case katarak

63
UJIAN KASUS GERIATRI MEDIK Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur IDENTITAS PASIEN Nama : Oma Husna Aziz Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tanggal lahir : Palembang, 4 Juni 1943 Umur : 71 Tahun Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : S1 Psikologi Alamat : Jl. Legenda Wisata, Depok Suku Bangsa : Indonesia Agama : Islam Tanggal Masuk STW : 28 Desember 2010 ANAMNESA ( AUTOANAMNESA) Tanggal Pemeriksaan : 19 Agustus 2014 Keluhan Utama : Hidung tersumbat saat pagi dan malam hari Keluhan Tambahan : pilek,penglihatan berkabut, nyeri pada paha kanan Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien sering mengeluh hidung tersumbat dan pilek saat pagi dan malam hari ataupun ketika terkena udara dingin. Hal ini memang sudah sering dialami pasien sejak pasien masih

Upload: zhul-thaa-purpleholic

Post on 30-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

geriatri

TRANSCRIPT

Page 1: case katarak

UJIAN KASUS GERIATRI MEDIK

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sasana Tresna Werdha YKBRP – Cibubur

IDENTITAS PASIEN

Nama : Oma Husna Aziz

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal lahir : Palembang, 4 Juni 1943

Umur : 71 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan : S1 Psikologi

Alamat : Jl. Legenda Wisata, Depok

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Tanggal Masuk STW : 28 Desember 2010

ANAMNESA ( AUTOANAMNESA)

Tanggal Pemeriksaan : 19 Agustus 2014

Keluhan Utama : Hidung tersumbat saat pagi dan malam hari

Keluhan Tambahan : pilek,penglihatan berkabut, nyeri pada paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien sering mengeluh hidung tersumbat dan pilek saat pagi dan malam hari ataupun

ketika terkena udara dingin. Hal ini memang sudah sering dialami pasien sejak pasien masih

muda, tetapi seiring bertambahnya umur pasien merasa pilek dan hidung tersumbatnya

bertambah parah dan bisa mengganggu tidur bila tidak minum obat pilek. Pasien juga

mengeluh sering bersin-bersin jika ada hembusan udara yang dingin dan debu. Selama ini

pasien tidak mengalami demam, sakit kepala (-), batuk (-), sesak nafas (-), darah (-). Pasien

tidak merasakan adanya nyeri ataupun rasa tertekan pada sekitar wajah dan hidung. Saat

muda pasien pernah 1 kali berobat ke dokter THT dan dilakukan tindakan penyedotan cairan

dalam hidung pada tahun 1974 dan membaik.Tahun 1976 sempat kambuh dan dilakukan

penyedotan kembali dan keluhan juga menghilang.Keluhan yang sama kambuh lagi dan

Page 2: case katarak

pasien sering merasa hidungnya tersumbat terutama saat udara pagi hari.Rasa tersumbat

berkurang jika pasien meminum minuman hangat,dan berjemur.Pasien juga mengkonsumsi

obat Rhinos SR yang diberikan oleh dokter STWKB setiap kali merasa hidungnya tersumbat.

Pasien juga mengeluh pandangannya bertambah buram sejak 11 bulan yang lalu,

terutama pada mata sebelah kiri. Pasien sudah beberapa kali memeriksakan matanya ke

dokter spesialis mata di RS Medistra dan didiagnosa terdapat katarak pada mata kiri pasien.

Sehari-hari pasien hanya menggunakan obat tetes mata Catarlens yang didapatkan dari dokter

di STWKB. Pada tanggal 14 Mei 2014 pasien mengkontrolkan diri ke RS Ps.Rebo dan

dokter menganjurkan untuk dilakukan operasi yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2014.

Selain itu pasien juga kadang – kadang mengeluh nyeri pada bekas luka operasi patah

tulang terutama ketika pasien mencoba untuk belajar jalan sendiri tanpa bantuan. Untuk

mengurangi rasa nyeri tersebut pasien sering menaikan kakinya ke atas kursi dan minta untuk

di pijat. Pasien berusaha sebisa mungkin untuk tidak meminum obat pereda sakit.

Sehari-hari pasien beraktifitas dengan kursi roda,untuk berpindah tempat jika berada di

kamar menggunakan standart walker.

Riwayat Penyakit Dahulu :

• Sejak SMA pasien memiliki riwayat gastritis dan sekarang pasien mengatur jenis dan

jadwal makannya secara teratur sehingga gastritisnya dapat terkontrol dengan baik

tanpa menggunakan obat.

• Pada tahun 2004 terdapat kardiomegali. Saat ini terkontrol dan tidak ad keluhan.

• Pada tahun 2010 pasien didiagnosa katarak pada mata kanannya dan sudah dilakukan

operasi.

• Post operasi pada Januari 2011 dilakukan pemasangan AMP (Austin moore

prothesis)pada femur dextra

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :

Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes militus , dan asma pada keluarga

pasien disangkal.

Riwayat alergi + (ibu,kakak dan keponakan)

Page 3: case katarak

Riwayat Operasi :

Operasi fraktur intertrochanter dextra (Januari tahun 2010)

Riwayat makanan : Nafsu makan baik, teratur, 3x sehari, porsi cukup.

Riwayat BAK : Lancar, warna kuning jernih, nyeri (-), darah (-), lendir (-).

Riwayat BAB : Lancar, tidak sakit, konsistensi lunak, darah (-), lendir (-).

Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal, perinatal, masa kanak-kanak dan remaja

Pasien adalah seorang perempuan berusia 71 Tahun. Lahir di Palembang, 4 Juni 1943.

Ayah pasien meninggal sewaktu pasien SMA karena gastritis kronik.Beliau adalah anak

ke-5 dari 7 bersaudara (4 kakak laki-laki,1 adik permpuan dan 1 adik laki-laki).Setelah

lahir sampai SMP 3 pasien tinggal di Palembang.Kemudian meneruskan SMA dan

perguruan tinggi di Bandung.Kemudian berpindah ke Jakarta.

2. Riwayat Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana fakultas psikologi di universitas

Pajajaran,Bandung.

3. Riwayat masa dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja sebagai staf HRD sekaligus sebagai pengasuh di keluarga

kakak dari orangtua Bapak Akbar Tandjung.

b. Riwayat Perkawinan

Pada tahun 1965 beliau menikah di Jakarta dan dikaruniai 1 orang anak laki-

laki.Suami beliau meninggal akibat serangan jantung.Pasien mengaku sedih pada

mulanya,tetapi seiring berjalannya waktu pasien dapat menerima dan melanjutkan hidup.

c. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak ke-5 dari 7 bersaudara. Oma berhubungan baik dengan saudara-

saudaranya dan terutama keponakan-keponakannya.

Page 4: case katarak

d. Riwayat Kehidupan Sosial

Selama tinggal di STW pasien dapat membina hubungan baik dengan sesama

penghuni dan perawat. Pasien masih aktif mengikuti kegiatan senam, rekreasi, dan pengajian

yang diadakan oleh STW. Pasien biasanya mengisi waktu sehari-hari dengan menonton tv,

tidur di dalam kamar dan jarang mengobrol dengan penghuni lainnya.

e. Riwayat Agama

Pasien beragama Islam. Sejak kecil pasien rajin beribadah, sering shalat dan membaca

Al-Quran.

f. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien masuk ke STW atas kemauan sendiri. Pasien senang tinggal di STW karena

selain ada yang mengurusi,pasien juga mempunyai kegiatan seperti senam dan pengajian.

g. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien merasa puas dengan kehidupan dan pekerjaan yang sudah dijalaninya dahulu.

Pasien juga tidak merasa tertekan saat tinggal di STW. Setelah masuk panti pasien merasa

senang. Pasien juga memiliki relasi yang baik dengan sesama penghuni.

Page 5: case katarak

STATUS INTERNIS

Pemeriksaan Tanggal : 23 Agustus 2014

KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120 / 70 mmHg

Nadi : 84 x / menit

Pernapasan : 20 x / menit (thoraco-abdominal)

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 160 cm

IMT : 19.5 kg/m2 ( N : 18,5-23 )

Status Gizi Berat Badan Normal

BMI berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik :

Underweight : < 18,5

Normoweight : 18,5 – 22,9

BB lebih : 23

Dengan resiko : 23,00 - 24,9

Obesitas grade I : 25 – 29,9

Obesitas grade II : 30

KEADAAN REGIONAL

* Kulit : kulit keriput, warna kuning langsat, ikterus (-), sianosis (-)

* Kepala : bentuk bulat, tidak teraba benjolan, rambut putih terdistribusi merata, tidak

mudah dicabut

* Mata : bentuk normal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), palpebra superior

et inferior tidak edema, pupil bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya

+/+, arcus senilis +/+, shadow test -/+ OD= lensa jernih, OS= lensa keruh,

VOD = 6/60, VOS= 2/60.

*Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-

* Hidung : deviasi septum (-), sekret + / +, warna putih kental, mukosa hiperemis (+),

massa (-)

* Mulut : bentuk simetris, bibir tidak kering, perioral sianosis ( - ), lidah tidak kotor,

arkus faring simetris, faring hiperemis ( - ), tonsil T1-T1 tenang.

Page 6: case katarak

* Leher : trakea di tengah, tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba membesar.

Kesimpulan : Pada pemeriksaan Mata didapatkan OS= lensa keruh, shadow test -/+

VOD 6/60, VOS 2/60, pada pemeriksaan hidung didapatkan sekret +/+

dengan mukosa hiperemis, keadaan regional lain dalam batas normal

THORAX

Pulmo

Inspeksi : Simetris dalam statis dan dinamis

Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Kesimpulan : Pulmo dalam batas normal, tidak ditemukan adanya kelainan .

Cor

Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra

Perkusi : Redup

Batas atas : ICS III parasternal line sinistra

Batas kanan : ICS V sternal line dextra

Batas kiri : 2 jari medial ICS V midclavicula line sinistra

Auskultasi : BJ I&II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Kesimpulan : Cor dalam batas normal

ABDOMEN

Inspeksi : Tampak cembung, tidak tampak gambaran vena dan usus.

Palpasi : Datar, soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : Timpani

Auskultas : Bising usus (+) normal (6x/menit)

Kesimpulan : Abdomen dalam batas normal

EXTREMITAS

Akral hangat, sianosis (-), terdapat bekas luka operasi pada lateral femur dextra.

Page 7: case katarak

STATUS NEUROLOGIS

1. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 ( E4M6V5 )

2. Tanda-tanda perangsangan meningeal : (-)

3. Tanda-tanda peningkatan TIK : (-)

4. Mata : Pupil, Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm,

refleks cahaya +/+

5. Nn. Craniales : Baik

6. Sistem sensorik : Baik

7. Kekuatan motorik : 5555 5555

Sulit dinilai 5555

7. Fungsi cerebellum dan koordinasi : Fungsi Cerebellum dan Koordinasi

Tes Rhomberg : (-)

Jari-Jari : (-) / (-)

Jari-Hidung : (-) / (-)

Tumit-Lutut : Tidak dilakukan

8. Fungsi luhur : Baik

9. Refleks fisiologis : +/+

10. Refleks patologis : -/-

11. Tanda-tanda regresi dan demensia : Tidak ada

Kesimpulan : Pada test kekuatan motorik pada kaki kanan (post operasi intertrochanter

dextra) sulit dinilai (pasien takut untuk menggerakan kakinya)

STATUS MENTAL

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang wanita berusia 71 tahun, berperawakan sedang, rambut hitam beruban, lurus,

panjang, tersisir rapi, cara berpakaian rapi, dan bersih.

2. Pembicaraan

Pasien berbicara dengan suara yang cukup jelas menggunakan bahasa Indonesia.

Perkataan dan kalimat jelas.

Page 8: case katarak

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kooperatif terhadap pemeriksa, tidak menolak dilakukan pemeriksaan tertentu.

4. Pengendalian motorik

Pasien dapat menggerakkan ekstremitas superior dan inferior.

5. Kemampuan baca tulis

Baik. Tanpa menggunakan kacamata.

6. Perilaku dan aktifitas psikomotor

Pasien betah tinggal di Panti STW, karena banyak kegiatan yang dapat dilakukan.

Setiap pagi berkebun, lalu lebih banyak menghabiskan waktu mengobrol dengan penghuni

panti , menonton berita dan tidur.

b. Keadaan Mood, Afektif dan Keserasian

1. Mood : euthyme

2. Afek : luas

3. Keserasian : serasi

c. Gangguan Persepsi dan Gangguan Kognitif

1. Halusinasi auditorik : tidak ada

2. Halusinasi visual : tidak ada

3. Ilusi : tidak ada

4. Depersonalisasi : tidak ada

5. Apraksia : tidak ada

6. Agnosia : tidak ada

d. Pikiran

1. Arus Pikir

a. Produktivitas : baik

b. Kontinuitas pikiran : baik

c. Hendaya dalam bahasa : tidak ada

2. Bentuk Pikir

a. Asosiasi Longgar : tidak ada

Page 9: case katarak

b. Ambivalensi : tidak ada

c. Flight of Ideas : tidak ada

d. Inkoherensi : tidak ada

e. Verbigerasi : tidak ada

f. Persevarasi : tidak ada

3. Isi Pikir

a. Fobia : tidak ada

b. Obsesi : tidak ada

c. Kompulsi : tidak ada

d. Ideas of referance : tidak ada

e. Waham : tidak ada

e. Pengendalian Impuls

Pasien dapat mengendalikan emosinya.

f. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan : sesuai dengan latar belakang pendidikan

2. Orientasi : baik (orang, waktu, dan tempat)

3. Memori segera : baik. Pasien dapat dapat mengulang dengan benar 3

macam benda yang disebutkan oleh pemeriksa

4. Memori jangka pendek : baik. Pasien dapat mengingat menu sarapannya.

5. Memori jangka sedang : baik. Pasien ingat kapan Ia masuk ke STW Cibubur.

6. Memori jangka panjang : baik. Pasien ingat masa mudanya.

7. Daya konsentrasi dan kalkulasi : baik

8. Kemampuan baca dan tulis : Pasien dapat membaca dengan bantuan kacamata.

9. Kemampuan visospasial : baik

10. Bahasa : baik

11. Agnosia : tidak ditemukan

g. Nilai - nilai dan Tilikan

Nilai sosial : baik

Uji daya nilai : baik

Penilaian realita : baik

Tilikan derajat 6 (emotional insight)

Page 10: case katarak

h. Taraf Dapat Dipercaya

Secara umum didapatkan kesan bahwa Pasien dapat dipercaya.

Kesan : Ditemukan mood euthyme, afek baik, produktivitas pikiran baik, kontinuitas

pikiran baik. Memori segera, jangka pendek, jangka sedang, dan jangka panjang baik,

daya konsentrasi dan kalkulasi baik. Atensi baik

Page 11: case katarak

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )

1. Tanggal berapa hari ini ? Jawaban : Benar

2. Hari apa sekarang ? Jawaban : Benar

3. Apa nama tempat ini ? Jawaban : Benar

4. Kapan anda lahir ? Jawaban : Benar

5. Di mana tempat anda lahir ? Jawaban : Benar

6. Berapa umur anda ? Jawaban : Benar

7. Berapa saudara yang anda miliki ? Jawaban : Benar

8. Siapa nama teman di sebelah kamar anda ? Jawaban : Benar

9. Siapa nama kakak anda ? Jawaban : Benar

10. Kurangi 1 dari 10 dan seterusnya ? Jawaban : Benar

Kesimpulan : Benar Semua Fungsi intelektual utuh

Interpretasi hasil :

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan

Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang

Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat

Page 12: case katarak

SKALA DEPRESI GERIATRI -15 (GDS)

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak → 0

2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan?

Ya Tidak → 0

3. Apakah anda merasa hidup anda kosong? Ya Tidak → 0

4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak → 0

5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap hari? Ya Tidak → 0

6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? Ya Tidak → 0

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak → 0

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak → 0

9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar & mengerjakan sesuatu yang

baru? Ya Tidak → 1

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibanding

banyak orang? Ya Tidak → 0

11. Apakah anda pikir hidup anda ini menyenangkan? Ya Tidak → 0

12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan saat ini? Ya Tidak → 0

13. Apakah anda merasa anda penuh semangat? Ya Tidak → 0

14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak → 0

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya drpd anda? Ya Tidak → 0

Total score: 1

Jawaban Ya untuk butir 9 mendapat skor 1

- Skor <5 : tidak depresi

- Skor 5-9 : kemungkinan besar depresi

- Skor >10 : depresi

Kesimpulan : Tidak depresi

Page 13: case katarak

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI ( MMSE )

Item Test Nilai

Max

Nilai

1. ORIENTASI

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?

5 5

2. Kita berada di mana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah

sakit), (lantai/ kamar) ?

5 5

3. REGISTRASI

Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda

1 detik, klien disuruh mengulangi ketiga nama benda

tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3 3

4. ATENSI DAN KALKULASI

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang

benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja

kata “ WAHYU “ (Nilai diberikan pada huruf yang benar

sebelum kesalahan misalnya = 2)

5 5

5. MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Klien disuruh mengingat kembali 3 nama benda di atas

3 3

6. BAHASA

Klien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukan

(pensil, buku)

2 2

7. Klien disuruh mengulang kata-kata:

“namun”,”tanpa”,”bila”.

1 1

8. Klien disuruh melakukan perintah: “ambil kertas dengan

tangan anda, lipatlah menjadi 2 dan letakan di lantai

3 3

9. Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkan

mata Anda”

1 1

10. Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1

Page 14: case katarak

11. Klien disuruh menggambarkan bentuk di bawah ini 1 1

JUMLAH 30 30

Skor : Nilai 24 – 30 : normal

Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif

Nilai 0 – 16 : Definite gangguan kognitif

Kesimpulan : Tidak ada gangguan fungsi kognitif

CLOCK DRAWING TEST ( CDT )

Komponen yang dinilai Nilai

Menggambar lingkaran yang tertutup 1

Meletakan angka – angka dalam posisi yang benar 1

Ke – 12 angka komplit 1

Meletakan jarum-jarum jam dalam posisi yang tepat 1

Total nilai 4

Instruksi : Klien diminta membuat jam dinding bulat lengkap dengan angka-angkanya,

kemudian klien diminta menggambarkan jarum jam yang menunjukkan pukul tiga.

Interpretasi hasil :

Jika kedua jarum jam di kedua belahan jarum jam yang sama, maka ada indikasi

hemispasial neglect atau hemianopsia

Nilai 0 : Jika Klien tidak dapat dengan tepat melakukan apa yang diintruksikan.

Nilai 1 : Jika klien dengan tepat dengan benar melakukan apa yang diintruksikan

Kesimpulan : Klien dapat melakukan yang diperintahkan dengan benar

Page 15: case katarak

DETEKSI TERHADAP DEPRESI

Setiap

saat

Sering Kadang-

kadang

Jarang Tidak

pernah

A. Seberapa sering dalam 1

bulan terakhir anda merasa

cemas dan gelisah

+

B. Seberapa sering dalam 1

bulan terakhir anda

merasa tenang dan damai

+

C. Seberapa sering dalam 1

bulan terakhir anda merasa

sedih

+

D. Seberapa sering dalam 1

bulan terakhir anda merasa

bahagia

+

E. Seberapa sering dalam 1

bulan terakhir anda merasa

rendah diri dan tidak ada

yang dapat menghibur anda

+

F. Seberapa sering dalam b1

bulan terakhir anda merasa

hidup ini tidak berarti lagi

+

Jawaban seperti “ setiap saat “ atau “ sering “ mengindikasikan kecurigaan adanya depresi

( kecuali untuk pertanyaan B dan D )

Kesimpulan : Tidak terdapat depresi.

Page 16: case katarak

STATUS FUNGSIONAL

A. Aktivitas Sehari – hari / ADL

Mandiri Memerlukan

bantuan orang lain

Bergantung pada

orang lain

Mandi +

Transfer +

Berpakaian +

Kebersihan +

Ke toilet +

Makan +

Menyiapkan makanan +

Mengatur keuangan +

Mengatur pengobatan +

Menggunakan telepon +

Apakah pasien inkontinensia ?

Urin : tidak Alvi : tidak

Kesimpulan: ADL Mandiri

B. NEURO-PSYCHIATRY INVENTORY ( NPI )

Symptom Frekuensi (F) Keparahan (X) Total (FX) Distress1. Delusi 0 0 0 02. Halusinasi 0 0 0 03. Agitasi 0 0 0 04. Depresi 0 0 0 05. Ansietas 0 0 0 06. Euforia 0 0 0 07. Apatis 0 0 0 08. Disinhibisi 0 0 0 09. Iritabilitas 0 0 0 010. Perilaku motorik yang menyimpang 0 0 0 011. Perilaku di malam hari 0 0 0 012. Gangguan makan dan selera makan 0 0 0 0

Page 17: case katarak

Kesimpulan : Tidak ada gangguan neuro-psikiatrik.

STATUS FUNGSIONAL

A. Aktivitas kehidupan sehari – hari / Indeks Katz

1. Bathing : Mandiri

2. Dressing : Mandiri

3. Toiletting : Mandiri

4. Transfering : Mandiri

5. Continence : Mandiri

6. Feeding : Mandiri

Kesimpulan : Termasuk Indeks Katz A

B. Indeks ADL Barthel

Fungsi Nilai Keterangan

1. Mengontrol BAB

0

1

2

Incontinence

Kadang-kadang incontinence

Continence teratur

2. Mengontrol BAK

0

1

2

Incontinence

Kadang-kadang incontinence

Continence teratur

3. Membersihkan diri

( lap muka, sisir rambut,

sikat gigi )

0

1

Butuh pertolongan orang lain

Mandiri

4. Toiletting

0

1

2

Tergantung pertolongan orang lain

Perlu pertolongan pada beberapa

aktivitas, tetapi beberapa aktivitas masih

dapat dikerjakan sendiri

Mandiri

5. Makan

0

1

2

Tidak mampu

Butuh pertolongan orang lain

Mandiri

Page 18: case katarak

6. Berpindah tempat dari kursi

ke tempat tidur

0

1

2

3

Tidak mampu

Perlu pertolongan untuk bisa duduk

Bantuan minimal 2 orang

Mandiri

7. Mobilisasi / berjalan

0

1

2

3

Tidak mampu

Bisa berjalan dengan kursi roda

Berjalan dengan bantuan orang lain

Mandiri

8. Berpakaian

0

1

2

Tergantung pertolongan orang lain

Sebagian dibantu

Mandiri

9. Naik turun tangga

0

1

2

Tidak mampu

Butuh pertolongan

Mandiri

10. Mandi0

1

Tergantung pertolongan orang lain

Mandiri

Total Nilai 18 Mandiri

Nilai ADL :20 : Mandiri12-19 : Ketergantungan ringan9-11 : Ketergantungan sedang5-8 : Ketergantungan berat0-4 : Ketergantungan total

Kesimpulan : Index ADL = 18 (Ketergantungan ringan)

Page 19: case katarak

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Thorax (22 Desember 2010)

Cor

-Tampak membesar kekiri bawah

-Aorta elongatio dan dilation

Pulmo

-Tidak tampak infiltrat/lesi pada kedua paru

-Corakan bronkovaskuler normal.

Kesan : cardiomegali

Foto Pelvis

-3 januari 2011

- Fraktur intertrochanter dextra

- Densitas tulang menurun osteopenia

10Juni 2011 post operasi

Kedudukan prothese baik

BMD / Bone Mass Density (Oleh Anlene) (1 Juni 2011)

T-score = - 3,0 (Resiko Tinggi Osteoporosis)

LABORATORIUM

Hasil

Pemeriksaan

04/01/11

Nilai Normal Satuan

Hemoglobin 12,2 13,2 – 17,3 g/dL

Hematokrit 37 40-52 %

Leukosit 3630 3800 – 10600 Ul

Thrombosit 180.000 150.000 –

440.000

Ul

LED 35 <15 mm/jam

MCV 86 80-100 Fl

MCH 28 26-34 Pg

Page 20: case katarak

MCHC 33 32-36 g/dl

Hemostasis

PT 13 11,9-14,4 Detik

APTT 30.8 26,4-37,6 Detik

Fungsi Hati

Protein Total 8 6 – 8 g/dL

Albumin 3,6 3,4-4,8 g/dL

Globulin 4,8 <2 g/dL

SGPT 9 0-50 U/L

SGOT 23 0-50 U/L

GDS 105 <200 mg/dL

Lemak

Kolesterol total 215 <200 mg/dL

Trigliserida 72 40-155 mg/dL

HDL 65 30-63 mg/dL

LDL 136 <130 mg/dL

Fungsi Ginjal

Ureum 41,2 20-40 mg/dL

Kreatinin 0.6 0,17-1,5 mg/dL

Asam Urat 3,9 2-7 mg/dL

RESUME

Telah diperiksa seorang perempuan berusia 71 tahun, keluhan utama hidung

tersumbat sejak 1 bulan yang lalu, Pasien juga mengeluh sering bersin-bersin jika ada

hembusan udara yang dingin dan debu.Hal tersebut pernah dirasakannya sejak masih

muda,tetapi bertambah parah seiring bertambahnya usia.Pasien menggunakan obat Rhinos

SR yang diberikan oleh dokter STWKB setiap kali merasa hidungnya tersumbat.Pasien juga

merasakan penglihatan berkabut pada mata kiri sejak 8 bulan lalu,sudah pernah ke dokter

mata di ps Rebo dan didiagnosa katarak dan nyeri dirasakan pada post operasi fraktur femur

dextra.

Page 21: case katarak

Riwayat penyakit dahulu

• Sejak SMA pasien memiliki riwayat gastritis dan sekarang pasien mengatur

jenis dan jadwal makannya secara teratur sehingga gastritisnya dapat

terkontrol dengan baik tanpa menggunakan obat.

• Pada taun 2004 terdapat kardiomegali.Saat ini terkontrol dan tidak ad

keluhan.

• Pada tahun 2010 pasien didiagnosa katarak pada mata kanannya dan sudah

dilakukan operasi.

• Post operasi pada Januari 2011 dilakukan pemasangan AMP (Austin moore

prothesis)pada femur dextra

Riwayat penyakit keluarga : Alergi + ( ibu, kakak, dan keponakannya)

Riwayat Operasi : Operasi fraktur intertrochanter dextra (Januari tahun 2010)

KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 110 / 80 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Pernapasan : 24 x / menit (thoraco-abdominal)

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 160 cm

IMT : 19.5 kg/m2 ( N : 18,5-23 )

Status Gizi Berat Badan Normal

BMI berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik :

Underweight : < 18,5

Normoweight : 18,5 – 22,9

BB lebih : 23

Dengan resiko : 23,00 - 24,9

Obesitas grade I : 25 – 29,9

Obesitas grade II : 30

Pemeriksaan fisik :

Page 22: case katarak

Kulit tampak keriput, pada pemeriksaan mata didapatkan OS= lensa keruh, shadow

Test -/+ VOD 6/60, VOS 2/60, pada pemeriksaan hidung ditemukan sekret pada

kedua rongga hidung warna putih kental, mukosa hiperemis (+).

Pemeriksaan neurologis :

Pada test kekuatan motorik pada kaki kanan (post operasi intertrochanter) sulit dinilai

(pasien takut untuk menggerakan kakinya)

Pemeriksaan status mentalis :

Ditemukan mood baik, afek luas, produktivitas pikiran baik, kontinuitas pikiran baik,

memori segera, jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang baik, daya

konsentrasi dan kalkulasi baik. Tidak ada ambivalensi, inkoherensi dan atensi baik.

• SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER ( SPMSQ )

Fungsi intelektual utuh

• MMSE

nilai 30 tidak ada gangguan kognitif

• Clock drawing test

skor 4 tidak terdapat gangguan fungsi kognitif

• Deteksi terhadap depresi

tidak terdapat depresi

• SKALA DEPRESI GERIATRI

tidak terdapat depresi

NPI (neuro-phychiatry inventory)

Tidak terdapat gangguan neuropsikiatrik

• Status fungsional

- aktifitas kehidupan sehari-hari /indeks katzkatzF : mandiri

-indeks ADL barthel : skor 14 ketergantungan ringan

Pemeriksaan penunjang :

Foto Thorax (22 Desember 2010)

Page 23: case katarak

cor

-Tampak membesar kekiri bawah

-Aorta alongatio dan dilatio

Pulmo

-Tidak tampak infiltrat/lesi pada kedua paru

-Corakan bronkovaskuler normal.

Kesan : cardiomegali

Foto Pelvis

-3 januari 2011

- Fraktur intertrochanter dextra

- Densitas tulang menurun

10Juni 2011 post operasi

Kedudukan prothese baik

BMD / Bone Mass Density (Oleh Anlene) (1 Juni 2011)

T-score = - 3,0 (Resiko Tinggi Osteoporosis)

PERMASALAHAN SAAT INI

Biologis:

- Hidung terasa tersumbat

- Buram pada mata kanannya

- Nyeri post operasi pada paha kanan

Lingkungan dan psikososial tidak ad masalah

DIAGNOSA KERJA

Diagnosa Utama : Rhinitis Alergi Kronik e.c 1.dingin

2.debu

DD:1. Rhinitis vasomotor

Page 24: case katarak

2. Sinusitis

Diagnosa Tambahan :

Katarak imatur OS

Nyeri post operasi fraktur intertrochanter dextra

Suspect osteoporosis

PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN

-Foto sinus maxilariskonsultasi ke bagian THT

-uji alergi (prick test)

-Pemeriksaan massa tulang ulang dengan DEXA- dual energy x-ray absorptiometry

-Konsul ke bagian mata

Page 25: case katarak

RENCANA PENGELOLAAN

Rhinitis Alergi Kronik

• Non farmakologis :

- Menghindari daerah berdebu dan ber-AC.

• Farmakologis :

- Loratadine 5 mg+ pseudoefedrin 120 mg (rhinos sr)

Katarak senilis Imatur OS

• Non farmakologis :

- Operasi: Phacoemulsification

• Farmakologis :

- Catarlent eye drop 3 x 2 tetes OS

(Per 15 ml : CaCl2 anhidrat 0,075 gram, Kalium Iodida 0,075 gram, Natrium

Tiosulfat 0,0075 gram, Fenilmerkuri Nitrat 0,3 mg)

Nyeri Post Operasi Fraktur Intertrochanter Dextra

• Non farmakologis :

- Menggunakan kursi roda saat beraktifitas

- Fisioterapi

• Farmakologis :

- Asam mefenamat 500 mg 2-3 kali sehari pada saat terasa nyeri sesudah makan

Osteoporosis

Non farmakologi :

-konsumsi kacang kedelai

-konsumsi makanan yang mengandung kalsium

• Farmakologi :

-Hibone 1x1 (bonistein(genistein) 15mg, Ca element (sebagain Ca fosfat) 250 mg,vit

D3 200 IU,Vit K1 0.1 mg

Page 26: case katarak

PROGNOSIS

Rhinitis Alergi Kronik

Ad vitam : bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

Katarak Imatur OS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Nyeri Post Operasi Fraktur Intertrochanter Dextra

Ad vitam : bonam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

OsteoporosisAd vitam : dubia ad bonam

Ad fungtionam : dubia ad bonam

Ad sanationam :dubia ad malam

Page 27: case katarak

TINJAUAN PUSTAKA

RHINITIS ALERGI

Pendahuluan Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi pada pasien

atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya

suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut.

Definisi

Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,rinore,rasa gatal dan tersumbat

setelah mukosa terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE

Patofisiologi

Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi menjadi :

1. Alergen inhalanyang masuk bersamaan dengan udara pernapasan (contohnya : debu

rumah)

2. Alergen ingestanyang masuk ke saluran cerna,berupa makanan,contohnya :

susu,sapi,telur,

3. Alergen injektanmasuk melalui suntikan atau tusukan ,contohnya : penisillin atau

sengatan lebah.

Page 28: case katarak

4. Alergen kontaktanyang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,misalnya

bahan kosmetik,perhiasan.

Klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya:

1. Rhinitis intermintten :< 4 minggu

2. Rhinitis menetap : > 4 minggu

Rhinitis alergi berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit :

1. Ringan :tidak ditemukan gangguan aktifitas,dan gangguan tidur

2. Sedang –berat : ditemukn gangguan aktifitas

Penegakan diagnostik :

1. Anamnesa

50% diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa saja,gejala rhinitis alergi yang

khas adanya serangan bersin berulang.Sebenarnya bersin merupakan gejala

normal,terutama pagi hari ataupun jika kontak dengan debu. Hal ini menrupakan

proses fisiologik,yaitu membersihkan sendiri (self cleaning process). Gejala lain

berupa keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan

mata gatal, yang terkadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).

2. Pemeriksaan fisik

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edem, basah,berwarna pucat disertai

adanya sekret encer yang banyak.

3. Pemeriksaan penunjang

o in vitro

IgE spesifik RAST( Radio Immuno Sorbent Test) /ELISA (Enzym linked

immuno Sorbent Assay Test). Jika ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak

kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (>5sel/lap) mungkin disebabkan

alergi makanan.

o In vivo

Page 29: case katarak

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan test cukit kulit (prick

test),uji intradermal yang tunggal atau uji berseri (Skin End Point

Tiration/SET)

Penatalaksanaan :

1. Non-Farmako :

-Menghindari kontak dengan alergen penyebab

2. Farmakologi

-Medikamentosa

Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1, yang bekerja secara inhibitor

komppetitif pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik yang

paling sering dipakai sebagai inti pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat

dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.

Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik)

dan generasi -2 (non sedatif). Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga

dapat menembus sawar darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta

mempunyai efek kolinergik. Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik

alfa dipakai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan

antihistamin atau tropikal. Namun pemakaian secara tropikal hanya boleh untuk

beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. Preparat

kortikosteroid dipilih bila gejala trauma sumbatan hidung akibat respons fase lambat

berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid tropikal

(beklometosa, budesonid, flusolid, flutikason, mometasonfuroat dan triamsinolon).

Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk

mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor

(Mulyarjo, 2006).

-Operatif

Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila konka

inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai

AgNO3 25 % atau troklor asetat (Roland, McCluggage, Sciinneider,

2001). Pengobatan operatif baru dilakukan bila pengobatan medikamantosa gagal.

Tindakan ini memungkinkan ventilasi dan drainase hidung serta mengupayakan aliran

hidung dan sinus yang memadai (Dhingra, 2007).

Page 30: case katarak

-Imunoterapi

Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi

membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat,

berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan (Mulyarjo, 2006).

Komplikasi :

1. Polip hidung

2. Sinusitis paranasal

Page 31: case katarak

OSTEOPOROSIS

Definisi

Secara harfiah kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang atau dalam

istilah populer adalah tulang keropos. Zat kapur, kalsium adalah mineral terbanyak dalam

tubuh kurang lebih 98% kalsium dalam tubuh terdapat di dalam tulang Definisi menurut

WHO osteporosis adalah penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan

memburuknya mikrostruktural jaringan tulang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga

meningkatkan risiko terjadinya fraktur.

Patogenesis

Tulang manusia terdiri atas 15% tulang trabekular dan 85% tulang kortikular. Tulang

tidak hanya berfungsi sebagai stabilitator, tetapi juga sebagai cadangan kalsium, fosfat,

magnesium, natrium, kalium, laktat, dan sitrat. Kalsium merupakan mineral yang sangat

penting bagi tubuh. Bila terjadi kekurangan kalsium tubuh, kadar kalsium dapat

dipertahankan stabil melalui mobilisasi kalsium dari tulang.

Tulang mengalami proses resorpsi dan formasi secara terus menerus yang disebut

sebagai remodelling tulang. Proses remodelling tulang merupakan proses mengganti tulang

yang sudah tua atau rusak, diawali dengan resorpsi atau penyerapan tulang oleh osteoklas dan

diikuti oleh formasi atau pembentukan tulang oleh osteoblas. Proses remodelling diawali

dengan pengaktifan osteoklast oleh sitokin tertentu. Sitokin yang berasal dari monosit-

monosit dan yang berasal sel-sel osteoblast (sel induk) itu sendiri sangat berperan pada

aktivitas osteoklas. Estrogen mengurangi aktivitas osteoklas, sedangkan bila kekurangan

estrogen meningkatkan aktivitas osteoklas. Enzim proteolitik, seperti kolagen membantu

osteoklas dalam prosespembentukkan tulang. Pada tahap resorpsi, osteoklas bekerja

mengkikis permukaan daerah tulang yang perlu diganti. Proses resorpsi ini ditandai dengan

pelepasan berbagai metabolit yang sebagian dapat dipergunakan sebagai pertanda (marker)

Page 32: case katarak

untuk menasah tingkat proses dinamisasi tulang. Pada proses pembentukkan osteoblast mulai

bekerja. Sel yang

berasal dari sel mesenhim ini menyusun diri pada daerah permukaan berongga dan

membentuk matriks baru (osteosid) yang kelak akan mengalami proses mineralisasi melalui

pembentukkan kalsium hidroksiapetit dan jaringan matrik kolagen.

Dalam proses pembentukan tulang, hal yang sangat penting adalah koordinasi yang baik

antara osteoklas, osteoblas, dan sel-sel endotel. Selama sistem ini berada dalam

keseimbangan, pembentukkan dan penghancuran tulang akan selalu seimbang. Pada usia

reproduksi, di mana fungsi ovarium masih baik, terdapat keseimbangan antara proses

pembentukkan tulang (osteoblas) dan proses laju pergantian tulang (osteoklas) sehingga tidak

timbul pengeroposan tulang. Namun, ketika memasuki usia klimakterium, keseimbangan

antara osteoklas dan osteobals mulai mengalami gangguan, fungsi osteoblas mulai menurun

dan pembentukkan tulang baru pun berkurang, sedangkan osteoklas menjadi hiperaktif dan

dengan sendirinya penggantian tulang berlangsung sangat cepat (high turnover).

Aktivitas osteoklas ditandai dengan terjadinya pengeluaran hidroksiprolin dan

piridinolincrosslink melalui kencing, serta asam fosfat dalam plasma. Hormon paratiroid dan

1,25 (OH)2 vitamin D3 mengaktifkan osteoklas sedangkan kalsitonin dan estradiol

menghambat kerja osteoklas. Resopsi tulang menyebabkan mobilisasi kalsium dan hal ini

menyebabkan berkurangnya sekresi hormon paratiroid akibatnya pembentukkan 1,25 (OH)2

vitamin D3 serta resorpsi kalsium oleh usus berkurang.

Faktor - Faktor Risiko Osteoporosis

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor yang berisiko terkena

osteoporosis, antara lain:

a) Riwayat Keluarga

Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga menderita osteoporosis.

Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan densitas tulang.

b) Jenis Kelamin

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon

estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita

pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada wanita

Page 33: case katarak

postmenopause kerapuhan tulang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan

tulang.

c) Usia

Kehilangan masa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Semakin

bertambah usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis karena tulang menjadi

berkurang kekuatan dan kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia

antara 30 sampai 35 tahun.Patah tulang meningkat pada wanita usia >45 tahun, sedangkan

pada laki-laki patah tulang baru meningkat pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang

sampai 3-6% pertahun terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut

penyusutan terjadi sebanyak 1% per tahun. Namun, pada wanita yang memiliki faktor risiko

penyusutan dapat terjadi hingga 3% per tahun. Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi

penurunan kadar 1,25 (OH)2D yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam

diet, gangguan absorpsi vitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.

d) Aktifitas Fisik

Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan pembentukan tulang

tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang terlalu berat pada usia menjelang menopause

justru dapat menyebabkan penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat

proses pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin

banyak bergerak dan olah raga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik seperti berjalan kaki pada

dasarnya memberikan pengaruh melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi tulang

karena pertambahan umur. Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper (2000),

membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan tulang

spinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh atau anggota

gerak.dan penekanan pada aksis tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.

e) Status Gizi

Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang. Perawakan kurus

cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor risiko terjadinya

kepadatan tulang yang rendah.

f) Kebiasaan Konsumsi Asupan Kalsium

Page 34: case katarak

Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan komponen utama

pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat Ca yang terdapat pada kerangka tulang

orang dewasa kurang lebih 1 kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan mencapai

puncaknya (Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada priode PBM ini jika

massa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat menghindari terjadinya

osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian PBM menjadi rendah jika individu kurang

berolahraga, konsumsi Ca rendah, merokok, dan minum alkohol. Kalsium dan vitamin D

dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Kalsium juga sangat penting untuk

mengatur kerja jantung, otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh akan

semakin berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh karena itu,

pria dan wanita lanjut usia membutuhkan konsumsi kalsium yang lebih banyak. Konsumsi Ca

yang dianjurkan National Osteoporosis Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50

th dan 1200mg untuk usia 50th keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu,keju,

mentega, es krim, yoghurt dan lain – lain.

g) Kebiasaan Merokok

Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan terkena osteoporosis

karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan

aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat

dalam menghadapi proses pembentukan tulang.

h) Penyakit Diabetes Mellitus

Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis. Pemakaian insulin

merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang sehingga meningkatkan pembentukkan

kolagen tulang, akibatnya orang yang kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah

terkena osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat metabolisme vitamin

D dan osteoporosis.

Etiologi

Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam osteoporosis primer

dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi akibat kekurangan massa tulang yang

terjadi karena faktor usia secara alami. Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:

1. Tipe I (Post Menopausal)

Page 35: case katarak

Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-70 tahun). Ditandai oleh fraktur

tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan

luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut,dimana jaringan trabekular lebih responsif

terhadap defisiensi estrogen.

2. Tipe II (Senile)

Terjadi pada pria dan wanita usia ≥70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan tulang

belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.

Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur yang disebabkan oleh penyakit

atau kelainan tertentu, atau dapat pula akibat pemberian obat yang mempercepat

pengeroposan tulang. Contoh penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,

hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme (kelebihan horman

gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks), multiple mieloma, malnutrisi, faktor

genetik, dan obat-obatan.

Diagnosis

Pengukuran densitas tulang merupakan kriteria utama untuk menegakkan diagnosis

dan monitoring osteoporosis dengan densitometri, computed tomography scan (CT Scan),

atau ultrasound. Diagnosis osteoporosis dapat dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada saat ini bakuan untuk diagnosis osteoporosis

diperoleh dengan menggunakan teknik Dual Energy X-ray Absorpsiometry (DXA) yang

mengukur kepadatan tulang sentral. Kelangkaan dan mahalnya DXA untuk sementara dapat

digantikan dengan alat Ultrasound Densitometry atau Quantitative Ultrasound (QUS) yang

lebih murah, mudah dipindahkan dan tidak terdapat efek radiasi tetapi tidak dapat mengukur

secara langsung BMD.

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah

sebagai berikut :

a. Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DEXA),

menggunakan dua sinar–X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan

tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan

Page 36: case katarak

jaringan lunak yang dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai

kepadatan tulang tertinggi hanya mengizinkan sedikit sinar-x yang melewatinya. DEXA

merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA

dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat

cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang rendah tetapi lebih mahal

dibandingkan dengan metode ultrasounds. Satuan : gr/cm2.

b. Peripheral Dual-Energy X-ray Absorptiometry (P-DEXA),

merupakan hasil modifikasi dari DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota

badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang

berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha. Satuan :gr/cm2.

c. Dual Photon Absorptiometry (DPA),

menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi. Dapat mengukur kepadatan

mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi sinar dengan dosis

yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Satuan : gr/cm2.

d. Ultrasounds

pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan

kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA.

Ultrasounds menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang,

biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan

sebagian lagi melalui air.

Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi

seperti sinar-X. Salah satu kelemahan ultrasounds adalah tidak dapat menunjukkan kepadatan

mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan ultrasounds juga

lebih terbatas dibadingkan DEXA. Satuan : gr/cm2.

e. Quantitative Computed Tomography (QCT),

adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur kepadatan tulang belakang.

Salah satu model dari QCT disebut peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan

tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT

jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi dan kurang

akurat dibandingkan dengan DEXA, P-DEXA atau DPA. Satuan : gr/cm2.

Page 37: case katarak

Hasil pengukuran kepadatan tulang dapat disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu :

a. T-score

T-score hasil pengukuran kepadatan tulang dibandingkan dengan nilai rata-rata

kepadatan tulang sehat pada umur 30 tahun. Nilai kepadatan mineral tulang selanjutnya

dilaporkan sebagai standar deviasi dari mean kelompok yang direferensikan.

1) Nilai negatif (-)

mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan yang lebih kecil dibandingkan

dengan rata-rata kepadatan tulang sehat pada usia 30 tahun.

2) Nilai positif (+)

mengindikasikan bahwa tulang mempunyaikepadatan mineral lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata kepadatan tulang sehat pada usia 30 tahun.

Kategori Nilai T-Score

Normal -1 ≤ SD < 2.5

Osteopenia -2.5 ≤ SD <-1

Osteoporosis < -2.5

Osteoporosis parah < -2.5 dan adanya satu atau lebih fraktur

b. Z-score.

Nilai kepadatan tulang yang diperoleh dibandingkan dengan hasil yang lain dari

kelompok orang yang mempunyai umur, jenis kelamin dan ras yang sama. Nilai Z-score hasil

pengukuran kepadatan tulang diberikan dalam standar deviasi (SD) dari nilai rata-rata

kelompoknya. Nilai kepadatan mineral tulang selanjutnya dilaporkan sebagai standar deviasi

dari mean kelompok yang direferensikan.

Page 38: case katarak

1) Nilai negatif (-)

mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan yang lebih kecil dibandingkan

dengan rata-rata kepadatan tulang yang lain dalam kelompoknya.

2) Nilai positif (+)

mengindikasikan bahwa tulang mempunyai kepadatan mineral lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata kepadatan tulang yang lain dalam kelompoknya.

Z-score direkomendasikan bagi pria dan wanita yang berusia muda serta anak-anak.

Penilaian kepadatan tulang dengan menggunakan Zscore disajikan menurut International

Society for Clinical

Kategori Z-Score

Normal : ≥ -2 SD

Kepadatan tulang rendah : < -2 SD

Menopause

Menopause adalah berhentinya siklus perdarahan uterus yang teratur. Seorang wanita

dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasi yang terakhir, ditandai dengan

gejala-gejala vasomotor dan urogenital misalnya kering vagina dan dispareunia. Pada wanita

terjadi antara umur 40-65 tahun. Perimenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause,

saat pertama kali wanita meraskan gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas) dan

berkeringat dimalam hari. Menstruasi biasanya kurang dapat diprediksi selama tahap ini.

Pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause.Semakin tua, folikel seorang

wanita akan semakin resistenterhadap stimulasi gonadotropin, akibatnya FSH dan LH di

dalam darahakan meningkat. Peningkatan FSH dan LH akan menyebabkan stimulasi stromal

terhadap ovarium, yang menyebabkan peningkatan estrone danpenurunan kadar estradiol.

Karenanya menopause dapat dideteksi denganrendahnya kadar estrogen diperedaran darah.

Pada masa ini, terutama padamasa post menopause, estrogen didapat dari stroma ovarium

(bukan darifolikel langsung) dan dari sekresi androstenedion yang diaromatisasimenjadi

estrone di sirkulasi perifer. Estrogen yang demikian (estrone)dinamakan estrogen

Page 39: case katarak

ekstragonadal dan merupakan pemasok utama estrogen pada wanita postmenopause. Secara

klinis indikasi menopause dapat dilihat dari kadar FSH darah.

Kejadian Osteoporosis pada Wanita Postmenopause

Risiko osteoporosis pada wanita lebih besar dibanding pria karena wanita memiliki

hormon estrogen yang dihasilkan setiap mengalami siklus menstruasi, dimana hormon ini

merupakan hormon yang berfungsi sebagai pelindung tulang. Dalam keadaan normal hormon

estrogen yang berasal dari sel telur akan merangsang aktifitas osteoblas dalam pembentukan

tulang. Kadar estrogen yang sangat rendah akan menghambat kerja osteoblas dan

meningkatkan kerja osteoklas sehingga remodelling tulang tidak seimbang dan lebih banyak

resorpsi tulang sehingga risiko terjadinya osteopenia atau awal penurunan massa tulang

sampai osteoporosis sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah sangat mungkin terjadi.

Pengobatan medikamentosa

A. Agen-agen yang menghambat kecepatan hilangnya massa tulang,bekerja dengan

menurunkan kecepatan resorps tulang (antiresorptive agent)

1.Bisfosfonat

-generssi 1 : Etidronat (didronel)

Clodronate

-generasi 2 : Alendronate

Ibandronate

Tiludronate

Pamidronate

-generasi 3 : Risedronate (actonel)

1. SERMs (Selective estrogen reseptor modulators)

Raloxifene 60mg/hari (KI: ibu hamil),pada wanita pasca

menopause,meningkatkan densitas mineral tulang dan dapat mengurangi resiko

fraktur kompresi vertebre.

2. Terapi sulih hormon

Terapi estrogen alamimengkonsumsi makanan alami yang mengandung

fitoestrogen.

3. Kalsitonin

4. Kalsiumkebutuhan kalsium sehari dianjurkan adalah 1000-1200 IU/hari

Page 40: case katarak

5. Vitamin Dkebutuhan vitamin D sehari dianjurkan adalah 400-800 IU/hari

B. Agen-agen yang mendukung formasi tulang (bone forming agents)

1.Fluor (PEMBERIAN 30-60 mg/hari)

2.Androgen

3.Hormon paratiroid

KATARAK

DEFINISI

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta

yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti

tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada

lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa

atau terjadi akibat kedua-duanya.

EPIDEMIOLOGI

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta

kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang seperti

Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama kebutaan di

Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan. Survei

tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,2% dari seluruh

populasi dan 0,76% disebabkan oleh katarak. Sedangkan pada survei tahun 1994-1997

yang diadakan oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter

Spesialis Mata Indonesia menunjukkan adanya peningkatan angka kebutaan yaitu

mencapai 1,47% dan 1,02% diakibatkan oleh katarak.

KLASIFIKASI

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

2. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun

Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di nukleus lensa atau nukleus

embrional, bergantung pada waktu stimulus kataraktogenik. Katarak juvenil adalah katarak

yang terdapat pada usia muda yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih

Page 41: case katarak

dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak

juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metaolik dan penyakit

lainnya seperti katarak metabolik, katarak akibat kelainan otot pada distrofi miotonik,

katarak traumatik, dan katarak komplikata.

Katarak senil adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia

lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senil secara klinik

dibedakan dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur. Perbedaan stadium

katarak senil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) < << <<<

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

DIAGNOSIS

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin

kabur. Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh

yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca

lebih baik tanpa kacamata (“second sight”). Terjadinya miopia ini disebabkan oleh

peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient. Sebagian besar katarak tidak dapat

dilihat oleh pemeriksa awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan

menimbulkan kebutaan. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang

dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp. Fundus okuli menjadi

semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus

hilang. Derajat klinis pembentukan katarak dinilai terutama dengan uji ketajaman penglihatan

Snellen.

Page 42: case katarak

TERAPI

Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi. Tindakan

bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil, seperti katarak telah

mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum matur, katarak matur, karena

apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit (uveitis atau glaukoma) dan

katarak telah telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan

glaukoma.

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) yang terdiri dari ECCE

konvensional, SICS (Small Incision Cataract Surgery), fekoemulsifikasi (Phaco

Emulsification.

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan

getaran ultrasonik untuk menghancurkan nukleus sehingga material nukleus dan kortek dapat

diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.

Fekoemulsifikasi merupakan teknik ekstraksi katarak terbaik yang pernah ada saat ini.

Teknik ini di tangan operator yang berpengalaman menghasilkan rehabilitasi tajam

penglihatan yang lebih cepat, kurang menginduksi astigmatisme, memberikan prediksi

refraksi pasca operasi yang lebih tepat, rehabilitasi yang lebih cepat dan tingkat komplikasi

yang rendah.

Meskipun demikian, Manual Small Incision Cataract Surgery ( MSICS) yang adalah

modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang

dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler. Teknik ini lebih

menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih cepat,

astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.

Komplikasi dari pembedahan katarak antara lain:

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

Page 43: case katarak

- Uveitis

- Endoftalmitis

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iri

-

Daftar pustakaPrevention and management od osteporosi.Report of a WHO scientific group.Geneva :world

Health Organization,2003 :1-106

Krause HF.Otolanryologic allergy and immuniligy WB Saunders Co Philadelphia 1989

Krause JH,chadwick SJ,Gordon BR, Deberey MJ.Allergy and immunology. An otolarynic

approuch.Lippincott Williams & Wilkins Co.newyork 2002.

Paduan diagnostic dan pengelolaan osteoporosis.Ikatan reumatologi Indonesia.Jakarta ,2005

National osteoporosis fondation : http://nof.org/

www.emedicine.com