case report

19
LAPORAN KASUS FARMAKOEKONOMI DAN DAMPAKNYA BAGI KELUARGA PASIEN PENDERITA KANKER COLORECTAL DITINJAU DARI SEGI PERAWATAN PALLIATIF & ISLAM Asri Paramytha S 1102010038 Tutor : dr. Hj. Sri Hastuti M.Kes Kelompok 1 BIDANG KEPEMINATAN PALLIATIF CARE (BLOK ELEKTIF) 1

Upload: asri-paramytha

Post on 26-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report

LAPORAN KASUS

FARMAKOEKONOMI DAN DAMPAKNYA BAGI KELUARGA PASIEN

PENDERITA KANKER COLORECTAL DITINJAU DARI

SEGI PERAWATAN PALLIATIF & ISLAM

Asri Paramytha S

1102010038

Tutor : dr. Hj. Sri Hastuti M.Kes

Kelompok 1

BIDANG KEPEMINATAN PALLIATIF CARE

(BLOK ELEKTIF)

SEMESTER VII

TAHUN AKADEMIK 2013-2014

UNIVERSITAS YARSI

1

Page 2: Case Report

ABSTRAK

Kanker Colorectal adalah kanker yang merupakan keganasan yang menyerang usus besar (kolon ) dan rektum ( bagian usus paling bawah sampai anus/dubur ) sehingga sering juga disebut dengan kanker kolorektal. KUB merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di Indonesia, dengan jumlah kasus 1,8 / 100.000 penduduk ( Depkes, 2006 ) dan jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk Indonesia.Farmakoekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perbandingan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu terapi. Pasien Tn. C yang mengeluh sakit dari awal tahun 2013 terdiagnosa Ca Colorectal sudah dioperasi 2x. Dan sudah berobat ke 2 dokter yang berbeda dan memilih perawatan Palliatif sebagai pilihan. Dari berbagai aspek, farmakoekonomi sangat penting dan berguna baik bagi pasien ataupun suatu institusi yang berkaitan. Dan hendaknya lebih dikenalkan lagi apa itu farmakoekonomi ke masyarakat. Kata kunci: kanker kolorectal, farmakoekonomi, perawatan palliatif

Pendahuluan

Pada kasus penyakit kanker dipastikan tidak murah dalam masalah biaya pengobatan. Pada pasien Tn. C yang berprofesi sebagai wirausaha, untungnya menggunakan asuransi dari Jamsostek untuk menanggung semua biaya pengobatan. Karena dipastikan jika tanpa asuransi biaya pengobatan dari mulai dokter, obat, terapi-terapi yang lain dan alternatif tidaklah sedikit. Keluarga Tn. C sudah mencoba dari memeriksakan ke dua dokter yang berbeda untuk perbandingan dan terapi alternatif. Dan saat ini memilih perawatan Palliatif sebagai pilihan.

Apa itu perawatan Palliatif? Palliative Care adalah pendekatan multidisiplin dalam memberikan perawatan yang konfrehensif pada pasien-pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa (Witjaksono, MA, 2007).

Menurut definisi WHO, perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam kehidupan, melalui pencegahan dan bantuan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian sempurna dan perawatan rasa sakit dan masalah lain, fisik, psikologis dan spiritual (WHO, 2002).

Dibagi dalam beberapa aspek yaitu aspek spritual, aspek sosial, aspek budaya, aspek pendidikan, aspek medis, aspek psikologi, aspek lingkungan, aspek keluarga dan aspek ekonomi.Perawatan palliative umumnya diberikan pada orang yang mengalami penyakit yang membatasi hidup, atau dengan kata lain penyakit yang tidak respon terhadap penangan kuratif dengan mempertimbangkan keluarga dan budayanya..

Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri seperti mual, muntah dan depresi. Pasien-pasien yang mendapat pelayanan perwatan palliative care antara lain:Penderita lansia pasca rawat inap di RS yang masih memerlukan pelayanan, seperti penderita penyakit kronik multipatologi, mis: hipertensi,stroke, diabetes. Kondisi terminal kanker (maligantis). (Probosuseno sp.PD)

Dari kasus pasien ini yang akan saya bahas yaitu masalah ekonominya, terutama bidang Farmakoekonomi. Yaitu suatu cabang ilmu yang mempelajari perbandingan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu terapi.

2

Page 3: Case Report

Presentasi KasusPasien laki-laki 38 tahun. Pada awal tahun, bulan Januari 2013, pasien mengeluh

susah BAB. Namun dianggap biasa saja. Lama kelamaan semakin susah ditambah nyeri saat BAB. Namun BAK tidak ada gangguan. Kemudian di bawa ke poli dokter spesialis (tidak menyebutkan spesialis apa, karena istri kurang mengerti, jadi kami anggap spesialis penyakit dalam). Dokter lalu mendiagnosis kanker, namun keluarga pasien kurang menerima. Setelah itu keluarga mendapatkan informasi rumah sakit bagus menurut sanak saudara, maka pasien dibawa ke rumah sakit Rajawali, Bandung. Perlu diketahui pasien dan keluarga bertempat tinggal di Jatiluhur – Jawa barat.

Setelah berobat ke dokter spesialis (spPD), dokter mendapatkan pemeriksaan fisik rectal keluar daging seperti kembang kol. Dokternya mengatakan ini ambeien berat dan harus diangkat. Maka langsung dilakukan operasi pengangkatan jaringan tersebut pada bulan Mei 2013. Pasien dirawat selama 10 hari, 4 hari diantaranya di ICU.Pasca operasi, pasien kembali kerumah, sempat sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa. Namun selang beberapa minggu, pasien mengeluh perut kembung.Lama kelamaan bertambah gejalanya seperti susah BAB kemudian tidak bisa flatus, sehingga perut pasien semakin buncit. Lalu, sang istri membawa pasien ke puskesmas terdekat. Setelah diperiksa, dokter puskesmas menyarankan kalau pasien dibawa kembali ke dokter yang sebelumnya merawat pasien.

Setelah diperiksa kembali, dari hasil radiologi, ditemukan hal yang sama (daging tumbuh seperti kembang kol di rectum) akan tetapi pada colon pasien. Diperkirakan: penyakit awal Ca rectal bermetastasis ke kolon. Sehingga dilakukan operasi ke 2, salah satunya pemotongan sebagian kolon yang sudah terkena kanker dan kolostomi. Didapatkan pula metastasis ke liver bahkan sudah sampai ke paru. Dikatakan oleh istri pasien, operasi berjalan lama dikarenakan penyebaran yang sudah sampai paru (dikatakan paru kolaps). Pasien kembali dirawat selama 10 hari, 8 hari diantaranya dirawat di ICU. Pasien juga sempat disarankan kemoterapi, namun kurangnya pengetahuan tentang kemoterapi, istri pasien tidak melakukannya. Dokter dari pihak rumah sakit yang menangani pasien juga mengatakan kondisi pasien sudah sangat sulit diterapi karena penyebaran Ca yang luas. Pihak keluarga, terutama istri akhirnya memilih terapi paliatif sebagai upaya lain dalam menghadapi penyakit pasien.Kondisi pasien sekarang :

Kondisi pasien sudah sangat kurus juga nampak lemah dan hanya mampu berbaring di

kasur. Keluhan dari pasien saat kami berkunjung adalah pasien merasa nyeri jika bergerak

atau berganti posisi berbaring (terutama posisi miring ke kiri), mual, pusing, kesulitan

menelan yang menyebabkan menurunnya nafsu makan, bibir kering. Untuk BAB, terkadang

pasien mencret. Untuk BAK, baru akhir akhir ini mengeluh terasa perih saat BAK.

Diperkirakan oleh sang istri pasien sudah turun sekitar 30kg.

3

Page 4: Case Report

Terlihat lidah pasien sudah licin, berwarna merah terang tidak ada papil. Pasien masih

dapat berbicara dan menjawab pertanyaan. Sehari hari pasien, tubuh pasien hanya di “seka”

karena pasien tidak dapat mandi. Karena itu, ke-higienis-an tubuh pasien agak kurang.

Dalam sehari, pasien hanya mampu meminum 1 botol air putih berukuran 600ml. Untuk nutrisi, pasien biasanya diberikan jus atau makanan yang diblender. Karena pasien tidak bisa duduk maupun berdiri, pasien mengeluh terasa pegal di bagian panggul, tungkai bawah dan punggung. Dan untuk merubah posisi tidur pasien merasa sangat nyeri. Karena pasien sangat kurus, terlihat otot yg atropi beserta tulang-tulangnya. Karena posisi tidur pasien yang tidak berubah, terdapat luka koreng di kulit bagian tubuh belakang (punggung, bokong dan di tulang-tulang yg menonjol). Saat luka diobati, pasien mengeluh sakit. Pasien tidak menggunakan pampers, biasanya hanya diberikan alas perban.

Terdapat jahitan kolostomi di bagian perut, tepatnya 4 jari dibawah umbilikus. Akan tetapi, karena perawatan pascaoperasi yang kurang baik, bekas jahitan menjadi terbuka kembali dan nampak belum kering. Dan masih keluar feses dari bekas kolostomi. Bekas selang hasil operasi pun tidak terawat dengan baik dan timbul perdarahan dan bernanah. Pasien mengeluh sakit saat di palpasi ringan di bagian sekitar jahitan bekas operasi (kuadran lateral kanan bawah abdomen). Tekanan darah pasien saat cek terakhir 90/60. Saat kunjungan kemarin TD sama 90/60. Keinginan pasien ingin dapat bisa makan secara normal, tidak sakit lagi saat menelan. Pasien tidak menolak dirawat dirumah dan diberi obat as al tidak dilakukan tindakan operasi.

Dari pihak paliatif RS Dharmais, pasien dipasang infus. Akan tetapi karena kondisi pasien yang sudah defisiensi cairan, sangat sulit meraba a. Radialis pasien.

Diskusi

Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan (Orion, 1997). Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi (Vogenberg, 2001)

Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama. Selain itu juga membandingkan pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda (Vogenberg, 2001). Dimana hasilnya bisa dijadikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat mana yang akan digunakan. Farmakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro maupun dalam skala makro (Trisna, 2010).

Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya yang terbatas, dimana hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya yang tersedia secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien adalah biaya yang seminimal mungkin (Vogenberg, 2001). Dengan keterbatasan sumber daya yang tersedia dalam memberikan pelayanan kesehatan, maka sudah

4

Page 5: Case Report

seyogyanya farmakoekonomi dimanfaatkan dalam membantu membuat keputusan dan menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis (Trisna, 2010).

Metode Farmakoekonomi Ada empat jenis metode farmakoekonomi yang telah dikenal yaitu:

a. Cost Minimization Analysis Cost Minimization Analysis adalah tipe analisis yang menentukan biaya

program terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk menguji biaya yang dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang diperoleh (Orion, 1997).

Contoh dari analisis cost minimization adalah terapi dengan menggunakan antibiotika generik dan paten. Luaran klinik (efikasi dan efek sampingnya) sama. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001).

b. Cost Effectiveness Analysis Cost effectiveness analysis merupakan salah satu cara untuk menilai dan memilih

program terbaik bila terdapat beberapa program berbeda dengan tujuan yang sama untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih adalah berdasarkan total biaya dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai total biaya terendahlah yang akan dipilih oleh para analis/pengambil keputusan

(Tjiptoherijanto, 1994). Cost effectiveness analysis merupakan metode yang paling sering digunakan.

Metode ini cocok untuk membandingkan obat-obat yang pengukuran hasil terapinya dapat dibandingkan. Sebagai contoh, membandingkan dua obat yang digunakan untuk indikasi yang sama tetapi biaya dan efektivitasnya berbeda (Trisna, 2010).

c. Cost Benefit Analysis Cost benefit analysis merupakan tipe analisis yang mengukur biaya dan

manfaat suatu intervensi dengan ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Dapat digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda (Vogenberg, 2001).

Contoh dari cost benefit analysis adalah membandingkan program penggunaan vaksin dengan program perawatan suatu penyakit. Pengukuran dapat dilakukan dengan menghitung jumlah episode penyakit yang dapat dicegah, kemudian dibandingkan dengan biaya kalau program perawatan penyakit dilakukan. Semakin tinggi benefit cost, maka program makin menguntungkan (Trisna, 2010)

d. Cost Utility Analysis Cost utility analysis merupakan tipe analisis yang membandingkan biaya

terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan.

Dalam cost utility analysis, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life years, QALYs) dan hasilnya ditunjukkan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi ke dalam nilai QALYs. Sebagai contoh jika pasien dinyatakan

5

Page 6: Case Report

benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1 (satu). Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup sedangkan kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan pasien (Orion, 1997).

Biaya Pelayanan Kesehatan Biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu: a. Biaya langsung medis (direct medical cost)

Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan jasa pelayanan medis, yang digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suatu penyakit seperti kunjungan pasien, obat-obat yang diresepkan, lama perawatan. Kategori biaya-biaya langsung medis antara lain pengobatan, pelayanan untuk mengobati efek samping, pelayanan pencegahan dan penanganan (Orion, 1997; Vogenberg, 2001).

b. Biaya langsung nonmedis (direct nonmedical cost) Biaya langsung nonmedis adalah biaya yang dikeluarkan pasien tidak terkait

langsung dengan pelayanan medis, seperti transportasi pasien ke rumah sakit, makanan, jasa pelayanan lainnya yang diberikan pihak rumah sakit (Vogenberg, 2001).

c. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien,

atau biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang. Sebagai contoh pasien kehilangan pendapatan karena sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat memberikan nafkah pada keluarganya, pendapatan berkurang karena kematian yang cepat (Vogenberg, 2001).

d. Biaya tak terduga (Intangible cost) Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis,

tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa nyeri/cacat, kehilangan kebebasan, efek samping. Sifatnya psikologis, sukar dikonversikan dalam nilai mata uang (Vogenberg, 2001).

Perspektif Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan dapat ditinjau dari empat perspektif yaitu:

a. Perspektif pasien (konsumen) yaitu pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang murah

b. Perspektif penyedia pelayanan kesehatan yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan masyarakat. Sebagai contoh: Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, praktik dokter dan praktik bidan.

c. Perspektif pembayar (perusahaan asuransi) yaitu membayarkan biaya terkait dengan pelayanan kesehatan yang digunakan peserta asuransi selama pelayanan kesehatan yang digunakan peserta termasuk dalam tanggungan perusahaan bersangkutan. Menyusun program pelayanan kesehatan yang lebih efektif sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

d. Perspektif masyarakat yaitu masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan untuk mencegah terjangkitnya berbagai penyakit, seperti program pencegahan penyakit dengan imunisasi (Vogenberg, 2001)

Manfaat dan Kekurangan Farmakoekonomi

6

Page 7: Case Report

Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain:

1. Memberikan pelayanan maksimal dengan biaya yang terjangkau.Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan yang berkaitan dengan

penyakit sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom penyakit tersebut.

Hal ini memberikan manfaat, yaitu terdapat banyak pilihan obat yang dapat diberikan untuk tindakan terapi bagi pasien. Namun, banyaknya pilihan terapi ini tidak akan bermanfaat apabila ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang mahal. Oleh karena itu, pertimbangan farmakoekonomi dalam menentukan terapi yang akan diberikan kepada pasien sangat diperlukan, misalnya dengan penggunaan obat generik. Di Indonesia khususnya, telah terdapat 232 jenis obat generik yang diregulasi dan disubsidi oleh pemerintah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan obat patennya.

2. Angka kesembuhan meningkat, Angka kesehatan meningkat dan angka kematian menurun.Terapi yang diberikan oleh dokter akan berhasil apabila pasien patuh terhadap

pengobatan penyakitnya. Kepatuhan ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Misalnya saja harga obat yang diresepkan oleh dokter terlalu mahal maka pasien tidak akan sanggup membeli dan tentu saja tidak dapat mengkonsumsi obatnya. Dan sebaliknya apabila harga obat terjangkau, maka pasien dapat mengkonsumsi obatnya dan mengalami kesembuhan.

Selain itu ketepatan dokter dalam memilih terapi yang tepat untuk penyakit pasien atau berdasarkan Evidense Based Medicine juga berpengaruh. Misalnya saja dokter hanya memberikan obat yang sifatnya simptomatis kepada pasien, tentu saja penyakit pasien tidak sembuh dan harus kembali berobat dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai kesembuhan semakin besar.

3. Menghindari tuntutan dari pihak pasien dan asuransi terhadap dokter dan rumah sakit karena pengobatan yang mahal.

Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam masyarakat, dimana jasa pelayanan kesehatan tidak berbeda dengan komoditas jasa lain. Perubahan paradigma ini mengubah hubungan antara pasien, dokter, dan lembaga pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Seorang pasien menjadi semakin kritis dan ingin tahu untuk apa saja ia membayar, termasuk dalam hal obat-obatan atau terapi serta pemeriksaan yang dilakukan. Apabila ada kesan kelalaian dokter dan pihak rumah sakit, pasien berhak mengajukan tuntutan ke pengadilan.

Apabila dokter telah memberikan obat-obat generik dengan harga yang murah dengan syarat memang tepat indikasi untuk penyakit pasien, dan rumah sakit selalu menyediakannya, maka dokter dan rumah sakit akan terhindar dari tuntutan pasien dan pihak asuransi atas biaya pengobatan yang mahal.

Sedangkan kekurangan atau kendala yang mungkin dihadapi dalam penerapan farmakoekonomi antara lain:

7

Page 8: Case Report

1. Untuk mendapatkan manfaat dari farmakoekonomi secara maksimal maka diperlukan edukasi yang baik bagi praktisi medik termasuk dokter maupun masyarakat. Dokter harus memperdalam ilmu farmakologi dan memberikan obat berdasarkan Evidence Based Medicine dari penyakit pasien. Pendidikan masyarakat tentang kesehatan harus ditingkatkan melalui pendidikan formal maupun informal, dan menghilangkan pandangan masyarakat bahwa obat yang mahal itu pasti bagus. Hal ini belum tentu karena obat yang rasional adalah obat yang murah tapi tepat untuk penyakitnya.

2. Diperlukan peran pemerintah membuat regulasi obat-obat generik yang bermutu untuk digunakan alam pelayanan kesehatan baik tingkat pusat sampai kecamatan dan desa. Karena dalam banyak kasus, obat-obat non generik yang harganya jauh lebih mahal terpaksa diberikan karena tidak ada pilihan obat lain bagi pasien. Terutama bagi pasien yang menderita penyakit berat, seperti kanker. Seperti contoh obat peningkatan protein jenis albumin dan antibiotik jenis botol ampul yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Menurut Studi awal dari Fase II ASEAN Costs in Oncology menunjukkan, 85 persen pasien dan keluarga bangkrut karena menanggung biaya obat dan perawatan kanker. Ini indikasi kanker berpotensi membuat keluarga ekonomi menengah dan rendah menjadi semakin miskin. ”Jika di keluarga ada yang menderita kanker payudara, biaya perawatan bisa mencapai Rp 200 juta setahun. Maka, orang yang berpenghasilan Rp 10 juta per bulan bisa bangkrut,” kata Prof Hasbullah Thabrany dari Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan dan Analisa Kebijakan, Universitas Indonesia, pada peluncuran Fase II Studi ASEAN Costs in Oncology (Action), Jumat (16/12), di Jakarta. Action adalah kajian multinasional tentang dampak sosial ekonomi kanker yang dilakukan oleh The George Institute, Sydney, difasilitasi oleh The ASEAN Foundation dan Roche Asia Pasifik. Studi dilakukan di delapan negara ASEAN, yaitu Malaysia, Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia, studi akan dilaksanakan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, pada 2.400 pasien kanker dan keluarga. Studi dimulai Januari 2012 di 12 rumah sakit, yaitu RS Dharmais, RS Cipto Mangunkusumo, RS Medistra, dan MRCCC (Jakarta); RS dr Hasan Sadikin (Bandung); RS dr Kariadi (Semarang); RS dr Sardjito (Yogyakarta); RS dr Sutomo dan Klinik Onkologi (Surabaya); RS Sanglah (Denpasar); RS dr Wahidin Sudirohusodo (Makassar); serta RS dr Adam Malik (Medan). Masukan bagi pemerintah Selama setahun pasien dan keluarga dipantau beban keuangannya, dari sisi perawatan ataupun biaya tidak langsung, seperti transportasi.Selain mengetahui besaran biaya untuk penderita kanker dan keluarganya selama perawatan, hasil studi bisa menjadi bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam pengendalian kanker. Menurut Hasbullah, penelitian akan selesai tahun 2013, dan diharapkan menjadi masukan bagi kebijakan pemerintah terkait penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional tahun 2014. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mendukung studi ini. Ia memaparkan, kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian global dengan angka 13 persen (7,4 juta) dari semua kematian per tahun. Sebanyak 70 persen kematian akibat kanker terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi tumor 4,3 per 1.000 penduduk

8

Page 9: Case Report

di Indonesia. Kanker penyebab kematian nomor tujuh setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes.Menurut sistem informasi RS, jenis kanker tertinggi di RS seluruh Indonesia pada pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4 persen), disusul kanker leher rahim (10,3 persen). Di Indonesia, 70 persen kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut. Akibatnya, angka bertahan hidup rendah dan menyerap anggaran besar. Data PT Askes, kanker menempati urutan keempat penyerapan biaya rawat jalan dan tindak lanjut pada 2010.

Dari aspek keluarga pasti didapatkan perubahan dari segi ekonomi yang berdasarkan kasus pada pasien ini, biaya ditanggung sendiri oleh istri yang beruntungnya masih mendapatkan asuransi dari Jamsostek. Karena berdasarkan hasil wawancara saat kunjungan pendapatan keluarga Tn. C hanya 1-2 juta per bulan. Dan berdasarkan hasil wawancara pula dengan istri Tn. C keluarga dan kerabat belum membantu dalam pembiayaan pengobatan. Namun dukungan keluarga terlihat saat setiap malam kakak pasien bergantian merawat pasien. Sedangkan pengobatan dan perawatan selama sakit pastinya tidak murah. Karena sang istri masih mengupayakan segala macam cara untuk mengobati suaminya. Dari mencoba ke dua dokter untuk second opinion, ke kiai untuk alternatif dan terakhir dari Unit Palliatif Care RS. Dharmais Jakarta.

Tolong menolong dalam IslamSemua manusia tidak boleh memilih hidup bersendirian di muka bumi ini biarpun

Allah telah memberikan faktor-faktor kesenangan dan kecukupan kepadanya. Ini disebabkan, hal itu bertentangan dengan sifat, potensi dan kebiasaan manusia. Seseorang individu perlukan orang lain dan orang lain juga perlukan individu itu, sehingga kehidupan berlaku dalam bentuk yang terbaik. Inilah yang disebut "tolong-menolong" atau “kerjasama”. Allah SWT memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman supaya saling tolong-menolong dan bekerjasama, dengan syarat mestilah atas dasar kebenaran dan ketakwaan.

�وا �ع�او�ن �ر ع�ل�ى و�ت �ب �ق�و�ى� ال �وا و�ال� و�الت �ع�او�ن � ع�ل�ى ت �م �ث �ع�د�و�ان� اإل� �ق�وا و�ال �ه� و�ات �ن� الل �ه� إ الل

د�يد� �ع�ق�اب� ش� ال

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

وترك البر، وهو الخيرات، فعل على بالمعاونة المؤمنين عباده تعالى يأمرالباطل على التناصر عن وينهاهم التقوى، وهو .المنكرات

Artinya: “Allah Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya yang beriman untuk saling tolong menolong dalam kebaikan yaitu Al Birr, dan meninggalkan kemungkaran yaitu takwa dan melarang mereka untuk menolong dalam kebatilan dan dalam dosa dan yang diharamkan.” Lihat tafsir Ibnu Katsir rahimahullah.

Dan terutama kita harus saling tolong menolong yang pertama kepada orang orang terdekat kita, yaitu tetangga dan saudara. Karena tetangga merupakan kerabat terdekat di

9

Page 10: Case Report

lingkungan rumah. Kita wajib berbuat baik kepada saudara-saudara kita dan kerabat-kerabat kita. Mereka dengan kita adalah dari satu nasab keturunan. Kita wajib mencintai mereka, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Serta tidak boleh memutus tali silahturahmi. Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada seorang laki-laki bertanya (kepada Rasulullah SAW), “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhaq untuk saya santuni ?”. Beliau SAW bersabda, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu. Kemudian orang yang paling dekat denganmu, kemudian orang yang paling dekat denganmu”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1974]

Dari Abu Ayyub Al-Anshariy, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih tiga hari. (Apabila) keduanya bertemu, yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Dan sebaik-baik dari keduanya itu ialah orang yang memulai mengucapkan salam”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1984]

Kita jaga hal-hal yang bisa membuat rukun dengan karib kerabat, dan kita jauhi hal-hal yang bisa membuat retaknya hubungan kerabat. Allah SWT memerintahkan supaya berbuat baik kepada kerabat. Firman Allah SWT :

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridlaan Allah;dan mereka itulah orangorang beruntung. [QS. Ar-Ruum : 38]

Kerabat lebih berhak mendapatkan zakat dari yang lainnya karena di situ ada pahala sedekah sekaligus pahala menjalin hubungan kekerabatan.

Dari Salman bin ‘Amir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�ة9 و�ص�ل ص�د�ق�ة9 �ان� �ت �ن اث � ح�م الر� ذ�ي و�ع�ل�ى ص�د�ق�ة9 ك�ين� �م�س� ال ع�ل�ى الص�د�ق�ة� �ن� إ

“Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah. Sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua, yaitu pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan.

Simpulan

Pada keluarga Tn. C besarnya penghasilan dan ada atau tidaknya asuransi sangat berpengaruh karena seperti yang kita tahu biaya pengobatan untuk pasien kanker tidak murah. Dalam aspek ekonomi terdapat yang namanya bidang farmakoekonomi yaitu

10

Page 11: Case Report

mengkaji dan menganalisa, pengobatan yang mana yang paling efektif tapi harganya seminimial mungkin, yang memberikan outcome secara klinisnya lebih baik (ada unsur pertimbangan kualitas hidup pasien juga). Dan pengaruh dari farmakoekonomi jelas sangat membantu dalam pemilihan terapi dalam pengobatan. Karena dengan konsep farmakoekonomi kita dapat memilih milih terapi dan biaya yang kita punya. Serta dapat menentukan sendiri obat mana yang digunakan. Walaupun pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan konsep farmakoekonomi ini tapi sangat membantu dalam pemilihan terapi.

Farmakoekonomi sangat penting bagi semua bidang yang menaunginya. Informasi dan data yang diperoleh akan sangat bermanfaat bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan obat, bagi para praktisi dalam memilihkan terapi obat yang efektif, bagi perusahaan asuransi untuk menentukan mana-mana obat yang perlu dilist untuk dimasukan ke daftar obat-obat yang mau mereka tanggung, bagi industri obat untuk melihat apakah obat tersebut memang lebih life-saving dan cost-saving sehingga lebih laku di pasaran, dan tentu saja bagi pasien sendiri,untuk pengeluaran pengobatan yang tidak mahal. Pada Tn. C kegunaan farmakoekonomi belum diterapkan karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan yang dijalani.

Saran

Sebaiknya kita harus selalu menjaga kesehatan dan pola makan kita agar terhindar dari penyakit. Juga apabila terdapat resiko tinggi suatu penyakit hendaknya lebih dijaga lagi dan sering sering cek ke dokter. Akan lebih baik lagi jika kita mempunyai asuransi yang siap menghandle jika kita ataupun keluarga sakit nanti. Dan apabila ada kerabat atau saudara yang sedang tertimpa musibah akan lebih berpahala jika kita membantunya baik dari segi financial jika membutuhkan atau kunjungan saja. Seperti yang sudah dicantumkan diatas farmakoekonomi tidak hanya melihat sisi konsumen, berbagai bidang juga dapat diuntungkan jika mengetahui dan memahami apa itu farmakoekonomi. Jadi sangatlah baik jika pemerintah khusunya Dinas Kesehatan lebih mengenalkan apa itu Farmakoekonomi.

Acknowledgment

Pada bagian ini penulis ingin berterimakasih kepada RS. Kanker Dharmais, danDr. Maria Astheria Witjaksono, MPall yang telah memberikan bimbingan saat kunjunganke rumah pasien yang membutuhkan perawatan paliatif. Kepada dr. Hj. Sri Hastuti M.kesyang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya laporan kasus ini.Tidak lupa kepada dr. Hj. Riyani Wikaningrum, DMM. MSc., dr. Hj. Susilowati, M.kessebagai koordinator pelaksana blok elektif dan DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun sebagaikoordinator penyusun blok elektif dan teman sejawat Universitas.

11

Page 12: Case Report

Daftar PustakaAL Qur’an dan Terjemahannya, 2010. Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta.

Orion, 1997, Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic Evaluation, Hoesch Marion Rousell Incorporation, Virginia.

Oxford Textbook of Palliative Medicine. eds Doyle, Hanks and Macdonald, Oxford Medical Publications (OUP) 3rd edn 2003Palliative Medicine. R Woodruff Asperula Melbourne 4th edn 2004 Standards for Providing Quality

Tjiptoherijanto P., Soesetyo, B., 1994, Ekonomi Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Vogenberg, F.R., 2001, Introduction To Applied Pharmacoeconomics, McGraw-Hill Companies, USA.

http://almanhaj.or.id/content/2800/slash/0/perintah-untuk-saling-menolong-dalam-mewujudkan-kebaikan-dan-ketakwaan/ Last update: 18 november 2013 pukul 17:28

Haycox, A & Walley, T : Pharmacoeconomics: basic concepts and terminology : University of Liverpool, Liverpool, Department of Pharmacology and Therapeutics, , UK ;1997. From: http://www.ppge.ufrgs.br/ats/disciplinas/2/haycox-walley-1997.pdf

M.D Tom Walley :Pharmacoeconomics and Economic Evaluation of Drug Therapies : University of Liverpool, Department of Pharmacology and Therapeutics. From: http://www.iuphar.org/pdf/hum_67.pdf

http://www.desentralisasikesehatan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=646:17-des-201185-persen-pasien-kanker-dan-keluarga-bangkrut&catid=37

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/panduan-zakat-17-memberi-zakat-kepada-kerabat.html

12