case report asthma

20
I. Identitas Nama : An. K Tanggal lahir : 24 September 2013 Usia : 1 tahun 4 bulan Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : Belum Sekolah Alamat : Jln. Bojong Larang RT 03 RW 04 Tangerang Keluarga yang bisa dihubungi: 085883697477 Tanggal masuk RS : 26 Januari 2015 Tanggal pemeriksaan : 26 Januari 2015 Tanggal pulang : 29 Januari 2015 II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis di bangsal RSUS pada tanggal 26 Januari 2015 Keluhan utama: Pasien datang bersama kedua orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS Riwayat penyakit sekarang:

Upload: dila-junita

Post on 30-Sep-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asma

TRANSCRIPT

Lenovo User

I. Identitas

Nama

: An. KTanggal lahir

: 24 September 2013Usia

: 1 tahun 4 bulanJenis kelamin

: Laki-lakiAgama

: IslamPendidikan

: Belum SekolahAlamat

: Jln. Bojong Larang RT 03 RW 04 TangerangKeluarga yang bisa dihubungi: 085883697477Tanggal masuk RS: 26 Januari 2015Tanggal pemeriksaan: 26 Januari 2015Tanggal pulang : 29 Januari 2015II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis di bangsal RSUS pada tanggal 26 Januari 2015Keluhan utama:

Pasien datang bersama kedua orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRSRiwayat penyakit sekarang:

Pasien datang bersama kedua orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS. Kejang terjadi saat pasien sedang demam, lama pasien kejang 5 menit. Kejang terjadi di seluruh badan (tanpa didahului gerakan badan sebagian). Sikap badan pasien saat kejang adalah badan, kaki, tangan kaku lurus, dan gigi saling merapat kaku, setelah kejang pasien langsung lemas tetapi tetap dalam keadaan sadar. Hal yang dilakukan orang tua saat pasien kejang adalah memasukan handuk kemulutnya dan memeluk pasien erat. Demam sudah dialami pasien sejak 4 hari SMRS, suhu naik turun dengan suhu paling tinggi adalah 40,2oC. Orang tua pasien sempat memberikan parasetamol sebanyak tiga kali, setelah pemberian obat suhu tubuh pasien sempat turun sebentar lalu meningkat lagi. Tidak ada riwayat batuk maupun pilek. Pasien memiliki keluhan BAB cair sejak 3 hari SMRS,hari ini sudah BAB cair sebanyak 4 kali, berwarna kuning, lebih banyak air dari pada ampasnya, tidak terdapat lendir, darah,dan tidak terdapat bau asam. Pasien juga mengalami muntah sejak 2 hari SMRS, hari ini sudah muntah sebanyak 5 kali berisi susu dan makanan. Muntah terjadi setiap kali pasien makan. Minum ASI masih mau, BAK tidak ada keluhan.Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah mengalami riwayat kejang demam sebelumnya. Biasanya setiap kali pasien demam pasien tidak pernah berobat, demam langsung turun ketika sudah di kompres. Tidak ada riwayat alergi terhadap suatu makanan/minuman, obat-obatan tertentu. Riwayat trauma didaerah kepala khususnya disangkal oleh orang tua pasien.Riwayat penyakit keluarga :

Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat kejang demam, epilepsi, ataupun keluarga yang sedang menderita diare.Riwayat kehamilan:

Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah menderita sakit tertentu, hanya terdapat keluhan keputihan di minggu awal kehamilan. Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu selain vitamin yang didapat dari bidan. Ibu pasien mengandung dua kali, tidak ada riwayat keguguran.

Kesan : tidak ada yang bermakna

Riwayat persalinan:

Pasien lahir pada usia kandungan yang sudah aterm, sectio secarea a/i tidak adanya kontraksi, usia kehamilan 42 minggu. Berat badan lahir 3800 gram , panjang badan lahir 49 cm dan lingkar kepala 35 cm langsung menangis. Pasien tidak memiliki riwayat kuning ataupun sianosis.

Kesan : tidak ada yang bermakna

Riwayat nutrisi :

Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan. Pada saat pasien berusia 6 bulan,ASI diganti dengan susu formula dan mulai diberikan sereal serta buah-buahan ( seperti pisang ). Pasien mulai mengkonsumsi nasi biasa pada saat usia pasien 1 tahun, dan hingga saat ini pasien mengkonsumsi nasi dengan lauk pauk. Namun pasien cenderung memilih-milih makanan dan jarang mengkonsumsi sayur sayuran. Dalam sehari pasien makan sebanyak 3 kali.Kesan : kuantitas cukup, tetapi kualitas kurangRiwayat tumbuh kembang :Tengkurap : 4 bulan

Bicara (1 kata) : 12bulan

Duduk : 6- 7 bulan

Coret-coret : 12bulan

Merangkak : 7 bulan

Mengerti perintah : 12bulan

Berdiri : 9 bulan

Berjalan : 12 bulanRiwayat imunisasi :

Hepatitis B : 0,1,6 bulanPolio

: 0, 2,4,6 bulanBCG

: 1 bulan

DTP

: 2,4,6 bulan

Hib

: 2,4,6 bulanCampak: 9 bulanIbu pasien mengaku sudah melakukan imunisasi lengkap hingga imunisasi campak.Riwayat sosial ekonomi dan kondisi lingkungan :

Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Ayah bekerja sebagai wiraswasta, ibu sebagai ibu rumah tangga.III. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 26 Januari 2015Keadaan umum : Tampak rewelKesadaran : komposmentisTanda-tanda vital :

Laju nadi: 130 x/menit (reguler, isi cukup, equal)

Laju napas: 38 x/menit

Suhu

: 37,6oC

Status gizi dan antropometri :

Berat badan : 10 kg (diantara garis Z-score 0 s/d +2 kurva WHO ( status gizi baik)

Panjang badan: 80 cm (di garis Z-score +2 kurva WHO ( perawakan normal )

BB/PB : 11 kg (di antara garis Z-score 0 s/d -1 kurva WHO ( status gizi baik)Lingkar kepala: 45 cm (di garis Z-score ) kurva WHO ( normocefali)Kesan : status gizi baik, perawakan normal

Status Generalisata :Kulit : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi, tidak terdapat perdarahan ataupun jaringan parut.Kepala: bentuk normosefali, ubun-ubun besar sudah tertutupWajah: simetris, tidak tampak adanya parese pada wajah

Mata: konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 2mm/2mm, Refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, Gerakan bola mata tidak terbatas ( baik ke segala arah).Hidung: tidak tampak adanya sekret.Telinga: tidak tampak adanya sekret.Mulut: mukosa bibir kering, lidah kotor (bekas susu), tidak tampak adanya karies, tidak tampak adanya gusi yang berdarah/bengkak, bau napas (-)Tenggorokan: T1/T1, faring tenang.Leher: tidak terdapat kaku kuduk, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening ataupun tiroid.

Thorax: bentuk simetris, retraksi (-)Paru :

Inspeksi : tidak tampak adanya gerakan napas yang tertinggal, simetris pada saat statis maupun dinamis

Palpasi : ekspansi paru simetrisPerkusi : terdengar sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-Jantung:

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis tidak teraba

Auskultasi : suara jantung S1S2 reguler, terdengar murmur(-),gallop (-)

Abdomen : datar, supel, NT (-), BU (+) normal, tidak teraba pembesaran hepar/limpa.Punggung: skoliosis (-)Ekstremitas : akral hangat, edem (-), CRT < 2 detikNeurologis : reflek fisiologis (+), reflek patologis (-),rangsang meningeal (-)

55

55

Kekuatan otot :IV. Resume

Pasien datang bersama kedua orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS. Kejang terjadi saat pasien sedang demam, lama pasien kejang 5 menit. Kejang terjadi di seluruh badan (tanpa didahului gerakan badan sebagian). Sikap badan pasien saat kejang adalah badan, kaki, tangan kaku lurus, dan gigi saling merapat kaku, setelah kejang pasien langsung lemas tetapi tetap dalam keadaan sadar. Demam sudah dialami pasien sejak 4 hari SMRS, suhu naik turun dengan suhu paling tinggi adalah 40,2oC. Orang tua pasien sempat memberikan parasetamol sebanyak tiga kali, setelah pemberian obat suhu tubuh pasien sempat turun sebentar lalu meningkat lagi. Pasien memiliki keluhan BAB cair sejak 3 hari SMRS,hari ini sudah BAB cair sebanyak 4 kali, berwarna kuning, lebih banyak air dari pada ampasnya, tidak terdapat lendir, darah,dan tidak terdapat bau asam. Pasien juga mengalami muntah sejak 2 hari SMRS, hari ini sudah muntah sebanyak 5 kali berisi susu dan makanan. Muntah terjadi setiap kali pasien makan. Minum ASI masih mau. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : tampak rewel, kesadaran : komposmentis, laju nadi : 130 x/menit (reguler, isi cukup, equal), laju napas: 38 x/menit, suhu: 37,6oC. Status gizi baik, perawakan normal. Pemeriksaan fisik generalisatanya dalam batas normal, reflek fisiologis (+), reflek patologis (-), rangsang meningeal (-) kaku kuduk(-), kekuatan otot baik.V. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

PemeriksaanHasil 09/02/2015Nilai Normal

Hemoglobin 11,41 g/dL10,8 15,6 g/dl

Hematokrit 36,88 %33 45 %

Eritrosit (RBC)6,7 x 106/l3,8 5,8 x 106/l

Leukosit (WBC)7,57 x 103/l4,5 13,5 x 103/l

Basofil1%0 1 %

Eosinofil0%1 3 %

Neutrofil batang3%2 6 %

Neutrofil segmen61%50 70 %

Limfosit 27%25 40 %

Monosit10%2 8 %

Trombosit238,2 x 103/l150 440 x 103/l

ESR8 mm/jam0 15 mm/jam

MCV72,09 fL69 73 fL

MCH25,03 pg22 34 pg

MCHC33,92 g/dL32 36 g/dl

Blood Random Glucose102 mg/dl 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam. Pada pasien ini menunjukan tanda-tanda klinis seperti berusia 1 tahun dimana masih berada dalam kategori rentang usia kejang demam. Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan berhenti sendiri, kejang berbentuk umum, tanpa gerakan fokal, kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam dengan dasar ini maka pasien tersebut ditegakan menderita kejang demam sederhana. Berdasarkan pemeriksaan fisik pun tidak ditemukan adanya kelainan neurologis dan keadaan pasien yang komposmentis pada saat selesai kejang dan juga tidak danya riwayat trauma dapat membantu dalam menyingkirkan adanya penyebab intrakranium yang menyebabkan kejangnya. Kemudian adanya riwayat diare dan muntah beberapa hari sebelumnya juga membantu dalam mencari tahu dasar penyebab terjadi kejang demam pada pasien ini.

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada: bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapatmemprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks. pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal. Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging(MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, dan papiledema.

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah : riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, dan cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Faktor resiko menjadi epilepsi adalah :kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam komplek dan riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.

Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan Kejang demam >4 kali per tahun