case report bi2

46
CASE REPORT POLA ASUH ORANG TUA ANGKAT YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DISUSUN OLEH : HABIBI (1102007132) BLOK ELEKTIF BIDANG KEPEMINATAN DRUG ABUSE FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI Jakarta

Upload: deny-oktriana-pamuncak

Post on 06-Aug-2015

137 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Bi2

CASE REPORT

POLA ASUH ORANG TUA ANGKAT YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA

DISUSUN OLEH :

HABIBI (1102007132)

BLOK ELEKTIF BIDANG KEPEMINATAN DRUG ABUSE

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

Jakarta

2012

Page 2: Case Report Bi2

Abstrak

Latar belakang

Penggunaan (Narkotika dan obat- obat berbahaya) narkoba dikalangan remaja masih marak terjadi dibelahan dunia bahkan penggunanya semakin meningkat. Hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi keluarga terutama orang tua dalam menjaga anak – anaknya dari bahaya narkoba. Tetapi hal ini berbalik dengan beberapa kasus yang terjadi , salahnya pola didik dan kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua yang menyebabkan anak mencoba memakai narkoba.

Presentasi kasus

Pasien laki- laki bernama Joni (nama samaran) berumur 15 tahun diduga kecanduan narkoba yang berjenis ganja dan obat golongan analgetik (pemakaian dosis tidak wajar), dia sering mengalami kondisi tidak sadarkan diri, gelisah, berhalusinasi dan merasa flu. Dalam kesehariannya di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RS. KO), Joni kurang bisa bergaul dengan pasien yang lainnya. Hal ini disebabkan Joni mempunyai perilaku austistik. Sebelum tinggal di RS.KO, Joni hidup terpisah dengan orangtua kandungnya dan dia hidup bersama orang tua angkatnya.

Diskusi

Narkoba merupakan kumpulan dari berbagai senyawa yang membuat para penggunanya mengalami kecanduan obat akut yang sebenarnya digunakan didalam dunia medis untuk menganastesi pasien yang akan dioperasi atau untuk obat dalam penyakit tertentu. Tetapi yang digunakan merupakan senyawa dari psikotropika yang berdosis rendah. Hal ini sangat disayangkan ketika remaja saat ini menyalahgunakan fungsi dari narkoba tersebut. Para remaja menggunakan narkoba sebagai obat penenang dalam menghadapi situasi hidup dan sebagai gaya hidup karena mereka berfikir memakai narkoba akan menjadikan mereka sebagai sosok remaja yang gaul.

Orang tua seharusnya berperan aktif dalam mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba serta memberikan bimbingan akan dampak bahaya narkoba. Peran agama dalam menyikapi masalah pola didik orang tua terhadap anak.

Simpulan

Narkoba merupakan momok permasalahan terbesar dikehidupan remaja yang disebabkan karena psikologis remaja masih labil dimana masa remaja tersebut mencari identitas diri mereka. Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menjerumuskan mereka. Dalam hal ini peran sebuah keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam menghindari narkoba dan menjaga perilaku anaknya. Pola didik orang tua yang benar dapat menghindari anak- anak dari bahaya narkoba. Orang tua tidak boleh terlalu otoriter terhadap anaknya karena dapat mengganggu psikologis anak. Permasalahan yang timbul diantara keluarga sebaiknya tidak menggunakan anak sebagai pelampiasan akan kemarahan orang tua. Dengan cara ini anak khususnya remaja dapat bersikap baik dan menghindari dari segala sesuatu yang jelek khususnya menghindari narkoba.

i

Page 3: Case Report Bi2

DAFTAR ISI

Abstrak………………………………………………………………………………….i

Daftar isi………………………………………………………………………………..ii

1. Latar Belakang………………………………………………………………….1

2. Presentasi Kasus………………………………………………………………...4

3. Diskusi…....…………....………………………………………………………..6

3.1. Definisi Remaja…………………………………………………………7

3.2. Definisi Keluarga …………………………………………………….....9

3.2.1. Bentuk- bentuk keluarga……………………………………………10

3.2.2. Fungsi Keluarga…………………………………………………….12

3.2.3. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan………………….13

3.3. Penggunaan dan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja……………...13

4. Kesimpulan……………………………………………………………………..24

5. Daftar Pustaka………………………………………………………………….27

ii

Page 4: Case Report Bi2

Latar belakang

Belakangan ini berjuta-juta remaja di Asia telah menggunakan narkoba mulai dari

menghirup bahan- bahan kimia sampai pemakaian narkoba berjenis ekstasi dan heroin oleh

remaja. Sebenarnya ada banyak definisi dari narkoba yang kini beredar di masyarakat saat ini, di

antaranya: Narkotika dan Obat-obatan Terlarang, Narkotika dan Obat-obatan berbahaya dan

Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat berbahaya

Dasar terjemahan narkoba sebenarnya memang sangat tidak jelas. Secara umum narkoba

adalah terjemahan dari kata Narkotika, dan Bahan-bahan berbahaya. Bahan-bahan berbahaya ini

termasuk di dalamnya obat-obatan yang tidak mempunyai kandungan Narkotika (sekarang

disebut Psikotropika), alkohol, dan zat-zat cair atau padat lainnya seperti pestisida, limbah-

limbah beracun. Selanjutnya muncul istilah NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat-

zat Adiktif lainnya).

Sebelum tahun 1997, permasalahan tentang narkoba sudah diatur dan tertera dalam UU

No. 9 Tahun 1976. Sedangkan untuk psikotropika, belum ada undang-undang yang mengatur

tentang hal tersebut. Psikotropika hanya diatur sebatas dalam UU Kesehatan dan berbagai

Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan. Berdasarkan pengalaman pada tahun-

tahun sebelumnya, ternyata psikotropika keberadaannya banyak disalahgunakan dan dijual dalam

perdagangan gelap. Karena ketidaktegasan dalam aturan, maka dibuatlah UU No. 5 Tahun 1997.

Dalam Pasal 1 ayat 1 terdapat pernyataan berbunyi, “Psikotropika adalah zat atau obat, baik yang

alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku”. Disebutkan pula yang termasuk psikotropika adalah ekstasi, shabu-shabu, obat

1

Page 5: Case Report Bi2

penenang/ obat tidur, obat anti depresi, dan obat anti psikosis. Undang-undang ini keluar

bersamaan dengan UU No. 5 Tahun 1997 mengenai Psikotropika dan merupakan pengganti UU

No. 9 Tahun 1976. Undang-undang ini ditambah dengan penambahan maksimal hukuman serta

denda dan perubahan lainnya. Dalam undang-undang ini, pengertian mengenai narkotika dalam

Pasal 1 ayat 1, yaitu “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan”. Dalam undang-undang ini, narkotika dibagi menjadi

tiga golongan, yaitu:

1. Golongan opiate: heroin, morfin, candu, dll.

2. Golongan kanabis: ganja, hashis, dll.

3. Golongan koka: kokain, crack, dll. 

Masalah narkoba ini mulai muncul ke permukaan sebagai suatu sebab yang menakutkan

dalam kaitannya dengan kehidupan generasi penerus bangsa sekitar awal tahun 80-an. Sebelum

tahun itu, sering terdengar kata morphinis yang disandang oleh para pengguna narkoba. Hanya

saja, saat itu belum banyak orang memperdulikan masalah ini karena pada umumnya

penggunanya hanya merupakan kalangan elite saja. Seperti yang digambarkan dalam film-film,

narkoba dalam bentuk morphin ini menjadi monopoli mafia-mafia dan menjadi komoditas

berharga tinggi. Lama-kelamaan, narkoba telah merambah ke semua golongan, entah elite atau

golongan kelas bawah secara pesat. Akibatnya semua golongan ikut merasakan kegelisahan akan

hal ini, apalagi dampaknya yang tidak tanggung-tanggung.

2

Page 6: Case Report Bi2

Ada macam-macam jenis narkoba yang telah ditemukan. Namun di sini akan dijabarkan

beberapa saja dari golongan narkoba maupun psikotropika.

o Jenis narkoba:

Heroin: Putaw, Pete, Bedak,

Morphin

Cocain

Ganja: mariyuana, gelek, rumput, cimeng, mBako

Codein, dll.

o Jenis psikotropika:

Shabu-shabu: SS, Kristal, Ubas, Blue eyes, Tawas

Ekstasy: Inex. X,kancing

Pil koplo: Magadhon, Rohipnol, Leksotan, BK, Valium, dan lain-lainya yang masuk

daftar ‘G’. 

Penyebaran narkoba dikalangan remaja hingga kini tidak bisa dicegah. Hampir seluruh

penduduk dunia dapat dengan mudah mendapatkan narkoba dari oknum – oknum yang tidak

bertanggung jawab. Upaya pemberantasan narkoba sudah sering dilakukan untuk menghindarkan

narkoba dari kalangan remaja. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah

penyalahgunaan narkoba yaitu pendidikan keluarga.

3

Page 7: Case Report Bi2

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui pola didik orang tua terhadap

anaknya yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba pada remaja serta faktor penyebab

remaja menggunakan narkoba. Penulisan ini bedasarkan hasil wawancara dengan seorang pasien

dengan usia 15 tahun di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur, Jakarta.

1. Presentasi kasus

Pasien laki- laki bernama Joni (nama samaran) berumur 15 tahun diduga kecanduan

narkoba yang berjenis ganja dan obat golongan analgetik (pemakaian dosis tidak wajar), dia

sering mengalami kondisi tidak sadarkan diri, gelisah, berhalusinasi dan merasa flu. Dalam

kesehariannya di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RS. KO), Joni kurang bisa bergaul dengan

pasien yang lainnya. Hal ini disebabkan Joni mempunyai perilaku austistik. Sebelum tinggal di

RS.KO, Joni hidup terpisah dengan orangtua kandungnya dan dia hidup bersama orang tua

angkatnya.

Saat tinggal bersama orangtua angkatnya, Joni sering diperlakukan kasar, terutama oleh

ibu angkatnya. Oleh sebab itu, Joni sering tidak berada dirumah melainkan dia senang mencari

kegiatan lainnya bersama teman karibnya yang bernama Jono (nama samaran). Jono

menawarkan obat jenis tramadol (dengan dosis tidak wajar). Dari Jono, Joni mengenal salah satu

jenis narkoba, sehingga Joni mau mencoba menggunakan obat tersebut dan akhirnya dia menjadi

ketergantungan dengan obat tersebut. Jono juga menawarkan narkoba jenis yang lain seperti

ganja. Joni pun tertarik untuk menggunakan ganja tersebut sampai dia mengetahui efek dari

penggunaan ganja dapat membuat Joni merasakan rileks. Efek ganja yang lain dirasakan oleh

4

Page 8: Case Report Bi2

Joni juga membuatnya sering tidak sadarkan diri dan berhalusinasi. Hal ini menyebabkan Joni

sangat ketergantungan sehingga dia bersama teman-temannya berusaha mendapatkan uang

dengan cara mengamen untuk membeli narkoba.

Pada suatu hari orangtua angkat Joni mengetahui bahwa dia menggunakan narkoba,

sehingga dengan sigap orang tua angkatnya membawa Joni ke Rumah Sakit Islam Jakarta. Dari

Rumah Sakit Islam Jakarta, Joni diberikan surat rujukan ke RS.KO yang menangani khusus

masalah narkoba. Akhirnya Joni ditempatkan ke dalam ruang detoksifikasi. Selama di RS.KO,

Joni mendapatkan pelayanan berupa makan, minum, obat, dan sebagainya. Joni juga mengakui

apa yang telah dilakukannya selama ini merupakan tindakan yang salah dan merugikan orang

terdekatnya terutama kedua orang tuanya. Oleh sebab itu Joni berjanji untuk tidak menggunakan

narkoba lagi.

Diskusi

Definisi remaja

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh berkembang atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup

kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat

yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Menurut Joy G. Dryfoos (1990 dikutip dari Clemens Bartollas,Op. Cit: 70) mengatakan bahwa

masa remaja ditandai saat individu berkembang dengan menunjukkan tanda-tanda seksual,

mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta

terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.

5

Page 9: Case Report Bi2

Selain itu, masa remaja merupakan masa kritis dalam pencarian identitas dimana remaja

berupaya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Masa remaja

merupakan masa transisi perkembangan antara anak dan dewasa, biasanya anak remaja dimulai

saat berumur 12 tahun hingga akhir dua puluh tahun.

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat definisi tentang remaja

yaitu:

1) Pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18

tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki.

2) Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang

belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.

3) Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-

18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

4) Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila

cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.

5) Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun,

yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.

3.1.1 Tahap- tahap perkembangan remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:

a. Remaja awal6

Page 10: Case Report Bi2

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan- perubahan yang

terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-

perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

b. Remaja madya

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan- kawan. Ia senang kalau banyak

teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman- teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-

ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialistis, dan sebagainya.

Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex(perasaan cinta pada ibu

sendiri pada masa anak- anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan- kawan.

c. Remaja akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan

pencapaian lima hal yaitu:

- Minat yang makin mantap terhadapfungsi- fungsi intelek.

- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang- orang lain dan dalam

pengalaman- pengalaman baru.

- Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingandiri sendir dengan orang lain.

7

Page 11: Case Report Bi2

- Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat umum

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal

perkembangan remaja serta cirri-cirinya. Berdasarkan sifat atau cirri

perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap yaitu :

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

Tampak dan merasa ingin bebas

Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai

berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13-15)

Tampak dan ingin mancari identitas diri.

Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

Timbul perasaan cinta yang mendalam.

c. Masa reamja akhir (16-19 tahun)

Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

Memiliki citra (gambaran, keadaaan, peranan) terhadap dirinya.

Dapat mewujudkan perasaan cinta

Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

3.1. Penggunaan dan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja

Masyarakat mengenal narkoba merupakan kependekan dari Narkotika dan Obat

Berbahaya. Padahal definisi dari Narkoba sendiri merupakan kumpulan dari berbagai senyawa 8

Page 12: Case Report Bi2

yang membuat para penggunanya mengalami kecanduan obat akut. Sebenarnya narkoba

digunakan didalam dunia medis untuk menganastesi pasien yang akan dioperasi atau untuk obat

dalam penyakit tertentu. Tetapi yang digunakan merupakan senyawa dari psikotropika yang

berdosis rendah. Saat ini remaja kurang memahami fungsi penggunaan narkoba dalam dunia

medis, sehingga mereka menyalahgunakan fungsi dari penggunaan narkoba yang sebenarnya.

Definisi dari penyalahgunaan zat narkoba merupakan sebuah pola perilaku yang kurang adaptif

dengan cara waktu lebih dari sebulan dan pelakunya terus menggunakan zat tersebut walaupun

mereka mengetahui bahwa mereka terancam bahaya akan penyalahgunaan tersebut.

Penyalahgunaan narkoba dapat menjadikan ketergantungan pada zat narkoba baik secara

fisiologis, psikologis, atau keduanya. Hal ini akan terus berlangsung sampai masa dewasa.

Narkoba yang membuat ketergantungan terutama berbahaya bagi remaja karena merangsang

bagian- bagian dari otak yang sedang berubah di masa remaja (Papalia Olds Feldmans, 2009:

27).

Di Indonesia, perkembangan pecandu narkoba semakin pesat khususnya para pecandu

narkoba di tingkat remaja yang berusia 11 sampai 24 tahun yang merupakan usia produktif.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku

dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu

mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba(khususnya dikalangan

usia muda dan anak- anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam).

Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba- coba

mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat- zat adiktif (zat yang

menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya. Menurut riset BNN bekerja

sana dengan Universitas Indonesia menemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi

9

Page 13: Case Report Bi2

narkoba jenis inhalan(uap yang dihirup), usia 8 tahun sudah memakai ganja dan usia 10 tahun

menggunakan narkoba dari bernagai jenis narkoa seperti heroin, morfin, ekstasi dan jenis

lainnya. Data statistik BNN tahun 2007 menunjukan bahwa usia kurang dari 16 tahun, pengguna

narkoba sebanyak 508 orang sedangkan usia 16- 20 tahun terdapat 6373 orang. Di Amerika

Serikat, pada tahun 2004 penggunaan narkoba dikalangan usia produktif meningkat sebanyak

15,2% siswa kelas enam(±12 tahun), sebanyak 31,1% siswa kelas 10(±16 tahun) dan 38,8%

siswa kelas 12(±18 tahun) menggunakan narkoba. Temuan ini berasal dari serangkaian survey

tahunan yang diadakan pemerintah terhadap sampel sebanyak 49.474 siswa di 406 sekolah.

(Papalia Olds Feldmans, 2009: 27).

Banyak faktor yang menyebabkan anak remaja menyalahgunakan fungsi narkoba yaitu

faktor internal berupa pengaruh kondisi kejiwaan dan kesalahan sikap psikologis anak dalam

mengartikan kondisi lingkungan disekitarnyadan faktor eksternal berupa pengaruh orang, sosial

dan budaya dari luar. Richard Dembo, et al (1994) menambahkan beberapa faktor penyebab anak

remaja menggunakan narkoba yaitu:

1. Pergaulan (teman)

Usia remaja adalah usia di mana anak-anak sedang mencari jati diri dan merupakan

peralihan dari usia anak-anak menuju ke tingkat dewasa. Istilahnya mereka masih

meraba-raba masa depan mereka. Apabila mereka salah memilih jalan dan berada dalam

lingkungan pergaulan yang salah, mereka mungkin dengan kepolosannya mau-mau saja

masuk ke lingkungan pecandu narkoba apabila tak dipandu dan diarahkan dengan benar.

2. Coba-coba

Umumnya, pada usia remaja, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang amat besar.

Dengan sedikit iming-iming menggairahkan, maka anak-anak bisa terjebak untuk

10

Page 14: Case Report Bi2

mencoba apakah benar narkoba itu enak atau tidak. Namun, rupanya narkoba bagaikan

lumpur hidup yang mampu menjebak orang selamanya untuk berada di situ walau masuk

sedikit saja.

3. Ingin lari dari masalah

Narkoba bagaikan cokelat. Ia menawarkan kenikmatan dan ketenangan dengan candunya.

Itulah yang dibutuhkan oleh jiwa-jiwa yang penat dengan masalah. Ia bisa menyingkirkan

masalah-masalah rumit dari otak. Namun perlahan-lahan dan dengan tidak disadari, ia

membawa malapetaka besar di kemudian hari.

4. Faktor keluarga yang kurang mendukung 

Remaja memang lebih sensitif dan peka pada lingkungan keluarganya dibandingkan pada

fase-fase sebelumnya. Melihat keluarganya yang bermasalah, hal itu bisa membuat

mereka sedih. Lalu mereka mencari jalan keluar untuk menghilangkan kesedihannya

karena merasa kurang diperhatikan karena keluarganya lebih sibuk mengurusi

masalahnya sendiri. Ketika ia salah jalan, narkoba bisa menjadi opsi pelampiasannya

karena narkoba menawarkan kenikmatan dan ketenangan yang tidak mereka rasakan saat

di lingkungan keluarga. Biasanya kasus ini sering terjadi pada remaja yang tumbuh dalam

keluarga broken home. Pada intinya, seorang user itu mempunyai masalah yang sangat

besar dan krisis kepercayaan pada dirinya sendiri. Mereka membutuhkan orang yang

peduli terhadapnya, terutama orang yang paling dekat dengannya.

Hal yang harus diwaspadai jika remaja menunjukkan beberapa gejala ini, yaitu:

1. Perubahan perilaku pada dirinya

11

Page 15: Case Report Bi2

Biasanya gejala-gejala ini akan terlihat sangat menonjol dan Nampak sangat

ganjil. Ia mengalami perubahan yang amat berbeda dengan sebelum ia mencoba narkoba.

Bisa jadi ia lebih tertutup atau merasa cepat gelisah.

2. Jadi pemalas

Karena narkoba juga berefek pada organ tubuh, orang yang mencoba narkoba

akan merasa mengalami perbedaan pada tubuhnya sehingga ia enggan berbuat banyak hal

karena rasa ketidaknyamanan pada tubuhnya itu.

3.Mudah tersinggung

4. Pintar berbohong.

Orang yang sudah terlanjur mencoba narkoba dan kecanduan akan sering banyak

menyimpan rahasia karena rasa takut jika ia ketahuan mengkonsumsi narkoba.

5.Suka bolos sekolah

6. Menjadi anak yang durhaka terhadap orang tua

7.Perubahan pola tidur 

Karena narkoba berpengaruh besar pada syaraf, maka syaraf yang mengaturnya

untuk tidur pun terganggu dan tak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tak jarang

pecandu narkoba sering nampak lelah dan bermata merah karena kurang tidur.

Sedangkan Ciri-ciri yang nampak pada tiap-tiap pengguna narkoba itu berbeda-

beda tergantung dari jenis apa yang dikonsumsi. Menurut dr.H Nasruddin Noor SpKJ,

(2012) menjelaskan dampak dan akibat menggunakan narkoba:

1. Ganja

Mata merah

Suka melantur

12

Page 16: Case Report Bi2

Merasa senang, kadang juga sedih (tergantung pada pembawaan awal ketika

mengkonsumsi ganja)

Pembohong

2. Putaw

Kusam

Mudah tersinggung

Pemalas

Pembohong

3. Ekstasi

Caranya berbicara melantur

Hiperaktif

Pemarah

Pembohong

4. Shabu-shabu

Bicaranya tidak jelas

Hiperaktif

Pembohong 

Tidak semua orang yang menggunakan narkoba dapat dikatakan sebagai pecandu.

Sebelum seseorang menjadi pecandu narkoba, ia akan melewati tahap-tahap berikut:

• User (pemakai coba-coba)

Remaja menggunakan narkoba pada waktu yang jarang dan hanya sekali-kali saja.

Misalnya, menggunakan narkoba sebagai perayaan kelulusan, ulang tahun, dll. Di tahap ini,

hubungan user dengan keluarga dan masyarakat masih baik-baik saja. Demikian juga dalam

13

Page 17: Case Report Bi2

prestasi akademiknya. Hal itu dikarenakan si user masih dapat mengontrol dirinya.

• Abuser (pemakai iseng)

Di tahap ini, seorang user meningkatkan lagi intensitasnya dalam menggunakan narkoba.

Narkoba mulai digunakan untuk melupakan masalah, mencari kesenangan, dan sebagainya. Di

tahap ini, control diri seseorang mulai berkurang sehingga ia tampak sering bermasalah baik

dengan keluarga, masyarakat,dan pendidikan. Konsentrasi mereka mulai melemah.

• Pecandu (pemakai tetap)

Pada tahap ini, seseorang akan kehilangan control sama sekali dalam penggunaan

narkoba. Narkoba telah mengontrol mereka. Karena perilakunya sudah tidak terkontrol lagi,

maka hubungan pengguna dengan orang lain sudah rusak. 

Menurut Novalina Kristina Manurung (2009), penyalahgunaan narkoba akan berdampak

kepada tiga hal, yaitu fisik, psikis, dan sosial apabila dilakukan secara terus-menerus.

1. Fisik

Akan terjadi perubahan pada tubuh secara kasat mata. Pecandu akan mudah

mengantuk dan mudah lelah. Pecandu juga jadi sering melamun. Wajahnya tampak

tidak segar dan tidak bersemangat. Organ tubuhnya kemungkinan terjadi kerusakan,

seperti gagal ginjal, radang usus, lever, gangguan menstruasi, atau gangguan hormon

lainnya, dan lain-lain. Pengguna putaw yang sering menggunakan jarum suntik

(dispet) dapat tertular HIV maupun hepatitis apabila menggunakan jarum suntik

secara bergantian atau juga berhubungan seks dengan orang yang telah tertular pada

saat dirasuki narkoba tersebut. Seorang pecandu narkoba bisa menyakiti tubuhnya

sendiri. Ketika sudah tidak ada lagi uang untuk membeli narkoba, sugesti dalam

pikirannya mempengaruhi dia agar dia melukai tangannya sendiri dengan silet.

14

Page 18: Case Report Bi2

Setelah darahnya keluar, dia menghisap darahnya karena dia bersugesti bahwa

kandungan putaw yang tadinya ia suntikkan melalui darah masih ada. Bahkan lebih

ekstrimnya, dia melukai lidahnya sendiri sehingga sekarang lidahnya rusak karena

bekas perbuatannya saat sakaw

2. Psikis

Sering sekali terjadi perubahan perilaku pada pecandu narkoba secara sangat

menonjol dan bertolak belakang dari perilaku mereka sebelumnya. Pola pikiran

mereka sederhana saja, hanya berkisar bagaimana cara mendapatkan ‘barang’

(narkoba) di saat yang akan datang. Biasanya muncul khayalan yang tidak jelas pada

pecandu, ketakutan yang berlebihan (paranoid), ada pula kemungkinan gangguan

kejiwaan secara permanen, malas berpikir, dan sugesti merasa hebat dalam segala hal

dari siapapun. Mereka juga menjadi sangat mudah marah dan minder untuk bergaul.

Perasaannya sangat sensitif. Terkadang tidak percaya diri. Intinya mereka sering

sekali merasa gelisah seakan-akan takut jika diketahui menjadi pecandu narkoba.

Dampak secara psikis ini sangat tampak sekali pada pengguna psikotropika, terutama

jenis halusinogen dan stimulan. Dampak pada psikis inilah yang paling sulit

dipulihkan. Hal ini karena menyangkut kejiwaan serta sugesti yang selalu ingin

mengulang apa yang pernah ia rasakan.

3. Sosial

Kecenderungan para pengguna narkoba dan pelaku peredaran gelap adalah tertutup

dan masa bodoh dengan lingkungan. Mereka berkumpul hanya dengan satu

komunitas, para pengguna narkoba saja. Mereka juga rapi dalam menjaga rahasia,

cenderung menghindar dari pertemuan ilmiah atau keagamaan. Lebih sering

15

Page 19: Case Report Bi2

berkumpul dalam keramaian, misalnya di tempat-tempat hiburan untuk mencari atau

mengimbangi kesenangan dengan house music. Dampak dari keluarga, yaitu ia

mendapat krisis kepercayaan. Di lingkungan masyarakat, ia akan dikucilkan. Bahkan

ia sangat mungkin dijauhi oleh teman-temannya setelah diketahui menggunakan

narkoba karena selain menunjukkan perilaku yang cenderung tidak menyenangkan,

teman-teman di sekelilingnya akan merasakan ketakutan ikut menjadi pecandu

narkoba dan tertular virus HIV-AIDS apabila mendekati pengguna. 

Keluarga

Keluarga adalah sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya

terdiri dari dua individu atau lebih, asosianya di cirikan oleh istilah- istilah khusus, yang boleh

jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi berfungsi sedemikian rupa sehingga

mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga. Menurut Depatemen Kesehatan

mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

Menurut Depkes RI Tahun 1983, Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan

manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya,

tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain, mereka hidup

bersama dalam satu rumah atau tempat tinggal biasanya di bawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

Bentuk- bentuk keluarga

16

Page 20: Case Report Bi2

Bentuk-bentuk keluarga di.....

1. Tradisional.

1. Nuclear Family

Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi- sanksi legal dalam

suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

2. Reconstitued Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri.

Tinggal dalam satu rumah dengan anak- anaknya bail itu bawaan dari perkawinan lama

maupun hasil dari perkawinan baru.

3. Aging couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua- duanya bekerja dirumah, anak-

anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.

4. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear

Suami istri tanpa anak.

5. Single Parent

Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.

6. Dual Carrier

Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.

7. Commuter Married

Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8. Single Adult

17

Page 21: Case Report Bi2

Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.

9. Extended Family

1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.

10. Keluarga Usila

Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah

2 Non Tradisional.

1) Commune Family

Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,

pengalaman yang sama.

2) Cohibing Coiple

Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

3) Homosexual / Lesbian

Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.

4) Institusional

Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

5) Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak

Fungsi Keluarga

Fungsi adanya keluarga diantaranya:

a. Fungsi Biologis

(1) Untuk meneruskan keturunan

(2) Memelihara dan membesarkan anak

(3) Memenuhi kebutuhan gizi kleuarga

(4) Memelihara dan merawat anggota keluarga\18

Page 22: Case Report Bi2

b. Fungsi Psikologis

(1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

(2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

(3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

(4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

(1) Membina sosialisasi pada anak

(2) Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak

(3) Meneruskan nilai-nilai keluarga

d. Fungsi Ekonomi

(1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

(2) Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

(3) Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan

datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.

e. Fungsi Pendidikan

(1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

(2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

(3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

19

Page 23: Case Report Bi2

3.2.3 Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas

dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Membagi 5 tugas

kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :

1. Mengenai gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu

dirinya karena cacat / usia yang terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan

kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan

yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

Kecenderungan remaja menggunakan narkoba dikarenakan kesalahan pada pola didik

orang tua dalam mengasuh anaknya dan kurangnya komunikasi. Menurut Godam(2008) ada

berbagai pola didik yang salah yaitu pola didik permisif, pola didik otoriter dan pola didik

otoritatif. Pola didik permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa

pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak

kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya. Biasanya pola

pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk

dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh

anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu

mau tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode

semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak

20

Page 24: Case Report Bi2

berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah

bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah

dewasa. Sedangkan pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan,

keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh

anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak

melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental

dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan

disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan

teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan,

mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di

balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai

keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

Berbeda dengan pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi

kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan

kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini

adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif,

cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah

stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

Dalam deskripsi study case diatas, bahwa orang tua angkat Joni menggunakan pola didik

otoriter pada anaknya yaitu pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku

sehingga sering kali Joni mendapatkan perilaku kasar dari orang tua angkat Joni khususnya

21

Page 25: Case Report Bi2

ibunya. Hal ini menyebabkan Joni tidak senang berada dirumah, Joni lebih memilih berada diluar

rumah bersama teman-temannya. Seharusnya sebagai orang tua angkatnya Joni memberikan

perhatian yang extra dan sikap perilaku yang baik terhadap Joni bukan memberikan perilaku

yang kasar terhadapnya. Orang tua angkat Joni seharusnya menjaga psikologis Joni karena status

Joni bukan sebagai anak kandung mereka tetapi sebagai anak angkat. Banyak kasus yang terjadi

bahwa psikologis sebagi anak angkat lebih mudah emosi, sensitif dan mudah tersinggung. Hal ini

harus diperhatikan oleh orang tua angkatnya. Komitmen dalam hak adopsi anak pun yang harus

dijaga yaitu menyayangi anak angkatnya seperti anak kandung sendiri. Komitmen ini harus

dipegang dan dijalankan sampai anak tumbuh menjadi anak yang sukses. Tetapi hal ini berbeda,

seperti yang telah diketahui diatas bahwa orang tua angkat Joni tidak memikirkan dengan

masalah yang timbul dalam pengangkatan anak tersebut, yaitu hukum anak angkat dan faktor

psikososial. Selain itu, kurangnya keharmonisan komunikasi antara anak dengan orang tua akan

bimbingan pengetahuan bahaya narkoba menjadi suatu penyebab terbesar didalam

penyalahgunaan narkoba tersebut, sehingga anak mudah terpengaruh dan terjerumus oleh

narkoba. menurut Undang- Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20

menyatakan bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak dari bahaya narkoba. Tetapi

faktanya masih banyak remaja kurang diberi pengetahuan tentang narkoba dan kurangnya

pengawasan dari orang tua mendorong anak untuk mencoba- coba hal yang baru salah satunya

adalah penggunaan narkoba. Didalam kasus Joni, Joni menggunakan narkoba karena Joni ingin

melampiaskan amarahnya akan perlakuan kasar dari orang tuanya dan mencari suasana rileks

dari masalah yang terjadi di hidupnya setelah Joni mengetahui bahwa dia merupakan anak

angkat.

22

Page 26: Case Report Bi2

Dalam pandangan islam pengangkatan seorang anak merupakan hal yang mulia. Umat

Islam mendorong seorang muslim untuk memelihara anak orang lain yang tidak mampu, miskin,

terlantar dan lain-lain. Tetapi tidak boleh memutuskan hubungan dan hak-haknya dengan orang

tua kandungnya. Menurut Nasir (2010) menentang akan memutuskan hak dan hubungan antara

anak angkat dan orang tua angkat bahwa hal ini jelas bertentangan dengan apa yang disebutkan

dalam Al-Qur an surat Ahzab ayat 4 dan 5 yang artinya: "…dan dia menjadikan anak-anak

angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri) yang demikian itu hanyalah perkataan dimulut saja.

Dan ALLAH mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar".

"Panggilan mereka (anak-anak itu) dengan memakai nama bapak-bapak mereka. Itulah

yang adil pada sisi ALLAH dan jika kamu tidak bapak-bapak mereka, maka (Panggilah mereka)

sebagai saudara-saudaramu, seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap

apa yang khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah

ALLAH maha pengampun lagi maha penyayang"dari ketentuan di atas dapatlah diambil

kesimpulan, bahwa yang dilarang dalam ajaran Islam adalah pengangkatan anak sebagai anak

kandung dalam segala hal, dengan kata lain memberikan status yang sama dengan anak

kandungnya sendiri. Sedangkan kalau yang dimaksud dengan pengangkatan anak dalam

pengertian yang terbatas yaitu hanya bersifat mengasuh anak dengan tujuan agar diperbolehkan.

Pengangkatan anak disini ditekankan pada perlakuan sebagai anak dalam segi kecitaan,

pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan segala kebutuhannya.

Pandangan Islam terhadap pemanakaian narkoba...

Simpulan

Upaya pemberantasan narkoba sudah sering dilakukan untuk menghindarkan narkoba dari

kalangan remaja tetapi hal ini belum berhasil. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk 23

Page 27: Case Report Bi2

mencegah penyalahgunaan narkoba yaitu pendidikan keluarga. Pola didik orang tua kepada

anaknya juga sangat berpengaruh akan perkembangan psikologis anak. Orang tua sebaiknya

tidak terlalu otoriter tehadap anaknya karena hal ini dapat berdampak anak menjadi tidak

bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di

luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Akibatnya anak akan mengambil langkah lain untuk

melampiaskan amarahnya dan salah satunya menggunakan narkoba. Banyak faktor- faktor yang

menjadikan anak menggunakan narkoba dan permasalahan di dalam keluarga serta salah

pergaulan menjadi faktor utama yang menyebabkan psikologis anak terganggu yang

mempengaruhi penggunaan narkoba.

Saran :

4. Daftar Pustaka

Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur (RSKO) Jakarta.

24

Page 28: Case Report Bi2

Murnikusumawatie Sp.M, dr. Rita(2012). Pengantar Penyusunan Laporan Kasus dan Selaku

Tutor. Jakarta: Universitas Yarsi.

Noor SpKJ, dr.H Nasruddin(2012). Kuliah Pakar Materi Narkoba dan Zat Adiktif. . Jakarta:

Universitas Yarsi.

Feldmans, Papalia Olds. (2009). Human development edisi 10 buku 2: 27-30. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Dryfoos, Joy G (1990). Adolescents at Risk, Prevalence and Prevention. New York: Oxford University Press, hal. 25 yang dikutip dari Clemens Bartollas, Op. Cit., hal.70.

Et. Al, Richard Dembo (1994). Development and Assessment of a Classification of High Risk Youth: Journal of Drug Issues 24 hal 26. Dikutip dari Clemens Bartollas, Op.Cit, hal 70.

Al-Qur an surat Ahzab ayat 4 dan 5.

UU No. 9 Tahun 1976 tentang Narkoba.

UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 tentang Psikotropika dan Hukuman Bagi Pengguna.

UU No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak.

UU Perkawinan No.1 tahun 1979 tentang Kategori Anak Remaja.

Undang- Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20

Depkes RI Tahun 1983 tentang Definisi dan Peran Keluarga.

Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia tentang Statistik Pengguna Narkoba

Tingkat Remaja. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website: www.bnn.or.id.

Tribudiani S.Psi,Jelita (30/11/2011). Nafza = Madesu. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website: http://sman5tangerang.sch.id/index.php?action=mading.cover.

Godam (28/09/2008). Jenis/Macam Tipe Pola Asuh Orangtua Pada Anak & Cara

Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website:

http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidik-

mengasuh-anak-yang-baik .

25

Page 29: Case Report Bi2

Artikel Remaja, Pengertian dan Definisinya pertama kali diterbitkan dunia psikologi (27/11/2008). Diakses 21 April 2012: 17.30 di website: http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/.

Nasir (14/5/2010). Adopsi anak dalam pandangan Islam. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website:http://www.waspada.co.id/index.php/Afiliasi/images/flash/index.php?option=com_content&view=article&id=114485:adopsi-anak-dalam-pandangan-islam&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98.

Manurung, Novalina Kristina (3/6/2009). Tesis: Kebijakan Kriminal Terhadap Anak Pemakai Narkoba di Medan. Diakses 21 April 2012: 17.30 di website: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4809/1/09E01778.pdf.

Berikut ini adalah data-data statistik mengenai penyebaran narkoba di Indonesia:

Data meningkatnya jumlah penderita HIV di Yogyakarta tahun 2006 yang mencapai

“minimal” 308 penderita berdasarkan temuan Dinas Kesehatan DIY, angkanya untuk

pemakai narkoba member kontribusi yang sangat besar. Perubahan pola konsumsi

pemakai narkoba, dari pola hisap dan telan ke pola suntik.

Pada tahun 2006, ada lima juta pecandu narkoba. Satu juta di antaranya dinyatakan

positif terkena HIV. Angka pecandu ini mengharuskan dibukanya ruang konsultasi,

adanya media curhat, pelayanan pendampingan dan sarana penampungan kreatifitas yang

bisa mengalihkan perhatian pecandu. Gerakan bersama antar komponen ini diharapkan

bisa menolong para pecandu narkoba. 

26