case report

17
CASE REPORT Pengaruh Gastritis Terhadap Perilaku Pasien Geriatri di Panti Tresna Werdha Oleh : Vania Fildza (1102009291) Dosen pembimbing : dr. Saskia Nassa Mokoginta, Sp.M Kepeminatan : Geriatri

Upload: vaniafildza

Post on 02-May-2017

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report

CASE REPORT

Pengaruh Gastritis Terhadap Perilaku Pasien Geriatri di Panti Tresna Werdha

Oleh :

Vania Fildza (1102009291)

Dosen pembimbing :

dr. Saskia Nassa Mokoginta, Sp.M

Kepeminatan : Geriatri

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Tahun 2013

Page 2: Case Report

Pengaruh Gastritis Terhadap Perilaku Pasien Geriatri di Panti Tresna Werdha

Abstrak

Latar Belakang:Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak setelah negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya usia. Proses menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Pada masa ini sedikit demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial, dimana perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatannya. Pada proses pertumbuhan dan perkembangannya, lansia memerlukan penanganan yang serius terutama dalam berperilaku hidup sehat, sehingga dalam menjalani kehidupannya lansia tetap adaptif. Deskripsi kasus :Perempuan berumur 66 tahun yang tinggal di sebuah Panti Tresna Werdah menderita Gastritis. Penulis mengamati kegiatan sehari-hari pasien di lingkungan Panti Tresna Werdha untuk mengetahui perilaku pasien terhadap penyakit gastritis yang dideritanya.Diskusi dan kesimpulan :Pasien berperilaku baik dalam menghadapi penyakitnya saat kambuh ataupun untuk mencegah agar tidak kambuh. Perilaku pola hidup sehat yang pasien terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dengan pelayanan yang baik di Panti Tresna Werdha membantu pasien merasa lebih nyaman dalam menjalani hari-harinya.

Kata kunci: gastritis, geriatri, perilaku

Latar Belakang

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi(1). Dua jenis gastritis yang paling sering terjadiadalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronik. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak; merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local.Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut.Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilangan sel parietal dan chief cell.Dinding lambung menjadi tipis, dan mempunyai permukaan yang rata. Gastritis kronik digolongkan menjadi dua kategori: (1) gastritis tipe A (atrofik atau fundal) merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibody terhadap sel parietal kelenjar lambung dan factor intinsik. (2) gastritis tipe B (antral) lebih sering terjadi dibandingkan dengan tipe A. penyebab utama gastritis kronis tipe B adalah infeksi kronis oleh H.pylori. factor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alcohol yang berlebih, merokok, dan refluks empedu kronis dengan kofaktor h.pylory(2).

Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak setelah negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2008). Gastritis termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap dan posisi keenam pasien rawat jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik

Page 3: Case Report

di puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang berhubungan dengan nyeri ulu hati (Profil Dinkes Nasional, 2010).

Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan(3).

Insidensi gastritis meningkat dengan lanjutnya usia. Gastritis atrofikans meningkat dengan lanjutnya usia. Gastritis atrofikans merupakan penyebab tersering terjadinya akhlorhidia. Gastritis akut sering diakibatkan oleh konsumsi alcohol, obat-obatan (terutama anti inflamasi non steroid) dan toksin stafilokokus. Pada usia lanjut seringkali asimtomatik atau dianggap sebagai akibat normal proses menua. Gastritis kronik bila infiltrasi sel radang terjadi pada lamina propia, daerah epitel atau pada kedua daerah tersebut terutama terdiri atas limfosit dan sel plasma(4).

Proses menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Pada masa ini sedikit demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial, dimana perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatannya. Pada proses pertumbuhan dan perkembangannya, lansia memerlukan penanganan yang serius terutama dalam berperilaku hidup sehat, sehingga dalam menjalani kehidupannya lansia tetap adaptif. Lansia dapat menjadi usia yang bahagia jika memiliki kesehatan yang baik, ikatan keluarga dan lingkungan sosial yang kuat, serta kondisi ekonomi yang memadai disertai hubungan interpersonal yang baik(5).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu reaksi seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup: a) perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit. b) perilaku terhadap system pelayanan kesehatan. c) perilaku terhadap makanan (nutrition behavior). d) perilaku terhadap lingkungan (environmental health behavior)(9).

Presentasi KasusNy. T seorang perempuan berusia 66 tahun, berasal dari Bandung, masuk ke panti diantar

oleh mantan majikan karena sudah tidak sanggup mengurusnya lagi.pasien sudah bekerja sebagai pembantu rumah tangga selama sebelas tahun di daerah kelapa gading. Selama beberapa tahun terakhir pasien sering mengeluh sakit.Mantan majikan merasa pasien sudah terlalu tua untuk terus bekerja di rumahnya, dan tidak dapat memulangkan pasien ke kampung karena sudah tidak mempunyai keluarga, sehingga pasien dibawa ke Panti Tresna Werdha.

Saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga pasien sering merasa sakit diulu hati, mual, dan bahkan muntah. Pekerjaanya yang berat mengurus rumah dan mengurus keempat orang anak mantan majikannya, membuat pasien sering terlambat makan. Selain itu pasien terbiasa mengkonsumsi kopi hampir setiap hari. Pasien beberapa kali di bawa ke Rumah Sakit untuk diperiksa dan diberikan obat, tetapi karena kebiasaan pasien yang tidak diubah dalam mengkonsumsi kopi, dan masih sering melewatkan jam makan, membuatnya terus merasakan sakit yang sama.

Page 4: Case Report

Ny. T sudah dua tahun berada di Panti tresna Werdha. Sejak masuk panti dan lebih diperhatikan oleh para staf, pasien jarang mengeluh sakit. Seringkali keluhannya muncul apabila pasien tidak makan pada waktunya, tetapi karena para staf medis memberi pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya kini pasien tahu apa yang harus dilakukan saat penyakitnya kambuh. Pasien juga menghentikan kebiasaannya mengkonsumsi kopi.

DiskusiGastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering

terjadi(1). Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim(2). Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan(3). Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim(2). Berdasarkan kasus Ny. T, gastritis yang dialaminya diakibatkan karena pola makan yang kurang sesuai. Pasien sering melewatkan jam makan karena pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga saat sebelum masuk ke panti. Selain itu kebiasaan pasien mengkonsumsi kopi yang mengandung kafein yang dapat merusak mukosa lambung.

Pola hidup sangat mempengaruhi penampilan untuk menjadi awet muda dan panjang umur atau sebaliknya. Mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun keatas, sangatlah penting. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan tubuh jika ingin awet muda dan berusia lanjut dalam keadaan tetap sehat. Tidak dapat disangkal, banyak kendala yang dihadapi manusia saat memasuki pertambahan usia dan mulai menua. Terutama bila sejak muda tidak menerapakan pola hidup sehat atau sudah terserang beragam penyakit seperti stroke, hipertensi, jantung, dan sebagainya. Bahkan ketajaman penglihatan manusia sudah berkurang sejak berusia 40 tahun(6).

Menginjak usia 40 tahun keatas, tidak perlu menghindari pada satu jenis makanan tertentu. Sepanjang orang tersebut dalam keadaan sehat atau tidak menderita suatu penyakit, tidak perlu menghindari terhadap jenis makanan tertentu.Paling penting adalah selalu menerapkan pola hidup maupun pola makan yang sehat. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pola hidup sehat pada Lansia antara lain:

a. Faktor Makanan Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik akan menurun,

tapi perkembangan mental terus berlangsung. Bagi lansia sebaiknya mengkonsumsi makanan yang sehat seperti sayuran segar yang di cuci bersih dari pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein tinggi. Hati yang banyak mengandung vitamin dan mineral seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan lansia:

Makan sedikit tapi sering. Makan jangan sampai merasa kenyang. Makan nasi sebaiknya hanya seperempat piring sehari di siang hari agar energi yang

dihasilkan masih dapat dibakar dalam melakukan aktifitas di sore hari.

Page 5: Case Report

Malam hari sebaiknya makan buah-buahan dan sayuran yang banyak antioksidan dan serat yang sangat diperlukan.

Makanan selingan sebaiknya buah-buahan dan sayuran (sehingga porsi 4-5 kali sehari terpenuhi).

Minum cairan sebanyak 2-2,5 liter sehari (8-10 cangkir sehari) usahakan di antaranya 2-3 cangkir di antaranya teh hijau atau sejenis (teh hitam, teh oolong, teh merah) yang semuanya merupakan antioksidan alamiah terkuat di antara jenis-jenis teh yang ada(5).

b. Faktor Istirahat Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita. Orang lansia harus tidur lima

sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah, dan stress.Bila kita kurang tidur hendaknya di isi dengan ekstra makan.Dan bila tidur terganggu perlu konsultasi ke dokter. Hobi untuk menonton televise boleh saja, tapi jangan sampai larut malam.

c. Faktor Olahraga Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita seperti senam, berenang,

jalan kaki, yoga, waitangkung, taichi, dan lain-lain. Berolahraga bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh.Dimana udara masih bersih.Berolahraga dapat menurunkan kecemasan dan mengurangi perasaan depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.

d. Faktor Perilaku

1) Pengertian Perilaku Pengertian perilaku dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan

sebagainya) untuk memberikan responsi terhadap situasi di luar subyek tersebut, yang bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan dan action)(7).

Sebelum seseorang menghadapi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan sebagai berikut: Awareness Yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek), Interest Yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus, Evaluation Yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial Yaitu orang telah mencoba perilaku baru, Adaption Yaitu orang mulai berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus(7). Pada kasus ini, pasien yang dahulu bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan terbatasnya pengetahuan, membuatnya mengabaikan kesehatan diri. Tetapi setelah masuk ke panti, pasien mulai diberi pengetahuan oleh staf pelayanan kesehatan yang ada sehingga membuatnya mulai mengetahui bahwa ia menderita gastritis dan mulai mencari tahu bagaimana ia bisa terkena gastritis dan bagaimana penyakitnya itu bisa kambuh. Setelah mengetahui penyebab gastritis yang ia derita akibat makan yang tidak teratur dan seringnya mengkonsumsi kopi, pasien mencoba menghentikan kebiasaannya tersebut dan merasa mulai membaik. Pasien pun menerapkan kebiasaan barunya tersebut pada kehidupan sehari-hari.

Page 6: Case Report

2) Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu reaksi seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.Respon atau reaksi manusia dapat bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) serta dapat bersifat aktif (tindakan yang nyata). Perilaku kesehatan mencakup(9):

a. Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit Yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif maupun aktif yang

dilakukan sehubungan dengan sakit atau penyakit tersebut. Perilaku terhadap sakit atau penyakit sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit yang meliputi :(1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan kesehatan (health promotion

behavior),misalnya makanan bergizi, olah raga, dan sebagainya. (2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) (3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pertolongan pengobatan (health

seeking behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

(4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior), yaitu perilaku yang berhubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatanMerupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik

terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap

makna serta unsur yang terkandung di dalamnya, pengolahan makanan dan sehubungan dengan kebutuhan.

d. Perilaku terhadap lingkungan (environmental health behavior) Merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan

kesehatan manusia.Dalam perkembangannya untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, maka domain tersebut diatas dibedakan menjadi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek/tindakan (practice/action).

Pada kasus ini, setelah berada di panti pasien menerapkan perilaku peningkatan kesehatan seperti makan makanan yang bersih dan sehat yang diberikan teratur tiga kali dalam sehari, dan kegiatan senam seminggu dua kali. Meskipun demikian pasien kadang-kadang tidak makan teratur dan untuk mencegah kekambuhannya, pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di panti. Panti Tresna Werdha menerapkan sistem pelayanan kesehatan yang cukup baik, yaitu memberikan penyuluhan kesehatan serta petunjuk – petunjuk tentang jenis makanan yang dapat menjadi penyebab gastritis sehingga pasien dapat menjaga kesehatannya serta mencegah kambuhnya penyakit tersebut. Kini pasien jarang

Page 7: Case Report

merasakan keluhan-keluhan yang dulu membuat aktivitasnya terganggu sehingga ia dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan nyaman.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (Behavior causes) dan faktor diluar perilaku (Non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) Yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku yang berasal dari

dalam diri individu meliputi karakteristik responden, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai masyarakat.

b. Faktor pendukung (Enabling factor) Yaitu faktor yang memungkinkan perilaku meliputi ketersediaan sarana

kesehatan, ketercapaian sarana, ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan.c. Faktor pendorong (Renforcing factor)

Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya suatu perilaku meliputi sikap dan praktek petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan kesehatan, sikap dan praktek petugas lain (tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga dan guru)(7)

Pada kasus ini, factor predisposisi atau factor yang mempermudah perilaku pasien yang berasal dari diri sendiri yaitu mencari tahu tentang penyakitnya dan keinginannya untuk sehat. Ketersediaan fasilitas system kesehatan yang ada di panti seperti adanya ruang medis dan para pekerja medis menjadi factor pendukung dalam perilaku pasien.Selain itu dengan adanya para perawat yang memperhatikan dan memberi dukungan, dan dengan adanya berbagai macam kegiatan yang membuat pasien termotivasi untuk hidup sehat.

4) Perubahan perilaku Perubahan perilaku merupakan salah satu hasil yang diharapkan dari suatu

pendidikan kesehatan, yaitu dari perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Perubahan tersebut biasanya dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi, selanjutnya tahap internalisasi(9).

WHO (2003), menyatakan bahwa perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Perubahan alamiah (natural change), disebabkan oleh kejadian alamiah di masyarakat jika masyarakat sekitarnya terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana (planned change), yaitu perubahan perilaku yang terjadi karena memang sudah direncanakan sendiri oleh subyek.

c. Kesediaan untuk berubah (readdiness to change), disebabkan oleh terjadinya suatu inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat sehingga yang sering terjadi adalah adanya sebagian orang yang sangat cepat untuk menerima perubahan dan sebagian lain sangat lambat untuk menerima perubahan. Hal ini disebabkan oleh karena setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

Page 8: Case Report

Pada kasus ini, tampak perubahan perilaku pasien setelah masuk ke dalam panti karena pasien mau berubah disertai banyak factor yang mendukung untuk menjadi lebih baik.

5) Perilaku yang dianjurkan pada lansiaa. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.b. Mau menerima keadaan, sabar, dan optimis serta meningkat rasa percaya diri

dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.c. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.d. Olahraga ringan tiap hari.e. Makan sedikit tapi sering, dan pilih makanan yang sesuai serta banyak minum.f. Berhenti merokok dan minum minuman keras.g. Minum obat sesuai dengan anjuran dokter/ petugas kesehatan yang lain.h. Mengembangkan hobi sesuai kemampuan.i. Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan sex.j. Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.

6) Perilaku yang kurang dianjurkan pada lansiaa. Kurang berserah diri.b. Pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa.c. Menyendiri.d. Kurang gerak.e. Makan yang tidak teratur dan kurang tidur.f. Melanjutkan kebiasaan merokok dan minum minuman keras.g. Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan.h. Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan.i. Menganggap kehidupan sex tidak diperlukan lagi dimasa tua.j. Tidak memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.

Aspek AgamaDua anugerah membuat banyak orang merugi, yaitu kesehatan dan kesempatan. (HR al-

Bukhari). Gunakan dengan baik lima hal sebelum lima yang lain: masa mudamu sebelum engkau tua; sehatmu sebelum engkau sakit; kayamu sebelum engkau jatuh miskin; masa senggangmu sebelum engkau sibuk; hidupmu sebelum engkau mati. (HR al-Hakim)(11).

Dalam kehidupan manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi. Ini yang harus disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual)(12).

Page 9: Case Report

Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis berikut:

الضعيف المؤمن من الله إلى وأحب خير القوي المؤمن“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang

mukmin yang lemah”. (HR. Muslim)

Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:

ليم الس الجسم في ليم الس العقل

“Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat”.

Ketika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di bumi….”. (QS. Al-Baqarah: 168)

As-Sa’di juga menganggap larangan Allah dalam QS al-Baqarah: 95, “Walâ tulqû bi-aydîkum ilat-tahlukah (dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian ke dalam kebinasaan)” merupakan prinsip umum yang bisa juga dijadikan dalil bagi kesehatan. Seorang Muslim dilarang melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya, termasuk di dalamnya adalah mengonsumsi atau melakukan hal-hal yang berbahaya bagi kesehatan.

Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada yang apa yang bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah dan membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan.

Namun, posisi kesehatan tetap sebagai sarana, bukan tujuan. Tujuan agama adalah tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka, oleh karena itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan janji-janji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit merupakan penghapus dosa dan mesin pahala yang besar.

Dengan demikian, maka jelas sekali bahwa agama mengajarkan hidup sehat, meskipun di balik itu, yang jauh lebih ditekankan oleh agama adalah bagaimana menggunakan kesehatannya itu untuk sesuatu yang baik. Kondisi terbaik yang paling diimpikan oleh agama bagi kehidupan

Page 10: Case Report

masyarakat adalah kebaikan dalam kesehatan. Selebihnya dari itu, kesehatan boleh hilang asal kebaikan tetap terjaga, dalam kondisi apapun.

KesimpulanPerilaku kesehatan yang mencakup: a) perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit. b)

perilaku terhadap system pelayanan kesehatan. c) perilaku terhadap makanan (nutrition behavior). d) perilaku terhadap lingkungan (environmental health behavior). Ny.T mempunyai perilaku kesehatan yang baik, karena mengetahui tentang penyakitnya serta penyebab kekambuhan penyakit tersebut. Pasien mengetahui pula cara mengatasi ketika penyakit tersebut timbul dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di panti, sehingga pasien saat ini jarang mengalami keluhan-keluhan yang mengganggu aktivitasnya dan merasa lebih nyaman menjalani kehidupannya sehari-hari.

Dengan demikian diharapkan pasien geriatric yang menderita gastritis lainnya dapat dibantu para pekerja medis untuk menerapkan perilaku hidup sehat dengan diberi perhatian, semangat, pengetahuan, dan pelayanan yang memadai sehingga termotivasi untuk berperilaku kesehatan yang baik.

AcknowledgmentSaya ucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena tugas laporan kasus untuk

memenuhi tugas di blok elektif ini dapat selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada dr. Saskia Nassa, Sp.M sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, kesabaran, motivasi, dukungan dan waktu yang telah diberikan untuk membimbing saya dalam dalam pembuatan laporan kasus. Terimakasih kepada pengurus Panti Sosial Tresna Werdha Bina Mulia 3 dan opa oma yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Terakhir kepada teman-teman sejawat saya ucapkan terimakasih atas bantuan dan kekompakannya selama ini.

Page 11: Case Report

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aryo W.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid 1.Jakarta:Interna Publishing.2009.

2. Price, Sylvia Anderson.Patofisiologi Klinis Edisi Keenam.Volume 1.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.

3. Saydam. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan GangguanPencernaan). Bandung : Alfabeta. 2011.

4. Darmojo, R Boedhi.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2011.

5. Depkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Diakses pada tangal 14 November 2013. Dari: http://www.depkes.go.id.

6. Hanata, Rizki. Pola Hidup Sehat untuk Lansia. Jakarta: CV. Toga Putra. 2010.

7. Notoatmodjo, S. Pendidikan Promosi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka cipta. 2003.

8. Green, L. Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 1995.

9. Budioro B. Pengantar Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Cetakan pertama. Semarang: FKM UNDIP, 1998.

10. Pratikwo, dkk. Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian, Dan DukunganKeluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia Di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Diakses pada tanggal 14 November 2013. Dari: http://www. ejournal.undip.ac.id .

11. Kebersihan dan kesehatan dalam perspektif Islam. Diakses pada tanggal 20 November 2013. Dari: http://www.teknoislam.com

12. Pentingnya menjaga kesehatan dalam Islam. Diakses pada tanggal 20 November 2013. Dari: http://www.kopsyahirsyady.com

13. Al-Qur’an e-book. Diakses tanggal 20 november 2013, dari http://quran-terjemah.org