case report anestesi
TRANSCRIPT
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 1/36
CASE REPORT
TERAPI CAIRAN PADA SYOK HIPOVOLEMIK PADA NEPHREKTOMI
PEMBIMBING:
DR. NELLA ABDULLAH SpAn
DISUSUN OLEH:
METTA DEWI WIJAYA (030.05.146)
MIRA PUSPITA (030.05.165)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI RSUP FATMAWATI
PERIODE 12 SEPTEMBER- 15 OKTOBER 2011.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 2/36
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
petunjukNya, kami akhirnya dapat menyelesaikan kasus yang diambil berdasarkan pasien
dengan judul .......
Kasus ini di buat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian ilmu
anestesi RSUP Fatmawati. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada para konsulen anestesi, khususnya dr. Nella Abdullah SpAn yang telah
memberikan bimbingan pada kami sehingga kami dapat menyeleaikan tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih memiliki
banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Kami berharap semoga kasus ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan dalam bidang anestesi khususnya dan bidang kedokteran pada
umumnya.
Jakarta, September 2011
Penulis
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 3/36
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah keadaan dimana terjadi kegagalan sistem kardiovaskuler yang menyebabkan
gangguan perfusi jaringan, keadaan ini menyebabkan hipoksia, metabolisme seluler terganggu,
kerusakan jaringan, gagal organ dan kematian.
Patofisiologi syok perdarahan adalah terjadi kekurangan volume intravaskuler menyebabkan
penurunan venous return sehingga terjadi penurunan pengisian ventrikel menyebabkan
penurunan stroke volume dan cardiac output , maka menyebabkan gangguan perfusi jaringan .
Resusitasi pada syok perdarahan akan mengurangi angka kematian, pengelolaan syok perdarahan
ditujukan untuk mengembalikan volume sirkulasi , perfusi jaringan dengan mengkoreksi :
hemodinamik , kontrol perdarahan , stabilisasi volume sirkulasi , optimalisasi oksigen transport
dan bila perlu pemberian vasokonstriktor bila tekanan darah tetap rendah setelah pemberian
loading cairan .
Pemberian cairan merupakan hal penting pada pengelolaan syok perdarahan dimulai dengan
pemberian kristaloid/koloid dilanjutkan dengan transfusi darah komponen,Koagulopati yang
berhubungan dengan transfusi masif masih merupakan masalah klinis yang penting.
Strategi terapi termasuk mempertahankan perfusi jaringan , koreksi hipotermi dan anemia , dan
penggunaan produk darah hemostatik untuk mengkoreksi microvascular bleeding.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 4/36
BAB II
ILUSTRASI KASUS
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Misnah Mursalih
Umur : 43 tahun 11 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : ibu rumah tangga
No. Rekam Medik : 01080987
Alamat : Jl. Pondok China RT03 RW06 kelurahan pondok china
kecamatan beiji, Depok, Jawa Barat
Tanggal masuk RS : 26 september 2011
B. Anamnesa
Autoanamnesa pada 27 september 2011 pukul 08.00 WIB
Keluhan Utama : nyeri pinggang kiri bawah sejak 4 bulan SMRS
Riwayat penyakit sekarang
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 5/36
Os datang ke poliklinik bedah urologi dengan nyeri pinggang sebelah kiri sejak 4
bulan SMRS. Nyeri terus menerus timbul dan nyeri seperti tertekan benda yang
tajam,nyeri mula mula dirasakan disekitar pinggang kiri lalu nyeri menjalar ke arah
bawah ,nyeri juga dirasakan saat berkemih. Warna urin kuning keruh ,tidak ada
darah,tidak ada pasir atau batu kecil. Pasien tidak merasa mual dan muntah .pasien
merasa akhir –akhir ini berat badannya menurun drastis 10 kilogram dalam 7 bulan.
Pasien merasa aja benjolan di pinggang sebelah kiri bawah,benjolan keras dan tidak
berpindah berada di tempat yang sama ,benjolan bertambah besar dan terasa nyeri. Tidak
keluar darah,pus maupun cairan bening dari benjolan Os tidak memiliki kebiasaan
merokok ataupun minum minuman keras. Nafsu makan baik, sehari-hari os
mengkonsumsi sayuran tetapi jarang konsumsi buah-buahan. Dalam sehari jarang
konsumsi air mengkonsumsi teh maupun kopi.
Riwayat penyakit dahulu
• Sakit seperti ini sebelumnya (-)
• Alergi terhadap udara dingin (-)
• Batuk lama (-)
• Asthma (-)
• DM (-)
• Hipertensi (-)
• Riwayat operasi (-)
• Riwayat kecelakaan (-)
Riwayat penyakit keluarga
• Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan os
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 6/36
• Ayah menderita Hipertensi
Riwayat pribadi dan sosial ekonomi :
C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada 27 september 2011 pukul 09.00
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
Status gizi : Kurang
Tanda vital
• Tekanan darah: 130/ 90 mmHg
•
Nadi : 96 x/menit
• Suhu : 38,5oC
• Pernapasan : 20 x/menit
Status emosi : Tenang
Bentuk badan : Habitus astenikus
Cara berbaring dan mobilitas : Aktif
Antropometri
• Tinggi badan : 149 cm
• Berat badan : 36 kg
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 7/36
• BMI : 16,6 gizi kurang
1. Kulit
Warna : kuning langsat, tidak pucat, tidak ikterik dan tidak terdapat
hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi
Lesi : tidak terdapat lesi primer seperti macula, papul vesicular, pustule .
Rambut : tumbuh rambut pada permukaan kulit.
Turgor : baik
Suhu raba : hangat
2. Kepala
Ekspresi : ekspresif
Simetri wajah : simetris
Nyeri tekan sinus : tidak terdapat nyeri tekan sinus
Pertumbuhan Rambut : distribusi merata, warna hitam
Pembuluh darah : tidak terdapat pelebaran pembuluh darah
Deformitas : tidak terdapat deformitas
3. Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis lagoftalmos, oedema,perdarahan,
blefaritis.xantelasma
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 8/36
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor +/+, diameter 3 mm, reflex cahaya langsung dan
tidak langsung +/+
Eksoftalmus : -/-
Endoftalmus : -/-
4. Telinga
Bentuk : normal(eutrofilia)
Liang telinga : lapang
Serumen :-/-
Nyeri tarik auricular : -/-
Nyeri tekan tragus : -/-
5. Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak di tengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak terdapat hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : perdarahan(-)
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 9/36
6. Mulut dan tenggorok
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-Geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak kotor, tidak tremor
Tonsil : T1/T1 tenang, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis, arcusfaring simetris, uvula di tengah
7. Leher
Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah
8. Kelenjar getah bening
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB di leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran KGB di aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran KGB di inguinal
9. Thorax
Paru-paru
Inspeksi : simetris tidak ada hemithorax yang tertinggal, saat statis maupun dinamis
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 10/36
Palpasi : gerak simetris pada kedua hemithorax vocal frenitus +/+ suara kuat
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga VI pada
linea midclavicularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas
paru-lambung pada selaiga ke VIII pada linea axilaris anterior.
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictis cordis
Palpasi : teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V, 1 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : batas jantung kanan: ICS III,IV,V linea sternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V,1-2 cm di sebelah medial linea midclavicularis
sinistra
Batas atas jantung: ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1&2 reguler, murmur(-), gallop(-)
10. Abdomen
Inspeksi : abdomen sebelah kiri Nampak membesar, tidak terdapat jaringan parut,
striae dan kelainan kulit, tidak terdapat pelebaran vena
Palpasi : supel, massa disebelah kiri belakang, hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-), ballotement -/+
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA (+), shifting
dullness (-)
Auskultasi : bising usus 4-5x/ menit, normal
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 11/36
11. Genitalia
- Tidak tampak kelainan dari luar
- Rectal toucher tidak dilakukan
12. Ekstremitas
- Tidak tampak deformitas
- Akral hangat pada keempat ekstremitas
- Tidak terdapat oedem pada keempat ekstremitas
Status lokalis abdomen
Inspeksi : tampak benjolan bulat, warna sama dengan kulit sekitar, ukuran 10 cm x
6 cm x 6 cm, hiperemis (-), jejas (-)
Palpasi : teraba masa padat dengan konsistensi keras, batas atas tidak tegas, batas
bawah kanan kiri tegas , permukaan tidak rata, nyeri tekan (+), perabaan
suhu normal
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Penunjang
• Tanggal 18 juli 2011
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 12/36
Kimia klinik fungsi ginjal
Ureum darah =15 mg/dl(20-40 mg/dl)
Creatinin darah =0,7mg/dl(0,6-1,5mg/dl)
• Tanggal 9 agustus 2011
Hematologi :
Hb =12 g/dl(11,7-15,5)
Ht =38%(33-45)
Leukosit =8300/ul(5000-10000)
Trombosit =670000/ul(150000-440000)
Eritrosit =4,52juta/ul(3,80-5,20)
LED =96,0mm(0,0-20,0
VER/HER/KHER/RDW
VER =84,4FL (80-100)
HER =26,5 PG (26,0-34,0)
KHER =31,3G/DL(32,0-36,0)
RDW =13,4%(11,5-14,5)
HITUNG JENIS
Basofil =0 (0-1)
Eosinofil =1 (1-3)
Netrofil =66 (50-70)
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 13/36
Limfosit =28 (20-40)
Monosit =3 (2-8)
Luc =2 (<45)
Masa perdarahan =1,5 menit(1,0-3,0)
Masa pembekuan =4,0 menit(2,0-6,0)
KIMIA KLINIK
Fungsi hati:
SGOT =26(0-34)
SGPT =24(0-40)
PROTEIN TOTAL =8,10(6,00-8,00)
Albumin =4,40(3,40-4,80)
Globulin =3,70(2,50-3,00)
Bilirubin total =0,50(0,00-1,00)
Bilirubin direk =0,20(,0,2)
Bilirubin indirek =0,30mg/dl(,0,6)
Fungsi ginjal:
Asam urat darah =5,2(<7)
Ureum darah =24(20-40)
Creatinin darah =0,7(0,6-1,5)
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 14/36
BAB
TINJAUAN PUSTAKA
SYOK
Syok adalah salah satu sindroma kegawatan yang memerlukan penanganan intensif dan
agresif. Setiap aspek syok mulai dari definisi hingga terapi masih kontroversial dan akan terus
berubah sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran. (1) Pada awalnya syok dikenal dalam
dunia kedokteran digambarkan sebagai “a rude unhanging of machinery of life” selanjutnya
paradigma syok terus berkembang dengan pendekatan dari berbagai macam aspek, yaitu aspek
sistem, fungsi, terpadu dan komprehensif, untuk menjadikan manajemen syok sebagai “ time
saving is life saving”.
Banyak definisi syok mencerminkan beragam kompleksitas yang tidak diketahui secara
pasti tentang patofisiologi syok oleh karena mekanisme di tingkat seluler yang senantiasa
berubah dengan bertambah majunya informasi. Fakta terkini tentang pokok masalah pada syok
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 15/36
adalah semua jenis syok sangat erat kaitannya dengan terjadinya hipoksia sel dan jaringan baik
dengan penyebab primer maupun sekunder. (2)
Penanganan pasien syok memerlukan kerjasama multidisiplin berbagai bidang ilmu
kedokteran dan multi sektoral. Langkah awal penatalaksanaan syok adalah mengenal diagnosis
klinis secara dini, oleh karena manajemen syok harus memperhatikan “The Golden Period”,
yaitu jangka waktu dimana hipoksia sel belum menyebabkan “cummulative oxygen deficit”
melebihi 100-125 ml/kg atau kadar aterial laktat mencapai 100 mg/dl. Secara empiris satujam
pertama sejak onset dari syok adalah b a t a s waktu maksimal untuk mengembalikan sirkulasi
yang adekuat kembali.(2) Dua manifestasi klinis yang sering muncul pada syok adalah hipotensi
dan asidosis metabolik, tetapi penurunan tekanan sistolik bukanlah indikator utama syok, sebab
patokan tersebut akan menjadikan keterlambatan diagnosis. Setelah dapat menguasai “life
support measure” yang meliputi “Airway-Breathing-Circulation dan Brain Support”, langkah
penting selanjutnya adalah mengatasi kausal syok dengan terapi definitif yang tepat.(2)
I. DEFINISI DAN KLASIFIKASI SYOK
Syok adalah suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau
sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi multipel organ. Kegagalan perfusi
jaringan dan hantaran nutrisi dan oksigen sistemik yang tidak adekuat tak mampu memenuhi
kebutuhan metabolisme sel, dimana kondisi ini mempunyai karakteristik: 1) ketergantungan
suplai oksigen, 2) kekurangan oksigen, dan 3) asidosis jaringan, sehingga terjadi metabolisme
anaerob dan berakhir dengan kegagalan fungsi organ vital (Multiple Organ System
Failure/MOSF ) dan kematian. (2,3,4,5)
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 16/36
Syok diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penyebab dan karakteristik pola
hemodinamik yang ditimbulkan.
1. Syok Hipovolemik
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh hilangnya sirkulasi volume intravaskuler
sebesar >20-25% sebagai akibat dari perdarahan akut, dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang
ketiga atau akibat sekunder dilatasi arteri dan vena. (6,7) Hal ini menyebabkan turunnya aliran
balik darah, volume jantung semenit, dan volume sekuncup (preload), sehingga terjadi perluasan
ruang vaskuler. Kondisi ini menyebabkan penurunan aliran darah koroner dengan segala
akibatnya.
2. Syok Kardiogenik
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh adanya kerusakan primer fungsi atau
kapasitas pompa jantung untuk mencukupi volume jantung semenit, berkaitan dengan
terganggunya preload, afterload, kontraktilitas, frekuensi ataupun ritme jantung. Penyebab
terbanyak adalah infark myokard akut, keracunan obat, infeksi/inflamasi, gangguan
mekanik (4,6,7,9)
3. Syok Distributif
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh menurunnya tonus vaskuler
mengakibatkan vasodilatasi arterial, penumpukan vena dan redistribusi aliran darah. Penyebab
dari kondisi tersebut terutama komponen vasoaktif pada syok anafilaksis; bakteria dan toksinnya
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 17/36
pada septik syok sebagai mediator dari SIRS; hilangnya tonus vaskuler pada syok neurogenik.
(2,5,8)
4. Syok Obstruktif
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen berkaitan dengan terganggunyamekanisme aliran balik
darah oleh karena meningkatnya tekanan intrathorakal (tension pneumothorax, abdominal
compartment syndrome, positive pressure ventilation) atau terganggunya aliran keluar arterial
jantung (emboli pulmoner, emboli udara, diseksi aorta, hipertensi pulmoner, tamponade
perikardial, perikarditis konstriktif) ataupun keduanya oleh karena obstruksi mekanis.
5. Syok endokrin
a. Disebabkan oleh hipothyroidisme, hiperthyroidism dengan kollaps cardiac dan insufisiensi
adrenal. Pengobatan adalah tunjangan kardiovaskular sambil mengobati penyebabnya.
b. Insufisiensi adrenal mungkin kontributor terjadinya syok pada pasien sakit gawat. Pasien
yang tidak respon pada pengobatan harus tes untuk insufisiensi adrenal.
II. DIAGNOSIS SYOK
Gejala dan Tanda Klinis
Gambaran syok secara umum : tekanan darah turun, detak jantung naik, frekuensi nafas naik,
kesadaran turun, produksi urine turun,pH arteri turun.
A. Tanda vital. Detak jantung, tekanan darah, suhu, produksi urine dan oksimetri nadi.
Pengukuran tradisional untuk menetapkan syok masih dipakai di klinik. Pasien dengan tanda
vital normal atau mendekati normal, terdapat 50-85% masih syok
1. Detak jantung.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 18/36
a. Takikardi adalah tanda awal pada bermakna hilangnya cairan pada syok
b. Detak jantung pada pasien muda atau pemakai -bloker mungkin tidak naik
c. Bradikardi setelah hipotensi berkepanjangan mencegah kollap kardiovaskular
2. Tekanan darah
a. Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan ( pulse pressure) adalah tanda hilangnya
cairan yang berat dan syok
b. Tekanan arteri rerata (MAP) merupakan penunjuk terapi lebih baik dibanding tekanan
sistolik
3. Suhu
a. Hiperthermia, normothermia, atau hipothermia dapat terjadi pada syok
b. Hipothermia adalah tanda dari hipovolemia berat dan syok septik
4. Produksi urine
a. Merupakan penunjuk awal hipovolemia dan respon ginjal terhadap syok
b. Merupakan tanda vital tertunda karena perlu 1-2 jam untuk mendapat pengukuran
akurat.
5. Oksimetri denyutan. Diukur kontinyu dan indikator awal hipoksemia, tetapi tak berlaku
pada pasien hipothermia
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan
mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi
keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman oksigen ke
jaringan. Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan
pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.
Di sini akan dibicarakan mengenai syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 19/36
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuh
seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang
besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur
menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasma
atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
o Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.
o Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.
o Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran darah
yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan. Kekurangan
oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme anaerob dan
menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam laktat, asam
piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam klinik adalah
pemahaman kita bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi
oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan
penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan prioritas utama.
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya
volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh
merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan takhikardia. Kehilangan
volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih
dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan
darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Adalah penting
untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 20/36
2. Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis
penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi
mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dancurah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan
darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di
bawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada
orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan menunjukkan
adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya turgor jaringan; (2) Mengentalnya sekresi
oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta (3) Bola mata cekung.
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan oleh metabolisme
anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik dengan celah ion yang tinggi. Selain
berhubungan dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan kegagalan jantung
(decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika (hiperglikemi,
asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat.
Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal. Pada insufisiensi
hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal melakukan metabolisme laktat.Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis ditangguhkan sebelum pH darah turun menjadi 7,2.
Apabila pH 7,0-7,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4% selama satu jam. Sementara, untuk
pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x kelebihan basa.
Pemeriksaan Laboratorium – Hematologi
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk menentukan kadar hemoglobin dan
nilai hematokrit. Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh ditunda menunggu hasil pemeriksaan.
Hematokrit pasien dengan syok hipovolemik mungkin rendah, normal, atau tinggi, tergantung
pada penyebab syok.
Jika pasien mengalami perdarahan lambat atau resusitasi cairan telah diberikan, nilai
hematokrit akan rendah. Jika hipovolemia karena kehilangan volume cairan tubuh tanpa
hilangnya sel darah merah seperti pada emesis, diare, luka bakar, fistula, hingga mengakibatkan
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 21/36
cairan intravaskuler menjadi pekat (konsentarted) dan kental, maka pada keadaan ini nilai
hematokrit menjadi tinggi.
Diagnosa Differensial
Syok hipovolemik menghasilkan mekanisme kompensasi yang terjadi pada hampir semua organ
tubuh. Hipovolemia adalah penyebab utama syok pada trauma cedera. Syok hipovolemik perlu
dibedakan dengan syok hipoglikemik karena penyuntikan insulin berlebihan. Hal ini tidak jarang
terjadi pada pasien yang dirawat di Unit Gawat Darurat.
Akan terlihat gejala-gejala seperti kulit dingin, berkeriput, oliguri, dan takhikardia. Jika pada
anamnesa dinyatakan pasien sebelumnya mendapat insulin, kecurigaan hipoglikemik sebaiknya
dipertimbangkan. Untuk membuktikan hal ini, setelah darah diambil untuk pemeriksaan
laboratorium (gula darah sewaktu), dicoba pemberian 50 ml glukosa 50% intravena atau 40 ml
larutan dextrose 40% intravena.
MANAJEMEN SYOK
1. Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi adalah kunci pencegahan disfungsi organ-
multipel dan kematian. Pada semua bentuk syok, menejemen jalan nafas dan pernafasan
untuk memastikan oksigenasi pasien adalah baik, kemudian restorasi cepat dengan infus
cairan. Pilihan petama adalah kristaloid (Ringer laktat/Ringer asetat) diisusul darah pada
syok perdarahan. Pengobatan syok sebelumnya didahului dengan penegakan diagnosis
etiologi. Diagnosis awal etiologi syok adalah essensial, kemudian terapi selanjutnyatergantung etiologinya.
Tujuan pengelolaan syok adalah mencapai normalisasi parameter hemodinamik melalui
resusitasi,dengan tujuan akhir adalah meningkatkan hantaran dan penggunaan oksigen oleh
jaringan dan sel. (4,7) Tata laksana utama pengelolaan adalah berdasarkan Basic Life Support dan
Advanced life Support,:kemudian tetapkan diagnosis, batasi kerusakan dan terapi definitif
berdasar penyakit yang mendasari syok. Arah utama pengelolaan dimulai dari kontrol jalan nafas
untuk pemberian ventilasi dan oksigenasi, resusitasi cairan untuk menggantikan volume sirkulasi
bagi jenis syok yang membutuhkan (terutama hipovolemik) dan pengelolaan hipotensi dan
asidemia, serta pemberian obat-obat inotropik, antiaritmi dan diuretik untuk memperbaiki daya
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 22/36
pompa jantung, obat-obat vasoaktif untuk perbaikan tonus vaskuler. Untuk hipotensi Untuk
bronchokonstriksi.
Tabel. Parameter pencapaian terapi resusitasi syok (4)
Varibel parameter syok Nilai pencapaian
Mean Arterial Pressure (MAP) > 84mmHg
Central venous pressure (CVP) > 3 cm H2O
Hemoglobin (Hb) > 8gr/d1
Pulmonary Capillary Wedge Pressure
(PCWP)
> 9mmHg
Cardiac Index (CI) > 4,5 1/mn/m2LeftVentriculer StrokeWork (LVSW) > 55g m/beat/m2
Heart Rete (HR) < 100 beat/minute
Temperature 98 - 101 °F
Mixed Venous Oxygen Tension (Pv02) > 35mmHg
Oxygen Extraction 31%
Blood Volume (EBV + 500 m1/70 kg)
Kadar Laktat 0,31 -7 mg/ml
Deliveri O2 (DO2) > 600 ml/mn. m2 (normal)
Konsumsi O2 (VO2) > 170 mI/mn.m2 (30% normal)
TERAPI CAIRAN
Resusitasi Cairan
Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat berakibat fatal. Untuk
mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan
yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk
kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka
mortalitas.
Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi
kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada keadaan
demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan
dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 23/36
Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan aliran vena yang
memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis. Sebelumnya,
ambil darah ± 20 ml untuk pemeriksaan laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross
test . Perdarahan berat adalah kasus gawat darurat yang membahayakan jiwa. Jika hemoglobin
rendah maka cairan pengganti yang terbaik adalah tranfusi darah.
Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik. Sumber
kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan
infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk segera mengatasi defisit atau
kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari hipovolemia adalah perdarahan,
kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang
lama atau emesis, dan pankreatitis akuta.
Pemilihan Cairan Intravena
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit,
dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah dikembangkan menurut
kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah
satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.
Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan
isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk
resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien
kombustio 18-24 jam sesudah cedera luka bakar.
Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid, koloid,
dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan
kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi,
dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan
edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan
hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar
kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan
sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara
untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 24/36
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat
terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada
hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat
sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti
sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasiensakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti
kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian.
Terapi cairan :
TRANSFUSI DARAH
Definisi Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari donor ke
sistem sirkulasi penerima melalui pembuluh darah vena.4 Berdasarkan sumber darah atau
komponen darah, transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Homologous atau allogenic transfusion, yaitu transfusi menggunakan darah dari
orang lain;
2. Autologous transfusion, yaitu transfusi dengan menggunakan darah resipien itu
sendiri yang diambil sebelum transfusi dilakukan.
Golongan Darah
Golongan Antigen di RBC Antibodi dalam plasma Golongan donor yang kompatibel
A Antigen A Anti-B A, O
B Antigen B Anti-A B, OAB Antigen A & B Tidak ada A, B, AB, O
O Tidak ada Anti- A & B O
Komponen Darah
1. Whole blood
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 25/36
Darah lengkap segar digunakan pada perdarahan akut, syok hemovolemik, dan bedah
mayor dengan perdarahan >1500 mL. Darah lengkap segar hanya untuk 48 jam, baru untuk 6
hari, dan biasa untuk 35 hari. Sekarang produk ini sudah jarang digunakan, para klinisi lebih
senang menggunakan produk komponen darah saja.11
2. Sel darah merah
Biasa juga disebut PRC (packed red blood cells), mengandung konsentrat eritrosit dari
whole blood yang disentrifugasi atau dengan metode apheresis. Kandungan yang terdapat dalam
PRC: hematokrit sekitar 50-80%, +50 mL plasma, 42,5-80 hemoglobin (128-240 mL eritrosit
murni), 147-dan 278 mg besi. Transfusi PRC mempunyai waktu paruh sekitar 30 hari. 11
Dosis: pada dewasa tergantung kadar hemoglobin sekarang dan yang akan dicapai. Satu
kantong akan menaikkan kadar hemoglobin resipien sekitar 1 g/dL. Pada neonatus, dosisnya 10-
15 mL/kgBB akan meningkatkan kadar hemoglobin 3 g/dL. Kadar hemoglobin akhir dapat
diperkirakan dengan rumus = volume darah x hematokrit x 0,91.
Indikasi: hanya pada pasien dengan gejala klinis gangguan hemodinamik seperti
hipoksia, transfusi pengganti misal pada bayi dengan penyakit hemolitik, thalasemia. Biasanya
bila kadar hemoglobin kurang dari 6 g/dL dengan target akhir 10 g/dL.11
3. Platelet
Merupakan derivat dari whole blood dengan kandungan >5,5 x 1010 platelet per kantong,
dan 50 mL plasma.
Dosis: pada kasus trombositopenia cukup 1 kantong, atau sesuai target kadar platelet
biasanya 40.000-50.000/mm3. 1 kantong dapat meningkatkan platelet sekitar 50-100.000/mm3.
Indikasi: untuk mengatasi perdarahan karena kurangnya jumlah platelet, dan fungsi
platelet resipien yang tidak normal dengan kadar platelet kurang dari 40.000 pada dewasa, dan
kurang dari 100.000/mm3 pada neonatus.11
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 26/36
Kontraindikasi: autoimun trombositopenia, trombotik trombositopeniapurpura.
4. Frozen plasma
Biasa disebut fresh frozen plasma (FFP). 1 kantong berjumlah sekitar 250 mL yangdibekukan pada suhu -180C dalam 6-8 jam. FFP dalam 24 jam mengandung Faktor V dan Faktor
VIII.11
Indikasi: perdarahan masif, setelah terapi warfarin dan kuagulopati pada penyakit hati,
trombotik trombositopenia purpura.
Dosis: 10-20 mL/kg.
5. Cryoprecipitated AHF
Biasa disebut cryoprecipitated antihemophilic factor. Didapatkan dengan mencairkan
FFP pada suhu 1-60C. Mengandung 150 mg fibrinogen, 80 IU faktor VIII:C, faktor VIII:vWF
(von Willebrand factor), faktor XIII, fibronectin, dan 5-20 mL plasma.
Dosis: kebutuhan fibrinogen : 250 fibrinogen/kantong. Biasanya sekitar 1 kantong per 7-
10 kgBB.
Indikasi: perdarahan karena defisiensi fibrinogen dan faktor XIII, pasien dengan hemofili
A atau von Willebrand’s disease.11
6. Granulosit
Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada pasien
neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik. Transfusi granulosit
mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat pendek, sedemikian sehingga sehari-hari
transfusi 1010 granulosit pada umumnya diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden
timbulnya reaksi graft-versus-host , kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan
lain permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit ( lihat di bawah), tetapi mempengaruhi
fungsi granulosit. Ketersediaan filgrastim ( granulocyte colony-stimulating faktor, atau G-CSF)
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 27/36
dan sargramostim ( granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor, atau GM-CSF) telah
sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.4
5.5 Komplikasi Transfusi Darah
- Reaksi Hemolisis
- Reaksi Febris
- Reaksi Urtikaria
- Reaksi Anafilaksis
- Edema Pulmoner Nonkardiogenik
- Graft versus Host Disease
- Purpura Posttransfusi
- Imunosupresi
PATOFISIOLOGI SYOK
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah
jantuk. Curah jantung yang rendah dibawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada
beberapa organ :
• Mikrosirkulasi
o Ketika curah jantung turun, tahanan vascular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup
bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan
khususnya traktur gastrointestinal. Kebutuhan energy untuk pelaksanaan
metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 28/36
tidak mampu menyimpan cadangan energy. Sehingga keduanya sangat
bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila
terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan
toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rat-rata (mean arterial
pressure/MAP) jatuh hingga <= 60 mmHg< maka aliran ke organ akan
turun drastic dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.
• Neuroendokrin
o Hipovolemia, hipotensi, dan hipoksia dapat di dideteksi oleh baroresptor
dan kemoresptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons
autonom tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain.
• Kardiovaskular
o Tiga variable seperti : pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi)
ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol
volume sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan,
adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya
menurunkan volume sekuncup. Suatu peninngkatan frekuensi jantung
sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan depresi jantung.
• Gastrointestinal
o Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal maka terjadi
peningkatan absorbs endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram
negative yang mati di dalam usus. Hal inni memicu pelebaran pembuluh
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 29/36
darah serta peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel
dan menyebabkan depresi jantung.
• Ginjal
o Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi,
frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan
pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat
interaksi antara syok, sespsi dan pemberian obat nefrotoksik seperti
aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal
mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat
aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan
aldosteron dan vasopressin bertanggung jawab terhadap menurunnya
produksi urin.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 30/36
BAB
ANALISIS KASUS
Pada kunjungan preanestesi pada tanggal 27 september 2011 pada tterhadap Ny. Misna
Mursalih berumur 43 tahun didapati bahwa orang sakit termasuk dalam klasifikasi ASA II, yaitu
pasien dengan penyakit sistemik sedang dan aktivitas rutin tidak terbatas.
Dari anamnesis diketahui pasien sudah sejak 4 bulan yang lalu mengeluh nyeri di bagian
pinggang sebelah kiri
Dari pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan penunjang di dapatkan terdapat tumor ginjal kiri dengan grade T4,
Pada kasus pasien Ny. Misna Mursalih, pasien dilakukan general anestesi karena
tindakan bedah yang akan di lakukan adalah nephrectomi dikarenakan terdapat tumor ginjal
stadium T4. Operasi dilakukan pada hari selasa 27 september 2011.
Pada pasien ini diberikan premedikasi midazolam 2mg dan fentanyl 100mcg.
Premedikasi ialah pemberian obat 1- 2 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesia. Premedikasi midazolam dapat
menenangkan dan menidurkan pasien juga dapat menurunkan tekanan darah pasien. Fentanyl
diberikan sebagai analgetik
Induksi pada pasien diberikan propofol 140mg, propofol mempunyai efek induksi dengan
dosis 2.0- 2.5/kgBB. Propofol merupakan suatu obat hipnotik intravena yang menimbulkan
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 31/36
induksi cepat dengan aktivitas eksitasi minimal. Propofol cukup aman dengan efek samping yang
minimal. Propofol bagaimanapun menimbulkan depresi respirasi dan kardiovaskuler yang
beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Propofol juga mempunyai efek menurunkan
tekanan darah.
Pada saat pasien telah terinduksi, diberikan obat pelumpuh otot, atracurium bromide
sebanyak 30mg secara intravena yang bertujuan untuk melumpuhkan otot- otot lurik terutama
otot pernafasan sehingga mudah untuk dilakukan intubasi dan ventilasi kendali. Dosis untuk
relaksasi otot adalah 0.5- 0.6mg/ kgBB. Onset obat ini sekitar 2-3 menit dengan durasi 20-40
menit. Obat ini mengalami metabolisme di dalam darah atau plasma melalui reaksi kimia yang
unik yang disebut eliminasi Hoffman yang tidak tergantung pada fungsi hati dan ginjal sehingga
penggunaannya aman pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal. Selain itu atracurium
bromide tidak mempengaruhi fungsi kardiovaskuler sehingga merupakan pilihan untuk pasien
dengan gangguan kardiovaskuler. Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan atau
dapat direverse dengan obat antikolinesterase, neostigmin yang dicampur dengan atropin untuk
menekan efek hipersekresi liur.
Setelah pasien tidak sadarkan diri dilakukan pemasangan endobronkial tube yang
merupakan indikasi untuk bedah toraks dimana ventilasi pada hanya sebelah paru diperlukan
selama operasi dilakukan. Sebelum endobronkial tube dimasukkan pasien diberi preoksigenisasi
selama 3 menit dengan kecepatan oksigen ditinggikan sehingga FiO 2 mencapai 100%. Dengan
demikian respirasi pasien dibantu dengan ventilator dengan tidal volume 400cc dan frekuensi
napas 12x/menit. Oksigen 2l/menit dan N2O 2l/menit dialirkan langsung melalui endobronkial
tube dari mesin anestesi. N2O diberikan untuk memberi efek analgesik. Induksi inhalasi
diberikan isofluran dengan volume 2% sebagai anestesi rumatan. Isofluran mempunyai efek
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 32/36
samping mendepresi respirasi dan kardiovaskuler yang ringan berbanding dengan obat
anestesvolatile yang lain. Tekanan darah dan nadi relatif stabil selama anestesi maka isoflurane
dipilih dari sevoflurane. Selain itu, isoflurane juga lebih murah.
Pembiusan atau anestesi dilakukan pada jam 10.00 wib. Dan operasi dimulai pada jam
10.20 wib. Pasien lalu diletakan secara lumbotomi. Dipasang iv line di dua tangan, cairannya
adalah asering dan hes.
Pada tekanan darah awal pra bedah 140/80 mmHg. Lalu setelah dilakukan pembedahan
pada jam 10.50 tensi turun mendadak menjadi 80/60 mmhg sampai tekanan darah tak terukur.
Sempat diberikan efedrin sebelumnya, tetapi pada jam 11.00 tekanan darah tetap menurun
sampai tidak terukur di monitoring. Dan saturasi juga tidak bisa dibaca. Sedangkan HR menurun
menjadi 60x/menit yang lama lama turun menjadi 30x/menit (bradikardia).
Selama menunggu persediaan darah dilakukan baging dan juga dimasukan Sulfas
atropine 3 ampul (3x0,25 mg = 0,75 mg) dan adrenalin ephinefrine 3 ampul () secara bolus tapi
tekanan darah tetap tidak terukur dan nadi tetap rendah. Lalu diberikan dopamine drip
(1ampul=200mg) pada asering dan dobutamin drip (1 ampul) pada asering. Karena tetap tidak
terdapat perbaikan maka di masukan lagi atropine 3 ampul dan adrenaline ephineprine 3 ampul
secara bolus. Lalu ditambahkan lgi 2 ampul atropine (2x0,25mg=0,5 mg) dan 2 ampul
ephinephrin. Lalu operasi sempat diberhentikan pada jam 10.30 karena nadi 0 lalu dilakukan RJP
(resusitasi jantung paru) beberapa kali, terdapat respon dari pasien dengan nadi meningkat
menjadi 50-60 x/menit dari sblmnya 30x/menit. Setelah nadi meningkat operasi dilakukan lgi,
walau tekanan darah tetap tidak dapat di ukur. Lalu ketika darah (PRC) datang dimasukan 500
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 33/36
ml. Lalu transfuse darah diganti dengan dopamine drip+ asering dan dobutamin drip pada
asering.
Lalu pada jam 12.00 wib operasi selesai dan pasien di RJP lagi, lalu pasien langsung di
bawa ke ICU. Di perjalanan terus dilakukan baging dan sempat RJP. Sampai di ICU pasien di
RJP lagi sehingga nadi sudah stabil dan tekanan darah sudah terukur.
Rumusan terapi cairan
Dihitung dari banyak cairan yang masuk kristaloid 7kolf, koloid 2 kolf, total 4500. Perdarahan
yang dinilai dari suction dan banyaknya kassa sekitar 2000cc. Urin 500 cc. Darah yang masuk
berupa PRC (packed red cell) adalah 500 ml.
1. Estimated Blood Volume (EBV): BB(kg) x volume darah rata2
: 37 x 60 = 2220ml.
• Volume rata- rata lelaki = 70 ml
• Volume rata- rata perempuan = 60 ml.
Allowed Blood Loss (ABL): EBV x [ (Hi -Hf ) / Hav]
= 2220 x [ (38 -33) / 35.5]
= 312,6ml
ABL =Actual Blood loss,
EBV = Estimated Blood Volume,
Hi = initial Hematocrit,
Hf = final Hematocrit,
Hav = average of (Hi and Hf).
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 34/36
Perdarahan yang dialami pasien selama operasi adalah sebanyak 1700ml dimana
allowable blood loss ialah 312,6ml sehinga transfusi selama operasi merupakan indikasi.
Tranfusi packed red cell diberikan sebanyak 500ml selama operasi.
Total cairan koloid sebanyak 1000ml dan cairan kristaloid sebanyak 3500ml Cairan infus
yang diberikan selama operasi yaitu 7 kolf Asering, 2 kolf HES. Kebutuhan cairan pada pasien
ini selama operasi dan untuk menggantikan cairan selama puasa dapat dihitung seperti berikut:
Maintenance (M):
2 x BB = 2 x 37 = 72 ml/jam
Operasi besar (O)
8 x BB = 8 x 37 = 296
Puasa (P) : lama puasa x maintenance
= 10 jam x 72 ml/jam
= 720 ml
Cara pemberian:
1 jam pertama operasi = M + O + ½ P
= 72 + 296 + ( ½ x 720) = 728 ml
1 jam ke 3 operasi = M + O + ¼ P
= 72 + 296 + (¼ x 720) = 548 ml
Total = 2004 ml.
5/11/2018 Case Report Anestesi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-report-anestesi 35/36
Total cairan yang diperlukan oleh pasien adalam 2004 ml + jumlah perdarahan selama
operasi sebesar 1700ml = 3704 ml.
Total cairan yang masuk = PRC + koloid + kristaloid
= 500 + 1000 + 3500 = 5000ml.
Balance cairan adalah
= total cairan yang masuk - (total cairan yang diperlukan + urin)
= 5000 ml – ( 3704 + 500)
= 5000 ml – 4204 = 796 ml
Dari sini kita lihat terapi caian yang telah kita berikan telah memenuhi kebutuhan dari pasien.
Pasien mengalami syok hipovolemik dikarenakan volume tubuh pasien adalah (EBV) 2220 cc
sedangkan perdarahannya adalah 1500 cc jadi tubuh kehilangan darah setengahnya.
Syok hipovolemik pada pasien
Karena perdarahan penurunan pengisian ventrikel menurunkan volume sekuncup
tekanan darah menurun
KESIMPULAN