case report ani

19
Abstrak Latar belakang Tujuan dari penjahitan luka adalah untuk menghubungkan bagian dari tubuh yang terbuka untuk mempercepat proses penyembuhan. Tetapi apabila dalam proses penjahitan luka tersebut terjadi kesalahan maka hal itu dapat menimbulkan suatu komplikasi yang justru akan memperparah luka tersebut. Presentasi kasus Seorang laki-laki berumur 41th berinisial NZ mengalami kecelakaan tabrak lari oleh seorang pengemudi taksi saat dalam perjalanan dari bogor menuju depok untuk mengunjungi rumah temannya sekitar pukul 17.00. Kecelakaan tersebut menyebabkan jari tengah NZ mengalami luka robek karena terjepit stang motor. NZ diantar temannya berobat ke UGD RS BY pada pukul 20.15 karena NZ mengalami demam. Luka NZ dibersihkan dan dijahit 10 jahitan dengan menggunakan benang 2/0 dan diberi obat untuk diminum. Diskusi Proses penjahitan itu memang akan terasa sangat menyakitkan, tetapi tindakan ini harus tetap dilakukan demi mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. Proses penjahitan luka biasanya diawali dengan pembersihan luka yang kemudian diikuti dengan tindakan anastesi atau pembiusan lalu dilakukan penjahitan dengan menggunakan jarum dan benang yang sesuai. Setelah penjahitan selesai kemudian luka ditutup dengan menggunakan kasa steril. Dalam proses panjang tersebut 1

Upload: edi-iskandar

Post on 14-Dec-2014

42 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Ani

Abstrak

Latar belakang

Tujuan dari penjahitan luka adalah untuk menghubungkan bagian dari tubuh yang terbuka untuk

mempercepat proses penyembuhan. Tetapi apabila dalam proses penjahitan luka tersebut terjadi

kesalahan maka hal itu dapat menimbulkan suatu komplikasi yang justru akan memperparah luka

tersebut.

Presentasi kasus

Seorang laki-laki berumur 41th berinisial NZ mengalami kecelakaan tabrak lari oleh seorang pengemudi

taksi saat dalam perjalanan dari bogor menuju depok untuk mengunjungi rumah temannya sekitar pukul

17.00. Kecelakaan tersebut menyebabkan jari tengah NZ mengalami luka robek karena terjepit stang

motor. NZ diantar temannya berobat ke UGD RS BY pada pukul 20.15 karena NZ mengalami demam.

Luka NZ dibersihkan dan dijahit 10 jahitan dengan menggunakan benang 2/0 dan diberi obat untuk

diminum.

Diskusi

Proses penjahitan itu memang akan terasa sangat menyakitkan, tetapi tindakan ini harus tetap dilakukan

demi mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. Proses penjahitan luka biasanya

diawali dengan pembersihan luka yang kemudian diikuti dengan tindakan anastesi atau pembiusan lalu

dilakukan penjahitan dengan menggunakan jarum dan benang yang sesuai. Setelah penjahitan selesai

kemudian luka ditutup dengan menggunakan kasa steril. Dalam proses panjang tersebut tentu saja bisa

terdapat kesalan pada salah satu tahapan yang dapat menyebabkan komplikasi tambahan pada luka

trauma. Komplikasi yang mungkin terjadi biasanya berupa : overlapping, nekrosis, infeksi, perdarahan,

hematom, dll. Dan untuk mencegah hal-hal tersebut maka setiap dokter mempunyai kewajiban untuk

mengetahui SOP penjahitan luka.

Kesimpulan

Proses penjahitan luka pada pasien trauma adalah salah satu tindakan yang sangat membantu

penyembuhan dan juga mencegah terjadinya infeksi pada luka terbuka. Dan untuk mencegah komplikasi

dan kesalahan-kesalahan dari tindakan penjahitan maka seorang dokter harus mengetahui dengan pasti

standar prosedur penjahitan luka.

1

Page 2: Case Report Ani

Latar Belakang

Luka adalah Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh yang di akibatkan

dari penekanan, penarikan, gesekan, dan perputaran. Kerusakan jaringan yang terjadi tergantung

tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya, tetapi juga tergantung pada target jaringannya.

Banyak sekali jenis luka yang dapat terjadi pada saat trauma. Contoh salah satunya adalah luka

robek atau yang biasa disebut dengan istilah vulnus laseratum.

Dalam setiap kejadian trauma khususnya pada trauma kecelakaan tentunya tindakan hampir

selalu dilakukan adalah tindakan hecting atau penjahitan luka. Tindakan ini dilakukan pada luka

terbuka dan dengan tujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terpisah.

Presentasi Kasus

Identitas pasien

1. Nama : NZ

2. Jenis Kelamin : pria

3. Tanggal lahir : 19-03-1970

4. Umur : 41 tahun

5. No.RM : 27-03-69

6. Alamat : kp. Stankley Rt 04 Rw 06. Baji Timur. Bogor

7. Agama : Islam

8. Pekerjaan : wiraswasta

9. Status pernikahan : menikah

2

Page 3: Case Report Ani

Anamnesis

1. Keluhan Utama : Demam

2. Keluhan Tambahan :Nyeri yang disertai luka robek pada jari tengah tangan

kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang :mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan jari

tengah tangan kanannya terjepit stang motor dan mengalami luka robek yang cukup dalam

4. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada

5. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. Ukuran luka : 3x2x0,5 cm

4. Pergerakan jari : (+)

Diagnosis kerja

Vulnus laseratum pada jari tengah phalang distal dextra

Penatalaksanaan

1. Pembersihan luka / antiseptic

2. Penjahitan luka / hecting

3. Pembalutan luka dengan kasa steril

4. Pemberian obat untuk diminum : cefat 2x100mg

Mefinal 2x500mg

3

Page 4: Case Report Ani

Prognosis

Dubia ad bonam

Setelah mendapat tindakan UDG pasien terlihat lebih baik serta luka robek yang pasien alami

tidak menimbulkan cacat atau keterbatasan pergerakan saat luka sudah sembuh sempurna.

Diskusi

Jenis penjahitan luka :

1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk

mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama proses

penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.

2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh luka dengan

menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada akhir jahitan serta dipotong

setelah dibuat simpul. Digunakan untuk menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.

3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang mengakhiri suatu jahitan.

Digunakan untuk memperkuat dan mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak

terlepas atau mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali, sedang

simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih.

Jenis benang yang biasa digunakan :

1. Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan

perekat, tidak diserap oleh tubuh. Benang harus dibuka kembali

2. Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7–10 hari

dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber pendarahan kecil,

menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk bergerak dan luas lukanya kecil.

4

Page 5: Case Report Ani

3. Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu sampai

20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar

dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum

merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera dilakukan.

Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran

Fasia semua 2,0-1

Otot semua 3,0-0

Kulit Tak terserap 2,0-6,0

Lemak Terserap 2,0-3,0

Hepar Cromic catgut 2,0-0

Ginjal Semua catgut 4,0

Pancreas Sutra atau kapas 3,0

Usu halus Curgat , sutra, kapas, 2,0-3,0

Usus besar Cromic catgut 4,0-0

Tendon Tak terserap 5,0-3,0

Kapsul sendi Tak terserap 3,0-2,0

Peritoneum Kromik catgut 3,0-2,0

Bedah mikro Tak terserap 7,0-11-0

Alat dan bahan yang diperlukan dalam penjahitan luka:

Alat

1. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps bergigi ujungnya

( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic tissue forceps dan dressing

forceps.

2. Scalpel handles dan scalpel blades

5

Page 6: Case Report Ani

3. Dissecting scissors ( Metzen baum )

4. Suture scissors

5. Needleholders

6. Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga dan bentuk bulat

7. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)

8. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)

9. Towel clamps

Bahan

1. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )

2. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )

3. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.

4. Anestesi lokal lidocain 2%.

5. Anti tetanus bila diperlukan

6. Antibiotic

7. Sarung tangan

8. Kasa steril.

Cara Memegang Alat

a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa: yaitu ibu jari dan jari

keempat sebagai pemegang utama, sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk memperkuat

pegangan tangan. Untuk membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan pada jaringan,

benang dilingkarkan pada ujung pemegang jarum.

6

Page 7: Case Report Ani

b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari kedua dan ketiga. Jarum

dipegang di daerah separuh bagian belakang .

c. Sarung tangan dipakai menurut teknik tanpa singgung.

Persiapan Alat

Sterilisasi dan cara sterilisasi

Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat-alat atau bahan dalam keadaan steril.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :

1. Secara kimia : yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid , seperti formalin, savlon, alcohol

2. Secara fisik yaitu dengan :

a) Panas kering (oven udara panas)

Selama 20 menit pada 200oC

Selama 30 menit pada 180oC

Selama 90 menit pada 160oC

b) Uap bertekanan (autoclaye) : selama 15 menit pada 120oC dan tekanan 2 atm

c) Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya dianjurkan bila

cara lain tidak tersedia.

Pengepakan

Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus dibungkus dengan dua lapis 7

Page 8: Case Report Ani

kain secara rapat yang diikutkan dalam proses sterilisasi. Pada bagian luar pembungkus ,

ditempelkan suatu indikator ( yang akan berubah warna ) setelah instrument tersebut menjadi

steril. Untuk mempertahankan agar instrument yang dibungkus tetap dalam keadaan steril, maka

kain pembungkus dibuka menurut” teknik tanpa singgung.

Persiapan Penjahitan kulit

1. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.

2. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari bagian tengah

kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.

3. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya bagian

kulit dan luka yang akan dijahit

4. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka

5. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.

6. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan gunting.

7. Luka dicuci ulang cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl

8. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut atau poiiglactin

secara simple interrupted suture.

9. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap yaitu silk atau nylon

Teknik Penjahitan Kulit

Prinsip yang harus diperhatikan :

8

Page 9: Case Report Ani

1. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus dilakukan secara halus

untuk mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan tersebut.

2. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.

3. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi lukia.Khusus” daerah wajah 2-3mm

4. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan jarum dari tepi luika

5. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah penjahitan.

9

Page 10: Case Report Ani

10

Page 11: Case Report Ani

Komplikasi menjahit luka:

1. Overlapping:  Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka menjadi

tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila sembuh maka

hasilnya akan buruk.

2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga

menyebabkan kematian jaringan.

3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah

terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.

4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.

5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak dilakukan

ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan bengkak.

6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena

penjahitan yang tidak lapis demi lapis.

7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada jahitan

multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.

8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan yang

terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.

9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

Kesimpulan

Tindakan penjahitan luka/hecting adalah suatu tindakan yang biasa dilakukan pada trauma

terbuka atau pad luka robek yang biasa disebut dengan vulnus laseratum. Tindakan ini bertujuan

untuk mempercepat penyembuhan luka, menghentikan pendarahan, dan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada luka.

11

Page 12: Case Report Ani

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bagian UGD RS BY yang telah menginzinkan

kelompok kami untuk melakukan observasi. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada dr.Tri

Agus, Sp.M selaku tutor kelompok 4 yang telah memberikan banyak masukan yang sangat

bermanfaat bagi penulis. Serta terimaksih kepada dr.Hj.RW.Susilowati, Mkes selaku koordinator

pelaksana blok elektif yang telah membantu dalam kelancaran pelaksaan kunjungan sehingga

dapat terselainya case report ini.

12

Page 13: Case Report Ani

Daftar pustaka

1. Djohansjah Marzoeki. 1993. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Surabaya:Airlangga University Press

2. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta

3. John Stuart Brown. 1995. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor( Minor surgery : A Text and Atlas) EGC. Jakarta

4. Herman Santoso, dr,MSC, Sp BO, 2004/2005. Surgical Suture, Pedoman Keterampilan Medik

5. Dudley Hugh, 1992 Ilmu Bedah Gawat Darurat, Gajah Mada University Press .Yogyakarta

6. http:// pemilihan-benang-jahit-bedah-untuk-luka.html

13

Page 14: Case Report Ani

14