case report

14

Click here to load reader

Upload: edi-iskandar

Post on 10-Dec-2014

114 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

emergency

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report

LAPORAN KASUS

Standar Pelayanan pada Kasus Luka Robek di Instalasi Gawat Darurat

Disusun oleh :

Nama :URFIARANI

NPM :1102008258

Bidang Kepeminatan : Trauma

Pembimbing : dr.Tri Haryono,Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

2011

Page 2: Case Report

Abstrak

Latar Belakang. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat(IGD) adalah salah satu faktor penting dalam proses tindakan penyelematan jiwa pasien (Life Saving), sehingga pelayanan ini menjadi salah satu kunci utama dalam proses pelayanan medik di Rumah Sakit. Salah satu indikator penting dari pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit  adalah respon time atau kecepatan pelayanan pertama pada pasien gawat darurat,sehingga diperlukan perhatian khusus untuk memenuhi persyaratan standar pelayanan di IGD.Presentasi kasus.Seorang anak 5 tahun dengan inisial GA mengalami kecelakaan pada saat bermain sepeda. GA lalu dibawa ke RS terdekat , yaitu RS Bhakti Yudha oleh ibu,ayah, dan kakaknya. Setibanya di rumah sakit, GA langsung dibawa ke Instalasi gawat darurat untuk ditangani oleh dokter. GA mendapatkan penanganan berupa penjahitan berpola terputus sederhana (simple interrupted) pada luka robeknya.Diskusi.Untuk mengurangi dan menyelamatkan korban kecelakaan lau lintas, diperlukan cara penanganan yang jelas (efektif, efisien, dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiap-siagaan dan penanganan korban. Pelayanan maupun tindakan di Instalasi Gawat Darurat untuk pasien yang datang, sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya. Bagi pasien yang tergolong emergency akan langsung dilakukan tindakan menyelamatkan jiwa pasien (life saving) dan bagi pasien yang tergolong tidak gawat akan dilakukan pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan kasus masalahnya dan setelah itu akan dipulangkan kerumah. Kesimpulan.Instalasi Gawat Darurat (IGD) berfungsi memberikan pertolongan pertama, terutama kepada korban kecelakaan lalu lintas. IGD memberikan life saving pada korban kecelakaan untuk mempertahankan hidup sebelum penanganan lanjutan.

Latar belakang

Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang khusus memberikan pelayanan kesehatan padamasyarakat harus dilihat sebagai suatu institusi yang sangat vital demi kelangsungan hidup manusia. Penanganan kasus gawat darurat pada setiap rumahsakit sering menjadi sorotan publik sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sering merasa terabaikan dan tidak jarang berakhir pada kematian.

Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit. Setiap rumah sakit pasti memiliki layanan IGD yang melayani pelayanan medis 24 jam. Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai resiko, seperti kematian , menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana lain yang langsung membutuhkan tindakan.

Prosedur pelayanan yang baik untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja / kondisi tertentu dan keamanan petugas dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, kemudian dapat pula sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja medis, supervisor,dll. Pelayanan yang baik juga untuk menghindari kegagalan atau kesalahan dalam proses penanganan.

Page 3: Case Report

Presentasi Kasus

GA, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun sedang bermain sepeda. Sepeda tersebut melaju dengan sangat kencang, dan posisi tangan GA diangkat ke atas, sehingga sepeda yang dikendarai oleh GA hilang keseimbangan kemudian terjatuh. Ayah GA yang melihat anaknya terjatuh dan berdarah langsung memutuskan untuk segera dibawa ke RS . Anak tersebut langsung dibawa ke rumah sakit terdekat yaitu RS Bhakti Yudha oleh ibu,ayah,dan kakaknya. Sesampainya di IGD RS Bhakti Yudha, anak tersebut diterima oleh petugas atau paramedis. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh paramedis atau dokter. Didapatkan luka robek (vulnus

laceratum) di daun telinga kiri berukuran 3 x 12

cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

umum GA sedang Compos Mentis, tidak pingsan , tidak muntah-muntah, cor per pulmonal nya dalama batas normal, dan abdomen dalam batas normal. Sebelum dilakukannya tindakan penjahitan, perawat telah membersihkan luka dan memberikan anastesi pada daun telinga yang robek, kemudian menjahit lukanya dengan tehnik simple interrupted atau penjahitan sederhana berpola terputus. Pada saat penjahitan, awalnya GA tidak merasa keskitan namun saat penjahitan dilakukan di ujung telinga, GA menangis dan meronta-ronta. Hal tersebut diperkirakaan akibat pemberian anastesi yang tidak adekuat, sehingga masih ada bagian disekitar luka yang tidak teranastesi. Perawat tetap melanjutkan penjahitan meskipun anak tersebut menangis kesakitan. Ayah GA menuntun anaknya untuk membaca surah pendek , sehingga pada akhirnya GA pun menjadi sedikit lebih tenang. Setelah penjahitan selesai, tempat luka kembali dibersihkan sebelum dibalut dengan kassa. Dokter memberikan terapi berupa Tetogram (Anti Tetanus), Cefat (Anti Biotik), dan Sanmol (Anti Piretik) kepada GA sebelum dipulangkan ke rumahnya.

Diskusi

Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.Banyak faktor untuk menilai seberapa bagus rumah sakit dalam menangani pasiennya. Kemampuan Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satunya, karena dari sini biasanya pasien mendapat pertolongan pertama sebelum dirawat.

UGD (Unit Gawat Darurat) yang tanggap, akurat dan cepat menghindarkan salah diagnosis sehingga pasien tidak meninggal dalam waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit. Oleh karena itu di IGD dituntut memiliki kemampuan dokter yang bisa mendiagnosa tepat dalam waktu cepat. Maka,dokter yang berjaga di instalasi gawat darurat harus memiliki kemampuan yang baik.

Pelayanan gawat darurat terdiri dari falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf danpimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu.

Standar 1. Falsafah dan Tujuan Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut yang mengalami kecelakaan, sesuai

Page 4: Case Report

dengan standar. Kriteria :

1. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu

2. Ada instalasi / unit Gawat Darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit;

3. Ada kebijakan / peraturan / prosedur tertulis tentang pas ien yang tidak tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di Instalasi / Unit Gawat Darurat

4. Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi / Unit Gawat Darurat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

5. Penelitian dan pendidikan akan berhubungan de ngan fungsi instalasi / Unit

Gawat Darurat dan kesehatan masyrakat harus diselenggarakan.

Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan Instalasi / Unit Gawat Darurat harus dikelola dan diintegrasikan dengan Instalasi / Unit Lainnya di Rumah Sakit. Kriteria :

1. Ada dokter terlatih sebagai kepala Instalasi / Unit Gawat Darurat yang bertanggungjawab atas pelayanan di Instalasi / Unit Gawat Darurat.

2. Ada Perawat sebagai penganggungjawab pelayanan keperawatan gawat darurat. 3. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan

hidup dasar (Basic Life Support). 4. Ada program penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan) terhadap

kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit. 5. Semua staf / pegawai harus menyadari dan menge tahui kebijakan dan tujuan

dari unit. Pengertian : Meliputi kesadaran sopan santun, keleluasaan pribadi (privacy), waktu tunggu, bahasa, pebedaan, rasial / suku, kepentingan konsultasi dan bantuan sosial serta bantuan keagamaan.

6. Ada ketentuan tertulis t entang manajemen informasi medis (prosedur) rekam medik.

7. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase. Pengertian : Bila perlu triase dilakukan sebelum indentifikasi. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah / berpengalaman. Triase sangat penting untuk penilaian kegawat daruratan pasien dan pemberian pertolongan / terapi sesuai dengan derajat kegawatdaruratan yang dihadapi. Petugas triase juga bertanggungjawab dalam organisasi dan pengawasan penerimaan pasien dan

Page 5: Case Report

daerah ruang tunggu. 8. Rumah Sakit hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat darurat harus

dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya. Kriteria : a.Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit lainnya. b.Ada ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang di transportasi.

9. Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu. Pengertian : Pemantauan terus dilakukan sewaktu transportasi ke bagian l ain dari rumah sakit atau rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lainnya dan pasien harus didampingi oleh tenaga yang terampil dan mampu memberikan pertolongan bila timbul kesulitan. Umumnya pendamping seorang dokter.

10. Tenaga cadangan untuk unit haru s diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan. Kriteria : a.Ada jdwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non medis yang bertugas di UGD. b.Pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi harus diorganisir / diatur ses uai kemampuan pelayanan rumah sakit. c.Ada pelayanan transfusi darah selama 2 jam. d.Ada ketentuan tentang pengadaan peralatan obat -obatan life saving, cairan infus

11. sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depkes yang berlaku.

12. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.

13. Rekam Medik harus disediakan untuk setiap kunjungan. Pengertian : Sistem yang optimum adalah bila rekam medik unit gawat darurat men yatu dengan rekam medik rumah sakit. Rekam medik harus dapat melayani selama 24 jam. Bila hal ini tidak dapat diselenggarakan setiap pasien harus dibuatkan rekam medik sendiri. Rekam medik untuk pasien minimal harus mencantumkan : a.Tanggal dan waktu datan g. b.Catatan penemuan klinik, laboratorium, dan radiologik. c.Pengobatan dan tindakan yang jelas dan tepat serta waktu keluar dari unit gawat darurat. d.Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani.

14. Ada bagan / struktur organisasi tertulis di sertai uraian tugas semua petugas lengkap dan sudah dilaksanakan dengan baik.

Standar 3. Staf dan Pimpinan Instalasi / Unit Gawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat pelatihan penanggulangan gawat darurat (PPGD). Kriteria :

1. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di Instalasi / Unit Gawat Darurat harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

Page 6: Case Report

2. Unit harus mempunyai bagan oranisasi (organ gram) yang dapat menunjukkan hubungan antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis serta garis otoritas, dan tanggung jawab.

3. Instalasi / Unit Gawat Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan staf yang dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah pelayanan gawa t dan langkah pemecahannya.

4. Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi tiap petugas. 5. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi tiap

petugas. 6. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik un tuk seluruh staf

No. Telp. petugas. 7. Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telephone.

Standar 4. Fasilitas dan Peralatan Fasilitas yang disediakan di instalaasi / unit gawat darurat harus menjamin efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat daru rat dalam waktu 24 jam, 7 hari seminggu secara terus menerus. Kriteria :

1. Di Instalasi gawat darurat harus ada petunjuk dan informasi yang jelas bagi masyarakat sehingga menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan kepa da masyarakat.

a. Letak unit / instalasi harus diberi petunjuk jelas sehingga dapat dilihat dari jalan di dalam maupun di luar rumah sakit.

b. Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi instalasi / UGD di rumah sakit, dan kemud ahan transportasi pasien dari dan ke UGD dari arah dalam rumah sakit.

c. Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya.

d. Daerah yang tenang agar disediakan untuk keluarga yang berduka atau gelisah.e. Besarnya rumah sakit menentukan perlu tidaknya :

1) ruang penyimpanan alat steril, obat cairan infus, alat kedokteran serta ruang penyimpanan lain.

2) Ruang kantor untuk kepala staf, perawat, dan lain -lain. 3) Ruang pembersihan dan ruang pembuangan. 4) Ruang rapat dan ruang istirahat. 5) Kamar mandi.

f. Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara unit gawat darurat dengan :

6) unit lain di dalam dan di luar rumah sakit terkait. 7) RS dan sarana kesehatan lainnya. 8) Pelayanan ambulan. 9) Unit pemadam kebakaran. 10) Konsulen SMF di UGD.

2. Harus ada pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik serta lokasinya berdekatan dengan unit gawat darurat.

Page 7: Case Report

Pengertian : Pelayanan radiologi haarus dapat dilakukan di luar jam kerja. Pelayanan radiologi sangat penting dan dalam unit yang besar harus terletak di dalam unit. Harus tersedia untuk membaca foto untuk akomodasi staf radiologi.

3. Tersedianya alat dan obat untuk Life Saving sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat yang berlaku.

Standar 5. Kebijakan dan Prosedur Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh petugas. Kriteria :

1. Ada petunjuk tertulis / SOP untuk menangani : - kasus perkosaan - kasus keracunan massal - asuransi kecelakaan - kasus dengan korban massal - kasus lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai dengan data morbiditas instalasi / unit gawat darurat - kasus kegawatan di ruang rawat

2. Ada prosedur media tertulis yang antara lain berisi : - tanggungjawab dokter - batasan tindakan medis - protokolmedis untuk kasus-kasus tertentu yang mengancam jiwa

3. Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving sesuai dengan standar. 4. Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan normal maupun tidak normal.

Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan (in service training) dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas. Kriteria :

1.Ada program orientasi / pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di unit gawat darurat. 2. Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan ketrampilan bagi tenaga di Instalasi / Unit Gawat Darurat. 3. Ada latihan secara teratur bagi petugas Instalasi / Unit Gawat Darurat dalam keadaan

menghadapi berbagai bencana (disaster). 4. Ada program tertulis setiap tahun bagi peningkatan ketrampilan dalam bidang

gawat darurat untuk pegawai rumah sakit dan masyara kat.

Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu Ada upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan instalasi / unit gawat darurat. Kriteria :

1. Ada data dan informasi mengenai : - jumlah kunjungan

Page 8: Case Report

- kecepatan pelayanan (respon time) - pola penyakit / kecelakaan (10 terbanyak) - angka kematian

2. Instalasi / Unit Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap pelayanan kasus gawat darurat sedikitnya satun kali dalam setahun. 3. Instalasi / Unit Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap kasus- kasus tertentu sedikitnya satu kali dalam setahun.

Kesimpulan

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah lini pertama dalam penyelamatan jiwa pasien (life saving) untuk korban kecelakaan, sehingga diperlukan cara penanganan yang efektif, efisien, dan terstruktur. Salah satu standar pelayanan IGD adalah memberikan penanganan sesuai prosedur, dalam kasus ini yaitu penanganan luka robek (vulnus laceratum) dengan tindakan bedah minor disertai anastesi yang baik dan adekuat. Namun, hal ini tidak terlihat pada saat penanganan kasus GA, karena perawat tidak memberikan anastesi yang baik, sehingga pada saat penjahitan di bagian ujung telinga, anak tersebut masih merasa kesakitan.

Saran

Untuk memenuhi standar pelayanan Instalasi gawat Darurat (IGD) yang lebih baik diharapkan rumah sakit dimanapun mengikuti ketentuan yang diberlakukan oleh Kemenkes agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses penanganan dan menghindari kesalahan tindakan.

Ucapan Terima Kasih

Pada bagian ini penulis ingin berterimakasih kepada Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok serta staff pekerja, dokter, dan perawat yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan melihat penanganan trauma secara langsung di Instalasi Gawat Darurat. Kepada dr.Tri Haryono,Sp.M yang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya laporan kasus ini. Tidak lupa kepada dr.Edi Setiyoso,Sp.B, dr. Hj. Susilowati, Mkes dan DR. Drh.Hj Titiek Djannatun beserta teman sejawat Universitas Yarsi.

Page 9: Case Report

DAFTAR PUSTAKA

1. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Syaiful Saanin. BSB Dinkes Prop. Sumbar Panduan PPGD Nasional : PPGD/GELS Kemenkes edisi 2006 : 1

2. Woro Riyading, Ita Puspitasari 2007. Profil keparahan cedera pada korban kecelakaan sepeda motor di IGD RSUP Fatmawati. Universa medicina. Vol .26, No.2, April-Juni 2007.

3. Laksono Trisnantoro, Dwi handon0 2007. Inovasi dalam pemberian pelayanan berdasarkan kontrak di RSD Aceh Barat & di Kabupaten Berau. Bab 2.5 , 287

4. Azis Slamet W, Wahyuddin 2008. Studi tentang kualitas pelayanan & kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten, dari http://eprints.ums.ac.id/140/1/AZIZ_SLAMET.pdf

5. Hanna permana Subanegara : Indikator kinerja rumah sakit dari http://manajemen-rs.net/dmdocuments/Indikator-Kinerja-RS-Hanna-Subanegara.pdf

6. Pengukuran angka keterlambatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dari http://rsipwt.blogspot.com/2010/12/pokja-ugd-pengukuran-angka.html.