case report
DESCRIPTION
bTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring yang disebabkan oleh
berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum dari saluran
nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yang spesifik di faring. Faringitis adalah
keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang mungkin
terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Faringitis Akut yaitu
radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A
adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut
sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001) Faringitis kronik umumnya terjadi pada
individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara
berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3
jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ). 2)
Atrofik (tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan waktunya berkerut).
3) Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Status Pasien
Identitas Pasien
- Nama : An. S
- Umur : 2 Tahun 4 Bulan
- Jenis kelamin : Perempuan
- Bangsa/suku : Bugis
- Agama : Islam
- Alamat : Desa Bontolebang 2
- Tanggal Pemeriksaan : 1 November 2014
- Dokter Jaga : dr. D
B. Data Subjektif
- Keluhan utama : Demam
- Anamnesis terpimpin :Dialami sejak ± 1hari yang lalu, hilang timbul terutama malam
hari, mual (-), muntah (+), batuk (+), lender (-), nyeri menelan (+). Anak malas makan
dan minum.
- BAB & BAK : lancar
- Riwayat penyakit sebelumnya : (-)
- Riwayat penyakit keluarga : (-)
C. Data Objektif
a. Status Generalis : Sakit Ringan/Gizi Cukup/Compos Mentis
- Berat Badan : 11 kg,
- TB : 50cm,
b. Status vitalis :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 108 x/menit
- Pernapasan : 18 x/menit
- Suhu : 380C (axilla)
c. Kepala :
- Ukuran : Normochepal
- Rambut : Hitam, lurus, sukar dicabut
- Mata : Anemis (-/-), Ikterus (-/-)
d. Tenggorokan :
- Tonsil: edema (+), hiperemi (+), sakit menelan (+), serak (-)
e. Leher :
- Pembesaran kelenjar tiroid (-), Massa tumor (-), Kaku kuduk (-), Pembesaran kelenjar
getah bening (-)
Pemeriksaan Faring
Pengukuran lebar saluran udara pharynx
atas dan bawah Saluran Udara
Perempuan Laki-laki
SD SD
Pharynx atas (mm) 17.4 3.4 17.4 4.3
Pharynx bawah (mm) 11.3 3.3 13.5 4.3
f. Thorax :
- Inspeksi
Bentuk : Simetris kiri dan kanan (normochest)
Pembuluh darah : Tidak ada kelainan
Sela Iga : Normal, tidak melebar
- Palpasi
Fremitus raba : Sama pada paru kiri dan kanan
Nyeri tekan : tidak ada
Massa tumor : tidak ada
Krepitasi : tidak ada
- Perkusi
Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru-hepar : ICS IV dekstra
Batas paru belakang kanan : CV Th. VIII dekstra
Batas paru belakang kiri : CV Th. IX sinistra
- Auskultasi
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- ,Wh -/-
g. Jantung:
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5, linea
midklavikula sinistra
- Perkusi : Pekak
Batas atas jantung ICS II sinistra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS V linea aksilaris anterior sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, tidak ada bising
h. Abdomen:
- Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas.
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal.
- Palpasi : Meteorismus (-), Nyeri Tekan(-), Massa tumor
(-), Hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi : Tympani
i. Ekstremitas:
Edema Akral hangat
j. Lain – lain : -
k. Diagnosis : Faringitis Akut
l. Diagnosis Banding :
- Mononukleus infeksiosa
- Tonsilitis difteri
- Scarlet fever
+ +
+ +
- -
- -
m. Pemeriksaan Penunjang : (-)
n. Rencana Pemeriksaan :
- Pemeriksaan biopsy
- Pemeriksaan sputum
- Pemeriksaan laboratorium : Sel darah putih dan analisa gas darah
o. Penatalaksaan/Terapi
- Paracetamol
- Vit C
- Amoxicilin
p. Rencana terapi : (-)
q. Prognosis
Qua ad vitam : bonam
Qua ad sanationen : bonam
D. RESUME
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun 4 bulan datang bersama ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan demam, yang dialami sejak ± 1hari yang lalu, hilang timbul terutama malam
hari, mual (-), muntah (+), batuk (+), lender (-), nyeri menelan (+). Anak malas makan dan
minum.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien sakit ringan, gizi cukup dan composmentis.
Tekanan darah 110/70 mmHg, pernapasan 18x/menit, suhu 36,8ºC axilla sinistra, nadi
108x/menit teraba di A. radialis dextra, kuat angkat, irregular. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan
membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis maka pasien ini didiagnosis dengan
Faringitis akut
. BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong, yang besar
dibagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esofagus setinggi vertebra ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga
hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui auditus laring dan ke bawah
berhubungan dengan esofagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa lebih kurang 14 cm, bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam ke luar) mukosa, fasia faringobasiler, fasia otot dan
sebagian fasia bukofaringeal. Berdasarkan letaknya faring terdiri dari nasofaring, orofaring
laringofaringeal
1. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring relatif kecil, berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti
adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut
fossa rosenmuller, kantong ratke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis
serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba
eustachius, koana, foramen jugulare yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n.
asesorius spinal saraf kranial dan v. jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan
foramen laserum dan muara tuba eustachius.
2. Orofaring
Orafaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah aalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang
adalah dinding podterior faring, tonsil palatina, fossa tonsil serta arkus faring anterior dan
postrior, uvula tonsil, tonsi lingual dan foramen sekum.
3. Laringofaring
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal. Bila
laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung
atau dengan laringoskop pada pemeriksaan langsung, maka struktur pertama yang tampak
di bawah dasar lidah ialah valekula.
Di bawah valekula terdapat epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis
ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju sinus
piriformis dan ke esofagus.
Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesi lokal di faring dan
laring pada tindakan laringoskopi langsung.(4,5)
B. DEFINISI
Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring yang disebabkan
oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum
dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yang spesifik di faring.(1)
C. EPIDEMIOLOGI
Frekuensi : Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat
ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa
mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut) tiap
tahunnya.
Mortalitas : Faringitis akut merupakan salah satu penyebab terbesar absensi anak di
sekolah dan absensi di tempat kerja bagi orang dewasa.
Ras : Faringitis akut mengenai semua golongan ras dan suku bangsa secara merata.
Jenis Kelamin : Faringitis akut mengenai kedua jenis kelamin dalam komposisi yang
sama.
Usia : Faringitis akut mengenai semua golongan usia, tetapi yang terbesar mengenai
anak-anak.(1,6)
D. JENIS FARINGITIS
A. Faringitis Akut
Yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan
streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan
faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” Faringitis Akut adalah
suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan
cepat memberat)
B. Faringitis Kronik
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan
lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik,
penggunaan habitual alkohol dan tembakau.
Ada 3 jenis faringitis :
1. Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ).
2. Atrofik (tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan
waktunya berkerut).
3. Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).
Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis
kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis
kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang
merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis
kronik adalah pasien yang bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak.
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.
Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada
pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular.
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis
atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan
tenggorokan kering dan tebal seerta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa
faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
E. ETIOLOGI
Penyebab faringitis akut ialah kuman-kuman golongan Streptococcus B hemoliticus,
Streptococcus viridans serta golongan pyogenes. Sisanya disebabkan oleh infeksi virus
yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta Herpes. Cara infeksi ialah oleh percikan
ludah (droplet infektion). Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan
secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan. Penyakit
ini dapat sebagai permulaan penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia,
parotitis , varisela, arthritis, atau radang bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian
atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis, laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis
hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak mukosa menebal
serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring posterior (lateral
band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi,
udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring. (1,3,4,5,6)
Tabel 1. Berbagai etiologi faringitis akut
Pathogen
Viral
• Rhinovirus (100 types and 1 subtype)
• Coronavirus (3 or more types)
• Adenovirus (types 3, 4,7, 14 and 21)
• Herpes simplex virus (types 1 and 2)
• Parainfluenza virus (types 1-4)
• Influenzavirus (types A and B)
• Coxsackivirus A (types 2, 4-6, 8 and 10)
• Epstein-Barr virus
• Cytomegalovirus
• Human immunodeficiency virus type I
Bacterial
• Streptococcus pyogenes (group A b-hemolytic streptococci)
• Group C b-hemolytic streptococci
• Neisseria gonorrhoeae
• Corynebacterium diphtheria
• Arcanobacterium haemolyticum
Chlamydial
• Chlamydia penumoniae
Mycoplasmal
• Mycoplasma pneumoniae
Persentase dari etiologi faringitis akut dapat dilihat pada tabel di bawah
Unknown30%
S. Pyogenes20%
virus45%
other bacteri5%
Etiologi faringitis akut
Tabel 2. Persentase etiologi faringitis akut
F. PATOFISIOLOGI
Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang mengahasilkan
eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan
ulserasi. Organisme yang ditemukan termasuk streptokokus, pneumokokus dan basillus
influensa, diantar organisme yang lainnya. Pada stadium awal,terdapat hiperemia, edema,
dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau
berbentuk mukus dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring.Dengan hyperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu terdapat dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian biasaanya difokuskan difokuskan pada
faring, dan tampak bahwa folikel atau bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau
terletaj lebih kelateral, menjadi meradang dan membengkak. Terkenanya dinding lateral,
jika tersendiri, disebut sebagai”faringitis lateral”. Hal ini tentu saja mungkin terjadi,
bahkan adanya tonsila, hanya faring saja yang terkena.
G. GEJALA KLINIS
Gejala yang sering ditemukan ialah:
- Gatal dan kering pada tenggorokkan
- Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C
- Rasa lesu dan nyeri disendi
- Tidak nafsu makan (anoreksia)
- Rasa nyeri ditelinga (otalgia)
- Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
- Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran seperti kaca
dan dilapisi oleh sekresi mukus.
- Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak (1,4,5,6)
KLASIFIKASI BERDASARKAN AGEN PENYEBAB :
Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan
nanah di tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam, biasanya tinggi. Demam.
Jumlah sel darah putih normal
atau agak meningkat
Jumlahseldarahputihmeningkatringansampaisedangn
Kelenjar getah bening normal
atau sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah
bening
Tesapus tenggorokan
memberikan hasil negative
Tesapus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep
throat
Pada biakan di laboratorium Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
tidak tumbuh bakteri
Manifestasi klinis akut:
- Nyeri Tenggorok
- Sulit Menelan, serak, batuk
- Demam
- Mual, malaise
- Kelenjar Limfa Leher Membengkak
- Tonsil kemerahan
- Membran faring tampak merah
- Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
- Nyeri tekan nodus limfe servikal
- Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
- Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
- Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
- Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
- Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis kronis:
- Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
- Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
- Kesulitan menelan.
H. DIAGNOSIS BANDING(5)
- Mononukleus infeksiosa
- Tonsilitis difteri
- Scarlet fever
- Angina agranulositosis
- Tonsilitis kronis
I. PENATALAKSANAAN (5)
- Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
- Antipiretik
- Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
- Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin
J. PENCEGAHAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis yaitu:
1. Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki demam,
flu
2. Mencuci tangan secara teratur
3. Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok
4. Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering
K. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik bila penyakit cepat diketahui dan diterapi
dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila pasien datang
terlambat dan penyakit sudah berlanjut maka prognosis akan kurang baik.(6)
L. KESIMPULAN
- Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring dan/atau tonsil yang
disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala
infeksi umum dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yang
spesifik di faring.
- Etiologi yang paling sering ditemukan adalah virus
- Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala penyakit.
- Umumnya prognosis baik bila penyakit cepat diketahui dan diterapi dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aung K, Pharyngitis Viral. Available from : http://www.emedicine.com/oto/topic568.htm,
January 23, 2003
2. Pracy R, Buku Pelajaran Ringkas Telinga, Hidung dan Tenggorkkan, Gramedia, Jakarta,
1989: 145-9.
3. Cody DT, Eugen K, Pearson B, Text Books Otolaryngology, cetakan V, EGC, Jakarta, 1991;
279-98.
4. Adam GL, Boeis, Hilger PA, Boeis Fundamentals of Otolaryngology, edisi 6, WB Sounders,
Philadelphia, 1998: 320-36.
5. Soepardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokkan, Kepala, Leher,
Edisi V, FK-UI, Jakarta, 2001: 47.
6. Marcus L, Acute Pharyngitis, internet http://www.nejm.com/ topic342.html, 2003. -1.
7. Hall I, Colman BH, Disease of the Nose, Throat and Ear, 13 th edition, Oxford, 1987: 143-53.