarkan keluhan pasien dan mengarahkan untuk tidak

melakukan lagi perbuatannya.

Membangun kepercayaan diri pasien bahwa dia bisa merubah

perilakunya.

Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai masalah

yang sedang dihadapi pasien.

Menyarankan kepada keluarga untuk terus memotivasi dan

mendukung pasien agar bisa lepas obat.

D. Prognosis

Dubia ad bonam

Kemauan yang kuat dari pasien untuk lepas obat

Dukungan keluarga

16

Page 18: Case Report Dr. Denny Amel

PEMBAHASAN

A. Diagnosis

Seorang wanita usia 18 tahun, mahasiswi, datang dengan keluhan

mengkonsumsi SS sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan bahwa ia

mengkonsumsi obat-obatan tersebut untuk lari dari masalah-masalah yang

ia hadapi. Menurut pasien masalah yang paling berat yang dihadapinya

adalah masalah keluarga. Sejak mengkonsumsi SS, pasien merasa menjadi

lebih temperamental, sering sulit tidur, menggigil, badan terasa sakit,

nafsu makan menurun, dan ada penurunan berat badan ( 3 kg). Pasien

juga kadang-kadang merasa mendengar dirinya diolok-olok dan kadang-

kadang melihat bayangan putih melintas. Pasien menjadi sering merasa

ketakutan, terutama bila sedang sendirian. Hubungan dengan keluarga

kurang baik, karena pasien merasa orangtuanya tidak perhatian pada

pasien. Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesadaran composmentis,

penampilan rapi, sikap saat pemeriksaan kooperatif, emosi stabil, afek

normal, orientasi (+), proses fikir (cepat), persepsi halusinasi (+) dan ilusi

(-), kemauan normal, anxietas (-)

SS merupakan psikotropika jenis methamphetamine merupakan

golongan stimulant yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini dapat membuat pemakainya

menjadi aktif, segar dan bersemangat.1

Penggunaan amphetamine biasa ditemui pada pelajar, supir truk,

atlet, dan orang yang menginginkan untuk selalu terjaga dan perhatian.1

Efek pada perilaku : terjaga, banyak bicara, euphoria,

hiperaktivitas, agitasi, cenderung paranoid, impotensi, halusinasi visual

dan taktil.1,2,4 Efek pada fisik : midriasis, tremor, halitosis, mulut kering,

takikardi, hipertensi, penurunan berat badan, aritmia, demam kejang.1,2,4

Tanda gangguan psikotik terinduksi amfetamin adalah adanya

paranoid. Gangguan psikotik terinduksi amfetamin dapat dibedakan dari

skizofrenia paranoid dengan sejumlah karakteristik pembeda yang

17

Page 19: Case Report Dr. Denny Amel

ditemukan pada gangguan psikotik terinduksi amfetamin, yaitu adanya

predominasi halusinasi visual, afek yang secara umum serasi,

hiperaktivitas, hiperseksualitas, kebingungan dan inkoherensi, serta sedikit

bukti gangguan proses berpikir (seperti asosiasi longgar).1

Ketergantungan amfetamin dapat mengakibatkan penurunan spiral

yang cepat dari kemampuan seseorang untuk menghadapi kewajiban dan

stress yang berkaitan dengan keluarga dan pekerjaan.1

B. Pengobatan dan prognosis

Pengobatan pada ketergantungan methamphetamine bersifat

simtomatik.1 Diazepam diberikan jika pasien gelisah dan hiperaktivitas.1

Kondisi komorbid seperti depresi dapat berespon dengan obat

Antidepressan seperti bupoprion dapat digunakan (wellbutrin) dan

fluoxetine (prozac) dapat digunakan terapi maintenance setelah

detoksifikasi (putus obat). Obat ini memiliki efek menimbulkan perasaan

sehat ketika pasien bergulat dengan disforia yang dapat menyertai

abstinensi.1

Pada pasien ini belum dibutuhkan adanya pengobatan

farmakologis. Yang utama dilakukan terlebih dahulu adalah memotivasi

pasien untuk mau menjalani program rehabilitasi supaya dapat terlepas

dari penggunaan obat. Dalam hal ini faktor keluarga yang ikut membantu

memotivasi dan mendukung pasien untuk lepas obat juga sangat penting.

Penanganan gangguan terkait amfetamin mengalami kesulitan

untuk membantu pasien untuk tetap abstinensi dari zat, yang sangat

memperkuat dan menginduksi ketagihan. Situasi seperti rawat inap dan

penggunaan terapi terapeutik multiple (psikoterapi individual, keluarga

dan kelompok) biasanya dibutuhkan untuk mencapai abstinensi

seterusnya.3

Dalam terapi, pasien membahas isu-isu yang berkaitan dengan

motivasi, keterampilan untuk menolak NAPZA, mengganti kegiatan

penggunaan NAPZA dengan kegiatan-kegiatan yang konstruktif dan

memuaskan tanpa NAPZA, dan memperbaiki kemampuan menyelesaikan

18

Page 20: Case Report Dr. Denny Amel

masalah. Terapi perilaku juga memfasilitasi hubungan interpersonal dan

kemampuan individu untuk dapat berfungsi dalam keluarga dan

komunitasnya.1,3

Prognosis pasien ini sangat dipengaruhi oleh Kemauan yang kuat

dari pasien untuk lepas obat sangat berperan penting dalam proses

rehabilitasi. Dan juga dipengaruhi oleh adanya dukungan keluarga pasien

sendiri.

19

Page 21: Case Report Dr. Denny Amel

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Sadock. 2010. Sinopsis psikiatri. Ilmu pengetahuan perilaku psikitri

klinis edisi 10. Alih bahasa: Widjaja kusuma. Jawa barat: Binarupa aksara 

2. Departemen Kesehatan R I. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta.

3. Kusminarno, Ketut. 2002. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Cermin dunia kedokteran no.

135 hal 17-20. Jakarta.

4. Badan Narkotika Provinsi Kalimantan timur. 2008. Pengenalan Jenis-Jenis

Narkoba. Available at : http://bnpkaltim.blogspot.com/. Diakses tanggal 3 Juni

2011.

20

Page 22: Case Report Dr. Denny Amel

LAMPIRAN

21