case budiono
DESCRIPTION
caseTRANSCRIPT
[ ] Dafid Pratama
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn B
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Mei 1960
Umur : 54 tahun
Suku Bangsa : Jawa
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S2 Manajemen
Pekerjaan : Pensiunan PLN
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Pondok Kacang
No. Rekam Medis : 112.xxx
Perawatan Ke : 31
Tahun : 2014
Kelas : II
Masuk RS : 03 April 2014
Dokter yang Merawat : Prof. S
1
[ ] Dafid Pratama
II. STATUS PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:
Autoanamnesa : didapat dari pasien
Alloanamnesa didapat dari:
Nama : Tn. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Perawat
Hubungan dengan pasien : Perawat pasien
Hari, tanggal wawancara :
Waktu, Tempat Wawancara : 09.00 WIB, Sanatorium Dharmawangsa
A. Keluhan Utama
Pasien marah-marah sampai ingin membunuh.
B. Keluhan Tambahan
Curiga, mendengar suara - suara yang mengancam dan menjelekkan pasien, sulit
tidur.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 16-02-2015 pasien kembali dirawat yang ke 32 kalinya dengan alasan
marah - marah hingga sampai ingin membunuh isteri dan anaknya. Pasien juga
memiliki perasaan curiga terutama pada istrinya, namun kecurigaan itu tidak hanya
ditujukan kepada istrinya, namun juga terhadap tetangga sekitar rumah, karena
pasien merasa istrinya primadona dan sangat cantik, sehingga pasien takut jika ada
yang mendekati isteri. Selain itu pasien juga mendengar suara-suara dan bayangan
orang berjubah yang mengancam dan mengejek pasien sehingga pasien mengalami
kesulitan untuk tidur.
Pada awalnya pasien hanya merasakan suara-suara yang mengejek, keluhan ini mulai
dirasakan pasien semenjak pasien berhenti minum obat kira-kira 6 bulan yang lalu,
karena pasien ingin mencoba apakah tanpa obat, pasien dapat kembali normal. Pada
2
[ ] Dafid Pratama
awalnya pasien dapat mengacuhkan suara-suara yang didengarnya, namun lama
kelamaan keluhan bertambah berat sampai suatu saat pasien bertengkar dengan
istri hingga pasien tidak dapat mengendalikan diri, mengamuk, mengancam, bahkan
sampai mencekik.
Keluarga pasien terganggu dengan perilaku pasien yang tidak terkontrol ini. Maka
daripada itu, pasien dibawa ke Sanatorium Dharmawangsa atas permintaan istri.
D. Riwayat Penyakit Sebelumnya
o Riwayat penyakit psikiatri
Pasien mulai berperilaku aneh sejak tahun 1986, dimana pasien sering curiga dan
cemburu. Pada suatu saat, pasien ditugaskan ke Semarang, namun di Semarang
pasien melihat bayangan yang akan membunuh istri dan orang tua pasien, lalu
akhirnya pasien dibawa pulang ke Jakarta untuk dibawa ke dokter. Kondisi
membaik.
Pada tahun 1989 pasien ditugaskan untuk memindahkan travo ke semarang,
dalam perjalanan tiba-tiba pasien mendengar suara-suara dan melihat bayangan
yang tidak ia kenali. Suara itu berbicara kepadanya, pasien mengaku suara itu
terdengar ingin membuhun pasien, pasien akan di jadikan sate dan dibakar.
Setelah itu pasien berobat jalan di SDW. Kondisi pasien pada membaik, namun
karena tidak teratur minum obat, kondisi Tn. BY menurun yang akhirnya dirawat
inap di SDW.
Dalam 1 tahun pasien bisa masuk SDW 2x dengan keluhan dan alasan perawatan
yang sama.
o Riwayat penyakit medis
1984: Kecelakaan lalu lintas, kepala bocor bagian depan kiri, muka kanan memar.
o Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan obat – obatan terlarang maupun zat
psikoaktif.
3
[ ] Dafid Pratama
E. Riwayat Keluarga
o Latar belakang keluarga
Pasien adalah anak kelima dari 13 bersaudara. Ayah pasien seorang pensiunan,
Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hubungan dalam keluarga pasien
diakui harmonis dan tidak ada masalah keluarga.
o Susunan Anggota Keluarga
1. Nama : YL
Pekerjaan : Pegawai negeri
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Hubungan dengan pasien : Ayah Kandung
2. Nama : SL
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Ibu
3. Nama : B
Pekerjaan : Pegawai PLN
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Hubungan dengan pasien : Istri pasien
4. Nama : D
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Pendidikan : S1
4
[ ] Dafid Pratama
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
5. Nama : E
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
6. Nama : F
Pekerjaan : Pegawai negeri
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
7. Nama : G
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
F. Riwayat Kehidupan Pribadi
o Riwayat prenatal dan natal
Selama masa kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat baik mental maupun
fisik, tidak menggunakan berbagai macam obat-obatan atau zat lainnya. Pasien
lahir cukup bulan, secara normal yang ditolong oleh dokter.
o Riwayat masa bayi dan balita (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Tidak
ditemukan kelainan pada masa ini.
5
[ ] Dafid Pratama
o Riwayat masa kanak pertengahan (3–11 tahun)
Pasien memiliki banyak teman bermain, baik dari lingkungan tempat tinggal
maupun dari teman sekolahnya. Teman-teman bermain pasien hampir sebagian
besar tinggal di komplek tempat tinggal yang sama dengan pasien. Riwayat
pendidikan pasien pada usia ini tidak bermasalah. Bahkan pasien memiliki prestasi
yang cukup baik saat masih sekolah dasar.
o Riwayat masa remaja/pubertas
Pada rentang usia ini, pasien juga memiliki banyak teman. Pasien mengaku pada
dasarnya suka bergaul dan tidak suka sendiri. Pasien tidak bermasalah dalam
sekolahnya. Nilai-nilai pasien pada masa SMP dan SMA termasuk bagus.
o Riwayat masa dewasa
Riwayat pekerjaan
Pasien sudah mulai bekerja di PLN sejak tahun 1984, dimulai dari hanya bekerja
magang hingga menjadi supervisor logistik. Pasien merasa kurang cocok
dengan lingkungan kerjanya karena dia merasa dijauhi oleh teman-temanya,
yang sering mengajak pasien untuk korupsi yang bertentangan dengan prinsip
pasien.
Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah dan dikaruniai 4 orang anak.
Riwayat pendidikan
Jenjang Pendidikan Tempat Pendidikan Lamanya Studi
SD Jakarta 6 tahun
SMP Jakarta 3 tahun
STTN Jakarta 3 tahun
Universitas S1
Universitas S2
UGM
-
4 tahun
2 tahun
6
[ ] Dafid Pratama
Riwayat Agama
Pasien rajin solat 5 waktu dan dzikir jika ada waktu luang. Namun sekarang
sudah agak berkurang.
Riwayat aktivitas social
Pasien mau untuk berinteraksi dengan pasien lain, pasien juga mengikuti
kegiatan – kegiatan di Sanatorium Dharmawangsa.
Aktivitas situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal di Sanatorium Dharmawangsa kelas II. Pasien dibiayai oleh PLN.
G. Riwayat Psikiatri dalam Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita kelainan jiwa.
7
[ ] Dafid Pratama
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 54 tahun, penampilan tampak sesuai dengan umur,
postur tubuh ideal, kulit berwarna coklat, rambut sebagian besar sudah beruban,
pakaian rapi sederhana (kaos dengan celana pendek), kebersihan diri baik, bersikap
kooperatif.
2. Kesadaran
Dari observasi selama wawancara diperoleh kesan kesadaran compos mentis. Jika
diajak bicara, pasien mau menjawab, bahkan bercerita menanggapi setiap
pertanyaan yang diajukan. Perhatian pasien tertuju pada setiap pertanyaan yang
diberikan oleh pemeriksa, pasien juga dapat memberi pertanyaan spontan kepada
pewawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien suka berjalan-jalan dan memiliki inisiatif untuk menyapa terlebih dahulu,
pasien ramah terhadap semua orang, dan dipercaya sebagai pemegang korek
diantara pasien yang lain. Pasien suka bermain catur, pingpong, dan karaoke, pasien
senang mengikuti semua acara yang diadakan SDW. Pasien tidak ada kesulitan dalam
mengurus dirinya sendiri
Sebelum wawancara : Pasien sedang menonton TV di aula.
Selama wawancara : Pasien mengajak pemeriksa untuk berbicara di meja makan.
Pasien dapat berbicara dengan lancar, spontan, volume suara cukup, intonasi baik,
artikulasi cukup jelas, irama sesuai dengan isi pembicaraan. Berespon cukup baik
terhadap pertanyaan pemeriksa dan dapat memberi pertanyaan balik kepada
pewawancara.
Setelah wawancara : Pasien makan siang.
8
[ ] Dafid Pratama
a. Pembicaraan
Wawancara berlangsung lancar karena pasien cukup kooperatif terhadap pemeriksa
dan pasien banyak berbicara, bahkan tanpa dimotivasi langsung bercerita sendiri
mengenai bisikan-bisikan dan sosok yang ingin membunuh pasien. Isi bicara
umumnya mengenai kecurigaan pasien dan keinginan pasien untuk pulang.
Bicaranya lancar, intonasi suara normal, tidak tersendat-sendat saat berbicara, tidak
terdengar suara dengan nada tinggi ataupun berbicara dengan suara keras, dengan
isi pembicaraan yang sesuai, tidak terdengar adanya keraguan dalam
mengungkapkan ide-ide yang ada dalam pikiran pasien.
b. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien dengan baik membalas sapaan pemeriksa, bersikap kooperatif dalam
menjawab pertanyaan pemeriksa, sopan terhadap pewawancara, sehinga
wawancara dapat berlangsung dengan baik
c. Kontak Psikis terhadap Pemeriksa
Berlangsung cukup wajar dan lancar.
d. Karakteristik dalam Berbicara
Kuantitas pembicaraan pasien banyak, spontan (tanpa memerlukan suatu motivasi),
intonasi suara baik, tidak tersendat-sendat dalam berbicara, volume suara cukup,
artikulasi cukup jelas, irama sesuai dengan pembicaraan, topik sesuai dengan isi
pembicaraan, ide pikiran cukup, pembicaraan berlangsung lancar karena fokus
perhatian pasien tertuju pada pemeriksa. Secara garis besar, jawaban pasien sesuai
dengan pertanyaan pemeriksa.
e. Mood, Afek, dan Keserasian
1. Mood : eutimik
2. Afek : terbatas
9
[ ] Dafid Pratama
3. Keserasian : inappropiate
f. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi auditorik : Ada
2. Halusinasi visual : Ada
3. Halusinasi olfaktorik : Tidak ada
4. Halusinasi taktil : Tidak ada
5. Ilusi : Tidak ada
6. Depersonalisasi : Tidak ada
7. Derealisasi : Tidak ada
g. Pikiran
1. Bentuk / Proses Pikir
Produktivitas : Tidak terganggu, ide cukup
Kontinuitas pikiran : Tidak terganggu
Hendaya dalam bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
(i) Fobia : Tidak ada
(ii) Obsesi : Tidak ada
(iii) Kompulsi : Tidak ada
(iv) Waham referensi : Tidak ada
(v) Waham erotomanik : Tidak ada
(vi) Waham kebesaran : Tidak ada
(vii) Waham kejar : Ada
(viii) Waham cemburu : Ada
(ix) Waham curiga : Ada
3. Bentuk Pikir
(i) Asosiasi longgar : Tidak ada
10
[ ] Dafid Pratama
(ii) Neologisme : Tidak ada
(iii) Ambivalensi : Tidak ada
(iv) Flight of ideas : Tidak ada
(v) Inkoherensi : Tidak ada
(vi) Sirkumtansialitas : Tidak ada
(vii) Tangensiasi : Tidak ada
(viii) Verbigerasi : Tidak ada
(ix) Perseverasi : Tidak ada
(x) Blocking : Tidak ada
h. Sensorium dan Kognitif
1. Sensorium / Taraf Kesadaran dan Kesigapan : Compos Mentis
2. Fungsi Kognitif
Orientasi :
Waktu : Baik, pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, dan bulan pada
saat wawancara.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya sekarang berada di
Sanatorium Dharmawangsa.
Orang : Baik, pasien dapat mengenali dokter yang merawat, beberapa
perawat, dan pasien yang ia kenali.
Konsentrasi dan Kalkulasi : Baik, pasien dapat menyebutkan nama-nama
bulan secara mundur dari bulan Desember hingga bulan Januari dengan benar.
Kemampuan kalkulasi pasien baik.
3. Daya Ingat
Segera : Baik, pasien dapat mengulangi 4 benda (pohon, buku,
handphone, dompet) yang baru disebutkan oleh pemeriksa dengan baik.
Jangka Pendek : Baik, pasien dapat memberitahu apa yang dilakukan sebelum
wawancara dilakukan.
11
[ ] Dafid Pratama
Jangka Sedang : Baik, pasien masih bisa menceritakan keadaan pasien
sebelum pasien dirawat di Dharmawangsa.
Jangka Panjang : Baik, pasien masih dapat mengingat dengan jelas nama ayah
dan ibunya, nama sekolah dan peristiwa saat kecil.
4. Kemampuan Visuospasial
Baik, pasien dapat menggambar jam dengan tepat.
5. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Tidak terganggu, pasien masih dapat pergi ke kamar mandi, makan, mengambil
minuman dan mengambil barang-barang keperluannya sendiri. Pasien dapat
melakukan semua aktivitasnya tanpa bantuan orang lain.
6. Pikiran Abstrak
Tidak terganggu, pasien bisa mengartikan dengan benar beberapa peribahasa dan
ungkapan yang diberikan (ada udang dibalik batu) dan bisa menyebutkan contoh
peribahasa yang lain (tong kosong nyaring bunyinya).
7. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, pasien dapat menuliskan nama lengkapnya dengan benar.
8. Intelegensia dan Daya Informasi
Cukup, sesuai dengan tingkat pendidikan pasien.
9. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosinya selama wawancara dan dapat berlaku
sopan.
i. Tilikan (Insight)
Pasien mengetahui dirinya sakit, membutuhkan bantuan namun pasien tidak tahu
apa yang menyebabkan penyakitnya. (Tilikan 4)
12
[ ] Dafid Pratama
k. Daya Nilai
1. Uji Daya Nilai
Discriminative insight : Tidak Terganggu
Discriminative judgement : Tidak terganggu
RTA : Terganggu
Kesadaran : Compos Mentis
2. Social Judgement : Tidak terganggu
l. Kelainan Dorongan Instingtual dan Perbuatan
Hipobulia : Tidak ada
Stupor : Tidak ada
Echopraxia : Tidak ada
Echolalia : Tidak ada
m. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum dari keseluruhan hasil wawancara, didapat kesan bahwa pasien berada
pada taraf dapat dipercaya.
n. Observasi Tingkah Laku Pasien Sehari-hari
Pasien terlihat tenang, sehari-hari berkumpul bersama pasien-pasien lain. Tetapi
tidak banyak berkomunikasi, tetapi bila bertemu dengan koas pasien suka memulai
pembicaraan terlebih dahulu.
13
[ ] Dafid Pratama
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internis
Keadaan umum : baik, tidak anemis, tidak ikterik
Kesadaran : compos mentis
Suhu : afebris
Pernapasan : 24 x / menit
Nadi : 82 x / menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 167 cm
IMT : 21,5
Keadaan Gizi : Normoweight
B. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut beruban, lurus,
tidak mudah dicabut, scar pada frontalis sinistra
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : bentuk normal, tidak ada secret
Telinga : bentuk normal, tidak ada sekret.
Mulut : bentuk normal, tidak kering, lidah tidak kotor.
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCLS.
Perkusi : Jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris dalam diam dan pergerakan.
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang pandang paru.
Auskultasi : Vesikuler, ronki basah kasar (-/-), wheezing (-/-).
14
[ ] Dafid Pratama
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar.
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Tympani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstremitas atas dan bawah : tidak terdapat oedem dan deformitas, akral hangat.
Kesan : pasien tampak normal dan tidak ada kelainan yang bermakna, hanya
terdapat scar pada frontalis sinistra
C. Status Neurologis
Rangsangan meningeal : (-)
Tanda – tanda peningkatan TIK : (-)
Nn. Craniales : baik
Pupil : bulat, isokor, 3 mm, Rc +/+
Sensibilitas : baik
Motorik : baik
Fungsi cerebellum dan koordinasi : baik
Fungsi luhur : baik
Refleks fisiologis : + / +
Refleks patologis : - / -
Susunan saraf vegetatif : baik
Kesan : Tidak ada kelainan yang bermakna pada pemeriksaan neurologis.
15
5
555
5
555
5
555
5
555
[ ] Dafid Pratama
D. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Sanatorium Dharmawangsa
pada tanggal 17 Februari 2015 adalah sebagai berikut:
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.6g/dL 13-16 g/dL
Leukosit 5 ribu/μL 5-10 ribu/μL
Hitung Jenis :
Basofil 0 % < 1%
Eosinofil 1 % 1-3 %
Neutrofil Batang 2 % 2-6 %
Neutrofil Segmen 60 % 50-70 %
Limfosit 34 % 20-40 %
Monosit 3 % 2-8%
Laju Endap Darah * 21 mm/jam < 20 mm/jam
Jumlah Trombosit 181ribu/μL 150-400ribu/μL
KIMIA DARAH
Fungsi Hati
SGOT 23μ/L < 31 μ/L
SGPT 35μ/L < 49 μ/L
Karbohidrat
GDS 148mg/dL <200 mg/dL
Protein
Protein Total* 8.5g/dL 6-8,4 g/dL
Albumin 4.5g/dL 3,5-5,2 g/dL
Globulin* 4.0g/dL 2,3-3,5 g/dL
FUNGSI GINJAL
Ureum 27 mg/dL 10-50 mg/dL
BUN 13 mg/dL 7-22 mg/dL
Creatinine* 0,48 mg/dL 0,5-1,1 mg/dL
16
[ ] Dafid Pratama
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 54 tahun, dari suku jawa, beragama Islam,
merupakan anak kelima dari 13 bersaudara. Pasien dikenal sebagai sosok yang jujur, tidak
suka berbuat curang dan merupakan orang yang sangat pintar. Pasien juga dikenal cuek,
pendiam, acuh, namun suka bergaul. Semenjak bekerja di PLN, hubungan pasien dengan
beberapa rekan kerja tidak begitu baik, dikarenakan sifat pasien yang jujur dan tidak mau
ikut ajakan korupsi dari teman-temanya.
Pasien sudah dirawat yang ke 32 kalinya di Sanatorium Dharmawangsa, kali ini pasien
datang dijemput perawat SDW atas permintaan istrinya. Karena keluarga pasien merasa
tidak tahan dengan sikapnya seperti kecurigaan dan kecemburuan yang berlebihan,
mendengar suara-suara dan sosok yang akan membunuh pasien, bahkan sampai suatu
ketika pasien marah kepada istri dan anaknya hingga mengancam ingin membunuh bahkan
sampai mencekik istrinya. Keluhan ini dirasakan semenjak pasien putus minum obat. Dalam
setahun pasien dapat bolak-balik masuk SDW 2x.
Dari hasil wawancara didapatkan pasien memiliki waham kejar, waham cemburu,
waham curiga, halusinasi auditorik dan halusinasi visual yang mengancam dan mengejek
pasien
Selama di SDW pasien patuh minum obat, ketika diajak bicara mood eutimik, namun
afek inappropriate. Tidak ada kesulitan yang didapatkan saat wawancara dengan pasien,
karena pasien kooperatif dan dapat memberikan respon yang sesuai, pantas dan layak.
Kebersihan diri pasien cukup terjaga dengan baik.
Pada tahun 1984 pasien pernah mengalami kecelakaan dimana mengenai kepala di
bagian frontalis sinistra dan memar di muka bagian kanan. Pasien tidak memiliki riwayat
sakit berat lainya. Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan obat-obat terlarang, maupun
zat psikoakftif , pasien tidak minum alcohol, namun pasien merokok. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gejala serupa dengan pasien.
18
[ ] Dafid Pratama
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara I
Hari, tanggal : Sabtu, 28 Juni 2014
Pukul : 09.00
Pakaian : Kaos hijau polos berkerah, celana pendek abu-abu
Aktifitas : Duduk di kursi
Tempat : Di aula
Keterangan : A : Pemeriksa
B : Pasien
A : Selamat pagi Pak B, perkenalkan saya dokter muda I.
B : Oh iya dok.. Saya B.
A : Bapak gimana kabarnya hari ini?
B : Alhamdulillah baik dok.
A : Bapak sedang apa?
B : Lagi santai-santai aja, dok. Gak ada kerjaan.
A : Pak B sudah berapa lama disini?
B : Kurang lebih sudah 1 tahun lebih, dok.
A : Bapak kelihatan sehat-sehat aja? Memangnya bapak dirawat disini karena apa?
B : Saya dimasukin sama isteri saya kesini karena marah besar, dok.
19
[ ] Dafid Pratama
A : Marah kenapa, pak?
B : Iya dok, sebelunya saya denger suara-suara yang ngejek ngejekin dan ingin membunuh
saya (halusinasi auditorik) ditambah lagi saya berantem sama istri saya akhirnya saya jadi
saya marah besar.
A : Memangnya suara-suaranya bicara apa pak?
B : Suaranya bilang ingin bunuh saya , kemudian ngomongin saya terus, apapun yang saya
perbuat suara itu komentarin terus.
A : setelah itu bagaimana perasaan bapak ?
B : saya menjadi ketakutan dok, saya takut di bunuh. Semuanya nanti akan di bumi
hanguskan, Tuhan akan melakukan itu dok. ( Waham kejar )
A : Tapi selama di SDW bapak tidak seperti itu lagi kan?
B : Iya soalnya selama disini saya minum obat, makanya saya sudah tidak mendengar suara-
suara lagi, dan sudah tidak sulit tidur, saya juga menyesal sih kenapa saya sewaktu dirumah
tidak minum obat.
A : Bapak dirumah tidak minum obat?
B : Saya kan sudah pernah dirawat disini, saya terakhir masuk disini 1 tahun yang lalu, waktu
itu saya boleh pulang dan diberi obat untuk dirumah, tapi saya mau mencoba gimana kalau
saya nga minum obat, kalau dipikir-pikir suara-suara itu muncul karena saya sudah putus
minum obat
A : Saat marah-marah, apa yang bapak lakukan?
B : Saya sampai gelap mata, hapir membunuh istri saya.
A: Bagaimana bapak bisa hampir membunuh istri bapak?
B: Saya mencekiknya, dok. Namun, setelah mencekiknya saya sadar dan langsung melepas
cekikan saya. Setelah kejadian itu, istri saya langsung menginginkan saya di rawat di sini.
20
[ ] Dafid Pratama
A : Apakah bapak tidak sayang dengan istri bapak?
B : Sayang dok, saya setia. Tapi gatau kenapa saya tiba-tiba mencekik dia.
A: Bagaimana bapak bisa sampai di sini?
B: Saya dijemput dirumah oleh petugas dari SDW.
A: Bagaimana perasaan bapak saat itu?
B: Awalnya saya kesal karena di bawa ke sini, tapi saat petugas sudah membawa saya ke
sini, saya sadar, tindakan saya itu tidak benar dan saya berpikir tidak logis.
A: Apakah ini pertama kalinya bapak di rawat di sini?
B: Tidak, dok. Saya sudah bolak-balik keluar masuk rumah sakit jiwa. Sampai saat ini saya
sudah 32 kali keluar masuk.
A: Apa keluhan bapak setiap kali masuk?
B: Keluhannya sama. Itu-itu aja.
A: Bapak sudah jam makan ya pak?
B : Iya dok lagi pembagian makan.
A : Baiklah pak silakan makan dahulu, nanti pembicaraan nya kita sambung lagi. Terimakasih
pak.
21
[ ] Dafid Pratama
Kesan Wawancara I:
Kesadaran : Compos mentis (GCS = 15)
Hygiene diri : Baik
Orientasi waktu : Baik
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Belum dapat dinilai
Discriminative judgement : Tidak terganggu
Autisme : tidak ada
Afek : Terbatas
Asosiasi longgar : Tidak ada
Ambivalensi : Ada
Kontak mata : Baik
Relasi dengan orang lain : Baik
Waham : Waham kejar
Halusinasi : Auditorik dan visual
Keserasian : Inappropriate
22
[ ] Dafid Pratama
Wawancara II
Hari, tanggal : Senin, 30 Juni 2014
Pukul : 09.30
Pakaian : Kaos hitam polos berkerah, celana pendek abu-abu
Aktifitas : Duduk di kursi depan kamar
Tempat : Di depan kamar pasien
Keterangan : A : Pemeriksa
B : Pasien
A : Selamat Pagi pak B, gimana kabarnya hari ini ?
B : Pagi dok, sehat-sehat aja, Cuma saya uda bosen nih disini
A : Lho bosen kenapa pak ?
B : Saya sebenernya sudah boleh pulang, tapi sama istri saya belom dijemput jemput, saya
takutnya istri saya masih takut sama saya karena saya marahin waktu itu.
A : Yah sabar aja pak, nanti juga istrinya kalo sudah tenang, juga pasti jemput bapak
B : Wah kalau kelamaan saya malah takut dok.
A : Takut apa pak ?
B : Takut istri saya dideketin laki-laki lain, istri saya kan cantik sekali dok, saya takutnya kalo
nga ada saya dirumah istri saya bisa pindah ke laki-laki lain, apalagi di sekitar rumah saya
tetangga saya banyak yang tertarik dengan istri saya (waham curiga dan waham cemburu),
dan juga toko saya gak ada yang jaga. Takutnya nanti ada yang ngerampok karena isinya
masih banyak.
A : Memangnya ada laki-laki yang deket sama istri bapak?
B : Ada, dok. Teman kerja saya juga.
A : Apakah pernah terbukti istri bapak tidak setia?
23
[ ] Dafid Pratama
B : Saya pernah lihat foto mereka berdua di HP istri saya.
A : Tapi, apa bapak yakin hanya dengan foto?
B : Bukan cuma foto, saya juga pernah mendengar percakapan di telepon antara istri saya
dan laki-laki itu. Saya rekam dok percakapannya. Mereka berjanji untuk bertemu di suatu
tempat.
A : Oh begitu.. Oiya, kalau toko bapak memang tidak ada yang jaga?
B : Tidak ada dok, tapi kakak saya bilang barang-barang nya sekarang sudah dipindahkan.
A : Kalau begitu, kenapa bapak masih takut?
B : Ya saya tidak tenang aja kalau belum melihat langsung. Dok, saya ambil snack dulu ya.
A: Ya, silahkan pak. Terima kasih..
24
[ ] Dafid Pratama
Kesan Wawancara II:
Kesadaran : Compos mentis (GCS = 15)
Hygiene diri : Baik
Orientasi waktu : Baik
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Baik
Discriminative judgement : Belum dapat dinilai
Autisme : Ada
Afek : Terbatas
Asosiasi longgar : Tidak ada
Ambivalensi : Ada
Kontak mata : Baik
Relasi dengan orang lain : Baik
Waham : Waham curiga, waham cemburu
Halusinasi : -
Keserasian : Inappropriate
25
[ ] Dafid Pratama
Wawancara III
Hari, tanggal : Selasa, 1 Juli 2014
Pukul : 09.00
Pakaian : Kaos abu-abu, celana pendek putih
Aktifitas : Duduk di kursi aula
Tempat : Di aula
Keterangan : A : Pemeriksa
B : Pasien
A : Selamat Pagi pak B, boleh saya berbincang dengan bapak?
B : Pagi dok, boleh..
A : Tadi saya lihat ada Prof. S datang untuk bertemu dengan bapak. Apa saja pak yang
disampaikan oleh Prof.?
B : Katanya saya sudah boleh pulang dok. Tadi saya sudah telepon istri saya, minta jemput,
tapi teleponnya ga diangkat.
A : Apakah bapak tidak mencoba untuk menghubungi saudara-saudara bapak?
B : Yah tidak ada yang mau menerima saya dok. Penyakit saya dianggap hina, semua
keluarga menjauhi saya. Waktu itu istri saya bilang, dia mau menerima saya jika saya sudah
betul-betul sehat. Tapi saya tidak tahu sehat yang seperti apa.
A : Oh begitu. Makanya nanti jika bapak sudah pulang, jangan lupa diminum terus pak
obatnya. Nanti bisa kambuh lagi kalau tidak diminum.
B : Iya dok. Sekarang saya sudah benar-benar sadar untuk minum obat. Saya tidak mau lagi
masuk ke sini.
A : Memang bapak ada berapa bersaudara?
B : Ada 13 dok..
26
[ ] Dafid Pratama
A : Bapak anak ke berapa?
B : Saya anak kelima.
A : Maaf pak, apakah keluarga bapak masih lengkap semua?
B : Ada 2 yang sudah meninggal dok, yang nomor 2 dan 6.
A : Pak, sebelumnya maaf, apakah di keluarga bapak ada yang mengalami sakit seperti
bapak?
B : Tidak ada dok, hanya saya saja. Makanya saya pikir istri dan 2 anak saya sengaja tidak
mau menjemput saya karena mereka tidak mau melihat saya lagi (waham curiga).
A : Apakah bapak bisa menceritakan awal munculnya penyakit bapak?
B : Tahun 1989 saya ditugaskan untuk memindahkan travo ke Semarang, dalam perjalanan
tiba-tiba saya mendengar suara-suara yang ngomong sama saya (halusinasi auditorik). Saya
juga melihat bayangan (halusinasi visual). Saya jadi takut, sampai ga bisa tidur. Suara yang
saya dengar katanya mau membuhun saya, nanti saya akan di bakar, di jadikan sate. Dan
dok, bayangannya itu berwarna putih tapi saya tidak tahu apa itu.
A : Jadi bapak mendengar suara seperti itu dan melihat bayangan putih ?
B : Iya dok, saya terus menerus mendengar suara itu sampai beberapa tahun. Saya sangat
ketakutan dok. Badan saya gemeteran, berkeringat. Saya kemudian berdoa dok.
A : Oh bapak juga sering berdoa ?
B : iya dok, dulu saya sering shalat, dan baca Al-Quran, tapi lama kelamaan saya memahami
di dalam kitab suci agama saya itu Tuhan akan membumi hanguskan Indonesia, karena
sudah banyak yang korupsi dok. Saya sangat ketakutan dok. Disitu dikatakan kalau nanti
Indonesia akan di matikan semua, akan di bius dan mati seperti asap. (waham presekutorik)
A : Jadi bapak takut kalau Tuhan akan membumi hanguskan Indonesia.
27
[ ] Dafid Pratama
B : iya dok. Tapi suatu saat Tuhan saya memberikan saya ilmu, ilmu kebijaksanaan, sehingga
saya menjadi orang yang sangat bijaksana ( Waham Kebesaran )
A : ngomong ngomong Bapak tadi bercerita memindahkan travo? Bapak memangnya
bekerja dimana?
B : Saya kerja di PLN dok, istri saya juga.
A : Bagaimana hubungan bapak dengan rekan-rekan di kantor?
B : Yah itu dok.. Saya kurang suka lingkungan kantor saya. Saya dijauhi teman-teman saya.
A : Mengapa bapak dijauhi?
B : Teman-teman saya ngajak korupsi. Ya saya tidak mau, itu bertentangan dengan prinsip
saya. (kemudian perawat memanggil)
B : Dok, sudah dulu ya, saya disuruh minum obat.
A : Iya silahkan pak. Terima kasih..
28
[ ] Dafid Pratama
Kesan Wawancara III:
Kesadaran : Compos mentis (GCS = 15)
Hygiene diri : Baik
Orientasi waktu : Baik
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Baik
Discriminative judgement : Tidak terganggu
Autisme : Ada
Afek : Terbatas
Asosiasi longgar : Tidak ada
Ambivalensi : Ada
Kontak mata : Baik
Relasi dengan orang lain : Baik
Waham : Waham curiga, presekutorik, dan kebesaran.
Halusinasi : Auditorik dan visual
Keserasian : Inappropriate
29
[ ] Dafid Pratama
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan
dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
AXIS I :
1. Berdasarkan gejala-gejala adanya pola perilaku atau psikologik yang secara klinik
bermakna yang ditemukan pada pasien yaitu:
a. Adanya hendaya dalam kemampuan daya nilai realita:
Discriminative insight : Tidak Terganggu
Discriminative judgement : Terganggu
Sosial judgement : Tidak terganggu
b. Lingkungan mengeluh : Terganggu, terutama lingkungan keluarga
c. Aktivitas sehari-hari : Terganggu
d. Kebersihan diri : Tidak terganggu
e. Adanya gejala psikopatologi : Ada (waham kejar, waham cemburu, halusinasi
auditorik dan halusinasi visual)
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita suatu PSIKOSIS
2. Berdasarkan hal hal dibawah ini:
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi : Baik
c. Daya ingat : Baik
d. Kemunduran intelektual : Tidak ada
e. Tidak terdapat kelainan organik yang dapat dikaitkan dengan gangguan jiwa atas dasar
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
f. Penggunaan zat psikoaktif : Tidak ada
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien:
Tidak menderita suatu gangguan mental organic
Tidak menderita suatu gangguan mental dan gangguan perilaku akibat zat zat psikoatif
30
[ ] Dafid Pratama
3. Berdasarkan penemuan bermakna yang didapat dari alloanamnesa dan auto-anamnesa,
didapatkan:
a. Waham kejar
b. Waham cemburu
c. Halusinasi visual, halusinasi auditorik
d. Berlangsung lebih dari 1 bulan
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita SCHIZOPHRENIA
4. Berdasarkan adanya:
a. Ditemukan adanya kelainan isi pikiran yang tidak wajar dimana pasien merasa dikejar-
kejar, diejek dan diancam akan dibunuh.
b. Ditemukan adanya kelainan isi pikiran yang tidak wajar dimana pasien merasa
dibicarakan oleh orang-orang di sekitarnya.
c. Ditemukan adanya kelainan persepsi panca indra berupa halusinasi auditorik, dimana
pasien mendengar suara-suara yang mengancam dan mengejek pasien.
d. Ditemukan adanya kelainan persepsi panca indera berupa halusinasi visual, dimana
pasien melihat sosok pria berjubah yang kadang terlihat sebagai tetangganya yang
akan membunuhnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita SCHIZOFRENIA TIPE PARANOID
(F20.0)
Pedoman diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala- gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
(a)- thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama namun
kualitasnya berbeda; atau
thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
31
[ ] Dafid Pratama
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b)- delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadapa
suatu kekuatan dari luar ; atau
delusion perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, bersifat mistik atau mukjizat;
(c) halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus- menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara
yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
(d) waham- waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia
lain).
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
(e) halusinasi yang menetap dari panca- indra apa saja apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang
jelas ataupun disertai oleh ide- ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu- minggu atau berbulan- bulan
terus-menerus;
(f) arus pikiran yang tertutup (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme;
32
[ ] Dafid Pratama
(g) perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;
(h) gejala- gejala negatif seperti sikap yang sangat apatis, bicara yang jarang dan respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala- gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non-psikotik prodormal)
Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour) bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ-III:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
- halusinasi dan/ atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling),
mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan ayau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain- lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity)
dan Keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas;
- gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata atau tidak menonjol
33
[ ] Dafid Pratama
AXIS II
Dari alloanamnesa dan autoanamnesa disimpulkan bahwa, pasien tidak memiliki gangguan
kepribadian dan tidak ada retardasi metal.
AXIS III :
Dari alloanamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan lab
diketahui bahwa pasien tidak memiliki penyakit yang mempengaruhi kondisinya sekarang.
AXIS IV :
Dari autoanamnesa ditemukan adanya stressor psikosial yaitu: pasien mempunyai masalah
dalam lingkungan pekerjaan, dimana rekan kerja tidak menyukai pasien yang terlalu jujur
dan tidak bisa diajak berbuat curang.
AXIS V:
GLOBAL ASSESMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE
100 – 91
90 – 81
80 – 71
70 – 61
60 – 51
50 – 41
40 – 31
30 – 21
20 – 11
Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian
biasa.
Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam pekerjaan, sosial,
sekolah dll.
Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik
Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
Gejala berat (serious), disabilitas berat
Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
Bahaya mencederai diri sendiri atauapun orang lain, disabilitas sangat berat
34
[ ] Dafid Pratama
10 – 01
0
dalam komunikasi dan mengurus diri
Seperti diatas persisten dan lebih serius
Informasi tidak adekuat
Berdasarkan Skala Global Assesment of Functioning ( GAF )
Current GAF : 90-81 = Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian biasa.
Half Level Past Year (HLPY) : 60-51 = gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
35
[ ] Dafid Pratama
VIII. EVALUASI MULTI AXIAL
Aksis I : F20.00 Skizofrenia Paranoid.
Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah dengan lingkungan kerja
Aksis V : Current GAF SCALE = 90-81 = Gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.
36
[ ] Dafid Pratama
IX. FORMULASI TERAPI
A. Farmakologi
Antipsikotik : Olanzapine 1x10 mg/hari/PO
B. Non farmakologi
Psikoterapi : Supportive Therapy
o Pengawasan minum obat agar gejala dan keluhan berkurang
o Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur demi
kesembuhannya
o Memotivasi dan memberi dukungan kepada pasien untuk dapat melakukan
aktivitas seoptimal mungkin
Terapi Psikososial
o Family Counseling : memberi informasi kepada keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita pasien dan pentingnya dukungan serta motivasi dalam
kepatuhan pengobatan pasien.
o Occupational Theraphy : mengikut sertakan pasien dalam kegiatan melatih
keterampilan berupa kerajinan tangan.
o Recreation Therapy : mengikut sertakan pasien dalam kegiatan rekreasi.
o Art / music Therapy : mengikut sertakan pasien dalam kegiatan kesenian
berupa melukis dan bernyanyi
Behavioral Therapy
o Pasien diajak untuk mengembangkan hobinya (catur)
o Pasien diingatkan untuk rajin berdoa
o Mendorong pasien untuk mengikuti kegiatan aerobic mingguan SDW
o Menjaga asupan makanan / mengatur diet pasien
37
[ ] Dafid Pratama
X. PROGNOSIS
- Penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh gangguan mental organik
- Tidak ada tanda atau gejala neurologis
- Tidak ada masalah dalam riwayat trauma perinatal dan pranatal
- Keadaan ekonomi pasien cukup baik
- Pasien masih dapat bersosialisasi
- Timbul pada usia muda, semakin lama makin sering mendengar suara
- Pasien cenderung untuk tidak minum obat secara teratur
- Kronis/jangka panjang
- Terjadi kekambuhan yang sering
- Dukungan keluarga yang kurang adekuat
- Tidak punya pekerjaan dan teman dekat
Kesimpulan prognosis:
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
38
[ ] Dafid Pratama
19871988
19891991
19921993
19941995
19961997
19981999
20002001
20022004
20062007
20092010
20112012
20132014
0
1
2
3
4
5
Grafik Perjalanan Penyakit Grafik Perjalanan Penyakit
Keterangan
1. 1987
Gejala pertama kali muncul : cemburu dan halusinasi auditorik yang menjelek-
jelekan pasien
2. 1988
Muncul keluhan berupa halusinasi visual yang hendak membunuh keluarga
pasien dan pasien mulai berkonsultasi ke psikiater
3. 1989
Keluhan pasien bertambah disertai perasaan curiga terhadap rekan kerjanya,
cemburu terhadap istri dan melihat bayangan yang akan membunuh keluarga
saat bekerja
4. 1991
Pasien masih curiga disertai marah-marah, mendengar suara-suara, takut
melihat bayangan yang akan membunuh dirinya, disertai perasaan gelisah dan
tidak bisa tidur hingga pasien mencekik istrinya. (29/1/1991) Pasien untuk
pertama kalinya dirawat di Sanatorium Dharmawangsa
5. 1992
Keadaan pasien mulai membaik setelah dirawat
39
[ ] Dafid Pratama
6. 1993
Pasien kembali masuk lagi ke SDW karena keluhan yang sama
7. 1994
Pasien masuk kembali ke SDW Karena keluhan yang sama
8. 1995
Pasien kondisi stabil namun mulai memburuk karena pasien tidak mau minum
obat
9. 1996
Pasien masuk kembali karena marah-marah, kadang-kdang agresif, afek irritable,
curiga menonjol, dan pasien malas minum obat
10. 1997
Pasien kembali stabil, namun sempat asuk lagi ke SDW karena tidak minum obat
11. 1998
Pasien sulit tidur disertai sholat yang keras-keras saat tengah malam, keluarga
merasa terganggu sehingga pasien kembali dimasukkan ke SDW
12. 1999
Pasien tidak mau makan obat, cemburu pada istri mulai bertambah berat,
sehingga 2 minggu setelah keluar SDW pasien kembali dirawat
13. 2000
Pasien kembali tidak mau minum obat sehingga pasien mulai mengalami
mendengar suara-suara dan sulit tidur
14. 2001
Pasien kembali tidak mau minum obat sehingga pasien mulai mengalami
mendengar suara-suara dan sulit tidur
15. 2002
Pasien sudah tidak tidur 3 hari, tingkah laku aneh, marah-marah diluar rumah
tanpa alasan yang jelas, kemudian bertengkar sampai memukul dan mengancam
mau membunuh anaknya
16. 2004
40
[ ] Dafid Pratama
Pasien kembali dirawat karena bingung, mndengar suara bisikan-bisikan pasien
juga tidak mau bekerja
17. 2006
Pasien teriak-teriak, mengalami halusinasi auditorik dan halusinasi visual, dan
kurang menyambung saat bicara
18. 2007
Masuk dengan keluhan yang sama, bicara sendiri hingga ke jalan-jalan raya
19. 2009
Pasien masuk lagi atas permintaan istri, karena pasien membawa-bawa golok
dan ingin membunuh istri dan anak-anaknya
20. 2010
Dirawat lagi karena pasien tidak mau masuk kerja, hingga mengurung diri karena
takut membunuh istri dan anaknya
21. 2011
Pasien curiga ingin dibunuh oleh bayangan-bayangan yang dianggapnya seperti
bayangan sun go kong, yang ingin membunuh, mencincang dan ingin memakan
daging pasien
22. 2012
Pasien curiga terutama terhadap lingkungan sekitar, halusinasi, dan pola tidur
mulai berubah
23. 2013
Pasien keadaan stabil dan boleh keluar dari rumah sakit, dengan syaray mau
minum obat
24. 2014
Pasien sudah keluar 1 tahun dari SDW, namun mengaku sudah 8 bulan pasien
tidak minum obat, sehingga timbul lagi halusinasi-halusinasi visual dan auditorik,
lalu bertengkar hebat dengan istrinya hingga mencekik istrinya, akhirnya pada
tanggal 3 April 2014 istri pasien meminta petugas SDW untuk menjemput pasien
41