case report
DESCRIPTION
s,shaJDUJdhTRANSCRIPT
I.PENDAHULUAN
Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan
lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah
dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang
ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga
kegiatan yang akandilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan
berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya
mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada lapisan
epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyakit kulit
yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang
bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya melalui
tempa tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4
tanda kardinal yakni :
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada
malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian
tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.
Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan stratum
korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus, genital,
bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan
dan telapak kaki. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan
masyarakat padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit
ini juga dapat digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS).
II. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An.
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Lampung Barat
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Lampung
Status : Belum Menikah
B. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan tanggal 30 April 2015 pukul 11.00 WIB di Poliklinik Kulit RSUD
Hi.Abdul Muluk Bandar Lampung.
i. Keluhan Utama
bintik-bintik kemerahan yang disertai rasa gatal pada kedua sela jari tangan sampai
pergelangan tangan dan kedua punggung kaki sejak 3 minggu SMRS
ii. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke poli klinik penyakit kulit dan kelamin RSAM dengan keluhan timbul
bintik-bintik kemerahan yang disertai rasa gatal pada kedua sela jari tangan sampai
pergelangan tangan dan kedua punggung kaki sejak 3 minggu SMRS. Gatal yang
dirasakan os lebih terasa gatal terjadi pada malam hari sehingga mengganggu tidur os,
serta apabila digaruk os merasa gatalnya berkurang. Awalnya bintik-bintik muncul pada
sela jari tangan kiri (khususnya antara ibu jari dan jari telunjuk) yang disertai gatal,
akibat digaruk maka bintik-bintik pecah mengeluarkan darah dan cairan namun tidak
mengeluarkan nanah kemudian bintik-bintik tersebut menyebar ke bagian lain yaitu
pergelangan tangan kiri, sela jari tangan dan pergelangan tangan kanan, kedua
punggung kaki sampai depan ketiak kanan dan kiri. Sebelum keluhan gatal-gatal tidak
ada demam. Keluhan ini pertama kali di alami oleh Os.
Os dua minggu sebelum berobat ke poliklinik RSAM sudah melakukan pengobatan ke
puskemas di daerah tempat tinggal Os. Saat berobat ke puskemas Os diberikan obat
minum dan salep namun Os lupa nama obatnya. Beberapa hari setelah berobat dari
puskemas bintil merah pada daerah depan ketiak mengering dan gatal berkurang,
namun pada daerah kedua sela jari tangan, kedua pergelangan tangan dan kedua
punggung kaki tidak ada perbaikan bahkan bintil merah semakin banyak dan gatal.
Os mengatakan bahwa beberapa teman sekolah os mengalami hal serupa. Sehari-hari os
sering bergaul bersama teman-teman os yang mengalami penyakit yang sama seperti
os, dimana os juga mengatakan sering melakukan kontak fisik dengan beberapa
temannya tersebut. Namun di keluarga os tidak ada yang mengalami hal serupa seperti
os. Os mandi dua kali sehari dan mengganti pakaian dalam setiap mandi. Os
mengatakan tidak memakan makanan yang tidak biasa os makan beberapa minggu
terakhir. Os mengatakan selama ini apabila os mencuci baju tidak pernah menderita
gatal-gatal atau penyakit kulit. Os juga tidak memiliki hewan peliharaan dirumah. Os
mengatakan tidak pernah meminum obat-obatan sebelum keluhan terjadi. R/ alergi
makanan (-), R/ asma (-), R/ bersin- bersin pada cuaca dingin (-).
iii. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit kulit seperti ini sebelumnya tidak pernah
- Riwayat asma tidak ada
- Riwayat rhinitis alergika tidak ada
- Riwayat alergi makanan tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
i. Status Generalis
- Keadaan umum : tampak sakit ringan
- Kesadaran : compos mentis
ii.Tanda Vital:
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 89x/m
- Suhu : 36,7o C
- Pernapasan : 20x/m
- Tinggi badan : 170 cm
- Berat badan : 60 Kg
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada kelainan
kulit
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata hitam, tidak
ada madarosis
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit (lihat
Status dermatologikus)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat kelainan
kulit (lihat status dermatologikus)
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit (lihat status dermatologikus).
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit (lihat status dermatologikus).
iii. Status Dematologi
- Pada regio interdigitalis manus sinistra et detra sampai seluruh
dorsum dan palmar manus sinistra et detra terdapat papul dan
vesikel eritomatous, multiple, ukuran terbesar 1,5 cm x 1 cm dan
terkecil diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret
– konfluens disertai erosi dan eksoriasi dan di beberapa tempat
terdapat kanalikuli berwarna putih keabuan berbentuk berkelok-
kelok 1 cm dan pada ujung terdapat vesikel.
- Pada regio dorsum pedis sinsitra et dextra terdapat papul dan
vesikel eritomatous multiple, ukuran terbesar 1 cm x 0,7 cm dan
terkecil diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret
– konfluens disertai erosi dan eksoriasi
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. Resume
F. Diagnosis Banding
i. Scabies
ii. Prurigo hebra
iii. Pedikulosis korporis
iv. Dermatitis
G. Diagnosis Kerja
H. PENATALAKSANAAN
i. Umum
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara
penularannya
- Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular
- Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan tempat tinggal
- Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan
terakhir dengan
menggunakan air panas
- Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
- Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan resiko infeksi
- Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga dan orang
sekitar yang menderita keluhan yang sama
- Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim
yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika
terkena air harus diulang kembali.
- Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari menjelang tidur
dan didiamkan selama 10 jam hingga keesokan harinya. Obat
digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang seminggu kemudian.
ii. Khusus
a. Topikal
- Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari
selama 10
jam, satu kali dalam seminggu
b. Sistemik
- Anti histamin : Klorfeniramin maleat 2 x ½ tablet
- Antibiotik : Amoxicillin 3 x 250 mg
I. PROGNOSIS
Quo Ad vitam : ad bonam
Quo Ad functionam : ad bonam
Quo Ad cosmeticam : ad bonam
Quo Ad sanationam : ad bonam
J. PEMBAHASAN
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan
pemerksaan yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan timbul bintik-bintik
kemerahan yang disertai rasa gatal pada kedua sela jari tangan sampai pergelangan tangan
dan kedua punggung kaki Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama
pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan
riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan
oleh ayah pasien, yakni teman yang sering melakukan kontak langsung.
Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini
sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4
tanda kardinal skabies maka
diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2
dari 4 tanda kardinal yakni :
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau
lebih tinggi pada malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh
keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan
vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.
Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya
orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan
kanalikulus pada tempat predileksi.
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi . Pada
pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada region Pada
regio interdigitalis manus sinistra et detra sampai seluruh dorsum dan
palmar manus sinistra et detra terdapat papul dan vesikel eritomatous,
multiple, ukuran terbesar 1,5 cm x 1 cm dan terkecil diameter 0,2 cm,
bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret – konfluens disertai erosi dan
eksoriasi dan di beberapa tempat terdapat kanalikuli berwarna putih
keabuan berbentuk berkelok-kelok 1 cm dan pada ujung terdapat vesikel.
Pada regio dorsum pedis sinsitra et dextra terdapat papul dan vesikel
eritomatous multiple, ukuran terbesar 1 cm x 0,7 cm dan terkecil
diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret – konfluens
disertai erosi dan eksoriasi
Efloresensi papul eritematosa, pustule. Hal ini sesuai untuk diagnosis
skabies, dimana di dalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya
pada daerah dengan stratum korneum yang tipis, namun karena pada
anak-anak lapisan stratum korneum tubuhnya sebagian besar masih tipis
maka penyebarannya dapat bersifat atipikal. Selain itu pada pasien ini
pada daerah sela jari kedua tangan juga didapatkan effloresensi berupa
pustula, bentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit dan multiple,
Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo hebra yaitu
penyakit kulit
kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat pada anak dengan
tingkat social ekonomi dan hygiene rendah. Penyebab pasti belum
diketahui, diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan kulit
terhadap gigitan serangga. Tanda khasnya adalah adanya papul-papul
miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal. Tempat
predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor
dan simetris. Diagnosis ini dapat disingkirkan karena pasien baru
mengalami keluhan 4 hari yang
lalu dan tidak peka tehadap gigitan nyamuk.
Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa papul
milier disertai bekas
garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien. Pada dermatitis, meskipun
memberikan kelainan
kulit yang hamper sama namun pada dermatitis tidak akan ditemukan
kanalikuli, adan pada
anamnesa tidak didapatkan adanya anggota keluarga yang menderita
keluhan yang sama.
Penatalaksanaan pada kasus scabies dapat dilakukan baik dengan non-
medikamentosa
dan medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa yaitu dengan
memberikan eduksai
seperti Rajin melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus diobati,
menjaga kebersihan
pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan
menggunakan air hangat, kasur,
bantal, dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur, kontrol
seminggu lagi untuk
melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit .
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan
memberikan obat secara
topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 %
krim dioleskan ke
seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu.
Pada teori yang telah
dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada anak-
anak berupa permetrin 5
% mengingat efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang
rendah1. Serta
penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan midah di apotek.
Dan obat sistemik yang
diberikan adalah amoxicillin 250 mg, obat ini diminum sebanyak 3 kali
sehari setelah makan.
Pemberian obat sistemik ini sesuai dengan indikasi bahwa pada pasien
mengalami infeksi
sekunder sehingga perlu diberikan antibiotika berupa amoksisilin. Selain
itu untuk mengurangi
gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari juga diberikan obat
antihistamin yaitu
Klorfeniramin maleat 2 x1/2 tablet. Obat ini murah dan mudah didapat
namun memiliki efek
mengantuk karena efek sedatif.
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila
diobati dengan benar
dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga
sebaliknya. Selain itu
perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami
keluhan yang sama.
Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat
maka Sarcoptes scabiei
akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host
definitive dari Sarcoptes
scabiei.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.
2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
3. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Penyakit
4. Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah. Denpasar : 2000.
5. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi
Praktis . Ed. 1. PERDOSKI. 1989.
6. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Scabies. Available at:
http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm.
7. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill
Professional. 2003