case oma 6 februari 2012 shinta, k'hesti, rizka

Upload: dila

Post on 14-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

THT

TRANSCRIPT

BAB ITINJAUAN PUSTAKAOTITIS MEDIA AKUT1.1. Anatomi Telinga

Gambar Anatomi Telinga

1.1.1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm.Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.3

1.1.2. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan : 11. Batas luar:Membran timpani1. Batas depan:Tuba eustachius1. Batas bawah:Vena Jugularis (bulbus jugularis)1. Batas belakang:Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis1. Batas atas:Tegmen timpani (meningen/otak)1. Batas dalam:Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.1Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.1Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.1Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. 1Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus adantrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.1Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.1

1.1.3. Telinga DalamTelinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.4Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti. 4Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.4

1.2. Fisiologi TelingaFisiologi pendengaran adalah sebagai berikut : Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.1Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria.1Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut , sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1

1.3. DefinisiOtitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel sel mastoid dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.1.4. EpidemiologiOtitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi tidak jarang juga mengenai orang dewasa. Anak-anak lebih sering terkena OMA dikarenakan beberapa hal, diantaranya :1.Sistem kekebalan tubuh anak yang belumsempurna2.Tuba eusthacius anak lebih pendek, lebar dan terletak horizontal 3.Adenoid anak relatif lebih besar dan terletak berdekatan dengan muara saluran tuba eusthachii sehingga mengganggu pembukaan tuba eusthachii. Adenoid yang mudah terinfeksi menjadi jalur penyebaran bakteri dan virus ke telinga tengah.

1.5. EtiologiSumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering.Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, HaemophilusInfluenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus.Padaanak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Padabayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

1.6. PatofisiologiOtitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:1. Stadium oklusi tuba eustachiusa. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.2. Stadium hiperemisa. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.3. Stadium supurasia. Membran timpani menonjol ke arah luar.b. Sel epitel superfisila hancur.c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat.4. Stadium perforasia. Membran timpani ruptur.b. Keluar nanah dari telinga tengah.c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.5. Stadium resolusia. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik.

1.7. DiagnosisPada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang.Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan keadaan membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang terdapat pada membran timpani bermacam-macam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik, subtotal, dan total.

1.8. PenatalaksanaanTerapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gang-guan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi ter-hadap penisilin, maka diberikan eritromisin.Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis. atau amoksisilin 40 mg/kg BR/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari.Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H202 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga ter.gah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka-keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).Pada pengobatan OMA terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kegagal-an terapi. Resiko tersebut digolongkan menjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko rendah. TONSILITIS KRONIS1.9. ANATOMI TONSILTonsil merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Tonsil di dalam tubuh manusia dibedakan atas beberapa tonsil, yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina, tonsil lingual, dan tonsil tuba eustachius ( lateral band dinding faring/gerlachs tonsil ). Keempat tonsil tersebut akan membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer.1,2Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fossa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.m Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skwamosa, yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. Tonsil mendapat suplai darah dari a. palatina minor,a. palatina asenden,cabang tonsil a. maksilaris eksterna,a. faring asenden,dan a. lingualis dorsal. 1,2 Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :3T O = tonsil didalam fossa tonsil atau telah diangkat.T 1 = bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula.T 2 = bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula.T 3 = bila besarnya jarak arkus anterior dan uvula.T 4 = bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih.Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglossus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual atau kista duktus tiroglossus.1,2Tonsil faringeal ( adenoid ) merupakan kumpulan jaringan limfoid sepanjang dinding posterior nasofaring di atas batas palatum molle. Adenoid biasanya mengalami hipertrofi selama masa kanak-kanak sekitar usia 3 tahun, dan akan mengecil dan hilang samasekali pada usia 14 tahun. Adenoid sering membesar sementara dengan infeksi saluran pernafasan atas dan daerah di sekitarnya. Jaringan adenoid tidak diliputi oleh kapsul seperti seperti tonsil palatina.1,2 1.10. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKOFaktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.6Bakteri penyebab tonsilitis kronis sama halnya dengan tonsilitis akut yaitu kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes, Staphilokokus , Hemophilus influenza, namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif. Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.11.11. Patofisiologi Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti tonsil .Karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan melebar, ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.

1.12. Manifestasi Klinis Pasien sering mengeluh adanya rasa sakit (nyeri) yang terus menerus pada tenggorokan (odinofagi), di tenggorokan seperti ada penghalang atau ada yang menganjal terutama ketika pasien menelan, tenggorokan terasa kering, pernapasan pasien berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus.Ukuran tonsil dibagi atas :T0 : Post tonsilektomi.T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris.T2 : Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pilar posterior).T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median.T4 : Sudah melewati garis median.1.13. TerapiPenatalaksaan medis antara lain :- Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau obat isap.- Terapi sistemik dengan pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan analgetik..4 Pengobatan pada Tonsilitis Kronis adalah pembedahan dengan pengangkatantonsil, tindakan ini dilakukan bila dengan penatalaksaan medis tidak berhasil .8Indikasi tonsilektomi :81. Indikasi Absolut a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner.b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainasec. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demamd. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi2. Indikasi Relatif a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat.b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medisc. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase resistenKontraindikasi :1. Gangguan perdarahana. leukemiab. purpurac. anemia aplastikd. hemofiliae. blood dyskrasia2. penyakit sistemik yg belum terkontrola. penyakit jantungb. DM3. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat4. Infeksi akut yang berat.

Persiapan tonsilektomi :1) Evaluasi Laboratorium dan Foto Rontgen : Sebelum pembedahan tonsil, pemeriksaan laboratorium rutin harus mencakup pemeriksaan golongan darah ABO/Rh, kadar hemoglobin, hitung leukosit dan hitung jenis. Penentuan kadar klorida keringat atau immunoglobulin serum mungkin penting untuk mengevaluasi diagnosis banding medis yang mencakup fibrosis kistik atau imunodefisiensi.2) Teknik Tonsilektomi : Prabedah penting untuk menghindari hipoglikemi, hipotermi dan dehidrasi. Pemberian antikolinergik dan antasida prabedah dapat mencegah masalah aspirasi. Dengan anestesi umum, saluran pernapasan diproteksi oleh pipa endotrakea bermanset. Pendarahan dikontrol dengan tampon pada saat tonsil diangkat.Pengupasan harus dilakukan pada kapsula tonsilaris, dan harus hati-hati melindungi konstriktor faring serta arkus palatoglosus dan palatofaringeus. Pascabedah, diberikan cairan IV selama 24 jam untuk menghindarkan dehidrasi dini. Pemberian aspirin harus dihindarkan. Pada awal pascabedah, bisa diberikan 1,5 mg kodein fosfat per kilogram berat badan untuk mengurangi rasa nyeri. 1.14. KomplikasiRadang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh ini terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritos, urticaria, dan furunkulosis.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Efiaty AS. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam ; Soepardi EA, Iskandar NH (eds). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2007.hal 217-25

2. George LA. Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam : Adams, Boies, Higler (eds). Buku Ajar Penyakit THT, edisi 6. Jakarta : EGC ; 1997. hal 327-37

3. Rukmini S, Herawati S. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung dan Tenggorok, Cetakan I. Jakarta : EGC ; 2000. hal 56

4. Staf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 bab III Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok. Mansjoer Arif, editor. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, edisi ketiga.

5. Tonsilitis, diakses dari : id wikipedia.Org / wiki / tonsilitis-19-k tanggal 14 September 2008

6. Tonsilitis akut, diakses dari : www.wartamedika.com/2005/12/tonsilitis-akut.html-84-k tanggal 14 September 2008

7. Tonsilitis, diakses dari: www.indonesia-indonesia.com/f/13344-tonsilitis-radang-amadel/-28k- tanggal 14 September 2008

8. Tonsilektomi,diakses dari: www.kalbe.acid/files/cdk/files/08tonsilektomi89.pdf/08tonsilektomi 89 tanggal 14 September 2008

BAB IIILUSTRASI KASUS

A. IDENTITASNama: MFAUmur: 5 tahunJenisKelamin: Laki-lakiAlamat: Komp.Vilano Indah IV blok A no.3

B. ANAMNESIS Seorang pasien laki-laki berumur 5 tahun datang ke poliklinik THT RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 2 Februari 2012 dengan :

KELUHAN UTAMANyeri telinga kiri sejak 2 hari yang lalu

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Nyeri telinga kiri sejak 2 hari yang lalu. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Sebelumnya nyeri dirasakan di telinga kanan 1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan sampai pasien mengerang kesakitan, kemudian dibawa ke IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 26 Januari 2012 dan diberi obat cepsfan sirup 2 cth , rhinofed sirup 3cth 1, ambroxol sirup 3cth1, prosinal sirup 3cth1. Batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak Riwayat telinga berair tidak ada Kebiasaan mengorek-ngorek telinga tidak ada Riwayat sering demam disertai nyeri menelan dalam satu tahun terakhir ada, 4kali dalam setahun. Napas berbau dirasakan oleh orang tua pasien sejak 1 bulan yang lalu. Ngorok saat tidur tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU- Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.RIWAYAT KELUARGA DAN LINGKUNGAN Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini RIWAYAT PEKERJAAN, SOSIAL, EKONOMI, DAN KEBIASAAN: Pasien adalah seorang pelajar di sebuah Taman Kanak-Kanak di Padang C. PEMERIKSAAN FISIK Status GeneralisKeadaan Umum: Sakit sedangKesadaran : Composmentis cooperatifTekanan darah : 100/60 mmHgFrekuensi nadi : 96 x/menitFrekuensi nafas: 26 x/menitSuhu : 36,50CPemeriksaan SistemikKepala: tidak ada kelainan Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikParuInspeksi: simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamisPalpasi: fremitus kiri = kananPerkusi : sonor kiri = kananAuskultasi: suara nafas vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/-JantungInspeksi: ictus tidak terlihat Palpasi: ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, tidak kuat angkatPerkusi: batas jantung normalAuskultasi: bunyi jantung murni, irama teratur, bising ()AbdomenInspeksi : tidak tampak membuncitPalpasi : hepar dan lien tidak terabaPerkusi: timpaniAuskultasi : bising usus (+) normal Ekstremitas: edem -/-Status Lokalis THTTelingaPemeriksaanKelainanDekstraSinistra

Daun telingaKel kongenitalTidak adaTidak ada

TraumaTidak adaTidak ada

RadangTidak adaTidak ada

Kel. MetabolikTidak adaTidak ada

Nyeri tarikTidak adaTidak ada

Nyeri tekan tragusTidak adaTidak ada

Diding liang telingaCukup lapang (N)Cukup lapang (N)Cukup lapang(N)

Sempit

HiperemiTidak Tidak

EdemaTidak adaTidak ada

MassaTidak adaTidak ada

Serumen

BauTidak adaTidak ada

WarnaKekuninganKekuningan

JumlahSedikitSedikit

JenisPadatPadat

Membran timpani

UtuhWarnaHiperemisPutih

Reflek cahayaTidak adaTidak ada

BulgingTidak adaAda

RetraksiTidak adaTidak ada

AtrofiTidak Tidak

Perforasi

Jumlah perforasiTidak adaTidak ada

JenisTidak adaTidak ada

KwadranTidak adaTidak ada

PinggirTidak adaTidak ada

Gambar

MastoidTanda radangTidak adaTidak ada

FistelTidak adaTidak ada

SikatrikTidak adaTidak ada

Nyeri tekan Tidak adaTidak ada

Nyeri ketokTidak adaTidak ada

Tes garpu talaRinne(+)(+)

SchwabachSama dengan pemeriksaSama dengan pemeriksa

WeberTidak ada lateralisasi

KesimpulanPendengaran normalPendengaran normal

Audiometri

Tidak dilakukan

Hidung Pemeriksaan

KelainanDektraSinistra

Hidung luarDeformitasTidak adaTidak ada

Kelainan kongenitalTidak adaTidak ada

TraumaTidak adaTidak ada

RadangTidak adaTidak ada

MassaTidak adaTidak ada

Sinus paranasalPemeriksaan

DekstraSinistra

Nyeri tekanTidak adaTidak ada

Nyeri ketokTidak adaTidak ada

Rinoskopi AnteriorPemeriksaan

KelainanDekstraSinistra

VestibulumVibriseAda Ada

RadangTidak ada Tidak ada

Cavum nasiCukup lapang (N)Cukup lapang Cukup lapang

Sempit

Lapang

SekretLokasiTidak adaTidak ada

Jenis--

Jumlah--

Bau--

Konka inferiorUkuranEutrofiEutrofi

WarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

EdemaTidak adaTidak ada

Konka mediaUkuranEutrofiEutrofi

WarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

EdemaTidak adaTidak ada

SeptumCukup lurus/deviasiCukup lurusCukup lurus

Permukaanlicinlicin

WarnaMerah mudaMerah muda

SpinaTidak adaTidak ada

KristaTidak adaTidak ada

AbsesTidak adaTidak ada

PerforasiTidak adaTidak ada

MassaLokasiTidak adaTidak ada

Bentuk--

Ukuran--

Permukaan--

Warna--

Konsistensi--

Mudah digoyang--

Pengaruh vasokonstriktor--

Gambar

Rinoskopi PosteriorPemeriksaanKelainanDekstraSinistra

KoanaCukup lapang (N)SempitLapang Cukup lapangCukup lapang

MukosaWarnaMerah mudaMerah muda

EdemTidakTidak

Jaringan granulasiTidak adaTidak ada

Konka inferiorUkuranEutrofiEutrofi

WarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

EdemTidakTidak

AdenoidAda/tidakTidak adaTidak ada

Muara tuba eustachiusTertutup sekretTidakTidak

Edem mukosaTidakTidak

MassaLokasiTidak adaTidak ada

Ukuran--

Bentuk--

Permukaan--

Post Nasal DripAda/tidak Tidak adaTidak ada

Jenis

Gambar

Orofaring dan mulutPemeriksaanKelainanDekstraSinistra

Palatum mole + Arkus FaringSimetris/tidakSimetrisSimetris

WarnaMerah mudaMerah muda

EdemTidakTidak

Bercak/eksudatTidak adaTidak ada

Dinding faringWarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

TonsilUkuranT2T2

WarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

Muara kriptiMelebar Melebar

DetritusTidak adaTidak ada

EksudatTidak adaTidak ada

Perlengketan dengan pilarTidak adaTidak ada

PeritonsilWarnaMerah mudaMerah muda

EdemaTidakTidak

AbsesTidak adaTidak ada

TumorLokasiTidak adaTidak ada

Bentuk--

Ukuran--

Permukaan--

Konsistensi--

GigiKaries/RadiksTidak ada

LidahWarnaMerah muda

BentukNormal

DeviasiTidak ada

Massa Tidak ada

Gambar

Laringoskopi Indirek PemeriksaanKelainanDekstraSinistra

EpiglotisBentukSeperti kubahSeperti kubah

WarnaMerah mudaMerah muda

EdemaTidakTidak

Pinggir rata/tidakrataRata

MassaTidak adaTidak ada

AriteniodWarnaMerah mudaMerah muda

EdemaTidakTidak

MassaTidak adaTidak ada

GerakanBaikBaik

Ventrikular bandWarnaMerah mudaMerah muda

EdemaTidakTidak

MassaTidak adaTidak ada

Plica vokalisWarnaputihputih

GerakanSimetrisSimetris

Pingir medialRataRata

MassaTidak adaTidak ada

Subglotis/trakeaMassaTidak adaTidak ada

SekretTidak adaTidak ada

Sinus piriformisMassaTidak adaTidak ada

SekretTidak adaTidak ada

ValekulaMassaTidak adaTidak ada

Sekret ( jenisnya )Tidak adaTidak ada

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar getah bening leherInspeksi: tidak tampak adanya tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening submental, submandibula, dan regio colliPalpasi: tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening

RESUMEDASAR DIAGNOSISAnamnesis: Telinga kiri terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya nyeri dirasakan di telinga kanan 1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan sampai pasien mengerang kesakitan, kemudian dibawa ke IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 26 Januari 2012 dan diberi obat cepsfan sirup 2 cth , rhinofed sirup 3cth 1, ambroxol sirup 3cth1, prosinal sirup 3cth1 Riwayat batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak Riwayat sering demam disertai nyeri menelan dalam satu tahun terakhir ada, 4kali dalam setahun. Napas berbau dirasakan oleh orang tua pasien sejak 1 bulan yang lalu

Pemeriksaan Fisik: Dari pemeriksaan otoskop terlihat membran timpani pada telinga kanan tampak hiperemis danmembran timpani pada telinga kiri tampak bulging Dari pemeriksaan orofaring dan mulut didapatkan tonsil T2-T2, warna merah muda, muara kripti melebar

Diagnosis Kerja:- Otitis media akut AS stadium supurasi1. Otitis media akut AD stadium hiperemis

Diagnosis Tambahan: Tonsilitis kronisDiagnosis Banding: -Pemeriksaan Anjuran: -

Terapi: Amoxicillin klavulanat 3cth1 Rhinofed 3cth1 Ambroxol 31 Prosinal syr 3cth1Prognosis: Quo ad Vitam: bonam Quo ad Sanam: bonamNasehat: pasien sebaiknya menghindari makanan yang dingin dan berminyak. Jika ada infeksi saluran nafas, segera obati ke dokter

BAB IIIDISKUSI

Pada kasus di atas, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan telinga kiri terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya nyeri dirasakan di telinga kanan 1 minggu yang lalu, nyeri dirasakan sampai pasien mengerang kesakitan, kemudian dibawa ke IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 26 Januari 2012 dan diberi obat cepsfan sirup 2 cth , rhinofed sirup 3cth 1, ambroxol sirup 3cth1, prosinal sirup 3cth1. Riwayat batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat sering demam disertai nyeri menelan dalam satu tahun terakhir ada, 4 kali dalam setahun. Napas berbau dirasakan oleh orang tua pasien sejak 1 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pada pemeriksaan otoskop terlihat membran timpani pada telinga kanan tampak hiperemis dan pada telinga kiri tampak bulging. Dari pemeriksaan orofaring dan mulut didapatkan tonsil T2-T2, warna merah muda, muara kripti melebar. Pasien didiagnosis otitis media akut AS stadium supurasi dan otitis media akut AD stadium hiperemis. Diagnosis tambahan adalah tonsilitis kronis.Tindakan yang dilakukan pada pasien ini Amoxicillin klavulanat 3cth1, Rhinofed 3cth1, Ambroxol 31 dan Prosinal syr 3cth1.Pada pasien diberikan nasehat agar tidak memakan makanan yang dingin dan berminyak. Jika ada infeksi saluran nafas, segera obati ke dokter